Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 31

JURNAL SELAT

Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016.


P-ISSN 2354-8649 : E-ISSN 2579-5767
Open Access at: http://ojs.umrah.ac.id/index.php/selat

IMPLEMENTASI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)


DALAM HUBUNGAN KERJA DI INDONESIA

Fithriatus Shalihah
Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Riau,
E-mail: fithriatus@law.uir.ac.id –hp : 081280384272

Abstract

The law governing about employment in Indonesia is Act No. 13 of 2003. Basic of the employment relationship is
working contract. Employment contract is divided into two types, namely employment contract limited time (PKWT)
and the Employment contract for an unlimited time (PKWTT). Workers' rights have often been ignored.
Implementation of a limited time employment contract (PKWT) in labor relations according to Law No. 13 of 2003
on Employment in Indonesia has not run in accordance with applicable regulations. For the business sector in the
many city in Indonesia, relatively fewer offenses committed by employers related to the provision of workers'
rights. However, the opposite occurred in the area. Employers have ignored the maximum time limit allowed by Act
No. 13 of 2013 on Employment about PKWT time period. Granting rights of workers given time such as wages,
hours of work and social security is still not met expectations. Constraints in the implementation of PKWT
according to Law No. 13 of 2003 lies in two things, the first factor on the implementation PKWT rules that do not
conform to the requirements. Employers may not recruit workers for something that is not needed in the course of
the company. Most of the type and nature of the work required is the work that goes into the core work of the
production process and are fixed. So in this case there has been a violation of article 59 fatal Employment Act,
which is caused by the object of the work that is prohibited by the provisions of law to PKWT. Judging from the
facts given time workers should have switched the status of a PKWTT, because they have been doing work that is
fixed. The second factor, the omission of the deviation PKWT provisions in the employment relationship is also
caused by very lax government oversight of the reality on the ground and nothing punishment on article 59.

Keywords: PKWT (Employment Contract Limited Time), Work Relationship, Labour Law

Abstrak
Penerapan perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) dalam hubungan kerja menurut Undang-Undang Nomor 13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan belum berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengusaha telah
mengabaikan batas waktu maksimal yang diperkenankan oleh Undang-Undang Nomor 13 tahun 2013 tentang
Ketenagakerjaan tentang masa waktu PKWT. Pemberian Hak-hak pekerja waktu tertentu seperti upah, jam kerja
maupun jaminan sosial tenaga kerja juga masih belum memenuhi harapan. Hal ini merupakan pelanggaran
terhadap hak asasi pekerja sebagai warga negara Indonesia yang hak-hak dasarnya telah dilindungi di dalam
Undang-Undang Ketenagakerjaan RI. Kendala dalam pelaksanaan PKWT menurut Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 terletak pada dua hal, pertama faktor aturan tentang pelaksanaan PKWT yang tidak sesuai dengan
kebutuhan lapangan kerja. Pengusaha tidak mungkin melakukan perekrutan pekerja untuk sesuatu yang tidak
dibutuhkan dalam berjalannya perusahaan. Sebagian besar jenis dan sifat pekerjaan yang dibutuhkan adalah
pekerjaan yang masuk dalam pekerjaan inti dari proses produksi dan sifatnya tetap. Sehingga dalam hal ini telah
terjadi penyimpangan yang cukup fatal terhadap Pasal 59 Undang-Undang Ketenagakerjaan, yang diakibatkan
oleh obyek pekerjaan yang dilarang oleh ketentuan undang-undang untuk PKWT.

Kata kunci: Hubungan Kerja, Hukum Ketenagakerjaan, PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
JURNAL SELAT 71
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 70-100

A. Ruang Lingkup Hukum Ketenagakerjaan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkem-


Indonesia bangan kemajuan dunia usaha.
Ruang lingkup ketenagakerjaan tidak sem- Asas pembangunan ketenagakerjaan pada
pit, terbatas dan sederhana. Kenyataan dalam prak- dasarnya sesuai dengan asas pembangunan
tek sangat kompleks dan multidimensi. Oleh sebab nasional, khususnya asas demokrasi, asas adil dan
itu, ada benarnya jika hukum ketenagakerjaan tidak merata. Pembangunan ketenagakerjaan menyang-
hanya mengatur hubungan kerja, tetapi meliputi juga kut multidi-mensi dan terkait dengan berbagai pihak,
pengaturan di luar hubungan kerja, serta perlu diin- yaitu antara pemerintah, pengusaha dan pekerja-
dahkan oleh semua pihak dan perlu perlindung-an /buruh. Pembangunan ketenagakerjaan dilakukan
pihak ketiga, yaitu penguasa (pemerintah) jika ada secara terpadu dalam bentuk kerjasama yang saling
pihak-pihak yang dirugikan. mendukung.1
Pembangunan nasional dilaksanakan Berdasarkan ketentuan Pasal 27 UUD
dalam rangka pembangunan manusia Indonesia 1945, yaitu setiap warga Negara bersamaan
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan.
seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang Ketentuan ini dijabarkan lebih lanjut dalam pasal 5
sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materiil dan pasal 6 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003.
maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Pasal 5, yaitu setiap tenaga kerja memiliki kesem-
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia patan yang sama tanpa diskriminasi untuk memper-
1945. Dalam melaksanakan pembanguna tenaga oleh pekerjaan. Pasal 6, yaitu setiap pekerja/buruh
kerja mempunyai peranan dan kedudukan penting berhak memperoleh perlauan yang sama tanpa
sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. diskriminasi dari pengusaha.
Sesuai dengan peranan dan kedudukan “Kedudukan buruh dan majikan atau antara
pengusaha dan pekerja berbeda dengan
tenaga kerja, diperlukan pembangunan ketenaga-
penjual dan pembeli. Antara penjual dengan
kerjaan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja pembeli sama kedudukannya. Antara kedua-
nya mempunyai kebebasan yang sama untuk
dan peran sertanya dalam pembangunan serta
menentukan ada atau tidak adanya perjan-
peningkatan perlindungan tenaga kerja dan keluar- jian. Kedudukan antara pengusaha dengan
pekerja adalah tidak sama. Secara yuridis
ganya sesuai dengan harkat dan matabat kemanu-
kedudukan buruh adalah bebas, tetapi
siaan. secara sosial ekonomis kedudukan buruh
adalah tidak bebas.2
Untuk itu sangat diperlukan adanya perlin-
dungan terhadap tenaga kerja yang dimaksudkan
“Walaupun secara yuridis kedudukan
untuk menjamin hak-hak dasar pekereja/buruh dan pekerja dengan pengusaha adalah
sederajat, sehingga harus mendapatkan
menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan
perlakuan yang sama di depan hukum,
tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk namun di dalam kajian sosiologis hal itu
sangat tidak mudah, mengingat selain
mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan
pengusaha adalah pihak yang memiliki

1
Abdul Khakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003, Bandung: Citra Adytia Bhakti, 2003, hlm. 6-7.
2
Ibid..., hlm.6.
72 Fithriatus Shalihah, Implementasi Perjanjian Kerja Waktu.....

uang namun juga persentasi jumlah Pemberian perlindungan hukum bagi


kesempatam pekerjaan dan masyarakat atau
pekerja menurut Iman Soepomo6 meliputi lima
jumlah tenaga kerja yang memerlukan
pekerjaan tidak pernah seimbang. Hal inilah bidang, yaitu:
yang memicu posisi tawar pekerja dalam
1. Bidang pengerahan/penempatan
praktik hubungan kerja menjadi lemah.”3
tenaga kerja.
Kedudukan yang tidak sederajat ini meng-
2. Bidang hubungan kerja.
ingat buruh hanya mengandalkan tenaga yang
3. Bidang kesehatan kerja.
melekat pada dirinya untuk melaksanakan pekerja-
4. Bidang keamanan kerja.
an. Selain itu, majikan sering menganggap buruh
5. Bidang jaminan sosial buruh.
sebagai obyek dalam hubungan kerja. Pekerja
Bidang pengerahan/penempatan tenaga
sebagai faktor ekstern dalam proses produksi dan
kerja, adalah perlindungan hukum yang dibutuh-
bahkan ada yang beranggapan majikan sebagai herr
kan oleh pekerja sebelum ia menjalani hubungan
in haus (ibaratnya ini adalah rumahku terserah akan
kerja. Masa ini sering disebut dengan masa pra
aku gunakan untuk apa). Maksudnya majikan adalah
penempatan atau pengerahan.
pemilik dari perusahaan itu, sehingga setiap kegiatan
Bidang hubungan kerja, yaitu masa yang
apapun tergantung dari kehendak majikan.4 Hal ini
dibutuhkan oleh pekerja sejak ia mengadakan
juga dikatakan oleh H.P.Rajagukguk5 bahwa buruh
hubungan kerja dengan pengusaha. Hubungan
dipandang sebagai obyek. Buruh dianggap sebagai
kerja didahului dengan perjanjian kerja. Perjanjian
faktor ekstern yang berkedudukan sama dengan
kerja dapat dilakukan dalam batas waktu tertentu
pelanggan pemasok atau pelanggan pembeli yang
atau tanpa batas waktu yang disebut dengan
berfungsi menunjang kelangsungan perusahaan dan
pekerja waktu tidak tertentu (tetap).
bukan faktor intern sebagai bagian yang tidak ter-
Bidang kesehatan kerja, adalah selama
pisahkan atau sebagai unsure konstitutif yang
menjalani hubungan kerja yang merupakan hubu-
menjadikan perusahaan.
ngan hukum, pekerjka harus mendapat jaminan
Mengingat kedudukan pekerja yang lebih
atas kesehatannya. Apakah lingkungan kerjanya
rendah dari pada majikan/pengusaha maka perlu
dapat menjamin kesehatan tubuhnya dalam
adanya campur tangan pemerintah untuk memberi-
jangka waktu yang relatif lama.
kan perlindungan hukumnya. Perlindungan hukum
Bidang keamanan kerja, adalah perlindu-
yang dimaksud dengan tujuan supaya dalam
ngan hokum bagi pekerja atas alat-alat kerja yang
hubungan kerja dapat terjamin adanya keadilan
dipergunakan oleh pekerja. Dalam waktu relatif
maupun perlindungan terhadap hak asasi manusia
singkat atau lama akan aman dan adea jaminan
(pekerja) yang keduanya merupakan tujuan dari
keselamatan bagi pekerja. Dalam hal ini Negara
perlindungan hukum itu sendiri.
mewajibkan kepada pengusaha untuk menyedi-

3
Fithriatus Shalihah, Riau Pos, Opini: Outsourcing Dan Hukum Ketenagakerjaan, Sabtu, 23 Pebruari 2013, atau
dalam Fithriatus Shalihah, riaupos.co/1714-opini-outsourcing-dan-hukum-ketenagakerjaan.html#Urt5U91WnM
4
Asri Wijayanti,Hukum Ketenagakerjaan Pasca reformasi. Jakarta: Sinar Grafika, 2006, hlm .9.
5
H.P.Rajagukguk, Peran Serta Pekerja dalam Pengelolaan Perusahaan (co-determination), Makalah, 2000, hlm. 3.,
sebagaimana telah dikutip oleh asri Wijayanti, Loc.Cit.
6
Ibid..., hlm. ix.
JURNAL SELAT 73
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 70-100

akan alat keamanan kerja bagi pekerja. umumnya suatu hubungan hukum terjadi karena
Kemudian bidang jaminan sosial buruh. suatu perjanjian yang mendahului hubungan hukum
Pengertian jaminan sosial tenaga kerja menurut tersebut. Dalam hubungan antara pemerintah dan
ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor penerima kerja, pegawai negri yang bersangkutan
3 Tahun 1992 adalah suatu perlindungan bagi menerima Surat Keputusan Pengangkatan sebagai
tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang Pegawai Negri. Mereka tidak mengadakan perjanjian
sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang kerja untuk terjadinya hubungan hukum pada
hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat umumnya. Hubungan hukum ada dengan dibuatnya
peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga Surat Keputusan untuk pegawai yang bersangkutan.
kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, Selanjutnya berlaku ketentuan mengenai pembinaan
hari tua dan meninggal dunia. Jadi program jaminan pegawai negri sipil.
sosial tenaga kerja merupakan bentuk perlindungan Ketentuan yang berlaku bagi mereka yang
ekonomis dan perlindungan sosial. Dikatakan demi- bekerja di perusahaan swasta, adalah ketentuan
kian karena program ini memberikan perlindungan hukum perburuhan. Ketentuan hukum perburuhan
ekonomis dan perlindungan sosial, yaitu dengan berlaku terhadap hubungan hukum yang berasal
pemberian perlindungan dalam bentuk santunan dari adanya suatu perjanjian.8 Perjanjian yang
berupa uang atas berkurangnya penghasilan dan dimaksud adalah perjanjian yang melibatkan dua
perlindungan dalam bentuk pelayanan perawatan- pihak, yaitu pihak pemberi kerja dan pihak yang
/pengobatan pada saat seorang pekerja tertimpa melakukan pekerjaan sesuai dengan perjanjian
resiko-resiko tertentu. yang diadakan. Sebagai dasar dari hubungan
Pada awalnya hubungan kerja antara hukum yang maksud adalah perjanjian kerja atau
pengusaha dan pekerja/buruh hanya menyangkut arbeidsoveenkomst.
kepentingan perdata, yang dalam hal ini berarti Sehingga yang dimaksud dengan hubung-
terkait dengan aspek perdata. Akan tetapi jika an kerja adalah suatu hubungan yang dilakukan
diantara para pihak itu terjadi perbedaan pendapat- oleh minimum dua subyek hukum mengenai suatu
/perselisihan atau permasalahan, maka dari sini pekerjaan. Subyek hukum yang melakukan hubung-
intervensi dan otoritas pemerintah diperlukan, an kerja adalah pengusaha/pemberi kerja dengan
sehingga pada tahap ini hukum ketenagakerjaan pekerja/buruh. Hubungan kerja merupan inti dari
sudah terkait hukum publik, baik dalkam hukum tata hubungan industrial.9
Negara maupun hukum pidana.7 Perjanjian kerja merupakan salah satu
Perbedaan yang terlihat antara pekerja di bentuk perjanjian untuk melakukan pekerjaan
perusahaan swasta dan pegawai negri adalah dalam sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1601
hal awal atau penyebab terjadinya hubungan hukum Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.10 Selain dari
antara pemberi kerja dan penerima kerja. Pada perjanjian kerja, bentuk perjanjian lain yang juga

