Professional Documents
Culture Documents
3345 10809 1 PB
3345 10809 1 PB
1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987
Abstrak
PT. Cameron Systems Batam merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi peralatan
pengeboran minyak bumi dan gas. Dalam menjalankan proses produksinya perusahaan menggunakan
sistem make to order dimana terdapat banyak jenis model produk yang dikerjakan dengan jumlah yang
beragam sesuai permintaan pelanggan. Perusahaan saat ini menghadapi kendala rendahnya
produktivitas direct hours. Kontribusi terbesar rendahnya produktivitas direct hours terjadi di
Departement Machining pada proses machining CNC Miling. Hal ini dilihat dari laporan produksi
selama 6 bulan lalu. Penyebab rendahnya produktifitas direct hour ini adalah actual waktu Set up time
yang tidak terkontrol. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menetap waktu baku yang
dibutuhkan untuk melakukan set up dan perbaikan metoda kerja, sehingga dapat meningkatkan
produktivitas pada departemen machining. Pengamatan langsung diperlukan untuk identifikasi
aktivitas dan permasalahan yang ada pada proses set up. Data pengamatan di olah dengan metoda
statistika seperti uji keseragaman data, uji kecukupan data. Identifikasi aktifitas dan permasalah di
olah dengan membuat Peta Proses operasi, Peta aliran proses dan Peta pekerja dan mesin. Dari Peta
pekerja dan proses didapat waktu baku proses set up ssekarang adalah 82 menit dengan beban kerja
tidak merata antara pekerja (97.6%) dan mesin (2.4%). Dari Peta aliran proses Orang/pekerja di
identifikasi aktifitas tidak bermanfaat. Pengolahan data dengan menggunakan metoda Fishbone
diagram untuk identifikasi penyebab dan perbaikan yang akan di usulkan di perubahan dan Metoda
FMEA untuk menetapkan prioritas perbaikan terhadap usulan.
Berdasarkan analisis FMEA, diperoleh nilai RPN untuk menetapkan prioritas perbaikan metode kerja,
yaitu kunci fixture manual (40), tidak melakukan set up saat mesin berjalan (30), berdasarkan
kebiasaan (30), tidak adanya skala ukuran (30), kurang kesadaran (27) dan baut (t-daslot) macet (24).
Simulasi dilakukan dengan membuat peta pekerja dan mesin, dan peta aliran proses, serta memasukan
data waktu pengukuran langsung pada peta aliran proses didapatkan hasil waktu baku 86 menit dengan
beban kerja merata antara pekerja (98%) dan Mesin (85%). Terjadi peningkatan beban kerja mesin
dari 2.4% menjadi 85% maka hal ini menaikan direct hour and peningkatan produktivitas.
Abstract
PT. Cameron System Batam is a manufacturing company that produces oil and gas equipment. In
carrying out the production process the company uses a make to order system where there are many
types of product models that are manufacture in varying quantities according to customer demand.
Presently the the company direct hours productivity is below the target. Major contributed by
Department machining at low productivity direct hours, as reported in the last 6 months production
report direct hours productivity. One caused of low direct hour productivity is time for set up machine
out of control. The research conducted with objective to determine the standard time required for Set
up time and improve the work methods provided to increase the direct hour productivity at
Department Machining. Shop floor observation required toidentify the activity and constraint face
during the set-up processes. Data observation collected using the statistical method uji keseragaman
data and uji kecukupan data. Problem and Process activity identify with Operation process chart, flow
60
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987
process chart and man-machine chart. Man-machine Chart result the time required for the set-up
processes is 82 minutes with workload for Man (97.6%) and Manchine (2.4%) that’s show uneven
workload. Derived from Flow process chart identify the unproductive activity. Analyze the data and
information from process chart using the Fishbone diagram to find the possible cause and identify the
improvement using the FMEA method improvement priorities.
Base on the FMEA analysis result with highest RPN will be use for priorities improvement activity
where the result are Key Fixture manual (40), No set up activity during the machine running (30),
Attitude (30), no scale measurement available (30), Lack of awareness (27) and baut (t-daslot) jam
(24). Perform the simulation by ploting the data improved from analysis result to the man-machin
chart, flow process chart results the standar time for set up is 86 minutes where the workload between
man (98%) and Machine (85%). It shown that workload even/ balance and the utilization of the
machine increase from 2.4% to 85% it will increase the direct hours and improve the direct hours
productivity.
