Tugas BHS Inggris Pariwisata

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

NAME : Eva Maria Rara

CLASS : X.B

MA’ NENE’

Ma' Nene’, that is the name of this ritual is known. This ritual is an activity to commemorate
and clean the bodies of ancestors who have been dead for hundreds of years. Even though not
many people carry out this ritual anymore, in some areas such as Lembang Bululangkan,
Rinding Allo District, they still carry it out regularly, namely once every 3 years. The Ma' Nene
ritual is more than just cleaning the body and dressing it in new clothes. This ritual has more
meaning and reflects how important relationships between family members are for Toraja
society, especially for relatives who have previously passed away. Toraja society shows
unbroken relationships between families even though they have been separated by death. This
ritual is also used to introduce young family members to their ancestors. Ma'nene’ is one of the
activities carried out to commemorate the bodies of ancestors. Ma' nene’ is a ceremony to
remember or honor the bodies of our family who have died before us, then wrap our
grandmother's body in new cloth or clothes and clean the grave. The Ma'nene’ ceremony is also
a form of statehood for the Toraja people. This activity has been carried out from generation to
generation and is still preserved and still carried out by the Toraja people, although not many
people know about it.

In Aluk Todolo, the Ma'nene’ ceremony is still included in the series of Rambu Solo' ceremonies,
namely the ceremony of bringing a pig or buffalo sacrifice which takes place in the cemetery.
People who adhere to Aluk Todolo usually call Ma'nene’ as Manta'da which means asking for
blessings or asking for blessings, so it is done before the event starts so that all activities will be
carried out smoothly and will be blessed by their ancestors who have returned to Puang Deata.
But in modern times, the ma' nene’ ceremony is no longer considered a Rambu Solo ceremony
but is considered a ritual ceremony that is mandatory or must be carried out every time after
the rice harvest, precisely in August.

the process of carrying out the Christian version of ma'nene’ is not like the AlukTodolo version
of ma'nene’, the ma'nene’ which is carried out today does not carry out the ritual of preparing
the ingredients that will be used as sacrifices before the day of its implementation begins and
the time for its implementation is only one day and starts from sunrise until midday around 7
o'clock preparations until 12 noon are finished arriving at the cemetery or patane. Patane is a
family burial house containing seven descendants in one family. Long ago, patane was in the
caves of rock cliffs. Now, patane are built in places that are not too difficult with boards or in
the form of concrete buildings like city houses. Because of these difficulties, people now rarely
place the bodies of the recently deceased on rock cliffs. To make it easy to access, the patane
was then built on the side of the road.

TRANSLATE TO INDONESIA LANGUANGE

Ma’ Nene, begitulah nama ritual ini dikenal. Ritual ini merupakan kegiatan mengenang dan
membersihkan jasad para leluhur yang sudah ratusan tahun meninggal dunia. Walaupun sudah
tidak banyak yang melakukan ritual ini, tapi di beberapa daerah seperti Lembang Bululangkan
Kecamatan Rinding Allo yang masih melaksanakannya secara rutin yaitu 3 tahun sekali. Ritual
Ma’ Nene lebih dari sekedar membersihkan jasad dan memakaikannya baju baru. Ritual ini
mempunyai makna yang lebih dan mencerminkan betapa pentingnya hubungan antar anggota
keluarga bagi masyarakat Toraja, terlebih bagi sanak saudara yang telah terlebih dahulu
meninggal dunia. Masyarakat Toraja menunjukkan hubungan antar keluarga yang tak terputus
walaupun telah dipisahkan oleh kematian. Ritual ini juga digunakan untuk memperkenalkan
anggota-anggota keluarga yang muda dengan para leluhurnya, ma’ nene merupakan salah satu
kegiatan yang dilakukan untuk mengenang kembali jenazah nenek moyang. Ma’ nene adalah
upacara mengenang atau menghormati kembali jenazah keluarga kita yang telah mendahului
kita yang sudah meninggal, kemudian di bungkus kembali dengan kain atau baju yang baru
jasad nenek kita serta di bersihkan kuburannya. Upacara Ma’ nene ini juga merupakan bentuk
penegaran keberadaan status sosial bagi masyarakat Toraja. Kegiatan ini dilakukan secara turun
temurun dan sekarang masih dilestarikan dan masih dilakukan oleh masyarakat Toraja
walaupun kurang banyak yang mengetahuinya.

Dalam Aluk Todolo upacara Ma’nene masih termasuk dalam rangkaian upacara Rambu Solo’
ialah upacara membawa kurban babi atau kerbau yang bertempat di pekuburan. Orang yang
menganut Aluk Todolo biasa menyebut Ma’nene dengan sebutan Manta’da yang berarti
meminta berkah atau memohon berkah, sehingga dilakukan sebelum acaranya dimulai agar
segala kegiatan yang akan dilaksanakan dengan lancar dan diberkahi oleh nenek moyang
mereka yang telah kembali kepada Puang Deata. Tapi pada zaman modern ini upacara ma’
nene tidak di anggap lagi upacara rambu solo tapi dianggap sebagai upacara ritual yang sangat
di wajibkan atau harus di lakukan setiap sesudah panen padi tepatnya pada bulan Agustus.

proses pelaksanaan ma’nene versi Kristen tidak seperti ma’nene versi AlukTodolo, ma’ nene
yang dilakukan sekarang ini tidak melakukan ritual persiapan bahan-bahan yang akan dijadikan
kurban persembahan sebelum hari pelaksanaannya dimulai dan waktu pelaksanaannya hanya
sehari saja serta dimulai dari terbit matahari sampai tengah hari sekitar jam 7 persiapan sampai
jam 12 siang sudah selesai sampai di kuburan atau patane. Patane merupakan rumah makam
keluarga yang berisi tujuh turunan dalam satu rumpun. Dahulu kala, patane berada di gua-gua
tebing batu. Kini, patane dibangun di tempat yang takterlalu sulit dengan papan atau berupa
bangunan beton layaknya rumah-rumah kota. Karena kesulitan itu masyarakat sekarang sudah
jarang menempatkan jasad yang baru meninggal di tebing-tebing batu. Agar mudah diakses,
patane lantas dibangun dipinggir jalan.

Foto – Foto Keterangan ( Caption Photo ) :

You might also like