Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 25

Digital Banking

Pengaturan Digital Banking


UU No.4 Tahun 2023 Tentang Pengembangan dan Penguatan Sistem Keuangan
Pasal 7A
(1) Dalam melaksanakan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
dan Pasal 7, Bank Umum dapat memanfaatkan teknologi informasi.
(2) Dalam rangka mendorong pemanfaatan teknologi informasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Bank Umum dapat membuka akses data dan informasi
Nasabah kepada penyelenggara keuangan lainnya termasuk penyelenggara ITSK
berdasarkan persetujuan dan untuk kepentingan Nasabah melalui sistem atau
aplikasi tertentu.
(3) Pelaksanaan pembukaan akses data dan informasi Nasabah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemanfaatan teknologi informasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.
2
Pasal 7B
(1) Dalam melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
dan Pasal 7, Bank Umum dapat beroperasi sebagai Bank digital.

Penjelasan Ayat 1

Bank digital merupakan Bank yang menyediakan dan menjalankan kegiatan


usaha terutama melalui saluran elektronik tanpa kantor fisik selain kantor
pusat, atau menggunakan kantor fisik yang terbatas.

3
Pengaturan Digital Banking
POJK No. 12 /POJK.03/2021 Tentang Bank Umum
Pasal 23
(1) Bank BHI dapat beroperasi sebagai Bank Digital.
(2) Bank BHI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki 1 (satu)
kantor fisik sebagai KP.
(3) Bank Digital melaksanakan kegiatan usaha melalui saluran elektronik
tanpa kantor fisik selain KP sebagaimana dimaksud pada ayat (2), atau dapat
menggunakan kantor fisik yang terbatas.

4
Pengaturan Digital Banking
POJK No. 12 /POJK.03/2021 Tentang Bank Umum
Pasal 24
1) Bank BHI yang beroperasi sebagai Bank Digital sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (1) harus memenuhi persyaratan:
a. memiliki model bisnis dengan penggunaan teknologi yang inovatif dan aman
dalam melayani kebutuhan nasabah;
b. memiliki kemampuan untuk mengelola model bisnis perbankan digital yang
pruden dan
berkesinambungan;
c. memiliki manajemen risiko secara memadai;
d. memenuhi aspek tata kelola termasuk pemenuhan Direksi yang mempunyai
kompetensi di bidang teknologi informasi dan kompetensi lain sesuai dengan
ketentuan OJK mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan bagi pihak utama
lembaga jasa keuangan;
e. menjalankan perlindungan terhadap keamanan data nasabah; dan
f. memberikan upaya yang kontributif terhadap pengembangan ekosistem keuangan
digital dan/atau inklusi keuangan.
5
Pengaturan Digital Banking
POJK No. 12 /POJK.03/2021 Tentang Bank Umum
Pasal 25
Bank Digital sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dapat
beroperasi melalui:
a. pendirian Bank BHI baru sebagai Bank Digital; atau
b. transformasi dari Bank BHI menjadi Bank Digital.

