Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

DAN TATA LINGKUNGAN

Nomor : P. 4/PKTL-SET/2015

TENTANG

PENGGANTIAN BIAYA
PELAKSANAAN PENATAAN BATAS KAWASAN HUTAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 24 ayat (3)


huruf a Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.
43/Menhut-II/2013 tentang Penataan Batas Areal Kerja
Izin Pemanfaatan Hutan, Persetujuan Prinsip Penggunaan
Kawasan Hutan, Persetujuan Prinsip Pelepasan Kawasan
Hutan dan Pengelolaan Kawasan Hutan Pada Kesatuan
Pengelolaan Hutan dan Kawasan Hutan Dengan Tujuan
Khusus dipandang perlu menetapkan Peraturan Direktur
Jenderal Planologi Kehutanan tentang Penggantian Biaya
Pelaksanaan Penataan Batas Kawasan Hutan;
Mengingat :1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4412);
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

/4. Undang-Undang…
-2-
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata
Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5097) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2012 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 139, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5324);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang


Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 30, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5112) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun
2012 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5325);
10. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.32/Menhut-
II/2010 tentang Tukar Menukar Kawasan Hutan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2010, Nomor 376)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.27/Menhut-
II/2014 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014,
Nomor 646);

/11. Peraturan ...


-3-
11. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33/Menhut-
II/2010 tentang Tata Cara Pelepasan Kawasan Hutan
Produksi yang dapat Dikonversi (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 377), sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.28/Menhut-II/2014 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 647);
12. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.34/Menhut-
II/2010 tentang Tata Cara Perubahan Fungsi Kawasan
Hutan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010,
Nomor 378), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Nomor
P.16/MengLHK-II/2015 (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 525);
13. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.44/Menhut-
II/2012 tentang Pengukuhan Kawasan Hutan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1242)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.62/Menhut-II/2013 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1364);
14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.43/Menhut-
II/2013 tentang Penataan Batas Areal Kerja Izin
Pemanfaatan Hutan, Persetujuan Prinsip Penggunaan
Kawasan Hutan, Persetujuan Prinsip Pelepasan Kawasan
Hutan dan Pengelolaan Kawasan Hutan pada Kesatuan
Pengelolaan Hutan dan Kawasan Hutan Dengan Tujuan
Khusus (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 1050);
15. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.16/Menhut-
II/2014 Tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
327);
16. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.25/Menhut-
II/2014 tentang Panitia Tata Batas Kawasan Hutan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 617);
17. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/MenLHK-
II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Berita Negara Republik
Tahun 2015 Nomor 713);

/18. Peraturan…
-4-
18. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-
85/PB/2011 Tentang Penatausahaan Piutang Penerimaan
Negara Bukan Pajak Pada Satuan Kerja Kementerian
Negara/Lembaga
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI


KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN TENTANG
PENGGANTIAN BIAYA PELAKSANAAN PENATAAN BATAS
KAWASAN HUTAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur Jenderal ini, yang dimaksud dengan:
1. Batas kawasan hutan adalah batas antara kawasan hutan dengan bukan
kawasan hutan atau batas antar fungsi kawasan hutan.
2. Batas sendiri adalah batas areal kerja yang tidak berbatasan dengan batas
areal kerja lainnya.
3. Batas persekutuan adalah batas areal kerja yang berbatasan dengan batas
areal kerja lainnya.
4. Penataan batas adalah kegiatan yang meliputi pembuatan rintis batas,
pemasangan pal batas, pengukuran batas, pembuatan dan
penandatanganan berita acara hasil pelaksanaan penataan batas.
5. Biaya Pelaksanaan Penataan Batas adalah biaya yang diperlukan untuk
pelaksanaan kegiatan penataan batas;
6. Standar Biaya Kegiatan adalah besaran biaya yang ditetapkan sebagai
acuan perhitungan kebutuhan biaya kegiatan bidang Planologi Kehutanan;
7. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang diserahi tugas dan
tanggung jawab di bidang Planologi Kehutanan;
8. Direktur adalah Direktur yang diserahi tugas dan tanggung jawab di
bidang Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan.
9. Kepala Balai adalah Kepala Unit Pelaksana Teknis yang mempunyai tugas
dan fungsi melaksanakan pemantapan kawasan hutan.
10. Pemegang izin adalah orang/badan hukum yang diberikan izin
pemanfaatan hutan, persetujuan prinsip pinjam pakai kawasan hutan,
pelepasan kawasan hutan dan pengelolaan kawasan hutan pada kesatuan
pengelolaan hutan dan kawasan hutan dengan tujuan khusus dari pejabat
yang berwenang.
/Bagian…
-5-
Bagian Kedua
Maksud Dan Tujuan

