1. The document discusses teamwork or collaboration between different health professions (interprofessional collaboration/IPE). It outlines several key factors needed for effective teamwork, including clear goals, interdependence between roles, shared responsibility, and regular meetings.
2. Barriers to effective teamwork include lack of role clarity, poor communication, and not involving the appropriate professionals for the situation. Leadership is important to facilitate collaboration between team members.
3. Three conditions for teamwork are having clear shared goals, cooperation among members to achieve goals, and regular reviews of effectiveness.
1. The document discusses teamwork or collaboration between different health professions (interprofessional collaboration/IPE). It outlines several key factors needed for effective teamwork, including clear goals, interdependence between roles, shared responsibility, and regular meetings.
2. Barriers to effective teamwork include lack of role clarity, poor communication, and not involving the appropriate professionals for the situation. Leadership is important to facilitate collaboration between team members.
3. Three conditions for teamwork are having clear shared goals, cooperation among members to achieve goals, and regular reviews of effectiveness.
1. The document discusses teamwork or collaboration between different health professions (interprofessional collaboration/IPE). It outlines several key factors needed for effective teamwork, including clear goals, interdependence between roles, shared responsibility, and regular meetings.
2. Barriers to effective teamwork include lack of role clarity, poor communication, and not involving the appropriate professionals for the situation. Leadership is important to facilitate collaboration between team members.
3. Three conditions for teamwork are having clear shared goals, cooperation among members to achieve goals, and regular reviews of effectiveness.
1. The document discusses teamwork or collaboration between different health professions (interprofessional collaboration/IPE). It outlines several key factors needed for effective teamwork, including clear goals, interdependence between roles, shared responsibility, and regular meetings.
2. Barriers to effective teamwork include lack of role clarity, poor communication, and not involving the appropriate professionals for the situation. Leadership is important to facilitate collaboration between team members.
3. Three conditions for teamwork are having clear shared goals, cooperation among members to achieve goals, and regular reviews of effectiveness.
TEAM WORK Interprofesional Education (IPE) Anggota Kelompok :
DHEA FADILA UTAMI
SUCI AULYA PUTRI WULAN GEFIN RIANTI YUNIFA RAHMANANDA LAURA ANGELINA MUHAMMAD HERALDO MUHAMMAD YAHYA Kerjasama Tim Perilaku kerja tim dapat diaaplikasikan setiap saat dimana ada interaksi antar anggota tim antar profesi dengan tujuan yang sama yaitu untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada klien, keluarga dan masyarakat. Sering sekali terjadi konflik di dalam tim antar profesi diakibatkan oleh ketidak mampuan anggota tim berperan sesuai dengan peran nya di dalam. Oleh sebab itu kepemimpinan di dalam tim antar profesi sangat diperlukan untuk dapat memfasilitasi komunikasi dan kerja sama antar anggota untuk mencapai tujuan yang di sepakati. Pernyataan umum kompetensi tersebut terdiri dari kompetensi spesifik : 1. Mendeskripsikan proses pengembangan tim dan berlatih tentang tim yang efektif. 2. Membangun konsensus tentang prinsip-prinsip etik untuk memandu semua aspek pelayanan kepada klien and kerja tim. 3. Melibatkan profesi kesehatan lain yang sesuai apabila diperlukan untuk situasi tertentu. 4. Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan profesi lain yang sesuai untuk situasi tertentu tertentu. 5. Mengaplikasikan prinsip-prinsip kepemimpinan yang mendukung praktek kolaborasi dan efektifitas tim. 6. Motivasi diri sendiri dan anggota tim lainya untuk dapat mengelola ketidak setujuan secara konstruktif. Ketidak setujuan biasanya berkaitan dengan nilai, peran, tujuan and tindakan. 