LP - Stase Nifas - Rosidah

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 47

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Kebidanan Holistik pada Nifas Fisiologis 8 Hari Postpartum


diTPMB Titin Kusumahningrum

Laporan Pendahuluan ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada Stase
Nifas Fisiologis

Pembimbing Pendidikan : Anita Yuliani, S.ST.,M.KM.,Bdn

Oleh:

ROSIDAH SOLIHAH
NIM 522023117

Program Studi Pendidikan Profesi Bidan


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Bandung

i
LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Kebidanan Holistik pada Nifas Fisiologis 8 Hari Postpartum


diTPMB Titin Kusumahningrum

Tanggal Desember 2023

Telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing Pembimbing Klinik

Anita Yuliani. SST.,M.KM.,Bdn Bd. Titin Kusumahningrum.S.ST.


NPP. 2022210785117 NIP. 197411200420062010

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Bidan

Annisa Ridlayanti,S.Keb.,Bd.,M.Keb
NPP : 2009240285027

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Pendahuluan
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Penulisan Laporan Pendahuluan Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Nifas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam
Stase Nifas. Program Studi Profesi Bidan Universitas Aisyiyah Bandung.

Laporan Pendahuluan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan, dan bantuan


dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Anita
Yuliani,S.ST.,M.KM.,Bdn selaku pembimbing untuk stase Persalinann yang telah
memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi kepada penulis dalam penyusunan
Laporan Pendahuluan ini.

Penulis menyadari bahwa Laporan Pendahuluan ini masih jauh dari


kesempurnaan, hal ini karena adanya kekurangan dan keterbatasan kemampuan
penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan Laporan Pendahuluan ini.

Bandung, Desember 2023

Penyusun

Rosidah Solihah

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i


KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan Kegiatan.......................................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................4
A. Kajian Teori.............................................................................................4
B. Model Asuhan Kebidanan ....................................................................27
C. Asuhan Kebidanan Holistik Islami........................................................33
D. Pathway ................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas dimulai setelah persalinan selesai dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang

berlangsung selama 6 minggu (Wahyuningsih, 2018). Pada masa nifas

dapat terjadi sulit BAB (konstipasi) karena ketakutan akan rasa sakit,

takut jahitan terbuka, atau karena adanya haemorroid (Aritonang, 2021).

Konstipasi merupakan suatu kondisi berkurangnya frekuensi buang

air besar dimana untuk perempuan kurang dari 3x/minggu sedangkan

laki-laki kurang dari 5x/minggu atau selama lebih dari 3 hari tidak

merasakan pergerakan isi perut, memadatnya feses (sehingga menjadi

keras) pada saat defekasi lebih dari 25% dari normal dan defekasi terjadi

dua kali atau lebih sedikit per minggu, dan pada saat defekasi pasien

meng-edan (Pusmarani, 2019).

Hasil penelitian Health Study Kohort tahun 2019, dari 62.031 jumlah

wanita yang mengalami konstipasi sejumlah 35%. Sedangkan, hasil

National Health Interview di Amerika Serikat ditemukan lebih dari 4-4,5

juta penduduk mempunyai keluhan sering konstipasi hingga prevalensi

mencapai sekitar 2% penderitanya yang mengeluh konstipasi ini

kebanyakan wanita (Lestari, dkk, 2020).

Di Indonesia banyak ibu postpartum yang mengalami susah buang

air besar. Beberapa faktor penyebab yang mempengaruhi antara lain

1
2

kurangnya gerak setelah melahirkan (mobilisasi dini), asupan nutrisi

kurang baik dan kurangnya asupan cairan, seseorang dapat dialami

setelah 3 hari ibu bersalin akan menyebabkan makin susahnya defekasi,

sehingga konstipasi dapat berdampak kontraksi uteri lembek, infeksi,

lamanya penyembuhan luka jahitan, dan ambeien (Laili & Nisa, 2019).

Hasil penelitian Laili U & Nisa F, (2019) bahwa tidak terdapat

pengaruh antara pemberian asuhan berupa early exercise terhadap

kejadian konstipasi pada ibu nifas, dalam pembahasannya bahwa

kejadian konstipasi selain faktor aktifitas, yaitu kecemasan, luka jahitan,

riwayat persalinan sekarang dan yang lalu serta asupan nutrisi.

Al-Qur’an telah menjelaskan semuanya tentang makanan sehat dan

pola makanan sehat. Tidak hanya baik secara unsur tapi juga harus halal

secara zat dan perolehannya. Hingga akhirnya kesehatan jasmani,

psikologi, dan ruhani, serta sosial benar-benar terwujud dalam tubuh. Al-

Baqarah ayat 172 yang berbunyi:


ٰٓ ‫َأُّيَه ا ٱَّل ِذ يَن َء اَم ُنو۟ا ُك ُل و۟ا ِم ن َطِّيَٰب ِت َم ا َر َز ْقَٰن ُك ْم َو ٱْش ُك ُرو۟ا ِهَّلِل ِإن ُك نُتْم ِإَّي اُه َتْعُب ُد وَن‬

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang

baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah,

jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah."

Kebutuhan gizi ibu nifas merupakan suatu kebutuhan yang harus

terpenuhi selama masa nifas. Hal ini dikarenakan untuk mempercepat

proses pemulihan organ-organ kandungan seperti keadaan semula atau

sebelum hamil. Kebutuhan gizi ibu nifas jika terpenuhi dapat bermanfaat

untuk mempercepat pemulihan organ reproduksi, menjaga kesehatan


3

yang optimal termasuk mencegah terjadinya konstipasi pada masa nifas,

dan dapat menjaga produksi serta kualitas ASI (Rukiyah &Yulianti,

2019).

Asuhan kebidanan nifas ini merupakan pengajian pada Ny. R usia 28

tahun P2A0 8 hari postpartum dengan mengeluh 3 hari belum BAB dan

perut terasa begah. Bidan melakukan homevisite kerumah Ny. R untuk

melakukan pemeriksaan serta memberikan penanganan untuk mengatasi

keluhannya. Berdasarkan data tersebut, penulis tertarik melakukan

asuhan kebidanan pada pasien masa nifas dengan keluhan konstipasi

sebagai laporan pendahuluan di stase nifas di TPMB Titin

Kusumahningrum

B. Tujuan Kegiatan
Tujuan dalam kegiatan laporan pendahuluan ini yaitu untuk mengetahui
asuhan kebidanan nifas fisiologis dengan keluhan ibu belum BAB 3 hari
dan perut terasa begah /konstipasi di TPMB Titin Kusumahningrum
4

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Nifas

1. Pengertian

Masa nifas (puerperium) adalah masa sejak bayi lahir dan plasenta

telah keluar dari rahim, hingga enam minggu berikutnya, diikuti dengan

pulihnya kembali organ-organ yang berkaliatan dengan kandungan,

yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya

berkaitan saat melahirkan (Prawirohardjo, 2018). Pengertian lain dari

masa nifas atau yang disebut juga masa postpartum ialah masa setelah

lahirnya plasenta dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali

seperti keadaan pra hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira enam

minggu (Manuaba, 2018).

2. Periode Masa Nifas

Masa nifas merupakan rangkaian setelah proses persalinan

yang dilalui oleh seorang wanita yang terbagi dalam beberapa

periode, diantaranya : (Aritonang, 2021).

a. Puerperium dini merupakan masa pemulihan awal dimana ibu sudah

diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan. Ibu yang melahirkan

normal pervaginam tanpa komplikasi dianjurkan untuk mobilisasi

segera dalam 6 jam pertama setelah kala IV.


