Makalah Pbak

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

Makalah Kultur dan Gratifikasi,

Etika Perilaku Terkait Gratifikasi

Dosen Pengampu:
Syokumawena, S.Kep, Ns, M.Kes

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Ages Vanesa PO7120122073
Verra Anggrainy PO7120122060
Desty Angraini PO7120122085

Tingkat 2 B

D-III KEPERAWATAN PALEMBANG


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah
Pendidikan Budaya Anti Korupsi “Kultur dan Gratifikasi, Etika Perilaku
Terkait Gratifikasi” tanpa adanya suatu hambatan. Setelah kami
menyelesaikan tugas ini, kami dapat melanjutkan ke langkah berikutnya,
kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen kami atas bimbingan
mereka selama persiapan dan penyelesaian makalah ini. Akhir kata, kami
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih

Palembang, 09 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
BAB I PEMBAHASAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................
1.3 Tujuan Pembahasan..........................................................................................
BAB II PEMBASAN
2.1 Kultur dan Gratifikasi........................................................................................
2.2 Etika perilaku terkait Gratifikasi.......................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................
3.2 Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kultur adalah pola perilaku yang integratif dalam diri setiap orang
baik yang muncul pada fikiran, perkataan, perbuatan dan artifak orang,
yang kesemuanya tergantung pada program sosialisasi budaya dan
kemampuan tiap orang untuk belajar, menginternalisasikan memperoleh
insentif dan disinsentif dalam menyebarkan pengetahuan tersebut pada
sesamanya atau generasi berikutnya.

Gratifikasi merupakan penerimaan yang dianggap suap apabila


berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan tugas atau
kewajibannya. Pegawai negeri atau penyelenggara negara terkadang
menerima pemberian atau hadiah dari rekanan, teman, atau kenalan, yang
mengandung benturan kepentingan baik dalam pelayanan kepentingan
publik ataupun ketika diberikan dengan melihat kedudukan atau
wewenang yang melekat pada jabatan.

Defenisi Gratifikasi menurut penjelasan Pasal 12B Undang-


Undang Nomor 20 Tahun 2001, bahwa gratifikasi merupakan pemberian
dan dalam arti luas yakni meliputi pemberian uang, barang,
rabat(discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan,
pengobatan Cuma-Cuma, dan fasilitas lainnya. Adapun pengecualian
sekaitan dengan gratifikasi ada pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2021, Pasal 12C ayat (1).

Di Indonesia sendiri telah mengelompokkan ke dalam dua kategori


penerimaan Gratifikasi yaitu Gratifikasi yang dianggap sebagai suap dan
Gratifikasi yang tidak dianggap sebagai suap.

Penerimaan gratifikasi tersebut berlawanan dengan kewajiban atau


tugas dari penyelenggara negara tersebut. Termasuk untuk mempercepat

1
proses pelayanan atau menjamin proses pelayanan selesai tepat waktu,
atau juga untuk hal yang menentukan keputusan. Sedangkan Gratifikasi
yang tidak dianggap sebagai suap, jika hal-hal yang di berikan kepada
pegawai Negeri dan/atau pejabat Negara yang tidak berhubungan dengan
jabatan dan tidak bertetangan dengan kewajiban atau tugas si penerima
gratifikasi.

Aturan etika memberi dan menerima Gratifikasi diperlukan untuk


memberikan landasan atau standar perilaku bagi pegawai di instansi dalam
menghadapi praktik penerimaan dan pemberian gratifikasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Kultur dan Gratifikasi?


2. Bagaimana Etika perilaku terkait Gratifikasi?

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Mampu Memahami Kultur dan Gratifikasi


2. Mampu Memahami Etika perilaku terkait Gratifikasi

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Kultur dan Gratifikasi

Perlu disadari bahwa korupsi dan gratifikasi bukanlah budaya.


Budaya dapat diartikan sebagai cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sekelompok orang dan diwariskan dari hgenerasi ke generasi
serta terbentuk dari unsur seperti adat istiadat, bahasa, agama, hingga
lokasi.

Kebiasaan di masyarakat adalah memandang penyelenggara


neraga/ pegawai negeri adalag profesi yang memungkinkan praktek-
praktek gratifikasi terjadi. Meskipun mungkin dulu dianggap sebagai suatu
hal biasa, terbukti praktek itu melanggar hukum ketika muncul UU yang
mengatur tentang gratifkasi. Dengan aturan perudangan yang tegas itu,
semestinya pewarisan kebiasaan dari generasi ke generasi dapat terputus.

