Bab 2

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 5

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Anthropometry

Anthropometry adalah ilmu yang mempelajari pengukuran tubuh manusia.


Pengukuran dilakukan untuk mengetahui dimensi tubuh manusia. Terdapat 8 anthropometri,
yaitu meliputi berat badan, tinggi badan, tinggi duduk, panjang tungkai, Panjang telapak
tangan, rentang lengan, Panjang jengkal, dan Panjang telapak kaki.
Data pengukuran anthropometri dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti +
1. Mendesain produk dan lingkungan kerja yang ergonomis, sehingga dapat digunakan
dengan nyaman dan aman oleh manusia
2. Merancang pakaian dan alat pelindung diri yang sesuai dengan ukuran tubuh manusia
3. Memantau pertumbuhan dan perkembangan anak anak
4. Mendiagnosis dan mengibati gangguan pertumbuhan dan perkembangan
5. Membantu penyandang disabilitas untuk menggunakan peralatan bantu prostetik yang
sesuai

Teori anthropometri didasarkan pada prinsip bahwa ukuran tubuh manusia memiliki
proporsi tertentu. Misalnya, tinggi badan rata rata orang dewasa adalah sekitar 7 kali
Panjang kepala. Data anthropometri juga menunjukan bahwa ukuran tubuh manusia
bervariasi tergantung pada jenis kelamin, ras, dan usia.

2.1.1 Faktor Pengukuran Anthropometry

Faktor pengukuran anthropometri adalah factor faktot yang mempengaruhi hasil


pengukuran antropometri. Factor factor ini dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu factor
internal dan factor eksternal.
Factor factor internal dapat mempengaruhi hasil pengukuran antropometri secara
signifikan. Misalnya, jenis kelamin dan usia dapat menyebabkan oerbedaan yang besar dalam
ukuran dan bentuk tubuh. Faktor eksternal juga dapat mempengaruhi hasil pengukuran yang
besar dalam ukuran dan bentuk tubuh, factor eksternal juga dapat mempengaruhi hasil
pengukuran antropometri, tetapi pengaruhnya biasannya lebih kecil daripada factor internal.

Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang factor pengukuran antorpometri :

Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah factor internal yang paling berpengaruh terhadap ukuran dan
bentuk tubuh. Secara umum, prial memiliki ukuran dan bentuk utbuh yang kebih besar
daripada Wanita. Perbedaan ini dapat terlihat dari perbedaan ukuran tinggi badan, berat
badan, lingkar dada, dan lingkar pinggang.
Usia
Usia adalah factor internal yang juga berpengaruh terhadapat ukuran dan bentuk tubuh.
Secara umum, ukuran dan bentuk tubuh manusia tumbuh dan berubah seiring bertambahnya
usia. Pada masa kanak kanak, ukuran dan bentuk tubuh tumbuh dengan cepat. Pada masa
remaja, pertumbuhan ini melambat. Pada masa dewasa, ukuran dan bentuk tubuh cenderung
stabil.

Ras
Ras adalah factor internal yang dapat menyebablan perbedaan dalam ukuran dan bentuk
tubuh. Secara umum, orang orang dari ras yang berbeda memiliki ukuran dan bentuk tubuh
yang berbeda. Sebagai ontoh perbedaan ekstrim yaitu perbedaan ukuran postur tubuh orang
Asia dan Eropa

Cacat fisik
Cacat fisik adalah factor internal yang dapat mempengaruhi ukuran dan bentuk tubuh. Orang
orang yang memiliki cacat fisik, seperti amputasi atau cidera, cenderung memiliki ukuran dan
bentuk tubuh yang berbeda dari orang orang yang sehat

Posisi tubuh
Posisi tubuh adalah factor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran
antropometri. Pengukuran antropometri harus dilakukan dengan posisi tubuh yang standar.
Jika posisi tubuh ttidak standar, hasil pengukuran dapat menjadi tidak akurat

Postur tubuh
Postur tubuh adalah factor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran
antropometri. Postur tubuh yang baik akan menghasilkan hasil pengukuran yang lebih akurat

Pakaian
Pakaian adalah factor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran antropometri.
Pengukuran antropometri harus dilakukan dengan pakaian yang minimal atau tidak ada. Jika
pakaian terlalu tebal atau ketat, hasil pengukuran dapat menjadi tidak akurat.

Alat ukur
Alat ukur adalah factor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran entropometri
alat ukur yang berkualitas akan menghasilkan hasil pengukuran yang lebih akurat.