5

b. Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-

alat genetalia, dimana organ-organ reproduksi berangsur-angsur akan

kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kurang lebih

6–8 minggu.
4
c. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

kembali secara sempurna terutama bila selama hamil atau persalinan

memiliki komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna berbeda untuk

semua ibu, bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan

(Prawiroharjo, 2018).

3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Menurut Astuty, (2019) terdapat beberapa perubahan fisiologis pada

masa nifas yaitu :

a. System Reproduksi

1) Perubahan Kelenjar Mamae

Pada masa pertengahan masa kehamilan masing-masing dari

kedua tunas kelenjar mama pada janin yang ditakdirkan

membentuk payudara mulai tumbuh dan memisah,dengan

pembentukan 15 sampai 25 tunas sekunder yang menjadi dasar

bagi sistem duktus pada payudara dewasa. Masing-masing tunas

sekunder memanjang menjadi sebuah tali,bercabang, dan

berdiferensiasi menjadi dua lapisan konsentrik dari sel-sel

kuboid dan sebuah limen sentral. Lapisan sel bagian dalam

akhirnya membentuk epitel sekretorik, yang mensintesis air

susu, sedangkan lapisan luar menjadi mioepitel, yang


6

menyediakan mekanisme pengeluaran air susu.

Pada hari kedua post partum sejumlah kolostrum, cairan

yang disekresi oleh payudara selama 5 hari pertama setelah

kelahiran bayi, dapat diperas dari putting susu. Kolostrum lebih

banyak mengandung lebih banyak protein, yang sebagian besar

adalah globulin, dan lebih banyak mineral tetappi gula dan

lemak lebih sedikit. Meskipun demikian kolostrum mengandung

globul lemak agak besar didalam yang disebut korpuskel

kolostrum,yang oleh beberapa hari diaanggap merupakan sel-sel

epitel yang mengalami degenerasi lemak dan oleh ahli lain

dianggap fagost mononuclear yang mengandung cukup banyak

lemak.

Sekresi kolostrum bertahan selama 5 hari, dengan

perubahan bertahap menjadi susu matur. Antibody mudah

ditemukan didalam kolostrum. Kandungan immunoglobulin A

mungkin memberikan perlindungan pada neonates melawan

infeksi enteric. Faktor-faktor kekebalan hostpes lainnya, juga

imunoglobuli-imunoglobulin, terdapat didalam kolostrum

manusia dan air susu. Faktor-faktor ini meliputi komponen

komplemen, makrofag, limfosit, laktoperoksidase, dan lisozim.

Kompenen utama air susuadalah protein, air, laktosa, dan

lemak. Air susu isotonic dengan plasma, dengan laktosa

bertanggung jawab terhadap separuh tekanan osmotiknya.

Protein utama didalam air susu ibu laktal bumin, dan kasein
7

disintesis didalam reticulum endoplasmic kasar sel sekretorik

alveoli. Asam amino esensial dari darah, dan asam amino non

esensial sebagian berasal dari dari darah atau disintesis didalam

kelenjar mamma. Kebanyakan protein air susu adalah protein-

protein unik yang tidak ditemukan dimanapun. Juga prolaktin

nampaknya secara aktif disekresi didalam air susu.

Air susu manusia mengandung konsentrasi rendah besi.

Tetapi besi didalam air susu manusi absorbsinya lebih baik dari

pada besi didalam susu sapi. Simpanan besi itu tampaknya tidak

mempengaruhi jumlah besi didalam air susu. Kelenjar mamma

seperti kelenjar teroit menghimpun yudium didalam air susu.

Konsentrasi perkiraan komponen yang lebih penting didalam

kolostrum, air susu manusia matur konsentrasi ini dapat

bervariasi tergantung penelitian saaat nifas.

Mekanisme humural dan neural tepatnya yang terlibat

didalam laktasi jelas kompleks. Progesteron, esterogen,dan

laktogen plasenta, dan prolaktin, kortisol dan insulin tampaknya

bekerja secara selaras untuk merangsang pertumbuhan dan

perkembangan apparatus pensekresi susu pada kelenjar mamma.

Dengan kelahiran, terdapat penurunan mendadak dan besar

kadar progesterone dan esterogen, yang berfungsi mengawali

laktasi. Laktasi tidak dimulai sampai pada akhir kehamilan

karena kadar eksterogen dan progesterone yang tinggi selama

kehamilan mengganggu kerja laktogenik prolaktin dan seteroid


8

adrenal.

Sebaliknya dalam keadaan normal, intensitas dan lama

laktasi berikutnya dikontrol sebagaian besar oleh perangsangan

berulang-ulang proses menyusui. Prolaktin penting bagi laktasi,

wanita dengan mikrosis hipofisis luas, seperti pada sindrom

Sheehan, tidak mengalami laktasi. Meskipun prolaktin plasma

turun setelah kelahiran hingga mencapai kadar yang jauh lebih

rendah daripada selama kehamilan, setiap tindakan isappan

putting mencetuskan peninggian kadar prolaktin. Agaknya suatu

rangsang dari payudara mengurangi pelepasan faktor

penghambat prolaktin dari hipotalamus, yang pada gilirannya

menginduksi peningkatan sekresi sementara prolaktin oleh

hipofisis.

Neuro hipofisis secara berdenyut mensekresi oksitosin, yang

merangsang pemerasan susu dari payudaralaktasi dengan

menyebabkan kontraksi sel-sel mioepietel dialveoli dan duktus-

duktus susu kecil sebenarnya, mekanisme ini telah dipakai untuk

melakukan assai aktivitas oksitosin didalam cairan-cairan

biologi. Pengeluaran air susu merupakan sebuah reflek

khususnya diinisiasi oleh isapan putting susu, yang merangsang

neorohipofisis untuk melepaskan oksitosin oleh tangisan bayi

atau dihambat oleh rasa takut atau stress.

Pada wanita yang berlaktasi tetapi mulai mengalami ovulasi

lagi,terdapat perubahan akut komposisi air susu 5 sampai 6 hari


9

sebelum dan 6 sampai 7 hari setelah ovulasi. Perubahan ini

mendadak dan ditandai dengan meningkatnya konsentrasi

natrium dan klorida, bersamaan dengan menurunyya

konsentrasi kalium, laktosal dan glukosa. Wanita yang menjadi

hamil tetapi terus menyusui, komposisi air susu mengalami

perubahan progresif yang mengesankan hilangnya secara

perlahan aktifitas sekretorik dan metabolic payudara.

Antibody terdapat didalam kolostrum dan air susu manusia,

tetapi diabsorbsi dengan buruk, bahkan tidak sama sekali dari

usus bayi. Tidak ada antibody antide yang terdeteksi didalam

bayi yang disusui susu yang mengandung titter tinggi antibody

antide tetapi keadaan ini tidak perlu mengurangi pentingnya

beberapa antibody didalam asi.imunno globulin yang menonjol

didalam air susu adalah IgA secretorik, sebuah makro mulekul

yang penting dalam proses antimikroba pada membram mukossa

diseberang tempat sekresinya.

Hampir 2/3 wanita memberikan asi pada bayi-bayi berumur

1 minggu, dibanding dengan kurang dari 1/3 pada 25 tahun

sebelumnya. Air susu pada awalnya tampak tidak cukup, suplay

ini menjadi cukup kalau suplay penyusuan diteruskan.

Menyusui juga mempercepat involusi rahim, karena berulang

pada putting melalui pelepasan oksitosin menyebabkan

peningkatan kontraksi miometrium.