Gratifikasi dan korupsi bukanlah budaya, tetapu pencegahan


korupsi dan gratifikasilah yang harus menjadi budaya. Artinya,
penyelenggara negara/pegawau negeri yang terkena aturab gratifikasi
memang menjadi daya tarik jabatan bisa membuat kedudukan seseorang
penyelenggara negara jatu. Budaya intergritas didalam perusahaan BUMN
akan mempermudah terwjudnya tata kelola perusajaan yang baik.

Pendekatan budaya kerja yang bersih tanpa kompromi pada


gratifikasi akan menjadi modal awal bagi setiap pribadi dalam perusahaan
tersebut dengan menolak godaan perbuatan yang menjurus pada tindak
pidana korupsu. Perlu diperhatikan bagaimana gratifikasi dengan mudah
dipraktekkan pada aktivitas keseharian penyelenggara negara/ peawagai
negeri.

3
Agar praktek-praktek tersebut dapat dihindari, penting membuat
sistem integritas dari semua personel untuk menjunjung tinggi
profesoionalitas. Sistem integritas ini dapat berjalan apabila ada dukungan
dan contoh dari atasan, serta sistem tersebut adalah bagian tak terpisahkan
dari pengembangan karir seseorang. Bila integritas terbangun, budaya
perang melawan korupsi sekalipun sekadar gratifikasi dapat dilakukan
dengan mudah.

Alhasil gratifikasi memang bukan budaya. Di tangan kita sekarang


pewarisan sikap-sikap buruk dan melanggar hukum seperti gratifikasi
harus dihentikanKalau tidak, korupsi akan selalu membesar indeks-nya
karena persoalan mendasar seperti gratifikasi tidak diselesaikan dengan
baik.

Pengertian gratifikasi tersebut menunjukkan bahwa kalimat yang


termasuk definisi gratifikasi terdapat dalam kata-kata “pemberian dalam
arti luas”, sedangkan kata-kata setelah itu merupakan “bentuk-bentuk
gratifikasi”. Penjelasan Pasal 12B UU Tipikor menyebutkan bahwa
gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian
uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket
perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-
cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di
dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan
menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.

Di Indonesia sendiri telah mengelompokkan ke dalam dua kategori


penerimaan Gratifikasi yaitu Gratifikasi yang dianggap sebagai suap dan
Gratifikasi yang tidak dianggap sebagai suap. Penerimaan gratifikasi
tersebut berlawanan dengan kewajiban atau tugas dari penyelenggara
negara tersebut. Termasuk untuk mempercepat proses pelayanan atau
menjamin proses pelayanan selesai tepat waktu, atau juga untuk hal yang
menentukan keputusan. Sedangkan Gratifikasi yang tidak dianggap

4
sebagai suap, jika hal-hal yang di berikan kepada pegawai Negeri dan/atau
pejabat Negara yang tidak berhubungan dengan jabatan dan tidak
bertetangan dengan kewajiban atau tugas si penerima gratifikasi.

Konteks pemberian hadiah (gratifikasi) menjadi masalah ketika


penerimanya adalah seorang pegawai negeri dan/atau penyelenggara
negara. Dampak dari pemberian gratifikasi kepada penyelenggara negara
atau pegawai negeri sangat beragam, sehingga di Indonesia perlu diatur
dalam peraturan.

Mengingat demikian nyata dampak akibat dari gratifikasi, maka


kami berharap melalui penulisan ini akan dicapai tujuan yaitu; dapat
memberikan gambaran perjuangan Indonesia dalam memerangi gratifikasi
dan mencari contoh kasus berupa Tindak Pidana Korupsi kategori
Penyuapan selama satu dekade (2010 – 2019) di Indonesia. Harapan lain
penulisan ini dapat membahas kontekstual kasus tersebut dalam perspektif
etika perilaku sehingga teridentifikasi aspek-aspek yang diharapkan dapat
mempengaruhi timbulnya perilaku etis dari PNS dan/atau penyelenggara
negara sehingga dapat meminimalkan tindakan penerimaan gratifikasi,
khususnya yang termasuk dalam kategori suap.

