Professional Documents
Culture Documents
1901-1912 Devina the+Effect+of+Nutrition+Education
1901-1912 Devina the+Effect+of+Nutrition+Education
1902
Formosa Journal of Science and Technology (FJST)
Vol.2, No.7, 2023: 1901-1912
PENDAHULUAN
Diabetes melitus menjadi perhatian penting di ranah kesehatan di seluruh
dunia. Diabetes melitus merupakan kontributor risiko yang sangat serius untuk
penyakit gagal jantung, disfungsi ginjal, demensia, dan semua penyebab
kematian. Strategi pencegahan primer termasuk deteksi dini dan pengendalian
faktor risiko diperlukan untuk mengurangi kejadian diabetes melitus dan
komplikasi terkaitnya (Tian et al., 2022). Sebutan lain untuk diabetes melitus
adalah “Silent Killer” karena diabetes melitus merupakan penyakit yang dapat
membunuh seseorang secara perlahan (Bintari, 2021).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2018, memproyeksikan bahwa
prevalensi diabetes tipe II di Indonesia akan mengalami peningkatan yang
signifikan dari 8,4 juta individu pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada
tahun 2030. Menurut Federasi Diabetes Internasional (IDF) tahun 2021,
memproyeksikan akan ada peningkatan yang signifikan dalam populasi
diabetes global. Secara khusus, jumlah orang yang terkena diabetes akan
meningkat dari 10,7 juta manusia antara tahun 2019 dan 2030 menjadi sekitar
13,7 juta pada tahun 2030. Diabetes melitus menyebabkan 6,7 juta orang
meninggal, rata-rata 1 orang tiap 5 detik (Kemenkes, 2020). Provinsi
Kalimantan Timur menempati urutan kedua dengan angka prevalensi yang
signifikan di Indonesia (Riskesdas, 2021). Puskesmas Pasundan merupakan
puskesmas di kecamatan Samarinda Ulu dengan jumlah penderita diabetes
melitus terbanyak yaitu 946 kasus (Samarinda D.K., 2021). Berdasarkan data
sekunder dari Puskesmas Pasundan periode Januari hingga Maret 2022,
prevalensi diabetes melitus tipe II di wilayah tersebut menunjukkan angka
tertinggi pada usia di atas 40 tahun (Data Sekunder Puskesmas Pasundan,
2022).
Peningkatan jumlah kasus diabetes melitus di Indonesia dari waktu ke
waktu dapat menimbulkan masalah besar bagi produktivitas, kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat Indonesia. Penanganan terbaik harus dilakukan
untuk mencegah kecacatan dan kematian dini pada masyarakat Indonesia.
Penatalaksanaan diabetes melitus dilakukan melalui beberapa tahapan, antara
lain memberikan edukasi/konseling, memberikan terapi nutrisi, melakukan
latihan fisik, dan terapi farmakologi. Oleh karena itu edukasi gizi merupakan
metode pencegahan yang efektif dan merupakan aspek integral dari
penatalaksanaan diabetes melitus secara holistik (PERKENI, 2021).
Edukasi merupakan tahap awal pengobatan diabetes melitus sehingga
dapat menambah pengetahuan dan memotivasi individu untuk meningkatkan
kondisi kesehatannya (Kaluku, 2018). Informasi yang diperoleh seseorang
sangat mempengaruhi pengetahuannya, seperti yang diungkapkan oleh
Suyono dalam (Tomastola et al., 2015) bahwa tersedianya materi yang
informatif dan menarik sangat mendukung proses pendidikan kesehatan secara
efektif karena dapat meningkatkan pengetahuan seseorang secara signifikan
dalam waktu singkat.
Media leaflet sebagai sarana edukasi untuk menambah pengetahuan
seseorang sehingga mendapatkan informasi yang informatif dan menarik
tentang perencanaan makanan pada diabetes melitus tipe II. Leaflet yang telah
1903
Astiza, Cahyono, Wahyuningrum
TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah kondisi medis kronis yang ditandai dengan
produksi insulin yang tidak mencukupi oleh sistem pencernaan atau sintesis
insulin yang tidak efektif. Karena diabetes ada banyak komplikasi seperti
retinopati, neuropati dan insufisiensi pembuluh darah perifer. Kondisi ini
diakui sebagai salah satu dari lima faktor utama dunia yang memungkinkan
berkontribusi terhadap kematian di seluruh dunia (Bhatt et al., 2016).
