Team Work

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 28

Kelompok 3

TEAM WORK
Interprofesional
Education (IPE)
Anggota Kelompok :

DHEA FADILA UTAMI


SUCI AULYA PUTRI
WULAN GEFIN RIANTI
YUNIFA RAHMANANDA
LAURA ANGELINA
MUHAMMAD HERALDO
MUHAMMAD YAHYA
Kerjasama Tim
Perilaku kerja tim dapat diaaplikasikan setiap saat dimana
ada interaksi antar anggota tim antar profesi dengan tujuan
yang sama yaitu untuk memberikan pelayanan kesehatan
kepada klien, keluarga dan masyarakat. Sering sekali terjadi
konflik di dalam tim antar profesi diakibatkan oleh ketidak
mampuan anggota tim berperan sesuai dengan peran nya di
dalam. Oleh sebab itu kepemimpinan di dalam tim antar
profesi sangat diperlukan untuk dapat memfasilitasi
komunikasi dan kerja sama antar anggota untuk mencapai
tujuan yang di sepakati.
Pernyataan umum kompetensi tersebut terdiri dari kompetensi spesifik :
1. Mendeskripsikan proses pengembangan tim dan berlatih tentang tim
yang efektif.
2. Membangun konsensus tentang prinsip-prinsip etik untuk memandu
semua aspek pelayanan kepada klien and kerja tim.
3. Melibatkan profesi kesehatan lain yang sesuai apabila diperlukan untuk
situasi tertentu.
4. Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan profesi lain yang
sesuai untuk situasi tertentu tertentu.
5. Mengaplikasikan prinsip-prinsip kepemimpinan yang mendukung praktek
kolaborasi dan efektifitas tim.
6. Motivasi diri sendiri dan anggota tim lainya untuk dapat mengelola
ketidak setujuan secara konstruktif. Ketidak setujuan biasanya berkaitan
dengan nilai, peran, tujuan and tindakan.
7. Berbagi akontabilitas dengan profesi lain, dengan pasien dan komunitas
untuk mencapai tujuan promosi kesehatan.
8. Memperlihatkan pencapaian performance yang tinggi secara individu
untuk meningkatkan performan kelompok.
9. Menggunakan teknik atau strategi perbaikan kelompok untuk
meningkatkan efektifitas kerjasa antar profesi.
10. Menggunakan bukti-bukti yang tersedia untuk melakukan praktek
kerja tim
11. Melakukan kerja tim sesuai peran dan fungsinya di dalam tim di dalam
situasi yang berbeda
Kerja Tim
Kerja tim atau teamwork merupakan seperangkat nilai yang
mendorong perilaku seperti mendengarkan dan konstruktif
menanggapi sudut pandang diungkapkan oleh orang lain,
memberi orang lain manfaat dari keraguan, memberikan
dukungan kepada mereka yang membutuhkannya, dan
mengakui kepentingan dan prestasi orang lain (Murphy et al.,
2018). Penelitian diuniversitas Aston di Inggris menjelaskan
tiga kondisi yang diperlukan untuk teamwork
Penelitian diuniversitas Aston di Inggris menjelaskan tiga
kondisi yang diperlukan untuk teamwork:
a. Memiliki tujuan yang jelas yang diketahui semua anggota
b. Anggota tim bekerja sama untuk mencapai tujuan tersebut
c. Ada pertemuan rutin untuk meninjau efektivitas tim dan
mendiskusikan bagaimana hal itu dapat ditingkatkan
(Thistlethwaite, 2012).
Hal yang diperlukan dalam teamwork perawatan kesehatan
(Thistlethwaite, Jackson and Moran, 2013) yaitu:
a. Menyetujui aturan-aturan dasar dan proses untuk bekerja sama,
b. Pemahaman tentang nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan
anggota tim, partisipasi aktif oleh semua anggota,
c. Upaya menyingkirkan stereotip dan hambatan
d. Waktu yang 20 teratur untuk mengembangkan kerjasama tim bekerja
jauh dari praktek
e. Komunikasi yang baik
f. Pemahaman masing-masing peran
g. Pertemuan tim yang efektif