7. Berbagi akontabilitas dengan profesi lain, dengan pasien dan komunitas untuk mencapai tujuan promosi kesehatan. 8. Memperlihatkan pencapaian performance yang tinggi secara individu untuk meningkatkan performan kelompok. 9. Menggunakan teknik atau strategi perbaikan kelompok untuk meningkatkan efektifitas kerjasa antar profesi. 10. Menggunakan bukti-bukti yang tersedia untuk melakukan praktek kerja tim 11. Melakukan kerja tim sesuai peran dan fungsinya di dalam tim di dalam situasi yang berbeda Kerja Tim Kerja tim atau teamwork merupakan seperangkat nilai yang mendorong perilaku seperti mendengarkan dan konstruktif menanggapi sudut pandang diungkapkan oleh orang lain, memberi orang lain manfaat dari keraguan, memberikan dukungan kepada mereka yang membutuhkannya, dan mengakui kepentingan dan prestasi orang lain (Murphy et al., 2018). Penelitian diuniversitas Aston di Inggris menjelaskan tiga kondisi yang diperlukan untuk teamwork Penelitian diuniversitas Aston di Inggris menjelaskan tiga kondisi yang diperlukan untuk teamwork: a. Memiliki tujuan yang jelas yang diketahui semua anggota b. Anggota tim bekerja sama untuk mencapai tujuan tersebut c. Ada pertemuan rutin untuk meninjau efektivitas tim dan mendiskusikan bagaimana hal itu dapat ditingkatkan (Thistlethwaite, 2012). Hal yang diperlukan dalam teamwork perawatan kesehatan (Thistlethwaite, Jackson and Moran, 2013) yaitu: a. Menyetujui aturan-aturan dasar dan proses untuk bekerja sama, b. Pemahaman tentang nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan anggota tim, partisipasi aktif oleh semua anggota, c. Upaya menyingkirkan stereotip dan hambatan d. Waktu yang 20 teratur untuk mengembangkan kerjasama tim bekerja jauh dari praktek e. Komunikasi yang baik f. Pemahaman masing-masing peran g. Pertemuan tim yang efektif h. Anggota tim menghargai dan menghormati satu sama lain, i. Mempertahankan hubungan professional Konsep "interprofessionality," yang diciptakan oleh D'Amour sebagai respon terhadap praktik perawatan kesehatan yang terfragmentasi, didefinisikan sebagai "pengembangan praktik kohesif antara profesional dari berbagai disiplin ilmu. Ini adalah proses dimana tenaga kesehatan merefleksikan dan mengembangkan cara-cara berlatih yang memberikan jawaban terpadu dan kohesif terhadap kebutuhan pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat. Interprofessionality dibedakan dari multidisiplin, mengacu pada suatu proses di mana beberapa profesi bekerja secara bersama-sama, baik secara independen maupun parallel (Franklin et al., 2015). Kolaborasi digambarkan sebagai penyampaian berbagai gagasan serta melakukan tindakan secara bersama-sama berorientasi pada tujuan bersama, dengan penuh semangat serta mengedepankansikap saling percaya. Kolaborasi interprofessional adalah kesepakatan yang antara para tenaga kesehatan saling menghargai keahlian dan kontribusi yang diberikan oleh berbagai tenaga kesehatan kepada pasien dan akan sangat efektif bila terjalim komunikasi yang baik untuk menyampaikan pendapat di antara anggota tim. Dalam tinjauan literatur pada praktek kolaboratif, teridentifikasi empat konsep yang berhubungan dengan kolaborasi yaitu: berbagi, kemitraan, saling ketergantungan, dan kepemimpinan (Franklin et al., 2015). Definisi tim adalah sebagai "sekelompok orang yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan secara bersama- sama serta dapat dipertanggungjawabkan. Pembentukan tim bertujuan agar anggota tim melaksanakan tugasnya dengan baik, anggota memiliki kontribusi dan peran yang setara, dengan menggunakan sumber daya yang ada secara efisien. Elemen-elemen kunci dari kerja tim (Holland, Gaston and Gomes, 2017) (Wartini, 2016) yaitu: a. Anggota yang memiliki produk kerja bersama b. Tugas-tugas yang saling bergantung c. Tanggung jawab bersama d. Komitmen Fondasi IPC Fondasi yang utama dari IPC adalah team atau kelompok. Elemen kunci dari kerja tim termasuk anggota