Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, INFLASI DAN DISTRIBUSI

PENDAPATAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA


Kelompok 2 :
1. Rivaldi Ibnu Sina, 2. Muh. Enja Sopari, 3. Raisa Aulia Zahra, 4. Sri Amelia, 5. Haris Izulhaq
Fakultas Bisnis dan Humaniora Universitas Nusa Putra
Email: rivaldi.ibnu_mn22@nusaputra.ac.id , muh.enja_mn22@nusaputra.ac.id ,
raisa.aulia_mn22@nusaputra.ac.id , sri.amelia_mn22@nusaputra.ac.id ,
haris.izulhaq_mn22@nusaputra.ac.id
Abstract : This research aims to analyze the impact of economic growth, inflation rates, and
income distribution on poverty levels in Indonesia. Time series data involving certain periods
will be used to carry out panel regression analysis to evaluate the complex relationship between
these variables. Economic growth is measured as growth in Gross Domestic Product (GDP),
inflation is calculated by the inflation rate, while income distribution is indicated through the
Gini coefficient. This analytical method is expected to provide an in-depth understanding of the
factors that contribute to poverty levels in Indonesia. It is hoped that the research results will
provide a more comprehensive view regarding the extent to which economic growth, inflation
and income distribution influence poverty levels in Indonesia. It is hoped that the implications of
these findings can provide a basis for more effective economic policies in overcoming the
problem of poverty, through increasing inclusive economic growth and equitable income
distribution policies. With a better understanding of the interactions between these variables, it is
hoped that poverty alleviation efforts can be directed more precisely and efficiently to achieve
sustainable development goals in Indonesia.
Keywords: economic growth, inflation , income distribution, poverty level
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pertumbuhan ekonomi, tingkat
inflasi, dan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. Data time series
yang melibatkan periode tertentu akan digunakan untuk melakukan analisis regresi panel guna
mengevaluasi hubungan kompleks antara variabel-variabel tersebut. Pertumbuhan ekonomi
diukur sebagai pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), inflasi diperhitungkan dengan
tingkat laju inflasi, sementara distribusi pendapatan diindikasikan melalui koefisien Gini. Metode
analisis ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mendalam mengenai faktor-faktor yang
berkontribusi pada tingkat kemiskinan di Indonesia. Hasil penelitian diharapkan memberikan
pandangan yang lebih komprehensif terkait sejauh mana pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan
distribusi pendapatan mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia. Implikasi temuan ini
diharapkan dapat memberikan dasar bagi kebijakan ekonomi yang lebih efektif dalam mengatasi
masalah kemiskinan, melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan kebijakan
distribusi pendapatan yang berkeadilan. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang interaksi
antarvariabel ini, diharapkan upaya pengentasan kemiskinan dapat diarahkan secara lebih tepat
dan efisien guna mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

Kata Kunci : pertumbuhan ekonomi , inflasi , distribusi pendapatan , tingkat kemiskinan