2.2. Etika Perilaku Terkait Gratifikasi

Aturan etika memberi dan menerima Gratifikasi diperlukan untuk


memberikan landasan atau standar perilaku bagi pegawai di instansi
dalam menghadapi praktik penerimaan dan pemberian gratifikasi. Dalam
aturan ini, sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Kewajiban menolak gratifikasi yang dianggap suap
2. Kewajiban pelaporan atas penerimaan, penolakan dan
pemberian gratifikasi
3. Bentuk gratifikasi yang wajib dilaporkan

5
4. Bentuk gratifikasi yang tidak wajib dilaporkan
5. Sikap pegawai negeri/penyelenggara negara apabila
menghadapi praktik penerimaan, penolakan dan pemberian
gratifikasi
6. Pengelolaan penerimaan dan pemberian gratifikasi yang
terkait kedinasan
7. Mekanisme pelaporan penerimaan, penolakan dan
pemberian gratifikasi
8. Tugas dan wewenang pelaksana fungsi pengendalian
gratifikasi
9. Perlindungan pelapor gratifikasi.

Aturan tersebut secara ideal dituangkan dalam keputusan pimpinan


instansi/lembaga, dan memiliki keberlakuan yang mengikat kepada setiap
individu yang berada dalam lingkungan instansi/lembaga, termasuk
pegawai tidak tetap/honorer maupun pihak ketiga yang mengikat kerja
sama atau melaksanakan pekerjaan dengan instansi/lembaga.

Adapun nilai nilai yang terkandung dalam etika politik terhadap


kasus tindakan gratifikasi yaitu integritas, transparansi, keadilan etika
politik, akuntabilitas, pelayanan publik, kepentingan umum. Lalu upaya
pemerintah dalam mengatasi kasus tindakan gratifikasi yaitu meliputi
peningkatan kesadaran dan pendidikan masyarakat, penguatan sistem
hukum dan penegakan hukum, peningkatan transparansi dan akuntabilitas,
peningkatan gaji dan kesejahteraan pejabat, serta partisipasi publik dan
keterlibatan masyarakat sipil.

6
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gratifikasi adalah suatu pemberian, imbalan atau hadiah oleh orang


yang pernah mendapat jasa atau keuntungan atau oleh yang telah atau
sedang berurusan dengan suatu lembaga politik atau pemerintah untuk
mendapatkan suatu kontrak. Dimana gratifikasi ada yang dianggap suap
maupun tidak. Gratifikasi juga dianggap buruk diri sendiri dan orang lain.
Nilai budaya menanam budi dan balas budi dalam bentuk
pemberian hadiah jika dilakukan dilingkungan kerja pemerintahan,
pegawai negeri, dan penyelenggara Negara, dapat ditafsirkan sebagai
bentuk modus operandi dari praktek gratifikasi.

3.2 Saran

Kita sebagai manusia yang mengerti dan dapat berfikir hendaknya


bisa membedakan gratifikasi dan korupsi dan bisa menghindari gratifikasi
dimana pun kita berada dan pelajari sehingga kita tidak menyimpang serta
pahami tentang gratifikasi.

7
DAFTAR PUSTAKA

M. Marliana and H. Marini, “Satu Dekade Gratifikasi Di Indonesia (2010-


2019),” JIPAGS (Journal Indones. Public Adm. Gov. Stud., vol. 6, no. 1,
pp. 35–45, 2022, doi: 10.31506/jipags.v6i1.12646.

M. Putri, A. Lase, M. Ghaza, N. Putri, Y. Novi, and A. Yuli, “PERILAKU


YANG BURUK DALAM ETIKA BERPOLITIK ( GRATIFIKASI ),” no.
June, 2023.

Kominfo, “Buku Mengenal Gratifikasi (KPK).pdf.” pp. 2–18, 2020.

T. Santoso et al., “Kajian Implementasi Pasal Gratifikasi Dalam Putusan


Pengadilan (Edisi Revisi),” pp. 1–51, 2019, [Online]. Available:
https://aclc.kpk.go.id/wp-content/uploads/2020/04/Buku-Kajian-
Implementasi-Pasal-Gratifikasi-KPK2019-LowRes-08052020.pdf

T. B. Maradona, “Tindak Pidana Gratifikasi Di Indonesia Ditinjau Dari


Aspek Budaya Hukum,” J. Huk. dan Pembang. Ekon., vol. 9, no. 1, p. 26,
2021, doi: 10.20961/hpe.v9i1.52526.

Komisi Pemberantasan Korupsi, “Memahami Gratifikasi,” Koran Kompas


Online Cetak, 2014.

You might also like