Professional Documents
Culture Documents
311-Article Text-2378-1-10-20230430
311-Article Text-2378-1-10-20230430
Abstract: Unfortunately, the big national problem through disputes that lead to the horizontal
disintegration of the nation occurs in Indonesia. However, this happened because people
wanted to be pitted against power-greedy individuals by sacrificing harmony to reduce
diversity and pluralism. Using descriptive qualitative methods in this research, it can be
concluded that the responsibility of believers or the church, in general, is within the
phenomenology of identity politics. Believers can create harmony and strengthen it through
attitudes in public spaces. This aligns with the ideals of Indonesian independence, which does
not see the SARA background. Likewise, pluralism must be maintained and guarded by actions
that do not offend excessive sentiments of human identity. Therefore mutual respect and
respect are separate ways to strengthen harmony so that the Indonesian nation is comfortable
and becomes a place of peace for the next generation.
Abstraksi: Persoalan bangsa yang besar lewat perselisihan yang menimbulkan disintegrasi bangsa secara
horizontal sangat disayangkan terjadi di Indonesia. Namun hal itu terjadi karena masyarakat
mau di adu domba dengan oknum serakah kekuasaan dengan mengorbankan kerukunan
bertujuan mereduksi keberagaman dan kemajemukan. Menggunakan metode kualitatif
deskritif penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab orang percaya atau gereja
secara umum yang berada dalam fenomenologi politik identitas. Orang percaya dapat
menciptakan kerukunan dan memperkokoh melalui sikap di ruang publik. Hal itu selaras
dengan cita-cita kemerdekaan Indonesia yang tidak melihat latar belakang SARA. Begitu juga
kemajemukan harus tetap dijaga dan dikawal dengan tindakan yang tidak menyinggung
sentimen berlebihan dari identitas manusia. Oleh karena itu saling menghargai dan
menghormati menjadi cara tersendiri untuk memperkokoh kerukunan supaya bangsa Indonesia
ini nyaman dan menjadi tempat kedamaian bagi generasi selanjutnya.
17 18
Kurnia Sondang Lumban Gaol, “Tinjauan Etis Abd Mu‟id Aris Shofa, “Memaknai Kembali
Kristen Terhadap Politisasi Agama Di Multikulturalisme Indonesia Dalam Bingkai
Indonesia,” Missio Ecclesiae 5, no. 1 (2016): 35– Pancasila,” JPK (Jurnal Pancasila Dan
51, https://doi.org/10.52157/me.v5i1.57. Kewarganegaraan) 1, no. 1 (2016): 34–40.
Copyright (c) 2023 Manna Rafflesia | 376
Manna Rafflesia, 9/2 (April 2023) P-ISSN: 2356-4547
https://s.id/Man_Raf E-ISSN: 2721-0006
memisahkandiri dari orang biasa.19 dalam pengajarannya adalah cerita
Mereka sangat bertentangan dengan tentang perumpamaan orang Samaria
pemerintahan romawi dan menginginkan yang sangat baik dan berhati mulia (Luk.
pernyataan Yesus yang menolak atau 10:25-37). Dimana tokoh cerita tersebut
mendukung menjadi bumerang bagi berlatar belakang kebencian orang
Yesus terhadap masyarakat Israel yang Yahudi kepada orang Samaria.
marah kepada pemerintahan Romawi Kebencian terhadap perkawinan silang
dengan adanya pajak yang besar. Dan dan tempat penyembahan yang berbeda
juga menjadi pesakitan bagi Yesus bila dari orang Yahudi yaitu gunung gerizim.
melarang membayar pajak terhadap Sebab Samaria telah membangun
kaisar (Mat. 22: 15-22). Pertanyaan yang kepercayaan yang dianggap sebagai
menjebak ingin melibatkan politik pengejawantahan kebenaran sejati
Identitas dari masyarakat Yahudi untuk melalui peribadatan di Gunung Gerizim.
