Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

VOLUME 2 NOMOR 2

JURNAL Hal. 195-210


BUSANA DAN BUDAYA

RAGAM HIAS PADA PAKAIAN PENGANTIN ACEH PIDIE


Riski Amalia1, Anizar Ahmad2, Novita3, Fitriana4, Aya Sophiana5
1
Guru SMP Negeri 2 Indrajaya, Pidie
2,3,4,5
Dosen pada Program Studi PKK FKIP Universitas Syiah Kuala
Email: rizkiamelia92922@gmail.com; fitrianafkip@usk.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis ragam hias yang terdapat pada
pakaian pengantin Pidie dan mengetahui modifikasi ragam hias pada pakaian pengantin
Pidie. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data
melalui wawancara, observasi serta kajian kepustakaan. Subjek Peneltian terdiri dari
tokoh adat (Ketua Majlis Adat Kabupaten Pidie) pemilik Usaha Rias Pengantin dan
perajin pakaian pengantin Pidie. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bentuk motif
dasar pada busana pengantin Pidie adalah buleun (bulan), aneuk timon (biji timun),
motif peudueng (pedang) dan motif uke kleung (motif kuku elang). Dari susunan motif
tersebut terciptalah motif-motif bunga seperti bungong seulanga (bunga selanga),
bungong keupula (bunga kantil) dan lain-lain. Ragam hias pada pakaian adat Aceh
Pidie telah mengalami perubahan seiring pergantian waktu. Modifikasi pada ragam
hias Pidie seperti ragam hias motif yang telah bervariasi dengan motif Aceh Barat
diantaranya awan sion, pucok reubong, taloe meuputa. Penempatan motif hias yang
dulunya hanya sedikit karena akan tertutupi dengan asesoris, saat ini motif tersebar
hampir memenuhi seluruh bagian busana seperti bagian dada, bahu, ujung lengan dan
kaki. Modifikasi busana pengantin juga terdapat pada warna, bahan yang lebih
berfariasi dan model busana. Modifikasi dapat dilakukan sejauh tidak menghilangkan
ciri khas busana pengantin daerah tersebut.
Kata Kunci: Ragam Hias, Pakaian Pengantin Pidie.

195
Jurnal Busana Dan Budaya: Vol. 2 (2) Oktober 2022
Riski Amalia, Anizar Ahmad, Novita, Fitriana, Aya Sophiana
196

ABSTRACT

The aims of this study were to identify the types of decoration found on the Pidie
wedding clothes and to find out the modifications of decoration on Pidie wedding
clother. The reasearch uses a qualitative approarch and coleecting data through
interview, observating and literatur review. The research subjects consisted of
tradidional leaders (Head of the Traditional Majlis of Pidie), the owner of a bridal
makeup businis, and a Pidie wedding dress maker. The results showed that the bassic
motifs on the Pidie wedding dress were buleun (moon), aneuk timon (cucumber seeds),
peudeung (sword) and uke kleung (eagle hoof motifs). From this arrangement of motifs,
flower motif are created, such as bungong seulanga (seulanga flower), bungong
keupula (kantil flower) and othesr. The decoration on the Pidie traditional clothes has
changed ower time. The modification to Pidie docorations such as decorative motifs
that have varied with West Aceh motif, include awan sion, pucok rebong, talo meuputa.
Previously, there were only a few decorative motifs placed because they wouid be
covered with assessories. Now the ccattered motifs fill almost all parts of the garmen,
such as the chest, shoulders, cuffs and legs. Modification to wedding dresses are also
found in colors, materials that are more varied and fashion models. Modifications can
be made as long as it does not eliminate the characteristics of the regional wedding
dress.
Keywords: Ornamental Variety, Pidie Wedding Dress
Jurnal Busana Dan Budaya: Vol. 2 (2) Oktober 2022
Riski Amalia, Anizar Ahmad, Novita, Fitriana, Aya Sophiana
197