Pasal 2
(1) Maksud pengaturan penghitungan penggantian biaya pelaksanaan
penataan batas adalah sebagai acuan penghitungan penggantian biaya
pelaksanaan penataan batas oleh pemegang izin pemanfaatan hutan,
persetujuan prinsip izin pinjam pakai kawasan hutan, persetujuan prinsip
pelepasan kawasan hutan dan pengelola kawasan hutan pada kesatuan
pengelolaan hutan dan penanggung jawab pengelola kawasan hutan
dengan tujuan khusus dalam menentukan nilai penggantian biaya
pelaksanaan tata batas secara proporsional.
(2) Tujuan pengaturan penghitungan penggantian biaya pelaksanaan
penataan batas kawasan hutan adalah untuk mendapatkan kepastian
dalam penghitungan penggantian biaya penataan batas.

Bagian Ketiga
Ruang Lingkup
Pasal 3

Ruang lingkup peraturan ini adalah pengaturan atas kewajiban pemegang


izin pemanfaatan hutan, persetujuan prinsip izin pinjam pakai kawasan
hutan, persetujuan prinsip pelepasan kawasan hutan dan pengelola
kawasan hutan pada kesatuan pengelolaan hutan dan penanggung jawab
pengelolaan kawasan hutan dengan tujuan khusus, yang batas areal
kerjanya sekaligus merupakan batas luar dan/atau batas fungsi kawasan
hutan, yang telah dilaksanakan tata batas menggunakan dana pemerintah
dan belum berumur 5 (lima) tahun.

BAB II
PENGGANTIAN BIAYA PENATAAN BATAS
Pasal 4
(1) Penggantian biaya penataan batas dihitung berdasarkan panjang tata
batas yang berimpit antara batas areal kerja izin dengan kawasan hutan
(2) Penghitungan penggantian biaya penataan batas sebagai berikut:

a. Untuk penataan batas kawasan hutan yang telah dilaksanakan


sebelum 5 (lima) tahun, maka pemegang izin yang batas izinnya
sekaligus merupakan batas kawasan hutan wajib mengganti biaya
pelaksanaan penataan batas dengan ketentuan biaya panjang batas
yang diganti sesuai dengan hasil perhitungan panjang batas di
lapangan (orientasi);

/b. Untuk…
-6-
b. Untuk penataan batas kawasan hutan yang telah dilaksanakan lebih
dari 5 (lima) tahun, maka pemegang izin yang batas izinnya sekaligus
merupakan batas kawasan hutan wajib melaksanakan rekonstruksi
batas;
c. Untuk penataan batas fungsi kawasan hutan yang telah dilaksanakan
sebelum 5 (lima) tahun dengan jarak antar pal batas belum 100 meter,
maka pemegang izin yang batas izinnya sekaligus merupakan batas
fungsi kawasan hutan wajib mengganti biaya pelaksanaan penataan
batas dan melakukan tata batas perapatan pal batas per 100 meter
dengan mengikuti hasil tata batas sebelumnya.
(3) Komponen penggantian biaya pelaksanaan penataan batas adalah :
a. Untuk penggantian biaya penataan batas luar kawasan hutan dengan
memperhitungkan biaya pengukuran dan pemasangan tanda batas
definitif, biaya pemancangan batas sementara dan identifikasi hak-hak
pihak ketiga.
b. Ketentuan perhitungan sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf a,
menggunakan rumus sebagai berikut:

Biaya Pengganti = A (B + C)

A = adalah Panjang batas izin yang sekaligus merupakan batas


kawasan hutan yang telah ditata batas (km).
B = adalah Biaya pengukuran dan pemasangan tanda batas definitif
per kilometer.
C = adalah Biaya pemancangan batas sementara dan identifikasi hak-
hak pihak ketiga per kilometer.
c. Penggantian biaya pelaksanaan penataan batas fungsi kawasan hutan
dengan memperhitungkan biaya pengukuran dan pemasangan tanda
batas definitif
d. Ketentuan perhitungan sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf c,
menggunakan rumus sebagai berikut:

Biaya pengganti = A x B

A = Panjang batas izin yang sekaligus merupakan batas kawasan


hutan yang telah ditata batas (km)
B = Biaya pengukuran dan pemasangan tanda batas definitif per
kilometer

(4) Satuan (standar) biaya yang digunakan dalam penghitungan sebagaimana


dimaksud ayat (3) menggunakan standar kegiatan bidang planologi
kehutanan yang berlaku.

/BAB…
-7-

BAB III
TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 5
(1) Pembayaran penggantian biaya pelaksanaan penataan batas disetor
melalui kas negara
(2) Penyetoran sebagaimana ayat (1) menggunakan Surat Setoran Bukan
Pajak (SSBP)

Pasal 6
(1) Penggantian biaya penataan batas disetorkan ke kas negara sebagaimana
dimaksud Pasal 3 ayat (1) melalui bank/pos persepsi.
(2) Penyetoran ke kas negara menggunakan akun 423721.
(3) Formulir pembayaran penggantian penataan batas adalah sebagaimana
tercantum pada lampiran I Peraturan Direktur Jenderal ini.
(4) Copy dokumen bukti pembayaran yang telah disahkan sebagai
pendapatan negara disampaikan kepada Direktur Jenderal, Direktur, dan
Kepala Balai.

BAB IV
PENATAUSAHAAN DAN PELAPORAN PIUTANG

Pasal 7

Direktur Jenderal melimpahkan wewenang untuk menagih, menatausahakan


dan melaporkan piutang penggantian biaya penataan batas kepada Kepala
Balai.

Pasal 8

(1) Kepala Balai menerbitkan perhitungan pembebanan piutang kepada


pemegang izin.
(2) Perhitungan Kepala Balai sebagaimana ayat (1) berisi informasi tentang:
a. Keputusan perizinan;
b. Panjang tata batas yang berimpit;
c. Jumlah biaya pengganti tata batas;
d. Mekanisme pembayaran;
e. Jatuh tempo pembayaran.
(3) Perhitungan Kepala Balai sebagaimana ayat (1) dilampiri dengan:
a. Copy Surat Keputusan perizinan;
/b. Hasil…
-8-
b. Hasil overlay peta kawasan hutan dengan Surat Keputusan perizinan.

Pasal 9
(1) Berdasarkan penghitungan sebagaimana dimaksud Pasal 4, Kepala Balai
menerbitkan Surat penagihan pertama.
(2) Surat penagihan pertama sebagaimana dimaksud ayat (1) dibuat paling
lambat 3 (tiga) hari kerja sejak diterbitkannya perhitungan Kepala Balai.
(3) Surat penagihan pertama sebagaimana dimaksud ayat (1) berlaku selama
1 (satu) bulan
(4) Format Surat Penagihan Pertama sebagaimana ayat (1) sebagaimana
tercantum pada lampiran II Peraturan Direktur Jenderal ini.

Pasal 10
(1) Apabila pemegang izin belum memenuhi kewajiban sejak diterbitkannya
surat penagihan pertama, Kepala Balai menerbitkan surat penagihan
kedua paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah masa berlaku surat
penagihan pertama berakhir.
(2) Surat penagihan kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
selama 14 (empat belas) hari kalender.
(3) Apabila pemegang izin belum memenuhi kewajiban sejak diterbitkannya
surat penagihan kedua, Kepala Balai menerbitkan surat penagihan ketiga
paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah masa berlaku surat penagihan
kedua berakhir.
(4) Surat penagihan ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku
selama 14 (empat belas) hari kalender.

Pasal 11
(1) Dalam hal pihak ketiga tidak melaksanakan kewajibannya setelah jatuh
tempo sesuai tertuang dalam surat penagihan ketiga, selambat-lambatnya
3 (tiga) hari kerja dilakukan penyerahan pengurusan piutang PNBP kepada
Panitia Urusan Piutang Negara/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
Kementerian Keuangan sesuai ketentuan perundang-undangan.
(2) Penyerahan pengurusan piutang sebagaimana dimaksud ayat (1) mengacu
pada Peraturan tentang Penatausahaan Piutang yang berlaku.

