Makalah Psikologi Pendidikan

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

INFORMATION PROCESSING DAN KOGNITIF SOSIAL

DOSEN PENGAMPU
Karlena Apriliyanti, M.Pd.Mat

DISUSUN OLEH

Okta Cahya Tri (223280011)


Sherli Amirah Khansa (2223280019)
Siti Nur Khalimah (2223280014)

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya, tugas makalah mata kuliah
Psikologi Pendidikan yang membahas tentang “Information Processing dan Kognitif Sosial” dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kami juga berterima kasih kepada Ibu Karlena Apriliyanti,
M.Pd.Mat selaku dosen pembimbing dan juga kepada orang tua kami yang senantiasa mendo`akan
kelancaran proses pendidikan yang sedang kami tempuh saat ini.
Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan berbagai sumber yang berkaitan dengan
Psikologi Pendidikan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Untuk itu
diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaannya. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat membawa manfaat untuk pembaca.

Bengkulu, 27 April 2023

Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Teori Belajar Information Processing
B. Konsep Dasar Teori Belajar Kognitif Sosial
C. Membuat Rancangan Model Dari Teori Belajar Information Belajar Information Processing
dan Kognitif Sosial

BAB III STUDI KASUS


A.

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara
memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Menurut Witherington,
psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan pendidikan manusia. Di samping menyampaikan materi pendidikan, seorang
pendidik juga hendaknya mengetahui tentang kondisi psikis dan kemampuan anak dalam belajar agar
sang anak dapat lebih memahami konsep dari materi yang telah diajarkan dan dapat menerapkannya
dengan baik di lingkungan sekitarnya.
Salah satu materi psikologi pendidikan pada kali ini ialah mengenai Teori Information
Processing dan Kognitif Sosial. Teori information processing atau pengolahan informasi adalah teori
bealajar kognitif yang menggambarkan pemrosessan, penympanan dan pengambilan pengetahuan
dalam pikiran. Dimana rangsangan yang kita terima terus menerus memasuki pikiran kita dengan
berbagai cara dan dikembangkan menjadi sebuah informasi. Informasi yang telah diterima dan
dikembangkan akan menjadi sumber pengetahuan dan dapat menjadi hasil pembelajaran setelah diuji
dan dikelola dengan baik. Sedangkan teori kognitif sosial adalah teori yang menonjolkan gagasan
bahwa sebagian besar pembelajaran manusia terjadi dalam sebuah lingkungan sosial. Seseorang dapat
dapat memperoleh informasi dan pembelajaran bukan hanya dalam lingkungan sekolah saja tetapi
juga dapat diperoleh dari lingkungan keluarga ataupun masyarakat. Dalam konteks pembelajaran,
contoh teori kognitif sosial, yakni ketika anak meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Maka
dari itu, kita akan membahas lebih lanjut mengenai teori information processing dan kognitif sosial
yang akan bermanfaat untuk diketahui dan dipelajari lebih lanjut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu konsep dasar teori belajar information processing?
2. Apa itu konsep dasar teori belajar kognitif sosial?
3. Bagaimana cara membuat rancangan model dari teori belajar information processing dan
kognitif sosial?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui konsepdasar teori belajar information processing.
2. Untuk mengetahui konsep dasar teori belajar kognitif sosial.
3. Untuk mengetahui cara membuat rancangan model dari teori belajar information
processing dan kognitif sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR TEORI BELAJAR INFORMATION PROCESSING