PENDAHULUAN sehingga ada aspek-aspek tertentu yang


Aceh merupakan salah satu sama dan berbeda dalam hal busana adat.
provinsi yang terletak diujung Pulau Sulaiman (1993:9) menjelaskan busana
Sumatera Indonesia, terdiri atas 23 adat perkawinan Aceh beserta perhiasan
kabupaten/kota baik yang terletak di yang dihiasi dengan berbagai macam
pesisir maupun di dataran tinggi. corak ragam hias, apabila dicermati
Provinsi Aceh juga memiliki etnis/sub secara mendalam, maka didalamnya
etnis masyarakat yang mendiaminya, mengandung nilai ketaqwaan,
yaitu Aceh Pesisir, Gayo, Alas, keindahan, keterbukaan, dan kesakralan.
Tamiang, Simeulu, Aneuk Jame, Kluet, Keseluruhan nilai tersebut dapat
Singkil dan Haloban (Muchsin, A. dijadikan sebagai acuan dalam
Misri). Masing-masing etnis tersebut kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh.
memiliki budaya yang relatif berbeda Demikian juga Kabupaten Pidie
dan memiliki adat-istiadat tersendiri yang memiliki ragam hias yang berbeda
seperti pakaian, perhiasan dan dengan Aceh lainnya. Aceh Pidie
kelengkapan tradisional yang merupakan salah satu kabupaten yang
merupakan salah satu bagian dari terletak di pesisir Samudera Hindia,
perangkat adat-istiadat. Walaupun antar memiliki kebudayaan berupa produk
etnis terjadi persinggungan kebudayaan seni baik dalam wujud rupa maupun
namun juga terjadi persamaan- pertunjukan. Salah satu produk seni
persamaannya (Syamsuddin, T., yang menjadi kebanggaan masyarakat
1998:4). Aceh Pidie adalah ragam hias pada
Busana merupakan salah satu pakaian pengantin, selain memiliki
perangkat adat yang dimiliki oleh bentuk yang menarik, ragam hias pada
masing-masing etnik. Berdasarkan latar pakaian adat tersebut juga memiliki
belakang budaya yang berbeda, terdapat makna tersendiri dalam kehidupan
lima kategori etnik yang berbeda di masyarakat Aceh Pidie. Ragam hias di
Aceh yaitu, sistem budaya Aceh, budaya Aceh Pidie biasanya ditetapkan pada
Aneuk Jamee, budaya Tamiang, budaya benda-benda tertentu yang memiliki
Gayo dan Alas serta budaya Singkil (Z. nilai secara sosial budaya dan adat
Yunus, 2012:1). Adanya kedekatan antar istiadat, seperti rumah adat, pakaian
kelompok etnik dan budaya tersebut adat, perhiasan dan sebagainya.
Jurnal Busana Dan Budaya: Vol. 2 (2) Oktober 2022
Riski Amalia, Anizar Ahmad, Novita, Fitriana, Aya Sophiana
198

Salah satu dari benda tersebut tersebut melalui suatu penelitian.


yang memiliki nilai estetika yang tinggi Penelitian bertujuan untuk
adalah penerapan ragam hias pada mengidentifikasi jenis ragam hias yang
pakaian pengantin. Nilai keindahannya terdapat pada pakaian pengantin Pidie
dapat dilihat melalui bentuk, motif serta dan mengetahui modifikasi ragam hias
penerapan warna pada pakaian yang terdapat pada pakaian pengantin
pengantin tersebut. Pidie.
Pakaian adat pengantin Aceh Pidie
berupa pakaian pengantin yang dihiasi METODOLOGI
dengan berbagai macam ragam hias dan Penelitian menggunakan metode
motif yang sarat makna. Makna yang deskriptif kualitatif. Prosedur penelitian
terkandung pada ragam hias motif kualitatif menghasilkan data deskriptif,
tersebut memiliki nilai yang dapat data yang terkumpul beupa gambar atau
dijadikan sebagai acuan dalam kata-kata yang tertulis secara lisan dari
kehidupan sehari-hari masyarakat Pidie. orang-orang atau perilaku yang dapat
Berbagai bentuk dan makna ragam hias diamati (Sugiono, 2015:9). Metode
pada pakaian adat pengantin Pidie deskriptif kualitatif disebut juga
merupakan bagian terpenting dalam penelitian naturalistik, karena situasi
kehidupan masyarakat. lapangan penelitian bersifat natural atau
Oleh karena itu perlu adanya wajar sebagaimana adanya, tanpa
dokumen tertulis bukti nyata dalam dimanipulasi, diatur dengan eksperimen
melestarikan budaya masyarakat agar atau tes.
tetap mengenal budaya lokal dan ragam Penelitian dilakukan di kantor
hias pakaian pengantin. Tentunya untuk Majelis Adat (MAA) Kabupaten Pidie,
membuat dokumen tertulis tersebut Toko tempat usaha penyewaan
perlu dilakukan pengkajian khusus pelaminan make-up dan souvenir Pidie,
terhadap ragam hias pakaian pengantin serta para pengrajin pakaian pengantin
Aceh Pidie, baik secara bentuk, fungsi, Pidie. Subjek dalam penelitian
simbol, makna dan nilai budaya sosial diharapkan yang memiliki pengetahuan
yang terkandung didalamnya. Oleh mengenai ragam hias pada pakaian
karena itu penulis merasa perlu untuk pengantin Kabupaten Pidie sebanyak 4
mengkaji lebih mendalam mengenai hal orang yang ditetapkan secara purposive
Jurnal Busana Dan Budaya: Vol. 2 (2) Oktober 2022
Riski Amalia, Anizar Ahmad, Novita, Fitriana, Aya Sophiana
199