Disfungsi sel beta pankreas serta resistensi terhadap insulin pada sel hati
dan otot keduanya diidentifikasi sebagai patofisiologi cedera yang signifikan
dalam perkembangan penyakit tersebut. Patofisiologi diabetes melitus tipe II
meliputi penurunan tingkat insulin menginduksi penurunan tingkat
pemanfaatan glukosa oleh sel-sel jaringan, menyebabkan pengurangan atau
kekurangan karbohidrat di bawah mitokondria, bersamaan dengan penurunan
jumlah energi yang dibutuhkan untuk memberi makan metabolisme
karbohidrat.
Menurut PERKENI (2021), seseorang yang menderita diabetes melitus
akan mengalami keluhan seperti: gejala poliuria, polidipsia, polifagia, dan
penurunan berat badan sering diamati pada individu dengan diabetes mellitus
tipe II, namun mekanisme yang mendasari yang bertanggung jawab atas
manifestasi ini masih belum sepenuhnya dipahami serta berbagai keluhan bisa
muncul pada pria, antara lain lemas, kesemutan, gatal, penglihatan kabur, dan
disfungsi ereksi. Sebaliknya, wanita mungkin mengalami pruritus vulva
sebagai perhatian khusus.
1904
Formosa Journal of Science and Technology (FJST)
Vol.2, No.7, 2023: 1901-1912
2) Terapi Nutrisi Medis
Peran utama terapi nutrisi medis dalam penanganan diabetes melitus
secara holistik melibatkan kerjasama antara dokter, ahli gizi, petugas
kesehatan, serta pasien dan keluarganya. Agar mencapai sasaran terapi,
terapi nutrisi medis harus disesuaikan dengan kebutuhan individu pasien
diabetes melitus (PERKENI, 2021). Individu yang menderita penyakit
diabetes mellitus perlu diberikan penekanan akan signifikansi pengaturan
jadwal makan yang teratur, komposisi dan jumlah kalori yang tepat,
terutama pada pasien yang menggunakan obat-obatan yang meningkatkan
sekresi insulin atau menjalani terapi insulin (PERKENI, 2021)
3) Latihan Fisik
Latihan fizik dapat dilakukan seperti olahraga dengan frekuensi 3-5 hari
per minggu sekitar 30 − 45 menit, dengan total 150 menit per minggu,
dengan peringatan bahwa tidak lebih dari dua hari berturut-turut berlalu
antara setiap sesi latihan. Dianjurkan untuk melakukan latihan aerobik
intensitas sedang, yang biasanya melibatkan mempertahankan detak
jantung antara 50-70 detak per menit. Contoh latihan tersebut termasuk
jalan cepat, bersepeda, joging, dan berenang. Denyut jantung maksimum
dapat ditentukan dengan mengurangi 220 dari usia pasien (Soelistijo SA et
al., 2021)
4) Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis biasanya berupa obat antihiperglikemia oral untuk
meningkatkan sekresi insulin, kepekaan insulin, menghambat enzim
dipeptidil peptidase-4 dan enzim Sodium Glucose co-Transporter 2 serta obat
suntikan antihiperglikemia, terapi gabungan dan kombinasi insulin basal dengan
GLP-1 RA yang kemudiandilakukan bersamaan dengan penerapan pola
makan dan latihan jasmani (PERKENI, 2021)
Pengetahuan
Pengetahuan mencakup banyak fenomena yang diamati dan dipahami
oleh individu. Menurut Notoadmodjo (2010), perolehan pengetahuan terjadi
melalui proses kognitif dimana individu menggunakan kemampuan mental
mereka untuk mengenali dan memahami objek atau kejadian yang sebelumnya
tidak dikenal. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain:
1) Pendidikan
Pendidikan memengaruhi cara seseorang berperilaku, terutama cara
mereka bersikap. Menurut A. Wawan (2011), jika seseorang lebih melek
terhadap pendidikannya maka kemudahan untuk mendapatkan informasi
akan lebih luas
2) Usia
Respon yang cepat serta pola berfikir sejatinya berkembang dengan sesuai
dengan berjalannya waktu. Hal itu bisa jadi menjadi melemah setelah
melewati usia madya (40-60 tahun) (Astutik, 2013)
3) Media
Media difungsikan sebagai sarana penyampaian program informasi
kesehatan. Media yang merupakan suatu alat dapat dianggap sebagai alat
1905
Astiza, Cahyono, Wahyuningrum
bantu yang dapat dirasakan oleh panca indera untuk membantu sesorang
berinteraksi dan menyebarluasan informasi tentang kesehatan (Daryanto
dalam Ismawati, 2016)
4) Pengalaman
Pengalaman merupakan sebuah peristiwa yang pernah terjadi pada
seseorang. Pengalaman yang menyenangkan dapat meninggalkan ingatan
yang mendalam dan membentuk sikap positif dalam kehidupan (A.