menentang Yesus menjadi alasan orang Adanya perbedaan regligi dan
farisi ini. percampuran suku menjadikan Konflik
Di dalam Injil Yohanes adanya bernarasi kebencian ini tidak pernah
pertemuan Yesus dengan wanita Samaria selesai dan turun secara generasional,
yang memiliki banyak suami di sumur sehingga membawa narasi kebencian
Yakub menjadi bukti bahwa kehendak diantara kedua komunitas bangsa itu
Yesus untuk berkomunikasi membangun berasal dari sejarah yang panjang.20
nilai moderat dan toleransi yang tidak Namun dalam kisah tersebut
menghakimi kepercayaan wanita menjabarkan kasih dan ketegasan Tuhan
Samaria yang menyembah di gunung bahwa sesama manusia adalah ciptaan
Gerizim. Sejatinya percakapan itu Tuhan yang harus dihargai dan
mencerminkan kedewasaan wanita dihormati tanpa melihat latar belakang
Samaria untuk terbuka akan sejarah. Sebab semua orang tanpa ada
kehidupannya. Terlebih dalam pembatasan baik dari warna kulit, ras,
komunikasi yang mengarah kepada suku, kelompok atau batasan lainnya.
prinsip penyembahan yang benar Kisah pengajaran tentang toleransi dan
tersebut tidak ada kesan menyalahkan kasih tersebut menambah nilai kebaikan
dan mengintimidasi namun mengandung bahwa sikap dan teladan yesus dalam
ajakan yang penuh kasih yang tulus akan menuangkan pengajaran tentang
jiwa yang perlu diselamatkan. Bahkan mengasihi tidak membedakan
ajakan yang dinyatakan Yesus bertentangan dengan apa yang dilakukan
mengandung kuasa sehingga dapat oleh politus saat ini. Dimana stereotip
menggerakkan jiwa wanita tersebut yang melahirkan kecurigaan yang besar
untuk menyembah Allah dengan benar dan prasangka intervensi melahirkan
(Yoh. 4:4-26) Peran Yesus terhadap sikap diskriminasi maupun menuju
kasih-Nya kepada orang Samaria intoleransi harus diluruhkan melalui
membuktikan Allah tidak membedakan kebaikan, kasih serta prilaku kepedulian
manusia. Wujid kasih Allah ini juga yang dikerjakan tanpa mengenal SARA
harusnya menjadi dasar orang percaya maka hal itu memberikan nilai pada
untuk meneladani sikap-Nya kemanusiaan yang tidak melihat
mengharagai keberagaman dan identitas sehingga membawa manusia
pluralitas. pada kebaikan dan kepedulian yang
Kisah lain yang juga dipertegas
rasa kemanusiaan dinyatakan Yesus
19 20
F S Manafe, “Sikap Kristen Dalam Arena Yonatan Arifianto, “Deskripsi Sejarah Konflik
Politik,” Missio Ecclesiae 6, no. April (2017): 1– Horizontal Orang Yahudi Dan Samaria,”
16, PASCA : Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama
https://jurnal.i3batu.ac.id/index.php/me/article/vi Kristen 16, no. 1 (2020): 33–39,
ew/66. https://doi.org/10.46494/psc.v16i1.73.
Copyright (c) 2023 Manna Rafflesia | 377
Manna Rafflesia, 9/2 (April 2023) P-ISSN: 2356-4547
https://s.id/Man_Raf E-ISSN: 2721-0006
sempurna.21 Perlu disadari bahwa sebagai
Pernyatan sikap hidup dalam nilai pribadi manusia yang memiliki naluri
toleransi juga dinyatakan ajaran Yesus mengasihi sesamanya pada hakikatnya
dalam kitab injil Yohanes 10:16 dimana adalah makhluk sosial yang sangat
Yesus mengajarkan dalam perumpamaan membutuhkan akan kerjasama dan
gembala yang baik yang mana gembala perhatian dari sesamanya. Realita sikap
yang baik diilustrasikan sedang toleransi yang ada di Negara Kesatuan
menuntun domba lain yang berasal dari Republik Indonesia membuktikan
kandang yang berbeda yang tidak masuk bahwa Indonesia memiliki keragaman
dalam kawanan. Namun domba-domba yang sangat membutuhkan nilai-nilai
yang berasal dari kandang berbeda, keluarga dan kebersamaan yang terikat
semua pada akhirnya akan hidup bersatu nilai toleransi diantara sesama anak
dan berbaur dalam kedamaian serta bangsa demi hadirnya kehidupan yang
kesejateraan bersama gembala dipercaya sejahtera aman dan harmonis. Sebab
dengan kriteria gembala yang baik sejatinya kemajemukan dan sikap
tersebut. Perumpamaan dalam toleransi merupakan fakta keragaman
pengajaran Yesus tersebut bangsa Indonesia yang harus diterima
menggambarkan bahwa Tuhan tidak dan disyukuri sebagai bagian dari
mengadakan suatu pembeda, baik secara kehendak Tuhan atas bangsa Indonesia.