7
Abdul Khakim, Op.,Cit..., hlm. 7.
8
Ibid....., hlm. 37.
9
Asri Wijayanti, Op.,Cit....., hlm. 36.
10
Dari ketentuan pasal 1601 c KUH Perdata khususnya ayat (1), muncul pengertian mengenai : kumulasi dan absorsi....
74 Fithriatus Shalihah, Implementasi Perjanjian Kerja Waktu.....

perjanjian untuk melakukan pekerjaan (de sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1 ayat
overeenkomsten tot het verrichten van arbeid), yaitu (14) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 Tentang
perjanjian pemberian jasa/ pekerjaan tertentu (de Ketenagakerjaan. Selanjutnya ditegaskan dalam
overeenkomst tot het verrichten vandiensten), dan Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 tahun
perjanjian kerja pemborongan pekerjaan (de 2003 Tentang Ketenagakerjaan bahwa perjanjian
overeenkomst tot het aanemen van werk). kerja dapat dibuat secara lisan.
Perjanjian kerja yang akan ditetapkan oleh pekerja- Syarat sahnya perjanjian kerja, mengacu
buruh dengan majikan/pengusaha tidak boleh pada syarat sahnya perjanjian perdata pada
bertentangan dengan Perjanjian Perburuhan yang umumnya, adalah sebagai berikut :
telah dibuta oleh majikan/pengusaha dengan Serikat a. Adanya kesepakatan antara para pihak
Buruh yang ada pada perusahaannya. Demikian (tidak ada dwang-paksaan, dwaling-
juga perjanjian kerja itu tidak boleh bertentangan penyesatan/kekhilafan atau bedrog-
dengan Peraturan Perusahaan yang dibuat oleh penipuan);
pengusaha. 11 b. Pihak-pihak yang bersangkutan
Di dalam Pasal 50 Undang-Undang Nomor mempunyai kemampuan atau kecakapan
13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan disebut- untuk (bertindak) melakukan perbuatan
kan bahwa hubungan kerja terjadi karena adanya hukum (cakap usia dan tidak di bawah
perjanjian kerja antara pengusaha dengan pekerja- perwalian/pengampuan);
/buruh. Perjanjian Kerja dibuat secara tertulis atau c. Ada (obyek) pekerjaan yang
lisan. diperjanjikan; dan
“Jadi, hubungan kerja adalah hubungan d. (Causa) pekerjaan yang diperjanjikan
(hukum) antara pengusaha dengan
tersebut tidak bertentangan dengan
pekerja/buruh (karyawan) berdasarkan
perjanjian kerja. Dengan demikian ketertiban umum, kesusilaan, dan
hubungan kerja tersebut adalah sesuatu
peraturan perundang-undangan yang
yang abstrak, sedangkan perjanjian kerja
adalah sesuatu yang konkret atau nyata. berlaku (pasal 52 ayat (1) Undang-
Dengan adanya perjanjian kerja, akan adsa
Undang ketenagakerjaan).
ikatan antar apengusaha dan pekerja.
Dengan perkataan lain, ikatan karena Hubungan kerja terjadi setelah adanya
adanya perjanjian kerja inilah yang
perjanjian kerja, dan perjanjian kerja merupakn
merupakan hubungan kerja.”12
peristiwa hukum, sehingga konsekuensi suatu
Perjanjian kerja adalah perjanjian yang hubungan kerja menimbulkan hak dan kewajiban
dibuat antara pekerja/buruh (karyawan) dengan para pihak, yaitu pengusaha dan pekerja/buruh.
pengusaha atau pemberi kerja yang memenuhi “Hak adalah suatu peranan yang boleh
atau tidak boleh dilakukan oleh subyek
syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak

Yang dimaksud dengan kumulasi adalah pemberlakuan ketentuan mengenai perjanjian kerja dan ketentuan-ketentuan
mengenai perjanjian yang lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan absorbsi adalah bila dalam hal terdapat
pertentangan penggunaan ketentuan tentang perjanjian kerja atau perjanjian lainnya, maka yang berlaku adalah
perjanjian kerja.
11
Lalu Husni dalam Zainal Asikin, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan. Jakarta: Rajawali Press, 2004, hlm. 19.
12
Adrian Sutedi. Hukum Perburuhan, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, hlm. 56.
JURNAL SELAT 75
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 70-100

hukum. Karenanya, jika dilanggar, tidak waktu tertentu atau untuk pekerjaan
berakibat sanksi apapun bagi pelakunya.
tertentu. Selanjutnya disebut PKWT.
Sedangkan kewajiban adalah suatu
peranan yang harus atau tidak harus 2. Perjanjian kerja untuk waktu tidak
dilakukan oleh subyek hukum. Karenanya,
tertentu, yaitu perjanjian kerja antara
jika kewajiban dilanggar, berakibat sanksi
bagi pelakunya.” pekerja atau buruh dengan pengusaha
untuk mengadakan hubungan kerja
Pada dasarnya hubungan kerja merupakan
tetap. Selanjutnya disebut PKWTT.
hubungan yang mengatur/memuat hak da kewajiban
Dari apa yang tersebut di atas dapat
antara pekerja/buruh dan pengusaha. Takaran hak
dikatakan bahwa perjanjian kerja waktu tidak
dan kewajiban masing-masing haruslah seimbang.
tertentu terjadi karena hal-hal sebagai berikut :15
Dalam konteks hubungan kerja, kewajiban para
a) PKWT tidak dibuat dalam bahasa
pihak berlangsung secara timbal balik. Sebagai-
Indonesia dan huruf latin.
mana yang dinyatakan Bahder Johan Nasution13
b) PKWT tidak dibuat untuk pekerjaan
bahwa kewajiban pengusaha merupakan hak
yang menurut jenis dan sifat atau
pekerja/buruh, dan sebaliknya kewajiban pekerja-
kegiatan pekerjaannya akan selesai
/buruh adalah hak pengusaha. Untuk itu jika terjadi
dalam waktu tertentu, yaitu :
pelanggaran kewajiban yang telah diatur peraturan
1) Pekerjaan yang sekali selesai
perundang-undangan atau perjanjian kerja, masing-
atau yang sementara sifatnya.
masing pihak dapat menuntut pihak lainnya.
2) Pekerjaan yang diperkirakan
Perjanjian kerja merupakan dasar hubung-
dapat diselesaikan dalam waktu
an kerja. Perjanjian kerja pada awalnya diatur dalam
yang tidak terlalu lama, paling
BAB 7 BUKU III KUH Perdata serta dalam
lama 3 (tiga) tahun.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER-
3) Pekerjaan yang bersifat musiman.
02/MEN/1993 tentang Kesepakatan Kerja waktu
4) Pekerjaan yang berhubungan
tertentu yang sudah tidak berlaku lagi dengan
dengan produk baru, kegiatan
adanya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
baru, atau produk tambahan yang
tentang Ketenagakerjaan, yang di dalamnya diatur
masih dalam percobaan atau
tentang Perjanjian Kerja.
penjajakan.
Dalam hukum ketenagakerjaan jenis
c) PKWT diadakan untuk untuk pekerja-
perjanjian kerja dibedakan atas :14
an yang bersifat tetap.
1. Perjanjian Kerja untuk waktu tertentu,
d) PKWT yang didasarkan atas jangka
yaitu perjanjian kerja anatar pekerja-
waktu tertentu diadakan untuk jangka
/buruh dengan pengusaha untuk
waktu lebih dari 2 tahun dan diperpan-
mengadakan hubungan kerja dalam
13
Bahder Johan Nasution, Hukum Ketenagakerjaan Kebebasan Berserikat Bagi Pekerja, Bandung: Mandar Maju,
2004, hlm. 11.
14
FX.Dumialdji, Op.,Cit...hlm. 11, dimana PKWT dapat dibuat berdasarkan jangka waktu dan berdasarkan selesainya
suatu pekerjaan tertentu.
15
Hadi setia Tunggal, Op.,Cit...hlm. 46.
76 Fithriatus Shalihah, Implementasi Perjanjian Kerja Waktu.....

jang lebih dari 1 tahun. untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu


e) Pengusaha yang bermaksud memper- yang berubah-ubah dalam hal waktu dan volume
panjang PKWT, paling lama7 (tujuh) pekerjaan serta upah yang diterima didasarkan
hari sebelum perjanjian kerja untuk pada kehadiran. Untuk pekerjaan-pekerjaan
waktu tertentu tersebut berakhir tidak tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu dan
memberikan maksudnya secara volume pekerjaan serta upah didasarkan pada
tertulis kepada pekerja/buruh yang kehadiran dapat dilakukan dengan perjanjian
bersangkutan. kerja harian lepas.
f) Pembaharuan PKWT diadakan tidak Perjanjian kerja harian lepas dilakukan
melebihi masa tenggang waktu 30 dengan ketentuan pekerja/buruh bekerja kurang
(tigapuluh) hari berakhirnya PKWT dari 21 (dua puluh satu) hari dalam 1 (satu) bulan.
yang lama. PKWT diadakan lebih dari Perjanjian kerja harian lepas dikecualikan dari
1 (satu) kali dan lebih dari 2 (dua) ketentuan jangka waktu PKWT pada umumnya.
tahun. Pengusaha yang memperkejakan pekerja/buruh
Selanjutnya, beradsarkan ketentuan Pasal harian lepas wajib membuat perjanjian kerja
53 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 disebut- harian lepas secara tertulis dapat berupa daftar
kan bahwa segala hal/atau biaya yang diperlukan pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan, se-
bagi pelaksanaan pembuatan perjanjian kerja kurang-kurangnya memuat :
dilaksanakan oleh dan menjadi tanggungjawab a. Nama/alamat pengusaha atau pemberi
pengusaha. kerja;
b. Nama/alamat pekerja/buruh;
B. Hubungan Kerja dengan PKWT Dalam c. Jenis pekerjaan yang dilakukan; dan
Penerapannya d. Besarnya upah dan/imbalan lainnya.
Era globalisasi menuntut pekerja untuk Apabila perjanjian kerja lepas harian
saling berlomba mempersiapkan dirinya supaya dilakukan dengan ketentuan pekerja/buruh bekerja
mendapat pekerjaan yang terbaik bagi dirinya. 21 (dua puluh satu) hari atau lebih selama 3 (tiga)
Tuntutan untuk lebih meningkatkan daya saing bulan berturut-turut atau lebih maka perjanjian kerja
dirasakan oleh pengusaha dalam melakukan harian lepas berubah menjadi PKWTT atau pekerja
perdagangan inter-nasional. Investor asing yang tetap.
akan menanamkan sahamnya ke Indonesia lebih Ketentuan peraturan perundang-undangan
menyukai sistem kontrak kerja yang tidak banyak yang berlaku sebagaimana tersebut di atas dalam
menimbulkan masalah daripada menerapkan penerapannya belum berjalan efektif, dimana untuk
pekerja tetap. dilakukannya perpanjangan PKWT dari 2 tahun
Yang dimaksud dengan pekerja/buruh yang telah berakhir tersebut, untuk melanjutkan
harian lepas adalah pekerja/buruh yang bekerja dengan penambahan waktu PKWT selama
JURNAL SELAT 77
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 70-100

