Professional Documents
Culture Documents
Materi Pembahsan Akidah akhlak-WPS Office
Materi Pembahsan Akidah akhlak-WPS Office
LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa isi Biografi Imam Syafi'i
2. Apa saja karya-karya imam syafi'i
3. Bagaimana pemikiran Imam Syafi'i tentang ilmu
4. Bagaimana pemikiran Imam Syafi'i tentang ilmu fiqih
C . TUJUAN PENULISAN
Masa muda
Asy-Syāfiʿī lahir di Palestina (Jund Filastīn) di kota Asqalan pada tahun 150 H (767 M).[11]
Ayahnya meninggal di Asy-Syam ketika dia masih kecil. Khawatir akan kehilangan garis
keturunan syarīf-nya, ibunya memutuskan untuk pindah ke Makkah ketika dia berusia sekitar
dua tahun. Selain itu, akar keluarga keibuannya berasal dari Yaman, dan ada lebih banyak
anggota keluarganya di Mekkah, di mana ibunya percaya bahwa dia sebaiknya diasuh. Sedikit
yang diketahui tentang kehidupan awal asy-Syāfiʿī di Makkah, kecuali bahwa ia dibesarkan
dalam keadaan miskin dan sejak masa mudanya ia rajin belajar.[10] Sebuah riwayat menyatakan
bahwa ibunya tidak mampu membeli kertas, jadi dia menulis hasil pelajarannya pada tulang.[12]
Ia belajar di bawah bimbingan Muslim bin Khalid az-Zanji, Mufti Makkah saat itu, yang dianggap
sebagai guru pertama asy-Syāfiʿī.[13] Pada usia tujuh tahun, asy-Syāfiʿī telah menghafal Al-
Qur'an. Pada usia sepuluh tahun, dia telah menghafal Muwaṭṭaʾ karya Malik bin Anas di luar
kepala, yang membuat az-Zanji akan menunjuknya untuk mengajar saat dirinya tidak ada atau
berhalangan. Asy-Syāfiʿī telah diberi wewenang untuk mengeluarkan fatwa pada usia lima belas
tahun.[14]
Di sinilah asy-Syāfiʿī secara aktif berpartisipasi dalam argumen hukum dengan para ahli hukum
Hanafi, dengan gigih membela mazhab Mālikī.[10] Beberapa otoritas menyatakan bahwaa sy-
Syāfiʿī terkadang kesulitan dalam mempertahankan argumennya.[10] Asy-Syāfiʿī akhirnya
meninggalkan Baghdad menuju Makkah pada tahun 804 M, kemungkinan karena keluhan dari
pengikut Hanafi kepada asy-Syaibānī bahwa asy-Syāfiʿī telah menjadi agak kritis terhadap posisi
asy-Syaibānī selama perselisihan mereka. Akibatnya, asy-Syāfiʿī dilaporkan telah berdebat
dengan asy-Syaibānī mengenai perbedaan mereka, meski siapa yang memenangkan debat
masih belum diketahui secara pasti.[10]
Nafisah adalah keturunan dari Muhammad, melalui cucunya Hasan bin Ali, yang menikah
dengan keturunan Muhammad lainnya, yaitu Ishaq al-Mu'tamin, putra Ja'far ash-Shadiq, yang
kabarnya juga merupakan guru dari Malik bin Anas.[2][17]:121 and Abu Hanifah.[3][4][5] Jadi
keempat Imam besar Fiqh Sunni (Abu Hanifah, Malik, asy-Syāfiʿī, dan Ibnu Hanbal) sama-sama
terhubung dengan Ja'far dari keluarga Muhammad, baik secara langsung maupun tidak
langsung.[1]
Asy-Syāfiʿī meninggal pada usia 54 tahun pada tanggal 30 Rajab tahun 204 H (20 Januari 820 M),
di Fustat, Mesir, dan dimakamkan di kubah Bani Abdul Hakam, dekat Gunung al-Muqattam.[10]
Sebuah qubbah (bahasa Arab: )ُقـَّبـةdan makam dibangun pada tahun 608 H (1212 M) oleh Sultan
Ayyubiyah, al-Kamil (m. 1218–1238), dan tetap menjadi situs penting saat ini.[22][23]
Salahuddin al-Ayyubi membangun madrasah dan tempat suci di lokasi makam Asy-Syafi'i.
Saudara laki-laki Salahuddin, Afdal, membangun mausoleum untuknya pada tahun 1211 setelah
kekalahan Fatimiyah. Tempat ini tetap menjadi situs di mana orang mengajukan petisi untuk
keadilan.[24]
•Kitab al-Musnad, berisi hadits-hadits yang terdapat dalam kitab al-Umm yang dilengkapi
dengan Sanadnya.
• al-Imla’.
•al-Amaliy.
•Harmalah (didiktekan kepada muridnya yang bernama Harmalah ibn Yahya). Mukhtashar al-
Muzaniy (dinisbahkan kepada Imam Syafi’i).
• Mukhtashar al-Buwaithiy (dinisbahkan kepada Imam Syafi’i).
•Kitab Ikhtilaf al-Hadits (penjelasan Imam Syafi’i tentang hadits-hadits Nabi saw.).
Kitab-kitab Imam Syafi’i dikutip dan dikembangkan para muridnya yang tersebar di Makkah, Irak,
Mesir, dan lain-lain. Imam Syafi’i ketika dating ke Mesir, pada umumnya di kala itu penduduk
Mesir mengikuti Madzhab hanafi dan Madzhab maliki. Kemudian setelah ia membukukan
kitabnya (qaul jadid), ia mengajarkannya di masjid Amr bin Ash, maka mulai berkembanglah
pemikiran madzhabnya di Mesir, apalagi di kala itu yang menerima pelajaran darinya banyak
dari kalangan ulama, seperti Muhammad ibn Abdullah ibn Abd al-Hakam, Ismail ibn Yahya, al-
Buwaithiy, al-Rabi’, al-Jiziy, Asyhab ibn al-Qasim dan ibn Mawaz. Mereka adalah ulama yang
berpengaruh di Mesir. Inilah yang mengawali tersiarnya madzhab Syafi’i sampai ke seluruh
pelosok. |
C. PEMIKIRAN IMAM SYAFI'I TENTANG ILMU
( dak tau yang ini tolong carike kak)