sampling. Terdiri dari 1 orang tokoh adat (biji timun), motif peudueng (pedang)
Pidie (MAA), 2 orang pemilik usaha dan motif uke kleung (motif kuku elang),
perias pengantin dan souvenir Pidie dan yang dicetak pada bantalan berupa
Banda Aceh, serta 1 orang pengrajin karton tebal disulam menggunakan
pakaian pengantin yang memiliki lilitan benang emas.
pengetahuan pada bidang pakaian adat Dari susunan motif tersebut
pengantin Pidie. terciptalah motif-motif bunga seperti
Pengumpulan data melalui bungong seulanga (bunga selanga),
observasi, dokumentasi dan wawancara. bungong keupula (bunga kantil) dan
Data dalam penelitian ini diolah secara lain-lain. Motif hias ini biasnnya
deskriptif kualitatif. Pengolahan data diterapkan pada kain penutup tudung
dan penafsiran data dilakukan dengan saji, taplak meja, hiasan dinding, lenan
cara mengolah dan menganalisis data dan benda-benda pelengkap untuk acara
dari semua informasi yang terkumpul pesta khususnya busana adat pengantin,
kemudian diinterprestasikan, dan hiasan penutup hantaran (seuhap), dan
disimpulkan semua informasi yang hiasan pelaminan. Berikut ini adalah
terkait dengan masalah penelitian. Hasil gambar ragam hias motif dasar Aceh
penelitian yang diperoleh dijadikan Pidie sebelum mengalami
sebagai dasar dari penarikan kesimpulan pegembangan.
dan dibandingkan dengan teori yang ada.

HASIL PENELITIAN
Identifikasi Ragam Hias Motif Aceh
Pidie Buleun Sabit Peudeung
Motif hias merupakan bentuk
dasar hiasan yang biasanya akan menjadi
pola berulang-ulang dalam suatu karya
kerajinan atau seni. (Misfanny, R.
Chinyia, 2020:147). Motif hias Aceh Aneuk Timon Uke Klueng

Pidie sangat khas terlihat dari motif yang Gambar 1 : Motif Dasar Aceh Pidie
diterapkan berdasar susunan dari bentuk Sumber : Fazila Zahara, 2012

motif dasar buleun (bulan), aneuk timon


Jurnal Busana Dan Budaya: Vol. 2 (2) Oktober 2022
Riski Amalia, Anizar Ahmad, Novita, Fitriana, Aya Sophiana
200

Selain motif dasar tersebut, terinjak-injak seperti tikar maupun


Kabupaten Pidie juga menggunakan diletakkan pada tempat-tempat yang
motif lain yang diterapkan pada tidak pantas seperti kamar mandi.
ornament-ornamen pada rumah maupun Disebabkan motif ini memiliki arti
benda lainnya. Ragam hias motif yang sakral dan merupakan wahyu
tradisonal Pidie yang digunakan Allah SWT. Motif kaligrafi bertulis
masyarakat pada umumnya terbagi kalimah Allah sebagaimana pada
menjadi lima jenis motif hias yaitu: Gambar 2 berikut.
1. Motif Keagamaan. Motif hias ini
diambil dari kutipan ayat-ayat Al-
Quran sebagai pedoman hidup
manusia biasanya dibuat dalam
bentuk tulisan indah khaligrafi yang
diterapkan pada makna tokoh agama
Gambar 2. Motif Relegius Kaligrafi
maupun tokoh adat di Aceh. Pantang Sumber: Motif Hias Seni Ornamentik
Aceh
menerapkan motif ini pada benda-
benda yang berkemungkinan akan
2. Motif Flaura, merupakan keindahan taman Firdaus yang
sterilisasi tumbuh-tumbuhan baik diidam-idamkan masyrakat Aceh
berbentuk daun, akar, batang, dan sebagai rumah terakhir mereka
bunga-bunga. Motif ini diterapkan setelah hari akhirat. Ragam hias motif
sebagai bentuk kesuburan, keindahan Flora Aceh Pidie dapat dilihat pada
dari bumi Aceh dan sebagai lambang Gambar 3.