maksimal 1 tahun lagi, maka perusahaan harus waktu tidak tertentu atau pekerja tetap dengan
memutuskan hubungan kerja selama 30 hari segala hak-hak yang melekat padanya.
terhadap para pekerja yang dimaksud. Setelah itu, Dalam Pasal 59 ayat (4) telah disebutkan
barulah perusahaan dan pekerja bisa melakukan bahwa:
hubungan kerja kembali dengan status PKWT untuk “Perjanjian kerja waktu tertentu yang
didasarkan atas jangka waktu tertentu
masa kerja maksimal 1 tahun. Artinya hukum
dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua)
ketenagakerjaan telah membatasi seseorang hanya tahun dan hanya boleh diperpanjang 1
(satu) kali untuk jangka waktu paling lama
boleh bekerja dengan status pekerja waktu tertentu
1 (satu) tahun.”
paling lama adalah 3 tahun dengan ketentuan di
atas. Jika perusahaan menginginkan hubungan Dalam ketentuan pasal di atas, penekanan
kerja tetap berlanjut, maka mau tidak mau dalam “paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh
memasuki tahun ke 4 (empat), perusahaan harus diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling
merubah status perjanjian kerjanya menjadi lama 1 (satu) tahun” mengandung makna bahwa
PKWTT. pengusaha tau pemberi kerja bisa mengambil waktu
Perihal setelah masa 2 tahun PKWT seminimal mungkin dalam masa perjanjian kerja
berakhir, apakah pekerja dirumahkan selama 30 waktu tertentu. PKWT sangat dimungkinkan untuk
hari untuk tidak melakukan aktifitas kerja atau tetap dilakukan dalam waktu 6 bulan atau 1 tahun jika
bekerja seperti biasa. Dalam praktek, pekerja tidak pengusaha menghendaki. Karena, jika maksud
pernah diberhentikan selama 30 hari setelah masa pembentuk Undang-Undang dengan pemberian
kerja berakhir, namun pada 7 hari sebelum waktu khusus untuk PKWT ditujukan untuk memberi
berakrinya PKWT, perusahaan melakukan kesempatan bagi pengusaha menilai kinerja,
perpanjangan PKWT untuk satu tahun yang akan dedikasi maupun loyalitas pekerja terhadap
datang. Dalam faktanya menunjukkan bahwa tidak pekerjaannya maupun terhadap perusahaan, waktu
pernah ada masa tenggang selama 30 hari tidak sangat relatif tergantung dari sudut mana
terdapat hubungan kerja bagi pekerja waktu tertentu pengusaha memberikan penilaian. Walaupun salah
yuang telah habis masa kerjanya dalam 2 tahun. satu variabel penentu komitmen seseorang pekerja
Para pekerja tetap melanjutkan aktifitas pekerja- bisa diukur dari lamanya pekerja bekerja pada satu
annya dengan perjanjian kerja waktu tertentu yang perusahaan tertentu. Menurut penulis semakin
baru untuk setahun mendatang. Hukum ketenaga- singkat pengusaha merekrut pekerja merubah
kerjaan tentunya memandang perjanjian kerja waktu status hubungan kerja pekerja dari pekerja waktu
tertentu yang telah disepakati antara para pihak tertentu menjadi pekerja waktu tidak tertentu,
tersebut batal demi hukum. Karena pekerja telah menunjukkan iktikad baik dari pengusaha untuk
melakukan aktifitas kerja tanpa tenggang, maka memberikan hak-hak pekerja secara lebih
dengan sendirinya status para pekerja waktu manusiawi dan dalam memberikan kepastian hokum
tertentu tersebut telah berubah menjadi pekerja kepada pekerja. Tentunya perekrutan selalu dengan
78 Fithriatus Shalihah, Implementasi Perjanjian Kerja Waktu.....

pertimbangan-pertimbangan terhadap prestasi maupun hak-hak lainnya sebagaimana pekerja


pekerja selama bekerja. waktu tak tertentu apabila hubungan kerja telah
Namun kemungkinan-kemungkinan yang berakhir.
dibenarkan oleh hukum ketenagakerjaan tersebut Dampak dari pengaturan PKWT ini jelas
sangat jarang bahkan tidak pernah dilakukan oleh menimbulkan rasa cemas bagi pekerja waktu
pengusaha, meskipun hal itu sangat menguntung- tertentu. Sebab mereka tidak tahu kepastian
kan pekerja dalam mendapatkan kesejahteraan diri nasibnya dalam menjalin hubungan kerja. Jika
dan keluarganya dan mendapatkan kepastian dilanjutkan setelah masa 3 tahun berakhir dengan
terhadap keberlanjutan hubungan kerja. Pengusaha pembaharuan perjanjian kerja, pekerja kan
secara hitungan bisnis akan lebih diuntungkan beruntung karena nasibnya menjadi jelas, namun
mengambil kebijakan dengan memilih waktu terlama jika perusahaan memutuskan hubungan kerja
yang diperbolehkan oleh Hukum Ketenagakerjaan. karena masa PKWT telah habis, pekerja akan
Sebab jika terjadi pemutusan hubungan kerja mengalami masa-masa sulit sebelum mendapatkan
secara sepihak oleh perusahaan sebelum waktu pekerjaan kembali. Karena ia kehilangan mata
yang diperjanjikan dalam perjanjian kerja berakhir, pencahariannya dan tidak bisa menafkahi keluarga-
dan pekerja menerima pemutusan hubungan nya. Walaupun pada akhirnya pekerja mendapatkan
sepihak tersebut, maka pengusaha hanya memiliki pekerjaan baru di perusahaan yang berbeda, maka
kewajiban memberikan hak-hak perdata kepada perusahaan yang baru merekrutnya akan melaku-
pekerja sebesar upah tertinggal dari masa kerja kan hubungan kerja dengan status pekerja waktu
yang belum habis. tertentu sebagaimana ia telah memulainya dari awal
Walaupun hal ini juga berlaku a contrario di perusahaan yang lama. Waktu bekerja 3 (tiga)
jika pemutusan kerja dilakukan oleh pekerja secara tahun di perusahaan yang lama tidak bisa dijadikan
sepihak. Namun hal ini sangat jarang terjadi, alasan pengusaha yang baru merekrutnya untuk
mengingat kenyataan dalam dunia kerja, kesempa- langsung melakukan hubungan kerja dengan status
tan pekerjaan yang tersedia tidak pernah sebanding PKWTT. Sebab yang dimaksud Undang-Undang
dengan banyaknya kebutuhan akan pekerjaan. Ketenagakerjaan terhadap pembatasan waktu
Pekerja akan sangat berhati-hati memutuskan tersebut peruntukannya adalah untuk hubungan
hubungan kerja. kerja dengan satu pengusaha yang sama.
Hal lain yang menguntungkan pengusaha Dalam hal ini menurut penulis tujuan
dengan menerapkan ketentuan waktu maksimal dibuatnya hukum ketenagakerjaan yang sejatinya
dalam PKWT sebagaimana yang ditentukan oleh adalah untuk menjamin terlindunginya hak asasi
Undang-Undang Ketenagakerjaan adalah, apabila manusia pada diri pekerja tidak tercapai. Sebab
masa kerja berakhir dan pengusaha tidak dalam kenyataannya dalam hubungan kerja
melanjutkan hubungan kerja lagi, maka pengusaha pengusaha lebih banyak menerapkan kebijakan
tidak memiliki kewajiban memberikan pesangon provit oriented dalam hubungan kerja. Walaupun
JURNAL SELAT 79
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 70-100

pada hakikatnya secara yuridis kedudukan pekerja akan tercapai dengan dimasukkannya prinsip-
dan pengusaha adalah seimbang di dalam melaku- prinsip keadilan dalam perturan hidup bersama.
kan hubungan kerja sebagaimana telah perintahkan Hukum yang dimaksud di sini adalah hukum positif
oleh Pasal 27 UUD 1945, bahwa setiap warga yang merupakan realisasi dari prinsip-prinsip
Negara memiki kedudukan yang sama dalam keadilan.
hukum dan pemerintahan, namun dalam hakikan Menurut ajaran Imanuel Kant yang
sosiologis pada dasarnya kedudukan pekerja dan mengatakan bahwa keadilan itu bertitik tolak dari
pengusaha tidak akan pernah satu level. Pengusaha martabat manusia. Dengan demikian pembentukan
selaku pemberi kerja selalu memiliki posisi tawar hukum harus mencerminkan rasa keadilan dan
yang lebih tinggi dibandingkan pekerja, karenanya mencerminkan rasa keadilan dan bertujuan untuk
yang terjadi bukanlah koordinasi dalam hubungan melindungi martabat manusia. Keadilan merupan
kerja melainkan subordinasi. prinsip normatif fundamental bagi Negara. Oleh
Dalam kaitan tidak tercerminnya hakikat karena itu Negara sangat berkepentingan dan wajib
hukum ketenagakerjaan dalam kajian yuridis ini, mengusahakan tercapainya keadilan bagi warga
penulis perlu mengingatkan bahwa hakikat keadilan negaranya. Atas dasar tersebut, kriteria prinsip
yang dimaksud dalam kesamaan kedudukan antara keadilan dalam pengaturan hak dalam melakukan
pekerja dan pemberi kerja, adalh penilaian terhadap hubungan kerja, merupakan hal yang sangat
suatu perlakuan atau tindakan dengan mengkajinya fundamental, sebab semua Negara di dunia selalu
dari suatu norma. Jadi dalam hal ini ada dua pihak berusaha menerapkan prinsip-prinsip keadilan
yang terlibat yaitu pihak yang membuat adanya dalam pembentukan hukumnya. Prinsip keadilan
perlakuan atau tindakan dan pihak lain yang yang mendapat tempat yang istimewa dalam seluruh
dikenai tindakan itu, dalam pembahasan ini pihak sejarah filsafat hukum. Dalam konsep Negara-
yang dimaksud adalah penguasa atau pemerintah, negara modern penekanan terhadap prinsip
sebagai pihak yang mengatur kebebasan melalui keadilan diberikan dengan menyatakan bahwa
instrument hukum dan pihak pekerja senagai pihak tujuan hukum yang sebenarnya adalah untuk
yang kebebasannya diatur oleh ketentuan hukum. menciptakan keadilan dalam masyarakat.
Prinsip keadilan dalam pembentukan Beberapa teori tentang keadilan seperti
hukum dan praktek hukum, memperoleh kedudukan dikemukakan oleh Stammler, Redbruch dan Hans
dalam dokumen-dokumen resmi tentang hak asasi Kelsen menitik beratkan keadilan sebagai tujuan.
manusia. Untuk memahami hukum yang Dengan demikian dapat penulis katakana bahwa
mencerminkan rasa keadilan masyarakat, harus hukum yang mewujudkan keadilan itu adalah mutlak
dipahami dulu makna hukum yang sesungguhnya. diperlukan dalam kehidupan berbangsa dan
Menurut pandangan yang dianut dalam literur ilmu bernegara, tanpa adanya hukum hidup manusia
hukum, makna hukum itu ialah mewujudkan menjadi tidak teratur dan manusia kehilangan
keadilan dalam kehidupamn manusia. Makna ini kemungkinan untuk berkembang secara manusiawi.
80 Fithriatus Shalihah, Implementasi Perjanjian Kerja Waktu.....

Teori lain yang berbicara tentang keadilan melupakan dan meninggalkan orang lain yang sulit
adalah teori John Rawls.16 Dalam teorinya ada 3 hal untuk memperoleh kedudukan dan kesempatan
yang merupakan solusi bagi problema keadilan. dalam kegiatan ekonomi. Jadi perbedaan sosial dan
Pertama prinsip kebebasan yang sama bagi setiap ekonomi harus diatur agar member manfaat bagi
orang (principle og greatest equal liberty), tentang warga yang kurang beruntung.17
hal ini dirumuskan oleh Jahn rawls sebagai berikut : Ketiga prinsip persamaan yang adil untuk
“Each person is to have an equal right to memperoleh kesempatan bagi setiap orang (the
the most extensive basic liberty compatible principle of fair equality of opportunity), yaitu
with a similar liberty of others.” ketidaksamaan ekonomi harus diatur sedemikian
Rumusan ini mengacu kepada rumusa Aristoteles rupa agar memberi kesempatan bagi setiap orang
tentang kesamaanoleh karenanya juga kesamaan untuk menikmatinya.18 Teori John Rawls ini menjadi
dalam memperoleh hak dan penggunaannya tepat apabila dikaitkan dengan setiap pembentukan
berdasarkan hukum alam. Rumusan ini inheren hukum yang telah ditetapkan oleh penguasa
dengan rumusan equal yakni sama atau sederajat (Negara aatau pemerintah), agar hukum yang dibuat
diantara sesama manusia. tetap harus melihat dari ke dua sisi kepentingan
Kedua prinsip perbedaan (the difference dalam hubungan kerja, baik pengusaha yang
principle), yang dirumuskan sebagai berikut : membutuhkan tenaga pekerja maupun sisi pekerja
“ Social and economic inequalities are to sebagai pihak yang lemah ekonomi, tidak
be arranged so that they are both (a) menghendaki kehilangan penghasilan karema harus
reasonably expected to be to everyone’s berhenti bekerja dikarenakan aturan hukum yang
advantage, (b) attached to positions and telah ditetapkan oleh penguasa selaku pembuat
office open to all.” hukum.
Teori di atas apabila dikaitkan dengan
Rumusan ini merupakan imbangan pelaksanaan pasal 59 ayat (6) Undang-Undang
terhadap rumusan pertama yang menghendaki Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
persamaan terhadap semua orang, imbangan ini yang menyatakan bahwa :
berlaku apabila member manfaat kepada setiap “Perjanjian kerja waktu tertentu hanya
dapat diadakan setelah melebihi masa
orang. Rumusan ini juga ditujukan kepada
tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari
masyarakat modern yang telah memiliki tatanan berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu
yang lama, pembaruan perjanjian kerja
yang lengkap, meskipun maksudnya adalah untuk
waktu tertentu ini hanya boleh dilakukan 1
member pemerataan dalam kesempatan kerja atau (satu) kali dan paling lama 2 (dua) tahun.”
memberi peranan yang sama dan merata, akan
Masa tenggang ini menjadi persoalan
tetapi bagaimanapun juga sudah terlihat
tersendiri dalam hubungan kerja dengan PKWT.
perhatiannya yang sungguh-sungguh untuk tidak
Pengusaha tidak merasa keberatan dengan aturan
16
John Rawls, Teori Keadilan, Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2006, hlm. 33-42.
17
John Rawls…, Ibid.
18
Ibid.
JURNAL SELAT 81
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 70-100