PENDAHULUAN sebagai penduduk miskin jika memiliki rata-
rata pengeluaran per kapita per bulan di
Pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan
bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan
distribusi pendapatan adalah faktor-faktor
mencerminkan nilai rupiah pengeluaran
penting yang mempengaruhi tingkat
minimum yang diperlukan seseorang untuk
kemiskinan di Indonesia. Pertumbuhan
memenuhi kebutuhan pokok hidupnya
ekonomi yang tinggi dapat membawa
selama sebulan, baik kebutuhan makanan
dampak positif pada pengurangan
maupun non-makanan.
kemiskinan, karena dapat meningkatkan
lapangan kerja dan pendapatan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian,
Namun, inflasi yang tinggi dapat pertumbuhan ekonomi, investasi, indeks
mengurangi daya beli masyarakat dan pembangunan manusia, dan upah minimum
memperburuk kemiskinan. Selain itu, berpengaruh signifikan terhadap
distribusi pendapatan yang tidak merata juga ketimpangan distribusi pendapatan di
dapat memperburuk kemiskinan, karena Indonesia sebesar 96%. Dari hasil penelitian
masyarakat yang berpenghasilan rendah lain, ada pengaruh positif dan signifikan
akan semakin sulit untuk memenuhi pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat
kebutuhan hidupnya. kemiskinan, ada pengaruh positif dan tidak
signifikan ketimpangan distribusi
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS),
pendapatan terhadap tingkat kemiskinan,
untuk mengukur kemiskinan, BPS
ada pengaruh negatif dan signifikan indeks
menggunakan konsep kemampuan
pembangunan manusia (IPM) terhadap
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs
tingkat kemiskinan, dan ada pengaruh
approach). Dengan pendekatan ini,
pertumbuhan ekonomi, ketimpangan
kemiskinan dipandang sebagai
distribusi pendapatan, dan IPM secara
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
bersama-sama terhadap tingkat kemiskinan
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan
di Provinsi Papua selama tahun 2014 sampai
bukan makanan yang diukur dari sisi
2019.
pengeluaran. Penduduk dikategorikan
TINJAUAN PUSTAKA faktor, faktor ekonomi dan non-ekonomi.
Beberapa faktor ekonomi diantaranya :
Pertumbuhan Ekonomi
1. Faktor Ekonomi
Suryana (2005:5) mengatakan, a. Sumber Alam
pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai b. Akumulasi Modal
kenaikan GDP (Gross Domestik Product) c. Kemajuan Teknologi
atau PDRB tanpa memandang bahwa d. Pembagian kerja dan skala produksi
kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari 2. Faktor Non-ekonomi
pertumbuhan penduduk dan tanpa a. Faktor sosial
memandang apakah ada perubahan b. Organisasi
dalamstruktur ekonominya. Menurut c. Faktor politik dan administratif
Jhingan (2004:67), proses pertumbuhan Teori tentang pertumbuhan ekonomi yaitu
ekonomi di pengaruhi oleh dua macam sebagai berikut (Sukirno, 2006:432) :
1. Teori Pertumbuhan Klasik
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi Menurut Siregar dan Wahyuniarti
klasik ada empat faktor yang mempengaruhi (2008:27) menjelaskan bahwa seseorang
pertumbuhan ekonomi yaitu: jumlah dikatakan miskin atau hidup dalam masalah
penduduk, jumlah stok barang-barang kemiskinan jika pendapatan atau aksesnya
modal, luas tanah dan kekayaan alam serta terhadap barang dan jasa relatif rendah
tingkat teknologi yang digunakan. dibandingkan rata-rata orang lain
2. Teori Schumpeter dalamperekonomian tersebut. Secara
Teori Schumpeter menekankan tentang absolut, seseorang dinyatakan miskin
pentingnya peranan pengusaha didalam apabila tingkat pendapatan atau standar
mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam hidupnya secara absolut berada dibawah
teori ini ditunjukkan bahwa para pengusaha subsisten. Ukuran subsistensi tersebut dapat
merupakan golongan yang akan terus- diproduksi dengan garis kemiskinan.
menerus membuat pembaharuan atau Menurut bank dunia (Rendra:2010) ada
inovasi dalam kegiatan ekonomi. tiga faktor penyebab kemiskinan yaitu :
3. Teori Harrod Domar 1. Rendahnya pendapatan dan aset
Dalam teori ini menunjukkan peranan untuk memenuhi kebutuhan dasar
investasi sebagai faktor yang menimbulkan seperti makanan, tempat tinggal,
pertambahan pengeluaran agregat. Teori ini pakaian, kesehatan dan pendidikan.
pada dasarnya menekankan peranan segi 2. Ketidak mampuan bersuara dan
permintaan dalam mewujudkan ketiadaan kekuatan didepan institusi
pertumbuhan. negara dan masyarakat.
4. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik 3. Rentan terhadap guncangan ekonomi
Melalui kajian empirikal teori ini terkait dengan ketidak mampuan
menunjukkan bahwa perkembangan menanggulanginya.
teknologi dan peningkatan kemahiran Untuk mengukur kemiskinan, Indonesia
masyarakat merupakan faktor yang melalui BPS menggunakan pendekatan
terpenting dalam mewujudkan pertumbuhan kebutuhan dasar (basic needs) yang dapat
ekonomi. diukur dengan angka atau hitungan Indeks
Adapun teori pertumbuhan ekonomi Perkepala (Head Count Index), yakni jumlah
menurut WW. Rostow mengajukan teorinya dan persentase penduduk miskin yang
bahwa pertumbuhan ekonomi dapat berada dibawah garis kemiskinan. Terdapat
dibedakan dalam lima tahap dan semua beberapa indikator kemiskinan menurut
negara didunia ini akan melalui tahap Badan Pusat Statistik (2009) sebagai
tersebut seperti: berikut:
1. Masyarakat tradisional (tradisional 1. Ketidakmampuan memenuhi konsumsi
society) dasar (sandang, pangan dan papan)
2. Prasyarat untuk lepas landas (the 2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan
precondition for take-off) hidup dasar lainnya (kesehatan,
3. Lepas Landas pendidikan, sanitasi, air bersih dan
4. Tahap Gerakan ke Arah Kedewasaan transportasi).
5. Tahap Konsumsi Tinggi 3. Tidak adanya jaminan masa depan
Kemiskinan
4. Rendahnya kualitas sumber daya Terdapat pengaruh yang signifikan antara
manusia dan terbatasnya sumber daya pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan distribusi
alam. pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di
5. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan Indonesia.
sosial masyarakat. Hipotesis Spesifik :
6. Tidak adanya akses dalam lapangan a. Pertumbuhan Ekonomi (X1):
kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan. H0: Pertumbuhan ekonomi tidak
Hubungan Inflasi Terhadap Kemiskinan memiliki pengaruh signifikan terhadap
Inflasi bagi kelompok pendapatan rendah tingkat kemiskinan di Indonesia.
akan mengalami penurunan daya beli uang H1: Terdapat pengaruh signifikan antara
yang dimiliki untuk membeli kebutuhan pertumbuhan ekonomi dan tingkat
sehari-hari. Uang yang dimiliki akan kemiskinan di Indonesia.
mengalami penurunan daya beli sehingga b. Inflasi (X2) :
secara riil pendapatan orang tersebut akan H0: Inflasi tidak memiliki pengaruh
mengalami penurunan seiring kenaikan signifikan terhadap tingkat kemiskinan
inflasi. di Indonesia.
Variabel inflasi berpengaruh positif dan H1: Terdapat pengaruh signifikan antara
signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia. tingkat inflasi dan tingkat kemiskinan di
Hasil ini didukung dengan adanya teori Indonesia.
bahwa inflasi akan meningkatkan biaya c. Distribusi Pendapatan (X3) :