SARA, namun Yesus merangkul dengan dimana pluralitas dan keberagaman
kasih domba dari „kandang yang lain.22 keyakinan tidak perlu diperdebatkan dan
Perumpamaan domba yang berasal dari dieksploitasi demi kepentingan
luar kandang tersebut mengisyaratkan kekuasaan yang mengorbankan keadilan
bahwa di luar bangsa umat pilihan dan rasa kemanusiaan. Terlebih
Tuhan yaitu bangsa Yahudi pun adalah digunakan sebagai sarana menggugat
manusia yang diciptaakan Allah yang kelompok-kelompok tertentu atau
membutuhkan tuntunan dan kasih Tuhan bahkan disingkirkan demi supremasi dan
serta membutuhkan anugerah untuk kepentingan politik dan agama tertentu
beroleh kehidupan kekal. Hal ini untuk berkuasa dalam intimidasi dan
membuktikan bahwa pengajaran tersebut persekusi kelompok atau agama
menyatakan tidak ada nya sikaf dan minoritas.24 Oleh karena itu pengajaran
prlaku eksklusivitas kelompok. Melalui Yesus yang juga jauh sebelumya
perumpamaan tersebut Tuhan dinyatakan dalam kitab Mazmur 133
mengajarkan bahwa dalam dinyatakan bahwa kerukunan juga
pandanganNya, semua manusia sama membawa kesatuan dan berkat yang
berharga dan dikasihi-Nya tanpa dicurahkan bagi semua manusia yang
kecuali.23 menghargai persaudaraan yang
diaktualisasikan setiap hari dengan
21
menghargai harkat, martabat dan juga
Yonatan Alex Arifianto and Carolina Etnasari derajat manusia tanpa deskriminasi
Anjaya, “Menggereja Yang Ramah Dalam
Ruang Virtual: Aktualisasi Iman Kristen
SARA. Dasar inilah menjadi acuan
Merawat Keragaman,” Jurnal Teologi Gracia bahwa adanya ancaman terhadap politik
Deo 4, no. 2 (2022): 219–30, identitas seharusnya tidak membawa
https://doi.org/10.46929/graciadeo.v4i2.90.
22
orang percaya untuk bersikap apatis
Adhika Tri Subowo, “Gembala Bagi Semua maupun marah dan membenci orang-
Domba: Memaknai Domba Dari Kandang Yang
Lain Dalam Yohanes 10:16 Dalam Upaya
orang yang berbeda secara SARA.
Merangkul „Sang Liyan,‟” Aradha: Journal of
Divinity, Peace and Conflict Studies 1, no. 2
(2021): 165, Misiologi, Dan Pendidikan 4, no. 1 (2019): 35–
https://doi.org/10.21460/aradha.2021.12.651. 55.
23 24
Ronald Yohanes Sinlae, “Kompetensi Dewi Magdalena Rotua, “Toleransi Agama
Pedagogik Tuhan Yesus Dalam Injil Matius Dan Motif Misi Kristen,” Missio Ecclesiae 3, no.
Pasal 5-7,” Excelsis Deo: Jurnal Teologi, 2 (2014): 145–61.
Copyright (c) 2023 Manna Rafflesia | 378
Manna Rafflesia, 9/2 (April 2023) P-ISSN: 2356-4547
https://s.id/Man_Raf E-ISSN: 2721-0006
Tanggung Jawab dan Aktualisasi Pancasila sebagai nilai yang kuat dan tak
Kerukunan Sebagai Sikap dan tergantikan oleh ideologi manapun
Tindakan Orang Percaya dalam kehidupan sehari-hari dalam
Keberadaan orang percaya yang masyarakat yang multikultural seperti
memiliki agama dan identitas diri yang bangsa Indonesia ini.27 Maka itu
sejatinya menjunjung tinggi kerukunan Pancasila mau tidak mau harus dijadikan
dan pluralitas. Sebagai pribadi yang ketetapan pilihan yang tepat yang
bergerak untuk kemajuan dan peradaban diaktualisasikan dan diimplikasikan
bangsa tidak bisa dipungkiri menghadapi disetiap market place dimana orang
pilihan-pilihan yang menentukan percaya tinggal dan berada sebagai
kemajuan bangsa tersebut atau juga bagian dari pluralisme dan panggilan
menjadi bagian dari reduksi Tuhan untuk menjadi saksi.