masa tenggang 30 hari sebagaimana dimaksud Jika dengan aturan masa tenggang 30 hari
dalam pasal di atas. Namun keberatan justeru pekerja harus dirumahkan dan tidak mendapatkan
berasal dari para pekerja. Sebab pekerja tidak mau penghasilan, artinya ada hak asasi yang dilanggar,
selama 1 (satu) bulan berdiam diri di rumah dan karena pekerja tidak bisa memenehi kebutuhan
tidak mendapat penghasilan. Sementara jika hidupnya dalam waktu 30 hari tersebut. Bukan tidak
hubungan kerja dilanjutkan tanpa tenggang waktu mungkin akibat dari ayat (6) dalam pasal 59 ini
maka akan memiliki akibat hukum yang fatal bagi berdampak pada terancamnya hak hidup secara
pengusaha, yakni beralihnya status pekerja dari layak bagi pekerja dan keluarganya.
pekerja waktu tertentu menjadi pekerja waktu tidak Sehingga menurut penulis ayat (6) dalam
tertentu. Apapun kesepakatan antara pekerja pasal 59 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
dengan pengusaha akan dipandang batal demi Tentang Ketenagakerjaan perlu ditinjau ulang
hukum karena ketentuan Undang-Undang sudah karena alasan-alasan di atas. Selain menjadi
mensyaratkan ketentuan tentang masa tenggang boomerang bagi pengusaha dalam melakukan
waktu. hubungan kerja, juga menjadi malapetaka bagi
Menurut penulis hakikat dibuatnya masa pekerja jika secara sepihak pengusaha mengambil
tenggang 30 hari dalam Pasal 59 ayat (6) bagi kebijakan untuk mematuhi hukum ketenagakerjaan.
pekerja waktu tertentu sebagaimana dijelaskan di Kemungkinan terburuk yang terjadi adalah
atas tidak jelas. Karena dalam tataran praktek justru hubungan kerja tetap dilaksanakan namun dalam
membuat para pihak dalam hubungan kerja berada praktek ketentuan tenggang waktu ini diabaikan oleh
dalam posisi sulit. Disatu sisi jika pengusaha para pihak. Artinya hukum tidak efektif, oleh karna
melanjutkan hubungan kerja dengan tujuan agar aturan hukum itu sendiri tidak mencerminkan
pekerja tidak kehilangan penghasilan, maka kana kebutuhan hukum yang dikehendaki. Hal
berimbas mau tidak mau pengusaha harus demikianpun pengusaha tetap memilih jalan hati-
merekrutnya menjadi pekerja waktu tidak tertentu. hati, sebab tidak menutup kemungkinan di masa
Hukum dibuat adalah untuk memberikan mendatang pengusaha menuntut hak-haknya
perlindungan kepada semua pihak yang melakukan selama 13 bulan mereka bekerja setara dengan
hubungan hukum, dalam hal ini adalah pekerja dan pekerja waktu tak tertentu, karena perjanjian PKWT
pengusaha. Agar dalam hubungan hukum tersebut yang telah dibuat adalah batal demi hukum karena
terjalin kerjasama yang saling menguntungkan dan tidak mengindahkan masa tenggang waktu 30 hari.
terwujudnya rasa keadilan. Sudah seyogyanya Nuansa hubungan kerja di Negara-negara
aturan yang berlaku dalam hubungan kerja juga berkembang seperti Indonesia sangat berbeda
jelas makna hakikatnya dalam mengejawantahkan dengan nuansa bubungan kerja di Negara-negara
tujuan memberikan perlindungan hukum dan maju, seperti negara Amerika. Indonesia dengan
perlindungan terhadap hak asasi manusia bagi kondisi politik yang masih fluktuatif dan
pekerja. memungkinkan kebijakan hukum juga berubah-
82 Fithriatus Shalihah, Implementasi Perjanjian Kerja Waktu.....

ubah, untuk 5 sampai 10 tahun ke depan para h. Tempat dan tanggal perjanjian kerja
pekerja di Indonesia memiliki kecenderungan untuk dibuat;
memilih terikat dalam hubungan kerja yang bersifat i. Tandatangan para pihak dalam
tetap pada satu perusahaan. perjanjian kerja.
Di negara maju pekerja lebih cenderung Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2000
untuk menjalin hubungan kerja dengan sistem waktu telah menegaskan mengenai keharusan pembuatan
tertentu bahkan outsourcing. Karena mereka tetap PKWT secara tertulis, meskipun perjanjian kerja
memiliki peluang untuk mendapatkan pekerjaan tidak tertulis juga diperbolehkan dalam hubungan
yang lebih menguntungkan lagi dari pekerjaan kerja sepanjang memenuhi unsur-unsur hubungan
sebelumnya dengan tanpa terikat menjadi pekerja kerja. Namun hukum ketenagakerjaan Indonesia
tetap yang berakhir pada masa pensiun. telah menegaskan dalam pasal 57 ayat (2) dengan
Perusahaan lain bisa jadi akan pemberikan upah menyatakan :
lebih besar dan lebih menghargai pengalaman kerja “Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang
dibuat tidak tertulis bertentangan dengan
yang telah mereka miliki. Atau apabila mereka telah
ketentuan sebagaimana dimaksud pada
memiliki cukup modal untuk berwirausaha, mereka ayat (1) dinyatakan sebagai perjanjian
kerja waktu tidak tertentu.”
tidak harus menunggu dalam waktu yang lama
untuk fokus pada usaha yang akan dirintisnya
Dalam hal penerapan pasal di atas secara
dengan hanya menunggu waktu berakhirnya masa
umum masyarakat dalam hal ini para pihak yang
kerja waktu tertentu.
melakukan hubungan kerja telah memiliki kesadaran
Perjanjian kerja yang telah dibuat dalam
yang tinggi untuk melaksanakan Undang-Undang
format yang telah ditentukan, yakni telah memuat
Ketenagakerjaa, dimana dalam melakukan hubung-
tentang :19
an kerja dengan membuat perjanjian kerja secra
a. Nama, alamat perusahaan, dan jenis
tertulis. Selain itu pengusaha telah mengetahui kon-
usaha;
sekwensi hukum apabila PKWT dibuat dengan
b. Nama, jenis kelamin, umur, dan lamat
bentuk unwritten form (Perjanjian Kerja Tidak
pekerja/buruh;
Tertulis) akan berakibat hubungan kerja dengan
c. Jabatan atau jenis pekerjaan;
sendirinya menjadi perjanjian kerja waktu tidak
d. Tempat pekerjaan
tertentu (PKWTT).
e. Besarnya upah dan cara
Namun dalam kenyataannya masih banyak
pembayarannya;
dijumpai pekerja tidak memegang perjanjian kerja
f. Syarat-syarat kerja yang memuat hak
mereka karena perusahaan tidak memberikannya.
dan kewajiban pengusaha dan
Fakta ini telah menyalahi ketentuan Undang-
pekerja/buruh;
Undang Nomor 13 tahun 2003 dalam pasal 54 ayat
g. Mulai dan jangka waktu berlakunya
(3) yang menyatakan :
perjanjian kerja;

19
Lihat Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 54 ayat (1)
JURNAL SELAT 83
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 70-100

“Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud itu didasarkan pada hukum perikatan yang menjadi
pada ayat (1) dibuat sekurang-kurangnya
bagian dari hukum perdata. Pemerintah hanya
rangkap 2 (dua), yang mempunyai
kekuatan hukum yang sama, serta berlaku sebagai pengawas atau lebih tepatnya
pekerja/buruh dan pengusaha masing-
dapat menjalankan fungsi fasilitator apabila ternyata
masing mendapat 1 (satu) perjanjian kerja.”
dalam pelaksanaannya muncul suatu perselisihan
Faktor ketidaktahuan pekerja menjadi
yang tidak dapat mereka selesaikan.
penyebab pekerja tidak pernah menanyakan dan
Menurut penulis, meskipun kedudukan
meminta perjanjian kerja yang salah satunya
hukum ketenagakerjaan di bidang hukum perdata
seharusnya diperuntukkan oleh mereka. Sementara
pada hakikatnya yang memegang peranan penting
dalam hukum ketenagakerjaan ditegaskan bahwa
di dalam hubungan industrial adalah para pihaknya,
hubungan kerja memiliki pengertian hubungan yang
yaitu pekerja/buruh dan pengusaha saja, apabila
terjadi antara pekerja dengan pengusaha yang di
ditilik dari sisi filosofisnya, fungsi pengawasan dari
dasari dengan perjanjian kerja. Di dalam perjanjian
pemerintah dapat maksimal apabila secara folosofis
kerja pasti telah termuat mengenai syarat-syarat
kedudukan pemerintah lebih tinggi dari yang diawasi
kerja yang berisi hak dan kewajiban pengusaha dan
(pekerja-pengusaha). Hal ini belum terlaksana
pekerja. Dengan tidak diberikannya perjanjian
karena pejabat Disnaker sebagai salah satu organ
PKWT kepada pekerja waktu tertentu maka akan
pemerintah yang menjalankan fungsi pengawasan,
sulit bagi pekerja yang mayoritas adalah unskill
sebagian besar secara ekonomi masih di bawah
labour ini mengetahui hak-haknya sebagai pekerja
majikan.
waktu tertentu.
Berkaitan dengan pemberlakuan sistem
Selain itu, jika di kemudian hari terjadi
outsourcing sebagaimana telah ditegaskan dalam
wanprestasi yang dilakukan perusahaan, yang
Undang-Undang Ketenagakerjaan Indonesia pasal
merugikan pekerja, maka akan berakibat fatal,
66 ayat (1) telah dengan tegas menyebutkan
karena pekerja tidak memiliki dasar hubungan kerja
bahwa:
tersebut, jika pekerja bermaksud menuntut
“Pekerja/buruh dari perusahaan penyedia
pemenuhan hak-haknya sebagai pekerja lewat jalur jasa pekerja/buruh tidak boleh digunakan
oleh pemberi kerja untuk melaksanakan
hukum. Jika perusahaan memiliki iktikad baik,
kegiatan pokok atau kegiatan yang
pengarsipan yang lebih dari satu bisa menggunakan berhubungan lansung dengan proses
produksi, kecuali untuk kegiatan jasa
copy PKWT, tidak harus PKWT asli keduanya yang
penunjang atau kegiatan yang tidak
memiliki kekuatan hukum yang sama. Apa yang berhubungan langsung dengan proses
produksi.”
telah menjadi kebijakan perusahaan dengan tidak
memberikan PKWT kepada pekerja yang
Salah satu bentuk perlindungan hukum
bersangkutan jelas merugikan kepentingan hukum
yang diberikan oleh pemerintah bagi pekerja adalah
pekerja.
adanya jaminan atas kebebasan berserikat dan
Hubungan antara pengusaha dan pekerja
berkumpul dalam suatu wadah Serikat Pekerja-
didasarkan pada hubungan hukum privat. Hubungan
84 Fithriatus Shalihah, Implementasi Perjanjian Kerja Waktu.....

/Buruh. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul (lima) hari kerja dalam 1


serta menyampaikan pendapat merupakan hak (satu) minggu.
dasar yang dimiliki oleh setiap warga Negara dari Pada pasal 79 Undang-Undang Nomor 13
suatu Negara hukum yang demokratis dan Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan telah tegas
berkedaulatan rakyat. Hak-hak yang dimiliki diperintahkan sebagai berikut :
manusia berdasarkan martabatnya sebagai manusia (1) Pengusaha wajib member waktu
dean bukan karena pemberian masyarakat atau istirahat dan cuti kepada pekerja atau
Negara yang disebut dengan hak asasi manusia.20 buruh.
Hak Asasi Manusia dalam Negara hukum (2) Waktu istirahat dan cuti sebagaimana
tidak dapat dipisahkan dari ketertiban dan keadilan. dimaksud pada ayat (1), meliputi:
Pengakuan atas Negara hukum salah satu (a) Istirahat anatar ajam kerja,
tujuannya melindungi hak asasi manusia, berarti hak sekurang-kurangnya
dan sekaligus kemerdekaan atau kebebasan setengah jam setelah bekerja
perorangan diakui, dihormati, dan dijunjung tinggi.21 selama 4 (empat) jam terus
Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi menerus dan waktu istirahat
mausia mendapat tempat utama dan dapat tersebut tidak termasuk jam
dikatakan sebagai tujuan dari Negara hukum.22 kerja;
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 (b) Istirahat mingguan 1 (satu)
telah mengatur tentang waktu kerja bagi pekerja. hari untuk 6 (enam) hari kerja
Adapun ketentuan waktu kerja sebagai mana telah atau 2 (dua) hari untuk 5
diatur dalam pasal 77 adalah sebagai berikut : (lima) hari kerja dalam 1
(1) Setiap pengusaha wajib melak- (satu) minggu.
sanakan ketentuan waktu kerja; Pada dasarnya perlindungan hukum
(2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud terhadap hak pekerja mendapatkan waktu istirahat
pada ayat (1) meliputi : dalam bekerja adalah untuk memberikan
(a) 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan perlindungan agar pengusaha tidak melakukan
40 (empat puluh) jam 1 eksploitasi terhadap tenaga pekerja secara terus-
minggu untuk 6 (enam) hari menerus tanpa henti, yang berdampak pada
kerja dalam 1 (satu) minggu; kesehatan pekerja. Pengaturan tentang pengaturan
atau waktu bekerja dan hak istirahat ini apabila dikaji dari
(b) 8 (delapan) jam 1 (satu) hari teori Immanuel Kant tentang pandanga individu
dan 40 (empat puluh) jam 1 sebagai makhluk yang otonom adalah sangat tepat.
(satu) minggu untuk 5 hari Di dalam ajarannya tentang etika dan imperatif