2) Perubahan pada Uterus


10

Dalam masa nifas, uterus akan berangsur-angsur pulih

kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan uterus ini

dalam keseluruhannya disebut involusi. Involusi disebabkan

oleh :

a) Pengurangan estrogen plasenta

b) Iskemia Miometrium.

No Waktu involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

1 Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gr

2 Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gr

3 1 minggu Pertengahan pusat-simfisis 500 gr

4 2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gr

5 6 minggu Bertambah kecil 50 gr

6 8 minggu Sebesar normal 30gr

c) Otolisi miometrium.

Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa

involusi terlihat pada table berikut ini: Lochea adalah cairang

secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa

nifas. Lochea mempunyai bau amis (anyir), meskipun tidak

terlalu menyengat dan volumenya berbeda pada setiap

wanita. Lochea biasanya berlangsung kurang lebih selama 2

minggu setelah bersalin, namun penelitian terbaru

mengindikasikan bahwa lochea menetap hingga 4 minggu dan

dapat berhenti atau berlanjut hingga 56 hari setelah bersalin.


11

Lochea juga mengalami perubahan karena proses involusi.

Pembagian lokia:

a) Lokia rubra (cruenta), muncul pada hari 1 – 2 pasca

persalinan, berwarna merah mengandung darah dan sisa-

sisa selaput ketuban, jaringan dari decidua, vernix caseosa,

lanugo, dan mekonium.

b) Lokia sanguilenta, muncul pada hari 3-7 pasca persalinan,

berwarna merah kuning dan berisi darah lender.

c) Lokia serosa, muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan,

berwarna kecoklatan mengandung lebih banyak serum,

lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri

dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.

d) Lokia alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca

persalinan,berwarna putih kekuningan, mengandung

leukosit, selaput lender servix dan selaput jaringan yang

mati.

e) Lokia purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah

yang berbau busuk.

f) Lochiostatis, lokia yang tidak lancar keluarnya.

3) Perubahan pada Serviks dan Segmen bawah Uterus

Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor,

terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan

korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak

berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan serviks


12

uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman

karena penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan,

tangan pemeriksa masuk dapat dimasukkan 2-3 jari dan

setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Oleh

karena hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks dapat

sembuh. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum

tidak sama waktu sebelum hamil. Pada umumnya ostium

sternum lebih besar, tetap ada retak-retak dan robekan-

robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya.

4) Perubahan pada Vulva, Vagina, dan Perinium

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan

yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam

ebebrapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ

ini tetap berada dalam keadaan kendur vagina dan pintu keluar

vagina pada bagian pertama masa nifas membentuk lorong

ebrdinding lunak dan luas yang ukurannya secara perlanahan-

lahan mngecil tetapi jarang kembali keukuran nulipara.

Setelah minggu ketiga rugae dalam vagina secara berangsur-

angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih

menonjol.

Hymen mengalami rupture pada saat melahirkan bayi

pervaginam, kemudian setelah melahirkan hymen muncul

sebagai bebrapa potong jaringan kecil, yang selama proses

sikatrisasi siubah menjadi caranculai mirtoformis yang khas


13

pada wanita yang pernah melahirkan. Orifisium vagina

biasanya tetpa sedikit membuka setelah melahirkan anak.

5) Perubahan di peritoneum dan Dinding Abdomen

Ketika miometrium berkontraksi dan bertraksi setelah

kelahiran dan beberapa hari sesudahnya, peritoneum yang

membungkus sebagan besar uterus dibentuk menjadi lipatan-

lipatan dan kerutan-kerutan. Ligamentum latum dan rotundum

jauh lebih kendur daripada kondisi tidak hamil, dan

memerlukan waktu yang cukup lama untuk kembali dari

peregangan dan pengendoran yang telah dialaminya selama

kehamilan tersebut.

b. Sistem Pencernaan

Kerap kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus

kembali normal. Meskipun kadar progesterone menurun

setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami

penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang

dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan

diberikan enemam (Manuaba, 2018).

Kerja usus besar setelah melahirkan dapat juga terganggu

oleh rasa sakit pada perineum, hemoroid yang menjadi prolaps

dan bengkak selama kala 2 persalinan atau kurangnya privasi

pada ruang perawatan pasca natal (Tonasih dkk, 2019).

c. Sistem Perkemihan

Kandung kencing masa nifas mempunyai kapasitas yang


14

bertambah besar dan relatif tidak sensitif terhadap tekanan

cairan intravesika. Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan

dalam waktu 12-36 jam setelah melahirkan. Fungsi ginjal

kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita

melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan

dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan.

Ibu postpartum dianjurkan segera buang air kecil, agar

tidak mengganggu proses involusi uteri dan ibu merasa

nyaman. Namun demikian, pasca melahirkan ibu merasa sulit

buang air kecil. Bila wanita pasca persalinan tidak dapat

berkemih dalam waktu 24 jam pasca persalinan mungkin ada

masalah dan sebaiknya segera dipasang dower kateter selama

24 jam. Bila kemudian keluhan tak dapat berkemih dalam

waktu 4 jam, lakukan katerisasi dan bila jumlah residu > 200

ml maka kemungkinan ada gangguan proses urinasinya. Maka

kateter tetap terpasang dan dibuka 4 jam kemudian, bila

volume urin < 200 ml, kateter dibuka dan pasien diharapkan

dapat berkemih sperti biasa (Ulya, 2021).

d. Sistem Muskuloskeletal / diastasis recti abdominalis

Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi

mencakup hal-hal yang dapat membantu relaksasi dan

mobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat

pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi pada

minggu ke-6 sampai ke-8 satelah wanita melahirkan (Astuty,


15

2019).

e. Sistem Endokrin

Adanya perubahan dari hormon plasenta yaitu estrogen dan

progesteron yang menurun. Hormon-hormon pituitary

mengakibatkan prolaktin meningkat, FSH menurun, dan LH

menurun. Produksi ASI mulai pada hari ke 3 pospartum yang

mempengaruhi hormon prolaktin, oksitosin, reflek let. Down

dan reflek sucking. Selama proses kehamilan dan persalinan

terhadap perubahan pada sistem endokrin. Hormon – hormon

yang berperan pada proses tersebut, antara lain :

1) Hormon plasenta

Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan

hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta

menurun dengan cepat pasca persalinan. Penurunan

hormon plasenta (human placental lactogen)

menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa

nifas. Human chorionic gonadotropin atau HCG

menurun dengan cepat dan menetap sampai 10%

dalam 3 jam hingga hari ke-7 pospartum dan sebagai

onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 pospartum

(Astuty, 2019).

2) Hormon pituitary

Hormon pituitary antara lain : hormon prolaktin,

FSH, dan LH. Hormon prolaktin darah meningkat


16

dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menuru dalam

waktu 2 minggu. Hormon prolaktin berperan dalam

pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu,

FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler

pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi

terjadi (Kustriyani dkk, 2021).

3) Hipotalamik pituary ovarium

Hipotalamik pituary ovarium akan mempengaruhi

lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita yang

menyusui maupun tidak menyusui. Pada wanita yang

menyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca

melahirkan berkisar 16 % dan 45 % setelah 12 minggu

pasca melahirkan. Sedangkan pada wanita yang tidak

menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar 40 %

setelah 6 minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24

minggu (Rukiyah &Yulianti, 2019).

4) Hormon oksitosin

Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak

bagian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan

jaringan payudara. Selama tahap ketiga

persalinan,hormon oksitosin berperan dalam pelepasan

plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga

mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang

produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat


17

membantu involusi uteri (Pratiwi, 2019).