keberagaman. Pilihan tersebut dapat Sebagai pengikut Kristus haruslah
dinyatakan sebagai sikap dan tindakan memiliki sikap dan tindakan yang
berdampak atau tidak berdampak. Hal mendukung dan ikut berkontribusi dalam
ini memiliki arti bahwa manusia menjaga kedamaian. Tidak terlibat
beragama akan selalu menghadapi disetiap kegiatan yang mencoreng
pengambilan keputusan untuk identitas manusia. Terlebih orang
berpartisipasi secara aktif dan menjadi percaya juga diharapkan harus proaktif
bagian dari kemajuan atau bersikap pasif dan mendukung penuh bangsa dan
terhadap keadaan yang hari lepas hari negara dalam mengupayakan kerukunan
adanya rongrongan terhadap kesatuan supaya terjadinya toleransi beragama
bangsa melalui politik identitas di dalam dan di negeri tercinta ini untuk generasi
negara tersebut. Sebab sejatinya kondisi yang lebih baik. Melihat dampak masif
ini muncul karena agama berada di dari politik identitas maka orang percaya
dalam sebuah ruang lingkup yang lebih berupaya dan kerja keras sangat
luas dari dirinya sendiri, yakni ruang dibutuhkan mengingat ancaman
publik. 25 Keikutsertaan orang percaya disintegrasi bangsa. Memang pluralitas
untuk berada dalam bagian kerukunan agama disatu pihak sangat berharga dan
dapat meninggalkan cara berpolitik merupakan kekayaan dan keunikan dari
yang salah dengan politik identitas, bangsa Indonesia yang besar, hal itu
karena hal itu berpotensial menimbulkan tidak dapat dipungkiri. Maka harus
masalah yang sampai kepada akar disikapi dengan bijak dan keputusan
rumput dalam kehidupan di masyarakat politik yang jauh dari SARA, agar
ketika umat beragama hidup bersama masyarakat Indonesia dapat hidup
dengan umat beragama lain di ruang dengan aman dan damai di negeri yang
publik.26 Oleh karena itu tanggung jawab tercinta ini. Hendaknya toleransi dan
tersebut diaktualisasikan sebagai warga keinginan kuat dalam masyarakat
negara Indonesia yang meyakini sistem majemuk tidak sekedar menjadi suatu
ideologi dan landasan bernegara yaitu wacana dan retorika saja tetapi harus
teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari
25
Grets Janialdi Apner Siregar, “Kehadiran dimarket place.28 Maka peran gereja
Kristiani Dalam Politik: Rekonstruksi Teologi dapat memberikan edukasi dalam
Misi Tentang Peran Kekristenan Dalam Ruang tanggung jawabnya memajukan bangsa
Publik Politis Di Indonesia,” Diegesis : Jurnal dan juga menjaga dari perpecahan dari
Teologi 6, no. 2 (2021): 1–24,
https://doi.org/10.46933/dgs.vol6i21-24.
politik identitas dengan memperat kasih
26
Paulus Sugeng Widjaja, Djoko Prasetyo Adi
27
Wibowo, and Imanuel Geovasky, “Politik Atmari Atmari, “Jalan Keluar Dari Politik
Identitas Dan Religiusitas Perdamaian Berbasis Identitas; Studi Antropologi Struktural,” in
Pancasila Di Ruang Publik,” GEMA Proceedings of Annual Conference for Muslim
TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual Dan Scholars, vol. 3, 2019, 333–42.
28
Filsafat Keilahian 6, no. 1 (2021): 95–102, Rotua, “Toleransi Agama Dan Motif Misi
https://doi.org/10.21460/gema.2021.61.658. Kristen.”