20
Frans Magnis Suseno, Etika Politik, Prinsip-Prinsip Moral Dasar Modern. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999,
hlm. 73, lihat juga Asri Wijayanti, Op.,Cit. hlm.79.
21
A. Masyur Effendi, Hak Asasi Manusia, Dimensi Dinamika dalam Hukum Nasional dan Internasional, 1994,
Jakarta: Ghalia Indonesia, hlm. 27.
22
Philipus M.Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Di Indonesia, Surabaya: Bina Ilmu, 1987, hlm. 71.
JURNAL SELAT 85
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 70-100

kategoris dalam bukunya Grundlegung, mengatakan cignoscendi” bagi kebebasan, artinya


bahwa pada hakekatnya manusia adalah merdeka hukum morallah yang membuat
dan sederajat sejak dilahirkan.23 Oleh karena itu manusia bahwa manusia itu bebas.
setiap manusia tidak boleh diperlakukan secara (b) Kebebasanlah yang menjadi “ratio
sewenang-wenang. essendi” untuk hukum moral, artinya
Lebih lanjut Kant mengatakan bahwa kebebasanlah yang menjadi alasan
segala sesuatu di dalam ala mini bekerja menurut mengapa hukum moral itu ada.
hukum alam-hukum alam, akan tetapi hanya Dengan kata lain; hukum moral itu
makhluk berbudi saja yang mempunyai kewe- perlu karena manusia adalah makhluk
nanangan dan kemampuan untuk bertindak menurut yang bebas. Bagi hukum moral,
gagasan atau pemikiran tentang hukum, yakni kebebasan manusia merupakan the
menuruti prinsip-prinsip tindakan. Rumusan otonomi reason of exsistance” bagi dirinya.
bagi Immanuel Kant merupakan prinsip tertinggi
kesusilaan. Prinsip otonomi langsung membawa Pada tahapan penerapan dari pandangan
manusia kepada ide kebebasan, manusia mentatati yang bersifat filosofis dalam kajian hukum moral di
hukum moral karena hal itu merupakan ungkapan atas, pengusaha harus sepakat bahwa setelah
dari kodratnya sebagi pelaku yang mendasarkan pekerja menjalankan pekerjaan selama 4 jam secra
tindakannya pada budi praktis.24 terus menerus harus diadakan waktu istirahat
Selanjutnya Kant mengatakan, bagi sedikitnya setengah jam lamanya. Waktu istirahat
manusia keadaan yang manusiawilah yang menjadi yang dimaksud tidak termasuk dalam jam kerja.
tujuan dirinya sendiri, manusia bukan semata-mata Istirahat mingguan tidak selalu diberikan pada hari
alat atau sarana yang boleh diperlakukan Minggu, tetapi dapat disesuaikan dengan kepenti-
sewenang-wenang. Di dalam setiap tindakan ngan atau keadaan pekerjaan di perusahaan.
seseorang baik yang ditujukan kepada dirinya Tanggungjawab pengusaha yang harus
sendiri maupun orang lain, manusia haruis dan telah menyediakan jaminan pemeliharaan
dipandang sebagai tujuan. Posisi yang demikian ini kesehatan, tidak bisa dijadikan alasan untuk
berada di dalam kenyataanbahwa mempunyai meniadakan waktu istirahat mingguan atau melaku-
gagasan tentang hukum yang secara sadar rela dan kan eksploitasi pekerja dalam bekerja tanpa
mau menentukan sendiri tindakannya berdasarkan memberikan waktu istirahat disela-sela melaksana-
prinsip-prinsip yang diyakininya.25 Dengan demikian kan aktifitas kerja. Istirahat tetap harus diberikan
ajaran Immanuel Kant menunjukkan adanya hubu- dalam bentuk istirahat yang ditangguhkan. Hari libur
ngan yang erat anatar hukum moral di satu pihak dimaksudkan agar pekerja mendapatkan kesempa-
dan kebebasan di lain pihak, yaitu : tan untuk ikut merayakan hari raya tertentu,
(a) Hukum morallah yang menjadi “ratio sehingga materinya lebih kepada aspek

23
Pandangan Immanuel Kant dalam Bernard L.Tanya, Yoan Simanjuntak dan Markus Y. Hage, Teori Hukum.
Yogyakarta: Genta Publishing, 2013, hlm. 77.
24
Ibid.
25
Ibid.
86 Fithriatus Shalihah, Implementasi Perjanjian Kerja Waktu.....

kesejahteraan pekerja. Sedangkan istirahat minggu- pekerja/buruh dan keluarganya, meningkatkan


an ditujuan agar buruh dapat memulihkan produktifitas, dan meningkatkan daya beli masyar-
tenaganya setelah bekerja terus-menerus dalam akat. Dilain pihak, kebijakan pengupahan harus
beberapa hari dalam seminggu. dapat menstimulasi investasi untuk mendorong
Penerapan pandangan Immanuel Kant, pertumbuhan ekonomi dan perlunasan kesempatan
juga telah dilaksanakan Negara dalam memberikan kerja, serta mampu menaha laju inflasi.28
perlindungan hukum terhadap hak pekerja perem- Pekerja/buruh yang berpenghasilan rendah
puan yang secara kodratnya mengalami masa tidak akan mampu memenuhi kebutuhan gizi dan
menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui. Hal kesehatannya dengan memadai. Pekerja/buruh
yang berkaitan dengan itu di atur dalam Pasal 81 yang kurang protein akan menderita lesu darah dan
sampai Pasal 84 Undang-Undang Nomor 13 Tahun tidak mampu bekerja secara optimal. Oleh sebab itu
2003 tentang Ketenagakerjaan.26 Upah pekerja/buruh harus layak dan terus ditingkat-
Bagi bangsa Indonesia UUD 1945 telah kan agar dapat meningkatkan kualitas hidup diri dan
memberikan jaminan terhadap hak-hak asasi keluarganya. Peningkatan upah pekerja/buruh akan
termasuk hak atas pengasilan yang layak bagi meningkatkan daya beli masyarakat pada umum-
pekerja. Meskipun hubungan kerja berada pada nya, yang kemudian akan menggairahkan dunia
ranah hukum privat, bahwa upah bisa dikehendaki usaha dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
sesuai kesepakatan pekerja dan pengusaha, namun Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun
Negara mempunyai kepentingan untuk melindungi 2003 Tentang Ketenagakerjaan telah ditur dengan
warga negaranyadalam hal penentuan upah mini- tegas tentang pengupahan. Negara telah menjamin
mum. Hal ini adalah wujud tanggungjawab Negara tentang upah dengan sedemikian rupa sehingga
dalam melindungi hak pekerja dapat hidup layak dalam hubungan privat antara pekerja dan
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. pengusaha tidak terjadi kesewenang-wenangan
Manusia dalam hidupnya selalu berusaha pengusaha dalam pembayaran upah kepada
untuk memenuhi segala kebutuhannya. Kebutuhan pekerja. Dalam Pasal 1 angka 30 Undang-Undang
hidup sangatlah bervariasi, sedikit atau banyaknya Ketenagakerjaan telah di jelaskan bahwa pengertian
adalah relative, tergantung pada kemapuan atau upah adalah :
daya beli seseorang. Daya beli seseorang tentulah “Hak pekerja atau buruh yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
sangat dipengaruhi oleh penghasilan yang ia
imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja
peroleh dalam kurun waktu tertentu setelah ia kepada pekerjka.buruh yang ditetapkan
dan dibayarkan menurut suatu perjanjian
bekerja.27
kerjka, kesepakatan atau peraturan
Pemerintah berkepentingan juga untuk perundang-undangan termasuk tunjangan
bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas
menetapkan kebijakan pengupahan, disatu pihak
suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah
untuk menjamin standar kehidupan yang layak bagi atau dilakukan.”

26
Lihat ketentuan Pasal 81-84 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
27
Asri Wijayanti, Op.,Cit., hlm.102.
28
Adrian Sutedi, Op.,Cit., hlm. 146.
JURNAL SELAT 87
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 70-100

Dan di dalam Pasal 88 Undang-Undang k. Upah untuk penghitungan


Nomor 13 tahun 2003 lebih rinci disebutkan tentang pajak penghasilan.
pengaturan pengupahan, yaitu : (4) Pemerintah menetapkan upah
(1) Menyebutkan bahwa setiap pekerja minimum sebagaimana yang
berhak memperoleh penghasilan dimaksud dalam ayat (3) huruf a
yang layak bagi kemanusiaan. berdasarkan kebutuhan hidup layak
(2) Untuk mewujudkan penghasilkan dan dengan memperhatikan
yang memenuhi penghidupan yang produktifitas dan pertumbuhan
layak bagi kemanusiaan sebagai ekonomi.
mana dimaksud dalam ayat (10,
pemerintah menetapkan kebijakan Selanjutnya dalam Pasal 89 Undang-
pengupahan yang melindungi pekerja/ Undang Ketenagakerjaan disebutkan sebagai
buruh. berikut :
(3) Kebijakan pengupahan yang melindu- (1) Upah minimum sebagaimana
ngi pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat (3)
dimaksud pada ayat (2) meliputi : huruf a dapat terdiri dari :
a. Upah minimum; a. Upah minimum berdasarkan
b. Upah kerja lembur; wilayah provinsi atau
c. Upah tidak masuk kerja karena kabupaten/kota.
berhalangan; b. Upah minimum berdasarkan
d. Upah tidak masuk kerja karena sektor pada wilayah provinsi
melakukan kegiatan lain di luar atau kabupaten/kota.
pekerjaannya; (2) Upah minimum sebagaimana
e. Upah karena menjalankan dimaksud pada ayat (10 diarahkan
waktu istirahat kerjanya; kepada pencapaian kebutuhan hidup
f. Bentuk dan cara pembayaran layak.
upah; (3) Upah minimum sebagaimana
g. Denda dan potongan upah; dimaksud pada (1) ditetapkan oleh
h. Hal-hal yang dapat Gubernur dengan memperhatikan
diperhitungkan dengan upah; rekomendasi dari Dewan Pengupahan
i. Srtruktur dan skala Provinsi dan /atau Bupati/walikota.
pengupahan yang (4) Komponen serta pelaksanaan tahapan
proporsional; pencapaian kebutuhan hidup layak
j. Upah untuk pembayarba sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
pesangon; dan diatur dengan Keputusan Menteri.
88 Fithriatus Shalihah, Implementasi Perjanjian Kerja Waktu.....

Kenaikan upah yang tidak diikuti oleh layak. Sehingga pembayaran UMP tidak ada
kenaikan produktifitas para pekerja/buruh akan kaitannya dengan besar kecilnya tanggungjawab
menimbulkan kesulitan bagi pengusaha. Pening- pekerjaan dari seorang pekerja maupun tinggi
katan produktifitas bukan saja harus cukup rendahnya tingkat pendidikan dari seorang pekerja.
mengimbangi kenaikan upah, tetapi harus juga Hal ini harus dipahami oleh semua pengusaha. Jika
mampu membuka peluang yang lebih besar bagi pengusaha ingin memberikan penghargaan yang
perusahaan untuk terus tumbuh dan berkembang. lebih kepada pkekerja berdasarkan prestasi kerja
Dengan demikian sistem pengupahan disatu pihak atau pendidikannya bisa ditambahkan dalam
harus mencerminkan keadilan dengan memberikan komponen upah yang lain, seperti dalam tunjangan-
imbalan yang sesuai dengan kontribusi jasa kerja tunjangan.
dan mendorong peningkatan kesejahteraan UMP diperuntukkan hanya bagi pekerja
pekerja/buruh dan keluarganya. lajang dan konsekuensinya apabila ada pekerja
Tidak jarang dari sisi pengusaha terjadi waktu tertentu yang sudah menikah pengusaha
persoalan-persoalan, diantaranya bahwa kebijakan harus memberikan lebih dari UMP. Dalam
tentang UMP sebenarnya menyulitkan pengusaha penerapannya, hanya sedikit pengusaha yang
dalam memberi keadilan terhadap pekerja. Karena memiliki kebijakan seperti itu. Selain itu belum ada
standar upah minimal yang ditetapkan akan menjadi jaminan pengusaha akan melakukan evaluasi upah
rancu apabila disamaratakan, misalnya antara berdasarkan masa kerja. Prakteknya, antara pekerja
pekerja yang hanya bekerja sebagai buruh pupuk waktu tertentu yang baru bekerja dan yang telah
yang tugasnya hanya melakukan pemupukan diarea lama bekerja, upah yang diperoleh tidak
perkebunan, dimana pekerja ini hanya mengenyam menunjukkan perbedaan yang signifikan.
pendidikan tamat Sekolah Dasar atau Sekolah Menurut penulis apabila ditelaah lebih jauh
Menengah Pertama saja. Dibandingkan dengan lagi, besarnya total upah pekerja adalah sedikit jika
pekerja yang tingkat pendidikannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan biaya tak terduga yang harus
dengan tanggungjawab pekerjaan yang lebih berat. dikeluarkan oleh perusahaan, yang lebih dikenal
Menurut analisa penulis, kebijakan Negara dengan biaya intertain. Besarnya biaya intertain
dalam penetapan UMP urgensinya adalah dalam yang meliputi uang pelicin berbagai pengajuan ijin
rangka memberikan perlindungan hukum kepada ke instansi pemerintah, uang ucapan terimakasih
pekerja agar terpenuhi kebutuhan dasarnya. UMP kepada pejabat dan aparat Negara yang bertugas
yang didasarkan kepada komponen kebutuhan mendorong pengusaha enggan untuk melihat
hidup layak dari satu orang pekerja ini tidak dapat struktur kenaikan upah. Indonesia memang sudah
diganggu gugat, karena jika seorang pekerja tidak sangat terkenal sebagai Negara korup. Hampir di
terpenuhi kebutuhan dasarnya untuk tetap hidup semua sektor kehidupan, apabila berurusan dengan
tersebut tidak dipenuhi oleh pengusaha maka ia instansi pemerintahan selalu tidak dapat terlepas
tidak mungkin bisa menjalani kehidupannya secara dari biaya intertain yang tidak ada pengaturan
JURNAL SELAT 89
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 70-100