Information processing atau proses penerimaan informasi merupakan salah satu bentuk
pendekatan berdasarkan kognitivisme. Pendekatan ini memandang proses belajar yang terjadi dalam
diri individu sebagai suatu proses penerimaan informasi. Ketika individu belajar, di dalam dirinya
berlangsung proses kendali atau pemantau bekerjanya sistem yang berupa prosedur strategi
mengingat, untuk menyimpan informasi ke dalam long-term memory (materi memori atau ingatan)
dan strategi umum pemecahan masalah (materi kreativitas).
Robert M. Gagne (1972) mendefinisikan belajar sebagai mekanisme dimana sesseorang
menjadi anggota masyarakat yang berfungsi kompleks. Kompetensi tersebut meliputi keterampilan,
pengetahuan, sikap (perilaku) dan nilai-nilai yang dibutuhkan manusia, sehingga belajar merupakan
hasil dari berbagai perilaku yang selanjutnya disebut kompetensi. Siswa memperoleh kemampuan
tersebut dari : (1) rangsangan dan lingkungan, dan (2) proses kognitif (Warsita, 2018)
Menurut Robert M. Gagne, pemrosesan informasi terdiri dari empat fase utama, yakni :
1. Receiving the stimulus situation, yaitu fase ketika seseorang memperhatikan stimulus tertentu
kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk ditafsirkan sendiri
dengan berbagai cara. Misalnya Golden Eye bisa ditafsirkan sebagai jembatan di Amerika
atau judul dalam film.
2. Stage of acquisition, yaitu fase dimana seseorang membentuk asosiasi antara informasi baru
dan informasi lama.
3. Storage, yaitu fase retensi atau pentimpangan informasi baik ke dalam memori jangka pendek
maupun jangka panjang.
4. Retrieval, yaitu fase mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam
memori.

Menurut Lukman El Hakim, pemrosesan informasi terdiri dari empat tahap, yakni :
1. Menerima informasi, yaitu memperoleh informasi tertentu dari lingkungan dengan alat indra
untuk selanjutnya diolah.
2. Mengolah informasi, yaitu upaya menggabungkan dan mengaitkan informasi atau
pengetahuan yang dimiliki.
3. Menyimpan informasi, yaitu mempertahankan informasi atau ingatan dalam memori.
4. Memanggil informasi kembali, yaitu mengingat kembali informasi atau pengetahuan yang
disimpan dalam ingatan atau memori untuk digunakan.

Sebelum memberikan respon dinamis terhadap stimulus, informasi dianalisis sebagai berikut :
1. Identifikasi Stimulus Sebagai Persepsi
Fase identifikasi stimulus adalah fase persepsi yang menganalisis informasi dari sumber
seperti penglihatan, pendengaran, sentuhan, dan penciuman. Identifikasi rangsangan
merupakan awal dari rangkaian persepsi rangsangan yang diperoleh seseorang dengan
memberikan analisis lingkungan dari suatu sumber. Stimulus ini adalah bentuk khas untuk
memilih spons yang memberikan bentuk stimulus. (Slamet Riyadi, 2011)
2. Seleksi Respon Sebagai Keputusan
Pada fase seleksi terdapat berbagai kemungkinan pilihan respon yang perlu diberikan
terhadap stimulus, dan pilihan respons tersebut disesuaikan dengan kondisi lingkungan.
Berbaai kemungkinan bentuk gerakan diprogram untuk merespon rangsangan yang terjadi.
Fase pemilihan respon dimulai ketika fase pertama memberikan informasi tentang jenis
stimulus yang masuk. Selain itu, tugas memilih respon ini adalah menentukan gerakan yang
akan dilakuka sesuai dengan stimulus. Tahap ini mirip dengan mekanisme konversi antara
input sensorik dan output motorik.
3. Pemrograman Respon Sebagai Aksi
Dalam pemrograman reaksi, organisasi tugas sistem motorik adalah dasar dari rekasi dinamis.
Sebelum memicu respons dinamis dalam respons, program respons memperhitungkan bentuk
stimulus yang diidentifikasi pada langkah sebelumnya. Saat tahapan proses pemrosesan
informasi berlangsung, pola rencana perjalanan terbentuk dalam ingatan. Pola perencanan
yang berinteraksi dengan lingkungan yang merangsang pada akhirnya menjadi respon
motorik, seperti yang ditunjukkan individu.

