Professional Documents
Culture Documents
Masjid Kasunyatan Banten Tinjauan Sejarah Dan Arsi
Masjid Kasunyatan Banten Tinjauan Sejarah Dan Arsi
Asep Saefullah
Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi,
Badan litbang dan Diklat Kemenag RI
e-mail: asepmoment2015@gmail.com
DOI: 10.31291/jlk.v16i1.486
Abstract
Kasunyatan Mosque is one of the historic ancient mosques in Banten.
Its existence is less popular than Masjid Agung (the Great Mosque) of
Banten in Banten Lama, although both are one of the religious tourism
destinations for Indonesian people. At the time of the Sultan (Shaykh)
Maulana Yusuf, the second Sultan of the Sultanate of Banten, ruled
between 1570-1780 AD, Kasunyatan Mosque is well known as a center of
religious and scientific activities other than the Keraton Surosowan and
Banten Lama. Across this mosque there is the Tomb of Sultan (Shaykh)
Maulana Yusuf which is crowded by the public. This research paper
endeavors to describe of how Kasunyatan Mosque in Banten as one of
historic places of worship. The research uses historical and architectural
approach in understanding and analysing data. Based on this research, it
is understood that the Kasunyatan Mosque shows its ancient features in its
rectangular shape, solid or massive foundations, thick walls, short mihrab,
and pulpits and the Friday sermons in the form of a double-edged sword.
Although it has renovated and improved, but the original structure
remains visible and its authenticity is maintained. On the southwest side
*)
Artikel ini pernah disajikan dalam “Seminar Hasil Penelitian Rumah
Ibadah Bersejarah (RIB)”, Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan
Manajemen Organisasi, di Hotel D’Anaya Bogor, pada 24-25 Oktober 2017,
dengan beberapa tambahan dan perbaikan.
127
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 16, No. 1, 2018: 127 - 158
Abstrak
Masjid Kasunyatan merupakan salah satu masjid kuno bersejarah di
Banten. Keberadaannya kurang popular dibandingkan dengan Masjid Agung
Banten di Banten Lama, meskipun dua-duanya merupakan salah satu
tujuan wisata religi bagi sebagian masyarakan Indonesia. Pada masa Sultan
(Syekh) Maulana Yusuf, sultan kedua dari Kesultanan Banten, berkuasa
antara 1570-1780 M., Masjid Kasunyatan dikenal sebagai pusat kegiatan
keagamaan dan keilmuan selain di sekitar Keraton Surosowan dan Banten
Lama. Di seberang masjid ini terdapat Makan Sultan (Syekh) Maulana
Yusuf tersebut yang ramai diziarahi masyarakat. Berdasarkan penelusuran,
Masjid Kasunyatan memperlihatkan ciri-ciri kekunoannya pada bentuknya
yang segi empat, fondasi padat atau massif, dinding tebal, mihrab pendek,
dan mimbar serta tongkat khotib Jum'at berupa pedang bermata dua.
Meskipun telah mengalami perbaikan, tetapi struktur aslinya tetap terlihat
dan keasliannya dipertahankan. Di sisi sebelah barat daya terdapat juga
menara yang massif, sebagai salah satu ciri bangunan menara kuno. Salah
satu peninggalannya yang tetap diteruskan oleh generasi sekarang adalah
dalam hal pemeranan fungsi pendidikan dan keagamaan, dimana Madrasah
Diniyah dan pengajian rutin dibangun dan diselenggarakan, selain untuk
pelaksanaan berbagai acara kegiatan keagamaan seperti peringatan hari-
hari besar keagamaan, seperti Maulid Nabi Muhammad Saw., Isra Mikraj,
Santunan Anak Yatim, dan juga acara haul Syekh Maulana Yusuf.
Pendahuluan
Khazanah keagamaan Banten menarik untuk digali, diteliti,
dan diperbincangkan. Dari masa awal Islam saja masih banyak
128
Masjid Kasunyatan Banten: Tinjauan Sejarah dan Arsitektur —
Asep Saefullah
1
H.J. De Graaf dan Th. G. Th. Pigeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam di
Jawa, Peralihan dari Majapahit ke Mataram, (Jakarta: Grafiti Pers, 1985), h.
