Professional Documents
Culture Documents
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
TESIS
OLEH :
TIESA SALEH
157011020
Tiesa Saleh
I . IDENTITAS PRIBADI
Umur : 25 Tahun
Kewarganegaraan : Indonesia
II. PENDIDIKAN
ABSTRAK …………………………………………………………………… i
ABSTRACT …………………………………………………………………... ii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. iii
RIWAYAT HIDUP …………………………………………………………. v
DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------------------- --- vi
BAB I PENDAHULUAN ---------------------------------------------------------- - 1
A. Latar belakang --------------------------------------------------------- -- 1
B. Rumusan masalah ----------------------------------------------------- - 12
C. Tujuan penelitian ------------------------------------------------------ - 13
D. Manfaat penelitian ----------------------------------------------------- - 13
E. Keaslian penelitian ----------------------------------------------------- 14
F. Kerangka teori dan Konsepsi ----------------------------------------- 16
1. Kerangka Teori ------------------------------------------------------ 16
2. Konsepsi--------------------------------------------------------------- 23
G. Metode penelitian ------------------------------------------------------- 25
1. Jenis dan Sifat Penelitian ----------------------------------------- 26
2. Sumber data penelitian--- ------------------------------------------ 28
3. Teknik pengumpulan data------------------------------------------ 29
4. Analisa data -------------------------------------------------------------- 30
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
meningkatkan eksistensinya dan berperan lebih aktif dalam pembangunan. Hal ini
adalah koperasi.
juga perusahaan yang dapat berjalan sekaligus dan saling mengisi yang hidup
bersama (joint venture) berbeda dengan hubungan antara suatu badan usaha
dengan pasar”.1
1
Ima Suwandi, Koperasi Organisasi Ekonomi yang Berwatak Sosial, (Ujung Pandang :
Penerbit Bharata Karya Aksara, 1986), hal. 3.
Secara umum yang dimaksud dengan koperasi adalah suatu badan usaha
umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara sukarela dan atas dasar
badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi,
usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial,
Secara etimoligis pengertian koperasi terdiri dari 2 (dua) suku kata yaitu,
Oleh karena itu, koperasi adalah “suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-
orang atau badan usaha yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai
masyarakat yang maju, adil dan makmur seperti yang diamanatkan oleh UUD
Indonesia berasaskan pada asas kekeluargaan. Asas kekeluargaan ini adalah asas
yang memang sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia dan telah
keadaan, tempat tinggal, lingkungan waktu, dengan suatu ciri khas adanya unsur
Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, kegotongroyongan dalam arti bekerja sama, saling
kesadaran dari budi hati nurani manusia untuk mengerjakan segala sesuatu dalam
koperasi oleh semua untuk semua, di bawah pimpinan pengurus serta pemilikan
dari para anggota atas dasar keadilan dan kebenaran serta keberanian berkorban
tanggung jawab bersama terhadap akibat dari karya, yang dalam hal bertitik berat
pada kepentingan kebahagiaan bersama, ringan sama dijinjing berat sama dipikul.
mendukung dan dengan penuh kegairahan kerja serta tanggung jawab berjuang
ini telah mendapat tempat yang pasti. Dasar hukum koperasi di Indonesia semula
2
R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma , Hukum
Koperasi Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005) hal. 37.
3
G. Kartasapoetra, A. G. Kartasapoetra , Bambang S., dan A. Setiady, Koperasi Indoesia,
(Jakarta : Rineka Cipta, 2003), hal. 18.
4
Ibid, hal 18
Undang yang baru koperasi diarahkan untuk menjadi lembaga usaha seperti
melanggar jati diri koperasi dan akan mendorong pada pengertian koperasi yang
sebagai asosiasi berbasis modal (capital base association) yang berarti tidak ada
tersebut memang melanggar jati diri koperasi dan secara filosofis tentu
menyimpang dari dasar alasan adanya koperasi dan cacat secara epistemologis
menjadi pedoman kembali koperasi dalam bertindak sesuai dengan aturan undang-
undang yang berlaku. Di samping itu khusus pada koperasi simpan pinjam
terdapat landasan hukum yang diatur dalan Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun
nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur
mengembangkan dan memberdayakan diri agar tumbuh menjadi kuat dan mandiri
bentuk pinjaman kepada anggota dalam jumlah dan waktu tertentu sesuai dengan
tangan rentenir melalui pinjaman dari koperasi dengan bunga-bunga yang ringan.
6
Ibid.
disebut unit simpan pinjam. Yang dimaksud dengan unit simpan pinjam adalah
unit koperasi yang bergerak dibidang usaha simpan pinjam, sebagai bagian dari
lisan dapat pula dalam bentuk perjanjian tertulis. Perjanjian utang-piutang dalam
perjanjian tertulis ada yang dibuat dengan akta dibawah tangan, ada pula yang
Di dalam perjanjian selalu ada dua subjek yaitu pihak yang berkewajiban
untuk melaksanakan suatu prestasi dan pihak yang berhak atas suatu prestasi.
Didalam pemenuhan suatu prestasi atas perjanjian yang telah dibuat oleh para
pihak tidak jarang pula debitur (nasabah) lalai melaksanakan kewajibannya atau
“wanprestatie” yang artinya tidak dipenuhinya prestasi atau kewajiban yang telah
yang dilahirkan dari suatu perjanjian ataupun perikatan yang timbul karena
undang-undang.7
terdapat kata sepakat untuk menentukan istilah mana yang hendak dipergunakan.
Istilah mengenai wanprestasi ini terdapat di berbagai istilah yaitu: “ingkar janji,
suatu prestasi didalam hukum perjanjian, berarti suatu hal yang harus
dilaksanakan sebagai isi dari suatu perjanjian. Barangkali dalam bahasa Indonesia
7
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia.Cetakan Kesatu (Bandung :
PT. Citra Aditya Bakti. 1999). Hal 11
8
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, (Bandung: Sumur,) hal 17.
dilakukan. 9
wanprestasi atau cidera janji. Kata karena salahnya sangat penting, oleh karena
dabitur tidak melaksanakan prestasi yang diperjanjikan sama sekali bukan karena
salahnya.10
sebagai pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilaksanakan
tidak selayaknya.11 Hal ini mengakibatkan apabila salah satu pihak tidak
memenuhi atau tidak melaksanakan isi perjanjian yang telah mereka sepakati atau
yang telah mereka buat maka yang telah melanggar isi perjanjian tersebut telah
suatu yang wajib dipenuhi oleh debitur dalam setiap perjanjian. Prestasi
merupakan isi dari suatu perjanjian, apabila debitur tidak memenuhi prestasi
9
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Cet KeII, (Jakarta : Pembimbing Masa, 1970), Hal 50
10
Ibid, hal 50
11
M.yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, (Bandung: Alumni, 1982), hal 60.
ganti rugi, sehingga oleh hukum diharapkan agar tidak ada satu pihak pun yang
pada pemberian kredit bank, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
borrow) dan prospek usaha debitor tersebut (condition of economy and sector of
business).12
12
Kasmir, 2002, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Keenam, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, hal 104-105.
mampu membayar lunas kredit bank tepat pada waktunya.13 Suatu kredit
kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Istilah kredit bermasalah
loan yang merupakan istilah yang sudah lazim digunakan di dunia internasional.
Istilah dalam bahasa Inggris yang biasa dipakai juga bagi istilah kredit bermasalah
dapat ditempuh dua cara atau strategi yaitu penyelamatan kredit dan penyelesaian
Yang dimaksud dengan lembaga hukum dalam hal ini adalah Panitia Urusan
Piutang Negara (PUPN) dan Direktorat Jendral Piutang dan Lelang Negara
(DJPLN), melalui Badan Peradilan, dan melalui Arbitrase atau Badan Alternatif
Penyelesaian sengketa.
Begitu pula perjanjian yang dilakukan oleh pihak Koperasi Karyawan PLN
(Persero) Cabang Binjai. Dalam hal tertentu Koperasi Karyawan PLN (Persero)
Cabang Binjai dapat disebut sebagai pihak kreditur yakni ketika berhak menerima
pembayaran sejumlah uang dari nasabah yang melakukan kredit atas pinjaman
13
Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, Suatu Tinjauan Yuridis,( Penerbit
Djambatan, Jakarta 1997), hal 131
14
Sutan Remi Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi
Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia ( Segi Hukum Perbankan, ISBN 979-
8458-02-08, diterbitkan oleh Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993, hal : 3
yang telah diberikan dari pihak Koperasi Karyawan PLN (Persero) Cabang Binjai
yang sesuai dengan kesepakatan atau perjanjian yang telah disepakati. Dan pihak
kedua disebut sebagai debitor ketika wajib melunasi kredit yang telah didapat dari
Binjai dengan anggota koperasi dibuat secara bawah tangan antara kedua belah
pihak. Anggota Koperasi Biasa dan Anggota Koperasi Luar biasa memberikan
Kuasa kepada Pihak Koperasi Karyawan PLN (Persero) untuk memotong gaji dan
memotong Gaji Pensiun dari anggota sebesar kesepakatan yang ada dalam
terhadap pihak Koperasi Karyawan PLN (Persero) Cabang Binjai ialah adanya
pengingkaran janji oleh pihak anggota koperasi yang mana pembayaran kembali
dari pinjaman tersebut beserta bunga dan biaya administarsi yang terhutang oleh
wanprestasi jika melakukan hal yang dilarang dalam perjanjian, dalam hal
wanprestasi dilakukan oleh anggota koperasi yang telah pensiun yang mana dalam
pensiun dapat menjadi anggota Luar biasa koperasi. Wanprestasi yang dilakukan
oleh anggota koperasi karyawan yang telah pensiun akibatnya sangat merugikan
Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai namun untuk menuntut
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka judul yang akan diangkat adalah
Koperasi Karyawan Yang Telah Pensiun (Studi Pada Koperasi Karyawan PT.
tidak menimbulkan sanksi hukum yang pasti bagi para pihak dalam
2. Terdapat kerugian yang cukup besar dialami oleh Koperasi Karyawan PT.
B. Perumusan Masalah
Pembiayaan?
melakukan wanprestasi?
C. Tujuan Penelitian
akan dilaksanakan tetap terarah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
Perjanjian Pembiayaan.
melakukan wanprestasi.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
Hutang kredit macet apabila karyawan atau anggota koperasinya telah pensiun.
E. Keaslian Penelitian
hasil penelitian yang sudah ada maupun yang sedang dilakukan di Program Studi
dengan Anggota Koperasi Karyawan Yang Telah Pensiun (Studi Pada Koperasi
Koperasi Karyawan Yang Telah Pensiun (Studi Pada Koperasi Karyawan PT.
PLN (Persero) Cabang Binjai)” yang pernah dilakukan oleh mahasiswa Program
yaitu :
Masalah :
oleh anggota?
melalui Koperasi?
Pada Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai)”, belum pernah
dilakukan baik dilihat dari judul maupun dari subtansi permasalahan. Penelitian
(Persero) Cabang Binjai dengan Anggota Koperasi Karyawan Yang telah Pensiun
tidak terdapat penelitian yang sama. Sehingga penelitian ini adalah asli adanya.
1. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam
teori, tesis, sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui. 15 Teori berguna
untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu
terjadi dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang
pegangan teori, yang mungkin ia setuju ataupun tidak disetujuinya, ini merupakan
kepastian hukum berarti bahwa dengan adanya hukum setiap orang mengetahui
15
M. Solly Lubis, “Filsafat Ilmu dan Penelitian”, ( Bandung : Mandar Maju,1994 ), hal 80,
16
Soerjono Soekanto, Ringkasan Metodolgi Penelitian Hukum Empiris, (Jakarta, IND-HLL-
CO, 1990), hal. 67.