tertulisanya tetapi dalam kenyataan tidak bisa ketimpangan dan ketidakadilan antara pengusaha
dipungkiri pasti ada. Untuk hal ini sangat dibutuhkan dan pekerja.
sangat diperlukan gerakan perbaikan moral secra Adil merupakan kata yang abstrak. Para
nasional. ahli hukum juga kesulitan mencari batasan tentang
Untuk mengatasinya perlu dikaji kembali apa itu keadilan. Keadilan menuntut adanya
makna hubungan industrial yang terjadi antara tanggungjawab secara penuh atas perbuatan yang
pekerja dengan pengusaha. Pekerja adalah mantra dilakukan. Dalam hal ini, pengusaha hendaknya
usaha dari majikan sehingga harus diperlakukan dapat berbuat adil terhadap pemberian upah
secara manusiawi. Batasan perlakuan manusiawi pekerjanya. Jangan hanya memberikan upah
adalah relative. Inti dari hubungan industrial pada sebesar standar minimal yang ditetapkan
prinsipnya adalah mencapai suatu tujuan. Tujuan pemerintah. Dapat ditafsirkan menjadi kewajiban
pekerja untuk bekerja adalah dalam rangka pengusaha untuk memberikan lebih banyak dari
mencapai peningkatan taraf kesejahteraan. Tujuan UMP apabila diperoleh hasil yang lebih dalam
pengusaha dala proses produksi adalah mencapai pencapaian keuntungan dari hasil kerja pekerjanya.
produktifitas yang tinggi dengan harapan akan Untuk itu diharapkan pemerintah bisa menciptakan
diperoleh keuntungan yang tinggi. Namun jika upah regulasi yang dapat menimbulkan dampak positif
yang diberikan masih di bawah UMP, hal ini jelas dan kondusif bagi iklim investasi, sehingga pekerja
menimbulkan penderitaan terhadap pekerja maupun tidak melakukan mogok kerja. Kesadaran dan
keluarganya. Pekerja tidak memiliki kesanggupan iktikad baik dari pengusaha menjadi kunci penting
memenuhi kebutuhan dasarnya. dari tujuan hubungan industrial. Perlu kiranya
Dampaknya akan semakin sulit bagi penulis merujuk kep;ada hadist Rosulullah
pekerja mencapai tujuan hidup sejahtera yang Muhammad SAW. Yang diriwayatkan oleh Al-
diharapkan, sementara pekerja hidup di bawah Baihaqi, yang berbunyi :
standar kelayakan. Akan sangat sulit tercapai tujuan “Berikanlah upah seorang buruh sebelum
pembangunan nasional yang telah dirumuskan kering keringatnya dan beritahukan lah
yakni mencapai masyarakat yang adil dan makmur, upahnya sewaktu dia bekerja.”
jika dalam penerapan upah pekerja masih terdapat
penyimpangan dari pengusaha. Menurut penulis, hal Ketentuan hadist tersebut telah tercermin
ini jelas menyalahi hak asasi manusia, karena dalam isi undang-undang dengan memasukkan
pemberian upah di bawah kreteria upah minimum ketentuan dalam Undang-Undang 13 Tahun 2003
yang telah ditetapkan pemerintah mengakibatkan bahwa besarnya upah harus disepakati dan
pekerja tidak bisa memenuhi kebutuhan dasarnya, diperjanjikan dalam pembuatan Perjanjian Kerja
tidak bisa hidup layak dan bisa merendahkan harkat yang menjadi landasan atau dasar adanya
dan martabat kemanusiaannya. Yang terjadi adalah hubungan kerja.
90 Fithriatus Shalihah, Implementasi Perjanjian Kerja Waktu.....

Program Jamsostek lahir dan diadakan dan saja, namun juga harus mentertakan jaminan sosial
selanjutnya dilegitimasidalam Undang-Undang tenaga kerja bagi pekerja waktu tertentu di
Nomor 3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga perusahaan tersebut.
kerja (Jamsostek) sebagai pengakuan atas hak-hak Apapun alasan perusahaan, secara yuridis,
pekerja dalam memperoleh jaminan sosial. perusahaan pasti mengetahui akibat hukum bagi
Walaupun telah lahir Undang Undang Nomor 40 perusahaan yang tidak menjalankan program
tahun 2014 tentang BPJS, namun terkait BPJS jamsostek. Pengusaha dapat dikenai sanksi berupa
Ketenagakerjaan baru tahun depan masa efektifnya. hukuman kurungan selama-lamanya enam bulan
Sehingga masih berlaku Undang-Undang Nomor 3 atau denda setinggi-tingginya Rp.50.000.000,00 (lima
Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial tenaga Kerja. puluh juta rupiah). Apabila setelah dikenai sanksi
Adapun ruang lingkup dari program jaminan sosial tersebut pengusaha tersebut tetap tidak mematuhi
tenaga kerja dalam undang-undang ini meliputi : ketentuan yang yang telah diklanggarnya, pengusaha
a. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK); dapat dikenai sanksi ulang berupa hukuman
b. Jaminan Kematian (JK); kurungan selama-lamanya 8 (delapan) delapan bulan
c. Jaminan Hari Tua (JHT); dan dicabut izin usahanya. Pencabutan usaha
d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan apabila pengusahja melakukan hal-hal sebagai
(JPK). berikut :
Program jaminan sosial tenaga kerja a. Tidak memenuhi hak pekerja/buruh
sebagai pengejawantahan dari program K3 untuk mengikuti program jamsostek.
diwajibkan berdasarkan pasal 2 ayat (3) Peraturan b. Tidak melaporkan adanya kecelakaan
Pemerintah Nomor 14 tahun 1993 bagi setiap kerja yang menimpa tenaga kerja
perusahaan, yang memiliki criteria sebagai berikut : kepada kantor Depnakertrans dan
a. Perusahaan yang mempekerjakan badan penyelenggara dalam waktu
pekerja 10 orang atau lebih. tidak lebih dari 2 kali 24 jam (2 hari).
b. Perusahaan yang membayar upah c. Tidak melaporkan kepada
paling sedikit Rp.1.000.00,00 (satu juta Disnakertrans dan badan
rupiah) per bulan (walaupun penyelenggara dalam waktu tidak lebih
kenyataannya tenaga kerjanya kurang dari 2 kali 24 jam (2 hari) setelah si
Dari10 orang). korban dinyatakan oleh dokter yang
Dari ketentuan yang ada di atas jelas merawatnya bahwa ia telah sembuh,
setiap pengusaha sebagaimana yang dimaksud oleh cacat, atau meninggal dunia;
UUK yang telah mempekerjakan pekerja wajib d. Apabila pengusaha melakukan
menjamin jaminan sosial tenaga kerja atas para pentahapan kepesertaan program
pekerjanya. Tidak hanya semata-mata yang Jamsostek, tetapi melakukan juga
merupakan pekerja waktu tak tertentu (pekerja tetap) pentahapan pada program jaminan
JURNAL SELAT 91
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 70-100

kecelakaan kerja (program kecelakaan f. Apabila pengusaha telah memotong


kerja mutlak diberlakukan kepada upah pekerja untuk iuran program
seluruh pekerja/ buruh tanpa jamsostek, tetapi tidak
terkecuali). membayarkannya kepada badan
Hal di atas telah di atur dalam pasal 29 penyelenggra dalam waktu yang
ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 ditetapkan.
Tahun 1992 dan pasal 27 ayat (1) dan (20 Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 1992 pada pengusaha Pemberian jaminan sosial tenaga kerja
dapat dikenai sanksi ulang berupa hukuman sangat penting mengingat pekerja sewaktu-waktu
kurungan selama-lamanya delapan bulan dan dapat mengalami sakit atau kecelakaan kerja.
apabila pengusaha melakukan hal-hal sebagai Keberadaan pengaturan jamsostek sebenarnya
berikut : justeru memberikan kemudahan terhadap
a. Tidak mengurus hak tenaga kerja yang perusahaa dalam memberikan kepastian terhadap
tertimpa kecelakaa kerja kepada terjaminnya kesehatan dan keselamatan pekerja.
badan penyelenggara sampai Namun karena status mereka adalah pekerja waktu
memperoleh hak-haknya; tertentu, pengusaha tidak mungkin mengurus para
b. Tidak memiliki daftar tenaga kerja pekerja waktu tertentu dalam mendapatkan Jaminan
beserta keluarganya, daftar upah Hari Tua (JHT) dan Jaminan Kematian (JKm). Hal
beserta perubahan-perubahan, dan ini dikarenakan masa kerja mereka yang sangat
daftar kecelakaan kerja di perusahaan terbatas, yakni 2 (dua) tahun atau dapat dilakukan
atau bagian perusahaan yang berdiri pembaharuan dengan perpanjangan PKWT 1 tahun
sendiri; lagi setelah masa tenggang 30 hari. Hal ini juga
c. Tidak menyampaikan data dengan resiko sebelum masa 2 tahun yang ada,
ketenagakerjaan dan data perusahaan pekerja mengundurkan diri secara sepihak.
yang berhubungan dengan Sehingga yang dilakukan oleh perusahaan adalah
penyelenggaraan program jamsostek memberikan jaminan sosial tenaga kerja berupa
kepada badan penyelenggara; Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan
d. Menyampaikan data yang tidak Pemeliharaan Kesehatan (JPK).
benarsehingga mengakibatkan ada Jaminan sosial merupakan konsep
tenaga kerja yang tidak terdaftar universal bagi reditribusi pendapatan, sehingga
sebagai peserta program jamsostek menjadi program publik yang diselenggarakan
e. Menyampaikan data yang tidak benar, berdasarkan undang-undang. Demikian pula
sehingga mengakibatkan kelebihan penunjukan badan penyelenggaranya harus di
pembayaran jaminan oleh badan dasarkan pada undang-undang karena merupakan
penyelenggara;
92 Fithriatus Shalihah, Implementasi Perjanjian Kerja Waktu.....

badan otonomi yang mandiri, memiliki akses law dasar hak-hak asasi manusia semata-mata untuk
enforcement serta berorientasi nirlaba.29 kepentingan manusia sendiri, artinya setiap manusia
Menyadari pentingnya jaminan sosial atau segenap individu dapat menikmati hak
dalam reditribusi pendapatan, jaminan sosial asasinya sekaligus mengormati martabat kemanu-
merupakan hak setiap warga negara bahkan siaannya. Karenanya nilai-nilai yang dimiliki oleh
termasuk warga negara asing yang menetap. suatu bangsa harus dipakai sebagai landasan
Pelanggaran terhadap pelaksanaan janiman sosial utama dalam setiap kebijakan dan pembentukan
berarti pelanggaran terhadap terhadap hak asasi hukum.
manusia (HAM).30 Hal ini sesuai dengan teori Del Vaschio
Ketentuan di atas sebagaimana telah yang mengatakan bahwa manusia adalah ius
disebut dalam ketentuan Declaration of Human juridicus (manusia hukum), karena hukum dan
Rights 1948, bahwa hak-hak asasi yang tidak boleh manusia senantiasa bersatu dan tidak dapat
dilanggar meliputi: dipisahkan.32 Oleh karena itu dalam setiap
(1) The rights to to life; pembentukan hukum aspek perlindungan terhadap
(2) The freedom from torture and other ill-
hak asasi manusia menjadi salah satu bahan
treatment;
(3) The freedom from slovery servitude; pemikiran bagi pembuatnya.
and
Dalam tataran praktek pelaksanaan hukum
(4) The imposition of retroactive final laws.
ketenagakerjaan belum sepenuhnya efektif dan
Menurut penulis masalah yang masih banyak terjadi penyimpangan. Namun dari
menyangkut dengan hak-hak asasi yang tidak boleh berbagai ketidaksesuaian aturan dengan penerapan
dilanggar, sudah merupakan bagian dari hukm hukum ketenagakerjaan, dimana hal yang lebih
positif Indonesia. Meskipun UUD 1945 tidak substansi dari pelaksanaan Undang-Undang Nomor
mengatur secara lengkap hak-hak asasi manusia, 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yakni
akan tetapi hak untuk hidup, hak persamaan dalam terhadap obyek pekerjaan yang diperjanjian dalam
hukum, kebebasa berserikat dan berkumpul, PKWT adalah merupakan pekerjaan inti dari
mengeluarkan pikiran dan pendapat telah dijamin pekerjaan inti. Sehingga jenis pekerjaan yang
dalam konstitusi. Di samping itu sebagai anggota dipekerjakan kepada pekerja waktu tertentu adalah
PBB, Indonesia terikat dengan dengan deklarasi pekerjaan yang termasuk dalam proses produksi.
universal hak asasi manusia.31 Sedangkan dalam Pasal 59 Undang-
Atas dasar prinsip penghormatan terhadap Undang Nomor 13 tahun 2003 telah disebutkan
hak asasi manusia, hakikat keberadaan dan dasar- bahwa :
29
Adrian Sutedi, Op.,Cit., hlm.180.
30
Adrian Sutedi, Ibid.
31
Meskipun Indonesia belum meratifikasi konvensi tentang hak sipil dan hak politik, tidak berate Indonesia boleh
melanggar hak-hak asasi tersebut, karena konvensi ini telah menjadi Internasional customary law dimana Indonesia
mempunyai kewajiban moral untuk mengormati dan melindunginya. Tingkah laku bermoral tidak saja berkaitan
dengan sikap baik, melainkan juga merupakan tingkah laku atau sikap yang mengandung makna dan isi adanya
kepedulian dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Persoalan moral selalu berbobot karena langsung
menyentuh persoalan mendasar yang terkait dengan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia, termasuk
pengormatan terhadap hak memperoleh jaminan sosial tenaga kerja.
32
Bernard L.Tanya,dkk., Op.,Cit. hlm 185.
JURNAL SELAT 93
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 70-100

