Professional Documents
Culture Documents
Hasil Bahstu Konferwil
Hasil Bahstu Konferwil
DI PONPES AL INAROH
KABUPATEN BATANG, 14 AGUSTUS 2023
KOMISI WAQI'IYYAH
1. POLITIK UANG
Deskripsi Masalah
Politik uang (money politic) adalah sebuah upaya mempengaruhi pilihan pemilih
(voters) atau penyelenggara pemilu dengan imbalan materi atau yang lainnya. Dari
pemahaman tersebut, politik uang adalah salah satu bentuk suap. Praktik ini akhirnya
memunculkan para pemimpin yang hanya peduli kepentingan pribadi dan golongan, bukan
masyarakat yang memilihnya. Dia merasa berkewajiban mencari keuntungan dari
jabatannya, salah satunya untuk mengembalikan modal yang keluar dalam kampanye.
Akhirnya setelah menjabat, dia akan melakukan berbagai kecurangan, menerima suap,
gratifikasi atau korupsi lainnya dengan berbagai macam bentuk. Tidak heran jika politik
uang disebut sebagai "mother of corruption" atau induknya korupsi. Amir Arief, Direktur
Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi KPK, mengatakan politik uang telah menyebabkan
politik berbiaya mahal. Selain untuk jual beli suara (vote buying), para kandidat juga harus
membayar mahar politik kepada partai dengan nominal fantastis. Tentu saja, itu bukan
hanya dari uangnya pribadi, melainkan donasi dari berbagai pihak yang mengharapkan
timbal balik jika akhirnya dia terpilih. Perilaku ini biasa disebut investive corruption, atau
investasi untuk korupsi.
https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/Eksplorasi/20230217-waspadai-bahaya-politik-uang-
induk-dari- korupsi
Praktik politik uang yang selalu berulang telah menggeser pandangan sebagian
masyarakat. Mereka sudah tidak menganggap tindakan tersebut sebagai hal yang tabu.
Bahkan sebaliknya, sebagian dari mereka justru mentabukan kandidat yang tidak mau
melakukannya praktik ini.
Dalam literatur fiqh ditemukan toleransi atas tindakan ini bila dilakukan dalam
kondisi terpaksa, yaitu untuk memenangkan kebenaran atas kebatilan.
Pertanyaan:
b. Tindakan yang harus dilakukan adalah mengembalikan pemberian kepada pemiliknya,
namun jika tidak mungkin mengembalikannya maka digunanakan/ditasharrufkan pada
kemaslahatan umum.
روضة الطالبني وعمدة املفتني ( ،132 /4برتقيم الشاملة آليا) :
وحيث حكمنا ِبن القبول ليس حبرام فله األخذ والتملك واألوىل أن يثبت عليها أو يضعها يف بيت املال
وحيث قلنا ابلتحرمي فقبلها مل َيلكها على األصح فعلى هذا لو أخذها قيل يضعها يف بيت املال
والصحيح أنه يردها على مالكها فإن مل يعرفه جعلها يف بيت املال.
اجملموع شرح املهذب -شجرة العناوين (:)351 /9
(فرع) قال الغزايل إذا كان معه مال حرام وأراد التوبة والرباءة منه فان كان له مالك معني وجب صرفه
إليه أو إىل وكيله فان كان ميتا وجب دفعه إىل وارثه وان كان ملالك ال يعرفه ويئس من معرفته فينبغي أن
يصرفه يف مصاحل املسلمني العامة كالقناطر والربط واملساجد ومصاحل طريق مكة وَنو ذلك مما يشرتك
املسلمون فيه واال فيتصدق به علي فقري أو فقراء وينبغي أن يتوىل ذلك القاضى ان كان عفيفا فان مل
يكن عفيفا مل جيز التسليم إليه فان سلمه إليه صار املسلم ضامنا بل ينبغى أن َيكم رجال من أهل البلد
Pertanyaan:
Bolehkah negara melakukan Perampasan Aset hasil Tindak Pidana baik Pidana
korupsi maupun pidana lainnya seperti dalam diskripsi tersebut?
Jawaban :
Hukum negara melakukan perampasan aset hasil tindak pidana baik pidana korupsi
maupun pidana lainnya seperti dalam diskripsi tersebut adalah boleh dan bahkan wajib
karena termasuk roddul madholim (mengembalikan harta hasil penganiayaan) kepada
pemiliknya
adapun Aset yang patut diduga berasal dari tindak pidana atau Aset yang tidak
seimbang dengan penghasilan atau tidak seimbang dengan sumber penambahan kekayaan
yang tidak dapat dibuktikan asal usul perolehannya secara sah dan diduga terkait dengan
aset tindak pidana boleh diproses dengan langkah sebagai berikut :
1. Penyitaan dan pemblokiran dengan dalil atau bukti sebagai dasar penyitaan atau
pemblokiran
2. Mengajukan di pengadilan atas permohonan perampasan
3. Merampas aset yang disita untuk dikembalikan kepada yang berhak jika diputuskan oleh
pengadilan bahwa permohonan aset diterima berdasarka bukti-bukti yang telah diajukan.
10 | K E P U T U S A N B A H T S U L M A S A ’ I L W I L A Y A H
11 | K E P U T U S A N B A H T S U L M A S A ’ I L W I L A Y A H