Professional Documents
Culture Documents
5532 10766 1 SM
5532 10766 1 SM
5532 10766 1 SM
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan apakah terdapat perbedaan tindak kecurangan
akademik antara mahasiswa yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Forensic
Accounting and Fraud Examination, serta ditujukan untuk mendalami mengapa mahasiswa
melakukan kecurangan dan matakuliah yang rentan terhadap tindak kecurangan akademik.
Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed methods) dengan model sequential
explanatory. Peneliti menggunakan uji beda Mann-Whitney dalam melakukan uji hipotesis,
serta melakukan wawancara untuk memperdalam mengapa mahasiswa melakukan
kecurangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tindak
kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa yang sudah dan yang belum
menempuh matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination. Alasan mahasiswa
melakukan kecurangan karena belum siap dengan materi yang diujikan, dosen belum
menjelaskan materi dengan baik, kurangnya pengawasan dan sanksi yang ketat terhadap
perilaku kecurangan, adanya tekanan untuk mendapat nilai yang baik agar lulus matakuliah,
adanya kesibukan di luar perkuliahan, serta tidak ingin membuat orang tua kecewa karena
mendapat nilai yang kurang memuaskan. Kemudian, matakuliah yang sering membuat
mahasiswa melakukan kecurangan adalah matakuliah prasyarat serta matakuliah keahlian
akuntansi.
ABSTRACK
This research aimed to analyze whether there are differences of academic fraud among
students who have and have not taken the Forensic Accounting and Fraud Examination
course, and to explore the reasons students commit fraud and the courses that are prone to
academic fraud. The method for this research is mixed-methods with sequential exlanaoty
models. The researcher used the Mann-Whitney test for hypothesis testing, and conducted
interviews to find out the reason why students cheated. The results showed that there were no
differences in the intensity of academic fraud commited by students who had and had not
attended the Forensic Accounting and Fraud Examination course. The reasons students still
cheat are unpreparedness for the materials being tested, poor expalanation of materials by
lecturers, lack of supervision and strict sanctions on fraudulent behavior, pressure to get
good grades to pass the course, other activities outside the classroom, and not wanting to
disappoint parents due to low grades. The subjects for which often commit fraud are
prerequisite subjects and accounting skill subjects.
1
Keyword: Academic fraud, Forensic Accounting and Fraud Examination
Pendahuluan
pengetahuan untuk dijadikan bekal dalam menghadapi dunia kerja. Perguruan tinggi
mempunyai peran untuk mencetak tenaga profesional yang berkualitas, baik secara disiplin
ilmu, moral, maupun etika profesi. Namun pada kenyataannya, karena berbagai hal masih
banyak mahasiswa yang hanya berorientasi pada hasil dan ingin mendapat nilai yang baik
secara instan. Masih ada mahasiswa yang tidak berorientasi pada proses sehingga melakukan
segala cara termasuk melakukan kecurangan akademik agar mendapat nilai akhir yang baik
Beberapa tindakan kecurangan akademik yang biasa dilakukan oleh mahasiswa antara lain
mencontek saat ujian, menyalin (copy paste) jawaban teman, menyalin dari internet tanpa
untuk ujian, menyalin tugas teman, bertanya kepada teman saat ujian atau kuis, melirik atau
melihat jawaban teman, memberitahu jawaban kepada teman saat ujian atau kuis, dan masih
banyak hal lain yang dapat dimasukkan ke dalam kriteria kecurangan akademik (Sagoro,
2013). Hal ini diperkuat dengan adanya survei yang dilakukan oleh Lembaga Pendidikan
yang dilakukan mahasiswa saat ujian dan tergolong sering (lebih dari dua kali) antara lain: 1)
menyalin hasil jawaban dari mahasiswa yang posisinya berdekatan selama ujian tanpa
disadari mahasiswa lain tersebut sebesar 16,8%; 2) membawa dan menggunakan bahan yang
tidak diijinkan/ contekan ke dalam ruang ujian sebesar 14,1%; 3) kolusi yang terencana
antara dua atau lebih mahasiswa untuk mengkomunikasikan jawabannya selama ujian
berlangsung sebesar 24,5%. Sementara itu, kecurangan akademik yang dilakukan saat
mengerjakan tugas antara lain: 1) menyajikan data palsu sebesar 2,7%; 2) mengijinkan
