Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

JAWABAN TUGAS TUTORIAL I

Nama : A. Ryza Nur Arifin


NIM : 049122599

1. Jelaskan fungsi bahasa menurut M.A.K. Halliday.

Fungsi Bahasa menurut M.A.K. Halliday yaitu bahasa memiliki tiga fungsi utama
yaitu fungsi ideational, interpersonal, dan tekstual.

1. Fungsi Ideational

Fungsi ideational adalah fungsi bahasa yang berkaitan dengan ekspresi pikiran
dan pengalaman manusia. Fungsi ini menunjukkan bagaimana bahasa digunakan
untuk merepresentasikan realitas dan dunia luar. Fungsi ideational dapat dibagi
menjadi dua aspek, yaitu:

a). Fungsi Representasional: yaitu kemampuan bahasa untuk


merepresentasikan dunia luar dengan menggunakan tata bahasa, kata-kata, dan
konstruksi kalimat yang tepat. Fungsi ini digunakan untuk menyampaikan
informasi dan menggambarkan suatu kejadian atau situasi.

b). Fungsi Konstituensial: yaitu kemampuan bahasa untuk mengorganisasi


informasi dan hubungan antara informasi dalam kalimat atau teks. Fungsi ini
membantu pembaca atau pendengar memahami struktur kalimat atau teks.

2. Fungsi Interpersonal

Fungsi interpersonal adalah fungsi bahasa yang berkaitan dengan hubungan


sosial dan interaksi antara orang yang berbicara atau menulis dengan pendengar
atau pembaca.
Fungsi ini menunjukkan bagaimana bahasa digunakan untuk membangun
hubungan antara orang dan untuk menyampaikan perasaan, sikap, atau maksud
pembicara. Fungsi interpersonal dapat dibagi menjadi tiga aspek, yaitu:
a). Fungsi Representasional: yaitu kemampuan bahasa untuk mengungkapkan
pikiran,opini, dan penilaian pembicara.
b). Fungsi Direktif: yaitu kemampuan bahasa untuk memberi perintah,
meminta, atau memberi saran.
c). Fungsi Ekspresif: yaitu kemampuan bahasa untuk mengekspresikan emosi,
perasaan, dan sikap pembicara.

3. Fungsi Tekstual

Fungsi tekstual adalah fungsi bahasa yang berkaitan dengan struktur dan
organisasi teks. Fungsi ini menunjukkan bagaimana bahasa digunakan untuk
menyusun teks secara koheren dan kohesif, sehingga mudah dipahami oleh
pembaca atau pendengar.

Fungsi tekstual dapat dibagi menjadi tiga aspek, yaitu:

a). Fungsi Keterkaitan: yaitu kemampuan bahasa untuk menyusun kalimat dan
teks yang terorganisasi dengan baik dan saling terkait.
1). Fungsi Kohesi: yaitu kemampuan bahasa untuk menghubungkan kalimat
dan teks secara grammatis, leksikal, dan referensial.
2). Fungsi Keteraturan: yaitu kemampuan bahasa untuk menyesuaikan teks
dengan konteks komunikasi, seperti tujuan, tema, dan audiens.
2. Jelaskanlah perkembangan (peningkatan) bahasa Indonesia berdasarkan hasil
kongres VII s.d. XI dengan menggunakan peta konsep (mind mapping).

KONGRES BAHASA
KONGRES BAHASA KE - VIII
KE - VII

KONGRES BAHASA KE - VIII


KONGRES BAHASA KE - VII
Dilaksanakan di Jakarta pada
Dilaksanakan di Jakarta pada
14 - 17 Oktober 2003
26 - 30 Oktober 1998
Menghasilkan hasil bulan
Hasil Kongres diantara lain:
KONGRES BAHASA INDONESIA Oktober dijadikan sebagai
- Memperkukuh kedudukan
Bulan Bahasa, Agenda pada
Bahasa dalam era globalisasi
Bulan Bahasa berlangsungnya
- Bahasa Indonesia bagi
Seminar Bahasa Indonesia
Penutur Asing
- Perkembangan ilmu
Pengetahuan dan teknologi

KONGRES BAHASA
KE - IX KONGRES BAHASA
KE - XI
KONGRES BAHASA
KE - X
KONGRES BAHASA KE - IX
Dilaksanakan di Jakarta pada KONGRES BAHASA KE - XI
28 Oktober - 1 November 2008
Dilaksanakan di Jakarta pada
Kongres ini membahas 5 hal
28 Oktober - 31 Oktober 2018
Utama: KONGRES BAHASA KE - X Kongres ini mengusung Tema:
- Bahasa Indonesia Dilaksanakan di Jakarta pada “Menjayakan Bahasa dan
- Bahasa Daerah 28 Oktober - 31 Oktober 2013 Sastra Indonesia”
- Penggunaan Bahasa Asing Kongres ini diikuti oleh 1.168 Dalam ada sembilan subtema
- Pengajaran Bahasa Peserta dari seluruh Indonesia Yang dikembangkan dan juga
dan Sastra dan luar negeri antara lain: Diluncurkannya beberapa
- Bahasa Media Massa Jepang, Rusia, Pakistan, Produk Kebahsaan dan
Jerman, Belgia, Brunei Kesastraan
Darussalam, Singapura, China,
Malaysia, Italia dan Timor Leste
Menghasilkan 9 Rekomendasi
Ditujukan kepada Pemerintah
Indonesia
3. Bacalah artikel berikut dengan menerapkan teknik SQ3R!