5) Hormon estrogen dan progesteron

Volume darah normal selama kehamilan, akan

meningkat. Hormon estrogen yang tinggi memperbesar

hormon anti diuretik yang dapat meningkatkan volume

darah. Sedangkan hormon progesteron mempengaruhi

otot halus yang mengurangi perangsangan dan

peningkatan pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi

saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar

panggul, perinium dan vulva serta vagina (Manuaba,

2018).

b. Sistem Kardiovaskuler

Kehilangan darah pada persalinan pervaginam sekitar 300-

400cc, sedangkan kehilangan darah dengan persalinan seksio-

sesaria menjadi dua kali lipat. Perubahan yang terjadi terdiri

dari volume darah dan hemokonsentrasi. Pada persalinan

pervaginam, hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan

seksio sesaria, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali

normal setelah 4-6 minggu (Manuaba, 2018).

c. Sistem Pernapasan

Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah

±6cm, tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu

fungsional dan volume residu paru-paru karena pengaruh

diafragma yang naik ±4cm selama kehamilan.Frekuensi


18

pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per

menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau

normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau

dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu

berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu

nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali

apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila

pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat,

kemungkinan ada tanda-tanda syok. Perubahan ini akan

mencapai puncaknya pada minggu ke 37 dan akan kembali

hampir seperti sediakala dalam 24 minggu setelah persalinan

(Pratiwi, 2019).

d. Sistem Hematologi

Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan

volume plasma daripada sel darah, penurunan plasma ditambah

peningkatan sel darah pada waktu kehamilan diasosiasikan

dengan peningkatan hematoktir, dan haemoglobin pada hari

ketiga sama tujuh hari setelah persalinan. Jumlah sel darah

putih atau leukosit selama 10 sampai 12 setelah persalinan

umumnya berkisar antara 20.000 sampai 25.000/mm,faktor

pembekuan darah akan terjadi ekstensif setelah persalinan yang

bersama dengan pergerakan,trauma atau sepsis bisa

menyebabkan trombo emboli. Keadaan produksi tertinggi dan

pemecahan fibrin mungkin akibat pengeluaran tempat


19

pelepasan plasenta (Prawirohardjo, 2018).

4. Intervensi pada Masa Nifas

a. Pemberian Oksitosin

Kontraksi uterus dapat ditingkatkan melalui pemberian oksitosin.

Hormon oksitosin berperan penting dalam memperkuat dan mengatur

kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu

hemostasis ibu sehingga dapat mengurangi kejadian atonia uterus

terutama pada persalinan lama. Involusi uterus juga akan menjadi lebih

efektif dikarenakan kontraksi uterus yang kuat. Oksitosin dapat

dihasilkan melalui tindakan faramakologis diantaranya melalui oral,

intramusculer, maupun intranasal (Tonasih dkk, 2019). Pemberian

oksitosin yang lazim dilakukan yaitu melalui intramuscular pada

Manajemen fundus uteri untuk berkontraksi kuat dan sehingga dapat

membeantu pelapasan plasenta dan mengurangi perdarahan (Manuab,

2018).

b. Mobilisasi Dini

Mobilisasi dini adalah upaya mempertahankan kemandirian sedini

mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan

fungsi normalnya. Gerakan yang dilakukan diantaranya merubah

posisi ibu berbaring, miring, duduk sampai ibu dapat berdiri sendiri.

Mobilisasi dini memberikan beberapa keuntungan seperti membuat

napas lebih dalam, menstimulasi kembalinya fungsi gastrointestinal,

serta perbaikan sirkulasi darah. Mobilisasi dini menyebabkan

kontraksi uterus akan sekmakin baik sehingga fundus uterus keras.


20

Akibatnya, dapat menurunkan risiko perdarahan karena kontraksi

menyempitkan pembuluh darah yang terbuka (Ulya dkk, 2021).

c. Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang

(vertebra) mulai dari cervical 7 menuju costa ke 5-6 sampai scapula

yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan

perintah ke otak bagian belakang sehingga menghasilkan oksitosin

(Saryaman, 2020). Manfaat dilakukannya pijat oksitosin diantaranya

dapat membantu uterus berkontraksi dan mengurangi perdarahan,

menenagkan dan mendekatkan ibu dan bayi, merangsang produksi

hormon lain yang membuat ibu lebih nyaman dan rileks, serta

merangsang pengeluaran ASI dari payudara ibu (Wahyuningsih, 2019).

d. Pijat Endorfin

Pijat endorfin adalah teknik sentuhan dan pemijatan ringan untuk

membantu memberikan rasa tenang dan nyaman. Sentuhan ringan

tersebut mencakup pemijatan yang sangat ringan dan bisa membuat

bulu-bulu halus pada permukaan kulit berdiri. Pencipta pijat endorfin,

Constance palinsky dari Michigan menyatakan bahwa pijat ini dapat

meningkatkan pelepasan hormon oksitosin dan endorfin. Hormon

endorfin dapat memicu perasaan nyaman dan tenang kemudian

mampu meningkatkan sekresi hormon oksitosin yang berperan

penting selama proses kontraksi uterus (Saryaman, 2020).


21

e. Perawatan Payudara merupakan pemeliharaan payudara yang dilakukan

untuk memperlancar ASI dan menghilangkan kesulitan pada saat

menyusui dengan melakukan pemijatan (Saryaman, 2020). Disamping

itu menurut penelitian yang dilakukan Safrina dkk tentang perbedaan

efektivitas antara pijat payudara dan pijat oksitosin terhadap involusi

uteri pada ibu postpartum tidak ada perbedaan involusi uterus secara

signifikan pada ibu dengan pijat payudara dan ibu dengan pijat

oksitosin, keduanya sama-sama efektif dalam mempercepat involusi

uterus (Saryaman, 2020).

f. Senam Nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan setelah ibu-ibu

melahirkan yang bertujuan mempercepat penyembuhan, mencegah

timbulnya komplikasi, serta memulihkan dan menguatkan otot-otot

punggung, otot dasar panggul dan otot perut (Maryunani, 2017).

Untuk mengembalikan kepada keadaan normal dan menjaga

kesehatan agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu

setelah melahirkan Ibu tidak perlu takut untuk banyak bergerak, karena

dengan ambulasi dini (bangun dan bergerak setelah beberapa jam

melahirkan) dapat membantu rahim untuk kembali kebentuk semula.

Manfaat senam nifas diantaranya memulihkan kembali kekuatan otot

dasar panggul, mengencangkan otot dinding perut dan perinium,

membentuk sikaptubuh yang baik dan mencegah terjadinya

komplikasi. Komplikasi yang dapat dicegah sedini mungkin dengan

melaksanakan senam nifas adalah perdarahan post partum. Saat


22

melaksanakan senam nifas terjadi kontraksi otot-otot perut yang akan

membantu proses involusi yang mulai setelah plasenta keluar segera

setelah proses involusi (Maryunani, 2017).