(1) Perjanjian kerja waktu tertentu hanya secara tertulis kepada pekerja/buruh
dapat dibuat untuk pekerjaan yang bersangkutan.
tertentuyang menurut jenis dan sifat (6) Pembaharuan perjanjian kerja waktu
atau kegiatan pekerjaanya akan tertentu hanya dapat diadakan setelah
selesai dalam waktu tertentu : melebihi masa tenggang waktu tertentu
a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang lama, pembaharuan perjanjian
yang sementara sifatnya; kerja waktu tertentu ini hanya boleh
b. Perkerjaan yang diperkirakan dilakukan 1 (satu) kali dan palaing lama
penyelesaiannya dalam waktu 2 (dua) tahun.
yang tidak terlalu lama dan paling (7) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu
lama 3 (tiga) bulan; yang tidak memmenuhi ketentuan
c. Pekerjaan yang bersifat musiman; sebagaimana dimaksud dalam ayat (10,
atau ayat (2), ayat (4), ayat (5), dan ayat 6
d. Pekerjaan yang berhubungan (enam) maka demi hukum menjadi
dengan produk baru, kegiatan perjanjian kerja waktu tidak tertentu.
baru, atau produk tambahan yang (8) Hal-hal lain yang belum diatur dalam
masih dalam percobaan atau pasal ini akan diatur lebih lanjut dengan
penjajakan. Keputusan Menteri.
(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu
tidak dapat diadakan untuk pekerjaan Kemudian di dalam Pasal 60 Undang-
yang bersifat tetap. Undang Nomor 13 yahun 2003 tentang
(3) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu Ketenagakerjaan, juga telah ditegaskan tentang
dapat diperpanjang atau diperbaharui. larangan masa percobaan untuk pekerja waktu
(4) PKWT yang didasarkan atas jangka tertentu, sebagaimana berikut ini :
waktu tertentu dapat diadakan untuk (1) Perjanjian kerja untuk waktu tertyentu
paling lama 2(dua) tahun dan hanya dapat mensyaratkan masa percobaan
boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk kerja paling lama 3 (tiga) bulan.
jangka waktu paling lama 1 (satu0 (2) Dalam masa percobaan kerja
tahun. sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
(5) Pengusaha yang bermaksud memper- pengusaha dilarang membayar upah
panjang perjanjian kerja waktu tertentu, di bawah upah minimum yang berlaku.
paling lama 7 (tujuh) hari sebelum
perjanjian kerja waktu tertentu berakhir Dari ketentuan di atas, dapat dengan jelas
telah memberitahukan maksudnya dikatakan bahwa dalam penerapan PKWT di
provinsi Riau telah banyak terjadi penyimpangan,
94 Fithriatus Shalihah, Implementasi Perjanjian Kerja Waktu.....

karena pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja regional/wilayah provinsi atau kabupaten
kota, dan sektor wilayah provinsi atau
waktu tak tertentu tersebut termasuk jenis dan sifat
kabupaten/kota, maupun secara nasional.
pekerjaan yang dilarang dipekerjakan untuk pekerja Dalam penetapan upah minimum masih
terjadi perbedaan-perberdaan yang
waktu tertentu. Konsekwensi hukum dari tidak
didasarkan pada tingkat kemampuan, sifat,
benarrnya obyek pekerjaan yang dilakukan akan dan jenis pekerjaan dimasing-masing
perusahaan yang kondisinya berbeda-
berakibat perjanjian tersebut batal demi hukum, dan
beda, masing-masing wilayah daerah yang
hubungan kerja dengan sendirinya akan berubah tidak sama.”34
menjadi pekerja waktu tak tertentu (PKWTT).
Pasal 28 D ayat (2) UUD 1945 menegas-
Dalam penerapan hukum ketenagakerjaan
kan, setiap orang berhak untuk bekerja serta
tidak lepas dari peran pemerintah yang bertindak
mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
sebagai pengawas dalam hubungan kerja. Dari hasil
layak dalam hubungan kerja. Ketentuan normatif ini
penelitian menunjukkan bahwa pemerintah tidak
mengarfimasi konstitusiopnalitas hak atas pekerjaan
melakukan tindakan pengawasan secara persuasif
(right to work)35 sebagai hak asasi manusia (HAM).
dengan mengecek data yang dilaporkan oleh
Secara prinsip pemenuhan hak atas
pengusaha. Kemungkinan manipulasi terhadap data
pekerjaan lebih menitik beratkan akses dunia kerja
sangat besar. Sehingga pemerintah dalam hal ini
tanpa diskriminasi atas dasar agama, stnis dan
kepanjangan tangannya adalah dinas tenaga kerja
sebagainya, sementara pemenuhan hak dalam
harus melakukan pengecekan terhadap riil di
bekerja adalah konkretisasi dan implementasi
lapangan terkait pelaksanaan hubungan kerja.
pemenuhan hak-hak normatif bagi pekerja seperti
“Problematika ketenagakerjaan sepanjang
masa tidak pernah selesai, dari masalah gaji, fasilitas keamanan dan keselamatan serta
perlindungan, pengupahan, kesejahteraan,
masa depan mereka. Konsekuensinya adalah
perselisihan hub-ungan industrial, pembi-
naan, dan pengawasan ketenagakerjaan. negara wajib memberikan fasilitas keterbukaan dan
Hal ini lebih diakibatkan kelemahan
ketersediaan lapangan kerja berikut juga mem,
pemerintah secara sistemik dalam pengim-
plementasikan undang-undang ketene- berikan ruang aktualisasai kehidupan bermartabat
gakerjaan.”33
dalam dunia kerja yang dijalankan.
“Kebijakan penetapan upah minimum Banyaknya jumlah angkatan kerja produktif
dalam kerangka perlindungan upah
serta terbatasnya peluang pekerjaan semakin
dewasa ini masih menemui banyak
kendala sebagai akibat belum terwujudnya menambah keprihatinan tersendiri bagi Indonesia.
satu keserahaman upah, baik secara
Tidak jarang jika melihat pekerja yang berada dalam

33
Adrian Sutedi, Op.,Cit., hlm. 142.
34
Ibid.
35
Right to work lebih menekankan akses pada pekerjaan. Akses ini produktif, terbuka luas dengan kebebasan dan tanpa
diskriminasi. Pedoman umum yang digunakan adalah konvensi kebijakan pekerjaan (Employment Policy
Convention) tahun 1964 Nomor 122 yang diadopsi pada 9 Juli 1064 oleh Konferensi Umum Organisasi Buruh
Internasional pada siding ke -48. Konvensi yang berlaku efektif sejak 15 Juli 1966 ini menggariskan tioga hal pokok
yang menjadi tujuan kebijakan pekerjaan, yakni : (1) there is work for all who are available for and seeking
work;(2)Such work is as productive as possible; (3) there is freedom of choice of employment and the fullest possible
opportunity for each worker to quality for, and to use his skill and endowment in, a job for which he is well suited,
irrespective of race, colour, sex, religion, political opinion, national extraction or social origin. Lihat United
Nations, Human Rights; A Compilation of International or Instruments. vol.I (Second Part) Universal Instruments,
sebagaimana di akses dalam www1.umn.edu. tanggal 27 November 2014.
JURNAL SELAT 95
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 70-100

posisi subordinatif yang kuat membuat hubungan Atau dapat diterjemahkan sebagai berikut :
menjadi tidak seimbang dan menjadikan posisi (1) Setiap orang berhak atas pekerjaan,
pekerja lemah. Eksistensi, status dan penghasilan berhak dengan bebas memilih
dari kerja yang mereka lakukan muncul sebagai pekerjaan, berhak atas syarat-syarat
konsekuensi dari ketidakberdayaan. Upah di bawah perburuhan yang adil serta baik, da
standar hidup jelas mengerdilkan pola piker dan berhak atas perlindungan dari
perilaku yang rasional di tengah pekerjaan yang pengangguran;
berat dan menguras energy yang tidak sedikit. (2) Setiap orang tanpa diskriminasi,
Ketidakseimbangan tersebut menjadi semakin berhak atas pegngupahan yang sama
sempuna dengan lemahnya peran negara dalam auntuk pekerjaan yang sama;
memberikan perlindungan kepada nasib dan masa (3) Setiap orang yang melakukan
depan mereka. Terhadap hasil penelitian ini, penulis pekerjaan berhak tasa pengupahan
berani mengatakan, bahwa tidak berjalannya PKWT yang adil dan baik yang menjamin
sebagaimana sudah ditentukan dalam Undang- kehidupannya dan keluarganya, suatu
Undang Nomor 13 Tahun 2003 di provinsi Riau kehidupan yang pantas untuk manusia
karena pemerintah tidak bekerja. yang bermartabat, dan jika perlu
Hak atas pekerjaan dan hak dalam bekerja ditambah dengan perlindungan sosial
merupakan HAM. Perlindungan dan pemenuhan lainnya; dan
hak tersebut memberikan arti penting bagi penca- (4) Setiap orang berhak mendirikan dan
paian standar kehidupan yang layak. Pemerintah memasuiki serikat-serikat pekerja
memiliki kewajiban untuk merealisasikan hak itu untuk melindungi kepentingannya.37
dengan sebaik-baiknya. Hak atas pekerjaan telah
digariskan dalam Declaration of Human Right36 yang Pernyataan di atas menunjukkan bahwa
berbunyi sebagai berikut : pekerjaan merupakan aplikasi mandate dari
(1) Everyone has right to work, to free eksestensial manusia. Pekerjaan dapat dipilih
choice of employment, to just and
secara bebas. Pendapatan dari kerja harus diberi-
favourable conditions of work and
protection against unemployment; kan secara baik yang memberikan pengaruh positif
(2) (2) Everyone, without any
bagi kelangsungan hidup dan tanpa diskriminasi.
discrimination, has the right to equal
pay for equal work; Sehingga Declaration of Human Rights dari semula
(3) Everyone who works has the right to
sudah membewrikan penegasan normatif tentang
just and favourable remuneration
ensuring for himself and his family an pentingnya hak mendapatakan pekerjaan.
existence worthy of human dignity, and
Terdapat 180 konvensi dan rekomendasi
supplemented, if necessary, by other
means of social protection; ILO yang secara tegas memberikan perlindungan
(4) Everyone has the right to form and to
terhadap hak atas pekerjaan. Keseluruhan konvensi
Join trade unions for the protection of
his interests. itu setidaknya memuat jaminan perlindungan

36
Dapat diakses pada www1.umn.edu.
37
United Nations, Human Rights; A Compilation of Internatioanl Instrument, bisa diakses di www1.umn.edu.
96 Fithriatus Shalihah, Implementasi Perjanjian Kerja Waktu.....