Sisi Positif Parenting Budaya Jepang


Oleh: Buyung Okita

Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran
masyarakat untuk lebih mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat
diimplementasikan bagi putra-putrinya, atau sebagai bekal untuk membina rumah
tangga di kemudian hari. Terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter,
berwibawa, permisif, dan terlalu protektif. berikut adalah sedikit penjelasan
mengenai keempat gaya asuh tersebut.

1) Hubungan antara orang tua dan anak yang sangat dekat

Ibu dan anak memiliki hubungan yang sangat dekat. Setidaknya sampai usia 5
tahun anak tidur bersama orangtuanya. Ibu juga selalu menemani di manapun
anaknya berada. Tidak jarang kita melihat ibu menggendong anaknya sambil
melakukan kegiatan rumah seperti menyapu, memasak, berbelanja, dan lain-lain.
Bahkan hampir setiap perempuan yang telah melahirkan dan menjadi ibu rela
untuk berhenti bekerja dan fokus untuk mendidik anaknya di rumah.

Pada usia 0-5 tahun, anak juga diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga dan
kerabat sehingga dapat lebih mengenal saudara dan mudah bersosialisasi. Orang
tua di Jepang juga beranggapan bahwa sebisa mungkin menemani putra-putrinya
sehingga anak merasakan kasih sayang orangtuanya.

2. Orang tua adalah cerminan anak

Setelah fase usia 5 tahun, anak boleh bereksplorasi melakukan sesuatu, lalu usia
5-15 tahun anak mulai diajari untuk melakukan kegiatan seperti membersihkan
rumah, belajar untuk disiplin, dan melakukan apa yang dilakukan oleh orang
tua. Fase ini mengajari anak-anak untuk dapat berkontribusi melakukan cara-cara
yang telah dilakukan secara turun temurun. Pada fase ini orangtua memberikan
batasan yang jelas mengenai hak dan kewajiban anak, apa yang boleh dilakukan
dan yang tidak boleh dilakukan.

Oleh karena itu kegiatan pendidikan moral di sekolah juga mulai diajarkan, tidak
hanya sebagai mata pelajaran yang diselipkan pada mata pelajaran lain. Di sini
anak diajarkan dan diberikan ruang untuk melakukan kegiatan sosial seperti saling
melayani, kegiatan makan siang di sekolah, dan kegiatan lain yang juga kerap
dilakukan di sekolah-sekolah Indonesia. Kegiatan sekolah dan rumah yang
bersifat rutin, meskipun terkesan monoton merupakan cara Jepang untuk menbuat
anak-anak belajar untuk disiplin.

3. Orang tua dan anak adalah setara

Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai memberikan ruang agar anak
dapat lebih mandiri dengan mengurangi batasan yang diterapkan pada fase
sebelumnya. Hubungan tidak hanya sebagai orang tua dan anak, tetapi juga
sebagai teman dan setara. Anak didukung untuk menjadi pribadi yang mandiri,
dapat berpikir dan menentukan pilihan dan lebih bersifat demokratis.

Fase ini mempersiapkan anak untuk melakukan kegiatan keterampilan bagi


dirinya sendiri dan keluarga serta belajar bertingkah laku yang baik dan sopan
(menurut adat Jepang). Anak mulai diajarkan independent (mandiri) dan
dipersiapkan untuk dapat siap menjadi orang dewasa. Setelah usia 20 tahun anak
dianggap resmi menjadi dewasa dengan biasanya

4. Memperhatikan tentang perasaan dan emosi

Selain mengajari dan mempersiapkan anak untuk dapat hidup di komunitas sosial
masyarakat yang lebih luas, anak juga diberikan semangat untuk dapat
memahami dan menghormati perasaanya sendiri. Orang tua mengajarkan
anaknya untuk melakukan hal yang tidak mempermalukannya. Contohnya tidak
menegur anaknya atau menasehati anaknya di muka umum ketika melakukan hal
yang dirasa kurang pantas. Orangtua memilih menunggu situasi dan tempat yang
lebih privasi untuk menasehatinya. Anak diajarkan untuk dapat memiliki sikap
empati dan saling menghormati orang lain.