5. Pengukuran Involusi Uterus

Pengukuran involusi uterus dapat dilakukan dengan mengukur tinggi

fundus uteri, kontraksi uterus serta pengeluaran lokia. Frei

mengungkapkan bahwa ada 2 kemungkinan untuk meelakukan

pengukuran secara manual, yaitu dengan menghitung jari yang diletakkan

secara horizontal pada perut ibu untuk menentukan jarak antara fundus

uteri dan simpisis pubis ataupun dapat dilakukan menggunakan pita ukur

dengan menghitung jumlah sentimeter dari fundus ke simpisis (Suradi R,

2010). Perubahan tinggi fundus uteri pada masa nifas dapat dilihat pada

gambar dan tabel di bawah ini :

Tabel 2.2 Tinggi Fundus Uterus pada Masa Nifas

Involusi Tinggi Fundus Uteri


Hari ke-1 Setinggi pusat
Hari ke-2 1 jari/ 1 cm dibawah pusat
Hari ke-3 2 jari/ 2 cm dibawah
Hari ke-4 pusat 3 jari dibawah
Hari ke-5 pusat
Hari ke-7 Pertengahan pusat –
Hari ke-10 simfisis 1 jari diatas
Hari ke-12 simfisis Setinggi simfisis
Tidak teraba diatas
simfisis

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan


1. Asuhan Kebidanan pada Nifas
a. Pengkajian Data Subjektif
23

1) Identitas
a) Nama : Menurut Varney (2010) pengajian nama klien
bertujuan untuk dapat mengenal atau memanggil nama ibu
dan untuk mencegah kekeliruan bila ada nama yang sama.
b) Umur : Umur perlu dikaji guna mengetahui umur klien yang
akan diberikan asuhan. Dalam kurun waktu reproduksi sehat,
dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan
adalah 20-30 tahun (Varney, 2010). Sedangkan menurut
Sulistyawati (2014) pengajian umur bertujuan untuk
mengetahui adanya faktor risiko (usia < 20 tahun, alat
reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap.
Bila > 35 tahun meningkatkan risiko diabetes gestasional,
hipertensi gestasional, kelahiran prematur, BBLR,
ketidaknormalan kromosom, dan keguguran). Usia seseorang
dapat mempengaruhi keadaan kehamilannya. Bila wanita
tersebut hamil pada masa reproduksi, kecil kemungkinan
untuk mengalami komplikasi dibanding wanita yang hamil di
bawah usia reproduksi ataupun di atas usia reproduksi (umur
kurang dari 18 tahun dan lebih dari 35 tahun) (Resmaningsih,
2014).
c) Agama : Agama dalam hal ini berhubungan dengan
perawatan penderita yang berkaitan dengan ketentuan agama.
Antara lain dalam keadaan yang gawat ketika memberi
pertolongan dan perawatan dapat diketahui dengan siapa
harus berhubungan, misalnya agama islam harus memanggil
ustad, dan sebagainya. Hal tersebut dikemukakan oleh Jannah
(2014).
d) Pendidikan : Menanyakan pendidikan tertinggi yang klien
tamatkan. Informasi ini membantu klinis memahami klien
sebagai individu dan memberi gambaran kemampuan baca
tulisnya. Menurut Jannah (2014) pendidikan dikaji untuk
mengetahui tingkat intelektual, tingkat pendidikan
24

memengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.


e) Suku/ Bangsa : Ras, etnis, dan keturunan harus diidentifikasi
dalam rangka memberikan perawatan yang peka budaya
kepada klien dan mengidentifikasi wanita atau keluarga yang
memiliki kondisi resesif otosom dengan insiden yang
tinggi pada populasi tertentu. Jika kondisi yang demikian
diidentifikasi, wanita tersebut diwajibkan menjalani skrining
genetik.
f) Pekerjaan : Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk
mengetahui apakah klien berada dalam keadaan masih
sekolah, bekerja dan status ekonomi keluarga.
g) Alamat : Alamat rumah klien perlu diketahui bidan untuk
lebih memudahkan saat pertolongan persalinan dan untuk
mengetahui jarak rumah dengan tempat rujukan.

b. Data Subyektif
1) Alasan Kunjungan : Dikaji untuk mengetahui alasan wanita
datang ke tempat bidan/ klinik, yang diungkapkan dengan kata-
katanya sendiri. Tujuan kunjungan biasanya untuk mendapatkan
diagnosis ada/tidaknya. Penyebab klien datang ke PMB yaitu
datang untuk memeriksakan kehamilannya di trimester III. Alasan
wanita datang ke tempat bidan/klinik, yang diungkapkan dengan
kata-katanya sendiri (Jannah, 2014). Menurut Varney (2007)
Apakah alasan kunjungan ini karena ada keluhan atau hanya
untuk memeriksakan kehamilannya.
2) Keluhan Utama : Alasan kenapa klien datang ke tempat bidan.
Dituliskan sesuai dengan yang diungkapkan oleh klien serta
menanyakan sejak kapan hal tersebut dikeluhkan klien.
Mendengarkan keluhan klien sangat penting untuk pemeriksaan.
3) Riwayat Kesehatan : Data dari riwayat kesehatan ini dapat kita
gunakan sebagai penanda (warning akan adanya penyulit).
Riwayat Kesehatan ini meliputi riwayat kesehatan klien sekarang
25

dan terdahulu dan riwayat kesehatan keluarga.


4) Riwayat Obstetri :
a) Menarche : Menarche adalah usia pertama kali mengalami
menstruasi. Wanita haid pertama kali umumnya sekitar 12-
16 tahun. (Sulistyawati, 2014). Hal ini dipengaruhi oleh
keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim dan
keadaan umum.
b) Siklus Haid : Siklus haid adalah jarak antara haid yang
dialami dengan haid berikutnya dalam hitungan hari.
Biasanya sekitar 23-32 hari, siklus haid yang normal adalah
28 hari.
c) Lamanya Haid : Lamanya haid yang normal adalah ± 7 hari.
Apabila sudah mencapai 15 hari berarti sudah abnormal dan
kemungkinan adanya gangguan ataupun penyakit yang
mempengaruhi.
d) Volume : Data ini menjelaskan seberapa banyak darah yang
dikeluarkan. Sebagai acuan biasanya digunakan kriteria
banyak, sedang dan sedikit. Biasanya untuk menggali lebih
dalam pasien ditanya sampai berapa kali ganti pembalut
dalam sehari. Normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam
sehari. Apabila darahnya terlalu berlebih, itu berarti telah
menunjukan gejala kelainan banyaknya darah haid.
e) HPHT : Penting di ingat karena keterlambatan menstruasi
bagi usia subur berarti terdapat kemungkinan untuk hamil.
Umur kehamilan dan perkiraan tanggal persalinan dapat
dihitung berdasarkan durasi kehamilan 230-258 hari
(Manuaba, 2012).
f) Riwayat obsteri yang lalu : Riwayat obstetri yang penting
mencakup hal-hal berikut: kehamilan (graviditas), kelahiran
diatas usia viabilitas (sekitar kehamilan 22 minggu),
persalinan dan kelahiran preterm, abortus spontan, dan
abortus elektif, serta jumlah anak yang hidup (paritas).
26

Masalah obstetri yang lalu yang perlu dperhatikan ialah:


perdarahan pervaginam, hipertensi akibat kehamilan, anemia,
diabetes kehamilan, infeksi (bakteri atau penyakit menular
seksual), dan imunodefisiensi (Kusmiyati, 2011).

Tabel 2.2 Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas dan KB


yang Lalu
Kehamilan Persalinan Nifas KB
Anak ke-

Penolong

Menyusu
BB Bayi
Penyulit

Penyulit
Tempat

Tab Fe

ASI-E

Alkon
Lama

Lama
Vit A
Sumber: Sulistyawati Ari dkk, (2014).