Pemrosesan informasi memiliki tiga komponen yang dipilah berdasarkan perbedaan fungsi,
kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya lupa, diantaranya sebagai berikut :
1. Sensory Receptor (SR) yaitu sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di dalam
SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, informasi hanya dapat bertahan dalam waktu
yang sangat singkat dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti.
2. Short Term Memory atau Working Memory (WM), yaitu memori yang diasumsikan mampu
menangkap informasi yang diberi perhatian oleh individu. Memori ii merupakan memori
penyimpanan sementara informasi-informasi sebelum diteruskan ke dalam memori jangka
panjang. Pemberian perhatian ini dipengaruhi oleh peran persepsi. Karakter WM antara lain :
a. Memiliki kapasitas yang terbatas. Informasi di dalamnya hanya mampu bertahan kurang
lebih 15 detik apabila tanpa upaya pengulangan atau rehearsal.
b. Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya.
3. Long Term Memory (LTM), yaitu memori yang sudah terkodifikasi dan tersimpan secara
menyeluruh di dalam otak. Memori ini tidak memiliki keterbatasan dan bertahan beberapa
menit hingga sepanjang hidup. Diasumsikan sebagai berikut :
a. Berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki oleh individu.
b. Mempunyai kapasitas tidak terbatas.
c. Bahwa sekali informasi disimpan di dalam LTM tidak akan pernah terhapus atau hilang.

Para ahli kognitivise membagi memori jangka panjang (Long Term Memory) menjadi tiga bagian :
1. Episodic Memory, adalah memori pengalaman hidup manusia yang memuat sebuah gambar
secara mental tentang segala sesuatu yang manusia lihat dan dengar. Seperti ketika seseorang
bertanya tentang makan malamnya bersama seorang teman, untuk menjawab pertanyaan ini
seorang menceritakan dan mengingat serta membayangkan saat makan malam bersama
temannya. Pada saat mengingatnya, artinya orang tersebut memanggil kembali informasi
gambar yang telah disimpan episodic memory di memori jangka panjangnya.
2. Semantic Memory, adalah memori yang berisi ide-ide atau konsep-konsep yang berkaitan
dengan skema. Skema menurut Piaget adalah kerangka kerja kognitif individu yang berguna
untuk mengorganisasi persepsi dan pengalaman-pengalaman. Para ahli yang telah dimiliki
individu dalam memori mereka untuk memahami dan mengintegrasikan inforasi-informasi
yang baru.
3. Procedural Memory, adalah memori yang berkaitan dengan sesuatu yang bersifat prosedural
segingga mampu untuk menghadirkan kembali bagaimana segala sesuatu itu dikerjakan.
Misalnya, pada saat belajar menggunakan komputer, maka memori menyimpan informasi
tersebut sebagai ingatan prosedural. Bila suatu saat akan menggunakan komputer akan digali
atau dipanggil untuk digunakan untuk mengoperasikan komputer.

Menurut Craik Lockhart, ada beberapa faktor penghambat dalam pemrosesan informasi seorang
individu, antara lain :
1. Tidak semua individu mampu melatih memori secara maksimal.
2. Proses internal memori tidak dapat diamati secara langsung.
3. Tingkat kesulitan mengungkap kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatan.
4. Kemampuan otak tiap individu tidak sama.

Menurut Robert M. Gagne mengemukakan ada delapan fase proses pembelajaran dalam pemrosesan
informasi, yakni :
1. Motivasi, yaitu fase awal memulai pembelajaran dengan adanya dorongan untuk melakukan
suatu tindakan dalam mencapai tujuan tertentu.
2. Pemahaman, yaitu individu menerima dan memahami informasi yang diperoleh dari
pembelajaran. Pemahaman didapat melalui perhatian.
3. Pemerolehan, yaitu individu memberikan makna/mempersepsikan segala informasi yang
sampai pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan dalam memori peserta didik.
4. Penahanan, yaitu menahan informasi/hasil belajar agar dapat digunakan untuk jangka
panjang. Hal ini merupakan proses mengingat jangka panjang.
5. Ingatan kembali, yaitu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan, bila ada
ransangan.
6. Generalisasi, yaitu menggunakan hasil pembelajaran untuk keperluan tertentu.
7. Perlakuan, yaitu perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil pembelajaran.
8. Umpan balik, yaitu individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah dilakukannya.