karyanya dijiplak orang lain sebesar 10,1%; 3) menyalin bahan untuk karya tulis dari buku
Kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa tentunya ada alasan dan tujuan
tertentu. Seperti yang dikemukakan olek Ikayanti (2017) alasan mahasiswa melakukan
kecurangan semakin tinggi karena mahasiswa ingin memperoleh nilai yang tinggi, merasa
memiliki tanggung jawab kepada orang tua, penjaga ujian yang tidak ketat, keinginan
melakukan kecurangan karena teman sebaya melakukan kecurangan, tidak ingin sia-sia
menempuh matakuliah selama satu semester dengan mendapat nilai yang jelek, terlalu
banyak materi yang diujikan sehingga membuat mahasiswa malas untuk belajar, tidak
memiliki waktu luang untuk belajar karena kesibukan di luar perkuliahan. Sementara itu,
menurut Fitriana dan Baridwan (2012) perilaku kecurangan mahasiswa ditentukan oleh
jurusan akuntansi tentu akan berdampak pada masa dimana mereka akan bekerja nanti. Jika
lulusan yang bekerja atau berkarir di berbagai tempat ini merupakan lulusan yang sering
bertindak curang, maka dapat menyebabkan munculnya berbagai kasus kejahatan, seperti
pemalsuan laporan keuangan atau penyelewengan dana yang hal ini tentunya tidak diinginkan
oleh berbagai pihak (Sagoro, 2013). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Tjoanda dan Diptyana (2013) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara sikap ketidakjujuran akademik dengan perilaku yang tidak etis terhadap
perlu adanya sinergi atau kerja sama di berbagai pihak, baik itu oleh mahasiswa, dosen, serta
pihak jurusan maupun fakultas sangatlah dibutuhkan. Pemberian edukasi terhadap mahasiswa
tentang bahaya kecurangan dilakukan sejak dini guna mencegah semakin besarnya tingkat
kecurangan yang dilakukan oleh mahasiswa. Dalam hal ini, Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya membuat kurikulum dimana terdapat matakuliah
yang dibuat dengan tujuan untuk mengembangkan sikap, perilaku, dan etika agar sesuai
dengan kode etik profesi yang dijalani. Salah satunya adalah matakuliah Forensic Accounting
and Fraud Examination (FAFE). Menurut RPKPS Matakuliah Forensic Accounting and
Fraud Examination (2017), matakuliah ini dirancang untuk “membuka jendela” pemahaman
mahasiswa tentang Forensic Accounting and Fraud Examination serta untuk memfasilitasi
Peneliti memilih matakuliah ini karena matakuliah ini memiliki keunikan dibandingkan
dengan matakuliah lain, yaitu cakupan materi yang merupakan perpaduan dan pemanfaatan
disiplin akuntansi, sistem informasi, auditing, etika dan hukum. Pada matakuliah ini
menginvestigasi kecurangan tidak hanya dalam bidang keuangan, namun juga pada seluruh
aspek kehidupan. Metode pembelajaran dalam matakuliah ini juga lebih banyak
menggunakan diskusi secara kelompok dalam membahas studi kasus yang ada. Hal ini
bertujuan untuk mengasah pola pikir mahasiswa agar lebih kritis dan skeptis terutama dalam
hal bagaimana mendeteksi, mencegah, dan menginvestigasi fraud serta kasus-kasus yang
akademik mahasiswa dengan pengambilan suatu mata kuliah tertentu telah banyak
dilaksanakan. Menurut Priyanti (2017) yang melakukan penelitian tentang perbedaan persepsi
dan intensitas kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa yang sudah dan yang
belum menempuh matakuliah etika bisnis dan profesi, hasilnya menunjukkan bahwa sebagian
besar mahasiswa yang sudah maupun yang belum menempuh matakuliah Etika Bisnis dan
Profesi tidak memiliki intensitas yang berbeda dalam melakukan praktik kecurangan
akademik. Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh Muslimah (2013) menyatakan
bahwa meskipun mahasiswa telah memiliki persepsi yang positif terhadap kecurangan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Oleh karena itu, berdasarkan
beberapa pemaparan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti merumuskan judul
“Analisis Tindak Kecurangan Akademik antara Mahasiswa yang Sudah dan yang Belum
dilakukan untuk meneliti apakah terdapat perbedaan tindak kecurangan akademik antara
mahasiswa yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Forensic Accounting and
kecurangan akademik. Berdasarkan pemaparan tersebut, rumusan masalah dari penelitian ini
1. Apakah terdapat perbedaan tindak kecurangan akademik antara mahasiswa yang sudah
dan yang belum menempuh matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination?