61
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987
62
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987
63
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987
1. Major set up, dimana set up dilakukan terdiri dari pengukuran jam henti (stopwatch
untuk menghasilkan bagian-bagian dari time study) dan sampling pekerjaan (work
produk yang berbeda tipe. sampling). Teknik pengukuran kerja secara tak
2. Minor set up, dimana set up dilakukan langsung terdiri dari data waktu baku (standard
untuk menghasilkan bagian-bagian dalam data) dan data waktu gerakan (predetermined
produk yang memiliki kesamaan tipe. time system).
Aktivitas set up yang umumnya Pengukuran waktu kerja dengan jam
dilakukan di industri dapat dikelompokkan henti (stopwatch time study) diperkenalkan
menjadi beberapa jenis, yaitu: pertama kali oleh Frederick W. Taylor sekitar
1. Jenis pertama: melakukan persiapan, abad 19 yang lalu. Metode ini terutama sekali
pengecekan material, pengecekan baik diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan
peralatan sebelum proses set up yang berlangsung singkat dan berulang-ulang
berlangsung dan membersihkan mesin, (Sritomo, 2006). Dari hasil pengukuran maka
membersihkan tempat kerja, mengecek akan diperoleh waktu baku untuk
dan mengembalikan peralatan, material, menyelesaikan satu siklus pekerjaan, yang
dan lain-lain setelah proses set up selesai. mana waktu ini akan dipergunakan sebagai
2. Jenis kedua: memindahkan peralatan, standard penyelesaian pekerjaan bagi semua
parts, dan lain-lain setelah penyelesaian pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan
lot terakhir lalu menata parts, peralatan yang sama seperti itu.
untuk sebelum lot selanjutnya. 3.3 Peta Peta Kerja
3. Jenis ketiga: mengukur, melakukan Peta kerja adalah suatu alat yang
setting dan mengkalibrasi mesin, menggambarkan kegiatan kerja secara
peralatan, fixtures dan part pada saat sistematis dan jelas. Melalui peta-peta ini bisa
proses berlangsung. diketahui semua langkah atau kejadian yang
4. Jenis keempat: memproduksi suatu dialami oleh suatu benda kerja dari mulai
produk contoh setelah setting awal selesai masuk ke pabrik (berbentuk bahan baku),
dan mengecek produk contoh tersebut kemudian menggambarkan semua langkah
apakah sesuai standar produk. Kemudian yang dialaminya, seperti: transportasi, operasi
menyetel mesin dan memproduksi produk mesin, pemeriksaan dan perakitan, sampai
kembali sampai menghasilkan produk akhirnya menjadi produk jadi, baik produk
yang sesuai standar. lengkap atau merupakan bagian dari suatu
Dengan mempelajari, mengklarifikasi, produk lengkap (Hadiguna, 2008)
dan mengorganisir aktifitas-aktifitas seperti di Ada pula definisi peta kerja lainnya
atas, memungkinkan operator untuk menurut Sutalaksana (2006), peta-peta kerja
mengurangi total waktu set up melalui merupakan salah satu alat yang sistematis dan
penghapusan aktivitas yang tidak perlu, jelas, untuk berkomunikasi secara luas dan
memperbaiki aktivitas yang perlu, dan sekaligus melalui peta-peta kerja ini bisa
melakukan beberapa aktivitas secara mendapatkan informasi-informasi yang
bersamaan daripada secara berurutan (Askin & diperlukan untuk memperbaiki suatu metode
Goldberg, 2001). kerja. Peta kerja adalah suatu alat yang
3.2 Pengukuran Waktu kerja menggambarkan kegiatan kerja secara
Pengukuran waktu (time study) adalah sistematis dan jelas. Berdasarkan kegiatannya,
suatu usaha untuk menentukan lamanya waktu peta-peta kerja dibagi menjadi dua kelompok
kerja yang dibutuhkan seorang operator besar, yaitu:
(terlatih dan “qualified”) dalam menyelesaikan 1. Peta-peta kerja untuk analisa kerja
suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat setempat terdiri dari:
kecepatan kerja yang normal dalam lingkungan i) Peta tangan kiri dan tangan kanan
kerja yang terbaik saat itu (Sutalaksana, 2006). (the left and right chart)
Teknik pengukuran waktu kerja terbagi ii) Peta pekerja dan mesin (man and