B. KONSEP DASAR TEORI BELAJAR KOGNITIF SOSIAL


Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) adalah sebuah istilah baru dalam teori
pembelajaran social, istilah ini dikemukakan seorang tokoh bernama Albert Bandura. Albert Bandura
lahir pada tahun 1925 di Kanada. Dia menerima gelar doktor pada diskhursus ilmu psikologi klinis
dari University of Iowa, di mana pola pikirnya dipengaruhi oleh buku "Social Learning and Imitasi"
karya Miller dan Dollard (1941). Nama baru "Teori Kognitif Sosial" digunakan pada tahun 1970-an
dan 1980-an. Ide utama dari pemikiran Bandura juga merupakan pengembangan dari pemikiran
pembelajaran tiruan Miller dan Dollard. (Elga, 2019).
Albert Bandura adalah seorang psikolog yang terkenal dengan teori pembelajaran sosialnya.
Teori tersebut menekankan pada komponen kognitifdari pikiran, pemahaman, dan evaluasi.
Eksperimennya yang sangat terkenaladalah eksperimen Bobo Doll, dimana eksperimen tersebut
menunjukkan bahwa anak – anak meniru sesuatu (seperti perilaku agresif) dari orang dewasa di
sekitarnya.
Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial, kognitif, dan faktor pelaku memainkan peran
penting dalam pembelajaran. Faktor sosial mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orang
tuanya. Faktor kognitif berupaekspektasi/penerimaan siswa untuk memperoleh keberhasilan.
Menurutnya,ketika siswa belajar, mereka dapat merepresentasikan pengalaman merekasecara
kognitif.
Menurut Bandura, prinsip belajar adalah usaha menjelaskan belajar dalam situasi alami.
Bandura mengembangkan model resipkoral deterministik yangterdiri dari tiga faktor utama yaitu
perilaku, person/kognitif, dan lingkungan.Faktor ini saling berinteraksi dalam proses pembelajaran.
Faktor lingkunganmempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, dan faktor
person/kognitif mempengaruhi perilaku. Dan faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan,
strategi pemikiran, dan kecerdasan.
1. Perilaku
Faktor perilaku yang memengaruhi proses pembelajaran sosial adalah
keterempilan/kemampuan, latihan, dan efektifitas diri.
2. Person/Kognitif
Faktor kognitif ada tiga yaitu ingatan, perencanaan, dan penilaian. Dalam perannya
sebagai individu, manusia berperan sebagai pelaku dalam proses pembelajaran sosial.
Setiap individu dikatakan unik karena memiliki perbedaan antara manusia yang satu
dengan yang lainnya. Faktor kognitif yang ditekankan Bandura belakangan ini adalah
self-efficacy, yakni keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan
menghasilkan hasil positif.
3. Lingkungan
` Dalam proses pembelajaran sosial, lingkungan yang dimaksud di sini adalah
lingkungan sosial-budaya. Bandura menekankan bahwa kondisilingkungan dapat
memberikan serta memelihara respon-respon tertentu pada diri seseorang.
Asumsi dasar dari teori ini yaitu sebagian besar tingkah laku individu diperoleh dari
hasil belajar melalui pengamatan atas tingkah laku yang ditampilkan oleh individu-
individu lain yang menjadi model.
Bandura menyatakan bahwa, orang belajar banyak perilaku melalui proses peniruan. Kita bisa
meniru beberapa perilaku hanya melalui pengamatanterhadap perilaku model dan akibat yang
ditimbulkannya. Proses belajarsemacam ini disebut "observational learning" atau pembelajaran
melalui pengamatan. Selama berjalannya observational learning, seseorang mencoba melakukan
tingkah laku yang dilihatnya dan melakukan reinforcement/punishment yang berfungsi sebagai
sumber informasi bagiseseorang mengenai tingkah laku mereka. Teori belajar sosial ini menjelaskan