5) Riwayat pernikahan
a) Lama menikah : Seorang perempuan dikatakan sebagai
primigravida primer jika baru mendapatkan kehamilannya
setelah 5 tahun menikah tanpa menggunakan alat kontrasepsi
dan tanpa hambatan dalam melakukan hubungan seksual.
Batas ideal untuk kehamilan setelah menikah yakni 2 tahun.
b) Jumlah anak : Jumlah anak ideal hanya sampai kehamilan
ketiga, kehamilan kelima sudah termasuk grandemultipara,
dan harus diwaspadai terhadap perdarahan postpartum, umur
anak diatas 5 tahun tergolong primigravida tua sekunder
(Manuaba, 2012).
6) Riwayat KB : Metode kontrasepsi yang biasa digunakan wanita
dan kapan metode kontrasepsi ini dihentikan (Indrayani, 2011).
7) Status Imunisasi TT : Imunisasi TT perlu diberikan pada ibu
hamil guna memberikan kekebalan pada janin terhadap infeksi
tetanus (tetanus neonatorum) pada saat persalinan, maupun
postnatal (Hani, dkk 2011). Pemberian imunisasi pada ibu hamil
harus didahului dengan skrining untuk mengetahui jumlah dosis
(dan status) imunisasi TT yang telah diperoleh selama hidupnya.
27

Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval (selang waktu)


maksimal, hanya terdapat interval minimal antardosis TT. Bagi
ibu yang belum pernah diberikan imunisasi atau status
imunisasinya tidak diketahui, maka dapat diberikan dosis vaksin
0,5 ml IM di lengan atas. TT1 diberikan saat ibu melakukan
kunjungan pertama (sedini mungkin pada kehamilan), TT2
diberikan 4 minggu setelah TT1 (pada kehamilan), TT3 diberikan
6 bulan setelah TT2 (pada kehamilan, jika interval minimal
terpenuhi), TT4 diberikan setelah 1 tahun setelah TT3, dan TT5
diberikan 1 tahun setelah TT4 (Astuti, 2017). Bumil yang belum
pernah mendapatkan imunisasi maka statusnya T0, jika telah
mendapatkan interval minimal 4 minggu atau pada masa balitanya
telah memperoleh imunisasi DPT sampai 3 kali maka statusnya
adalah T2, bila telah mendapat dosis TT yang ke-3 (interval
minimal dari dosis ke-2) maka status T3, status T4 didapat bila
telah mendapatkan 4 dosis (interval minimal 1 tahun dari dosis ke-
3) dan status T5 didapatkan bila 5 dosis telah didapat (interval
minimal 1 tahun dari dosis ke-4) (Kamariyah, 2014).

8) Pola pemenuhan sehari-hari


a) Nutrisi : Data ini penting untuk diketahui agar bisa
mendapatkan bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya.
b) Eliminasi :
(1) BAB : Dikaji frekuensinya (BAB nya teratur atau tidak, jika
mengatakan terlalu sering dan feses cair bisa dicurigai
mengalami diare dan jika terlalu jarang BAB serta feses
kering dan keras, dicurigai klien mengalami konstipasi),
warnanya (normalnya warna feses berwarna kuning
kecoklatan).
(2) BAK : Dikaji frekuensinya (seberapa sering ia berkemih
dalam sehari. Meningkatnya frekuensi berkemih
dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk, atau
28

juga karena adanya tekanan dinding vesika urinaria. Warna


urine (normalnya urine berwarna bening, jka urine
berwarna keruh dicurigai klien menderita DM karena urin
keruh disebabkan adanya penumpukan glukosa), bau urine
(bau urine normalnya seperti bau Amonia (NH3).
c) Aktivitas : Data ini memberikan gambaran tentang seberapa
berat aktivitas yang biasa dilakukan pasien di rumah.
d) Istirahat : Jadwal istirahat perlu diperhatikan karena istirahat
dan tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani
dan rohani.
e) Personal Hygiene : Kebersihan jasmani sangat penting karena
saat hamil banyak berkeringat terutama di daerah lipatan kulit.
Mandi 2-3x sehari membantu kebersihan badan dan
mengurangi infeksi. Pakaian sebaiknya dari bahan yang dapat
menyerap keringat, sehingga badan selalu kering terutama di
daerah lipatan kulit.
f) Pola seksual : Sering dijumpai bahwa hubungan seksual dapat
menimbulkan abortus, persalinan prematur. Hubungan seksual
setelah umur kehamilan 30 minggu berbahaya karena terdapat
kemungkinan persalinan premature. Cairan prostat
mengandung banyak mengandung prostaglandin sehingga
dapat merangsang timbulnya his yang akan terus berlanjut
menuju persalinan prematur. Namun hubungan seksual saat
hamil bukanlah merupakan halangan, asalkan dilakukan
dengan hati-hati (Manuaba,2012).
g) Psikososial dan Budaya : Mengkaji respon seluruh keluarga
terhadap kehamilan juga merupakan hal yang penting ( Leifer,
2012).

c. Pengkajian Data Obyektif


Pengkajian data obyektif dilakukan melalui pemeriksaan inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi.
29

Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut:


1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum
Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan. Hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya
adalah sebagai berikut :

(1) Baik : Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap


lingkungan dan orang lain serta secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan dalam berjalan.

(2) Lemah : Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang


atau tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan
dan orang lain dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk
berjalan sendiri.
b) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita
dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari
keadaan komposmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan
koma (pasien tidak dalam keadaan sadar).
c) Tinggi badan
Ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari 145 cm, tergolong
resiko tinggi (Kementrian Kesehatan RI, 2015).
d) Berat badan: Berdasarkan Body Mass Index (BMI) dasar
perhitungannya adalah BB kg/TB2 (dalam meter).
e) LILA
> 23,5 cm. Jika < 23,5 merupakan indikator status gizi kurang,
sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR (Manuaba, 2012).
f) Pemeriksaan tanda-tanda vital menurut Kemenkes RI, (2010).
yaitu:
(1) Tekanan darah: Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih
dari 140/90 mmHg. Bila tekanan darah meningkat, yaitu
sistolik 30 mmHg atau lebih, atau diastolik 15 mmHg atau
30

lebih, kelainan ini dapat berlanjut menjadi pre eklampsia dan


eklampsi kalau tidak ditangani dengan tepat.
(2) Denyut nadi: Pada keadaan santai denyut nadi ibu sekitar 60-
80 x/menit. Jika denyut nadi ibu 100x/menit atau lebih,
mungkin ibu mengalami salah satu atau lebih keluhan seperti
tegang, ketakutan atau cemas akibat masalah tertentu,
perdarahan berat, anemia sakit/demam, gangguan tyroid,
gangguan jantung.
(3) Pernafasan: Pada dasarnya pernafasan yang normal 16-24
x/menit apabila pernafasan
(4) Suhu : Suhu tubuh yang norma 36,5-37,5 ̊C. suhu tubuh
lebih dari 37 ̊C perlu diwaspadai adanya infeksi.
2) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
(1) Muka
Edema muka menunjukkan adanya penyakit jantung,
penyakit ginjal, preeklamsi berat, kekurangan gizi, bentuk
anemia. Kloasma gravidarum serta hiperpigmentasi kulit,
dahi, dan pipi diakibatkan peningkatan melanocyte
stimulating hormone dari hipofisis anterior.
(2) Mata
Edema kelopak mata kemungkinan menderita hipoalbunemia,
tanda preeklamsi berat dan anemia. Konjungtiva pucat atau
cukup merah sebagai gambaran tentang anemianya (Kadar
Hb) secara kasar (Manuaba, 2012).
(3) Mulut & gigi
Periksa adanya karies, tonsillitis atau faringitis. Hal tersebut
merupakan sumber infeksi.

(4) Leher
Ibu nifas dengan pembesaran kelenjar tiroid berhubungan
dengan gangguan fungsi kelenjar tersebut (Manuaba, 2012).
(5) Payudara
31

Hiperpigmentasi areola payudara akibat pengaruh


malanocyte stimulating hormone dari hipofisis anterior.
Puting susu menonjol, kelenjar Montgomery tampak.