produksi yang menyebabkan kenaikan harga H0: Distribusi pendapatan tidak
barang dan jasa. Kenaikan ini memiliki pengaruh signifikan terhadap
mengakibatkan daya beli masyarakat tingkat kemiskinan di Indonesia.
menurun yang menyebabkan peningkatan H1: Terdapat pengaruh signifikan antara
jumlah kemiskinan. distribusi pendapatan dan tingkat
Hubungan Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan di Indonesia.
Terhadap Kemiskinan METODE PENELITIAN
Terdapat hubungan yang negatif antara Strategi Penelitian
pertumbuhan ekonomi dengan tingkat Penelitian ini akan menggunakan
kemiskinan. Untuk menurunkan kemiskinan penelitian kuantitatif untuk mengukur dan
maka pertumbuhan ekonomi harus menganalisis pengaruh pertumbuhan
ditingkatkan, karena apabila pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan distribusi pendapatan
ekonomi disuatu daerah tersebut meningkat terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia.
maka banyak juga keinginan orang untuk Pendekatan kuantitatif akan digunakan
berinvestasi secara otomatis banyak untuk mengumpulkan data numerik yang
lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga dapat dianalisis secara statistik.
tingkat pengangguran bisa di tekan yang Pengukuran
berdampak pada kecilnya tingkat Variabel Dependen (Output) :
kemiskinan. Tingkat Kemiskinan.
Hipotesis Variabel Independen (Input) :
Hipotesis Umum  Pertumbuhan Ekonomi
 Tingkat Inflasi
 Distribusi Pendapatan Tingkat kemiskinan mencerminkan
Populasi dan Unit Sampel proporsi penduduk yang hidup di
Populasi : Seluruh penduduk Indonesia. bawah garis kemiskinan nasional.
Unit Sampel : Pemilihan sampel secara Indikator Objek :
acak dari berbagai lapisan masyarakat Persentase penduduk yang hidup di
yang mencakup berbagai tingkat ekonomi bawah garis kemiskinan.
dan geografis. Metode Pengumpulan Data
Objek Penelitian Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik
1. P (BPS) , Laju Pertumbuhan PDB Seri 2010,
ertumbuhan Ekonomi (X1) : 2022 dan 2021 , Persentase Penduduk
Definisi Objek : Miskin (P0) Menurut Provinsi dan Daerah,
Pertumbuhan ekonomi mengacu pada 2022 dan 2021 , Inflasi 90 Kota (Umum),
tingkat peningkatan Produk Domestik 2022 dan 2021 , Gini Ratio Menurut
Bruto (PDB) Indonesia selama periode Provinsi dan Daerah, 2022 dan 2021 , Dan
waktu tertentu. Sumber - Sumber resmi. Data historis
Indikator Objek : beberapa tahun terakhir.
Tingkat pertumbuhan PDB per tahun. Intrumen Penelitian
2. Inflasi (X2) : Kuesioner : Untuk mendapatkan data dari
Definisi Objek : responden terkait persepsi dan dampak
Inflasi mengukur tingkat kenaikan langsung pada tingkat kemiskinan.
umum harga barang dan jasa di pasar Analisis Dokumen: Untuk mengumpulkan
konsumen Indonesia. data historis dan statistik dari sumber-
Indikator Objek : sumber resmi.
Tingkat inflasi tahunan berdasarkan Metode Analisis Data
Indeks Harga Konsumen (IHK). Regresi Linier Berganda : Untuk
3. Distribusi Pendapatan (X3) : menganalisis pengaruh simultan dari
Definisi Objek : pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan
Distribusi pendapatan mencerminkan distribusi pendapatan terhadap tingkat
sejauh mana pendapatan didistribusikan kemiskinan.
di antara penduduk Indonesia. Uji Statistik : Uji F dan uji t untuk
Indikator Objek : menguji signifikansi koefisien regresi.
Indeks Gini sebagai pengukur Analisis Deskriptif : Untuk memberikan
ketidaksetaraan pendapatan. gambaran umum tentang variabel-variabel
4. Tingkat Kemiskinan (Y) : yang diteliti.
Definisi Objek : HASIL DAN PEMBAHASAN
Regresi Linier Berganda
Tabel Output SPSS Analisis Regresi Multiples (Berganda)