17
M. Solly Lubis, Filsafat ilmu dan Penelitian,( Mandar Maju, Bandung, 1994), hal. 80.
18
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar lmu Hukum, (Jakarta, Kencana Pranada Media Group,
2008) hal. 158.
yang mana dan seberapa besar hak dan kewajibannya. Kepastian bukan hanya
dalam putusan hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hakim
perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa
adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang
hukum dijalankan, bahwa yang berhak menurut hukum dapat memperoleh haknya
dan putusan dapat dilaksanakan, walau kepastian hukum erat kaitannya dengan
keadilan namun hukum tidak identik dengan keadilan. Hukum bersifat umum,
Apakah hukum itu harus adil dan mempunyai kegunaan bagi masyarakat adalah
19
Ibid, hal 159
20
Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, (Penerbit Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1999), Hal. 24
21
Soedikno Mertokusomo,”Mengenal Hukum Suatu Pengantar” (Yogyakarta : Liberty,
2002), hal 160
22
Soerjono soekanto, Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masalah-Masalah
Sosial, Bandung, Alumni, 1982), hlm 21.
hukum mengenai hak, kewajiban dan status seseorang atau suatu badan hukum.
seperti diatur oleh hukum, maka seseorang tahu benar bagaimana status atau
tersebut.23
sendiri, kepastian hukum merupakan produk dari hukum atau lebih khusus dari
masyarakat harus slalu ditaati meskipun hukum positif itu kurang adil.
dikutip oleh Bernard Arief Sidharta, yaitu kepastian hukum dalam situasi tertentu
23
M.Solly Lubis,”Serba-serbi Politik dan Hukum” (Jakarta : PT.Sofmedia, 2011), hal 54,
24
Bernard Arief Sidharta, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum, (Bandung, Mandar Maju,
2006,) hal 85.
bahwa kepastian hukum dapat dicapai jika substansi hukumnya sesuai dengan
hukum yang seperti inilah yang disebut dengan kepastian hukum yang sebenarnya
Kepastian Hukum itu diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang hanya
membuat suatu aturan hukum yang bersifat umum. Sifat umum dari aturan-aturan
adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa
yang boleh atau tidak boleh dilakukan; dan kedua berupa keamanan hukum bagi
individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum yang
bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau
Tanpa kepastian hukum orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya dan
kepastian hukum, terlalu ketat mentaati peraturan hukum, akibatnya kaku dan
akan menimbulkan rasa tidak adil, apapun yang terjadi peraturannya adalah
25
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (suatu kajian filosofis dan sosiologis),( Penerbit
Toko Gunung Agung, Jakarta, 2002), hal 82-83
26
Peter Mahmud Marzuki,” Pengantar Ilmu Hukum”, ( Jakarta : Kencana Prenada
MediaGroup, 2008 ), hal 137
demikian dan harus ditaati atau dilaksanakan. Undang-undang itu sering terasa
kredit dengan anggota yang telah pensiun harusnya ada peraturan yang mengatur
nya lebih lanjut, Pemberian Kredit oleh Koperasi Karyawan dengan anggota
karyawan yang telah pensiun dibuat dengan perjanjian bawah tangan, dimana
perjanjian bawah tangan merupakan bukti yang tidak sempurna sehingga perlu
lagi dibuktikan dengan pembuktian lain. Dalam masyarakat sekarang ini bahwa
perjanjian yang dibuat para pihak antara koperasi karyawan dan anggota
karyawan yang telah pensiun sudah merupakan alat bukti yang kuat. Wanprestasi
yang dilakukan oleh anggota koperasi karyawan yang telah pensiun akibatnya
sangat merugikan Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai namun
demikian itulah yang disebut hak. Tetapi tidak di setiap kekuasaan dalam
masyarakat bisa disebut sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan tertentu yang
27
Satjipto Rahardjo, Ilmu hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, Cetakan ke-V 2000). hal.
53.
tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman
manusia. 28
kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya
kepada pihak koperasi karyawan PT. PLN (Persero) cabang Binjai apabila terjadi
28
Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), (Surakarta; Magister Ilmu Hukum Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2004) hal. 3.
29
Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, (Surakarta;
magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2003), hal. 14.
30
Ibid, hal. 20.
karyawan Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai apakah sudah
terjadinya sengketa dan cara-cara atau strategi yang digunakan untuk mengakhiri
sengketa tersebut. teori ini dikembangkan dan dikemukakan oleh Ralf Dahrendorf,
Dean G. Pruitt, Jeffrey Z. Rubin, Simon Fisher, Laura Nader, dan Harrt F. Todd
Jr. Ruang lingkup teori penyelesaian sengketa meliputi jenis-jenis sengketa, faktor
aturan hukum (regelen recht). Kedua, ialah tidak semua aturan hukum berisikan
paksa jika putusan pengadilan tidak dilaksanakan oleh para pihak, ada pada
31
Redaksi Berita Transparansi, http://beritatransparansi.com/pengertian-teori-legislasi-teori-pluralisme-hukum-
teori-penyelesaian-sengketa-teori-kewenangan-teori-perlawanan-teori-perlindungan-hukum-dan-teori-efektivitas-hukum/,
diakses Pada Tanggal 15 Januari 2017, Pukul 23.00 WIB
penguatannya lebih lanjut melalui lembaga peradilan. Ada pihak lain yang turut
penyelesaian sengketa.
Jadi menurut teori ini pemberian kredit untuk pelunasan kredit lain perlu
terhadap pihak yang lain. Van Apeldoorn juga sependapat dimana, dengan adanya
prstasi dalam pemberian pinjaman dari Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero)
Cabang Binjai dengan anggota koperasi yang mana anggota koperasi tersebut
termasuk anggota luar biasa dimana Penyelesaian kredit macet itu dapat diberikan
2. Konsepsi
hubungan antara konsep-konsep khusus, yang ingin akan diteliti akan tetapi
32
E. Fernando M. Manullang, Menggapai Hukum Berkeadilan Tinjauan Hukum Kodrat
dan Antinomi Nilai, (Buku Kompas, Jakarta, 2007) , hal 91-92.
merupakan suatu abstraksi dari gejala tersebut. Gejala ini sendiri biasanya
dinamakan
tersebut.33
beberapa konsep yang akan dipergunakan dalam penulisan ini, dengan tujuan
yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau
prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu yang akan datang.37
piutang.38
sesuatu dari kreditur yang dijanjikan debitur untuk dibayar kembali pada
berarti suatu hal yang harus dilaksanakan sebagai isi dari suatu perjanjian.
wanprestasi”40
h. Pensiun adalah suatu penghasilan yang diterima setiap bulan oleh seorang
G. Metode Penelitian
dengan metodologi penelitian. 42 Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu
“methods” yang berarti cara atau jalan sehubungan dengan upaya ilmiah, maka
39
Weddly,http://accounting-bank.blogspot.com/2011/03/debitur-dan-kreditur.html diakses
tanggal 06 Januari 2017, Pukul 20.00 WIB
40
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, (Bandung: Sumur,1995) hal 17
41
Djatmika, Sastra dan Marsono. Hukum Kepegawaian di Indonesia. (Jakarta:
Djambatan, 1995) hal 235
42
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi
UGM, 1973), hal.5.
metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang
tujuan tertentu di dalam penulisan tesis ini. Hal ini agar terhindar dari suatu
penilaian bahwa penulisan tesis dibuat dengan cara sembarangan dan tanpa
didukung dengan data yang lengkap. Penulisan sebagai salah satu jenis karya tulis
ilmiah yang membutuhkan data-data yang mempunyai nilai kebenaran yang dapat
diawali dengan pengumpulan data sehingga analisis data yang dilakukan dengan
43
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 1997), hal. 16.
44
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan, (Jakarta: Rajawali Pers,
2013), hal. 12
45
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997),
hal. 39
yang saat ini berlaku sebagai aturan umum atau khusus dalam mengatur
apabila anggota karyawan yang telah pensiun itu melakukan wanprestasi terhadap
sengketa apaila terjadi wanprestasi antara Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero)
ilmu hukum dapat menjadi pijakan untuk membangun argumentasi hukum ketika
Koperasi Karyawan Yang Telah Pensiun (Studi Pada Koperasi Karyawan PT.
yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian. Demikian
objek penelitian. 46
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian,
sedangkan data sekunder data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka. Adapun
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan
1) Ketua Koperasi
2) Manager
b. Data sekunder, yaitu data yang bersumber dari bahan-bahan hukum yang
terdiri dari:
46
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009) hal. 105-106.
permasalahan.
serta dapat dipertanggung jawabkan hasilnya, maka data dalam penelitian ini
47
Ibid. Hlm. 13
48
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta : Sinar Grafika, 1996), hal.
14.
(Persero) Cabang Binjai dan anggota Karyawan yang telah pensiun telah
1) Ketua Koperasi
2) Manager
majalah, skripsi, tesis, dan juga karya ilmiah lainnya serta melakukan
4. Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain. Pelaksanaan analisis data dalam penelitian
ini, terdapat 3 (tiga) aspek kegiatan yang penting untuk dilakukan, yaitu:
a. Menulis catatan.
b. Mengidentifikasi konsep-konsep.
Proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi beberapa
tahapan, yaitu:
a. Analisis data
data diperoleh tema dan rumusan hipotesa. Untuk menuju pada tema dan
b. Reduksi data
penambahan data. Dalam mereduksi data dapat terjadi pengurangan data dan juga
c. Penyajian data
d. Interpretasi data
proses pemahaman makna dari serangkaian data yang telah tersaji, dalam wujud
yang tidak sekedar melihat apa yang tersurat, namun lebih pada memahami atau
menafsirkan mengenai apa yang tersirat di dalam data yang telah disajikan.
e. Penarikan kesimpulan/verifikasi.
tahap ini merupakan proses perumusan makna dari hasil penelitian yang
terhadap judul, tujuan dan perumusan masalah yang ada. Analisis data kualitatif
TELAH PENSIUN
5. Pengertian Perjanjian
Perdata (KUH Perdata) Pasal 1313, yaitu bahwa perjanjian atau persetujuan adalah
suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang lain atau lebih. Kata persetujuan tersebut merupakan terjemahan dari
diterjemahkan juga dengan kata perjanjian. Jadi persetujuan dalam Pasal 1313
KUH Perdata tersebut sama artinya dengan perjanjian. Adapula yang berpendapat
adanya sudut pandang yang berbeda, yaitu pihak yang satu melihat objeknya dari
perbuatan yang dilakukan subyek hukumnya. Sedangkan pihak yang lain meninjau
dari sudut hubungan hukum. Hal itu menyebabkan banyak sarjana yang
49
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 1985),
hal. 97
sepakat) sepakat untuk menimbulkan suatu akibat hukum. Hal itu sependapat pula
dengan Sudikno, “perjanjian merupakan hubungan hukum antara dua pihak atau
seseorang berjanji kepada orang lain, atau di mana dua orang saling berjanji untuk
suatu perbuatan hukum di mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau
keberatan sebab di satu pihak batasan tersebut sangat kurang lengkap, namun di
lain pihak terlalu luas. Rumusan pengertian tentang perjanjian menurut KUH
akan selalu ada dua pihak, di mana satu pihak adalah pihak yang wajib berprestasi
(debitor) dan pihak lainnya adalah pihak yang berhak atas prestasi tersebut
(kreditor).
proses interaksi atau hubungan hukum dan dua perbuatan hukum yaitu penawaran
oleh pihak yang satu dan penerimaan oleh pihak yang lainnya sehingga tercapai
kesepakatan untuk menentukan isi perjanjian yang akan mengikat kedua belah
pihak. Selanjutnya pengertian perjanjian yang dibahas pada Pasal 1313 KUH
50
Ibid., hal. 97-98
51
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Intermasa, 2001), hal. 36
52
R. Setiawan, Hukum Perikatan-Perikatan Pada Umumnya, (Bandung: Bina Cipta, 1987),
hal. 49
53
Sri Sofwan Masjchoen, Op. Cit., hal. 1.