terhadap hak atas pekerjaan yang fundamental, 59 di dalam pelaksanaannya di provinsi Riau tidak
yakni, rights to equal pay and equal work (hak atas efektif karena selain pengawasan dari pemerintah
kesamaan upah dan kesamaan kerja); right to tidak berjalan, juga disebabkan oleh faktor
freedom from discrimination in the workplace (hak kebutuhan lapangan pekerjaan pada kenyataannya
untuk bebas dari diskrimninasi); right to abolition of lebih terhadap pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya
child labor (hak untuk penghapusan pekerja anak); tetap. Konsekuensi dari status hukum pekerja akibat
dan right to freedom from forced or compulsory pekerjaannya merupakan bagian inti dari proses
labor (hak untuk bebas dari kerja paksa).38 produksi juga di dalam penerapannya tidak berjalan,
Ketentuan hukum internasional di atas sebab pengusaha tetap berpatokan kepada waktu 2
telah menegaskan bahwa kesemua hak yang tahun dan pembaharuan untuk perpanjangan masa
melandasi terpenuhinya hak atas pekerjaan dan PKWT selama 1 tahun. Dalam praktek masa teng-
lebih dari itu memberikan kepastian atas jaminan gang 30 hari yang diwajibkan oleh undang-undang
keselamatan dan kesehatan di dunia kerja. Dengan juga lebih banya di abaikan, sebab pekerja tidak
ini juga membuktikan hak atas pekerjaan berada menginginkan kehilangan penghasilan karena tidak
pada posisi strategis menjadikan manusia sebagai bekerja selama satu bulan.
makhluk yang bermartabat, bukan sebagai obyek Menurut penulis, pengaturan yang tidak
pesakitan atas nama dunia kerja. efektif di atas perlu dikaji ulang dengan
Kehidupan kaum pekerja waktu tertentu mengedepankan kepentingan dari ke dua belah
semakin terlihat dari rendahnya fasilitas kesehatan pihak. Sebuah aturan tidak akan mungkin bisa
dan keamanan kerja. Yang mana dua hal tersebut berjalan apabila tidak mencerminkan kebutuhan
memberikan pengaruh yang besar dalam penguatan hukum dari masyarakat. Jika pembuat undang-
kualitas sumber daya pekerja. Mereka seolah undang bermaksud memberikan perlindungan
terjebak dalam kehidupan yang dihegemoni oleh hukum terhadap pekerja waktu tertentu dengan
kapitalisme. Suasana tidak berdaya para pekerja batasan waktu bekerja, maka rentang waktu yang
waktu tertentu membuat mereka menerima kondisi diberikan menurut penulis layak dengan waktu
yang pahit. Hidup dalam serba kekurangan dan maksimal 2 (dua) tahun tanpa ada permakluman
memprihatinkan. Alokasi waktu bekerja tidak lagi. Sehingga mau tidak mau setelah 2 tahun jika
sebanding dengan jaminan kesehatan, keamanan, pengusaha tetap akan memakai pekerja dalam
pendidikan, masa depan, dan hari tua mereka. hubungan kerja wajib menaikkan statusnya sebagai
Seharusnya perlindungan dan pemenuhan hak atas pekerja waktu tidak tertentu atau pekerja tetap
pekerjaan dan hak dalam bekerja memberikan dengan menjamin semua hak-hak melekat padanya.
pengaruh penting dalam upaya pencapaian standar Walaupun ukuran keadilan sangat relatif,
kehidupan layak dan bermartabat. namun telah ada ukuran-ukuran umum yang
Ketentuan Undang-Undang Nomor 13 menjadi patokan terhadap keadilan dan
tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan pada pasal perlindungan HAM dalam hubungan kerja. Masa

38
Lihat lebih lanjut di www.ilo.org.
JURNAL SELAT 97
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 70-100

tenggang 30 hari sangat tidak efektif dan merugikan dan tidak efektifnmya sebuah produk hukum tetap
pekerja jika diterapkan. Maka menurut penulis mencari celah pembenar dalam melakukan hal-hal
pengaturan masa tenggang tersebut perlu dikaji yang melanggar hak asasi pekerja.
ulang untuk titiadakan dalam pengaturan tentang Hukum hanya akan efektif apabila
PKWT dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun mencerminkan kebutuhan hukum di masyarakat.
2003 Tentang Ketenagakerjaan. Namun meskipun Perlindungan terhadap hak-hak pekerja sebagai
demikian yang lebih penting lagi adalah kearifan dan perwujudan perlindungan terhadap HAM juga
iktikad baik dari pengusaha sebagai pemegang penting untuk mempertimbangkan fakta logis di
kunci dari hubungan kerja. Meskipun Undang- lapangan. Harus berimbang di dalam memberi
Undang telah member waktu maksimal, bukan perlindungan hukum yang adil bagi pengusaha
berarti pengusaha tidak memiliki kesempatan untuk sebagai pihak pemberi kerja, sebab pengusaha juga
memberikan perlindungan terhadap hak-hak buruh bagian dari warga negara yang berhak mendapat-
lebih dini dengan memilih waktu minimal. Untuk kan perlindungan hukum. Jika ketentuan Pasal 59
mengetahui seorang pekerja memilik kemapuan terkait jenis dan sifat pekerjaan untuk pekerja waktu
bekerja, memiliki dedikasi terhadap perusahaan, tertentu tidak dikaji ulang, maka akan ada 2
tidak harus membutuhkan waktu dua tau tiga tahun. kemungkinan, pertama; ketentuan ini tidak efektif
Jika dalam waktu satu tahun pengusaha telah dalam praktek hubungan kerja, kedua; menjadi
memiliki keyakinan terhadap kinerja pekerja, berkurangnya jumlah lapangan kerja yang ada,
seharusnya ketika masa perjanjian kerja yang pada karena pengusaha hanya pengoptimalkan pekerja
umumnya dibuat pertahun, langsung menaikkkan tetap yang ada, dampaknya adalah bertambahnya
statusnya menjadi pekerja waktu tak tertentu angka pengangguran.
(PKWTT). Hal ini akan merangsang produktifitas Pemerintah harus berbenah diri dengan
dan motifasi kerja menjadi lebih baik, sebab pekerja mengoptimalkan kembali kinerjanya dalam mem-
akan lebih gigih bekerja dengan harapan kepastian berikan pengawasan terhadap hubungan kerja
statusnya sebagai pekerja bisa diraih tanpa harus dengan melakukan jemput bola untuk melakukan
menunggu waktu yang lama. cek dan ricek terhadap laporan dari pengusaha
Hukum dapat dijalankan sangat dipe- terhadap perjanjian kerja yang berlangsung di
ngaruhi oleh budaya hukum dari kesadaran hukum perusahaan. Harus mulai tempatkan diri sebagai
masyarakat. Budaya hukum yang baik sangat pengawas yang bersih dan berwibawa dan tidak
dipengaruhi oleh kesadaran hukum yang tinggi. melakukan kerjasama dengan pengusaha yang
Hukum ketenagakerjaan telah dibuat sedemikian imbasnya sangat merugikan kepentingan pekerja.
rupa untuk menjamin terjaminnya hak-hak pekerja Harus disadari bahwa hubungan pekerja dan
dalam hal ini adalah pekekja waktu tertentu. pengusaha dalah simbiosa mutualisme. Pekerja
Kesadaran hukum akan menjadi barang mahal tanpa pengusaha menjadi tidak bermakna apa-apa,
apabila faktor bergerak dalam menentukan efektif sebab pekerja menggantungkan mata pencaharian
98 Fithriatus Shalihah, Implementasi Perjanjian Kerja Waktu.....

untuk kelangsungan hidupnya dari pengusaha, Undang-Undang Ketenagakerjaan, yang


sementara pengusaha tanpa pekerja juga menjadi diakibatkan oleh obyek pekerjaan yang dilarang
sia-sia sebab proses produksi tidak akan pernah oleh ketentuan undang-undang untuk PKWT.
terlaksana. Menilik dari fakta tersebut seharusnya pekerja
waktu tertentu telah beralih satusnya menjadi
C. Penutup PKWTT, karena mereka telah melakukan
Penerapan perjanjian kerja waktu pekerjaan yang sifatnya tetap. Faktor kedua,
tertentu (PKWT) dalam hubungan kerja pembiaran terhadap penyim-pangan ketentuan
menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun PKWT dalam hubungan kerja, yang menurut
2003 tentang Ketenagakerjaan belum berjalan penulis disebabkan oleh dua hal, yang pertama,
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. penyimpangan yang terjadi disebabkan oleh
Pengusaha telah mengabaikan batas waktu lemahnya aturan itu sendiri. Pada pasal yang
maksimal yang diperkenankan oleh Undang- dimaksud hanya berisi ketentuan dalam
Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT), dan
Ketenagakerjaan tentang masa waktu PKWT. ketentuan-ketentuan tersebut tidak disertai
Pemberian Hak-hak pekerja waktu tertentu dengan ancaman hukuman atau sanksi negara
seperti upah, jam kerja maupun jaminan sosial bagi yang melanggarnya dalam ketentuan
tenaga kerja juga masih belum memenuhi pidana maupun sanksi administratif. Kedua,
harapan. Hal ini merupakan pelanggaran sangat longgarnya pengawasan pemerintah
terhadap hak asasi pekerja sebagai warga terhadap kenyataan di lapangan. Dalam pem-
negara Indonesia yang hak-hak dasarnya telah berian hak-hak pekerja waktu tertentu maupun
dilindungi di dalam Undang-Undang Ketenaga- pada penerapan jenis perjanjian tersebut di
kerjaan RI. Kendala dalam pelaksanaan PKWT atas.
menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun Hendaknya penerapan perjanjian kerja
2003 terletak pada dua hal, pertama faktor waktu tertentu (PKWT) dalam hubungan kerja
aturan tentang pelaksanaan PKWT yang tidak dalam prakteknya membutuhkan iktikad baik
sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja. (good faith) dari pengusaha di dalam memberi-
Pengusaha tidak mungkin melakukan perekru- kan hak-hak pekerja waktu tertentu. Sudah
tan pekerja untuk sesuatu yang tidak dibutu- seharusnya pemberian hak-hak yang wajar dan
hkan dalam berjalannya perusahaan. Sebagian layak sesuai ketentuan hukum yang ada
besar jenis dan sifat pekerjaan yang dibutuhkan merupakan penghormatan kepada harkat dan
adalah pekerjaan yang masuk dalam pekerjaan martabat pekerja sebagai manusia. Seharusnya
inti dari proses produksi dan sifatnya tetap. pengusaha menempatkan posisi pekerja
Sehingga dalam hal ini telah terjadi penyimpa- sebagai bagian terpenting dalam berjalannya
ngan yang cukup fatal terhadap pasal 59 proses produksi, sehingga sudah sewajarnya
JURNAL SELAT 99
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 70-100

Pengusaha tidak setengah hati dalam Sehingga menurut penulis, jika negara tetap
memberikan perlindungan dan kesejahteraan memberlakukan pasal ini sebagai wujud
kepada pekerjanya. perlindungan negara terhadap HAM, maka
Oleh karena dalam implementasi ketentuan dalam pasal 59 Undang-Undang
pengaturan tentang obyek pekerjaan pekerja Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenaga-
waktu tidak tertentu di dalam Pasal 59 dalam kerjaan perlu untuk ditinjau kembali dengan
praktek tidak efektif dan sulit untuk memuat ketentuan pidana maupun sanksi
dilaksanakan, yang disebabkan oleh aturan adminstratif yang tegas terhadap pelanggaran
terkait, bahwa selain tidak disertai sanksi yang yang dilakukan oleh subyek hukum ketenaga-
tegas terhadap pelanggaranya, juga tidak kerjaan yang melakukan hubungan kerja
mencerminkan kebutuhan kerja yang ada. dengan perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT).

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Sutedi, Adrian. Hukum Perburuhan. Jakarta: Sinar
Grafika, 2006.
Asikin, Zainal. Dasar-Dasar Hukum Perburuhan.
Jakarta: Rajawali Press, 2004. Tanya, Bernard L, Yoan Simanjuntak dan Markus
Y.Hage. Teori Hukum. Yogyakarta: Genta
Djumialdi, F. X. Perjanjian Kerja. Jakarta: Penerbit
Publishing, 2013.
Sinar Grafika, 2010.
Tunggul, Setia Hadi. Pengantar Hukum
Effendi, A Masyur. Hak Asasi Manusia, Dimensi
Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta:
Dinamika dalam Hukum Nasional dan
Harvavindo, 2009.
Internasional. Jakarta: Ghalia Indonesia,
1994. Wijayanti, Asri. Hukum Ketenagakerjaan Pasca
Reformasi. Jakarta : Sinar Grafika, 2006.
Hadjon, Philipus M. Perlindungan Hukum Bagi
Rakyat Di Indonesia. Surabaya : Bina Ilmu,
1987. Peraturan Perundang-undangan
Khakim, Abdul. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan
Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia
Indonesia berdasarkan Undang-Undang
Tahun 1945
Nomor 13 Tahun 2003. Bandung: Citra
Adytia Bhakti, 2003. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Nasution, Bahder Johan. Hukum Ketenagakerjaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 Tentang
Kebebasan Berserikat Bagi Pekerja. Ketenagakerjaan
Bandung: Mandar Maju, 2004.
Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 Tentang
Rawls, John. Teori Keadilan. Yogyakarta: Pustaka Hak Asasi Manusia
Pelajar, 2006.
Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 Tentang
Suseno, Frans Magnis. Franz Magnis Suseno, Etika jaminan Sosial tenaga Kerja
Politik; Prinsip-Prinsip Moral Dasar
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang
Kenegaraan Modern. Jakarta: Gramedia
Jaminan Kesehatan Nasional
Pustaka Utama, 1987.
100 Fithriatus Shalihah, Implementasi Perjanjian Kerja Waktu.....

Undang-Undang Nomor 40 tahun 2014 Tentang Rajagukguk, H. P. "Peran Serta Pekerja dalam
BPJS Pengelolaan Perusahaan (co-
determination)." Makalah, 2000: 3.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
Nomor 19 tahun 2012 www.ilo.org, mengunggah tentang konvensi-
konvensi organisasi buruh dunia.
Artikel/Koran/Internet www1.umn.edu, mengunggah tentang isi Deklarasi
of Human Rights 1948. United Nation,
Fithriatus Shalihah, Riau Pos, Outsourching dalam Human Right a Compilation of
Hukum Indonesia, tanggal 22 Juni 2012, International Instrument. International
atau dalam Fithriatus Shalihah, Labour Organization (ILO) Convention.
riaupos.co/opini.php?act+full1023&kat1#.
Urt3r91WnM

You might also like