152-153.
129
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 16, No. 1, 2018: 127 - 158
2
Tubagus Umar Syarif Hadiwibowo, “Perkembangan Kesultanan Banten
Pada Masa Pemerintahan Sultan Maulana Yusuf (1570-1580)”, Skripsi,
Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta, 2013, h. 185.
3
A. Rohman, “Peranan Desa Kasunyatan dalam Pendidikan Islam Pada
Masa Sultan Maulana Yusuf”, Skripsi, STAIN Sultan Maulana Hasanuddin,
Serang, Banten, 2002, h. 30.
4
Hudari, Kepala Seksi Bimas Islam Kemenag Kota Serang, Wawancara,
27 April 2017, di Serang Banten.
5
M. Kasim Abdurrahman, “Arsitektur Masjid Jami’ Sulthan Ayyub
Sanggau”, Jurnal Lektur Keagamaan, 12(1), 2014, h. 235, 250, dan 254.
130
Masjid Kasunyatan Banten: Tinjauan Sejarah dan Arsitektur —
Asep Saefullah
131
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 16, No. 1, 2018: 127 - 158
132
Masjid Kasunyatan Banten: Tinjauan Sejarah dan Arsitektur —
Asep Saefullah
133
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 16, No. 1, 2018: 127 - 158
Pembahasan
1. Sejarah dan Lokasi Masjid Kasunyatan
Banten adalah salah satu wilyah penting dalam sejarah per-
kembangan Islam di Nusantara, setidaknya antara abad ke-16-19
M, di Jawa Barat (khususnya bagian Barat [sekarang Provinsi
Banten]). Banten merupakan wilayah yang strategis yang terletak
di pesisir Selat Sunda dan sebagai pintu gerbang sebelah barat
pulau Jawa melalui jalur Sumatera. Posisi strategis inilah yang
menyebabkan Banten menarik perhatian Portugis yang telah me-
nguasai Malaka pada 1511 M. Akan tetapi, penguasa di Demak
dan Cirebon dapat menguasai wilayah ini sekitar tahun 1524-
1527 M, ketika Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati
dari Cirebon, dengan bantuan dari Demak, mengirimkan pasu-
kannya ke Banten. Setelah Banten dikuasai, Sultan Hasanuddin,
putra Sunan Gunung Jati dinobatkan sebagai penguasa Banten
hingga berdiri Kesultanan Banten, dan ia berkuasa pada 1552-
1570 M.16
Sebelum Banten menjadi kesultanan, wilayah ini termasuk
bagian dari Kerajaan Sunda, yakni Pajajaran. Agama resmi yang
dianut Kerajaan Sunda tersebut adalah Hindu. Pada awal abad
ke-16 M., penguasa di Banten adalah Prabu Pucuk Umun. Pusat
pemerintahannya pada saat itu terletak di Banten Girang atau
Banten Hulu, tepatnya di Kadipaten. Banten Lor atau Banten
sebelah utara di mana terletak Surosowan (keraton Kesultanan
Banten) masih difungsikan sebagai pelabuhan.17 Menurut berita
Joa De Barros pada 1516, salah seorang pelaut Portugis, sebagai-
mana dikemukakan Uka Tjandrasasmita, bahwa “di antara
16
Kisah mengenai pengislaman Banten dielaborasi dari berbagai naskah
kuno Sadjarah Banten oleh Titik Pudjiastuti, Menyusuri Jejak Kesultanan
Banten, (Jakarta: Medatama Widya Sastra, 2015), h. 131-159. Lihat juga H.J.
De Graaf dan Th. G. Th. Pigeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa..., h.
147-148 dan Zainal Abidin Ahmad, Ilmu Politik Islam V: Sejarah Islam dan
Umatnya sampai Sekarang (Perkembangannya dari Zaman ke Zaman),
(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 140.
17
H.J. De Graaf dan Th. G. Th. Pigeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam di
Jawa..., h. 151-152.