Perdata, ternyata mendapat kritik dan para sarjana hukum karena masih
mengandung ada dua pihak, di mana satu pihak adalah pihak yang wajib
berprestasi (debitor) dan pihak lainnya adalah pihak yang berhak atas prestasi
tersebut (kreditor). Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih (Pasal
1313 BW).
menguasai materi atas perjanjian yang akan dibuat oleh para pihak. Dua hal paling
penting dalam perjanjian adalah objek dan hakikat daripada perjanjian serta syarat-
terlibat dalam perjanjian tersebut biasanya terbagi atas perorangan dan badan
usaha. Badan usaha sendiri juga dibagi yaitu badan usaha yang berbadan hukum
54
Salim H.S dkk, Perancangan Kontrak dan Memorandum of Understanding (MoU),
(Jakarta: Sinar grafika, 2007), Hal. 124.
55
Ibid, hal. 120,
dan badan usaha yang tidak berbadan hukum. Perorangan adalah setiap orang yang
dalam melakukan perbuatan hukum bertindak untuk dan atas nama dirinya sendiri,
pemiliknya yang hanya seorang bertindak baik untuk dan atas namanya sendiri
juga untuk dan atas nama usahanya. Pada dasarnya antara perorangan dengan
usaha perorangan tidak terdapat perbedaan, karena keduanya tidak ada pemisahan
harta kekayaan artinya harta kekayaan pribadi juga merupakan harta kekayaan
jenis usaha/ kegiatan dan suatu badan usaha. Suatu Badan usaha dianggap sebagai
(consensus ad idern); rumusan tentang adanya janji-janji yang dibuat oleh masing-
masing pihak sebagai imbalan atas janji-janji atau untuk kepentingan pihak yang
lain, walaupun selalu ada kemungkinan dibuatnya kontrak yang berisi perjanjian
harus dilakukan oleh salah satu pihak selalu dipahami sebagai imbalan atas
prestasi yang akan dilakukan oleh pihak lain; Perumusan tentang pihak-pihak
pembuat perjanjian dan informasi tentang kemampuan hukum dan para pihak
perumusan tentang objek dan nilai ekonomis perjanjian yang menjadi causa dan
transaksi diantara para pihak; Penggunaan bentuk, wujud dan format tertentu
Menurut Pasal 1320 KUH Perdata, suatu perjanjian itu sah harus terpenuhi
4 syarat, yaitu:
Syarat pertama dan kedua adalah syarat yang harus dipenuhi oleh subyek
suatu perjanjian, oleh karena itu disebut sebagai syarat subyektif syarat ketiga dan
keempat adalah syarat yang harus dipenuhi oleh obyek perjanjian oleh karena itu
berikut:
a. Kata sepakat
dimana kehendak pihak yang satu saling mengisi dengan apa yang dikehendaki
pihak lain dan kehendak tersebut saling bertemu. Menurut Subekti, yang dimaksud
dengan kata sepakat adalah persesuaian kehendak antara dua pihak yaitu apa yang
dikehendaki oleh pihak ke satu juga dikehendaki oleh pihak lain dan kedua
kehendak tersebut menghendaki sesuatu yang sama secara timbal balik. Dan
dijelaskan lebih lanjut bahwa dengan hanya disebutkannya “sepakat” saja tanpa
tanda atau panjer dan lain sebagainya, dapat disimpulkan bahwa bilamana sudah
tercapai sepakat itu, maka sahlah sudah perjanjian itu atau mengikatlah perjanjian
dua orang di mana dua kehendak saling bertemu dan kehendak tersebut harus
saja belum melahirkan suatu perjanjian karena kehendak tersebut harus diutarakan,
harus nyata bagi yang lain dan harus dimengerti oleh pihak lain. 57
di dalam Pasal 1321 ditentukan syarat bahwa tidak ada sepakat yang sah apabila
sepakat itu diberikan karena kekhilafan atau diperolehnya karena dengan paksaan
atau penipuan. Dari pasal ini dapat disimpulkan bahwa terjadinya kata sepakat
antara masing-masing pihak harus diberikan secara bebas atau tidak boleh ada
paksaan jiwa (psychis) jadi bukan paksaan badan (fisik). 58 Selanjutnya kekhilafan
terjadi apabila salah satu pihak khilaf tentang hal-hal yang pokok dari apa yang
diperjanjikan atau tentang sifat-sifat yang penting dari barang yang menjadi objek
itu tidak khilaf mengenai hal-hal tersebut ia tidak akan memberikan persetujuan.
keterangan-keterangan yang palsu atau tidak benar disertai dengan tipu muslihat
56
Subekti, Bunga Rampai Ilmu Hukum, (Bandung: Alumni, 1992), hal. 4
57
J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 1993), hal. 129
58
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT. Intermasa, 1996), hal. 23-24.
maka perjanjian itu di kemudian hari dapat dimintakan pembatalannya oleh salah
satu pihak.
dinyatakan bahwa, untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat yaitu: sepakat
mereka yang mengikatkan diri, kecakapan untuk membuat suatu perjanjian, suatu
hal tertentu dan suatu sebab yang halal. Pada saat ini ada kecendrungan
tangan maupun dengan akta autentik. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
pelanggaran.
Menurut asas ini perjanjian sudah lahir atau terbentuk ketika para pihak
telah menetapkan bahwa sahnya suatu perjanjian harus dilakukan secara tertulis
(seperti perjanjian perdamaian) atau dibuat dengan akta oleh pejabat berwenang
seperti akta jual beli tanah) semua ini merupakan pengecualian. Bentuk
konsensualisme adalah suatu yang dibuat secara tertulis, salah satunya dengan
adanya pembubuhan tanda tangan dari para pihak yang melakukan perjanjian
persetujuan atas tempat, waktu dan isi perjanjian yang dibuat. Tanda tangan juga
berkaitan dengan kesengajaan para pihak untuk membuat suatu perjanjian sebagai
59
Dhean, http://www.dheanbj.com/2012/09/asas-asas-hukum-perjanjian.html?m=1
,DheanBJ, terakhir di akses 24 Mei 2017, pukul 15.00 WIB
hukum hanya mengatur perbuatan nyata dari pada manusia. Dengan kata lain
adanya kesesuaian saja antara dua orang belum melahirkan perjanjian, karena
kehendak itu harus dinyatakan, harus nyata bagi yang lain, dan harus dapat di
mengerti pihak lain. 60 Kehendak itu harus saling betemu dan untuk saling ketemu
harus dinyatakan.
oleh penawar supaya mengikat. Jika tawaran itu diterima sebagaimana adanya,
maka persetujuan itu tercapai. 62 Orang yang ditawari itu tidak dapat menerima
tawaran, kecuali jika ia mengetahui adanya tawaran itu. Dengan kata lain, suatu
untuk terikat. Agar penawaran mengikat seketika apabila ada penerimaan maka
setuju dari pihak lain yang ditawari. 64 Penerimaan harus terjadi saat tawaran itu
masih terbuka. Penerimaan harus bersifat absolut dan tanpa syarat atas tawar itu.
60
J. Satrio, Op.it. hal 165
61
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian-Asas Proporsionalitas dalam Kontrak
Komersial, Kencana, Jakarta, 2010, hal. 157
62
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1980, hal. 108
63
Ibid., hal.111
64
Agus Yudha Hernoko, Op.cit., hal. 162
perjanjia. 65
tulisan, atau dapat dinyatakan dengan perbuatan misalnya pihak yang ditawari itu
dengan pihak yang menawarkan. Tidak ada perjanjian sampai pihak yang
dikomunikasikan oleh pihak ketiga yang tidak sah, walaupun dapat dipercaya.67
arti bahwa dalam satu perjanjian cukup ada kata sepakat dari mereka yang
membuat perjanjian itu, tanpa diikuti dengan perbuatan hukum lain kecuali
perjanjian itu sudah mengikat sejak tercapainya kata sepakat mengenai pokok
65
Abdulkadir Muhammad, Op.cit., hal.115
66
Ibid,
67
Ibid, hal. 116
68
A Qirom Syamsuddin M, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya,
Liberty, Yogyakarta, 1985, hal 20.
tersebut. Dalam hal pihak lawan dari pihak yang melakukan penawaran menerima
pihak lawan dari pihak yang melakukan penawaran tidak menyetujui penawaran
dengan kehendak yang dilaksanakan dan diterima olehnya. Dalam hal demikian
maka kesepakatan belum tercapai. Saat penerimaan yang paling akhir dari
dimajukan oleh para pihak adalah sat tercapainya kesepkatan. Hal ini adalah benar
suatu penawaran dan persetujuan itu bisa datang dari kedua belah pihak secara
timbal balik.
Dalam Pasal 1329 KUH Perdata menyebutkan bahwa setiap orang adalah
tidak ditentukan lain yaitu ditentukan sebagai orang yang tidak cakap untuk
perjanjian tertentu.
Mengenai orang yang belum dewasa diatur dalam Pasal 1330 KUH
Perdata, dinyatakan bahwa “belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai
umur genap 21 (dua puluh satu) tahun dan sebelumnya belum kawin”. Apabila
perkawinan itu dibubarkannya sebelum umur mereka genap 21 (dua puluh satu)
tahun, maka mereka tidak kembali lagi dalam kedudukan belum dewasa.69
Apabila salah satu dari kedua orang tua meninggal dunia maka perwalian terhadap
anak-anak kawin yang belum dewasa, demi hukum dipangku oleh orang tua yang
Pasal 39 dan 40 dinyatakan untuk penghadap dan saksi paling sedikit berumur 18
tahun atau telah menikah. Dalam hal ini cakap bertindak untuk keperluan khusus.
untuk kawin adalah 18 tahun. Sehingga apabila seseorang belum berusia genap 21
Dengan demikian dasar usia cakap untuk bertindak, jika tidak untuk keperluan
khusus (telah diatur dalam undang-undang tertentu) maka usia yang dipakai adalah
dua puluh satu tahun atau telah menikah mendasarkan Pasal 1330 KUH Perdata.
bunyinya sebagai berikut: Pasal 433: Setiap orang dewasa, yang selalu berada
dalam keadaan dungu, sakit otak atau mata gelap harus ditaruh di bawa
69
Mariam Darus Badrulzaman, dkk., Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2001, hal. 78.