h. Anggota tim menghargai dan menghormati satu sama lain,
i. Mempertahankan hubungan professional
Konsep "interprofessionality," yang diciptakan oleh D'Amour
sebagai respon terhadap praktik perawatan kesehatan yang
terfragmentasi, didefinisikan sebagai "pengembangan praktik
kohesif antara profesional dari berbagai disiplin ilmu. Ini adalah
proses dimana tenaga kesehatan merefleksikan dan
mengembangkan cara-cara berlatih yang memberikan jawaban
terpadu dan kohesif terhadap kebutuhan pasien, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Interprofessionality dibedakan dari
multidisiplin, mengacu pada suatu proses di mana beberapa
profesi bekerja secara bersama-sama, baik secara independen
maupun parallel (Franklin et al., 2015).
Kolaborasi digambarkan sebagai penyampaian berbagai gagasan
serta melakukan tindakan secara bersama-sama berorientasi pada
tujuan bersama, dengan penuh semangat serta
mengedepankansikap saling percaya. Kolaborasi interprofessional
adalah kesepakatan yang antara para tenaga kesehatan saling
menghargai keahlian dan kontribusi yang diberikan oleh berbagai
tenaga kesehatan kepada pasien dan akan sangat efektif bila
terjalim komunikasi yang baik untuk menyampaikan pendapat di
antara anggota tim. Dalam tinjauan literatur pada praktek
kolaboratif, teridentifikasi empat konsep yang berhubungan
dengan kolaborasi yaitu: berbagi, kemitraan, saling
ketergantungan, dan kepemimpinan (Franklin et al., 2015).
Definisi tim adalah sebagai "sekelompok orang yang bekerja
bersama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan secara bersama-
sama serta dapat dipertanggungjawabkan. Pembentukan tim
bertujuan agar anggota tim melaksanakan tugasnya dengan baik,
anggota memiliki kontribusi dan peran yang setara, dengan
menggunakan sumber daya yang ada secara efisien. Elemen-elemen
kunci dari kerja tim (Holland, Gaston and Gomes, 2017) (Wartini,
2016) yaitu:
a. Anggota yang memiliki produk kerja bersama
b. Tugas-tugas yang saling bergantung
c. Tanggung jawab bersama
d. Komitmen
Fondasi IPC
Fondasi yang utama dari IPC adalah team atau kelompok. Elemen
kunci dari kerja tim termasuk anggota yang memiliki produk kerja
bersama, tugas-tugas yang saling bergantung, tanggung jawab
bersama,komitmen, dan manajemen konflik (D’amour et al., 2008).
Hambatan di tingkat tim berupa:
a. Kurangnya tujuan yang dinyatakan dengan jelas dan terukur,
kurangnya pelatihan dalam kolaborasi interprofesional,
b. Ambiguitas peran dan kepemimpinan
c. Tim terlalu besar atau terlalu kecil
d. Tim tidak terdiri dari para profesional yang sesuai
e. Kurangnya mekanisme yang tepat untuk pertukaran informasi yang
tepat waktu
f. Kebutuhan orientasi untuk anggota baru
g. Kurangnya kerangka kerja untuk penemuan dan pemecahan masala
h. Perbedaan dalam tingkat otoritas, kekuasaan, keahlian,
pendapatan,kesulitan dalam melibatkan komunitas, tradisi / budaya
professional
i. Kurangnya komitmen anggota tim
j. Tujuan berbeda dari masing-masing anggota tim, sikap apatis
anggota tim
k. Pengambilan keputusan yang tidak memadai
l. Konflik mengenai hubungan individu dengan pasien / klien
(Rogers,2004; Morley and Cashell, 2017);
Keberhasilan kerja dari dalam tim dapat terjadi apabila terjadi
kolaborasi yang baik antar sesama anggota. Hambatan yang
dihadapi oleh anggota tim (individu), seperti membagi loyalitas
antara tim dan diri sendiri, berbagai tanggung jawab dan jabatan,
persaingan, prasangka jenis kelamin, ras, atau kelas, keengganan