2.1.2 Metode pengukuran tubuh

Metode pengukuran dimensi tubuh manusia dibedakan menjadi dua jenis yaitu
pengukuran yang sifatnya statis dan dinamis. Antropometri statis adalah pengukuran ciri fisik
luar manusia dalam keadaan diam yang dibakukan. Sedangkan antropometri dinamias adalah
mengenai keadaan dan ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan
gerakan gerakan yang terjadi saat manusia melakukan kegiatannya (Wignjosoebroto S, 2003).
Pengukuran dimensi tubuh statis lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan
pengukuran dimensi dinamis. Pengukuran dimensi tubuh statis mencakup pengukuran seluruh
bagian tubuh dalam posisi standar dan diam baik dalam posisi berdiri maupun posisi duduk.
Contoh pengukuran antropometri statis antara lain tinggi badan, berat badan, lingkar dada,
lingkar pinggang, lingkar pinggul, panjang lengan, panjang kaki, jarak antara mata dan lantai,
sudut antara lengan dan tubuh.

Sedangkan pengukuran antropometri dimensi dinamis atau fungsional cukup sulit


karena harus mempertimbangkan gerakan tubuh. Namun pengukuran dimensi dinamis
penting untuk dilakukan karena terdapat beberapa rancangan yang tidak dapat disediakan
oleh data dimensi statis atau struktural, seperti gerakan menjangkau maksimum subjek yang
berdiri atau area bebas gerakan tangan (Bridger, 1995). Pengukuran dimensi dinamis atau
fungsional yang sering dilakukan antara lain: panjang dan tinggi badan tengkurap, tinggi
badan jongkok, tinggi dan panjang badan merangkak

2.1.3 Aplikasi data antropometri

Data antropometri mempunyai peranan penting dalam rancangan peralatan, alat


ataupun stasiun kerja. Ketidaksesuian data antropometri dalam proses perancangan akan
mengakibatkan rasa tidak nyaman bagi pekerja yang menggunakan rancangan tersebut.
Dampak lain adalah terjadi gangguan muskuloskeletal bahkan sampai pada cedera atau
kecelakaan kerja.
Terdapat prosedur yang dapat diikuti dalam penerapaan data antropometri pada proses
perancangan, yaitu (Pulat, 1992; Wickens, et al., 2004):
1. Tentukan populasi penggunaan perancangan produk atau stasiun kerja
2. Tentukan dimensi tubuh yang diperkirakan penting dalam perancangan (sebagai
contoh tinggi badan dan lebar bahu, lebar pinggul, dan sebagainya)
3. Pilihlah presentase populasi untuk diakomodasikan dalam perancangan

2.2 Work Environtment Design


Work Environtment ditentukan oleh kebisingan, alatm bahan, ruang, tata letak fisik,
dan hubungan rekan kerja serta kualitas semua yang memiliki dampak penting pada kualitas
kerja yang tinggi (Soetjipto & Supriyanto,2020)
Lingkungan kerja yang positif akan menenangkan suasa hatim meningkatkan
konsentrasi, dan memberikan pendekatan kerja yang baik bagi karyawan dan perusahaan.
Tata letak fisik tempat kerja, peralatan dan perkakas yang digunakan, tingkat
kebisingan dan penahayan, music yang diperdengarkan di tempatb kerm suhu dan ventilasi,
serta tingkat keselamatan dan keamanan merupakan beberapa factor factor yang perlu
diperhatikan
Selain factor factor fisik ini, lingkungan tempat kerja juga mencakup aspek social dan
budaya seperti budaya organisasi, gaya komnukaso di tempat kerja, hubungan antara rekan
kerja dan atasan, dan tingkat dukungan dan pengkuan yang diberikan kepada karyawan
Lingkungan kerja yang positif mendorong produktivitas, kreativitas, dan kepuasan
karyawan. Hal ini ditandai dengan komunikasi yang jelas, kerja tim yang efektif keragaman,
rasa hormat, dan komitmen terhadap kesejahteraan karyawan. Disisi lain, lingkungan kerja
yang buruk dapat menyebabkan stress kerja, kelelahan, dan semangat kerja yang rendah,
yang dapat berdampak pada kinerja individu dan organisasi.
2.2.1 Faktor factor Work Environtment Design
Berikut adalah factor factor yang harus diperhatikan dalam desain lingkungan kerja,
yaitu :

Pencahayaan
Pencahayaan yang baik adalah factor penting dalam desain lingkungan kerja. Pencahayaan
yang cukup membantu mengurangi kelelahan mata, meningkatkan konsentrasi, dan
memastukan karyawan dapat melihat dengan jelas.

Suhu dan Ventilasi


Pengaturan suhu yang nyaman dan sirkulasi udara yang baik juga sangat berpengaruh.
Lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat mengganggu konsentrasi dan
kenyamanan karyawan

Desain Ruang Fisik


Tata letak meja kerja, ruang pertemuan, dan area umum lainnya harus didesain dengan
cermat. Ruang kerja yang terorganisir dengan baik membantu meningkatkan efisiensi dan
kolaborasi.