Bungong Keupula Bungong Ceurih Bungong Meulu Bungong Seulanga

Gambar 3. Motif Flora Aceh Pidie


Sumber : Dekranas 1987: Motif Hias
Seni Ornamentik Aceh
Jurnal Busana Dan Budaya: Vol. 2 (2) Oktober 2022
Riski Amalia, Anizar Ahmad, Novita, Fitriana, Aya Sophiana
201

3. Motif Fauna. Walaupun ada larangan fauna tersebut tidak terlalu tampak
agar tidak membuat motif hias ini, jika diperhatikan. Penerapan motif
namun pada rumah adat zaman hias ini dilakukan hanya berdasar
dahulu motif hias berbentuk fauna tak stilasi dari fauna yang senang dibuat
jarang ditemukan penerapannya atau disukai oleh masyarakat Aceh
diantara hiasan-hiasan berbentuk Pidie seperti pada Gambar 4.
sulur tumbuhan. Biasanya motif hias
Cicem (Burung)

Gambar 4 : Motif Fauna


Sumber : Dekranas 1987: Motif Hias Seni
Ornamentik Aceh

Bambang (Kupu-kupu)
4. Motif Alam, motif yang dibuat
pengrajin di Aceh Pidie sesuai
dengan bentuk-bentuk yang ada di
langit dan di bumi misalnya motif
hias langit, awan, bulan dan laut.
Motif tersebut menggambarkan
Manok (Ayam) kekuasaan Allah SWT yang telah
menciptakan alam semesta dengan
cara tidak dapat diduga manusia
sehingga tidak ada yang patut
disembah kecuali Allah SWT
(Gambar 5).

Awan sion
Awan Meucanek
Jurnal Busana Dan Budaya: Vol. 2 (2) Oktober 2022
Riski Amalia, Anizar Ahmad, Novita, Fitriana, Aya Sophiana
202

Awan Meucanek
Gambar 5: Motif Alam

5. Motif Geometris, merupakan pada setiap daerah di Aceh sebagai


motif yang dibuat berdasarkan garis- motif pelengkap yang memberi
garis buatan manusia yag diukur kesan lebih indah seperti pada
maupun benda-benda yang tercipta Gambar 6 yang merupakan ragam
secara alami. Motif ini mendominasi hias motif tradisional Aceh Pidie.
Taloe Meuputa

Taloe ie likok
Taloe ie

Gambar 6 : Motif Geometris Pidie


Sumber : Dekranas 1987

Modifikasi Busana Pengantin Aceh Ragam hias motif pada pakaian


Pidie
pengantin Aceh Pidie saat ini telah
1. Pakaian Linto Baroe (Pengantin mengalami perubahan, namun tidak
Pria)
menghilangkan ciri khas pakaian
Busana pengantin pria terdiri dari
tersebut. Saat ini banyak masyarakat
baju berbentuk jas dengan hiasan
Pidie menggunakan ragam hias motif
kancing pada belahan depan, berlengan
daerah Meulaboh/Aceh Barat untuk
panjang dengaan hiasan pada ujung
dimodifikasi seperti pucok rebong,
lengan dan kerah cina. Busana bagaian
bungong piek, bungong pade, bungong
bawah menggunakan celana panjang
keupula. Masyarakat Pidie memandang
diberi hiasan di kaki serta memakai
motif daerah Meulaboh besar-besar
songket di pinggang. Pengantin pria
sehingga lebih menarik dan banyak
mengunakan kupiah meukeutob, dan
disukai terutama para wanita
perhiasan seperti boh ru bungkoih,
(wawancara pengrajin).
siwah/rencong, taloe juem, memakai
Pakaian adat pengantin Aceh Pidie
boh dokma/boh bajee yang berfungsi
dahulu terkesan lebih simpel apabila
sebagai kancing baju, dan encien.
Jurnal Busana Dan Budaya: Vol. 2 (2) Oktober 2022
Riski Amalia, Anizar Ahmad, Novita, Fitriana, Aya Sophiana
203

dibandingkan dengan pakaian upacara motif pada bagian depan juga memenuhi
perkawinan saat ini, yang mengalami hampir keseluruh bagian busana.
peningkatan jenis ragam hias baik itu Demikian juga pada kedua sisi ujung
perhiasan/aksesoris maupun motif yang celana diberi hiasan memanjang keatas
menghiasi pakaian. Perubahan ragam dengan pemberian motif yang tidak
hias pada pakaian pengantin Pidie juga hanya dari motif khas daerah Pidie
terlihat pada penempatan motifnya. Pada (Gambar 7).
busana pengantin pria, letak penempatan