Wawan, 2011)
5) Sosial Budaya
Status sosial ekonomi individu memainkan peran penting dalam
menentukan aksesibilitas sumber daya tertentu, sehingga mempengaruhi
tingkat perolehan pengetahuan mereka (Riyanto & Budiman, 2013)
6) Lingkungan
Faktor lingkungan memiliki pengaruh terhadap proses perolehan
pengetahuan oleh individu. Kejadian ini berkembang akibat kurangnya
hubungan reseptif, dan hal ini sering disadari di kalangan masyarakat
(Riyanto & Budiman, 2013)
Media
Media bertujuan untuk membantu dalam pengoperasiannya. sehingga
terdapat kesinambungan antara informasi yang disampaikan informan kepada
penerima. Penyelenggaraan media didasarkan pada prinsip informasi yang
terkandung dalam diri setiap orang sehingga dapat diterima atau ditangkap
melalui panca inderanya. Semakin banyak panca indra yang digunakan untuk
menerima sesuatu, maka semakin jelas pula pengetahuan dan informasi yang
diterima (Notoatmodjo, 2010).
Leaflet adalah lembaran larut yang terbuat dari kertas yang mencakup
konten cetak bersama dengan visual tertentu yang berkaitan dengan subjek
yang dapat diidentifikasi, membantu beberapa maksud dan tujuan (Supariasa,
2012). Leaflet biasanya berukuran 20 x 30 cm dan berisi 200-400 kata.
Ho: Tidak ada pengaruh edukasi gizi dengan media leaflet terhadap
pengetahuan tentang perencanaan makanan pada pasien rawat jalan diabetes
melitus tipe II di Puskesmas Pasundan Samarinda
Ha: Ada pengaruh edukasi gizi dengan media leaflet terhadap pengetahuan
tentang perencanaan makanan pada pasien rawat jalan diabetes melitus tipe II
di Puskesmas Pasundan Samarinda
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan pra exsperimen dengan desain one group pre
post without control group dengan jumlah sampel 40 responden dari 357 orang
pasien rawat jalan diabetes melitus tipe II yang diperoleh dengan Teknik
Purposive Sampling di Puskesmas Pasundan Samarinda pada tahun 2023.
Analisis menggunakan program komputer Statistical Program for Social Science
versi 25. Data yang diperolah tidak berdistribusi normal sehingga
menggunakan uji Wilcoxon.
1906
Formosa Journal of Science and Technology (FJST)
Vol.2, No.7, 2023: 1901-1912
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan proses analisis yang dilakukan pada setiap
variabel yang ditemukan dalam hasil penelitian. Hal ini dilakukan untuk
memberikan deskripsi mengenai karakteristik masing-masing variabel,
yakni usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan.
Karakteristik Responden
Table 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Karakteristik n %
Umur
45-59 tahun 27 67,5
60-69 tahun 11 27,5
> 70 tahun 2 5,0
Jenis Kelamin
Perempuan 24 60,0
Laki-laki 16 40,0
Pendidikan
Tidak Sekolah 4 10,0
SD 9 22,5
SMP 8 20,0
SMA/SMK 14 35,0
D1 2 5,0
D3/D4 1 2,5
S1 2 5,0
Pekerjaan
Wiraswasta 4 10,0
Pedagang 7 17,5
Pensiunan 2 5,0
IRT 19 47,5
Petani 1 2,5
Buruh 3 7,5
Tidak bekerja 4 10,0
Dari tabel 1. diperoleh rata-rata responden terbanyak dengan usia 45-59
tahun (67,5%), dengan responden berjenis kelamin perempuan (60%). Sebagain
besar responden dengan rata-rata pendidikan SMA/SMK (35%) dengan status
pekerjaan ibu rumah tangga (46,5%).