Perabotan dan Peralatan


Pemilihan perabotan dan peralatan yang ergonomis sangat penting. Kursi dan meja yang
mendukung postur tubuh yang baik serta peralatan yang mudah digunakan membantu
mengurangi stres fisik.

Warna dan Dekorasi


Warna dan dekorasi dapat mempengaruhi suasana hati dan produktivitas. Warna-warna cerah
dan dekorasi yang menenangkan dapat menciptakan lingkungan yang menyenangkan.

Suara dan Akustik


Kualitas akustik ruang kerja juga harus diperhatikan. Karyawan perlu bisa berkomunikasi
tanpa gangguan, dan pemadaman suara yang efisien sangat penting.

Kemudahan Akses dan Fasilitas


Akses yang mudah ke fasilitas seperti toilet, ruang istirahat, dan dapur dapat meningkatkan
kenyamanan karyawan.

Keamanan dan Privasi


Keamanan fisik dan privasi juga harus diperhatikan dalam desain lingkungan kerja untuk
memastikan karyawan merasa aman dan terlindungi.

Aspek Lingkungan
Upaya untuk menjaga keberlanjutan dan ramah lingkungan juga bisa menjadi faktor penting
dalam desain lingkungan kerja. Pilihan bahan yang ramah lingkungan dan upaya untuk
mengurangi jejak karbon bisa menjadi pertimbangan.

Kebijakan dan Budaya Organisasi


Kebijakan perusahaan dan budaya organisasi juga memainkan peran penting dalam desain
lingkungan kerja. Inklusi, kerja sama, dan dukungan bagi keseimbangan kerja-hidup (work-
life balance) adalah faktor lain yang perlu dipertimbangkan
2.3 Fatigue and Energy Consumption
Human Integrated System (HIS) mengacu pada interaksi kompleks antara manusia,
teknologi, dan lingkungan. Dalam konteks HIS, pemahaman tentang kelelahan dan konsumsi
energi sangat penting. Konsep ini relevan dalam desain sistem dan perangkat, terutama yang
melibatkan keterlibatan manusia, agar sistem dapat dirancang sedemikian rupa sehingga
mengurangi kelelahan yang tidak perlu dan mengoptimalkan konsumsi energi. Pemahaman
tentang kelelahan dan konsumsi energi juga dapat membantu dalam merencanakan jadwal
kerja, mengoptimalkan tugas, dan mencegah kecelakaan atau penggunaan energi yang tidak
efisien dalam berbagai lingkungan kerja.

Fatigue (Kelelahan)
Kelelahan adalah respons tubuh terhadap aktivitas fisik atau mental yang berlebihan.
Ini bisa terjadi dalam berbagai tingkatan, dari kelelahan ringan hingga kelelahan parah.
Kelelahan dapat bersifat sementara atau kronis, dan kelelahan kronis dapat memiliki dampak
yang signifikan pada kesejahteraan dan kinerja seseorang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan termasuk durasi aktivitas, intensitas,
kebugaran fisik, pola tidur, pola makan, dan faktor psikologis.

Energy Consumption (Konsumsi Energi)


Tubuh manusia memerlukan energi untuk menjalankan berbagai fungsi biologis,
seperti bernapas, menggerakkan otot, memproses makanan, dan berpikir. Energi diperoleh
dari makanan yang dikonsumsi, dan konsumsi energi dapat diukur dalam unit kalori atau
joule.
Konsumsi energi seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tingkat aktivitas fisik,
metabolisme basal (jumlah energi yang dibutuhkan saat beristirahat), usia, jenis kelamin, dan
berat badan.

2.3.1 Heart Rate


Dalam teori energi consumption, heart rate (HR) merupakan salah satu indikator yang
dapat digunakan untuk memperkirakan konsumsi energi. HR merupakan jumlah denyut
jantung per menit, dan dapat digunakan untuk mengukur tingkat aktivitas fisik seseorang.
Semakin tinggi HR, maka semakin tinggi pula konsumsi energi. Berikut adalah hubungan
antara HR dan konsumsi energi:
HR meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi energi. Ketika seseorang
melakukan aktivitas fisik, maka tubuh akan membutuhkan lebih banyak energi untuk
menggerakkan otot-otot. HR akan meningkat untuk memasok lebih banyak oksigen dan
nutrisi ke otot-otot tersebut.
HR dapat digunakan untuk memperkirakan konsumsi energi. Terdapat beberapa
metode yang dapat digunakan untuk memperkirakan konsumsi energi berdasarkan HR. Salah
satu metode yang umum digunakan adalah metode MET (Metabolic Equivalent of Task).
MET adalah unit yang digunakan untuk mengukur tingkat intensitas aktivitas fisik.

You might also like