yang memiliki produk kerja bersama, tugas-tugas yang saling bergantung, tanggung jawab bersama,komitmen, dan manajemen konflik (D’amour et al., 2008). Hambatan di tingkat tim berupa: a. Kurangnya tujuan yang dinyatakan dengan jelas dan terukur, kurangnya pelatihan dalam kolaborasi interprofesional, b. Ambiguitas peran dan kepemimpinan c. Tim terlalu besar atau terlalu kecil d. Tim tidak terdiri dari para profesional yang sesuai e. Kurangnya mekanisme yang tepat untuk pertukaran informasi yang tepat waktu f. Kebutuhan orientasi untuk anggota baru g. Kurangnya kerangka kerja untuk penemuan dan pemecahan masala h. Perbedaan dalam tingkat otoritas, kekuasaan, keahlian, pendapatan,kesulitan dalam melibatkan komunitas, tradisi / budaya professional i. Kurangnya komitmen anggota tim j. Tujuan berbeda dari masing-masing anggota tim, sikap apatis anggota tim k. Pengambilan keputusan yang tidak memadai l. Konflik mengenai hubungan individu dengan pasien / klien (Rogers,2004; Morley and Cashell, 2017); Keberhasilan kerja dari dalam tim dapat terjadi apabila terjadi kolaborasi yang baik antar sesama anggota. Hambatan yang dihadapi oleh anggota tim (individu), seperti membagi loyalitas antara tim dan diri sendiri, berbagai tanggung jawab dan jabatan, persaingan, prasangka jenis kelamin, ras, atau kelas, keengganan untuk menerima saran dari anggota tim yang mewakili profesi lain dan kurangnya kepercayaan dalam proses kolaboratif (Gardner, 2005; Darlington and Feeney, 2008; Mohr, 2013). Kegagalan komunikasi diantara anggota tim merupakan kasus tertinggi dalam kematian yang tidak diinginkan dalam setting perawatan kesehatan (Yusra, Findyartini and Soemantri, 2019) Semua perawat termasuk dalam perawat dilevel klinik harus mampu untuk melakukan kolaborasi secara efektif dengan tim kesehatan lain untuk meningkatkan keamanan dan juga peningkatan perawatan pasien (Busari, Moll and Duits, 2017) penyerapan IPC dalam organisasi masih lemah (Kebe et al., 2020); IPC juga belum dipraktikkan dengan baik dalam tim professional kesehatan (Kates et al., 2011; Mitchell, Parker and Giles, 2011). Selain itu, masih terdapat berbagai kekurangan pada model IPC terutama dalam menentukan jalur kolaborasi antara tenaga professional khususnya tenaga kesehatan (Irajpour, 2011; Irajpour et al., 2012; Rousseau et al., 2017). Apabila pelaksanaan IPC yang tidak memadai berlangsung terus-menerus akan berdampak pada: a. Kesalahan pengobatan b. Masalah keselamatan pasien c. Konflik tim d. Kematian pasien (Weinberg, Miner and Rivlin, 2009; Bender,Connelly and Brown, 2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat banyak faKtor yang mempengaruhi pelaksanaan IPC pada rumah sakit (Patima et al., 2020). Pada umumnya rumah sakit di Indonesia belum menjalankan praktik kolaborasi interprofesional secara terstruktur karena beberapa hal antara lain: 1. Belum terpapar secara konseptual tentang proses penyiapan, mekanisme, dan implementasi IPC serta 2. Belum adanya kajian awal tentang penyebab IPC tidak berjalan. 3. Integrated Clinical Pathway, Integrated Discharge Planning, Asuhan gizi terintegrasi sebagai salah satu indicator IPC belum berjalan maksimal, meskipun Clinical Pathway untuk 5 penyakit terbanyak dimasing-masing rumah sakit telah tersedia. 4. Untuk itu diperlukan kajian potensi permasalahan terkait dengan proses implementasi dan dapat diantisipasi hambatan-hambatan dalam proses pelaksanaannya sehingga pelayanan kesehatan yang terintegrasi dan utuh dapat diwujudkan. 5. Peran Dokter Penanggungjawab Pelayanan, Profesional Pemberi Asuhan yang masih perlu dimaksimalkan Komunikasi Kerja Tim yang Positif dan Negatif Konsep komunikasi interpersonal dan hubungan interpersonal menjadi dasar bagi komunikasi eektif dan kerja sama tim dalam pelayanan kesehatan; "Komunikasi interpersonal adalah bentuk komunikasi yang digunakan saat kita memandang orang lain sebagai individu yang unik dan berinteraksi dengan mereka dengan tujuan untuk menjaga hubungan yang berkelanjutan" (Schuster & Nykolyn, 2010, p.13). Schuster dan Nykoln (2010) mendefinisikan empat komponen kompetensi komunikasi tingkat tinggi: 1.Efektivitas: pesan yang dikirim harus sesuai dengan pesan yang diterima. Komunikasi antar anggota tim harus jelas dan ringkas. 