Copyright (c) 2023 Manna Rafflesia | 379
Manna Rafflesia, 9/2 (April 2023) P-ISSN: 2356-4547
https://s.id/Man_Raf E-ISSN: 2721-0006
kepada sesama walaupun itu berbeda dalam fenomenologi politik identitas
dalam SARA. Untuk itu sikap orang percaya dapat menciptakan
menghargai dan menghormati yang kerukunan dan memperkokohnya
diteladankan Yesus diaktualisasikan melalui sikap yang menjadi berkat dalam
dalam iman Kristen. ruang publik. Hal itu juga selaras dengan
Sasaran dari edukasi warga gereja apa yang dengan cita-cita kemerdekaan
sebagai orang percaya adalah untuk Indonesia yang telah diperjuangkan oleh
mentransformasi kesadaran sebagai pejuang kemerdekaan yang tidak melihat
pribadi yang meneladani Kristus dan latar belakang SARA. Begitu juga
sebagai bagian umat dan masyarakat kemajemukan harus tetap dijaga dan
memiliki pikiran yang menghargai dikawal dengan tindakan-tindakan setiap
sesama bertujuan untuk menjadi lebih hari yang tidak pernah menyinggung
demokratis dan manusiawi dalam sentimen berlebihan dari identitas
berpolitik praktis tanpa adanya sikap manusia. Oleh karena itu saling
deskriminasi maupun intimidasi menghargai dan menghormati menjadi
identitas. Sehingga Gereja bukan anti cara tersendiri untuk memperkokoh
pluralistik dan kemajemukan di segala kerukunan supaya bangsa besar atas
bidang juga gereja tau orang percaya nama Indoensia ini memberi rasa
mendukung kebebasan warganya untuk nyaman bagi generasi selanjutnya.
berpolitik tanpa mengunakan sarana
politik identitas. Sebab kerukunan
adalah harga dari sebuah perdamaian DAFTAR PUSTAKA
yang terus diperjuangkan untuk Abdullah, Assyari. “Membaca
membawa keadilan yang berdampak dari Komunikasi Politik Gerakan Aksi
damai sejahtera kepada manusia. Bela Islam 212: Antara Politik
Kerukunan juga senjata yang dinyatakan Identitas Dan Ijtihad Politik
untuk mencounter keinginan manusia Alternatif.” An-Nida’ 41, no. 2
yang menunggangi SARA demi (2017): 202–12.
kekuasaan dan keserakahan duniawi. Arifianto, Yonatan. “Deskripsi Sejarah
Konflik Horizontal Orang Yahudi
Dan Samaria.” PASCA : Jurnal
KESIMPULAN Teologi Dan Pendidikan Agama
Pembahasan yang dikaji Kristen 16, no. 1 (2020): 33–39.
bagaimana posisi orang percaya terhadap https://doi.org/10.46494/psc.v16i1.
ancaman politik identitas dan hilangnya 73.
toleransi memang diyakini bahwa Arifianto, Yonatan Alex, and Carolina
pergumulan dan sikap gereja dengan Etnasari Anjaya. “Menggereja
dirinya sendiri yang selalu berada dalam Yang Ramah Dalam Ruang Virtual:
bayang-bayang politisasi. Gereja harus Aktualisasi Iman Kristen Merawat
bersikap tegas untuk membawa pesan Keragaman.” Jurnal Teologi
damai. Sebab sejatinya orang percaya Gracia Deo 4, no. 2 (2022): 219–
ataupun gereja pada umumnya dalam 30.
upaya menghadirkan keadilan sosial dan https://doi.org/10.46929/graciadeo.
perdamaian serta kemajuan bangsa v4i2.90.
harus disertai sikap yang meneladani apa Atmari, Atmari. “Jalan Keluar Dari
yang Yesus telah lakukan bagi dunia. Politik Identitas; Studi Antropologi
Karena memperkokoh kerukunan ini Struktural.” In Proceedings of
menunjukan jati diri sebagai terang dan Annual Conference for Muslim
garam dunia harus dituntut berdampak Scholars, 3:333–42, 2019.
untuk ambil bagian sebagai warga Dhani, Fitria Wulan. “Komunikasi
negara yang bebas dari politik identitas. Politik Berbasis Politik Identitas
Untuk itu tanggung jawab yang berada Dalam Kampanye Pilkada.”
Copyright (c) 2023 Manna Rafflesia | 380
Manna Rafflesia, 9/2 (April 2023) P-ISSN: 2356-4547
https://s.id/Man_Raf E-ISSN: 2721-0006
Metacommunication: Journal of Pabottingi, and Muridan S Widjojo.
Communication Studies 4, no. 1 Politik Identitas. Jakarta: PT Bumi
(2019): 143–50. Aksara, 2019.
https://doi.org/10.20527/mc.v4i1.63 Sari, Endang. “Kebangkitan Politik
60. Identitas Islam Pada Arena
Haboddin, Muhtar. “Menguatnya Politik Pemilihan Gubernur Jakarta.” Kritis
Identitas Di Ranah Lokal.” Journal 2, no. 2 (2016): 145–56.
of Government and Politics 3, no. 1 Shofa, Abd Mu‟id Aris. “Memaknai
(2012): 109–26. Kembali Multikulturalisme
https://doi.org/10.18196/jgp.2012.0 Indonesia Dalam Bingkai
007. Pancasila.” JPK (Jurnal Pancasila
Lestari, Dina. “Pilkada DKI Jakarta Dan Kewarganegaraan) 1, no. 1
2017 : Dinamika Politik Identitas (2016): 34–40.