134
Masjid Kasunyatan Banten: Tinjauan Sejarah dan Arsitektur —
Asep Saefullah
18
Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara. (Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia, 2009), h. 115. Lihat juga Tim Fak. Adab IAIN Jakarta,
“Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Banten”, Laporan Penelitian,
(Jakarta: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, IAIN Syarif
Hidayatullah, 1985/1986), h. 14-15.
19
Taufik Abdullah, dkk., Sejarah Umat Islam Indonesia, (Jakarta: Majelis
Ulama Indonesia, 1991), h. 80. Lihat juga Adeng Mukhtar Ghazali, “Peran
Sunan Gunung Djati dalam Penyebaran Islam di Jawa Barat”, Jurnal Lektur
Keagamaan, 8(1), 2010, h. 146 dan 149.
20
Titik Pudjiastuti, Menyusuri Jejak Kesultanan Banten, h. 29. Menurut-
nya, Naskah Lor. 7390 sama dengan nasakah LOr. 7389, dan bahwa naskah
tersebut dibuat untuk Snouck Hurgronje oleh Bupati Serang, Soetodiningrat
135
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 16, No. 1, 2018: 127 - 158
136
Masjid Kasunyatan Banten: Tinjauan Sejarah dan Arsitektur —
Asep Saefullah
22
Munculnya mitologi dalam historiografi Islam, termasuk di Indonesia/
Nusantara, antara lain disebabkan karena sejarawan lebih berorientasi pada
teori dan metodologi Barat yang cenderung memisahkan historiografi dengan
teologi. Lihat Kuntowijoyo, Paradigma Islam, Interpreasi untuk Aksi,
(Bandung: Mizan, 1991), h. 356.
23
Tim Fak. Adab IAIN Jakarta, “Sejarah Masuk dan Berkembangnya
Islam di Banten”, h. 17-18, dan Hasan Mu’arif Ambary, Menemukan Peradaban
Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia, (Ciputat: Logos
Wacana Ilmu, 2001), h. 121. Lihat juga Muhammad Fakhruddin, “Melacak
Jejak Kesultanan Banten (Bag 1)”, dalam http://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/khazanah/12/11/29/me8071-melacak-jejak-kesultanan-banten-bag-
1?fb_comment_id=560343767325016_117518912. Diakses 22/09/2017.
137
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 16, No. 1, 2018: 127 - 158
24
Taufik Abdullah, dkk., Sejarah Umat Islam Indonesia, h. 80-81. Lihat
juga A. Rohman, “Kedudukan Peran Desa Kasunyatan...”, h. 32.
25
Tim Fak. Adab IAIN Jakarta, “Sejarah Masuk dan Berkembangnya
Islam di Banten”, h. 21-22.
26
A. Rohman, “Kedudukan Peran Desa Kasunyatan...”, h. 28-29. Lihat
juga Vitra Widinanda, “Menara-Menara Masjid Kuno di Pulau Jawa Abad ke-
16-19...”, h. 25
138
Masjid Kasunyatan Banten: Tinjauan Sejarah dan Arsitektur —
Asep Saefullah
27
Muhamad Tohir, “Masjid Kasunyatan Masjid Pembuka Islam di
Banten”, dalam http://www.bantenraya.com/component/content/article/3-
serang-raya/6723--masjid-kasunyatan-masjid-pembuka-islam-di-banten.
Diunggah 09 Juli 2014. Diakses 22/09/2017. Bandingkan dengan A. Rohman,
“Kedudukan Peran Desa Kasunyatan...”, h. 28-29.
28
Tim Fak. Adab IAIN Jakarta, “Sejarah Masuk dan Berkembangnya
Islam di Banten”, h. 21-22.
139
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 16, No. 1, 2018: 127 - 158
Gambar 2:
Papan Nama dan
Deskripsi Masjid
Kasunyatan
(Foto: Asep, 2017)
29
Disbudpar Prov. Banten, Jelajah Pesona Wisata Banten Indonesia, h.
330.
30
Tb Romli Mamun, Wawancara, 4 Mei 2017, di Kasunyatan, Kasemen,
Serang, Banten.
31
Tb Romli Mamun, Wawancara, 4 Mei 2017.