2.Kesesuaian: komunikasi tim harus disesuaikan dengan situasi individu yang dihadapi. 3.Menyelamatkan muka: mempertahankan atau meningkatkan hubungan harus tetap menjadi tujuan utama komunikasi tim kesehatan Komunikasi eektif di antara anggota tim kesehatan mencerminkan strategi komunikasi eektif dalam interaksi antara praktisi dan klien. Antai-Otong (2007) menyarankan komponen-komponen berikut sebagai bukti pola komunikasi yang efektif: 1.Mendengarkan secara aktif 2.Kontak mata yang baik (sesuai dengan budaya) 3.Bahasa tubuh yang terbuka 4.Parafrase 5.Mendengarkan secara reaktif 6.Jarak yang sesuai 7.Bahasa tubuh verbal dan nonverbal yang sesuai 8.Nada suara yang normal (tidak berteriak) Selain itu, Antai-Otong menyarankan beberapa persyaratan berikut ini untuk komunikasi yang efektif yang diperlukan untuk kerja tim kesehatan yang efektif: 1.Hubungan baik: "hubungan yang harmonis, berempati, dan saling menghormati" (hal. 28). Hubungan yang baik membutuhkan penerimaan dan pemahaman terhadap sesama anggota tim. 2.Kepercayaan: menunjukkan bahwa setiap anggota tim dapat bergantung pada anggota tim lainnya. Prinsip-Prinsip Dasar Kerjasama Antar Profesi Menurut Reeves (2010) dimensi kunci dalam kerjasama atar profesi meliputi beberapa hal: a. Menetapkan tujuan tim yang jelas. Hal ini sangat diharapkan karena bertujuan untuk mencegah terjadinya multi-tindih pemahaman, dan tujuan pencapaian. b. Memiliki suatu ciri atau identitas tim bersama. Konteks ini merupakan salah satu kunci dimensi yang menunjukkan bahwa tim tersebut menunjukkan identitas dari peleburan berbagai profesi. c. Memiliki komitmen tim bersama. Komitmen merupaka suatu realisasi dari rencana tim untuk mencapai tujuan kelompok dalam kerja sama antar profesi, Menurut Oandasan and reeves (2005), ada 3 faktor yang mempengaruhi dalam penerapan pendidikan interprofesional diantaranya adalah 1. Micro level (social zation processes). 2. Messo level (andministrativ chelenss for learmers and facultiy that affect the teaching and vironment and the role of local leaders) 3. Macro level (the nid for senior menejemen and geoviemment political support) yang dapat mempengaruhi perkembangan dan keberhasilan penerapan pendidikan antar profesi. Bronstein menyebutkan ada 4 faktor yang akakn memperngaruhi dalam menerapkan interdischiplinary collaboracion yaitu (1) personal charateristik (2) professional role (3) structural charasteristik (4) history of collaborasion Masalah yang Berdampak pada Tim dan Kerja Sama Tim Pemimpin dalam perawatan berbasis tim menghargai potensi kontribusi semua anggota tim dalam memenuhi kebutuhan pasien dan masyarakat. Para pemimpin berinteraksi dengan anggota tim dengan cara-cara yang dapat menggali potensi kontribusi dan membangun dukungan untuk bekerja sama melalui pemahaman akan dinamika tim (Zaccaro, Heinen, & Shuer, 2009). "Bekerja dalam tim melibatkan berbagi keahlian dan melepaskan sebagian otonomi profesional untuk bekerja sama dengan orang lain, termasuk pasien dan masyarakat, untuk mencapai hasil yang lebih baik. Akuntabilitas bersama, pemecahan masalah bersama, dan keputusan bersama adalah karakteristik dari kerja tim kolaboratif dan bekerja secara efektif dalam tim" (IPEC, 2011, p. 24). KESIMPULAN
Teamwork dalam kolaborasi merupakan bekerja dalam
timinterprofesional baik lintas program, lembaga, disiplin ilmu ataupuntatanan masyarakat dalam mencapai visi dan tujuan bersama.Tujuan IPE sendiri adalah menumbuhkan kerja kolaboratif antara profesi kesehatansebagai anggota tim interprofessional masa depan. Agar IPE berjalandengan baik, terdapat beberapa kompetensi yang harus dicapai dalam IPE.Salah satu kompetensi tersebut adalah teamwork .Teamwork dalam IPEakan efektif apabila semua anggota tim berpartipasi aktif, memiliki tujuanyang sama dan saling berbagi ilmu dan keterampilan. Terima Kasih