Gambar 7 : Ragam Hias Motif Bungong abo


pada Jas Linto Baro
Sumber: Kantor MAA Pidie
masyarakat nantinya akan dihiasi
Jika dibandingkan dengan zaman dengan berbagai macam perhiasan yang
dahulu penempatan ragam hias motif dapat meningkatan nilai keindahan pada
pada busana adat pengantin Aceh Pidie busana adat pengantin wanita.
sebatas pada ujung kerah, pergelangan Sementara penempatan motif pada
tangan, dan kaki saja. Responden bagian baju tidak terlalu banyak
menjelaskan jika pada zaman dahulu menghiasi di setiap ujung lengan dan
penempatan motif hanya sedikit dan ujung kaki serta bagian kerah dan dada
tidak berlebihan. Menurut pemikiran (Gambar 8).
Jurnal Busana Dan Budaya: Vol. 2 (2) Oktober 2022
Riski Amalia, Anizar Ahmad, Novita, Fitriana, Aya Sophiana
204

Perubahan ragam hias pada


pakaian pengantin Aceh Pidie yang
sekarang banyak digunakan yaitu
penambahan ragam hias motif daerah
Aceh lainnya yang dikombinasikan atau
dimodifikasi dengan motif khas
tradisional Aceh Pidie serta
pengembangan dan penempatan motif
yang tersebar hampir menutupi seluruh
Gambar 8 : Ragam hias yang digunakan
pengantin Aceh kala itu bagian pakaian, dapat dilihat pada
Sumber : Koleksi Dokumentasi Kantor Gambar 9.
MAA Aceh Pidie

Gambar 9 : Modifikasi Ragam Hias


motif awan sion, awan
meucanek, bungong
seulanga, bungong keupula
yang mengalami
pengembangan motif bentuk
pinto Aceh
Sumber : Aton Nyak Ni Sovenir

Dari segi warna busana yang busana pengantin pria hanya


digunakan juga sudah lebih bervariasi menggunakan warna hitam, namun
dibandingkan dengan zaman dulu. warna kain songket yang menggunakan
Penggunaan warna pakaian pengantin warna berfariasi menyesuaikan dengan
pria sekarang ini terjadi perubahan yang warna songket pengantin wanita.
dahulu hanya warna hitam untuk baju
dan celana. Saat ini warna busana yang Pakaian Dara Baroe (Pengantin Wanita)
dipakai berfariasi seperti warna cream, Bentuk model busana pegantin
marun, dongker serta abu-abu yang wanita saat ini tidak berbeda dengan
menyesuaikan dengan warna baju busana adat pengantin Aceh Pidie
pengantin wanita. Sementara dahulu dahulu. Bentuk baju bagian depan
Jurnal Busana Dan Budaya: Vol. 2 (2) Oktober 2022
Riski Amalia, Anizar Ahmad, Novita, Fitriana, Aya Sophiana
205

terbuka dengan menggunakan kancing perhiasan dan penempatan motif yang


ketip sembunyi, berlengan panjang, dan kini sudah bervariasi. Adapun
memakai kerah sanghai. Pada bagian penggunaan motif yang tidak terbatas
bawah menggunakan siluweu disebutkan seperti motif pucok rebung,
meutunjong lalu memakai songket pada abo, aneuk timon, dan lain sebagainya.
bagian pinggang. Perubahan ragam hias Motif bulen sabit merupakan motif khas
pada pakaian pengantin Aceh Pidie dari daerah Pidie. Motif tersebut dulunya
merupakan pilihan masyarakat Pidie dijahit dengan tangan menggunakan
yang antusias serta tidak ingin karton yang merupakan polanya.
ketinggalan dengan budaya daerah Aceh Penempatan motifnya hanya pada
lainnya yang terkesan kreatif dalam bagian ujung lengan dan kaki, kerah
memodifikasikan busana adat serta dada. Ragam hias pada busana
pengantinnya supaya tidak ketinggalan pengantin wanita dengan penempatan
zaman. Perubahan ragam hias pada motifnya hanya diujung lengan dan kaki
pakaian pengantin Aceh Pidie juga saja serta hanya menggunakan satu jenis
terlihat pada penempatan motifnya. motif yaitu motif aneuk bulen (Gambar
Perbedaan motif ragam hias dulu 10).
dan sekarang jelas terlihat pada

Gambar 10: Modifikasi Ragam Hias


Motif khas Pidie pada Pakaian
Pengantin Dara Baro
Sumber : Koleksi Foto Nyak’ni Sovenir

Motif
Buleun Sabit

Motif Awan si-on

Motif Bungong
Seulanga
Jurnal Busana Dan Budaya: Vol. 2 (2) Oktober 2022
Riski Amalia, Anizar Ahmad, Novita, Fitriana, Aya Sophiana
206

Namun seiring perkembangan pengantin adat Aceh Pidie saat ini.