Pasal 345: hidup terlama, sekadar ini tidak telah dibebaskan atau dipecat dari
perempuan/isteri dalam hal telah ditetapkan oleh undang-undang dan semua orang
tertentu, diatur pula dalam Pasal 108 KUH Perdata disebutkan bahwa seorang
bantuan atau izin (kuasa tertulis) dari suaminya. Namun hal ini sudah tidak berlaku
Pasal 31 yang menyatakan: hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak
dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup
perlulah bahwa orang yang membuat suatu perjanjian dan nantinya akan terikat
akan tanggung jawab yang dipikulnya dengan perbuatannya itu. Sedangkan dari
sudut ketertiban hukum, karena seorang yang membuat suatu perjanjian itu berarti
Yang dimaksud dengan suatu hal tertentu dalam suatu perjanjian ialah
objek perjanjian. Objek perjanjian adalah prestasi yang menjadi pokok perjanjian
yang bersangkutan. Prestasi itu sendiri bisa berupa perbuatan untuk memberikan
sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Di dalam KUH Perdata
Pasal 1333 ayat (1) menyebutkan bahwa suatu perjanjian harus mempunyai suatu
hal tertentu sebagai pokok perjanjian yaitu barang yang paling sedikit ditentukan
Yang dimaksud dengan sebab atau kausa di sini bukanlah sebab yang
perjanjian adalah tujuan bersama yang hendak dicapai oleh para pihak.70
yang dimaksud tiada lain daripada isi perjanjian. Pada Pasal 1337 KUH Perdata
menentukan bahwa suatu sebab atau klausa yang halal adalah apabila tidak
kesusilaan. Perjanjian yang tidak mempunyai sebab yang tidak halal akan
berakibat perjanjian itu batal demi hukum. Pembebanan mengenai syarat subyektif
dan syarat obyektif itu penting artinya berkenaan dengan akibat yang terjadi
pembatalannya. Pihak di sini yang dimaksud adalah pihak yang tidak cakap
perjanjian itu secara tidak bebas. Misalkan orang yang belum dewasa yang
memintakan pembatalan orang tua atau walinya ataupun ia sendiri apabila ia sudah
menjadi cakap dan orang yang ditaruh di bawah pengampuan yang menurut
hukum tidak dapat berbuat bebas dengan harta kekayaannya diwakili oleh
pengampu atau kuratornya. Dan apabila syarat obyektif tidak terpenuhi, maka
70
Sri Soedewi Masjchon, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum JAminan dan
Jaminan Perorangan, (Yogyakarta: Liberty, 1980), hal. 319
perjanjian itu batal demi hukum, artinya dari semula tidak pernah dilahirkan suatu
perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan. Tujuan para pihak yang
gagal. Maka tiada dasar untuk saling menuntut di depan hakim. Perjanjian seperti
itu disebut null and void. Sedangkan tidak terpenuhinya syarat obyektif
3. Asas-Asas Perjanjian
Asas hukum adalah pikiran dasar yang umum dan abstrak atau merupakan
latar belakang peraturan konkrit yang terdapat dalam setiap sistem hukum yang
merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat atau
ciri-ciri yang umum dalam peraturan konkrit tersebut. Dengan demikian, asas
hukum merupakan pikiran dasar yang bersifat umum dan terdapat dalam hukum
hakim yang merupakan ciri-ciri umum dari peraturan konkrit tersebut. Dalam
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, dinyatakan semua perjanjian yang dibuat secara
sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Jadi, dalam
pasal ini terkandung 3 macam asas utama dalam perjanjian, yaitu: asas kebebasan
asas itu, masih terdapat asas itikad baik dan asas kepribadian.
Asas kebebasan berkontrak merupakan salah satu asas yang sangat penting
dalam hukum kontrak. Kebebasan berkontrak ini oleh sebagian sarjana hukum
biasanya didasarkan pada Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata bahwa semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya. Demikian pula ada yang mendasarkan pada Pasal 1320 KUH
kebebasan orang dalam melakukan kontrak. Hal ini tidak terlepas juga dari sifat
Buku III KUHPerdata yang hanya merupakan hukum yang mengatur sehingga
pasal-pasal tertentu yang sifatnya memaksa.72 Asas ini dapat ditemukan dalam
Pasal 1320 dan Pasal 1338 KUH Perdata. Dalam Pasal 1320 KUH Perdata
penyebutnya tugas sedangkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata ditemukan dalam
menciptakan perjanjian. Asas ini sangat erat hubungannya dengan asas kebebasan
mengadakan perjanjian.
b. Asas konsensualisme
71
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Perencanaan Kontrak, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2007), hal. 4.
72
Ibid, hal. 4
Ada kalanya menetapkan perjanjian itu harus diadakan secara tertulis atau
dengan akta Notaris. 73 Akan tetapi hal ini ada pengecualiannya yaitu undang-
perjanjian hibah harus dengan akta Perjanjian yang telah terbentuk dengan
tercapainya kata sepakat (consensus) di antara para pihak. Perjanjian ini tidak
memerlukan formalitas lain lagi sehingga dikatakan juga perjanjian ini sebagai
perjanjian bebas bentuk. Jika perjanjian ini dituangkan dalam bentuk tertulis, maka
tulisan itu hanya merupakan alat bukti saja dan bukan syarat untuk terjadinya
akhir Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata. Jadi, perjanjian yang dibuat secara sah
oleh para pihak mengikat para pembuatnya sebagai undang-undang. Dan kalimat
ini pula tersimpul larangan bagi semua pihak termasuk di dalamnya “hakim” untuk
mencampuri isi perjanjian yang telah dibuat secara sah oleh para pihak tersebut.
Oleh karenanya asas ini disebut juga asas kepastian hukum. Asas ini dapat
73
Mariam Darus Badrulzaman, Op. Cit, hal. 113
Asas itikad baik terkandung dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang
Asas ini berkenaan dengan pelaksanaan perjanjian dan berlaku bagi debitur
maupun bagi kreditur. Menurut Subekti, pengertian itikad baik dapat ditemui
seperti yang diatur dalam Pasal 1338 ayat (3) (pengertian obyektif). 74
Dalam hukum benda, itikad baik, artinya kejujuran atau bersih. Seorang
pembeli beritikad baik adalah orang jujur, orang bersih. Ia tidak mengetahui
tentang adanya cacat-cacat yang melekat pada barang yang dibelinya, dalam arti
cacat mengenai asal-usulnya. Sedangkan pengertian itikad baik dalam Pasal 1338
ayat (3) KUH Perdata adalah bahwa dalam pelaksanaan perjanjian harus berjalan
1338 ayat (3) KUH Perdata juga memberikan kekuasaan pada hakim untuk
e. Asas kepribadian
terikat pada perjanjian. Asas ini terkandung pada Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUH
Perdata. Pada Pasal 1315 disebutkan bahwa pada umumnya tak seorangpun dapat
mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji
tidak dapat membawa rugi atau manfaat kepada pihak ketiga, selain dalam hal
74
Subekti, Hukum Pembuktian, (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2001), hal. 42.
yang diatur klaim Pasal 1317. Oleh karena perjanjian itu hanya mengikat para
pihak yang membuatnya dan tidak dapat mengikat pihak lain.Maka asas ini
4. Jenis-jenis Perjanjian
Mengenai perjanjian ini diatur dalam Buku III KUH Perdata, peraturan-
peraturan yang tercantum dalam KUH Perdata ini sering disebut juga dengan
peraturan pelengkap, bukan peraturan memaksa, yang berarti bahwa para pihak
perjanjian yang ada. Oleh karena itu di sini dimungkinkan para pihak untuk
perjanjian itu:
dalam KUH Perdata. Yang termasuk ke dalam perjanjian ini, misalnya: jual beli,
hal ini para pihak yang menentukan sendiri perjanjian itu dan ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan oleh para pihak, berlaku sebagai undang-undang bagi masing-
masing pihak. 75
Dalam KUH Perdata Pasal 1234, perikatan dapat dibagi 3 (tiga) macam,
yaitu:
75
R. M. Suryodiningrat, Perikatan-Perikatan Bersumber Perjanjian, (Bandung: Tarsito,
1978), hal. 10
ini, diatur dalam KUH Perdata Pasal 1235 sampai dengan Pasal 1238.
Sebagai contoh untuk perikatan ini, adalah jual beli, tukar menukar,
2) Perikatan untuk berbuat sesuatu, Hal ini diatur dalam Pasal 1239 KUH
3) Perikatan untuk tidak berbuat sesuatu Hal ini diatur dalam Pasal 1240
KUH Perdata, sebagai contoh perjanjian ini adalah: perjanjian untuk tidak
KUHPerdata atau diluar KUHPerdata dan macam Perjanjian dilihat dari lainnya:
76
R. Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung : Alumni, 1982) hal. 35.
Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata – kata Latin yaitu
Cum yang berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dari dua kata ini,
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Co dan Operation, yang dalam
bekerja dengan bersama orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu.78
77
Mariam Darus Badrulzaman, Op. cit, hal. 90-93.
78
Sutantya Rahardja Hadikusumah, Hukum Koperasi Indonesia, Rajagrafindo Persada,
Jakerta : 2000, hlm. 1
kemudian diangkat dan dikenal dengan istilah ekonomi sebagai Kooperasi yang
dibakukan menjadi suatu bahasa ekonomi yang dikenal dengan istilah koperasi,
orang atau badan – badan, yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebaga
anggota menurut peraturan yang ada dengan bekerja sama secara kekeluargaan
para anggotanya.”
79
Andjar Pachta, Hukum Koperasi Indonesia Pemahaman, Regulasi, Pendirian, dan
Modal Usaha, Badan Penerbit FH UI,Jakarta : 2008, hlm 15
80
Ibid
81
Abdulkadir Muhammad, Hukum Koperasi, Alumni, Bandung, 1982, hlm 120
82
Andjar Pachta,op.cit, hlm 20
bahwa :
6) kemandirian.
1) pendidikan perkoperasian
prinsip koperasi adalah merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan
83
Ibid, hlm 40
esensi dari dasar kerja koperasi sebagai badan usaha dan merupakan ciri khas
serta jati diri dari koperasi. Dengan adanya prinsip tersebut, koperasi dapat
Sifat ini mengandung arti bahwa menjadi anggota koperasi tidak boleh
dipaksakan oleh siapapun. Sifat kesukarelaan ini juga mengandung arti bahwa
seorang anggota koperasi dapat mengundurkan diri dari koperasi sesuai dengan
syarat yang ditentukan dalam Anggaran Dasar Koperasi. Sedangkan sifat terbuka
atau diskriminasi dalam bentuk apapun dan oleh siapapun. Koperasi terbuka untuk
mengenal perbedaan jenis kelamin, agama atau kepercayaan, suku, status ekonomi
maupun golongan atau paham yang dianutnya. Menjadi anggota koperasi harus
diperolehnya manfaat yang akan mampu menaikkan taraf hidupnya, baik secara
kehendak dan keputusan para anggotanya. Karena pada prinsipnya para anggota
itulah yang memegang dan melaksanakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi, dan
koperasi Indonesia adalah milik anggota dan untuk anggota. Sehingga koperasi di
baiknya. Oleh karena itu pelaksanaan kepengurusan koperasi harus terbuka bagi
84
Ibid, hlm 48 - 52
setiap usahanya harus berusaha melayani anggota dengan sebaik – baiknya. Oleh
karena itu pelaksanaan kepengurusan koperasi harus terbuka bagi setiap anggota.
Anggota koperasi mempunyai hak suara yang sama di dalam Rapat Anggota
c. Pembagian sisa hasil usaha berdasar atas prinsip keadilan dan asas
kekeluargaan
Sisa hasil usaha koperasi tidak dibagi semata – mata atas dasar modal yang
dimiliki anggota dalam koperasi, tetapi juga atas dasar perimbangan jasa usaha
mereka terhadap koperasi. Meskipun sisa hasil usaha yang berupa keuntungan itu
anggota dan juga untuk dana cadangan, dana social, dana pendidikan serta
lainnya. Pada koperasi pemula yang masih memerlukan tambahan modal usaha,
sisa hasil usaha yang didapat biasanya tidak dibagikan kepada para anggota, tetapi
karena itu, balas jasa terhadap modal yang mereka berikan kepada para anggota
juga terbatas, tidak didasarkan semata – mata atas besarnya modal yang diberikan
kepada koperasi. Terbatas di sini dimaksudnya adalah wajar, dalam arti tidak
untuk mengelola diri sendiri. Tanpa adanya modal kepercayaan atau keyakinan
akan kemampuan dan kekuatan sendiri ini, niscaya tidak mungkin timbul suatu
kegiatan dalam koperasi. Untuk itu, setiap kegiatan koperasi Indonesia selalu
artinya koperasi Indonesia harus berusaha untuk dapat berdiri tegak di atas
kekuatannya sendiri, baik kekuatan modal usaha maupun mental spiritual dari
para anggota koperasi. Swakerta artinya buatan sendiri. Dengan perinsip swakerta
untuk itu dalam pelaksanaannya koperasi harus melakukan kerja sama dengan
tujuan koperasi. Kerja sama ini dapat dilakukan antar koperasi baik di tingkat
koperasi, dan dari pengertian yang diperoleh tersebut akan tumbuh kesadaran
berkoperasi dan kesetiaan pada koperasi pada diri dan jiwa para anggota koperasi,
kerjasama antar koperasi ini akan dapat memperkuat dan memperkokoh koperasi
sebagai suatu badan usaha ekonomi, sehingga dapat mewujudkan keinginan dari
bangsa Indonesia.