Pasal 12

(1) Kepala Balai mencatat piutang ke dalam laporan keuangan setelah


menerbitkan surat penagihan.
(2) Penyisihan piutang dicatat berdasarkan peraturan yang berlaku.
/(3) Kepala …
-9-

(3) Kepala Balai melaporkan penatausahaan piutang kepada Direktur


Jenderal.

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

(1) Kepala Balai melaksanakan monitoring terhadap pembayaran penggantian


biaya pelaksanaan penataan batas oleh pemegang izin.
(2) Direktur Jenderal melaksanakan evaluasi terhadap pembayaran
penggantian biaya penataan batas oleh pemegang izin di wilayah kerjanya
masing-masing.

BAB VI
SANKSI
Segala akibat hukum yang timbul atas tidak dilaksanakannya kewajiban
penyetoran ke kas negara akan dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang
berlaku.

BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
(1) Terhadap penggantian biaya pelaksanaan penataan batas kawasan hutan
untuk Kesatuan Pengelolaan Hutan serta Kawasan Hutan Dengan Tujuan
Khusus yang diselenggarakan oleh pemerintah akan diatur tersendiri.
(2) Terhadap pemegang izin yang belum melaksanakan tata batas namun
telah terdapat pengesahan trayek batas dan/atau belum selesai
melaksanakan tata batas maka berlaku ketentuan ini.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 26 Juni 2015
DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI
KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN,

-Ttd-

Prof. DR. Ir. SAN AFRI AWANG, M.Sc


NIP. 19570410 198903 1 002
Salinan Sesuai Dengan Aslinya
Kepala Bagian Hukum Dan Kerjasama Teknik,

Gunardo Agung Prasetyo, SH., M.Hum., CN


NIP. 19580401 198603 1 002
Lampiran I
Keputusan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Nomor : P. 4/PKTL-SET/2015
Tanggal : 26 Juni 2015

SURAT SETORAN BUKAN PAJAK (SSBP)


PENGGANTIAN BIAYA PENATAAN BATAS KAWASAN HUTAN

DEPARTEMEN KEUANGAN RI SURAT SETORAN Lembar -


DITJEN PERBENDAHARAAN BUKAN PAJAK untuk
KPPN (SSBP) ………………..
1) Nomor………………. 2) ………………..
Tanggal…………….. 3)

KE REKENING KAS NEGARA NOMOR :……………………………………………………………………………. 4)

A. 1 NPWP Wajib Setor/Bend. : 5)

2 Nama Wajib Setor/Bend. : ……………………………………………………………………………… 6)

3 Alamat : ……………………………………………………………………………… 7)

B. 1 Kementerian/Lembaga : ………………………………………………………… 8)

2 Unit Organisasi Eselon I : ………………………………………………………… 9)

3 Satuan Kerja : ………………………………………… 10)

4 Fungsi/Subfungsi/Program : …………………………. 11)

5 Kegiatan/Subkegiatan : ……………………………… 12)

6 Lokasi : …………………………………………………… 13)

C. MAP dan Uraian Penerimaan : …………………………………………… 14)

D. Jumlah Setoran : Rp. …………………………………………,- 15)


Dengan Huruf : ………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………… 16)
E. Surat Penagihan (SPN) : Nomor : ……………………….. 17) Tanggal. …………………. 18)
Atau Surat Pemindahan
Penagihan Piutang Negara KPPN ………………………………………………. 19)
(SP3N)

PERHATIAN
Untuk keperluan :
Bacalah dahulu petunjuk pengisian
formulir SSBP pada halaman belakang ……………………………………………………
lembar ini …………………………………………………… 20)

………………., 21)…………………………..22) Diterima oleh :


Bank Persepsi/Kantor Pos dan Giro
Tanggal …………………………………………25)

……………………………………………….. 23)
NIP. ……………………………….. 24) …………………………………………….. 26)
…………………………………………….. 27)
Lampiran II
Keputusan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Nomor : P. 4/PKTL-SET/2015
Tanggal : 26 Juni 2015