1907
Astiza, Cahyono, Wahyuningrum
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh edukasi gizi
dengan media leaflet terhadap pengetahuan tentang perencanaan makanan
pasien diabetes melitus tipe II
PEMBAHASAN
Pada penelitian menunjukkan bahwa pemberian intervensi dengan proses
edukasi gizi melalui media leaflet memberikan peningkatan pengetahuan tentang
perencanaan makanan pada pasien diabetes melitus tipe II. Berdasarkan hasil uji
Wilcoxon diperoleh nilai p-value < 0,000 artinya secara statistik menunjukkan
bahwa ada pengaruh edukasi gizi dengan media leaflet terhadap pengetahuan
tentang perencanaan makanan pada pasien rawat jalan diabetes melitus tipe II di
Puskesmas Pasundan Samarinda. Pengaruh edukasi gizi dengan media leaflet ini
dapat dilihat dari peningkatan rerata nilai pengetahuan awal sebelum dilakukan
edukasi dengan media leaflet sebesar 69,46% dan sesudah dilakukan edukasi
dengan media leaflet menjadi 95,41% sehingga mengalami peningkatan sebanyak
31,15%.
Pada penelitian ini terungkap bahwa pada 40 responden sebelum
mendapatkan edukasi gizi dengan menggunakan media leaflet, pengetahuan
mereka mengenai perencanaan makanan pada pasien rawat jalan diabetes
melitus tipe II masih terbatas. Namun, setelah diberikan edukasi gizi dengan
media leaflet, secara signifikan meningkatkan pengetahuan mereka tentang
perencanaan makanan pada pasien diabetes melitus tipe II. Diketahui sebanyak 7
responden (17,5%) dengan kategori baik, sebanyak 28 responden (70%) dengan
kategori cukup, sedangkan sebanyak 5 responden (12,5%) dengan kategori
kurang. Dibandingkan dengan pengetahuan responden sesudah diberikan
edukasi gizi dengan media leaflet tentang perencanaan makanan pada pasien
diabetes melitus tipe II dari 40 total responden yang diberikan edukasi gizi
1908
Formosa Journal of Science and Technology (FJST)
Vol.2, No.7, 2023: 1901-1912
dengan media leaflet terjadi peningkatan pengetahuan dengan hasil kategori baik.
Peningkatan skor pengetahuan responden dapat dicapai melalui edukasi gizi
yang memberikan informasi yang dibutuhkan sehingga terjadi perubahan dari
tidak mengetahui menjadi mengetahui.
Pengetahuan dapat diartikan sebagai hasil dari pemahaman seseorang
setelah melakukan pengamatan terhadap suatu obyek atau fenomena yang ada.
Prosedur pengamatan biasanya dilakukan melalui lima indera manusia, seperti
penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan pendekatan. Mayoritas
pengetahuan manusia berasal dari pengamatan visual dan penilaian auditori
(Notoatmodjo, 2012). Salah satu strategi yang direkomendasikan oleh WHO
memberikan informasi kepada masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan
pengetahuan guna mencapai perubahan perilaku. Secara umum, responden
mempunyai pemahaman yang cukup baik tentang diabetes melitus karena
banyak informasi yang tersedia melalui media publik seperti halnya televisi,
koran, baliho, poster dan spanduk. Tersedianya media sosial sangat
mempermudah masyarakat untuk mendapatkan informasi yang beragam secara
cepat dan mudah (Khairunnisa z et al., 2021).