Orang tua di Jepang tidak menggangap gaya asuh mereka menjadi gaya asuh
yang terbaik. Begitu pula dewasa ini nilai budaya barat pun menginsipirasi cara
orangtua di Jepang dalam mendidik anaknya. Meskipun terjadi pergeseran dan
perubahan, namun gaya asuh orang tua di Jepang yang menyayangi putra-
putrinya tidak berubah.

Setelah membaca gaya asuh orang tua di Jepang, dapat dipahami bahwa gaya
asuh mereka merupakan perpaduan antara sedikit gaya permisif dan
gaya authoritative (berwibawa). Demikian, perbedaan gaya asuh orang tua di
amerika dan gaya asuh orang tua di Jepang

Dimodifikasi dari:
https://www.kompasiana.com/buyungokita/%205f22b2a4d541df59d84bebe2/sisi-
positif-parenting-budaya-jepang?page=all#section2

Setelah Anda membaca artikel di atas, selesaikanlah pertanyaan-


pertanyaan berikut ini!
1. Temukanlah informasi awal, identitas, dan topik artikel! (langkah survey)
2. Buatlah tiga pertanyaan yang relevan dengan isi teks! (langkah question)
3. Temukanlah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah dibuat pada
nomor 2! (langkah read)
4. Catatlah dengan bahasa sendiri jawaban-jawaban yang sudah ditemukan
pada nomor 3! (langkah recite)
5. Catatlah informasi utama dari artikel di atas! (langkah review)
1). Survei:
- Nama Majalah (Sumber) : Sisi Positif Parenting Budaya Jepang
https://www.kompasiana.com/buyungokita/%205f22b2a4d541df59d84bebe2/sisi-
positif-parenting-budaya-jepang?page=all#section2
- Bagian Pembuka :
Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran
masyarakat untuk lebih mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat
diimplementasikan bagi putra-putrinya, atau sebagai bekal untuk membina rumah
tangga di kemudian hari. Terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter,
berwibawa, permisif, dan terlalu protektif.
- Sub Judul :
Hubungan orang tua dan anak sangat dekat, orang tua adalah cerminan anak,
orang tua dan anak adalah setara, memperhatikan tentang perasaan dan emosi.
- Bagian Penutup :
Setelah membaca gaya asuh orang tua di Jepang, dapat dipahami bahwa gaya
asuh mereka merupakan perpaduan antara sedikit gaya permisif dan
gaya authoritative (berwibawa). Demikian, perbedaan gaya asuh orang tua di
amerika dan gaya asuh orang tua di Jepang.
- Penulis : Buyung Okita
- Tahun Terbit : 2020

2). Question:
1. Apa saja jenis – jenis gaya Parenting ?
2. Jelaskan gaya asuh anak usia 15 tahun ?
3. Jelaskan kesimpulan gaya asuh anak di Jepang ?
3). Read:
1. Terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif,
dan terlalu protektif

2. Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai memberikan ruang agar anak
dapat lebih mandiri dengan mengurangi batasan yang diterapkan pada fase
sebelumnya. Hubungan tidak hanya sebagai orang tua dan anak, tetapi juga
sebagai teman dan setara. Anak didukung untuk menjadi pribadi yang mandiri,
dapat berpikir dan menentukan pilihan dan lebih bersifat demokratis

3. Dapat disimpulkan bahwa gaya asuh mereka merupakan perpaduan antara


sedikit gaya permisif dan gaya authoritative (berwibawa)

4). Recite:
1. Terdapat 4 Jenis gaya asuh orang tua terhadap anak yaitu:
- Otoriter : Orang tua memaksakan kehendaknya terhadap anak
tanpa memperhatikan keinginan anak.
- Berwibawa : Orang tua menjadikan teladan bagi anak
- Permisif : Orang tua tidak memberikan batasan – batasan pada
anak
- Terlalu Protektif : Orang tua banyak memberikan batasan – batasan pada
anak

2. Fase – Fase mengasuh anak di Jepang:


- Pada usia 0-5 tahun, anak juga diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga
dan kerabat sehingga dapat lebih mengenal saudara dan mudah bersosialisasi
- usia 5-15 tahun anak mulai diajari untuk melakukan kegiatan seperti
membersihkan rumah, belajar untuk disiplin, dan melakukan apa yang
dilakukan oleh orang tua
- anak berusia 15 tahun, orang tua mulai memberikan ruang agar anak dapat
lebih mandiri dengan mengurangi batasan yang diterapkan pada fase
sebelumnya.

5). Review:
Terdapat 4 Jenis gaya asuh orang tua terhadap anak yaitu: Otoriter, Berwibawa,
Permisif dan Terlalu Protektif. Ada beberapa fase mengasuh anak di Jepang
antara lain: Fase Balita (0-5 Tahun), Fase Anak (5-15 Tahun), Fase Remaja (15-
20 Tahun). Didalam Fase – Fase tersebut orang tua di Jepang memakai
perpaduan antara sedikit gaya permisif dan gaya authoritative (berwibawa).

Terima Kasih

You might also like