6
Pengaturan Digital Banking
POJK No. 12 /POJK.03/2021 Tentang Bank Umum
Pasal 26
(1) Ketentuan mengenai pendirian Bank BHI sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 sampai dengan Pasal 22 berlaku mutatis mutandis terhadap
pendirian Bank BHI baru yang akan beroperasi sebagai Bank Digital
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a kecuali diatur khusus dalam
Peraturan OJK ini.
(2) Pengaturan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa:
a. setoran modal pada saat permohonan untuk memperoleh persetujuan
prinsip pendirian Bank BHI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1)
huruf i dapat dipenuhi paling sedikit 30% (tiga puluh persen); dan
7
Pengaturan Digital Banking
POJK No. 12 /POJK.03/2021 Tentang Bank Umum
b. upaya pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
dicantumkan dalam rencana bisnis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1) huruf e.
(3) Dalam hal Bank BHI yang beroperasi sebagai Bank Digital melalui
pendirian Bank BHI baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a akan
membuka jaringan kantor selain KP, pembukaan jaringan kantor berupa KC
dan/atau KF yang melakukan kegiatan selain operasional dan/atau dapat
menyediakan TPE.
(4) Pembukaan jaringan kantor berupa KC dan/atau KF yang melakukan
kegiatan selain operasional dan/atau penyediaan TPE sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dituangkan dalam rencana bisnis pada saat permohonan untuk
memperoleh persetujuan prinsip pendirian Bank BHI sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (1) huruf e. 8
Pengaturan Digital Banking
POJK No. 12 /POJK.03/2021 Tentang Bank Umum
Pasal 27
(1) Bank BHI yang akan bertransformasi menjadi Bank Digital sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 huruf b harus memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24.
(2) Upaya pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam Rencana Bisnis Bank.
(3) Dalam hal Bank BHI telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Bank BHI dapat:
a. mempertahankan jaringan kantor dan/atau TPE yang telah ada;
b. melakukan penutupan jaringan kantor yang dimiliki selain KP dan/atau TPE
secara sekaligus atau bertahap; dan/atau
c. melakukan penambahan jaringan kantor dan/atau TPE.
9
Pengaturan Digital Banking
POJK No. 12 /POJK.03/2021 Tentang Bank Umum
Pasal 28
Bank BHI yang beroperasi sebagai Bank Digital sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 dapat:
a. menggunakan tenaga kerja asing untuk jabatan Direksi, Pejabat Eksekutif
dan/atau tenaga ahli atau konsultan, dengan mengecualikan batasan
kepemilikan Bank BHI oleh warga negara asing dan/atau badan hukum asing
dalam penggunaan tenaga kerja asing sesuai dengan ketentuan OJK
mengenai pemanfaatan tenaga kerja asing dan program alih pengetahuan di
sektor perbankan; dan/atau
b. melakukan Sinergi Perbankan

10
Pengaturan Digital Banking
POJK No. 12 /POJK.03/2021 Tentang Bank Umum
Pasal 29
Dalam hal Bank Digital mengembangkan ekosistem keuangan digital dan/atau
inklusi keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf f, wajib
dilaksanakan secara pruden dan memperhatikan asas pengelolaan perbankan
yang sehat.

11
Pengaturan Digital Banking
POJK No. 12 /POJK.03/2021 Tentang Bank Umum
Pasal 30
Bank BHI yang beroperasi sebagai Bank Digital wajib memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan yang diberlakukan untuk Bank BHI.
Pasal 31
(1) Bank BHI yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
23 ayat (2), Pasal 24 ayat (2), Pasal 29, dan/atau Pasal 30 dikenai sanksi
administratif berupa teguran tertulis.
(2) Dalam hal Bank BHI telah dikenai sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dan belum memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), Pasal 24 ayat (2), Pasal 29, dan/atau
Pasal 30, Bank BHI dikenai sanksi administratif berupa:
12
Pengaturan Digital Banking
POJK No. 12 /POJK.03/2021 Tentang Bank Umum
Pasal 31
a. pembatasan layanan perbankan digital tertentu;
b. larangan melakukan ekspansi kegiatan usaha;
dan/atau
c. pembekuan kegiatan usaha tertentu.
(3) Dalam hal Bank BHI telah dikenai sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan/atau ayat (2) dan melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), Pasal 24 ayat (2), Pasal 29,
Pasal 30, dan/atau ayat (2), PSP, Direksi, Dewan Komisaris, dan/atau Pejabat
Eksekutif Bank BHI dapat dikenai sanksi administratif berupa larangan sebagai
pihak utama sesuai dengan Peraturan OJK mengenai penilaian kembali bagi
pihak utama lembaga jasa keuangan. 13
Pengertian Digital Banking
Digital banking adalah layanan perbankan yang memungkinkan
nasabah memperoleh informasi, melakukan pembukaan rekening,
pendaftaran layanan, verifikasi data, komunikasi, dan transaksi
perbankan maupun transaksi/jasa lain melalui perbankan yang
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan nasabah dengan
menggunakan media elektronik
* Cara akses ke sistem perbankan yang dapat dilakukan kapan saja
dan dimana saja dengan menggunakan jaringan internet*

14
Tujuan Digital Banking
• Berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan nasabah dengan
memanfaatkan teknologi digital melalui perangkat dan aplikasi
sebagai delivery channel yang dapat diakses kapan saja dan
dimana saja serta meminimalkan interkasi secara langsung
dengan karyawan bank dengan tujuan meningkatkan efisiensi
kegiatan operasional dan mutu pelayanan bank kepada nasabah
*self-service*