Variables Entered/Removeda
Variables
Model Variables Entered Removed Method
1 Pendapatan(X3), . Enter
Inflasi(X2),
Ekonomi(X1)b
a. Dependent Variable: Kemiskinan(Y)
b. All requested variables entered.

Tabel output "Variable inflasi dan pendapatan. Sementara


Entered/Removed" di atas memberikan variabel dependent adalah variabel
informasi tentang variabel penelitian kemiskinan. Analisis regresi
serta metode yang digunakan dalam menggunakan metode Enter. Tidak ada
analisis regresi. Adapun variabel variabel yang dibuang sehingga pada
independent yang dipakai dalam kolom Variables Removed tidak ada
analisis ini adalah variabel ekonomi, angkanya atau kosong.

Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
a
1 .177 .031 -.066 3.514
a. Predictors: (Constant), Pendapatan(X3), Inflasi(X2), Ekonomi(X1)

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 2023


Tabel "Model Summary" memberikan inflasi dan pendapatan secara simultan
informasi tentang nilai koefisien (bersama-sama) terhadap variabel
determinasi, yakni kontribusi atau kemiskinan.
sumbangan pengaruh variabel ekonomi ,

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 11.985 3 3.995 .323 .808b
Residual 370.518 30 12.351
Total 382.504 33
a. Dependent Variable: Kemiskinan(Y)
b. Predictors: (Constant), Pendapatan(X3), Inflasi(X2), Ekonomi(X1)

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 2023


Tabel "ANOVA" memberikan informasi simultan (bersama-sama) terhadap variabel
tentang ada tidaknya pengaruh variabel kemiskianan.
ekonomi , inflasi dan pendapatan secara

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 72.037 5.313 13.558 .000
Ekonomi(X1) -.027 .047 -.105 -.571 .572
Inflasi(X2) .014 .046 .055 .299 .767
Pendapatan(X3) -.040 .075 -.099 -.536 .596
a. Dependent Variable: Kemiskinan(Y)

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 2023


Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 72.037 5.313 13.558 .000
Ekonomi(X1) -.027 .047 -.105 -.571 .572
Inflasi(X2) .014 .046 .055 .299 .767
Pendapatan(X3) -.040 .075 -.099 -.536 .596
a. Dependent Variable: Kemiskinan(Y)

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 2023


Berdasarkan tabel output SPSS Berdasarkan output SPSS di atas diketahui
"Coefficients" di atas diketahui nilai nilai t hitung variabel ekonomi adalah
Signifikansi (Sig) variabel sebesar 0,571. Karena nilal t hitung 0,571 <
Ekonomi (X1) adalah sebesar 0,572. Karena t tabel 2,042, maka dapat disimpulkan
nilai Sig. 0,572 > probabilitas 0,05, maka bahwa H1 atau hipotesis pertama ditolak.
dapat disimpulkan bahwa H1 atau hipotesis Artinya tidak ada pengaruh Ekonomi (X1)
pertama ditolak. Artinya tidak ada pengaruh terhadap Kemiskinan (Y).
Ekonomi (X1) terhadap Kemiskinan (Y).

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 72.037 5.313 13.558 .000
Ekonomi(X1) -.027 .047 -.105 -.571 .572
Inflasi(X2) .014 .046 .055 .299 .767
Pendapatan(X3) -.040 .075 -.099 -.536 .596
a. Dependent Variable: Kemiskinan(Y)
Sumber : Hasil pengolahan SPSS 2023
Berdasarkan tabel output SPSS Berdasarkan output SPSS di atas diketahui
"Coefficients" di atas diketahui nilai nilai t hitung variabel inflasi adalah sebesar
Signifikansi (Sig) variabel 0,571. Karena nilal t hitung 0,571 < t tabel
Inflasi (X2) adalah sebesar 0,572. Karena 2,042, maka dapat disimpulkan bahwa H1
nilai Sig. 0,572 > probabilitas 0,05, maka atau hipotesis pertama ditolak. Artinya tidak
dapat disimpulkan bahwa H1 atau hipotesis ada pengaruh Inflasi (X2) terhadap
pertama ditolak. Artinya tidak ada pengaruh Kemiskinan (Y).
Inflasi (X2) terhadap Kemiskinan (Y).