zaman penempatan motif hias sudah Berbeda dengan perhiasan yang dipakai
terkesan penuh dan ramai serta oleh pengantin dahulu. Menurut
penggunaan motif kini bervariasi yang Responden ragam perhiasan yang
disulam dengan penambahan payet pada dipakai oleh mempelai wanita seperti
seluruh permukaan motif dan banyak priek-priek, subang, phatam dhoe, culok
meniru dari motif khas daerah Aceh ok, klah takue, ganceng kitab, kalung
lainnya. Aplikasi payet pada bagian baju lhee lapeeh, simplah, keurusang,
pengantin wanita merupakan salah satu gleueng jaroe, sangga, euncien, gleung
alternatif untuk modifikasi busana aki, taloe kueing. Pada bagian kepala
pengantin dengan tidak menghilangkan masih sama dengan dahulu hanya saja
cirinya. Penempatan motif payet bentuk model yang berubah serta
memenuhi pada bagian dada, punggung penambahan bunga-bunga segar seperti
dan lengan (Fitriana dkk, 2020:6). mawar, melati dan aster. Masyarakat
Menyangkut warna busana yang atau konsumen lebih melihat pada
banyak diminati konsumen wanita saat keindahannya, mewahnya dan tidak
ini seperti warna hitam, pink, hijau, ketinggalan zaman.
ungu, dan juga merah. Karena
pemakaian warna saat ini tidak ada PEMBAHASAN
pembatasan tingkatan, sehingga Busana pengantin Pidie telah
menimbulkan ide untuk mengalami beberapa perubahan, namun
mengembangkan warna-warna baru tidak menghilangkan ciri khas dari
pada busana adat pengantin Pidie pakaian pengantin itu sendiri seperti
(Wawancara Pemilik Usaha Rias penempatan motif khas daerah pada
Pengantin dan Pelaminan). Sementara pakaian pengantin. Perbedaan ragam
perhiasan yang digunakan oleh hias yang dulu dan sekarang terletak
pengantin wanita meliputi perhiasan pada model busana, warna pakaian,
kepala, perhiasan badan, perhiasan bahan kain yang digunakan, dan yang
tangan, dan perhiasan kaki yang sangat paling menonjol terletak pada aneka
banyak jenisnya. Terdapat banyak ragam penggunaan perhiasan atau
perubahan dalam penggunaan perhiasan aksesoris dan juga motif bordiran pada
atau aksesoris yang digunakan oleh pakaian pengantin. Perkembangan
Jurnal Busana Dan Budaya: Vol. 2 (2) Oktober 2022
Riski Amalia, Anizar Ahmad, Novita, Fitriana, Aya Sophiana
207

zaman dan terjadinya pergeseran budaya kuning menandakan raja, merah


dari pegeseran budaya ikut merupakan keberanian, dan hijau
mempengaruhi perubahan baju ketaatan beragama (Rahmi dkk,
pengantin dari warna, corak, motif yang 2021:284). Namun sesuai dengan
sudah dibordir dan menggunakan bahan perkembangan zaman masyarakat
sutra yang dulunya menggunakan bahan menimbulkan ide sehingga
beludru (Nasruddin, A.S., 2020:6). mengembangkan warna-warna baru
Busana pengantin wanita Aceh juga pada pakaian adat pengantin Pidie.
memiliki hiasan motif yang Pemakaian warna yang digunakan
diaplikasikan dengan sulaman payet sekarang ini sudah lebih bervariasi
sebagai hiasan (Fitriana dkk, 2020:11). seperti warna pink, biru, toska dan juga
Berdasarkan hasil wawancara ungu.
dengan MAA Aceh Pidie Penggunaan bahan kain pada
mengungkapkan bahwa warna dasar pakaian pengantin Pidie zaman dahulu
yang dipakai pada pakaian pengantin hanya menggunakan bahan dari sutra
Aceh Pidie yaitu warna kuning. Jika dan beledru. Sedangkan pada pakaian
zaman dahulu pada masa kesultanan pengantin pria menggunakan bahan
Iskandar Muda warna pakaian terdiri berjenis lakan, wol atau semi wol.
dari 4 macam warna diantaranya kuning, Berbeda dengan zaman sekarang bahan
merah, hijau, dan hitam. Hal tersebut pakaian yang digunakan sudah
dikarenakan pada zaman dahulu bervariasi seperti bahan satin, wol,
pemakaian warna menandakan rosella, evita, serina bahkan ada juga
perbedaan tingkatan/kasta, sarat makna yang menggunakan bahan Brokat/Renda
dan nilai simbolis yang terkandung di (wawancara dengan Ketua MAA
dalamnya. Warna hitam bermakna Kabupaten Pidie). Pengaruh
kewibawaan dan bersahaja, warna merah perkembangan teknologi, bahan tekstil
bermakna kesatriaan, warna hijau dapat berkembang begitu pesat,
berlandaskan norma agama islam, dan sehingga lebih meningkatkan kualitas
warna kuning bermakna kerajaan dan produk tekstil yang dihasilkan. Saat ini
kebesaran (Hanum, dkk, 2014:43). Pengantin wanita menggunakan bahan
Makna yang terkandung dalam busana berjenis satin dan beludru serta brokat.
etnis Aceh pesisir menunjukkan warna Zaman dahulu hanya menggunakan
Jurnal Busana Dan Budaya: Vol. 2 (2) Oktober 2022
Riski Amalia, Anizar Ahmad, Novita, Fitriana, Aya Sophiana
208

