Professional Documents
Culture Documents
LP Malformasi Anorektal
LP Malformasi Anorektal
Disusun Oleh:
DEVI KUSPITA SARI
NIM. 14901.10.23074
NIM : 14901.10.23074
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
Mengetahui,
Kepala Ruangan
I. ANATOMI
Gambar 1.1 Pencernaan
III. ETIOLOGI
Penyebab atresia ani bisa dikatakan multifaktorial, bisa berasal
dari peran genetik dan peran lingkungan, namun sampai saat ini masih
belum secara jelas faktor-faktor apa yang benar-benar terbukti
menyebabkan penyakit Atresia Ani.
Salsabila, (2021) Menyebutkan bahwa malformasi anorektal
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu adanya ketidakmampuan dalam
membentuk invaginasi kloaka dengan sempurna karena mengalami
gangguan proses pertumbuhan, penggabungan, atau masalah pada
pembentukan anus dari tonjolan embrionik, kegagalan proses
perkembangan dan pertumbuhan anak saat di dalam kandungan
berumur 3 bulan, terputusnya saluran pencernaan bagian atas dengan
anal sehingga menyebabkan anak lahir tanpa mempunyai lubang anus,
aspek genetik, ada gangguan pada proses invaginasi kloaka menjadi
sistem saluran pencernaan dan sistem genitourinari akibat gangguan
perkembangan pemisahan saluran urogenital pada usia bayi didalam
kandungan minggu ke 5 sampai minggu ke 7.
Selain dari faktor kelainan bawaan orang tua pada anal ada
juga faktor akibat dari ibu yang kekurangan asam folat, berdasarkan
penelitian yang dilakukan beberapa peneliti di china mengambil data
pada wanita yang sedang mengandung dan sudah pernah
melahirkan, dimana para wanita hamil dan yang sudah melahirkan ini di
berikan supplement dengan kandungan asam folat dan dari
penelitian tersebut hasilnya cukup memuaskan yaitu resiko terkena
atresia ani pada anak berkurang (Irine Lokananta, 2016)
IX. PENATALAKSANAAN
Menurut Ngastiyah (2018) penatalaksanaan pada anak dengan
kasus Atresia Ani terdapat tiga tahap operasi dimana setiap operasi ini
harus dilakukan, sehingga membutuhkan perhatian dalam asuhan
keperawatan periopetatif secara kompeherensif. Tahapan operasi kasus
ini meliputi:
1) Prosedur yang pertama penatalaksanaan tindakan yang
pertama yaitu pembuatan kolostomi: kolostomi ialah pembuatan
sebuah lubang oleh dokter ahli bedah anak pada bagian
dinding abdomen yang ditujukan untuk pengeluaran feses.
2) Tindakan yang kedua yaitu Posterior Sagital Anorectal Plasty
(PSARP): pembedahan yang dilakukan yaitu anoplasti dimana
tindakan ini tidak dapat langsung dilakukan, biasanya akan
ditunda 9 hingga 12 minggu yang ditujukan untuk memberikan
waktu untuk otot-otot untuk berkembang dan pelvis dapat
membesar terebih dahulu. Peningkatan berat badan serta
membaiknya status nutrisi memungkinkan tindakan ini dapat
segera dilakukan.
3) Tindakan yang ketiga yaitu penutupan kolostomi atau reseksi
dan anastomosis: dimana operasi ini adalah tahap akhir dengan
kasus atresia ani yang harus dilakukan agar pasien sendiri dapat
melakukan kehidupan sehari-harinya dengan nyaman. Biasanya
dilakukan setelah operasi kedua berhasil dan juga melihat
kondisi pasien itu sendiri.
X. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan atresia ani,
antara lain:
a. Asidosis hiperkloremia
b. Kelambatan anak pada toilet training
c. Komplikasi jangka panjang
1) Eversi mukosa anal
2) Stenosis
3) Infeksi saluran kemih
4) Impaksi dan konstipasi (akibat dilatasi sigmoid)
5) Inkontinensia akibat stenosis awal atau impaksi
6) Prolapse mukosa anorectal (penyebab inkontinensia)
Faktor yang mempengaruhi terjadinya komplikasi pada
kelainan ini yaitu terjadinya kegagalan menentukan letak kolostomi,
persiapan operasi yang kurang adekuat, keterbatasan
pengetahuan anatomi, keterampilan operator yang kurang,
dan perawatan post operasi yang kurang baik.(Ngastiyah, 2018)
Intervensi Utama :
a) PERAWATAN INTEGRITAS KULIT (1.11353)
Observasi
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan
sirkulasi,perubahan status nutrisi,penurunan kelembaban, suhu
lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas
Terapeutik
2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
3. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
4. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
5. Gunakan produk berbahan ringan /alami dan hipoalergik pada kulit
sensitive
6. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
7. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
Edukasi
8. Anjurkan menggunakan pelembab(mis.lotion,serum)
9. Anjurkan minum air yang cukup
10. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
11. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
12. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
13. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada diluar
rumah
14. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
Intervensi Utama :
a) MANAJEMEN NYERI (I.08238)
Observasi
1. Identifikasi lokasi karakterstik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas
nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor memperberat dan memperigan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplomenter yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping pengunaan analgetik
Terapeutik
10. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis,akupresur,terapimusik,biofeedback,terapi
pijat,aroma terapi,teknik imajinasi terbimbimbing, kompres hangat
atau dingin,terapi bermain)
11. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.suhu
ruangan,pengcahayaan,kebisingan)
12. Fasilitasi istirahat dan tidur
13. Pertimbankan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredahkan nyeri
Edukasi
14. Jelaskan penyebab,priode dan pemicu nyeri
15. Jelaskan strategi peredakan nyeri
16. anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
17. Anjurkan mengunakan analgetik secara tepat
18. Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
19. Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu
b) PEMBERIAN ANALGESIK (I.08243)
Observasi
1. Identifikasikarateristik,nyeri(mis.pencetus,pereda,kualitas,lokasi,inten
sitas,frekuensi,durasi)
2. Identifikasi riwayat alergi obat
3. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis.narkotika,non-
narkotik,atau NSADI) dengan tingkat keparahan nyeri
4. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sudah pemberian analgesik
5. Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
6. Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia
optimal,jika perlu
7. Pertimbangkan pengunaan infus kontinu,atau bolus aploid uantuk
mempertahankan kadar dalm serum
8. Tetapkan target afektifitas analgesik untuk mengoptimalkan respon
pasien
9. Dokumentasikan respon terhadap efek analgesik dan efek yang
tidak di inginkan
Edukasi
10. Jelaskan efek terapi dan efek samping
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesusi indikasi
Intervesi Utama
a) MANAJEMEN IMUNISASI/VAKSINASI
Observasi
1. Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
2. Identifikasi kontradiksi pemberian imunisasi (mis. Reaksi
anafilaksis terhadap vaksin sebelumnya dan atau sakit parah
dengan atau tanpa demam)
3. Identifkasi status imunisasi setiap kunjungan kepelayanan
kesehatan
Terapeutik
4. Berikan suntikan pada bayi dibagian paha anterolateral
5. Dokumentasikan informasi vaksinasi (mis. Nama produsen,
tanggal kadaluarsa )
6. Jadwalkan imunasasi pada interval waktu yang tepat
Edukasi
7. Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang terjadi, jadwal, dan efek
samping
8. Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah (mis. Hepatitis
B, BCG, difteri, tetanus, pertusis, influenza, polio, campak,
measles, rubela)
9. Informasikan imunisasi yang melindungi terhadap penyakit namun
saat ini tidak diwajibkan pemerintah (mis. Influenza,
pneumokokus)
10. Informasikan vaksinasi utuk kejadian khusus (mis.rabies, tetanus)
11. Informasikan penundaan pemberian imuisasi tidak berarti
mengulang jadwal imunisasi kembali
12. Informasikan penyedia layanan pekan imunisasi nasional yang
menyediakan vaksin gratis.
b) Pencegahan infeksi
Observasi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terpeutik
2. Batasi jumlah pengunjung
3. Berikan perawatan kulit pada area edema
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
5. Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
7. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
8. Ajarkan etika batuk
9. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
10. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
11. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
13. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terpeutik
14. Batasi jumlah pengunjung
15. Berikan perawatan kulit pada area edema
16. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
17. Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
18. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
19. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
20. Ajarkan etika batuk
21. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
22. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
23. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
24. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Irine Lokananta, R. (2016). Malformasi Anorektal. vol.22 no.10
http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Meditek/article/view/1265/1382
Mendri, N. K., & Agus Sarwo Prayogo. (2018). Asuhan Keperawatan pada Anak
Mediaction Publishing.
Putra dan Rizema, S. (2019). Asuhan neonatus Bayi dan Balita Untuk
Ani Post Operasi Tutup Kolostomi di Gedung Teratai Lantai III Utara RSUP
Tim Pokja DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi
Tim Pokja DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
Tim Pokja DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. (Edisi 1). Dewan Pengurus Pusat PPNI.