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 72.037 5.313 13.558 .000
Ekonomi(X1) -.027 .047 -.105 -.571 .572
Inflasi(X2) .014 .046 .055 .299 .767
Pendapatan(X3) -.040 .075 -.099 -.536 .596
a. Dependent Variable: Kemiskinan(Y)

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 2023


Berdasarkan tabel output SPSS Berdasarkan output SPSS di atas diketahui
"Coefficients" di atas diketahui nilai nilai t hitung variabel inflasi adalah sebesar
Signifikansi (Sig) variabel 0,571. Karena nilal t hitung 0,571 < t tabel
Pendapatan (X3) adalah sebesar 0,572. 2,042, maka dapat disimpulkan bahwa H1
Karena nilai Sig. 0,572 > probabilitas 0,05, atau hipotesis pertama ditolak. Artinya tidak
maka dapat disimpulkan bahwa H1 atau ada pengaruh Pendapatan (X3) terhadap
hipotesis pertama ditolak. Artinya tidak ada Kemiskinan (Y).
pengaruh Pendapatan (X3) terhadap
Kemiskinan (Y).

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDB Industri Manufaktur, 2022 (Pertumbuhan ekonomi)

Laju Pertumbuhan
PDB Industri
NO Provinsi
Manufaktur
2022
1 ACEH 4.19
2 SUMATERA UTARA 1.98
3 SUMATERA BARAT 1.74
4 RIAU 4.73
5 JAMBI 3.05
6 SUMATERA SELATAN 4.39
7 BENGKULU 3.08
8 LAMPUNG 0.47
9 KEP. BANGKA BELITUNG 5.15
10 KEP. RIAU 4.55
11 JAWA BARAT 7
12 JAWA TENGAH 3.88
13 DI YOGYAKARTA 1.76
14 JAWA TIMUR 6.28
15 BANTEN 3.6
16 BALI 5.63
NUSA TENGGARA
17 1.98
BARAT
18 NUSA TENGGARA TIMUR 6.67
19 KALIMANTAN BARAT 4.04
20 KALIMANTAN TENGAH 4.46
21 KALIMANTAN SELATAN 3.31
22 KALIMANTAN TIMUR 3.58
23 KALIMANTAN UTARA 3.95
24 SULAWESI UTARA 7.19
25 SULAWESI TENGAH 29.69
26 SULAWESI SELATAN 9.86
27 SULAWESI TENGGARA 16.74
28 GORONTALO 7.8
29 SULAWESI BARAT -0.64
30 MALUKU 9.06
31 MALUKU UTARA 77.27
32 PAPUA BARAT 2.92
33 PAPUA 0.08
34 INDONESIA 4.89
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) 2023

Tabel 1.2 NTP (Nilai Tukar Petani) Tanpa Perikanan Menurut Provinsi (2018=100), 2022
(inflasi)

NTP (Nilai Tukar Petani)


NO Provinsi
Tanpa Perikanan Menurut
Provinsi
2022
Tahunan
1 ACEH 107.38
2 SUMATERA UTARA 122.2
3 SUMATERA BARAT 110.63
4 RIAU 145.55
5 JAMBI 135.63
6 SUMATERA SELATAN 107.74
7 BENGKULU 134.39
8 LAMPUNG 104.33
KEP. BANGKA
9 127.38
BELITUNG
10 KEP. RIAU 105.02
11 JAWA BARAT 99.48
12 JAWA TENGAH 103.95
13 DI YOGYAKARTA 98.54
14 JAWA TIMUR 102.48
15 BANTEN 99.45
16 BALI 95.3
NUSA TENGGARA
17 105.37
BARAT
NUSA TENGGARA
18 95.39
TIMUR
19 KALIMANTAN BARAT 142.6
20 KALIMANTAN TENGAH 123.27
KALIMANTAN
21 107.79
SELATAN
22 KALIMANTAN TIMUR 129.65
23 KALIMANTAN UTARA 110.73
24 SULAWESI UTARA 108.96
25 SULAWESI TENGAH 101.36
26 SULAWESI SELATAN 99.71
27 SULAWESI TENGGARA 99.48
28 GORONTALO 103.77
29 SULAWESI BARAT 118.45
30 MALUKU 103.77
31 MALUKU UTARA 106.62
32 PAPUA BARAT 101.28
33 PAPUA 99.36
34 INDONESIA 107.39
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) 2023
Tabel 1.3 [Metode Baru] Indeks Pembangunan Manusia menurut Provinsi (Umur Harapan Hidup
Hasil Long Form SP2020), 2022 (pendapatan)