bagaimana kepribadian seseorang berkembang melalui proses pengamatan.Istilah yang terkenal
dalam teori belajar sosial adalah modeling (peniruan). Modeling lebih dari sekedar peniruan atau
mengulangi perilaku model tetapi juga melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku
yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan, sekaligus melibatkan proseskognitif.
Bandura mengemukakan empat komponen dalam proses belajar meniru(modeling) melalui
pengamatan, yaitu:
1. Atensi/memperhatikan
Sebelum melakukan peniruan, orang terlebih dahulu menaruh perhatian terhadap
model yang akan ditiru. Dalam hubungan ini, Bandura memberikan contoh
mengenai pengaruh televisi dengan model-modelnya terhadap kehidupan dalam
masyarakat, terutama dalam dunia anak-anak. Keinginan memperhatikan dipengaruhi
oleh kebutuhan dan minat pribadi. Semakin ada hubungannya dengan kebutuhan dan
minatnya, semakin mudah pula tertarik dengan perhatiannya, pun sebaliknya.
2. Retensi/mengingat
Setelah memperhatikan dan mengamati suatu model, maka pada saat lain anak
memperlihatkan tingkah laku yang sama dengan model tersebut. Anak melakukan
proses mengingat dengan menyimpan memori mengenai model yang dia lihat dalam
bentuk simbol-simbol. Bandura mengemukakan kedekatan dalam rangsang sebagai
faktor terjadinya asosiasi antara rangsang yang satu dengan rangsang yang lain
bersama-sama. Bentuk simbol-simbol yang diingat ini diperoleh dari pengamatan
visual dan verbalisasi. Adanya simbol-simbol verbal, nantinya bisa ditampilkan dalam
tingkah laku yang berwujud.
3. Memproduksi gerak motorik
Agar bisa mereproduksikan tingkah laku secara tepat, seseorang harus bisa
memperlihatkan kemampuan – kemampuan motoriknya. Misalnya, seorang anak
mengamati ayahnya yang mencangkul di ladang. Agar anak ini dapat meniru apa
yang dilakukan ayahnya, anak ini harus sudah cukup kuat untuk mengangkat
cangkul dan melakukan gerak terarah seperti ayahnya.
4. Ulangan-penguatan dan motivasi
Setelah seseorang melakukan pengamatan terhadap suatu model, ia akan
mengingatnya. Diperlihatkan atau tidaknya hasil pengamatan tersebut bergantung
pada kemauan/ motivasi yang ada. Jika motivasi kuat,misalnya akan mendapat hadiah
atau keuntungan, maka ia akan melakukannya, begitu juga sebaliknya. Mengulang
suatu perbuatan untuk memperkuat perbuatan yang sudah ada dan agar tidak hilang,
disebut ulangan–penguatan. Dalam tumbuh kembang anak, teori ini sangat berguna
sebagai bentuk acuan pembelajaran yang tepat untuk anak. Pembelajar dapat lebih
memahami tindakan apa yang pantas atau tidak untuk ditunjukkan kepada anak
sebagai bentuk pembelajaran dan pembentukan pola tingkah laku diri.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Dewi Indrapangastuti, M.Pd. Teori Belajar Pemrosesan Informasi. Spada.uns.ac.id


Ernis Suryana, dkk. (2022). Teori Pemrosesan Informasi dan Implikasi Dalam Pembelajaran. Jurnal
Ilmiah Mandala Education (JIME). Palembang.
Informstion-Processing-and-Cognitive-Theories-of-Learning-Kelompok-4. Bakri.uma.ac.id.
Silvie Afifatuz Zulfah, Surabaya, 2022. Penerapan Teori Pemrosesan Informasi Robert M. Gagne
pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDI Al-Mubarok Surabaya. Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel.
Slamet Riyadi. (2011). Pemrosesan Informasi dalam Belajar Gerak. Jurnal Ilmiah SPIRIT,
ISSN :1411-83191, No. 2
Warsita, B. (2018). Teori Belajat Rober M. Gagne dan Implikasinya pada Pentingnya Pusat Sumber
Belajar. Jurnal Teknodik, 12(1).

You might also like