140
Masjid Kasunyatan Banten: Tinjauan Sejarah dan Arsitektur —
Asep Saefullah
141
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 16, No. 1, 2018: 127 - 158
Gambar 5:
Denah Komplek Masjid Kasunyatan oleh Asep Saefullah, 2017.
Keterangan Gambar:
Bangunan utama masjid berbentuk bujur sangkar, yang diberi tanda garis
menyilang, dengan ukuran kurang lebih 9 x 9 m. adapun bangunan lainnya
adalah sebagai berikut:
a. Mihrab g. Madrasah
b. Mimbar h. Kamar Mandi/Wudu
c. Soko Guru/Tiang Utama i. Pemakaman Utara dan Timur
d. Serambi Utara dan Selatan j. Gapura: 1. Timur-Selatan Utama
e. Menara 2. Timur-Selatan Samping
f. Kolam Mandi/Wudu 3. Timur-Utara
4. Barat-Utara
32
Tb Romli Mamun, Wawancara, 4 Mei 2017, di Kasunyatan, Kasemen,
Serang, Banten.
142
Masjid Kasunyatan Banten: Tinjauan Sejarah dan Arsitektur —
Asep Saefullah
a. Bangunan Masjid
Masjid Kasunyatan berada di atas tanah seluas 2544 m2.
Masjid ini berdiri atas fondasi yang kokoh, yang terdiri atas tiga
bagian bangunan, yaitu dua serambi di kiri dan kanannya, serta
satu bangunan utama yang terletak di tengah-tengah di antara dua
serambi. Bangunan utama Masjid Kasunyatan berbentuk persegi
empat dengan ukuran 12 x 12 m, berorientasi barat-timur, dengan
mihrab (tempat imam) berada di sebelah barat, mengarah kiblat.
Pintu utamanya berada di sebelah selatan. Di sebelah utaranya
juga terdapat dua pintu. Atapnya berbentuk tumpang tiga terbuat
dari genteng dengan hiasan memolo pada puncaknya. Di dalam
ruang utama terdapat empat buah tiang penyangga berbentuk bulat
dengan ukuran tinggi sekitar 5,12 m, dengan diameter sekitar 45
cm. Pada bagian bawah tiang ini terdapat umpak setinggi 50 cm,
dan di bawah umpak terdapat lapik berbentuk segi delapan.
Lantainya terbuat dari ubin berwarna putih dan dilapisi dengan
karpet berwarna hijau. Pada dinding di sebelah utara dan selatan
terdapat masing-masing dua buah pintu dengan bentuk dan ukuran
yang sama, mempunyai dua daun pintu dengan lebar masing-
masing sekitar 88 cm, dan tinggi 1,89 m. Konstruksi bangunan-
nya dan unsur-unsur di dalam masjid ini hampir semuanya
terbuat dari kayu, seperti pintu, jendela, tiang penyangga, kuda-
kuda, tangga menara, dan mimbar.33
Masjid Kasunyatan juga dikenal sebagai Masjid Al-Fatihah.
Selain berarti sebagai masjid pembuka untuk pengembangan Islam,
masjid ini juga memiliki unsur serba 4. Menurut Alya Nadya,
“Masjid ini mempunyai 4 perkara, semuanya serba 4”. Ia meng-
uraikan, masjid tersebut mempunyai 4 pintu gerbang, 4 pintu
masjid, 4 tiang besar, menara berbentuk persegi 4, kolam yang
berbentuk bintang 4, serta kubah yang berbentuk 4 burung.34
33
Disbudpar Prov. Banten, Jelajah Pesona Wisata Banten Indonesia, h.
330. Lihat juga G.F. Pijper, Empat Penelitian tentang Agama Islam di
Indonesia 1930-1950, (Jakarta: UI Press, 1992), h. 24.
34
Alya Nadya, “Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di
Banten “, h. 315-316.