(6) Perut
Ada tidaknya bekas luka operasi atau operasi lainnya yang
dapat menjadi lokus minoris resistensi. makin membesar
sesuai usia kehamilan, hiperpigmentasi kulit seperti linea alba
dan striae gravidarum akibat pengaruh malanocyte
stimulating hormone, terdapat bekas luka insisi atau tidak,
ukuran TFU, ukuran diatesi rekti, involusi uteri.
(7) Genetalia
Pengeluaran fluor karena infeksi dengan diagnosis banding
trikhomonas vaginalis atau kandida albikans serta infeksi
vaginosis bakterialis dan kondisi lochea
(8) Ekstremitas
Adanya varises sering terjadi karena kehamilan berulang dan
bersifat herediter. Edema tungkai sebagai tanda
kemungkinan terjadinya preeklamsi, bendungan akibat kepala
sudah masuk PAP dan tekanan pada vena cava inferior.
b) Palpasi
(1) Leher
Bendungan vena diakibatkan akibat penyakit jantung.
Perhatikan keadaan keadaan lain seperti kelenjar tiroid dan
pembengkakan kelenjar limfa.
(2) Payudara
Payudara teraba atau tidak benjolan abnormal, setelah bulan
pertama suatu cairan berwarna kekuningan (kolostrum)
diproduksi oleh kelenjar-kelenjar asinus yang mulai
bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan air susu belum dapat
diproduksi karena prolaktin ditekan oleh PIH (Saifuddin,
2009:179).
(3) Ekstremitas
32

Adanya oedema pada ekstremitas atas atau bawah dapat


dicurigai adanya hipertensi hingga Preeklampsi, diabetes
Mellitus, jantung, kekurangan albumin darah. Edema ini akan
cekung ke dalam jika di tekan (Manuaba, 2012).
c) Auskultasi (Bobak, 2005:170) DJJ +/-
Janin sehat jumlah detak jantungnya sekitar 120-140 x/menit.
(1) Di atas 160 x/menit menunjukkan takikardia, permulaan
asfiksia
(2) Tidak teratur tetapi jumlah sama, menunjukkan gangguan
keseimbangan asam basa atau kurang O2
(3) Kurang dari 100 x/menit menunjukkan asfiksia berat.
d) Perkusi (Manuaba, 2012)
Tungkai : Reflek patella (+)
Reflek patella (-) : Berkaitan dengan kekurangan
vitamin B1, penyakit saraf,
intokskasi magnesium sulfat

2. Asessment
Bidan melakukan analisis data yang diperoleh pada pengkajian.
Menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosis
dan maslah kebidanan yang tepat sesuai kondisi klien. Pada langkah ini, kita
mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan
diagnosis/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan
waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/masalah potensial ini menjadi
benar-benar terjadi. Langkah ini sangat penting dalam melakukan asuhan
yang aman.

3. Rencana Tindakan
Pelaksanaan asuhan yang dilakukan sesuai dengan apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, dari
33

kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, apa yang akan terjadi
berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu
merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial
ekonomi, kultural, atau masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan
terhadap klien tersebut harus mencakup setiap hal yang berkaitan dengan
semua aspek asuhan kesehatan.

4. Pelaksanaan
Berdasarkan evidence based bidan melakukan rencana asuhan kebidanan
secara komprehensif, efektif, efisien dan aman kepada pasien atau pasien
dalam bentuk upaya promotif, prefentif, akuratif dan rehabilitative. Asuhan
dapat dilakuakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
Pada langkah ini, dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisen
dan aman. Pada langkah ke-6 ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan, sebagian lagi oleh
klien, atau anggota tim lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap
memikul tanggung jawab untuk melaksanakan rencana asuhannya (misal
memastikan langkah tersebut benar-benar terlaksana). Meskipun bidan
berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami
komplikasi, bidan tetap bertanggung jawab dalam manajemen asuhan klien
untuk terlaksananya rencana asuhan bersama. Manajemen yang efisien akan
menyingkat waktu dan biaya, serta meningkatkan mutu dan asuhan klien. Kaji
ulang apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakannya (Hani dkk, 2010).

5. Evaluasi
Bidan akan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan
untuk melihat ke efektifan yang diberikan sesuai dengan perubahan kondisi
klien secara bertahap.
Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian
yang memperjelas proses pemikiran yang memengaruhi tindakan, serta
berorientasi pada proses klinis. Oleh karena proses manajemen tersebut di
34

dalam situasi klinis dan dua langkah terakhir bergantung pada klien dan
situasi klinis, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam
tulisan saja (Hani dkk, 2010).

C. Asuhan Kebidanan Holistik Islami


1. Senam Nifas

a. Pengertian

Senam nifas adalah senam yang dilakukan setelah ibu-ibu

melahirkan yang bertujuan mempercepat penyembuhan, mencegah

timbulnya komplikasi, serta memulihkan dan menguatkan otot-otot

punggung, otot dasar panggul dan otot perut (Maryunani, 2017).

Untuk mengembalikan kepada keadaan normal dan menjaga

kesehatan agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu

setelah melahirkan Ibu tidak perlu takut untuk banyak bergerak, karena

dengan ambulasi dini (bangun dan bergerak setelah beberapa jam

melahirkan) dapat membantu rahim untuk kembali kebentuk semula.

Manfaat senam nifas diantaranya memulihkan kembali kekuatan otot

dasar panggul, mengencangkan otot dinding perut dan perinium,

membentuk sikaptubuh yang baik dan mencegah terjadinya

komplikasi. Komplikasi yang dapat dicegah sedini mungkin dengan

melaksanakan senam nifas adalah perdarahan post partum. Saat

melaksanakan senam nifas terjadi kontraksi otot-otot perut yang akan

membantu proses involusi yang mulai setelah plasenta keluar segera

setelah proses involusi (Maryunani, 2017).


35

Ada berbagai versi gerakan senam nifas, meskipun demikian tujuan

dan manfaatnya sama, berikut ini merupakan metode senam yang dapat

dilakukan mulai hari pertama sampai dengan hari keenam setelah

melahirkan menurut Sukaryati dan Maryunani A (2017) yaitu:

1) Hari Pertama: Berbaring dengan lutut ditekuk. Tempatkan tangan

di atas perut di bawah area iga-iga. Napas dalam dan lambat

melalui hidung tahan hingga hitungan ke-5 atau ke-8 dan kemudian

keluarkan melalui mulut, kencangkan dinding abdomen untuk

membantu mengosongkan paru-paru. Lakukan dalam waktu 5-10

kali hitungan pada pagi dan sore hari.

Gambar 2.1 Gerakan senam hari pertama (Sumber : Maryunani


A, 2017)

2) Hari kedua: Berbaring terlentang, lengan dikeataskan diatas

kepala, telapak terbuka keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit

dan renggangkan lengan kanan. Pada waktu yang bersamaan

rilekskan kaki kiri dan renggangkan kaki kanan sehingga ada

regangan penuh pada seluruh bagian kanan tubuh. Lakukan 10-15

kali gerakan pada pagi dan sore.


36

Gambar 2.2 : Gerakan senam hari kedua (Sumber :

Maryunani A, 2017)

3) Hari ketiga : Kontraksi Vagina. Sikap tubuh berbaring terlentang

tapi kedua kaki agak dibengkokan sehingga kedua telapak kaki

menyentuh lantai. Lalu angkat pantat ibu dan tahan hingga

hitungan ke-3 atau ke-5 lalu turunkan pantat ke posisi semula

dan ulangi gerakan hingga 5-10 kali setiap pagi dan sore.