bahan dari sutera. Sedangkan pada selera konsumen serta perhiasan yang
pakaian pengantin pria menggunakan digunakan. Pada umumnya konsumen
bahan berjenis wol atau semi wol memilih pakaian adat yang telah banyak
(wawancara Perias Pengantin). Jenis dimodifikasi. Menurut konsumen
motif yang menjadi ciri khas pakaian pakaian adat pengantin yang sudah
pengantin Pidie yaitu motif aneuk dimodifikasi terlihat lebih indah serta
buleun seperti bulan sabit. Ciri khas mengikuti sesuai zamannya (wawancara
motif Kabupatn Pidie ada empat, yaitu: pemilik usana Rias Pengantin).
markis yang bentuknya lonjong, buleun Sementara menurut MAA Pidie
seperti bulan sabit yang melengkung, perubahan dari segi memodifikasi itu
aneuk buleun yang ukurannya lebih kecil merupakan ciri orang yang kreatif.
dari buleun, peudeung yang bentuknya Namun modifikasi baik dilakukan
menyerupai pedang dengan sedikit dengan tidak meninggalkan ciri khas
lengkungan, aneuk peudeung yang dari daerah sendiri. Menurutnya
ukurannya sedikit lebih kecil dari masyarakat sekarang sudah lebih pada
peudeung, dan aneuk timon yang meniru-niru apa saja yang sedang
bentuknya menyerupai markis namun menjadi trend. Sementara dalam
lebih kecil (Fitriana, Yulia, E dkk, menjaga nilai budaya yang terkandung
2022:17). dalam pakaian pengantin Pidie
Faktor yang mempengaruhi terjadi berdasarkan wawancara pemilik Usaha
perubahan atau modifikasi terhadap Rias Pengantin bahwa setiap perubahan
pakaian adat pengantin Aceh Pidie atau modifikasi baik motif dan
disebabkan oleh perkembangan zaman perhiasanya tidak menghilangkan ciri
dan perkembangan teknologi. khas dari daerah sendiri walaupun
Masyarakat sangat antusias terhadap masyarakat antusias terhadap perubahan
pakaian pengantin yang telah pada pakaian pengantin Aceh lainnya
dimodifikasi agar terlihat lebih modern namun yang menjadi ciri khas unik dari
danlebih menarik. Ragam hias pada pakaian pengantin Pidie tidak
pakaian pengantin Aceh Pidie kini telah dihilangkan, karena tiap daerah Aceh
berfariasi baik dari bahan dan motif yang mempunyai pakaian adat pengantin
terletak pada bajunya merupakan masing-masing yang ragam hiasnya
perubahan yang harus diikuti sesuai
Jurnal Busana Dan Budaya: Vol. 2 (2) Oktober 2022
Riski Amalia, Anizar Ahmad, Novita, Fitriana, Aya Sophiana
209

memiliki keunikkan dan kekhasan 2. Ragam hias pada pakaian adat Aceh
tersendiri. Pidie telah mengalami perubahan
Untuk pengantin pria saat ini seiring pergantian waktu. Modifikasi
memakai celana Aceh dengan sulaman pada ragam hias yang terdapat pada
benang enas pada bagian kaki. Pada pakaian pengantin Pidie terjadi
bagian pinggang juga memakai songket mengikuti trend mode saat ini
yang ujungnya dihiasin dengan rumbai- sehingga menuntut perubahan dalam
rumbai manik. Penggunaan songket memenuhi keinginan konsumen yang
tersebut serasi dengan corak dan warna tidak ingin ketinggalan zaman.
songket yang digunakan oleh pengantin Modifikasi yang terdapat pada
wanita. Penggunaan bahan songket pada pakaian pengantin Aceh Pidie seperti
pengantin laki-laki/linto baro tersebut ragam hias motif yang telah
juga digunakan untuk hiasan kepala pada bervariasi dengan motif Aceh Barat
kupiah meuketop. Pada kopiah diantaranya awan sion, pucok
meukeutob diberi hiasan kalung ataupun reubong, taloe meuputa. Penempatan
bros. Pada songket di bagian bawah motif hias tersebar hampir memenuhi
pinggang disematkan dengan hiasan seluruh bagian busana seperti bagian
siwah/rencong yang ujungnya diberi dada bahu, ujung lengan dan kaki.
hiasan kain tile berwarna keemasan.
Kesimpulan Saran
1. Bentuk motif dasar pada busana 1. Perlu memperkenalkan kepada
pengantin Pidie adalah buleun masyarakat terutama para remaja
(bulan), aneuk timon (biji timun), mengenai ragam hias yang terdapat
motif peudueng (pedang) dan motif pada pakaian pengantin Pidie agar
uke kleung (motif kuku elang). Dari seiring perkembangan zaman tetap
susunan motif tersebut terciptalah menjaga ragam hias yang menjadi ciri
motif-motif bunga seperti bungong khas daerah dengan perbandingan
seulanga (bunga selanga), bungong ragam hias yang telah dimodifikasi.
keupula (bunga kantil) dan lain-lain. 2. Kepada Majelis Adat Aceh
hanya saja bentuk dan penempatan khususnya daerah Pidie agar
motif yang berubah seiring mengadakan sosialisasi terutama
perkembangan zaman. kepada pemilik usaha jasa penyewa
Jurnal Busana Dan Budaya: Vol. 2 (2) Oktober 2022
Riski Amalia, Anizar Ahmad, Novita, Fitriana, Aya Sophiana
210