menjadi dua macam, yaitu secara langsung dan machine chart)
secara tidak langsung (Wignjosoebroto, 2006). 2. Peta-peta kerja untuk analisis kerja
Teknik pengukuran kerja secara langsung keseluruhan terdiri dari:
64
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987
i) Peta proses operasi (operation process mungkin dapat meningkatkan efektifitas dan
chart) efisiensi. Sebaliknya jika terdapat seorang
ii) Peta aliran proses (flow process chart) pekerja yang terlampau sibuk dalam
iii) Peta proses kelompok kerja (gang menangani tugasnya sehingga tidak
process chart) memungkinkan baginya untuk bisa melepas
iv) Diagram aliran (flow diagram) lelah dan melakukan kepentingan-kepentingan
3.4 Peta Pekerja dan Mesin pribadi lainnya, maka tentu hal ini pun akan
Suatu bagan yang menggambarkan merugikan, baik pada pihak perusahaan atau
dan mencatat hubungan antara waktu bekerja bagi pekerja itu sendiri. Pekerja yang
dan menganggur dari kombinasi kerja operator terlampau lelah cenderung lebih banyak
dan mesin dalam suatu proses produksi dalam melakukan kesalahan-kesalahan. Bisa jadi ini
periode tertentu yang dibatasi dalam satu mengakibatkan kerusakan pada mesin atau
siklus. Hubungan antara operator dan mesin menurunkan kualitas produksi. Keburukan
sering bekerja secara silih berganti, yaitu yang dialami pekerja, terutama dirasakan
sementara mesin menganggur, operator bekerja dalam jangka panjang, saat pekerja terlampau
atau sebaliknya. lelah, tentu akan mengakibatkan semakin
Di sini terdapat empat kemungkinan memburuknya kondisi tubuh pekerja tersebut.
terjadi hubungan antara pekerja dan mesin, 3.5 Peta Proses Operasi
yaitu: Menurut Sutalaksana (2006), Peta
1. Operator bekerja- mesin menganggur Proses Operasi adalah suatu peta yang
(idle). menggambarkan langkah-langkah operasi dan
2. Operator menganggur - mesin bekerja. pemeriksaan yang dialami bahan-bahan dalam
3. Operator bekerja - mesin bekerja. urut-urutannya sejak awal sampai menjadi
4. Operator menganggur - mesin produk jadi utuh maupun sebagai bagian
menganggur setengah jadi. Peta ini juga memuat informasi-
Pada dasarnya kondisi menganggur informasi yang diperlukan untuk menganalisis
(idle) adalah suatu kerugian, baik itu terjadi waktu kerja, material, tempat, alat, mesin yang
pada manpower (operator) maupun mesin. digunakan. Informasi-informasi yang bisa
Oleh karena itu, waktu menganggur baik pada didapat dari Peta Proses Operasi antara lain:
pekerja maupun mesin harus dihilangkan atau 1. Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin
setidaknya diminimumkan. Namun, tentunya dan biayanya.
harus masih berada dalam batas-batas 2. Bisa memperkirakan kebutuhan akan
kemampuan manusia dan mesinnya. bahan baku
Penggunaan peta pekerja dan mesin ini 3. Sebagai alat untuk menentukan tata letak
bertujuan untuk mengurangi kondisi pabrik
menganggur. Kondisi menganggur, terutama 4. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan
jika terjadi pada manpower (operator) akan cara kerja yang sedang dipakai
mudah diramalkan dibanding siklus kerja dari 5. Sebagai alat untuk pelatihan kerja
operasi mesin lainnya. Dengan demikian Prinsip-prinsip yang digunakan dalam
perbaikan dilakukan dengan jalan pembuatan Peta Proses Operasi agar bisa
memanfaatkan operator tersebut untuk menggambarnya dengan baik antara lain:
melaksanakan kerja yang lain selama ia (Sutalaksana, 2006)
menunggu operasi mesin selesai. Dalam hal ini 1. Pada baris paling atas (bagian “kepala”)
operator bisa mengoperasikan mesin yang lain ditulis jelas jenis peta, yaitu “Peta Prose
atau melakukan pekerjaan lain selam waktunya Operasi” yang diikuti oleh identifikasi lain
memungkinkan. seperti: nama objek, nama pembuat peta,
Apabila didapati keadaan efektivitas tanggal dipetakan, keterangan dipetakan
pekerja yang menangani sebuah atau beberapa sekarang atau usulan, nomor peta dan
mesin itu rendah, yaitu pekerja banyak nomor Gambar.