2. Mengapa mahasiswa yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Forensic
Accounting and Fraud Examination melakukan kecurangan akademik dan matakuliah apa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kecurangan berasal dari kata dasar curang yang
berarti tidak jujur, tidak lurus hati, tidak adil. Sedangkan kecurangan itu sendiri berarti
perihal curang, perbuatan yang curang, ketidakjujuran, keculasan. Menurut Albrecht, dkk.,
mencangkup semua sarana dengan aneka trik yang dapat dirancang manusia untuk
mendapatkan keuntungan lebih dari yang lain dengan representasi yang palsu. Namun,
batasan kecurangan (fraud) menurut Albrecht hanya pada tindakan kecurangan manusia.
Oleh karena itu, kecurangan akademik dapat didefinisikan sebagai suatu cara dan tindakan
yang dilakukan dengan unsur kesengajaan untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan,
yang berasal dari perilaku tidak jujur sehingga adanya perbedaan pemahaman dalam menilai
atau menginterpretasikan sesuatu. Menurut Sagoro (2013) kecurangan adalah perbuatan tidak
jujur dan melanggar peraturan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam Tuanakotta (2010: 205) Donald R Cressey menyebutkan terdapat tiga elemen
penyebab terjadinya kecurangan atau yang disebut fraud triangle, yaitu: (1) Pressure
dapat terjadi dalam berbagai lingkungan dan aspek, termasuk juga dalam lingkungan
setiap tindakan tidak etis yang terjadi dalam kaitannya dengan akademik formal. Sementara
menurut Prima (2017), kecurangan akademik adalah suatu tindakan yang disengaja yang
mengabaikan nilai-nilai kejujuran dan melanggar aturan-aturan yang ada dengan tujuan
didefinisikan sebagai segala bentuk perilaku tidak jujur pada lingkungan akademik yang
dilakukan oleh mahasiswa terhadap pengajar (Bintoro, dkk. 2013). Di sisi lain Lambert,
Hogan dan Barton (2003) menyatakan bahwa kecurangan akademik sangat sulit untuk
didefinisikan secara jelas. Berdasarkan beberapa definisi yang telah dipaparkan diatas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa kecurangan akademik merupakan perbuatan curang dan tidak jujur
yang dilakukan dengan sengaja oleh pelajar atau mahasiswa guna memenuhi target nilai yang
diinginkannya.
Seperti yang dikemukakan oleh Bintoro, dkk., (2013) kecurangan akademik adalah perbuatan
1. Menyontek.
2. Memalsu.
4. Menjiplak.
5. Menyuap.
Anitsal, dkk (2009) menambahkan bahwa ada dua kategori kecurangan akademik yaitu
kecurangan akademik pasif dan kecurangan akademik aktif. Perilaku kecurangan akademik
pasif meliputi melihat orang lain menyontek tapi tidak melaporkannya, memberikan
informasi tentang soal ujian kepada orang yang belum ujian di mata pelajaran yang sama.
perilaku kecurangan akademik aktif meliputi perilaku meminta orang lain untuk mengambil
soal ujian, menyalin jawaban dari orang lain, dan menggunakan telepon seluler untuk
faktor, baik yang berasal dari dalam diri mahasiswa maupun dari luar. Menurut Hendricks
1. Faktor individual, seperti usia, jenis kelamin, prestasi akademik, pendidikan orang tua,
4. Faktor situasional seperti belajar terlalu banyak, kompetisi dan ukuran kelas, dan
lingkungan ujian.
Matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination adalah matakuliah wajib bagi
konsentrasi bisnis dan menjadi matakuliah pilihan bagi konsentrasi lain. Dalam RPKPS
(2017), matakuliah ini dirancang untuk “membuka jendela” pemahaman mahasiswa tentang
fraud, fraud examination, dan forensic accounting serta untuk memfasilitasi peningkatan
investigasi tentang fraud. Keunikan dari matakuliah ini dibanding dengan matakuliah lain
adalah tentang cakupan materi yang merupakan integrasi/perpaduan dari (dan pemanfaatan)
Pengembangan Hipotesis
Kecurangan akademik merupakan tindakan yang tidak jujur, curang, dan illegal yang
dilakukan guna memperoleh keuntungan pribadi dalam hal akademik. Kecurangan akademik
tentunya bertentangan dengan norma dan etika karena merupakan tindakan yang tidak baik
serta tidak sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu untuk mencetak lulusan yang berkualitas
bukan hanya dari sisi akademik namun juga dari sisi akhlak dan kejujuran. Tindakan
khususnya nanti pada lingkungan kerja pada masa mendatang. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Tjoanda dan Diptyana (2013) dimana ditemukan adanya
hubungan yang signifikan antara sikap ketidakjujuran akademik dengan sikap dan perilaku
tidak etis penipuan akuntansi. Padahal lulusan dari jurusan akuntansi merupakan lulusan yang
Indonesia atau perusahaan membutuhkan lulusan dari jurusan akuntansi khususnya untuk
dalam kurikulum pembelajaran. Dalam matakuliah ini, diberikan materi mengenai apa itu
adanya matakuliah ini mahasiswa dibekali ilmu bahwa kecurangan adalah tindakan yang
memberikan dampak buruk yang besar. Penelitian ini meneliti tentang perbedaan tindak
kecurangan akademik antara mahasiswa yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah
H0: Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam melakukan tindak kecurangan akademik
antara mahasiswa yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Forensic
antara mahasiswa yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Forensic
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
penelitian kuantitatif dan kualitatif secara berurutan, dimana pada tahap pertama penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode kuantitaif dan pada tahap kedua dilakukan dengan
Metode Kuantitatif
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang sudah dan yang belum menempuh
matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination. Sampel dari penelitian ini adalah
mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya angkatan
2014 dan 2015 (yang sudah menempuh matakuliah Forensic accounting and Fraud
Examination) dan angkatan 2016 dan 2017 (yang belum menempuh matakuliah Forensic
Accounting and Fraud Examination). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik proportionate stratified random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 40 per tingkatan, lebih banyak dari jumlah minimal yang telah dinyatakan oleh
Roscoe (dalam Sugiyono. 2012:90) agar lebih akurat. Dimana kategori yang sudah
menempuh matakuliah diambil dari mahasiswa angkatan 2014 dan 2015, sedangkan kategori
yang belum menempuh matakuliah diambil dari angkatan 2016 dan 2017. Rincian populasi
dan sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menyebar kuesioner kepada
praktik kecurangan akademik. Bentuk kuesioner ini diadaptasi dari kuesioner yang digunakan
oleh Priyanti (2017) dengan sedikit mengubah dan menyusun kembali pernyataan seputar
Kecurangan akademik merupakan tindakan curang, tidak jujur, serta melanggar aturan
yang dilakukan oleh pelajar atau mahasiswa untuk mendapatkan keuntungan pribadi dalam
rangka pemenuhan akademik. Menurut Colby (2006) dalam Sagoro (2013) kategori
1. Plagiat
2. Pemalsuan data
3. Penggandaan tugas
Sugiyono (2012:93), skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
Analisis Data
Uji Validitas
Uji validitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan melakukan korelasi antar
butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel dengan membandingkan r hitung
(koefisien korelasi) dengan 0,3 pada taraf signifikasi 0.05. Menurut Sugiyono (2012), bila
korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0.3 ke atas maka faktor tersebut merupakan
construct yang kuat. Jika korelasi di bawah 0.3, maka dapat disimpulkan bahwa butir
instrument tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang. Untuk memudahkan
perhitungan, peneliti menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS).