[Metode Baru] Indeks Pembangunan Manusia menurut


Provinsi (Umur Harapan Hidup Hasil Long Form
NO Provinsi
SP2020)
2022
1 ACEH 74.11
2 SUMATERA UTARA 74.51
3 SUMATERA BARAT 75.16
4 RIAU 74.45
5 JAMBI 73.11
SUMATERA
6 72.48
SELATAN
7 BENGKULU 73.68
8 LAMPUNG 71.79
KEP. BANGKA
9 73.5
BELITUNG
10 KEP. RIAU 78.48
11 JAWA BARAT 73.63
12 JAWA TENGAH 72.8
13 DI YOGYAKARTA 80.65
14 JAWA TIMUR 74.05
15 BANTEN 75.25
16 BALI 77.4
NUSA TENGGARA
17 71.65
BARAT
NUSA TENGGARA
18 67.63
TIMUR
KALIMANTAN
19 69.71
BARAT
KALIMANTAN
20 73.17
TENGAH
KALIMANTAN
21 74
SELATAN
KALIMANTAN
22 77.36
TIMUR
KALIMANTAN
23 72.21
UTARA
24 SULAWESI UTARA 74.52
25 SULAWESI TENGAH 71.01
26 SULAWESI SELATAN 73.96
27 SULAWESI 72.38
TENGGARA
28 GORONTALO 70.62
29 SULAWESI BARAT 69.19
30 MALUKU 72.04
31 MALUKU UTARA 70.26
32 PAPUA BARAT 66.72
33 PAPUA 62.16
34 INDONESIA 73.77
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) 2023

Tabel 1.4 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) Komoditas Kedelai Menurut
Provinsi, 2022 (kemiskinan)

Margin Perdagangan
dan Pengangkutan
(MPP) Komoditas
Kedelai Menurut
Provinsi
NO Provinsi
Margin Perdagangan
dan
Pengangkutan/MPP
Total (%)
2022
1 ACEH 18.19
2 SUMATERA UTARA 4.36
3 SUMATERA BARAT 8.1
4 RIAU 3.77
5 JAMBI 5.21
SUMATERA
6 3.03
SELATAN
7 BENGKULU 8.59
8 LAMPUNG 5.67
KEP. BANGKA
9 24.38
BELITUNG
10 KEP. RIAU 10.6
11 JAWA BARAT 5.39
12 JAWA TENGAH 8.11
13 DI YOGYAKARTA 7.21
14 JAWA TIMUR 11.42
15 BANTEN 10.65
16 BALI 27.14
NUSA TENGGARA
17 8.95
BARAT
NUSA TENGGARA
18 5.52
TIMUR
KALIMANTAN
19 20.35
BARAT
KALIMANTAN
20 2.47
TENGAH
KALIMANTAN
21 2.78
SELATAN
KALIMANTAN
22 5.99
TIMUR
KALIMANTAN
23 26.67
UTARA
24 SULAWESI UTARA 5.3
25 SULAWESI TENGAH 36.47
26 SULAWESI SELATAN 15.9
SULAWESI
27 17.2
TENGGARA
28 GORONTALO 9.69
29 SULAWESI BARAT 16.28
30 MALUKU 25.65
31 MALUKU UTARA 10.81
32 PAPUA BARAT 7.76
33 PAPUA 15.26
34 INDONESIA 11.17
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) 2023