menganggur, sementara ditempat lain banyak 2. Material yang akan diproses berada di
terdapat mesin yang menganggur, maka atas garis horizontal yang sesuai dan
penambahan tugas bagi pekerja tersebut menunjukkan ke dalam urut-urutan
65
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987
66
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987
tekstur dan warna yang tidak sesuai, ketebalan mengurangi frekuensi kegagalan, dan
yang tidak tepat, dan lain-lain. memudahkan deteksi kegagalan. Cara
Para ahli memiliki beberapa definisi perhitungan rumus dari RPN yaitu dengan
mengenai failure mode and effect analysis, melakukan perkalian berdasarkan tiga elemen
definisi tersebut memiliki arti yang cukup luas yaitu, severity (dampak), occurrence
dan apabila dievaluasi lebih dalam memiliki (frekuensi) dan detection (deteksi) selanjutnya
arti yang serupa. Definisi failure mode and hasil perkalian tersebut lah yang menjadi nilai
effect analysis tersebut disampaikan oleh: akhir RPN di setiap asetnya. RPN akan
1. Menurut Roger D. Leitch, definisi dari mempengaruhi pilihan yang diambil untuk
Failure Mode and Effect Analysis adalah mengatasi kegagalan sebuah sistem.
analisa teknik yang apabila dilakukan Perhitungan ditentukan melalui persamaan
dengan tepat dan waktu yang tepat akan RPN = S*O*D
memberikan nilai yang besar dalam
membantu proses pembuatan keputusan 4. PENGOLAHAN DATA
dari engineer selama perancangan dan PEMBAHASAN
pengembangan. Analisa tersebut biasa 4.1 Proses Produksi.
disebut analisa “bottom up”, seperti Proses produksi dimulai dengan
dilakukan pemeriksaan pada proses dikeluarkannya material dari warehouse untuk
produksi tingkat awal dan dilakukan proses machining, inspeksi, welding,
mempertimbangkan kegagalan sistem yang assembly, dan painting. Adapun yang menjadi
merupakan hasil dari keseluruhan bentuk obyek penelitian ini adalah proses set up di
kegagalan yang berbeda. bagian produksi di tahapan machining. Secara
2. Menurut John Moubray, definisi dari garis besar gambaran tentang input, proses dan
failure mode and effect analysis adalah output pada proses machining adalah sebagai
metode yang digunakan untuk berikut:
mengidentifikasi bentuk kegagalan yang
mungkin menyebabkan setiap kegagalan
fungsi dan untuk memastikan pengaruh
kegagalan berhubungan dengan setiap
bentuk kegagalan
3.8 Risk Priority Number (RPN)
Metodologi Risk Priority Number
Gambar 3 Aliran proses machining
(RPN) merupakan sebuah teknik untuk
menganalisa resiko yang berkaitan dengan
Proses machining adalah proses
masalah-masalah yang potensial yang telah
pemotongan atau pembuangan sebagaian
diindentifikasikan selama pembuatan FMEA
bahan dengan maksud untuk membentuk
(Stamatis, DH, 1995). RPN metode yang
produk yang diinginkan (Kencanawati, 2017).
memberi peringkat dari setiap risiko kegagalan
Material yang dikerjakan adalah gate valve
yang berada pada sistem atau organisasi
dengan bahan baku berupa forging gate valve
berdasarkan penghitungan dari tiga elemen
dan produk yang dihasilkan dari proses
yaitu, severity (dampak), occurrence
machining berupa Body Gate Valve. Proses
(frekuensi), detection (deteksi). RPN akan
machining dalam penelitian ini hanya terbatas
mempengaruhi pilihan yang diambil untuk
pada mesin CNC Milling. Pada mesin CNC
mengatasi kegagalan sebuah sistem. Hasil
Milling, mesin berjalan otomatis mengikuti
RPN akan menunjukan area yang paling
program yang telah dibuat.
bermasalah, dan RPN dengan peringkat
tertinggi harus mendapatkan prioritas tertinggi
dalam pengambilan tindakan untuk
menyelesaikan permasalahan.