untuk menerima saran dari anggota tim yang mewakili profesi lain
dan kurangnya kepercayaan dalam proses kolaboratif (Gardner,
2005; Darlington and Feeney, 2008; Mohr, 2013).
Kegagalan komunikasi diantara anggota tim merupakan kasus
tertinggi dalam kematian yang tidak diinginkan dalam setting
perawatan kesehatan (Yusra, Findyartini and Soemantri,
2019) Semua perawat termasuk dalam perawat dilevel klinik
harus mampu untuk melakukan kolaborasi secara efektif
dengan tim kesehatan lain untuk meningkatkan keamanan dan
juga peningkatan perawatan pasien (Busari, Moll and Duits,
2017)
penyerapan IPC dalam organisasi masih lemah (Kebe et al., 2020);
IPC juga belum dipraktikkan dengan baik dalam tim professional
kesehatan (Kates et al., 2011; Mitchell, Parker and Giles, 2011). Selain
itu, masih terdapat berbagai kekurangan pada model IPC terutama
dalam menentukan jalur kolaborasi antara tenaga professional
khususnya tenaga kesehatan (Irajpour, 2011; Irajpour et al., 2012;
Rousseau et al., 2017). Apabila pelaksanaan IPC yang tidak memadai
berlangsung terus-menerus akan berdampak pada:
a. Kesalahan pengobatan
b. Masalah keselamatan pasien
c. Konflik tim
d. Kematian pasien (Weinberg, Miner and Rivlin, 2009;
Bender,Connelly and Brown, 2013).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat banyak faKtor yang
mempengaruhi pelaksanaan IPC pada rumah sakit (Patima et al.,
2020). Pada umumnya rumah sakit di Indonesia belum menjalankan
praktik kolaborasi interprofesional secara terstruktur karena
beberapa hal antara lain:
1. Belum terpapar secara konseptual tentang proses penyiapan,
mekanisme, dan implementasi IPC serta
2. Belum adanya kajian awal tentang penyebab IPC tidak berjalan.
3. Integrated Clinical Pathway, Integrated Discharge Planning,
Asuhan gizi terintegrasi sebagai salah satu indicator IPC belum
berjalan maksimal, meskipun Clinical Pathway untuk 5 penyakit
terbanyak dimasing-masing rumah sakit telah tersedia.
4. Untuk itu diperlukan kajian potensi permasalahan terkait dengan
proses implementasi dan dapat diantisipasi hambatan-hambatan
dalam proses pelaksanaannya sehingga pelayanan kesehatan yang
terintegrasi dan utuh dapat diwujudkan.
5. Peran Dokter Penanggungjawab Pelayanan, Profesional Pemberi
Asuhan yang masih perlu dimaksimalkan
Komunikasi Kerja Tim yang Positif dan Negatif
Konsep komunikasi interpersonal dan hubungan
interpersonal menjadi dasar bagi komunikasi eektif
dan kerja sama tim dalam pelayanan kesehatan;
"Komunikasi interpersonal adalah bentuk komunikasi
yang digunakan saat kita memandang orang lain
sebagai individu yang unik dan berinteraksi dengan
mereka dengan tujuan untuk menjaga hubungan
yang berkelanjutan" (Schuster & Nykolyn, 2010, p.13).
Schuster dan Nykoln (2010) mendefinisikan empat
komponen kompetensi komunikasi tingkat tinggi:
1.Efektivitas: pesan yang dikirim harus sesuai dengan pesan
yang diterima. Komunikasi antar anggota tim harus jelas
dan ringkas.
2.Kesesuaian: komunikasi tim harus disesuaikan dengan
situasi individu yang dihadapi.
3.Menyelamatkan muka: mempertahankan atau
meningkatkan hubungan harus tetap menjadi tujuan utama
komunikasi tim kesehatan
Komunikasi eektif di antara anggota tim kesehatan
mencerminkan strategi komunikasi eektif dalam interaksi
antara praktisi dan klien. Antai-Otong (2007) menyarankan
komponen-komponen berikut sebagai bukti pola komunikasi yang
efektif:
1.Mendengarkan secara aktif