2. Jenis-Jenis Koperasi
meliputi semua koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan koperasi primer
berbagai jenis atau tingkatan. Dalam hal koperasi mendirikan koperasi sekunder
dalam berbagai tingkatan seperti yang selama ini dikenal sebagai Pusat,
tanpa mengurangi hak koperasi tingkat bawah. Adanya kerjasama yang baik di
dalam organisasi koperasi dari tingkat pusat sampai pada tingkat daerah atau dari
tingkat atas sampai bawah, akan dapat memajukan usaha koperasi secara
keseluruhan.87
yang tak dapat dipisah – pisahkan ini memiliki beberapa keuntungan yaitu :
85
Sutantya Hadhikusuma, op.cit, hlm 60
86
Ibid
87
Nindyo Pramono, Beberapa Aspek Koperasi pada Umumnya dan Koperasi Indonesia di
dalam Perkembangan, Taman Pustaka Kristen, Yogyakarta : 1986, hlm 61
ini diuraikan seperti antara lain Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Konsumen,
koperasi yang dibentuk oleh golongan fungsional seperti pegawai negeri, anggota
3. Kepengurusan Koperasi
bebas dari para calon anggota, tanpa adanya paksaan apapun dan oleh siapapun.
anggota koperasi, serta adanya jalinan hubungan koordinasi yang harmonis antar
88
Tom Gunadi, Sistem Perekonomian menurut Pancasila dan Undang – Undang Dasar
1945, Angkasa, Bandung : 1981, hlm. 244
dan mempunyai kesadaran berkoperasi, boleh ikut serta menjadi anggota koperasi.
sifat bebas, sukarela, dan terbuka. Pada pasal 19 ayat (1) UU Perkoperasian,
bahwa factor kesamaan kepentingan dalam usaha koperasi merupakan tolak ukur
Sekunder.”
“Yang dapat menjadi anggota koperasi Indonesia adalah setiap warga Negara
Indonesia yang mampu melakukan tindakan hukum atau koperasi yang memenuhi
berstatus badan hukum (rechts person). Namun demikian ketentuan ini tidak
menutup bagi para pelajar, siswa atau yang dipersamakan dan dianggap belum
usaha koperasi. Mereka dapat membentuk badan usaha koperasi namun demikian
koperasi tersebut tidak disahkan sebagai badan hukum dan statusnya hanya
Hak dari setiap anggota koperasi seperti yang tercantum pada ketentuan
a. Rapat Anggota
menentukan:
1) Anggaran Dasar
koperasi
tugasnya
b. Pengurus Koperasi
pelaksanaan tugas.
pengelolaan koperasi.
perbuatan melawan hukum adalah dapat digugat atas perbuatan melawan hukum
PLN (Persero) Cabang Binjai secara khusus pada bab XIX pasal 41 bahwa
anggota Koperasi yang tidak aktif dalam kegiatan usaha tidak mendapatkan
bagian SHU. Selanjutnya pada Pasal 42 diatur bahwa jika tindakan Pengurus oleh
89
Chaidir Ali, Badan Hukum, (Bandung : Alumni, 1991) hlm. 218
dengan nama Kopkarlin Kodya Binjai adalah sebuah badan usaha yang didirikan.
Koperasi didirikan pada tanggal 12 Maret 1995, oleh Notaris Zonarita, SH dengan
nomor akta Pendirian 07. Serta tercatat resmi di Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah sebagai Badan Hukum No. 96/BH/II.13/2007 pada tanggal
yang mampu bersaing dengan badan usaha lainnya, dengan tetap berpegang teguh
pada azas dan tujuan koperasi yang merupakan badan usaha bersama atas azas
jati diri yang berpedoman pada watak, sifat dan ciri-ciri untuk mencapai
90
Wawancara Siti Maria Nasution, Ketua Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang
Binjai, tanggal 24 Maret 2017, pukul 13.00 WIB
adalah :
secara teratur;
lainnya.
4. Usaha
tenaga kerja;
Binjai
tugas :
koperasi;
tugas;
golongan
3) Pengurus dan dipilih untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun, Dalam hal
penasehat;
kepada pengurus;
naskah rencana kerja dan anggaran tersebut agar siap disajikan dalam
rapat anggota;
tugas sehari-hari;
Sampai pada bulan Mei 2017 jumlah anggota Koperasi Karyawan PT.
PLN (Persero) Cabang Binjai berjumlah 358 anggota dengan rincian 303 anggota
biasa dan 55 Anggota luar biasa Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang
Binjai. 91
Anggaran dasar Kopkarlin ayat (5) yang berbunyi : “Koperasi dapat menerima
91
Wawancara Puspa Sari, Manager Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang Binjai,
tanggal 20 Maret 2017, pukul 11.00 WIB
92
Wawancara Puspa Sari, Manager Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang Binjai,
tanggal 20 Juli 2017, pukul 10.00 WIB
anggota luar biasa”. Ketentuan lebih lanjut tentang Anggota luar biasa diatur
maka syarat-syarat bagi anggota luar biasa dapat dipenuhi sebagai berikut :
1. Tenaga Kerja dari perusahaan mitra kerja PT. PLN (persero) area Binjai
Sumatera Utara. Anggota luar biasa ini berjumlah 203 orang pada tahun
2015. 93
Kokarlin aktif. Anggota luar biasa ini berjumlah 37 orang pada tahun
2015. 94
3. Pegawai PT. PLN (Persero) yang pensiun dan beralih menjadi anggota
luar biasa. Dalam hal ini beralihnya keanggotaan dari anggota biasa ke
untuk menjadi anggota luar biasa kepada pengurus. Anggota luar biasa ini
93
Berdasarkan data laporan pertanggungjawaban Pengurus tahun 2015 Koperasi karyawan
PT.PLN (Persero) Cabang Binjai
94
Berdasarkan data laporan pertanggungjawaban Pengurus tahun 2015 Koperasi karyawan
PT.PLN (Persero) Cabang Binjai 2015
95
Berdasarkan data laporan pertanggungjawaban Pengurus tahun 2015 Koperasi karyawan
PT.PLN (Persero) Cabang Binjai 2015
4. Sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2) dan (3) anggota luar biasa tidak
Hak dan kewajiban anggota luar biasa berdasarkan Pasal 3 Ayat (1) dan
(2) yaitu :
1. Setiap anggota luar biasa yang memenuhi ketentuan dan syarat berhak :
i. Simpan Pinjam;
Binjai;
melalui transfer;
1 huruf (a) dan (b) bila tidak dipenuhi sesuai kesepakatan dalam
perjanjian pembiayaan.
lb/BJI/2013 menyebutkan :
berikut :
2. Sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bilamana masa keanggotan lebih dari
sepenuhnya;
3. Sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 5 ayat (1) dan (2) pengurus
Perjanjian sebagai salah satu sumber perikatan dapat di temui landasannya pada
dimana satu orang atau lebih mengikat diri terhadap satu orang lain atau lebih.”
berusaha di dalam bidang bisnis. Dilain pihak banyak juga orang atau kumpulan
orang-orang atau lembaga maupun badan hukum yang justru kelebihan dana
meskipun hanya bersifat sementara. Sehingga dana yang berlebihan tersebut perlu
dasarnya perjanjian utang piutang dapat di berikan kepada siapa saja yang
memiliki kemampuan untuk melalui perjanjian utang piutang antara kreditur dan
debitur. Setelah perjanjian itu disepakati, maka lahirlah kewajiban pada diri
kreditur yaitu untuk menyerahkan uang yang diperjanjikan kepada debitur dengan
hak menerima kembali uang itu dari debitur pada waktunya, disertai dengan
sehingga kredit memiliki arti yang khusus yaitu meminjamkan uang. Dalam pasal
persetujuan dengan mana pihak kesatu memberikan kepada pihak lain suatu
jumlah tertentu dengan syarat bahwa pihak akan mengembalikan sejumlah yang
tersendiri.
Ketentuan yang mengatur tentang perjanjian terdapat dalam buku Ke- III
suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang lainnya atau dimana
dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Sedangkan menurut
Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, suatu perjanjian adalah suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lainnya.
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yaitu penyediaan uang atau tagihan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu yang telah ditetapkan.
pemberian kredit bentuk apapun bank wajib menggunakan akad perjanjian kredit.
(Persero) Cabang Binjai, karyawan yang telah pensiun harus memenuhi beberapa
diwakili Ketua Kokarlin PT. PLN (persero) Cabang Binjai dan Pihak kedua
96
Wawancara Puspa Sari, Manager Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang Binjai,
tanggal 20 Maret 2017, pukul 11.00 WIB
97
Wawancara Puspa Sari, Manager Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang Binjai,
tanggal 20 Maret 2017, pukul 11.00 WIB
98
Wawancara Siti Maria Nasution, Ketua Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang
Binjai, tanggal 20 Maret 2017, pukul 10.00 WIB
Cabang Binjai
(Persero) Cabang Binjai” bahwa untuk memperoleh kredit atau pinjaman dengan
jaminan fidusia dari Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai maka
antara pemohon kredit dengan Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang
pinjaman harus datang ke kantor Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang
kepada Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai. Pemohon kredit
99
Wawancara Puspa Sari, Manager Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang Binjai,
tanggal 20 Maret 2017, pukul 11.00 WIB
100
Wawancara Puspa Sari, Manager Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang
Binjai, tanggal 20 Maret 2017, pukul 11.00 WIB
79
mengajukan kredit tersebut tentang segala persyaratan yang harus dipenuhi oleh
calon debitur.101
memperoleh kredit dari Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai
1. Sebagai anggota biasa dan anggota luar biasa Koperasi Karyawan PT.
ongkos pinjaman yang berlaku tepat pada waktu yang telah ditentukan
oleh Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai, dan pemohon
1) Nama
2) Alamat
3) Pekerjaan
101
Wawancara Puspa Sari, Manager Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang Binjai,
tanggal 20 Maret 2017, pukul 11.00 WIB
102
Wawancara Puspa Sari, Manager Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang Binjai,
tanggal 20 Maret 2017, pukul 11.00 WIB
Perdata, salah satunya terkait dengan hal ini adalah kecakapan untuk membuat
orang yang akan melakukan tindakan hukum. Nasabah dari Koperasi Karyawan
PT. PLN (Persero) Cabang Binjai secara keseluruhan sudah dapat dikatakan
memenuhi syarat kedewasaan, hal ini terlihat dari surat permohonan kredit dan
perjanjian kredit yang harus ditandatangani oleh suami atau isteri sehingga dengan
2004 Tentang Jabatan Notaris Pasal 39 ayat (1) butir a yang menyatakan bahwa
batas dewasa adalah usia 18 tahun atau sudah menikah sehingga jika dikaitkan
Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1963 sehingga ketentuan dalam Pasal
108 BW yang memandang seorang wanita yang telah bersuami tidak cakap untuk
mengadakan perjanjian sudah tidak berlaku lagi karena sudah dicabut oleh
ketentuan Pasal 31 sub 2 Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Undang
Undang Perkawinan.
Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai. kepada Ketua Koperasi
Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai ternyata disetujui maka Koperasi
Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai akan menandatangani blangko data
calon peminjam Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai dan
dan isinya sudah dibuat oleh Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang
Binjai, sedangkan pemohon kredit hanya tinggal menerima atau menolak isi
perjanjian yang telah dibuat sepihak oleh Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero)
Cabang Binjai, dan apabila pemohon kredit menerima perjanjian kredit tersebut
Anggota luar biasa atau karyawan yang telah pensiun Koperasi Karyawan
PT. PLN (persero) Cabang Binjai dalam hal ini menerima semua syarat yang
ditetapkan oleh koperasi baik itu Perjanjian Pembiayaan yang telah di siapkan
Dalam prosedur pemberian kredit Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang
pemberian kredit yang dilakukan antara koperasi dengan anggota koperasi. 104
103
Wawancara Jahirman, Karyawan yang telah Pensiun Koperasi Karyawan PT. PLN
(Persero), Cabang Binjai, tanggal 26 Mei 2017, pukul 11.00 WIB
104
Wawancara Puspa Sari, Manager Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang
Binjai, tanggal 20 Maret 2017, pukul 11.00 WIB
menjadi tolak ukur yang dipakai sebagai patokan atau pedoman bagi setiap
Dari definisi tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu
yang sudah dibakukan, dan dicetak dalam bentuk formulir dengan jumlah yang
banyak serta dipergunakan untuk semua perjanjian yang sama jenisnya. Suatu
perjanjian standar biasanya digunakan oleh suatu asosiasi dagang untuk membuat
perjanjian diantara sesamanya ataupun dengan pihak lain, dalam hal ini
dalam perjanjian, dalam hal ini dipergunakan untuk menentukan terlebih dahulu
pihak mana yang harus bertanggung jawab terhadap resiko yang timbul.
sebagai berikut :
105
Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku dalam Praktek Perusahaan Perdagangan,
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1992, hal, 6.
106
Hordins, dalam Mariam Darus Badrulzaman, Pembentukan Hukum Nasional dan
Permasalahannya, Bandung : Alumni, 1981, hal. 38.
107
Ibid, hal, 48.
1. Isinya ditetapkan secara sepihak kreditur yang posisinya relatif kuat dari
debitur;
2. Debitur sama sekali tidak ikut menentukan isi perjanjian tersebut;
3. Terdorong oleh kebutuhannya, debitur terpaksa menerima perjanjian
tersebut;
4. Bentuknya tertulis;
5. Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individual. 108
yang telah disepakati berikut jumlah yang akan dibayar pada tiap-tiap
terakhir.
PLN (Persero) Cabang Binjai, bentuk perjanjian kredit adalah secara tertulis yang
berupa perjanjian baku (standart). Perjanjian baku tersebut bentuk dan isinya
108
Mariam Darus Badrulzaman, Op.Cit. hal, 50.
ditentukan terlebih dahulu secara sepihak oleh Koperasi Karyawan PT. PLN
(Persero) Cabang Binjai dan ditawarkan kepada pemohon kredit untuk disetujui
atau ditolak. Hal-hal yang kosong (belum diisi) di dalam blangko perjanjian kredit
tidak mungkin diisi sebelumnya yaitu antara lain jumlah pinjaman, bunga, dan
Cabang Binjai bahwa bentuk perjanjian kredit itu dibuat secara tertulis dan
kreditur lebih terjamin karena melibatkan modal dari para anggota selain itu juga
praktis karena sudah tersedia naskah yang dicetak berupa formulir atau blangko
hukum mengenai hak, kewajiban dan status seseorang atau suatu badan hukum.
seperti diatur oleh hukum, maka seseorang tahu benar bagaimana status atau
tersebut.111
kepada Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai karena masih
109
Wawancara Puspa Sari, Manager Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang
Binjai, tanggal 20 Maret 2017, pukul 11.00 WIB
110
Wawancara Puspa Sari, Manager Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang
Binjai, tanggal 20 Maret 2017, pukul 11.00 WIB
111
M.Solly Lubis,Op.Cit, hal 54,
merugikan Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai kemudian hari.
debitur selama tiga kali berturut-turut tidak membayar angsuran dan bunganya.112
berapa lama tunggakan dari anggota Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero)
Cabang Binjai dalam pembayaran angsuran itu dikatakan macet. Pada koperasi
sendiri sistem informasi Debitur (SID) tidak ada berbeda dengan perbankan yang
mana riwayat kredit nya masuk kedalam sistem informasi Debitur (SID) yang ada
pada Bank Indonesia (BI). Sehingga seandainya dia mempunyai riwayat kredit
yang tidak lancar ataupun macet di bank lain makan bank yang iningin
faktor yang berasal dari nasabah dan yang berasal dari bank. Bank sebagai
112
Muljono,” Eksekusi grose akta hipotek oleh bank”. ( Jakarta : Rineka Cipta, 1996 ),
hal 65
113
Surat Keputusan Direktur BI Nomor : 30/267/KEP/DIR/, tanggal 27 Februari 1998,
Pasal 4
kreditur tidak terlepas dari kelemahan yang dimiliki, faktor ini tidak berdiri
tetapi digunakan dalam bidang pertanian dengan membeli bibit pertanian, ketika
Kredit yang diberikan, tidak digunakan oleh debitur sesuai dengan tujuan
tidak mengelola dengan baik usaha yang dibiayai dengan kredit bank. Nasabah
teknis usaha yang dijalankan. Akibatnya, hasil kerja kurang maksimal dan kurang
114
Gatot Supramono, Op Cit, hal 269
115
Ibid, hal 270
pihak bank, ada sebagian nasabah yang sengaja dengan segala daya upaya untuk
mendapatkan kredit dari bank, setelah kredit diperoleh digunakan begitu saja
tanpa dapat dipertanggung jawabkan. Nasabah semacam ini sejak awal memang
sudah mempunyai etikat yang tidak baik, karena tujuannya jahat yaitu untuk
membobol bank.117
mendapatkan bahan baku produksi, atau sedang sepinya permintaan pasar yang
keuangan debitur.
macet pada Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai ada penyebab
116
Ibid, hal 270
117
Ibid,hal 271
118
Wawancara Siti Maria Nasution, Ketua Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang
Binjai, tanggal 20 Maret 2017, pukul 10.00 WIB
lain yang mengakibatkan kredit macet terjadi di Koperasi Karyawan PT. PLN
Sebenarnya kredit macet sendiri yang terjadi pada Koperasi Karyawan PT.
PLN (Persero) Cabang Binjai dapat dilihat dari adanya penunggakan pembayaran
dari angsuran bulan 1 (pertama), 2 (kedua), dan 3 (ketiga) ataupun sama sekali
Sampai bulan Mei 2017 jumlah kredit Macet telah mencapai kurang lebih
sebesar Rp. 900.000.000,- (sembilan ratus juta rupiah), sehingga saat ini Koperasi
pencegahan :122
119
Wawancara Hariati, Pensiunan dan Anggota Luar biasa Koperasi Karyawan PT.PLN
(Persero) Cabang Binjai, tanggal 25 Mei 2017, Pukul 12.00 WIB
120
Wawancara Puspa Sari, Manager Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang Binjai,
tanggal 20 Maret 2017, pukul 11.00 WIB
121
Wawancara Puspa Sari, Manager Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang Binjai,
tanggal 20 Maret 2017, pukul 11.00 WIB
122
Wawancara Siti Maria Nasution, Ketua Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang
Binjai, tanggal 20 Maret 2017, pukul 10.00 WIB
(persero) Cabang Binjai diatas merupakan pencegahan yang biasa dilakukan oleh
koperasi. Peraturan tertulis pencegahan itu sendiri tidak ada dalam Koperasi
Karyawan PT. PLN (persero) Cabang Binjai sehingga merupakan kebiasaan yang
Perjanjian Pembiayaan
Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai, tersebut memberikan kredit kepada
anggota biasa dan anggota luar biasa dengan syarat-syarat yang telah ditentukan
pensiun yang mengajukan pinjaman pada koperasi karena pihak Koperasi hanya
123
Wawancara Puspa Sari, Manager Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang
Binjai, tanggal 20 Maret 2017, pukul 11.00 WIB
124
Wawancara Puspa Sari, Manager Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang
Binjai, tanggal 20 Maret 2017, pukul 11.00 WIB
Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai hanya menanyakan kepada
itu ada kemungkinan anggota koperasi karyawan yang telah pensiun berbohong
penerima kredit pada faktor-faktor yang harus dimiliki debitur sebelum menerima
kredit, faktor-faktor tersebut lazim disebut dengan The five C'5 of credit Analisys
1. Character ( watak)
Ialah keadaan watak dan sifat dari calon nasabah, baik dalam kehidupan
2. Capacity ( kapasitas )
dikemudian hari.
3. Capital (dana)
Kapital adalah dana yang dimiliki oleh calon nasabah untuk menjalankan
Kondisi ekonomi adalah keadaan sosial ekonomi suatu saat yang mungkin
ekonomi itu berpengaruh terhadap kegiatan usaha calon nasabah dan bagaimana
dan berkembang.
5. Collateral (jaminan)
agunan dari kredit yang akan di terimanya. Tujuan penilaian collateral adalah
financier kepada pihak pemberi kredit dapat ditutup oleh nilai agunan yang
diserahkan oleh calon nasabah . Penilaian terhadap barang agunan ini meliputi
jenis atau macam barang, nilainya, lokasinya, bukti pemilikan atau status
hukumnya.
dalam pemberian kredit atau pinjaman kepada karyawan yang telah pensiun
ditandatangani Perjanjian kredit yang dibuat antara Koperasi Karyawan PT. PLN
(Persero) Cabang Binjai selaku kreditur dengan Anggota koperasi selaku debitur
dituangkan dalam akta dibawah tangan bermaterai yang mengikat kedua belah
Oleh karena perjanjian hanya dibuat dibawah tangan dan bermaterai maka
perjanjian tersebut sifatnya hanya mengikat para pihak yang membuatnya dan
apabila terjadi sengketa diantara para pihak maka harus dibuktikan kebenarannya,
hal ini berbeda apabila perjanjian tersebut dibuat dengan akta notaris yang
mempunyai kekuatan hukum yang lebih kuat karena merupakan akta otentik.
126
Wawancara Siti Maria Nasution, Ketua Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang
Binjai, tanggal 20 Maret 2017, pukul 10.00 WIB
(Persero) Cabang Binjai maka anggota koperasi yang telah pensiun berhak
5. Pasal 5 tentang denda keterlambatan sebesar Rp. 50.000,- (lima puluh ribu
perlindugan kepada pihak Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai.
Untuk melindungi Pihak Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai
2. Atas semua fasilitas kredit yang diterima oleh Anggota Koperasi yang
telah pensiun, apabila debitor meninggal dunia maka ahli waris dari
Anggota Koperasi yang telah pensiun wajib menanggung sisa kredit yang
terjadi karena anggota luar biasa Koparasi karyawan PT. PLN (Persero) Cabang
Binjai meninggal dunia maka sisa hutang kredit dilunaskan dan dihitung menjadi
Sedangkan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 833 ayat (1)
menyatakan bahwa para ahli waris dengan sendirinya karena hukum mendapat
hak milik atas semua barang, semua hak dan semua piutang orang yang
meninggal. Selanjutnya Pasal 1100 KUHperdata menyatakan para ahli waris yang
demikian itulah yang disebut hak. Tetapi tidak di setiap kekuasaan dalam
masyarakat bisa disebut sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan tertentu yang
Untuk itu diperlukan kerangka yang kuat dan tegas dalam isi perjanjian
pembiayaan yang dibuat oleh Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang
Binjai agar dapat melindungi kepentingan pihak koperasi apabila terjadi segketa
diberikan oleh Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai selaku
kreditur tanpa adanya suatu jaminan hanya dilakukan atau diberikan kepada
anggotanya.130
Untuk Pinjaman tanpa jaminan karena pihak Koperasi Karyawan PT. PLN
(Persero) Cabang Binjai tidak menentukan dari awal apa yang menjadi agunannya
dan dalam hal ini memang tidak menggunakan agunan, maka berdasarkan pasal
1131 dan 1132 KUHPerdata, harta kekayaan milik dari Anggota Karyawan yang
telah pensiun seluruhnya menjadi jaminan terhadap jumlah utang yang harus
dibayarkan oleh debitur. Akibatnya jika terjadi wanprestasi dari pihak debitur,
maka pihak Bank melakukan eksekusi berdasarkan pasal 1131 dan 1132 KUHPer.