SURAT TAGIHAN PERTAMA


KOP SURAT BPKH

Kota, Tanggal/Bulan/Tahun
Nomor : S.
Lampiran : 1 (satu) lembar
Hal : Tagihan Penggantian Biaya Penataan Batas

Kepada Yth:
[pemegang izin]
Di [kota]
Memperhatikan Surat Keputusan Izin Pemanfaatan Hutan/Persetujuan Prinsip
Penggunaan Kawasan Hutan/Persetujuan Prinsip Pelapasan Kawasan Hutan Nomor [nomor
dan tanggal Surat Keputusan] atas nama [nama pemegang izin] dengan ini disampaikan hal-
hal sebagai berikut:
1. Merujuk Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.43/Menhut-II/2013 tentang Penataan
Batas Areal Kerja Izin Pemanfaatan Hutan, Persetujuan Prinsip Penggunaan Kawasan
Hutan, Persetujuan Prinsip Pelepasan Kawasan Hutan Dan Pengelolaan Kawasan Hutan
Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Dan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus, Saudara
diwajibkan membayar dana PNBP sebagai Penggantian biaya penataan batas, karena
sebagian/seluruh Kawasan Hutan tersebut telah dilakukan penataan batas dengan
anggaran pemerintah.
2. Dana PNBP yang harus Saudara bayar adalah sebesar Rp.[jumlah dana] ([disebutkan
dengan huruf) dengan rincian sebagai berikut:
a. Panjang Batas yang berimpit = ………………………….
b. Jumlah penggantian biaya per KM = ………………………….
3. Jumlah dana sebagaimana butir 2 di atas agar disetor ke kas negara dengan
menggunakan dokumen Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) dengan formulir terlampir
dengan jatuh tempo tanggal [tanggal jatuh tempo] (30 hari setelah Surat Tagihan).
4. Apabila Saudara telah melakukan penyetoran, diminta segera menyampaikan bukti
pembayaran kepada kami dengan ditembuskan kepada Direktur Jenderal Planologi
Kehutanan dan Tata Lingkungan dan Direktur [disebutkan Direktur yang membidangi
penataan batas kawasan hutan].

Atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

A.n. Direktur Jenderal Planologi


Kehutanan dan Tata LIngkungan
Kepala Balai Pemantapan
Kawasan Hutan Wilayah….......,

…………………………......………
NIP. …………………..……………
Tembusan:
1. Direktur Jenderal Planologi Kehutanan;
2. Direktur [disebutkan Direktur yang membidangi penataan batas kawasan hutan]
Lampiran III
Keputusan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Nomor : P. 4/PKTL-SET/2015
Tanggal : 26 Juni 2015

KOP SURAT BPKH


Kota, Tanggal/Bulan/Tahun
Nomor : S.
Lampiran : 1 (satu) lembar
Hal : Tagihan Kedua atas Penggantian Biaya Penataan
Batas

Kepada Yth:
[pemegang izin]
di
[kota]

Memperhatikan Surat kami nomor: [surat tagihan sebelumnya] dengan ini


disampaikan hal-hal sebagai berikut:
1. Menurut penatausahaan piutang PNBP kami, saat ini Saudara belum melakukan
pelunasan atas piutang PNBP sebesar Rp.[jumlah dana] ([disebutkan dengan
huruf]) sesuai dengan tanggal jatuh tempo penagihan kami
2. Oleh karena itu Saudara diminta melunasi tagihan tersebut dengan menyetorkan
ke kas negara dengan menggunakan dokumen Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP)
dengan formulir terlampir paling lambat tanggal [14 hari].
3. Apabila Saudara telah melakukan penyetoran, diminta segera menyampaikan
bukti pembayaran kepada kami dengan ditembuskan kepada Direktur Jenderal
Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan dan Direktur [disebutkan Direktur
yang membidangi penataan batas kawasan hutan].

Atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

A.n. Direktur Jenderal Planologi


Kehutanan dan Tata LIngkungan
Kepala Balai Pemantapan
Kawasan Hutan Wilayah….......,

…………………………......………
NIP. …………………..……………
Tembusan:
1. Direktur Jenderal Planologi Kehutanan
2. Direktur [disebutkan Direktur yang membidangi penataan batas kawasan hutan]
Lampiran IV
Keputusan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Nomor : P. 4/PKTL-SET/2015
Tanggal : 26 Juni 2015

KOP SURAT BPKH

Kota, Tanggal/Bulan/Tahun
Nomor : S.
Lampiran : 1 (satu) lembar
Hal : Tagihan Ketiga atas Penggantian Biaya Penataan
Batas

Kepada Yth:
[pemegang izin]
di
[kota]

Memperhatikan Surat kami nomor: [surat tagihan sebelumnya] dengan ini


disampaikan hal-hal sebagai berikut:

1. Menurut penatausahaan piutang PNBP kami, saat ini Saudara belum melakukan
pelunasan atas pitang PNBP sebesar Rp.[jumlah dana] ([disebutkan dengan
huruf]) sesuai dengan tanggal jatuh tempo penagihan kami.
2. Oleh karena itu Saudara diminta melunasi tagihan tersebut dengan menyetorkan
ke kas negara dengan menggunakan dokumen Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP)
dengan formulir terlampir.
3. Apabila sampai dengan tanggal ……… (14 hari), Saudara belum melakukan
pembayaran, maka akan ditempuh proses hukum lebih lanjut.

Atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

A.n. Direktur Jenderal Planologi


Kehutanan dan Tata LIngkungan
Kepala Balai Pemantapan
Kawasan Hutan Wilayah…........,

…………………………......…………
NIP. …………………..………………
Tembusan:
1. Direktur Jenderal Planologi Kehutanan
2. Direktur [disebutkan Direktur yang membidangi penataan batas kawasan hutan]
Keterangan

1. Diisi dengan Kode KPPN 3 (tiga) digit dan uraian KPPN Penerima Setoran
2. Diisi dengan nomor SSBP dengan metode penomoran Nomor/Kode
Satker/Bulan/Tahun
3. Diisi dengan Tanggal SSBP dibuat
4. Diisi Kode Rekening Kas Negara (KPPN bersangkutan... diisi petugas Bank)
5. Diisi NPWP Wajib Setor atau Bendahara satker
6. Diisi dengan Nama/Jabatan Wajib Setor Wajib Pajak
7. Diisi dengan alamat Jelas Wajib Setor wajib Pajak
8. Diisi kode diikuti dengan uraian Kementeriaan/Lembaga sesuai dengan yang
tercantum pada pagu anggaran029 Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan
9. Diisi dengan Kode Unit Organisasi Eselon I dan Uraian06 Direktorat Jenderal
Planologi Kehutanan
10. Diisi dengan Kode Satker 6 (enam) digit dan uraian Satker
11. Diisi dengan Kode Fungsi 2 (dua) digit. Kode Sub fungsi 2 (dua) digit, dan Kode
Program 4 (empat) digit
12. Diisi 4 (empat) digit kode kegiatan/Subkegiatan apabila penyetoran untuk Satker
Pengguna PNBP
13. Diisi dengan Kode Lokasi Provinsi (2) digit, dan Kode Kabupaten/Kota (2) digit
14. Diisi dengan Kode Mata Anggaran Penerimaan 6 (enam) digit disertai dengan
Uraian Penerimaan sesuai dengan format 423721
15. Diisi dengan Jumlah Rupiah Setoran Penerimaan
16. Diisi dengan jumlah Rupiah yang dibayarkan dengan huruf
17. Diisi dengan Nomor SPN dan SP3N kalau ada Surat PenetapannyaNomor Surat
Tagihan
18. Diisi dengan tanggal SPN dan SP3NTanggal Surat Tagihan
19. Diisi dengan (3a) tiga digit dan Nama KPPN Penerbit SPN atau Penerimaan SP3N
20. Diisi keperluan Pembayaran
21. Diisi sesuai dengan tempat dan tanggal dibuatnya SSBP
22. Diisi sesuai dengan tempat dan tanggal dibuatnya SSBP
23. Diisi sesuai nama Wajib Setor
24. Diisi sesuai nama Wajib Setor
25. Diisi dengan tanggal diterimanya setoran tersebut oleh Bank Persepsi atau
Kantor Pos dan Giro
26. Diisi dengan Nama dan Tanda Tangan Penerima di Bank Persepsi atau Kantor
Pos dan Giro serta CAP
27. Diisi dengan Nama dan Tanda Tangan Penerima di Bank Persepsi atau Kantor
Pos dan Giro serta CAP

You might also like