2.Kontak mata yang baik (sesuai dengan budaya)
3.Bahasa tubuh yang terbuka
4.Parafrase
5.Mendengarkan secara reaktif
6.Jarak yang sesuai
7.Bahasa tubuh verbal dan nonverbal yang sesuai
8.Nada suara yang normal (tidak berteriak)
Selain itu, Antai-Otong menyarankan beberapa persyaratan
berikut ini untuk komunikasi yang efektif yang diperlukan
untuk kerja tim kesehatan yang efektif:
1.Hubungan baik: "hubungan yang harmonis, berempati, dan
saling menghormati" (hal. 28). Hubungan yang baik
membutuhkan penerimaan dan pemahaman terhadap
sesama anggota tim.
2.Kepercayaan: menunjukkan bahwa setiap anggota tim
dapat bergantung pada anggota tim lainnya.
Prinsip-Prinsip Dasar Kerjasama Antar
Profesi
Menurut Reeves (2010) dimensi kunci dalam kerjasama atar profesi
meliputi beberapa hal:
a. Menetapkan tujuan tim yang jelas. Hal ini sangat diharapkan karena
bertujuan untuk mencegah terjadinya multi-tindih pemahaman, dan
tujuan pencapaian.
b. Memiliki suatu ciri atau identitas tim bersama. Konteks ini merupakan
salah satu kunci dimensi yang menunjukkan bahwa tim tersebut
menunjukkan identitas dari peleburan berbagai profesi.
c. Memiliki komitmen tim bersama. Komitmen merupaka suatu realisasi
dari rencana tim untuk mencapai tujuan kelompok dalam kerja sama
antar profesi,
Menurut Oandasan and reeves (2005), ada 3 faktor yang
mempengaruhi dalam penerapan pendidikan
interprofesional diantaranya adalah
1. Micro level (social zation processes).
2. Messo level (andministrativ chelenss for learmers and
facultiy that affect the
teaching and vironment and the role of local leaders)
3. Macro level (the nid for senior menejemen and
geoviemment political support) yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan keberhasilan penerapan pendidikan
antar profesi.
Bronstein menyebutkan ada 4 faktor yang akakn
memperngaruhi dalam menerapkan interdischiplinary
collaboracion yaitu
(1) personal charateristik
(2) professional role
(3) structural charasteristik
(4) history of collaborasion
Masalah yang Berdampak pada Tim dan
Kerja Sama Tim
Pemimpin dalam perawatan berbasis tim menghargai potensi kontribusi
semua anggota tim dalam memenuhi kebutuhan pasien dan masyarakat.
Para pemimpin berinteraksi dengan anggota tim dengan cara-cara yang
dapat menggali potensi kontribusi dan membangun dukungan untuk
bekerja sama melalui pemahaman akan dinamika tim (Zaccaro, Heinen, &
Shuer, 2009). "Bekerja dalam tim melibatkan berbagi keahlian dan
melepaskan sebagian otonomi profesional untuk bekerja sama dengan
orang lain, termasuk pasien dan masyarakat, untuk mencapai hasil yang
lebih baik. Akuntabilitas bersama, pemecahan masalah bersama, dan
keputusan bersama adalah karakteristik dari kerja tim kolaboratif dan
bekerja secara efektif dalam tim" (IPEC, 2011, p. 24).
KESIMPULAN

Teamwork dalam kolaborasi merupakan bekerja dalam


timinterprofesional baik lintas program, lembaga, disiplin ilmu
ataupuntatanan masyarakat dalam mencapai visi dan tujuan
bersama.Tujuan IPE sendiri adalah menumbuhkan kerja kolaboratif
antara profesi kesehatansebagai anggota tim interprofessional
masa depan. Agar IPE berjalandengan baik, terdapat beberapa
kompetensi yang harus dicapai dalam IPE.Salah satu kompetensi
tersebut adalah teamwork .Teamwork dalam IPEakan efektif
apabila semua anggota tim berpartipasi aktif, memiliki tujuanyang
sama dan saling berbagi ilmu dan keterampilan.
Terima Kasih

You might also like