Kesimpulan untuk mengatasi kemiskinan jika tidak


Pengaruh pertumbuhan ekonomi, inflasi, diiringi oleh kebijakan yang mendukung
dan distribusi pendapatan terhadap tingkat distribusi pendapatan yang lebih merata.
kemiskinan di Indonesia menunjukkan Inflasi memiliki dampak kompleks
bahwa ketiga faktor tersebut memiliki peran terhadap tingkat kemiskinan. Inflasi yang
yang signifikan dalam membentuk kondisi rendah dapat memberikan stabilitas
kemiskinan di negara ini. ekonomi, tetapi inflasi yang tinggi dapat
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat mengancam daya beli masyarakat dan
menjadi motor penggerak penurunan tingkat meningkatkan tingkat kemiskinan. Oleh
kemiskinan dengan menciptakan peluang karena itu, pengendalian inflasi perlu
pekerjaan dan peningkatan pendapatan menjadi fokus kebijakan untuk menjaga
masyarakat. Namun, perlu diingat bahwa stabilitas ekonomi dan mencegah dampak
pertumbuhan ekonomi saja tidak cukup negatif terhadap kemiskinan.
Distribusi pendapatan juga memainkan melibatkan pertumbuhan ekonomi,
peran kunci dalam menentukan tingkat pengendalian inflasi, dan redistribusi
kemiskinan. Ketidaksetaraan dalam pendapatan, diperlukan untuk mencapai
distribusi pendapatan dapat meningkatkan target pengurangan kemiskinan di Indonesia.
kesenjangan sosial dan memperburuk Kebijakan tersebut harus memperhatikan
kemiskinan. Oleh karena itu, kebijakan yang konteks ekonomi global dan lokal, serta
mendukung redistribusi pendapatan perlu memastikan bahwa manfaat pertumbuhan
diterapkan untuk mencapai tingkat ekonomi dapat dinikmati secara merata oleh
kemiskinan yang lebih rendah. seluruh lapisan masyarakat.
Secara keseluruhan, kebijakan ekonomi
yang holistik dan terintegrasi, yang
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik, 1990‐2009, Media Indonesia (2004), 24 Januari,
Statistik Indonesia, BPS, Jakarta. Anomali Pertumbuhan Ekonomi
Badan Pusat Statistik, 2008, Indikator Nachrawi Jalal, Harius Usman, 2002,
Makro Indonesia, Juli 2008, BPS, Jakarta. Penggunaan Teknik Ekonometri, Raja
Basri, Faisal, 2002, Perekonomian Grafindo Perkasa, Jakarta.
Indonesia‐Tantangan dan Harapan bagi Ray, Debraj, 1998, Development
Kebangkitan Indonesia, Erlangga, Jakarta. Economics, Princeting University Press”,
BPS‐Statistic, Bappenas, UNDP (2001), New Jersey.
Indonesia Human Development Report, Republika (2010), Kesejahtraan Rakyat
2001(Towards a New Consensus: Belum Optimal, dalam Republika, 6 April
Democracy and Human Development 2010.
Indonesia), Jakarta: BPS‐Stistics, Bappenas,
UNDP.
Cahyat, Ade, 2000, Bagaimana
Kemiskinan Diukur (Beberapa Model
Penghitungan Kemiskinan di Indonesia),
Center for International Forestry Research.
Datt, Gaurau, Martin Ravallian, 2002, Is
India’s Economics is Leaving The Poor
Behind, Journal of Economics Prospective.
Dollar, David, Aast Kraay, 2002, Growth
is Good for the poor, Journal of Economics
Growth.
Gujarati, Damodar N, 2003, Basic
Econometric, International Edition, Fourth
Edition, Mc. Graw Hill, New York.
Kuncoro, Mudrajad, 2003, Ekonomi
Pembangunan‐Teori, Masalah, dan
Kebijakan, Edisi Ketiga, UPP‐AMP YKPN,
Yogyakarta

You might also like