143
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 16, No. 1, 2018: 127 - 158
Gambar 6:
Masjid Kasunyatan dari arah barat (Foto: Asep, 2017)
Gambar 7:
Masjid dari arah timur; terhalang oleh Bangunan makam Ibu Suri Nyi Ratu
Asiyah dan Syekh Abdul Syukur Putra (Foto: Asep, 2017)
Gambar 8:
Masjid Kasunyatan dari arah utara (Foto: Asep, 2017)
144
Masjid Kasunyatan Banten: Tinjauan Sejarah dan Arsitektur —
Asep Saefullah
b. Gapura Masjid
Komplek Masjid Kasunyatan, sebagaimana umumnya masjid
kuno di Indonesia dikelilingi oleh pagar tembok. Untuk masuk
ke dalam komplek masjid terdapat empat buah gapura, yakni satu
buah gapura di sisi selatan timur masjid sebagai gapura utama
dengan orientasi timur-barat (j1). Satu gapura lainnya di selatan
samping, sebelah timur masjid setelah masuk dari gapura utama.
Gapura ini sebagai pintu masuk ke komplek pemakaman dari
arah selatan-timur masjid (j2). Dua buah gapura lainnya terletak
di utara masjid (j3 dan j4).
Satu gapura di barat sebagai
pintu masuk dari arah barat
menuju ke pemakaman utara
sebelah serambi utara masjid
(j4), dan satu gapura di
timur sebagai pintu keluar
dari pemakaman utara mas-
jid sekaligus pintu masuk
ke pemakaman yang terle-
tak di sebelah timur masjid
(j3). Orientasi kedua gapura
utara adalah timur-barat (Li-
hat gambar denah komplek
masjid di atas).
Gambar 10:
Berikut ini deskripsi ke-
Gapura Utama sebelah timur dengan
orientasi timur-barat (Foto: Asep, 2017) empat gapura tersebut:
145
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 16, No. 1, 2018: 127 - 158
Gambar 11:
Gapura Sebelah Timur
Bangunan Masjid sisi
selatan dengan orientasi
selatan-utara menuju
komplek pemakaman
(Foto: Asep, 2017)
35
Bandingkan dengan Alya Nadya, “Gaya Arsitektur Masjid Kasu-
nyatan...”, h. 315.
36
Gapura selatan sebelah timur bangunan masjid yang menuju komplek
pemakaman timur, menurut Ustad Nawami, merupakan gapura tambahan dan
baru dibangun pada tahun 1970. Ustad Nawawi, Wawancara, 9 Mei 2017, di
Kasunyatan, Kasemen, Serang, Banten. Lihat juga Alya Nadya, “Gaya
Arsitektur Masjid Kasunyatan...”, h. 315.
146
Masjid Kasunyatan Banten: Tinjauan Sejarah dan Arsitektur —
Asep Saefullah
c. Mihrab
Mihrab adalah sebuah rongga tempat imam memimpin salat,
yang terletak di sisi barat, menjorok keluar dan berbentuk bilik
tanpa jendela. Mihrab dalam bahasa Jawa disebut pangimaman,
dan dalam bahasa Sunda disebut paimbaran, yaitu tempat imam
memimpin salat. Selain itu, mihrab juga berfungsi sebagai pe-
nunjuk arah kiblat.38 Mihrab Masjid Kasunyatan berukuran
relatif kecil sebagaimana umumnya masjid kuno di Indonesia,
yaitu tinggi 1,77 m, lebar 0,88 m dan panjang 1,63 m. Pada
bagian kiri dan kanan mihrab terdapat dua buah tiang semu, yaitu
37
Bandingkan dengan Alya Nadya, “Gaya Arsitektur Masjid Kasu-
nyatan...”, h. 315.
38
G.F. Pijper, Empat Penelitian tentang Agama Islam..., h. 27-28.
147
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 16, No. 1, 2018: 127 - 158
Gambar 14:
Mihrab Masjid
Kasunyatan
(Foto: Asep, 2017)
39
Alya Nadya, “Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan...”, h. A313.
40
Nurman Kholis, “Mimbar dan Podium: Kajian atas Masjid Kuno di
Nanggroe Aceh”, Jurnal Lektur Keagamaan, 10(2), 2012, h. 443.