pelaminan atau rias pengantin, dan Hias Geometris pada Papan


Berpaku (Geoboard). Georga:
juga pengrajin pakaian pengantin adat
Jurnal Seni Rupa
Aceh untuk tetap melestarikan ragam Muchsin, M.A. Mewariskan dan
Melestarikan Kebudayaan Aceh.
hias pada pakaian pengantin tanpa
SerambiNews.com.
menghilangkan ciri khas daerah https://aceh.tribunnews.com/2017
/12/12/mewariskan-dan-
tersebut.
melestarikan-kebudayaan-aceh
DAFTAR PUSTAKA Nasruddin, A.S., 2018. Pergeseran
Budaya Masyarakat Perlak Asan:
Dekranas.1987. Motif Ornamentik Aceh.
Studi Kasus Tenrang Pakaian
Daerah Istimewa Aceh: Dekranas
Adat. Jurnal Adabiya Volume 20
Provinsi Nanggro Aceh
No. 1. https://jurnal.ar-
Darussalam.
raniry.ac.id/index.php/adabiya/arti
Dekranas. 2002. Ragam Hias dan Motif
cle/view/6775
Aceh. Banda Aceh: Dekranas
R Rahmi, R Dewi, N Nurasiah, F
Provinsi Nanggro Aceh
Fitriana, A Aziz. 2021. Consept
Darussalam.
Analysis: Acehnese Ethnic Style
Fazila Zahra. 2012. Produksi Lenan
Party Fashion Desain.
Rumah Tangga Motif Aceh di
International Journal of
Desa Garot Kabupaten Pidie.
Multycultural and Multyrelegius
Skripsi. Banda Aceh: FKIP
Understanding. Volume 8 Nomor
Unsyiah.
10.
Fitriana, R Dewi, E Yulia. et.all. 2022
https://ijmmu.com/index.php/ijm
The Devolopment 0f The
mu/article/view/3056.
Traditional Wedding Dress of
Sugiono. 2015. Memahami Penelitian
Pidie Regency, Aceh Province.
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Proceedings of The 2nd
Sulaiman, Nasrudin, dkk. 1993. Pakaian
International Joint Conference on
Adat Tradisional Daerah Provinsi
Hospitality and Torism IJCHT
Daerah Istimewa Aceh.
2022. Singaraja Bali, Indodesia.
Departemen Pendidikan Dan
https://eudl.eu/doi/10.4108/eai.6-
Kebudayaan. Direktorat Sejarah
10-2022.2325715
dan Nilai Tradisional.
Fitriana, Mukhirah, Rosmala Dewi,
T. Syamsuddin, dkk. 1998. Adat Istiadat
Pamela. 2020. Aplikasi Payet
Provinsi Daerah Istimewa Aceh.
Sebagai Hiasan pada Modifikasi
Jakarta: Depdikbud.
Busana Pengantin Wanita Aceh.
Z. Yunus, Helmi. 2012. Pakaian Adat
Proseding Pendidikan Teknik
Menurut Kelompok Etnis di Aceh.
Boga Busana, Volume 15 Nomor
Banda Aceh. Majelis Adat Aceh.
1.
https://journal.uny.ac.id/index.php
/ptbb/article/view/36474.
Hanum, Fauziah dkk. 2014. Pakaian
Adat Aceh. Banda Aceh: Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Aceh.
Misfanny, R Chintya dkk. 2020.
Eksperimen Kreatif Desain Motif

You might also like