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah dengan menguji skor antar item dengan tingkat signifikansi 0.05.
Uji instrument akan dilakukan dengan cronbach’s alpha menggunakan sistem statistic SPSS.
Sekaran (2006:182) menyatakan jika suatu variabel dikatakan variabel apabila cronbach’s
alpha lebih besar dari 0,6 maka instrument tersebut dapat dikatakan reliable.
Uji Normalitas
Normalitas data akan berpengaruh pada penentuan teknik pengujian hipotesis yang akan
digunakan. Jika data berdistribusi normal, uji beda dua rata-rata akan dilakukan dengan
menggunakan uji t-tidak berpasangan. Jika distribusi data tidak normal, uji beda dua rata-rata
yang digunakan adalah uji Mann-Whitney (Muslimah, 2013). Jika probabilitas signifikan >
0.05 maka data tersebut berdistribusi normal begitu juga sebaliknya juga dapat dilihat dari
scatterplot, apabila sebaran data terletak di garis lurus, maka dapat dikatakan persyaratan
normalitas terpenuhi.
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono,
Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji beda dengan Mann-Whitney karena
data penelitian ini tidak berdistribusi normal dan termasuk dalam statistic nonparametrik.
Mann-Whitney merupakan uji beda nonparametrik yang digunakan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan respon dari 2 populasi data yang saling independen. Uji ini sama dengan t
test untuk uji beda 2 kelompok, namun uji Mann-Whitney digunakan ketika asumsi
normalitas tidak terpenuhi. Syarat terima atau tolak H0 adalah sebagai berikut:
Metode Kualitatif
Dalam penelitian ini peneliti juga melakukan wawancara guna memperdalam masalah
kecurangan akademik yang terjadi pada mahasiswa. Wawancara yang dilakukan adalah
wawancara tak berstruktur unstructural interview) yang dilakukan secara individual dan
untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Kriteria yang
dijadikan informan dalam penelitian ini adalah suka berbicara, jujur, serta pernah melakukan
tindakan kecurangan yang sesuai dengan kategori kecurangan akademik yang telah
disebutkan agar mendapat data yang lebih akurat. Peneliti memilih informan dari teman dekat
peneliti yang sesuai dengan kriteria tersebut, baik dari mahasiswa yang sudah maupun yang
Semua informan yang digunakan dalam penelitian ini meminta agar identitasnya
sensitif sehingga nama-nama informan dalam penelitian ini disamarkan. Peneliti menentukan
7 informan dari mahasiswa yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Forensic
Accounting and Fraud Examination. Daftar informan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam
Dalam tabel 3 di bawah ini akan disajikan komposisi jumlah responden berdasarkan jenis
kelamin.
Dalam tabel 4 di bawah ini akan disajikan komposisi jumlah responden berdasarkan
tahun angkatan.
Dalam tabel 5 di bawah ini akan disajikan komposisi jumlah responden berdasarkan
perbandingan jumlah responden yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Forensic
15
Hasil Uji Validitas
Untuk analisis validitas digunakan tabel Item-Total Statistics kolom Corrected Item-
Total Correlation yang nantinya dibandingkan dengan tabel statistic Pearson. Jika lebih besar
dari titik kritis R, maka dinyatakan sudah valid. Berikut merupakan tabel perbandingan antara
Corrected Item-Total Correlation dengan nilai kritis R dengan taraf nyata 0,05 dan derajat
bebas sebesar (160-2) = 158 yaitu sebesar 0,1552. Dari pernyataan yang diajukan sebanyak
21 soal, terdapat 1 soal yang tidak valid dan harus digugurkan oleh penulis.
