Professional Documents
Culture Documents
Handout Presentasi PPKN Topik 11
Handout Presentasi PPKN Topik 11
Slide 8
Pemda wajib membayar bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah yang telah jatuh tempo.
Apabila anggaran yang tersedia dalam APBD/perubahan APBD tidak mencukupi untuk pembayaran
bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah, kepala daerah dapat melakukan pelampauan
pembayaran mendahului perubahan atau setelah perubahan APBD. Pelampauan pembayaran
bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah sebelum perubahan APBD dilaporkan kepada
DPRD -dalam pembahasan awal perubahan APBD. Pelampauan pembayaran bunga dan pokok
utang dan/atau obligasi daerah setelah perubahan APBD dilaporkan kepada DPRD dalam Laporan
Realisasi Anggaran.
Kepala SKPKD melaksanakan pembayaran bunga dan cicilan pokok utang dan/atau obligasi daerah
yang jatuh tempo. Pembayaran bunga pinjaman dan/atau obligasi daerah dicatat pada rekening
belanja bunga. Pembayaran denda pinjaman dan/atau obligasi daerah dicatat pada rekening belanja
bunga. Pembayaran pokok pinjaman dan/atau obligasi daerah dicatat pada rekening cicilan pokok
utang yang jatuh tempo.
Slide 9
Pengelolaan obligasi daerah ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah. Peraturan Kepala Daerah
sekurang-kurangnya mengatur mengenai:
a. penetapan strategi dan kebijakan pengelolaan obligasi daerah termasuk kebijakan
pengendalian resiko
b. perencanaan dan penetapan portofolio pinjaman daerah
c. penerbitan obligasi daerah
d. penjualan obligasi daerah melalui lelang dan/atau tanpa lelang
e. pembelian kembali obligasi daerah sebelum jatuh tempo
f. pelunasan
g. aktivitas lain dalam rangka pengembangan pasar perdana ke pasar sekunder obligasi daerah
Penyusunan Peraturan Kepala Daerah berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri.
Setiap piutang daerah diselesaikan seluruhnya dengan tepat waktu. PPK-SKPD melakukan
penatausahaan atas penerimaan piutang atau tagihan daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD.
Piutang atau tagihan daerah yang tidak dapat diselesaikan seluruhnya pada saat jatuh tempo,
diselesaikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Piutang daerah jenis tertentu seperti
piutang pajak daerah dan piutang retribusi daerah merupakan prioritas untuk didahulukan
penyelesaiannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Piutang daerah yang terjadi
sebagai akibat hubungan keperdataan dapat diselesaikan dengan cara damai, kecuali piutang daerah
yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam peraturan perundang-undangan.
Slide 10
Piutang daerah dapat dihapuskan dari pembukuan dengan penyelesaian secara mutlak atau bersyarat,
kecuali cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam peraturan perundang-undangan. Penghapusan
piutang daerah ditetapkan oleh:
a. Kepala daerah untuk jumlah sampai dengan Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
b. Kepala daerah dengan persetujuan DPRD untuk jumlah lebih dari Rp.5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah)
Kepala SKPKD melaksanakan penagihan dan menatausahakan piutang daerah. Untuk
melaksanakan penagihan piutang daerah, kepala SKPKD menyiapkan bukti dan administrasi
penagihan.
Kepala SKPKD setiap bulan melaporkan realisasi penerimaan piutang kepada Kepala Daerah. Bukti
pembayaran piutang SKPKD dari pihak ketiga harus dipisahkan dengan bukti penerimaan kas atas
pendapatan pada tahun anggaran berjalan.
3. Praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Menurut Ketua BPK Anwar Nasution, dari Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) 2005, terdapat 44 daerah dimana terdapat pendapatan,
bagi hasil, dan dana bantuan pusat yang dikelola pemimpin daerah atau instansi di luar sistem
APBD. Jumlahnya cukup besar, Rp3,03 triliun (Jawa Pos, 30 November 2006).
Temuan lainnya, terdapat pengendapan dana daerah senilai Rp214,75 miliar pada 60 Pemda.