15
Layanan Digital Banking
• Layanan digital banking antara lain meliputi:
a. Registrasi
b. Pembukaan rekening
c. Transaksi perbankan
d. Penutupan rekening
e. Nasihat keuangan (financial adisory)
f. Investasi
g. Transaksi e-commerce

16
Persiapan yang dibutuhkan
a. Manajemen risiko
b. Penyesuaian teknologi informasi
c. Model bisnis
d. Proses bisnis
e. Pengawasan internal
f. Sumber daya manusia

17
Penerapan Digital Banking
• Digital Branch, layanan/kegiatan perbankan melalui kantor bank
tertentu dengan menggunakan sarana elektronik/digital milik
bank dan/atau melalui media digital yang dilakukan secara
mandiri oleh nasabah yang memungkinkan nasabah dan/atau
calon nasabah memperoleh layanan jasa jasa perbankan
• Banking Anywhere, memungkinkan calon nasabah dan/atau
nasabah dapat memperoleh informasi dan melakukan transaksi
termasuk registrasi setiap saat melalui sarana digital nasabah

18
Jenis Digital Branch
• Gerai, secara fisik menyatu dengan kantor bank ;
• Setara Kantor Kas, secara fisik berdiri sendiri dengan cakupan
pelayanan setara dengan kantor kas;
• Setara Kantor Cabang Pembantu, secara fisik berdiri sendiri
dengan cakupan pelayanan setara Kantor Cabang Pembantu;
• Bagi KCBA, gerai atau setara Kantor Kas

19
Penerapan APU-PPT
• Kewajiban bank melakukan pertemua langsung (face to face)
dapat diganti proses validasi dengan melakukan verifikasi
keaslian 2 faktor yaitu what you have (kartu atm, token, nomor
ponsel/devise dan who are you (biometric, sidik jari, scan retina)
• Nasabah yang telah menjadi nasabah lembaga jasa keuangan
menggunakan hasil cdd yang telah dilakukan LJK

20
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
1. Bank
 Memanfaatkan data kependudukan yang
valid secara optimal untuk mengurangi
potensi pemalsuan identitas;
 Verifikasi validitas data pemilik nomor
ponsel yang didaftarkan untuk kebutuhan
digital banking;
 Kesiapan infrastruktur TI, SDM dan
manajemen risiko;
 Kepatuhan terhadap ketentuan APU-PPT

21
Con’t
2. Pentingnya Sertifikasi Kelaikan Sistem Elektronik, Sistem
Manajemen Pengamanan Informasi, Perangkat Lunak, Perangkat
keras, tenaga ahli dll
3. Penggunaan data diri yang valid dalam pendaftaran nomor yang
digunakan Penyedia Jasa Telekopmunikasi
4. Penerapan digital banking terkait erat dgn KYC yang mewajibkan
bank melakukan pertemuan langsung (face to face) dalam rangka
identifikasi calon nasabah

22
Con’t
5. Penegak Hukum
a) bukti transaksi elektronik sebagai alat bukti yang sah;
b) tantangan pada aspek dan perkembangan teknologi seperti cloud
computing, big data, kejahatan lintas negara
6. potensi kerawanan infrastruktur IT terutama pada infrastruktur
partner perbankan pada saat transaksi atau pasca transaksi akibat
meningkatkan koneksi antara industri perbankan dengan industri
penyedia jasa e-commerce
7. Optimalisasi digital banking tergantung data kependudukan yang
lengkap dan akurat. Padahal belum seluruh penduduk memilik e-ktp

23
Con’t
8. Akurasi data pelanggan jasa telekomunikasi (data pemilik
nomor ponsel baik pasca maupun prabayar)
9. Peningkatan potensi risiko pada saat dan pasca transaksi e-
commerse akibat adanya potensi risiko kebocoran dan keamanan
data pelanggan pada saat dan pasca transaksi
10. Kebiasaan nasabah mengabaikan keamanan informasi dan
kepercayaan penggunaan layanan konvensional (kebiasaan
mengabaikan aspek pengamanan informasi dalam melakukan
transaksi digital; lebih nyaman dengan layanan konvensional
termasuk bagi para penegak hukum)

24
Terima Kasih

25

You might also like