Tujuan dari pengambilan tindakan
yaitu, menghilangkan potensi kegagalan,
mengurangi dampak dari kegagalan,
67
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987
68
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987
69
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987
70
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987
ruang…
berda…
tool…
baut…
kuran…
lokasi…
tidak…
kunci…
tidak…
opt…
setup…
forgin…
fixture dan material sesuai set up sheet.
Perbaikan dilakukan dengan membuat
R.P.N Nilai Kritis skala ukuran pada meja fixture sehingga
operator tidak perlu mengecek ke meja
komputer untuk memastikan fixture
Berdasarkan diagram di atas, dapat telah sesuai dengan set up sheet.
diketahui failure yang melebihi nilai kritis ix) Kurang kesadaran. Operator kurang
terdapat enam kategori dengan hasil kunci memiliki kesadaran tentang perlunya
fixture manual menjadi prioritas pertama untuk melakukan set up yang efektif sehingga
dilakukan perbaikan. Adapun usulan cenderung akan menghindari aktivitas
perbaikan untuk kategori tersebut adalah: set up dikarenakan melelahkan serta
v) Kunci fixture manual langkah perbaikan banyak waktu produksi yang terbuang
dilakukan dengan mengganti kunci fixture karena mesin berhenti. Pemberian
yang masih menggunakan kunci pas secara pengarahan tentang perbaikan metode
manual dengan air impact wrench yang kerja yang lebih baik diharapkan
sesuai. Pada percobaan penggunaan air mampu memberikan pengetahuan dan
impact wrench waktu yang diperlukan kesadaran operator untuk melakukan set
untuk membuka baut pada fixture up yang lebih efektif.
berkurang sebesar 60% dari 5 menit x) Baut (t-slot nut) macet. Setelah
menjadi 2 menit.Penggunaan air impact digunakan beberapa kali, ujung t-nut
wrench diharapkan mampu mempercepat akan mengembang dan ulirnya rusak,
proses membuka dan mengunci baut pada sehingga mengakibatkan macet dan
fixture serta mengurangi tingkat kelelahan susah dibuka dan operator perlu
operator pada saat proses set up. menggunakan palu untuk menggeser t-
vi) Tidak melakukan set up saat mesin nut yang mengembang tadi. Usulan
berjalan. Dengan tidak melakukan perbaikan dilakukan dengan mengganti
aktivitas set up pada saat mesin berjalan, t-nut dengan yang telah diberikan proses
maka mesin akan berhenti beroperasi hardening atau pengerasan material,
selama 80 menit pada saat proses set up sehingga tidak mudah mengembang dan
sehingga menjadi sebuah kerugian bagi rusak pada ulirnya.
perusahaan. Di sisi lain, ketika prosis
machining sedang berjalan, operator 5.1 Peningkatan produktifitas
memilik waktu menganggur selama 28 Dari pembahasan dan perbaikan
menit. metode kerja pada proses set up yang telah
vii) Berdasarkan kebiasaan. Perbaikan dilakukan, maka dapat dibuat perbandingan
metode kerja dilakukan dengan membuat metode kerja pada proses set up sebelum
standar instruksi kerja yang mengatur perbaikan dan usulan perbaikan dengan
tentang standardisasi langkah-langkah membanding peta pekerja mesin dan peta
proses set up dan hal hal lain berkaitan aliran proses yang terjadi setelah di lakukan
dengan keselamatan dan kesehatan perbaikan, sebagai berikut
kerja. Dengan adanya standar instruksi
kerja maka operator diharuskan
melaksanan prosedur langkah-langkah
kerja yang telah diatur oleh instruksi
kerja.
71
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987
Kenaikan produktivitas =
x 100% = x 100% =
11,2%
72
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987
73