148
Masjid Kasunyatan Banten: Tinjauan Sejarah dan Arsitektur —
Asep Saefullah
2,60, lebar 0,95 m dan tinggi dari lantai dasar masjid sekitar dua
meter. Tiang mimbar berukiran salur-salur dan bagian pinggir atap-
nya dihiasi ragam hiasan meander. Hampir seluruh bagian mimbar
dicat dengan warna emas. Sekeliling mimbar kiri-kanan dan bela-
kangnya ditutup kain putih trasparan.41 Di mimbar terdapat pedang
bercabang dua pada mata pedangnya (pedang bermata dua) yang di-
anggap pernah dipakai oleh Khalifah Ali bin Abu Talib untuk
berperang (wallahu a’lam); Bentuk mata pedang yang terbelah dua
sangat khas dan unik. Pedang tersebut kini masih digunakan untuk
khutbah pada Salat Jumat, yang pegang oleg khatib pada saat
menyampaikan khutbahnya.42
e. Kolam Masjid
Kolam Masjid Kasunyatan terletak di barat laut masjid, ber-
denah empat persegi. Bagian tengah setiap sisinya dibuat men-
jorok keluar, dan pada tempat yang menjorok keluar terdapat anak
tangga yang berjumlah masing-masing 14 buah untuk menuju
kolam. Pada bagian tengah dasar kolam berdiri kokoh dua buah
tiang yang terbuat dari bata yang dilapisi semen bercet putih,
yang berfungsi sebagai penyangga atap. Atap kolam terbuat dari
41
Lihat Alya Nadya, “Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan...”, h. A313.
42
Ustadz Nawawi, Wawancara, 9 Mei 2017, di Kasunyatan, Kasemen,
Serang, Banten.
149
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 16, No. 1, 2018: 127 - 158
f. Menara
Menara terletak di sisi barat daya, dengan corak campuran
antara Eropa dan Jawa Kuno. Denah menara berbentuk bujur
sangkar dengan ukuran 3,10 x 3,10 m dan tinggi 10,82 m. Atap
menara berbentuk payung terbuka meruncing di empat sisinya
yang terbuat dari genteng. Pada puncak atau bagian paling atas
menara terdapat hiasan memolo yang berbahan terakota. Menara
ini memiliki tiga tingkat termasuk lantai dasar. Pada lantai dasar
43
Alya Nadya, “Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan...”, h. A314.
44
Wawancara antara lain dengan Ustad Rosadi, pada 5 Mei 2017, dan
Ustadz Nawawi, 9 Mei 2017, di Kasunyatan, Kasemen, Serang, Banten.
150
Masjid Kasunyatan Banten: Tinjauan Sejarah dan Arsitektur —
Asep Saefullah
45
Isman Pratama Nasution, “Menara Masjid Kuno Indonesia: Suatu
Survei dan Studi Kepustakaan”, dalam WACANA, 6(1), 2004, h. 33.
Bandingkan dengan Vitra Widinanda, “Menara-Menara Masjid Kuno di Pulau
Jawa Abad ke-16-19...”, h. 44-45, dan lihat juga Alya Nadya, “Gaya
Arsitektur Masjid Kasunyatan...”, h. A313.
46
Isman Pratama Nasution, “Menara Masjid Kuno Indonesia...”, h. 33,
dan Alya Nadya, “Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan...”, h. A313.
47
Muhamad Tohir, “Masjid Kasunyatan Masjid Pembuka Islam di
Banten”. Penjelasan mengenai “Menara Masjid di Jawa”, lihat G.F. Pijper,
Empat Penelitian tentang Agama Islam..., h. 23-36.
151
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 16, No. 1, 2018: 127 - 158
Gambar 18:
Menara Masjid Kasunyatan di
sebelah barat Bangunan Masjid
(Foto: Asep, 2017)
g. Kompleks Pemakaman
Di dalam kompleks Masjid Kasunyatan terdapat dua lokasi
pemakaman, yaitu di sebelah utara dan timur masjid. Pemakam
utara berbentuk empat persegi dengan ukuran sekitar 14,20 x
10,40 m. Di pemakaman ini, penanda makam hanya berupa nisan
yang langsung ditanam pada tanah. Tidak ada jirat makam dan
tidak ada pula bangunan lainnya. Pemakaman sebelah timur juga
berbentuk empat persegi dengan ukuran 42 x 2,50 m. Di pema-
kaman timur ini terdapat dua bangunan makam atau cungkup
48
G.F. Pijper, Empat Penelitian tentang Agama Islam ..., h. 31.