Dengan menggunakan kedua pasal tersebut pihak Koperasi Karyawan PT. PLN
129
Muchsin, Op.cit, hal. 20
130
Wawancara Syaiful Anwar Siregar, Pensiunan Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang
Binjai, Tanggal 26 Mei 2017, Pukul 09.00 WIB
buruk. Wanprestasi adalah suatu sikap dimana seseorang tidak memenuhi atau
yang dibuat antara kreditur dan debitur.131 Pengertian mengenai wanprestasi belum
untuk wanprestasi, sehingga tidak terdapat kata sepakat untuk menentukan istilah
berbagai istilah yaitu ingkar janji, cidera janji, melanggar janji, dan lain
Ada beberapa sarjana yang tetap menggunakan istilah “wanprestasi” dan memberi
perjanjian, berarti suatu hal yang harus dilaksanakan sebagai isi dari suatu
131
Abdul R Saliman, 2004, Esensi Hukum Bisnis Indonesia, Kencana, Jakarta, hal.15.
132
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, (Bandung: Sumur, 1999), hal.17.
98
ganti rugi, sehingga oleh hukum diharapkan agar tidak ada satu pihak pun yang
dirugikan karena wanprestasi tersebut. Dasar hukum wanprestasi yaitu: Pasal 1238
KUHPerdata: “Debitur dinyatakan Ialai dengan surat perintah, atau dengan akta
sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan
ini mengakibatkan debitur harus dianggap Ialai dengan lewatnya waktu yang
karena tak dipenuhinya suatu perikatan mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun
telah dinyatakan Ialai, tetap Ialai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu
yang harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya
2. Bentuk-Bentuk Wanprestasi
133
R.Subekti, Hukum Perjanjian, Cetakan Kedua, (Jakarta: Pembimbing Masa, 1970), hal.
50.
dijanjikannya;
perjanjian, kadang-kadang tidak mudah karena sering sekali juga tidak dijanjikan
dengan tepat kapan suatu pihak diwajibkan melakukan prestasi yang diperjanjikan.
Menurut Pasal 1238 KUHPerdata yang menyatakan bahwa: “Si berutang adalah
lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah
dinyatakan lalai, atau demi perikatan sendiri, ialah jika ini menetapkan bahwa si
3. Pengaturan Wanprestasi
keluarga yang baik, sampai pada saat penyerahan.” Penyerahan menurut Pasal
Dalam hal debitur tidak memenuhi kewajiban sebagaimana mestinya dan ada
unsur kelalaian dan salah, maka ada akibat hukum yang atas tuntutan dari kreditur
bisa menimpa debitur, sebagaimana diatur dalam Pasal 1236 KUHPerdata dan
Pasal 1243 KUHPerdata, juga diatur pada Pasal 1237 KUHPerdata. Pasal 1236
134
J. Satrio, Hukum Perikatan, (Bandung: Alumni, 1999), hal.84.
135
Ibid.
KUHPerdata: “si berhutang adalah wajib untuk memberikan ganti biaya, rugi dan
tidak mampu menyerahkan bendanya, atau telah tidak merawat sepatutnya guna
bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila
atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau
KUHPerdata dan Pasal 1243 KUHPerdata berupa ganti rugi dalam arti:
b. Sebagian dari kewajiban perikatan pokoknya atau disertai ganti rugi atas
rugi keterlambatannya.
dalam suatu perjanjian yang sah, tidak jarang terjadi wanprestasi oleh pihak yang
kewajiban (wanprestasi) ini dapat dikarenakan oleh dua kemungkinan alasan. Dua
dengan tidak berbuat atau berbuat lain dan timbulnya kerugian itu dapat
itu memang diniati dan dikehendaki oleh debitur, sedangkan kelalaian adalah
peristiwa dimana seorang debitur seharusnya tahu atau patut menduga, bahwa
dengan perbuatan atau sikap yang diambil olehnya akan timbul kerugian. 137 Disini
debitur belum tahu pasti apakah kerugian akan muncul atau tidak, tetapi sebagai
orang yang normal seharusnya tahu atau bisa menduga akan kemungkinan
dengan masalah “dapat menghindari” (dapat berbuat atau bersikap lain) dan
pihak debitur karena terjadi suatu peristiwa bukan karena kesalahannya, peristiwa
136
J. Satrio, Op. cit, hal. 90.
137
Ibid, hal. 91.
138
Ibid.
139
Ibid.
mana tidak dapat diketahui atau tidak dapat diduga akan terjadi pada waktu
dahulu.141 Dalam hukum anglo saxon (Inggris) keadaan memaksa ini dilukiskan
dengan istilah “frustration” yang berarti halangan, yaitu suatu keadaan atau
peristiwa yang terjadi diluar tanggung jawab pihak-pihak yang membuat perikatan
Wanprestasi yang diakibatkan oleh keadaan memaksa bisa terjadi karena benda
yang menjadi objek perikatan itu binasa atau lenyap, bisa juga terjadi karena
perbuatan debitur untuk berprestasi itu terhalang seperti yang telah diuraikan
140
Abdulkadir Muhammad, Op. cit, hal. 27.
141
Ibid. Hal. 31.
142
Ibid. Hal. 27.
143
Ibid
144
Ibid
keadaan memaksa tersebut dalam ilmu hukum, yaitu ajaran memaksa yang
bersifat objektif dan subjektif. Yang mana ajaran mengenai keadaan memaksa
(overmachtsleer) ini sudah dikenal dalam Hukum Romawi, yang berkembang dari
janji (beding) pada perikatan untuk memberikan suatu benda tertentu.145 Dalam
hal benda tersebut karena adanya keadaan yang memaksa musnah maka tidak
tetapi prestasinya harus benar-benar tidak mungkin lagi. 146 Pada awalnya dahulu
hanya dikenal ajaran mengenai keadaan memaksa yang bersifat objektif. Lalu
Objektif artinya benda yang menjadi objek perikatan tidak mungkin dapat
dipenuhi oleh siapapun.147 Menurut ajaran ini debitur baru bisa mengemukakan
memaksa tersebut ada jika setiap orang sama sekali tidak mungkin memenuhi
prestasi yang berupa benda objek perikatan itu. Oleh karena itu ukurannya
sebagai ukuran, yang menjadi ukuran adalah orang pada umumnya dan karenanya
145
J. Satrio, Op. cit. hal. 254
146
Ibid.
147
Abdulkadir Muhammad, Op. cit. hal. 28.
148
J. Satrio, Op.Cit
dikatakan memakai ukuran objektif. 149 Dasar ajaran ini adalah ketidakmungkinan.
apabila benda objek perikatan itu musnah diluar kesalahan debitur.150 Marsch and
mengakibatkan bahwa perjanjian yang telah dibuat itu menjadi melawan hukum
jika dilaksanakan.151 Dalam keadaan yang seperti ini secara otomatis keadaan
Dengan kata lain perikatan menjadi batal, keadaan memaksa disini bersifat
tetap.152
memaksa ada kalau debitur telah melakukan segala n yang berlaku dalam
tersebut.154 Yang dimaksud dengan debitur oleh houwing adalah debitur yang
tetapi debitur tertentu, jadi subjektif. Oleh karena yang dipakai sebagai ukuran
adalah subjek debitur tertentu, maka kita tidak bisa melepaskan diri dari
149
Ibid. Hal. 255.
150
Abdulkadir Muhammad, Loc. cit.
151
Abdulkadir Muhammad, Op. cit. hal. 29.
152
Ibid.
153
Ibid.
154
J. Satrio, Hukum Perikatan, (Bandung : Alumni, 1999), hal. 263, dikutip dari
V.Brakel, Leerboek van het Nederlandse Verbintenissenrecht, Jilid Kesatu, Cetakan Keempat,
Tjeenk Willink, Zwolle, 1948, hal. 122
Dasar ajaran ini adalah kesulitan-kesulitan. Menurut ajaran ini debitur itu
Keadaan memaksa dalam hal ini bersifat sementara.156 Oleh karenanya perikatan
tidak otomatis batal melainkan hanya terjadi penundaan pelaksanaan prestasi oleh
secara umum dalam undang-undang.157 Karena itu hakim berwenang menilai fakta
Dalam hal terjadi wanprestasi ini menurut anggota luar biasa Koperasi
angsuran sesuai dengan jadwal angsuran yang telah disepkati dalam perjanjian
155
Ibid. Hal. 263.
156
Abdulkadir Muhammad, Op. cit. hal. 30
157
Ibid, Hal 31
dialihkan untuk kebutuhan lainnya, sehingga lama kelamaan angsuran yang ada
Koperasi
Upaya hukum yang dapat ditempuh oleh para pihak yang bersengketa
dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yakni jalur litigasi/pengadilan dan jalur
1. Jalur Litigasi/Pengadilan
Sejalan dengan ketentuan tersebut maka salah satu prinsip penting negara
merupakan salah satu ciri khas negara hukum. Pada hakekatnya kebebasan ini
merupakan sifat pembawaan dari pada setiap peradilan, hanya batas dan isi
sebagainya.
158
Wawancara Jami’ah, Anggota luar biasa Koperasi Karyawan PT. PLN Cabang Binjai
yang telah Pensiun, tanggal 29 Mei 2017, pukul 13.00 WIB
159
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
dari pengaruh kekuasaan yang lainnya adalah tuntutan yang selalu bergema dalam
kekuasaan kehakiman yang bebas ini tidak dapat dipisahkan dari ketentuan
kedudukan peradilan dalam negara hukum dan masyarakat demokrasi masih dapat
peradilan tidak hanya menyelesaikan sengketa, tetapi juga menjamin suatu bentuk
160
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 1998),
hal 19.
161
Suyud Margono, Alternative Dispute Resolution & Arbitrase: Proses Pelembagaan dan
Aspek Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000), hal 64-65.
masyarakat sebagai tonggak untuk mencapai keadilan dan juga seiring dengan
Banyak masukan dan kritikan yang dilontarkan kepada lembaga peradilan yang
berkaitan dengan kinerjanya. Kritik yang muncul terhadap peradilan bukan hanya
gejala yang tumbuh di Indonesia, melainkan terjadi di seluruh dunia. Pada negara-
negara industri maju, kritik yang dilontarkan masyarakat pencari keadilan juga
Masih banyak kritik yang dapat dideskripsikan akan tetapi dari deskripsi
namun kepercayaan masyarakat terhadapnya telah berkurang, tak perlu gusar dan
responsif terkait isu-isu dan kritik-kritik di atas karena dibalik itu semua adalah
keinginan untuk memiliki suatu lembaga peradilan yang dihormati, kokoh dan
merupakan faktor yang sangat penting untuk dapat tegaknya hukum. Jika di suatu
negara terjadi tingkat kepercayaan publik terhadap hukum rendah dengan segala
162
Ibid., hal 24.
tidak terpelajar dan ahli dalam hukum, oleh karena itu profesionalisme mutlak
negara, baik negara yang maju maupun masih berstatus negara berkembang. Para
dirasakan semua negara. Tetapi lebih lagi dalam keadaan sistem peradilan di
lamanya.164
tidak mungkin dihindari terjadinya sengketa di antara para pihak yang terlibat.