Dari hasil pengolahan menggunakan bantuan SPSS, dapat diketahui bahwa variabel dari
Cronbach’s Reliabilitas
Alpha
0,845 Reliabel
Sumber : Data Primer (diolah)
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan Kolmogorov Smirnov. Dari hasil
pengolahan menggunakan bantuan SPSS, dapat diketahui bahwa data dari penelitian ini tidak
berdistribusi normal karena p-value (Sig) Kolmogorov Smirnov kurang dari nilai signifikansi
0,05.
sebagai berikut.
Jawaban
Item
Angkatan TP J KK SR SL Mean
Pertanyaan
F % F % F % F % F %
P1 16 40 13 32.5 10 25 1 2.5 0 0 1.9
2014
P2 8 20 12 30 16 40 4 10 0 0 24
P1 15 37.5 14 35 8 20 1 2.5 2 5 2.03
2015
P2 8 20 14 35 11 27.5 6 15 1 2.5 2.45
P1 15 37.5 8 20 14 35 3 7.5 0 0 2.13
2016
P2 5 12.5 9 22.5 12 30 14 35 0 0 2.88
P1 18 45 8 20 13 32.5 1 2.5 0 0 1.93
2017
P2 3 7.5 8 20 21 52.5 6 15 2 5 2.9
Sumber: Data Primer (diolah)
Gambaran Umum Intensitas Mahasiswa dalam Pemalsuan Data
Hasil statistik deskriptif intensitas mahasiswa dalam pemalsuan data adalah sebagai
berikut.
Hasil statistik deskriptif intensitas mahasiswa dalam penggandaan tugas adalah sebagai
berikut.
Hasil statistik deskriptif intensitas mahasiswa dalam mencontek saat ujian akan disajikan
Hasil statistik deskriptif intensitas mahasiswa dalam melakukan kerjasama yang salah
Tabel 12. Gambaran Umum Intensitas Mahasiswa dalam Kerjasama yang Salah
Jawaban
Item
Angkatan TP J KK SR SL Mean
Pertanyaan
F % F % F % F % F %
P7 3 7.5 23 57.5 8 20 5 12.5 1 2.5 2.45
2014 P11 3 7.5 10 25 12 30 14 35 1 2.5 3
P12 3 7.5 16 40 15 37.5 5 12.5 1 2.5 2.63
P13 0 0 0 0 7 17.5 21 52.5 12 30 4.13
P15 23 57.5 14 35 2 5 1 2.5 0 0 1.53
P16 5 12.5 10 25 17 42.5 8 20 0 0 2.7
P17 33 82.5 6 15 0 0 1 2.5 0 0 1.23
P19 6 15 15 37.5 13 32.5 6 15 0 0 2.48
P21 29 72.5 5 12.5 5 12.5 1 2.5 0 0 1.45
P7 18 45 15 37.5 4 10 3 7.5 0 0 1.8
P11 25 62.5 10 25 4 10 1 2.5 0 0 1.53
P12 7 17.5 10 25 8 20 14 35 1 2.5 2.8
P13 8 20 19 47.5 10 25 2 5 1 2.5 2.23
2015 P15 2 5 13 32.5 18 45 7 17.5 0 0 2.75
P16 16 40 17 42.5 7 17.5 0 0 0 0 1.78
P17 7 17.5 12 30 14 35 7 17.5 0 0 2.53
P19 3 7.5 14 35 14 35 9 22.5 0 0 2.73
P21 25 62.5 9 22.5 5 12.5 1 2.5 0 0 1.55
P7 29 72.5 8 20 0 0 3 7.5 0 0 1.43
P11 30 75 5 12.5 5 12.5 0 0 0 0 1.38
P12 7 17.5 13 32.5 12 30 8 20 0 0 2.53
P13 14 35 17 42.5 7 17.5 2 5 0 0 1.93
2016 P15 3 7.5 12 30 15 37.5 10 25 0 0 2.8
P16 17 42.5 17 42.5 6 15 0 0 0 0 1.73
P17 19 47.5 11 27.5 8 20 2 5 0 0 1.83
P19 3 7.5 7 17.5 13 32.5 17 42.5 0 0 3.1
P21 34 85 5 15 0 0 0 0 0 0 1.15
P7 20 50 11 27.5 5 12.5 3 7.5 1 2.5 1.85
P11 34 85 4 10 1 2.5 1 2.5 0 0 1.23
P12 9 22.5 9 22.5 13 32.5 9 22.5 0 0 2.55
P13 11 27.5 15 37.5 11 27.5 2 5 1 2.5 2.18
2017 P15 2 5 8 20 14 35 11 27.5 5 12.5 3.23
P16 13 32.5 21 52.5 4 10 0 0 2 5 1.93
P17 18 45 13 32.5 6 15 1 2.5 2 5 1.9
P19 8 20 8 20 13 32.5 8 20 3 7.5 2.75
P21 27 67.5 7 17.5 3 7.5 2 5 1 2.5 1.58
Sumber: Data Primer (diolah)
Score
Mann-Whitney U 2743.000
Wilcoxon W 6748.000
Z -1.432
Asymp. Sig. (2-
.152
tailed)
Sumber: Data Primer (diolah)
Hasil uji hipotesis yang dilakukan, nilai asymp sig (2-tailed) sebesar 0,152 atau lebih