49
Alya Nadya, “Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan...”, A314.
152
Masjid Kasunyatan Banten: Tinjauan Sejarah dan Arsitektur —
Asep Saefullah
50
Ustad Rosadi, Wawancara, 5 Mei 2017, di Kasunyatan, Kasemen,
Serang, Banten. Ustadz Nawawi, Wawancara, pada 9 Mei 2017 juga
menyampaikan hal yang sama.
153
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 16, No. 1, 2018: 127 - 158
Gambar 21:
Komplek Pemakaman
Panembahan Sulaiman di
sebelah timur Masjid
Kasunyatan
(Foto: Asep, 2017).
Penutup
Masjid Kasunyatan atau Masjid Agung Kasunyatan merupa-
kan salah satu bukti perkembangan Islam, khususnya di Banten
dan umumnya di Nusantara. Keberadaannya yang tidak sepo-
pular Masjid Agung Banten di Banten Lama, tetapi peranannya
dalam sejarah tidak dapat dinafikan. Pusat kegiatan keagamaan
dan keilmuan selain di sekitar Keraton Surowona dan Banten
Lama, Masjid Kasunyatan juga dipilih sebagai tempat pengem-
bangan Islam. Sultan yang berjasa membangun Masjid ini adalah
Sultan Maulana Yusuf, sultan kedua dari Kesultanan Banten,
yang berkuasa antara 1570-1780 M. Namun demikian, di sebe-
rang Masjid ini terdapat Makan Sultan (Syekh) Maulana Yusuf
yang ramai diziarahi masyarakat, bukan hanya dari banten tetapi
juga dari berbagai daerah, baik dalam maupun luar negeri,
seperti Malaysia dan Singapura.
154
Masjid Kasunyatan Banten: Tinjauan Sejarah dan Arsitektur —
Asep Saefullah
155
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 16, No. 1, 2018: 127 - 158
Daftar Pustaka
Abd. Ghofur. 2015. menulis “Perspektif Hisoris Arkeologis tentang
Keragaman Bentuk-Bentuk Masjid Tua di Nusantara”. Sosial Budaya:
Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya, 12(1): 68-79.
Abdullah, Taufik, dkk. 1991. Sejarah Umat Islam Indonesia. Jakarta: Majelis
Ulama Indonesia
Abdurrahman, M. Kasim. 2014. “Arsitektur Masjid Jami’Sulthan Ayyub
Sanggau”. Jurnal Lektur Keagamaan, 12(1): 235-256.
Ahmad, Zainal Abidin. 1979. Ilmu Politik Islam V: Sejarah Islam dan
Umatnya sampai Sekarang (Perkembangannya dari Zaman ke Zaman).
Jakarta: Bulan Bintang.
Ambary, Hasan Mu’arif. 2001. Menemukan Peradaban Peradaban Jejak
Arkeologis dan Historis Islam Indonesia. Ciputat: Logos Wacana Ilmu.
De Graaf, H.J. dan Pigeaud, Th. G. Th. 1985. Kerajaan-Kerajaan Islam di
Jawa, Peralihan dari Majapahit ke Mataram. Jakarta: Grafiti Pers.
Disbudpar Prov. Banten. 2009. Jelajah Pesona Wisata Banten Indonesia,
Serang: Disbudpar Prov. Banten.
156
Masjid Kasunyatan Banten: Tinjauan Sejarah dan Arsitektur —
Asep Saefullah
Fahrudin, Ali. 2013. “Pusat Kajian Islam Melayu: Studi Peran Masjid Sultan
Riau Masa Lalu”, Jurnal Lektur Keagamaan, 11(2): 405-428.
Ghazali, Adeng Mukhtar. 2010. “Peran Sunan Gunung Djati dalam
Penyebaran Islam di Jawa Barat”, Jurnal Lektur Keagamaan, 8(1): 135-
158.