163
Amzulian Rifa’I, Permasalahan Hukum Di Indonesia, Mimbar Hukum No. 61 Tahun
2003, halaman 38.
164
Sudargo Gautama, Undang-undang Arbitrase Baru, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
1999), hal 2-4.
efektif, efisien serta biaya murah merupakan hal yang tidak dapat ditunda-tunda
sengketa yang efektif, efisien dan berbiaya murah agar segera diterapkan,
dari saling berjauhannya domisili para pihak yang bertransaksi serta bahasa,
budaya dan sistem hukum yang berbeda. Di samping itu, adanya keinginan untuk
a. Litigasi memaksa para pihak berada pada posisi yang ekstrim dan
memerlukan pembelaan;
b. Litigasi mengangkat seluruh persoalan dalam suatu perkara, sehingga
mendorong para pihak untuk melakukan penyeledikan terhadap
kelemahan-kelemahan pihak lainnya;
c. Proses litigasi memakan waktu yang lama dan memakan biaya yang
mahal;
d. Hakim seringkali bertindak tidak netral dan kurang mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan yang mendasari penyelesaian suatu
masalah hukum baru.165
Pada awalnya bentuk-bentuk penyelesaian sengketa yang dipergunakan
165
Imamulhadi, Penyelesaian Sengketa Dalam Perdagangan Secara Elektronik, (Jakarta:
Elips Project, 2001), hal 80.
antara mereka dengan harapan melalui kompromi tidak ada pihak yang merasa
dikalahkan/dirugikan.
sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni
warga untuk menyelesaikan suatu perselisihan, hanya saja istilah yang digunakan
berbeda. Istilah yang dikenal dalam hukum adat tersebut adalah musyawarah
untuk mufakat yang pada hakekatnya sama dengan melakukan negosiasi, mediasi
dunia bisnis akan menggunakan jalur non litigasi/ alternatif penyelesaian di luar
dengan arbitrase di atas merupakan pilihan kedua belah pihak, karena dalam
Cabang Binjai ini tidak di tuliskan dalam pasal perjanjian pembiayaan seandainya
terjadi sengketa antara pihak Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang
Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai dalam hal ini tidak ada
karena klausul dalam perjanjian pembiayaan tidak ada memuat pasal penyelesaian
sengketa. Seharusnya pihak Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai
166
Suyud Margono, Op.Cit., halaman 81.
167
Wawancara Siti Maria Nasution, Ketua Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang
Binjai, tanggal 20 Maret 2017, pukul 10.00 WIB
Untuk itu Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai membuat
tidak terdapat kesepakatan antara Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang
Binjai dengan Karyawan yang telah pensiun dengan cara musyawarah ini maka
Pihak Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai dapat mengajukan
terlindungi.
ini juga harus memuat tempat kedudukan dimana Pengadilannya berada agar
Cabang Binjai dengan Karyawan yang telah pensiun sudah tahu dimana mereka
harus menyelesaikannya.
Binjai. Pada Pasal 3 dalam Perjanjian Pembiayan dijelaskan juga bilamana Pihak
langsung kepada Pihak Koperasi paling lambat tanggal 5 pada bulan berjalan.
Jumlah anggota yang meminjam dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
PT.PLN (Persero) Cabang Binjai untuk anggota biasa dan anggota luar biasa yang
telah pensiun jumlah nya sangat banyak. Melihat banyaknya jumlah pinjaman
yang macet dari laporan rapat anggota tahunan Koperasi Karyawan PT.PLN
(Persero) Cabang Binjai tahun 2015 anggota biasa dan luar biasa tidak terlalu
peduli dengan kondisi yang ada, mereka berpikir apabila mereka melakukan
pinjaman masih ada dana yang bisa mereka pinjam.168 Kerugian akibat macetnya
kredit anggota biasa dan anggota luar biasa sampai pada tahun 2017 ini
168
Wawancara Hariati, Pensiunan Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang Binjai, tanggal 04
April 2017, pukul 10.00 WIB
Cabang Binjai dengan karyawan yang telah pensiun (debitur) dilakukan dengan
peringatan maupun teguran secara lisan kepada debitur agar dapat melaksanakan
status kreditnya. Apabila sudah kembali normal maka pihak Koperasi karyawan
PT. PLN (persero) cabang Binjai akan melanjutkan proses pembayaran angsuran.
Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai akan menggunakan tahap kedua,
surat peringatan sebanyak tiga kali berturut-turut. Apabila pihak debitur tetap
169
Wawancara Siti Maria Nasution, Ketua Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang
Binjai, tanggal 20 Maret 2017, pukul 10.00 WIB
170
Wawancara Siti Maria Nasution, Ketua Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang
Binjai, tanggal 20 Maret 2017, pukul 10.00 WIB
171
Wawancara Siti Maria Nasution, Ketua Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang
Binjai, tanggal 20 Maret 2017, pukul 10.00 WIB
tidak beritikad baik untuk memenuhi kewajibannya, maka pihak Koperasi akan
beban kredit debitur yang diharapkan bisa memberi peluang untuk melakukan
Dalam hal ini nasabah diberikan keringanan dalam hal jangka waktu, yang
kemampuan debitur dan dari jaminan debitur karena dari tahun ketahun barang
Dalam hal ini pernah dilakukan Koperasi Karyawan PT. PLN Cabang
Binjai dengan karyawan yang telah pensiun dengan Nomor perjanjian pembiayaan
172
Wawancara Puspa Sari, Manager Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang Binjai,
tanggal 20 Maret 2017, pukul 11.00 WIB
173
Wawancara Puspa Sari, Manager Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang Binjai,
tanggal 20 Maret 2017, pukul 11.00 WIB
meminjam pinjaman sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah), dan jangka waktu
10 bulan dan angsuran sebesar Rp. 660.000,- (enam ratus enam puluh ribu rupiah)
karena tidak bisa membayar angsuran sesuai dengan perjanjian pembiayaan yang
telah ditandatangani maka Karywan PT.PLN Cabang Binjai yang telah pensiun
kredit ini pada tahun 2016 hingga 2017 berjumlah 2 (dua) orang. 174
perjanjian, baik jangka waktu, jadwal pembayaran, maupun syarat yang lain
namun tidak merubah jumlah hutang debitur. Dalam Koperasi Karyawan PT. PLN
(persero) cabang Binjai yang dirubah adalah penurunan suku bunga, agar nasabah
bisa lebih fokus membayar angsuran pokok dengan jangka waku yang telah
Karyawan PT. PLN (persero) cabang Binjai bisa saja mengabulkan hal tersebut
namun jangka waktu yang diberikan lebih cepat dari penurunan suku bunga.
Semua hal tersebut tidak lepas dari negosiasi, karena segala solusi yang terjadi
antara pihak Koperasi Karyawan PT. PLN (persero) cabang Binjai dan nasabah
adalah hasil dari negosiasi. Untuk penyelamatan kredit ini pada tahun 2016 hingga
174
Wawancara Puspa Sari, Manager Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang Binjai,
tanggal 20 Maret 2017, pukul 11.00 WIB
175
Wawancara Puspa Sari, Manager Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang Binjai,
tanggal 20 Maret 2017, pukul 11.00 WIB
Karyawan PT. PLN Cabang Binjai dengan karyawan yang telah pensiun dengan
(sepuluh juta rupiah), dan jangka waktu 10 bulan dan angsuran sebesar Rp.
1.320.000,- (satu juta ratus enam puluh ribu rupiah) karena Anggota luar masih
membutuhkan dana untuk keperluan lain maka dilakukan penambahan modal atau
pinjaman lain. Untuk penyelamatan kredit ini pada tahun 2016 hingga 2017
oleh Koperasi Karyawan PT. PLN (persero) cabang Binjai. Dikoperasi ini tidak
lazimnya dalam suatu kehidupan keluarga. Oleh karena itu, Koperasi Karyawan
Cabang Binjai hanya berdasarkan kebiasaan yang sering dilakukan pada koperasi
176
Wawancara Puspa Sari, Manager Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang Binjai,
tanggal 20 Maret 2017, pukul 11.00 WIB
tersebut, karena tidak ada pedoman atau peraturan tertulis Koperasi dalam
mufakat dijadikan solusi terbaik bagi kedua belah pihak untuk mendapatkan solusi
terbaik hal ini digunakan apabila anggota koperasi masih mempunyai niat baik
Apabila anggota Koperasi yang telah pensiun itu tidak mempunyai itikad
yang baik dan jumlah pinjaman besar maka Koperasi Karyawan PT. PLN
tersebut agar anggota koperasi dapat melunasi hutang kreditnya cara ini
merupakan cara terakhir yang digunakan koperasi apabila anggota koperasi sudah
tidak dapat lagi menyelesaikan dengan jalur musyawarah. Sampai saat ini belum
177
Wawancara Puspa Sari, Manager Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang Binjai,
tanggal 20 Maret 2017, pukul 11.00 WIB
178
Wawancara Puspa Sari, Manager Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero), Cabang Binjai,
tanggal 20 Maret 2017, pukul 11.00 WIB
A. KESIMPULAN
luar biasa Koperasi PT. PLN (Persero) Cabang Binjai maka karyawan yang
kredit sesuai dengan Anggaran dasar Koperasi yang telah ditentukan untuk
tersebut dengan karyawan PT.PLN (Persero) yang telah pensiun lahir dari
dalam pemberian kredit atau pinjaman kepada karyawan yang telah pensiun
121
3. Penyelesaian hutang kredit dalam hal anggota koperasi karyawan PT. PLN
teguran secara lisan kepada anggota biasa dan anggota luar biasa Koperasi
Karyawan PT. PLN (Persero) cabang Binjai. Hal tersebut bertujuan agar
pinjaman selesai. Selanjutnya bila tidak juga ada itikad baik dari anggota
koperasi yang kreditnya macet tersebut maka pihak Koperasi Karyawan PT.
koperasi tersebut, karena tidak ada pedoman atau peraturan tertulis Koperasi
B. SARAN
tertulis yang mengatur para pihak. Agar tidak menimbulkan kredit macet
Koperasi Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai agar koperasi tidak
mengalami kerugian kemudian hari dan akan lebih baik bagi Koperasi
tidak dalam bentuk dibawah tangan agar memberikan kepastian hukum dan
kredit macet agar dapat menjadi Standart Operasional Prosedure (SOP) dari
A. Buku-Buku
Ali, Achmad, Menguak Tabir Hukum (suatu kajian filosofis dan sosiologis),
Penerbit Toko Gunung Agung, Jakarta, 2002
Fuady, Munir, Hukum Perbankan Modern Buku Kesatu, Bandung : Citra Aditya
Bakti, 2003
124
Hendrojogi, Koperasi azas-azas, Teori dan Praktek, Jakarta, PT. Raja Grafindo,
2004
Kasmir, 2002, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Keenam, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Mahmud, Peter Marzuki, Pengantar lmu Hukum, Jakarta, Kencana Pranada Media
Group, 2008
Muljono,” Eksekusi grose akta hipotek oleh bank”, Jakarta : Rineka Cipta, 1996
Munawir, S.. 2004. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ke-4, Liberty, Yogyakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2004
Rahardjo, Satjipto, Ilmu hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, Cetakan ke-V 2000
Satrio, J., Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan, Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 1993
Sri redjeki hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan, Jakarta : Sinar Grafika,
1992
Syahrani, Riduan, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Penerbit Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1999
B. Undang-Undang
1999
C. Internet
http://andikaprasetya11.blogspot.com/2013/10/sejarah-perkembangan-koperasi-
di.html
http://accounting-bank.blogspot.com/2011/03/debitur-dan-kreditur.html
http://satriyadavid1.blogspot.com/
landasan-teori.html
Namsudamhar, http://namsudamhcar.blogspot.co.id/2016/03/alasan-pembatalan-
uud-no-17-tahun-2012.html,
koperasi.html