Pada 77 Pemerintah Daerah juga terjadi pemborosan keuangan daerah Rp170,68 miliar. dan
perusahaan daerah senilai Rp1,17 triliun yang belum jelas status hukumnya serta tidak sesuai
dengan perda. Penguasaan aset daerah dan penyertaan modal pemerintah desa pada 23
Pemda senilai Rp2,83 triliun juga dinyatakan tidak dapat ditelusuri.
Sehubungan dengan hal tersebut, juga diperjelas posisi satuan kerja perangkat daerah
sebagai instansi pengguna anggaran dan pelaksana program. Sementara itu Peraturan
Pemerintah ini juga menetapkan posisi Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah sebagai
Bendahara Umum Daerah. Dengan demikian fungsi perbendaharaan akan dipusatkan di
Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah. Namun demikian untuk menyelesaikan
proses pembayaran yang bernilai kecil dengan cepat harus dibentuk kas kecil unit
pengguna anggaran. Pemegang kas kecil (bendahara) harus bertanggung jawab
mengelola dana yang jumlahnya lebih dibatasi.
a. Jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik
tidak melebihi 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum
APBD tahun sebelumnya. Penerimaan umum APBD tahun sebelumnya adalah
seluruh penerimaan APBD tidak termasuk Dana Alokasi Khusus, Dana
Darurat, dana pinjaman lama, dan penerimaan lain yang kegunaannya dibatasi
untuk membiayai pengeluaran tertentu.
b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk
mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah. Nilai rasio
kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman (Debt Service
Coverage Ratio/DSCR) paling sedikit 2,5 (dua koma lima). DSCR dihitung
dengan rumus sebagai berikut:DSCR
= (PAD + (DBH – DBHDR) + DAU) – BW ≥
2,5Angsuran Pokok Pinjaman + Bunga + Biaya Lain
c. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah harus tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang
bersumber dari Pemerintah.
d. Khusus untuk Pinjaman Jangka Menengah dan Jangka Panjang wajib
mendapatkan persetujuan dari DPRD.
4. Pinjaman Daerah bersumber darimana?
Jawab:
Pinjaman Daerah bersumber dari:
• Pemerintah Pusat, berasal dari APBN termasuk dana investasi Pemerintah,
penerusan Pinjaman Dalam Negeri, dan/atau penerusan Pinjaman Luar
Negeri;
• Pemerintah Daerah lain;
• Lembaga Keuangan Bank, yang berbadan hukum Indonesia dan mempunyai
tempat kedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
• Lembaga Keuangan Bukan Bank, yaitu lembaga pembiayaan yang berbadan
hukum Indonesia dan mempunyai tempat kedudukan dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan
• Masyarakat, berupa Obligasi Daerah yang diterbitkan melalui penawaran
umum kepada masyarakat di pasar modal dalam negeri.
5. Bagaimana peranan penatausahaan keuangan daerah dalam penyusunan keuangan
daerah dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan APBD?
Jawab:
Jadi peranan penatausahaan keuangan daerah dalam meningkatkan efektivitas
pelaksanaan APBD adalah untuk melihat perkembangan volume kegiatan baik
beban Anggaran Rutin maupun Anggaran Pembangunan dari tahun ke tahun
dalam penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah. Efektivitas pelaksanaan APBD
memiliki peranan yang tinggi. ntuk mencapai efektivitas pelaksanaan APBD
diperlukan suatu pengelolaan yang memadai meliputi perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasan dimana ketiga hal tersebut saling berkaitan satu sama lain.
6. Bagaimana prosedur pinjaman daerah baik dari segi jangka pendek, menengah,
dan juga jangka Panjang?
Jawab:
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 54 tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah
Prosedur Pinjaman Jangka Pendek:
(1) Pemerintah Daerah mengajukan usulan pinjaman kepada calon pemberi
pinjaman.
(2) Calon pemberi pinjaman melakukan penilaian atas usulan pinjaman daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Pinjaman daerah jangka pendek dilakukan dengan perjanjian pinjaman yang
ditandatangani oleh Kepala Daerah/pejabat yang diberi kuasa dan pemberi
pinjaman, dengan memperhatikan persyaratan yang paling menguntungkan
Pemerintah Daerah penerima pinjaman.