Hadiwibowo, Tubagus Umar Syarif. 2013. “Perkembangan Kesultanan
Banten Pada Masa Pemerintahan Sultan Maulana Yusuf (1570-1580)”.
Skripsi. Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Sejarah,
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta.
Imansyah, Retno Kartini S. 2013. “Islamisasi Jawa Bagian Selatan: Studi
Masjid Gala Sunan Bayat Klaten”. Jurnal Lektur Keagamaan, 11(2):
429-454.
---------. 2017. “Masjid Sultan Muhammad Salahuddin Bima; Arsitektur, Misi
Agama dan Kekuasaan”. Jurnal Lektur Keagamaan, 15(2): 390-419.
Kholis, Nurman. 2012. “Mimbar dan Podium: Kajian atas Masjid Kuno di
Nanggroe Aceh”. Jurnal Lektur Keagamaan, 10(2): 435-450.
Kuntowijoyo. 1991. Paradigma Islam, Interpreasi untuk Aksi, Bandung:
Mizan.
Nadya, Alya. 2017. “Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di
Banten” dalam Prosiding Seminar Heritage IPLBI (Ikatan Peneliti
Lingkungan Binaan Indonesia), Cirebon, 21 Juni, h. A311-A316.
Nasution, Isman Pratama. 2004. “Menara Masjid Kuno Indonesia: Suatu
Survei dan Studi Kepustakaan”. WACANA, 6 (1): 27-40.
---------. 2016. “Nama-nama Masjid Kuno di Nusantara dan Aspek yang
Melatarbelakangi: Tinjauan Toponimi dan Arkeologis” dalam E-
Prosiding Seminar Nasional Toponimi: “Toponimi dalam Perspektif Ilmu
Budaya”. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Depok, 3 November 2016, h. 122-139. Dikases 25/09/2017.
Pijper, G.F. 1984. “Mesjid-Mesjid di Pulau Jawa”, dalam Pijper, G.F.,
Beberapa Studi tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950.
Terjemahan Tudjimah dan Yessy Augustdin. Jakarta: Penerbit UI Press,
h. 14-66.
---------. 1992. Empat Penelitian tentang Agama Islam di Indonesia 1930-
1950. Jakarta: UI Press.
Pudjiastuti, Titik. 2015. Menyusuri Jejak Kesultanan Banten. Jakarta:
Medatama Widya Sastra.
Rohman, A. 2002. “Peranan Desa Kasunyatan dalam Pendidikan Islam Pada
Masa Sultan Maulana Yusuf”. Skripsi. STAIN Sultan Maulana
Hasanuddin. Serang, Banten.
157
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 16, No. 1, 2018: 127 - 158
Informan/Narasumber
Hudari, Kepala Seksi Bimas Islam Kankemenag Kota Serang, Wawancara, 27
April 2017, di Serang Banten.
Tb Romli Mamun, Wawancara, 4 Mei 2017, di Kasunyatan, Kasemen,
Serang, Banten.
Rosadi, Wawancara, 5 Mei 2017, di Kasunyatan, Kasemen, Serang, Banten.
Nawawi, Wawancara, 9 Mei 2017, di Kasunyatan, Kasemen, Serang, Banten.
Website
Fakhruddin, Muhammad, “Melacak Jejak Kesultanan Banten (Bag 1)”,
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/-
12/11/29/me8071-melacak-jejak-kesultanan-banten-bag-
1?fb_comment_id=560343767325016_117518912. Diakses
22/09/2017.
Puspitorini, Dewi, “Masjid Kasunyatan, Tanda Rasa Hormat kepada Guru”,
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbanten/2016/09/16/masjid-
kasunyatan-tanda-rasa-hormat-kepada-guru/-, upload September 16,
2016. Diakses 22/09/2017.
Tohir, Muhamad. “Masjid Kasunyatan Masjid Pembuka Islam di Banten”,
http://www.bantenraya.com/component/content/article/3-serang-
raya/6723--masjid-kasunyatan-masjid-pembuka-islam-di-banten.
Diunggah 09 Juli 2014. Diakses 22/09/2017.
158