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lizuarni
tahun 2017 ditemukan hasil uji wilcoxon yang menunjukkan nilai p-value <
0,001. Hal ini secara statistic menunjukkan bahwa media leaflet memiliki dampak
yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap pasien diabetes
melitus tentang pengobatan diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Daerah
Nagan Raya. Menurut penelitian Taufiq (2015) menunjukkan bahwa nilai p-value
(0,001) < α (0,05) sehingga efektivitas media leafleat terhadap pengetahuan
tentang perawatan diabetes melitus di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai. Menurut
penelitian Setiana (2006) dalam (Susanti et al., 2017), diperoleh hasil pesan
gambar dalam media leaflet dapat mempengaruhi efektivitasnya dalam mencapai
70% keberhasilan.
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan gizi serta membentuk sikap
yang positif pada pengidap diabetes melitus, edukasi gizi telah terbukti sangat
diperlukan. Salah satu cara untuk pemberian edukasi gizi yang efektif adalah
dengan menggunakan alat bantu atau media edukasi, yang dapat
mempermudah pemahaman dan memperjelas aspek-aspek yang kompleks.
Edukasi tidak dapat dipisahkan dari media, karena dengan media dapat
dikomunikasikan dan dipahami dengan mudah (Student et al., 2021).
Pemanfaatan media edukasi dapat meningkatkan kemampuan seseorang
dalam memahami informasi yang disampaikan (H, Simanjuntak, 2020).
Dalam proses edukasi ini media menjadi peran yang sangat penting,
sehingga media leaflet memiliki pengaruh dalam penggunaannya. Media leaflet
dapat dengan mudah diakses semua kalangan, mengandung unsur tulisan
yang menarik dengan beberapa gambar pendukung serta terlihat simple dan
mudah untuk dibawa (Kawuriansari et al., 2010). Media leaflet sebagai alat
edukasi untuk menambah pengetahuan seseorang sehingga mendapatkan
informasi yang informatif dan menarik mengenai diabetes melitus tipe II.
Media lefleat yang dibuat dalam bentuk kertas berukuran 20 x 30 cm yang berisi
1909
Astiza, Cahyono, Wahyuningrum
tulisan 200 – 400 kata dan mengandung uraian singkat, jelas, padat, dan juga
dilengkapi dengan ilustrasi yang mudah dipahami (Faiqoh, 2021).
PENELITIAN LANJUTAN
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan edukasi
gizi dengan media edukasi leaflet kemudian dilakukan pemeriksaan gula darah
setelah kepada responden yang telah diberikan edukasi dalam selang waktu
tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Bhatt, H., Saklani, S., & Upadhayay, K. (2016). Anti-oxidant and anti-diabetic
activities of ethanolic extract of Primula Denticulata Flowers. Indonesian
Journal of Pharmacy, 27(2), 74–79.
1910
Formosa Journal of Science and Technology (FJST)
Vol.2, No.7, 2023: 1901-1912
Kawuriansari, R., Dyah, F., & Mulidah, S. (2010). Studi Efektivitas Leaflet
Terhadap Skor Pengetahuan Remaja Putri Tentang Dismenorea di SMP
Kristen 01 Purwokerto Kabupaten Banyumas. Jurnal Ilmiah Kebidanan, 1(1),
Kemenkes. (2020). Infodatin Diabetes Melitus 2020. In Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI (pp. 1–10).
Sukraniti, Putu, D., Taufiqurrahman, & Iwan, S. (2018). Bahan Ajar Konseling
Gizi. https://new.grabone.co.nz/health-nutrition-
dental/nutritionists/p/kate-mccartney-nutrition-1
Susanti, N., Qodariah, -, Harnani, Y., & Rasyid, Z. (2017). Efektifitas Leaflet
Terhadap Pengetahuan Dan Mengatur Pola Makan Lansia Penderita
Hipertensi Di Puskesmas Serasan Kabupaten Natuna. Photon: Jurnal Sain
Dan Kesehatan, 7(02), 33–38.
Tian, X., Wang, A., Zuo, Y., Chen, S., Zhang, L., Zhao, Y., Liu, L., Wu, S., Luo,
Y., & Gao, J. (2022). Time course of serum uric acid accumulation and the
risk of diabetes mellitus. Nutrition and Diabetes, 12(1), 1–8.
1911
Astiza, Cahyono, Wahyuningrum
WHO. (2018). Diabetes Mellitus. In Clinics in Laboratory Medicine (Vol. 21, Issue
1).
1912