Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 3

Nama anggota kelompok

I Gede Agus Galang Ardiana (02)


I Putu Adi Artawan (09)
I Putu Adi Pradnyana Karma (10)

Sultan Ageng Tirtayasa


Kesultanan Banten pernah dipimpin oleh raja yang bergelar Sultan Ageng Tirtayasa
(1651-1683 M). Pada periode kepemimpinannya tersebut, raja yang dikenal sebagai
Pangeran Surya ini pernah melakukan perlawanan terhadap VOC, kongsi dagang
Belanda.
Banten mempunyai lokasi yang cukup strategis sebagai salah satu pusat
perdagangan internasional. Hal ini membuat Belanda yang kala itu dengan
organisasi dagang bernama VOC tertarik untuk menguasai Banten.
Mulai tahun 1619, VOC telah berhasil menguasai dan membangun benteng
pertahanan di Batavia (sekarang Jakarta). Pada akhirnya, kedua belah pihak,
Banten dan VOC, saling bertikai untuk menjadi pusat dagang internasional.
Pada tahun 1651 M, seorang bernama Pangeran Surya naik menjadi pemimpin
Kesultanan Banten bergelar Sultan Ageng Tirtayasa. Situasi konflik yang sudah
terjadi dengan VOC sebelumnya kian memanas berkat perlawanan yang dilakukan
pemimpin baru ini.
Lalu, bagaimana sejarah perlawanan tersebut?
Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa
Saat menjadi Raja Banten, Sultan Ageng Tirtayasa telah melakukan beberapa
strategi untuk memulihkan kembali Banten sebagai bandar perdagangan
internasional.
beberapa strategi tersebut adalah:

1. Mengundang para pedagang dari Inggris, Perancis, Denmark, dan Portugis berdagang di
Banten.
2. Meluaskan interaksi dagang dengan bangsa Cina, India, dan Persia.
3. Mengirim beberapa kapal dengan maksud mengganggu pasukan VOC.
4. Membuat saluran irigasi sepanjang Sungai Ujung Jawa sampai Pontang yang
diperuntukkan sebagai persiapan pasokan perang dan pengairan sawah.
Maksudnya, segala yang dilakukan Sultan Ageng Tirtayasa tersebut terjadi karena
VOC sering menghadang kapal asal Cina yang tengah melakukan perjalanan ke
Banten. Dengan semangat mempertahankan kehidupan Banten, Pangeran Surya
tidak segan melakukan gangguan balik kepada pihak VOC.
Di tengah situasi konflik, pada tahun 1671, Sultan Ageng Tirtayasa menitahkan
Sultan Haji menjadi orang yang mengurus masalah dalam negeri Banten. Terkait
masalah dengan luar negeri, merupakan urusan Sultan Ageng sendiri.
Akan tetapi, pemanggilan Sultan Haji ini membawa keuntungan kepada VOC. Berkat
dukungan VOC, Sultan Haji baru saja merebut kekuasaan Banten dan menjadi raja
di Istana Surosowan pada tahun 1681.
Sebagai imbalan atas dukungannya VOC, Sultan Haji harus menandatangani
perjanjian. Isinya, Kesultanan Banten musti memberikan daerah Cirebon kepada
VOC, monopoli lada di Banten diambil alih VOC, dan pasukan Banten yang ada di
pantai Priangan harus ditarik mundur. Terakhir, VOC meminta 600.000 ringgit jika
Banten nantinya mengingkari perjanjian yang telah disebutkan.
Kelakuan Sultan Haji ini membuat rakyat Banten tidak mengakuinya sebagai
pemimpin. Bahkan, rakyat Banten kala itu lebih ingin melakukan perlawanan
terhadap Sultan Haji yang disertai VOC.
Sultan Ageng Tirtayasa beserta rakyat yang mengikuti jalurnya bermaksud
mengambil kembali Kesultanan Banten. Pada tahun 1682, Sultan Haji mulai
terdesak oleh serangan pasukan Sultan Ageng dan istana Surosowan pun dikepung.
Akan tetapi, VOC datang memberikan bantuan kepada Sultan Haji. Pasukan Sultan
Ageng pun dipukul mundur kala itu dan pemimpinnya dijadikan buronan. Ia bersama
para pengikutnya melarikan diri ke Rangkasbitung dan melakukan perlawanan
selama kurang lebih setahun lamanya.
Pada tahun 1683, Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap karena ditipu oleh VOC. Ia
ditahan oleh Belanda di penjara daerah Batavia sampai tahun 1692, tepat ketika
dirinya menutup usia.
Daftar Pustaka

https://amp.tirto.id/sejarah-perlawanan-sultan-ageng-tirtayasa-terhadap-
voc-ggc3

You might also like