Prosedur Pinjaman Jangka Menengah atau Jangka Panjang:
(1) Pemerintah Daerah wajib melaporkan rencana pinjaman yang bersumber
selain dari Pemerintah kepada Menteri Dalam Negeri untuk mendapatkan
pertimbangan, dengan menyampaikan sekurang-kurangnya dokumen sebagai
berikut:
a. kerangka acuan Proyek;
b. APBD tahun bersangkutan;
c. perhitungan tentang kemampuan Daerah dalam memenuhi kewajiban
pembayaran kembali pinjaman (proyeksi DSCR);
d. rencana keuangan (financing plan) pinjaman yang akan diusulkan;
e. surat persetujuan DPRD.
(2) Menteri Dalam Negeri memberikan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dalam rangka pemantauan defisit APBD dan batas kumulatif
pinjaman Pemerintah Daerah.
(3) Dalam hal Menteri Dalam Negeri telah memberikan pertimbangan,
Pemerintah Daerah mengajukan usulan Pinjaman Daerah kepada calon
pemberi pinjaman sesuai dengan pertimbangan Menteri Dalam Negeri
tersebut.
(4) Pemerintah daerah mengajukan usulan pinjaman daerah kepada calon pemberi
pinjaman sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(5) Calon pemberi Pinjaman Daerah melakukan penilaian atas usulan Pinjaman
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(6) Pinjaman Daerah yang bersumber selain dari Pemerintah dituangkan dalam
perjanjian pinjaman yang ditandatangani oleh Kepala Daerah dan pemberi
pinjaman.
(7) Perjanjian pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (6) wajib dilaporkan
kepada Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri.
7. Dijelaskan bahwa terdapat kesalahan Petunjuk Penatausahaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah yang disajikan dalam Surat Keputusan Kepala
Daerah. Adakah solusi terkait permasalahan tersebut?
Jawab:
Cara mengatasi hal tersebut, BPK RI menyarankan untuk meninjau kembali SK tentang
Petunjuk Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah agar pada tahun
anggaran berikutnya tidak menganggarkan laagi biaya bantuan penyelenggaraan kegiatan
pada belanja barang dan jasa. Selain itu merintahkan seluruh Kepala Satuan Kerja untuk
melengkapi setiap pengelujaran dengan bukti yang lengkap dan sah.
8. Berapakah batas daerah boleh melakukan pinjaman?
Jawab:
• Batas maksimal kumulatif pinjaman Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak
melebihi 60% (enam puluh persen) dari Produk Domestik Bruto tahun yang
bersangkutan.
• Menteri Keuangan menetapkan batas maksimal kumulatif Pinjaman Daerah
secara keseluruhan paling lambat bulan Agustus untuk tahun anggaran
berikutnya dengan memperhatikan keadaan dan prakiraan perkembangan
perekonomian nasional.
• Menteri Keuangan menetapkan pedoman pelaksanaan dan mekanisme
pemantauan serta pengendalian batas maksimal kumulatif Pinjaman Daerah.
9. Apakah daerah dapat melakukan pinjaman dari luar negeri?
Jawab:
Pemerintah Daerah dilarang melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar
negeri.
10. Berikan contoh mengapa terdapat kendala bahwa APBD itu kurang berorientasi
pada tujuan jangka Panjang?
Jawab:
Misalnya dalam menentukan anggaran pembangunan, banyak proyek pemerintah daerah yang
tidak memiliki dampak berantai (multiplier effect) bagi perekonomian. Di daerah miskin,
pembangunan (fisik dan nonfisik) tidak berjalan dengan baik karena APBD defisit sehingga
hanya cukup untuk membiayai anggaran rutin. Sebaliknya, di daerah kaya yang memiliki
APBD surplus, juga menghadapi kesulitan menentukan prioritas pembangunan. Pengelolaan
APBD yang tidak efisien dapat dilihat dari dua sisi. Defisit APBD berdampak negatif bagi
perekonomian daerah karena pemerintah daerah tidak mampu memberikan stimulus bagi
perekonomian. Di sisi lain, daerah yang mempunyai APBD surplus ternyata juga tidak mampu
memberikan stimulus bagi perekonomian dengan APBD karena anggaran pembangunan tidak
dikelola dengan efisien.