besar dari 0,05. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, dapat dinyatakan bahwa H0 diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tindak kecurangan akademik antara
mahasiswa yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Forensic Accounting and
Fraud Examination.
Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
tindak kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya antara yang sudah dan yang belum menempuh
matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Priyanti (2017) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan
intensitas kecurangan akademik antara mahasiswa yang sudah dan yang belum menempuh
maupun yang belum menempuh matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination
karena berbagai alasan, antara lain mahasiswa belum siap dengan materi yang akan diujikan,
kurangnya pengawasan dan sanksi yang diberikan terhadap perilaku kecurangan, dosen masih
belum menyampaikan materi dengan jelas, adanya kesibukan di luar perkuliahan, adanya
tekanan dari diri sendiri untuk mendapat nilai baik atau minimal bisa lulus matakuliah yang
ditempuh, serta tidak ingin membuat orang tua kecewa karena mendapat nilai yang kurang
Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa
tidak terdapat perbedaan intensitas kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa
Jurusan Akuntansi yang sudah dan yang belum menempuh matakuliah Forensic Accounting
and Fraud Examination; alasan mahasiswa yang sudah dan yang belum menempuh
akademik yaitu: belum siap dengan materi yang diujikan, kurangnya pengawasan dan sanksi
yang ketat terhadap perilaku kecurangan, dosen belum menyampaikan materi dengan jelas,
adanya tekanan untuk mendapat nilai yang baik agar lulus matakuliah, adanya kesibukan di
luar perkuliahan, serta tidak ingin membuat orang tua kecewa karena mendapat nilai yang
Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari masih adanya keterbatasan dalam melakukan penelitian ini. Adapun
keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian ini hanya sebatas menguji apakah terdapat
perbedaan tindak kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa yang sudah dan yang
belum menempuh matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination, namun tidak
memperdalam dengan menguji kelompok mahasiswa mana yang intensitasnya lebih tinggi
Apabila melakukan penelitian dengan topik yang sama, alangkah lebih baik jika
DAFTAR PUSTAKA
Albrecht, W.S., Albrecht, C.C., Albrecht, C.O., & Zimbelman, M., 2012. Fraud Examination
Edisi 4. USA: Cengage Learning
Anitsal, I., Anitsal, M.M., & Elmore, R. (2009). Academic Dishonesty and Intention to
Cheat: A Model on Active Versus Passive Academic Dishonesty as Perceived by
Business Student. Academic of Educational Leadership Journal. 13(2). 17-26
Bintoro, dkk. 2013. Hubungan Self Regulated Learning dengan Kecurangan Akademik
Mahasiswa. Educational Psychology Journal. 2(1). 57-64
David, L.T. 2015. Academic Cheating in College Students: Relations Among Personal
Values, Self-esteem, and Mastery. Procedia – Social and Behavioral Sciences. 18(7).