Di Indonesia.” JUPE : Jurnal Sinlae, Ronald Yohanes. “Kompetensi
Pendidikan Mandala 4, no. 4 Pedagogik Tuhan Yesus Dalam
(2019): 12–16. Injil Matius Pasal 5-7.” Excelsis
https://doi.org/10.36312/jupe.v4i4.6 Deo: Jurnal Teologi, Misiologi,
77. Dan Pendidikan 4, no. 1 (2019):
Lumban Gaol, Kurnia Sondang. 35–55.
“Tinjauan Etis Kristen Terhadap Siregar, Grets Janialdi Apner.
Politisasi Agama Di Indonesia.” “Kehadiran Kristiani Dalam Politik:
Missio Ecclesiae 5, no. 1 (2016): Rekonstruksi Teologi Misi Tentang
35–51. Peran Kekristenan Dalam Ruang
https://doi.org/10.52157/me.v5i1.57 Publik Politis Di Indonesia.”
. Diegesis : Jurnal Teologi 6, no. 2
Manafe, F S. “Sikap Kristen Dalam (2021): 1–24.
Arena Politik.” Missio Ecclesiae 6, https://doi.org/10.46933/dgs.vol6i2
no. April (2017): 1–16. 1-24.
https://jurnal.i3batu.ac.id/index.php Subowo, Adhika Tri. “Gembala Bagi
/me/article/view/66. Semua Domba: Memaknai Domba
Nego, Obet. “Teologi Multikultural Dari Kandang Yang Lain Dalam
Sebagai Respon Terhadap Yohanes 10:16 Dalam Upaya
Meningkatnya Eskalasi Politik Merangkul „Sang Liyan.‟” Aradha:
Identitas Di Indonesia.” PASCA: Journal of Divinity, Peace and
Jurnal Teologi Dan Pendidikan Conflict Studies 1, no. 2 (2021):
Agama Kristen 16, no. 2 165.
(November 5, 2020): 121–39. https://doi.org/10.21460/aradha.202
https://doi.org/10.46494/psc.v16i2. 1.12.651.
109. Suseno, Franz Magnis. “Politik
Romadhon, Sukron, and Try Subakti. Identitas? Renungan Tentang
“Toleransi Dan Politik Identitas: Makna Kebangsaan.” Maarif 13,
Studi Tentang Perilaku Politik no. 2 (2018): 7–13.
Kebangsaan Di Indonesia.” As- https://doi.org/10.47651/mrf.v13i2.
Shahifah: Journal of Constitutional 18.
Law and Governance 2, no. 2 Widjaja, Paulus Sugeng, Djoko Prasetyo
(2022): 91–115. Adi Wibowo, and Imanuel
Rotua, Dewi Magdalena. “Toleransi Geovasky. “Politik Identitas Dan
Agama Dan Motif Misi Kristen.” Religiusitas Perdamaian Berbasis
Missio Ecclesiae 3, no. 2 (2014): Pancasila Di Ruang Publik.” GEMA
145–61. TEOLOGIKA: Jurnal Teologi
Rozi, Syafuan, Firman Noor, Irine Kontekstual Dan Filsafat Keilahian
Hiraswari Gayatri, Mochtar 6, no. 1 (2021): 95–102.
Copyright (c) 2023 Manna Rafflesia | 381
Manna Rafflesia, 9/2 (April 2023) P-ISSN: 2356-4547
https://s.id/Man_Raf E-ISSN: 2721-0006
https://doi.org/10.21460/gema.2021
.61.658.
Zahrotunnimah, Zahrotunnimah. “Pola
Operasionalisasi Politik Identitas Di
Indonesia.” ’Adalah 2, no. 11
(2018): 1–13.
https://doi.org/10.15408/adalah.v2i
11.9438.
Zaluchu, Sonny Eli. “Strategi Penelitian
Kualitatif Dan Kuantitatif Di Dalam
Penelitian Agama.” Evangelikal:
Jurnal Teologi Injili Dan
Pembinaan Warga Jemaat 4, no. 1
(2020): 28–38.
https://doi.org/10.46445/ejti.v4i1.16
7.