Gambar 2.3 Gerakan senam hari ketiga (Sumber : Maryunani A,

2017)

4) Hari keempat

Sikap tubuh bagian atas terlentang dan kaki ditekuk ±45º kemudian

salah satu tangan memegang perut setelah itu angkat tubuh ibu ±45º

dan tahan hingga hitungan ke-3 atau ke-5. Lakukan gerakan tersebut

10-15 kali gerakan pada pagi dan sore.


37

Gambar 2.4 : Gerakan senam hari keempat (Sumber : Maryunani A,

2017)

5) Hari kelima

Sikap tubuh berbaring terlentan, salah satu lutut ditekuk ±45º, lengan

dijulurkan ke lutut, kemudian angkat tubuh dan tangan yang

berseberangan dengan kaki yang ditekuk. Gerakan ini dilakukan

secara bergantian dengan kaki dan tangan yang lain. Lakukan hingga

10-15 kali gerakan pada pagi dan sore.

Gambar 2.5 : Gerakan senam hari kelima (Sumber : Maryunani A,

2017)

6) Hari keenam

Sikap tubuh terlentang,kaki lurus dan kedua tangan di samping badan.

Kemudian tarik kaki sehingga paha membentuk sudut ±90º lakukan

secara bergantian dengan kaki yang lain dan jangan menghentak

ketika menurunkan kaki. Lakukan perlahan namun bertenaga dan

ulangi sebanyak 5-10 kali pada pagi dan sore hari.


38

Gambar 2.6 : Gerakan senam hari keenam (Sumber : Maryunani A,

2017)

2. Terapi Murattal Al-Quran


Penyebab lain konstipasi pada ibu nifas adalah faktor stress, salah satu

gangguan fisikis yang terjadi jika strs tidak terkendali adalah pencernaan

yang tidak lancar, hormone yang keluar setelah melahirkan membuat ibu

mudah stress. Manajemen stress sangat penting dilakukan salah satunya

dengan terapi murattal al-quran (Alcaff M, 2014).

Peran terapi mendengarkan Al Qur’an di sini yaitu menurunkan

hormon-hormon stres, mengaktifkan hormon endorfin secara alami,

meningkatkan perasaan rileks, mengalihkan perhatian dari rasa takut,

cemas dan tegang. Selain itu, saat mendengarkan Al Qur’an tekanan darah

akan menurun, detak jantung, denyut nadi, aktivitas gelombang otak

bahkan pernafasan menjadi lebih lambat dan dalam sehingga dapat

menimbulkan ketenangan dan pemikiran yang lebih baik lagi (Firdaus,

2018).

Menurut Pedak M (2019), terapi murottal (mendengarkan bacaan ayat-

ayat suci Al-Qur’an) dapat menurunkan hormon-hormon stres,

mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan

mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki

sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta

memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas

gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat
39

tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran

yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik.

Dalam teori lainnya yaitu Andarwulan, (2021) secara lebih rinci

menjelaskan bahwa ketika mendengarkan Al Qur’an, impuls (rangsangan)

masuk ke dalam otak melalui area pendengaran. Dari kokhlea sinyal ayat-

ayat Al Qur’an diteruskan ke talamus dan diantar ke amigdala (pusat

emosi) yang merupakan bagian penting dari sistem yang mempengaruhi

emosi dan perilaku kemudian di antarkan ke hipokampus (pusat ingatan

emosional) dan hipotalamus (pusat kontrol autonom) sehingga suara

lantunan ayat-ayat suci Al Qur’an yang didengarkan menjadi energi yang

berpengaruh positif terhadap susasana hati.

Hasil penelitian Fitria dkk, (2022) bahwa terapi murrotal Al-Qur’an

memiliki pengaruh terhadap tingkat kecemasan ibu postpartum (p-value

0,001 < 0,05). Terapi murottal Al-Qur’an dapat digunakan sebagai salah

satu metode alternatif mengatasi kecemasan pada ibu postpartum.

Murottal adalah mendengarkan bacaan Al-Qur’an. kecerdasan

emosional (EQ), kecerdasan intelektual (IQ), serta kecerdasan spiritual

(SQ) dapat dipengaruhi dengan mendengarkan bacaan Al-Qur’an.

Murottal akan memberikan ketenangan dan rileks pada diri seseorang

(Yuliani et al, 2018). Penelitian Dr. Al Qadhi mengenai pengaruh

mendengarkan ayat suci Al-Qur’an pada manusia terhadap perspektif

fisiologis dan psikologis membuktikan bahwa aspek fisiologis dan

psikologis dapat berubah secara besar dengan mendengarkan Al-Qur’an.

Pengaruh mendengarkan ayat suci Al-Qur’an yaitu ketenangan akan


40

datang dan ketegangan urat syaraf reflektif dapat menurun sebesar 97%

(Bahrir, 2020).
41

D. Pathway Nifas

Faktor terjadinya Konstipasi pada Ibu


Nifas

Perubahan Fisiologis Faktor Umur, paritas,


Ibu Nifas status gizi, proses laktasi
dan psikologis

Rasangan hormone
Endokrin, estrogen Perubahan hormone
dan progesterone

System Faktor nutrisi tidak Adaptasi transisi


pencernaan terpenuhi perubahan sebagai
terganggu orang tua

Obstruksi usus tidak mampu


Konstipasi System pencernaan
besar beradaptasi
terganggu
menimbulkan stress
42

DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, S. 2021. Terapi Komplementer Kebidanan. Semarang:


Guepedia.
Alcaff, M. (2014). Tafsir Populer Al-Fatihah. Bandung: Mizan.
Aritonang, Juneris & Yunida Turisna Octavia Simanjuntak. (2021). Buku
Ajar Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Disertai Kisi-Kisi Soal
Ujian Kompetensi. Deepublish : Yogyakarta
Aulya, Yenny. (2021). Pengaruh Perawatan Payudara Terhadap Bendungan
Asi Pada Ibu Nifas. Jurnal Menara Medika. Vol 3 No. 2
Firdaus, Amalia Nurul. (2018). Pengaruh Perbedaan Murattal Al-Qur’an
Surat ArRahman Dan Musik Keroncong Terhadap Peningkatan
Kualitas Tidur Lanjut Usia Di Panti Jompo Aisyiyah Surakarta.
Skripsi, Surakarta: Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah.
Handayani, Sih Rini. (2017). Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Pusdik
SDM Kesehatan
Kustriyani, M. & Wulandari, P. (2021).Buku Ajar Post Partum, Menyusui
dan Cara Meningkatkan Produksi ASI. Jawa Timur: Qiara Media
Makmun, D., & Pribadi, R. (ed). (2020). Carsh Course Gastrointestinal
System. Elsevier Singapore Pte Ltd
Manuaba. (2018). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Edisi kedua. Jakarta: EGC.
Maryunani, Yetti, (2017). Senam Nifas dan Manfaatnya Bandung: Bina
Aksara
Pedak, M. (2019). Mukjizat terapi Al-Qur’an untuh hidup sukses. Jakarta:
Wahyu Medika
Prawirohardjo. (2018). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Rukiyah, A. Y., & Lia Yulianti. (2019). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
dan Anak Pra Sekolah (1st ed.). Jakarta : CV. Trans Info Media.
Saryaman, Ratih dan Elpinaria Girsang. (2020). proses laktasi dan
menyusui. Bogor
Tonasih dan Sari. (2020). Asuhan kebidanan masa nifas dan menyusui.
Yogyakarta. K-Medika.
Ulya, Ni’matul Dkk. (2021). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan
43

Menyusui. Jawa Tengah : PT. Nasya Expanding Management


Varney, Kriebs, dan Georger. (2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan.
Jakarta : EGC
Wahyuningsih, S. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum.
deepublish.

You might also like