88-92
Dewi, Yuliana Pratiwi. 2016. Perilaku Kecuranan Akademik pada Mahasiswa S1, S2, dan S3
Jurusan Akuntansi FEB UB Berdasarkan Konsep Fraud Diamond. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Ikayanti, Hanik. 2017. Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis) Kecurangan Akademik
Pada Saat Ujian. Jurnal Ilmiah Mahasiswa. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya
Irianto, Gugus. 2003. Skandal Korporasi dan Akuntan. Lintasan Ekonomi. XX(2). 104-114
Irianto, Gugus. 2017. Silabus Matakuliah Forensic Accounting and Fraud Examination.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Malang
Lambert, G.E., Hogan, L.N., & Barton, M.S. (2003). Collegiate Academic Dishonesty
Revisited: What Have They Done, How Often Have They Done It, Who Does It, and
Why Did They Do It. Electronic Journal of Sosiology. 7(4), Diakses dari
https://www.sociology.org/content/vol7.4/lambert_etal.html
Nursalam. 2012. Intensitas Copying Answer pada Tes Kemampuan Matematika. Lentera
Pendidikan. 15(1). 32-40
Prawira, I Dewa Made Satya. 2015. Analisis Pengaruh Fraud Diamond Terhadap
Kecurangan Akademik Mahasiswa (Studi kasus pada Mahasiswa S1 Jurusan Akuntansi
Perguruan Tinggi Negeri Kota Malang). Jurnal Ilmiah Mahasiswa. Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Brawiijaya. Malang
Priyanti, Nadia Melati. 2017. Perbedaan Persepsi Dan Intensitas Kecurangan Akademik
Antara Mahasiswa Yang Sudah Dan Yang Belum Menempuh Matakuliah Etika Bisnis
Dan Profesi. Skripsi. Jurusan Akuntansi Universitas Brawijaya. Malang
Purnamasari, Dian. 2014. Analisis Pengaruh Dimensi Fraud Triangle Terhadap Perilaku
Kecurangan Akademik Mahasiswa Pada Saat Ujian Dan Metode Pencegahannya.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Malang
Sagoro, Endra Murti 2013. Pensinergian Mahasiswa, Dosen, dan Lembaga dalam Pencegahan
Kecurangan Akademik Mahasiswa Akuntansi. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia.
XI (2). 54-67
Sayyid, A. 2013. Fraud dan Akuntansi Forensik: Upaya Minimalisasi Kecurangan dan
Rekayasa Keuangan. Jurnal Studi Ekonomi. Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN
Antasari
Sofianti, S.P.D., Ludigdo, U., Irianto, G. 2014. The Perception Of The Practicioners and
Students Towards The Subject of Forensic Accounting and Fraud Examination. Journal
of Ecnomics, Business, and Accountancy Ventura. 17(2). 281-292
Sugianto. & Jiantri. 2014. Akuntansi Forensik: Perlukah Ada dalam Kurikulum Jurusan
Akuntansi. Jurnal Akuntansi Multiparadigma. 5(3). 345-510
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono, 2018. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Cetakan ke-10. Bandung:
Alfabeta
Tjoanda, L. & Diptyana, P. 2013. The Relationship Between Academic Frauds With
Unethical Attitude and Accounting Fraud. The Indonesian Accounting Review. 3 (1).
53-66
____. 2018. Jumlah Mahasiswa Pertahun Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya. (http://www.feb.ub.ac.id diakses pada tanggal 25 Mei 2018)