Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Profisiensi, Vol.9 No.

1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987

Perbaikan Metode Kerja Pada Proses Set Up


Untuk Meningkatkan Produktivitas Machining Gate Valve
di PT. Cameron Systems Batam
Refdilzon Yasra1, Nilda Tri Putri2, M. Rozaq3
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Ibnu Sina, Batam1.3
Program Pascasarjana Universitas Andalas, Padang2
e-mail: * refdilzon.yasra@uis.ac.id, 2nildatriputri@gmail.com,3masmipselrazak@gmail.com
1

Abstrak

PT. Cameron Systems Batam merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi peralatan
pengeboran minyak bumi dan gas. Dalam menjalankan proses produksinya perusahaan menggunakan
sistem make to order dimana terdapat banyak jenis model produk yang dikerjakan dengan jumlah yang
beragam sesuai permintaan pelanggan. Perusahaan saat ini menghadapi kendala rendahnya
produktivitas direct hours. Kontribusi terbesar rendahnya produktivitas direct hours terjadi di
Departement Machining pada proses machining CNC Miling. Hal ini dilihat dari laporan produksi
selama 6 bulan lalu. Penyebab rendahnya produktifitas direct hour ini adalah actual waktu Set up time
yang tidak terkontrol. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menetap waktu baku yang
dibutuhkan untuk melakukan set up dan perbaikan metoda kerja, sehingga dapat meningkatkan
produktivitas pada departemen machining. Pengamatan langsung diperlukan untuk identifikasi
aktivitas dan permasalahan yang ada pada proses set up. Data pengamatan di olah dengan metoda
statistika seperti uji keseragaman data, uji kecukupan data. Identifikasi aktifitas dan permasalah di
olah dengan membuat Peta Proses operasi, Peta aliran proses dan Peta pekerja dan mesin. Dari Peta
pekerja dan proses didapat waktu baku proses set up ssekarang adalah 82 menit dengan beban kerja
tidak merata antara pekerja (97.6%) dan mesin (2.4%). Dari Peta aliran proses Orang/pekerja di
identifikasi aktifitas tidak bermanfaat. Pengolahan data dengan menggunakan metoda Fishbone
diagram untuk identifikasi penyebab dan perbaikan yang akan di usulkan di perubahan dan Metoda
FMEA untuk menetapkan prioritas perbaikan terhadap usulan.
Berdasarkan analisis FMEA, diperoleh nilai RPN untuk menetapkan prioritas perbaikan metode kerja,
yaitu kunci fixture manual (40), tidak melakukan set up saat mesin berjalan (30), berdasarkan
kebiasaan (30), tidak adanya skala ukuran (30), kurang kesadaran (27) dan baut (t-daslot) macet (24).
Simulasi dilakukan dengan membuat peta pekerja dan mesin, dan peta aliran proses, serta memasukan
data waktu pengukuran langsung pada peta aliran proses didapatkan hasil waktu baku 86 menit dengan
beban kerja merata antara pekerja (98%) dan Mesin (85%). Terjadi peningkatan beban kerja mesin
dari 2.4% menjadi 85% maka hal ini menaikan direct hour and peningkatan produktivitas.

Kata Kunci : Waktu Baku, Peta Kerja, FMEA.

Abstract

PT. Cameron System Batam is a manufacturing company that produces oil and gas equipment. In
carrying out the production process the company uses a make to order system where there are many
types of product models that are manufacture in varying quantities according to customer demand.
Presently the the company direct hours productivity is below the target. Major contributed by
Department machining at low productivity direct hours, as reported in the last 6 months production
report direct hours productivity. One caused of low direct hour productivity is time for set up machine
out of control. The research conducted with objective to determine the standard time required for Set
up time and improve the work methods provided to increase the direct hour productivity at
Department Machining. Shop floor observation required toidentify the activity and constraint face
during the set-up processes. Data observation collected using the statistical method uji keseragaman
data and uji kecukupan data. Problem and Process activity identify with Operation process chart, flow

60
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987

process chart and man-machine chart. Man-machine Chart result the time required for the set-up
processes is 82 minutes with workload for Man (97.6%) and Manchine (2.4%) that’s show uneven
workload. Derived from Flow process chart identify the unproductive activity. Analyze the data and
information from process chart using the Fishbone diagram to find the possible cause and identify the
improvement using the FMEA method improvement priorities.
Base on the FMEA analysis result with highest RPN will be use for priorities improvement activity
where the result are Key Fixture manual (40), No set up activity during the machine running (30),
Attitude (30), no scale measurement available (30), Lack of awareness (27) and baut (t-daslot) jam
(24). Perform the simulation by ploting the data improved from analysis result to the man-machin
chart, flow process chart results the standar time for set up is 86 minutes where the workload between
man (98%) and Machine (85%). It shown that workload even/ balance and the utilization of the
machine increase from 2.4% to 85% it will increase the direct hours and improve the direct hours
productivity.

Keywords : Standard Time, Process Chart, FMEA.

1. PENDAHULUAN order dimana produk akan dibuat ketika ada


Tujuan suatu perusahaan manufaktur permintaan pelanggan (Hanim, 2015).
adalah meraih keberhasilan yang berdampak Banyaknya barang yang diproduksi dikerjakan
pada kemajuan perusahaan. Salah satu ukuran dikerjakan berdasarkan kesepakatan dan
keberhasilan kinerja individu, organisasi atau spesifikasi yang telah di setujui oleh
perusahaan terletak pada produktivitasnya. pelanggan.
Apabila produktivitasnya tinggi atau Jenis atau ragam model produk yang
bertambah, maka suatu organisasi atau dikerjakan pada departemen Machining juga
perusahaan tersebut bisa dikatakan berhasil. menimbulkan beberapa masalah bagi
Apabila lebih rendah dari standar atau perusahaan. Salah satu kendala besar pada
menurun, bisa dinyatakan tidak atau kurang perusahaan adalah variasi produk yang tinggi
berhasil. Oleh karena itu, setiap perusahaan dan barang yang dikerjakan dalam jumlah
harus memiliki strategi untuk sedikit. Setiap ada penggantian produk atau
mempertahankan, memperbaiki, dan bahkan barang dibutuhkan proses set up yang meliputi
meningkatkan kinerja untuk mengembangkan aktivitas penggantian peralatan, dan persiapan
perusahaan. Salah satu cara agar perusahaan benda kerja lainnya. Semakin banyak model
dapat berkembang yaitu dengan meningkatkan produk yang maka semakin banyak waktu
kinerja dan produksi. Untuk mencapai hal yang dibutuhkan untuk melakukan set up.
tersebut adalah dengan memperbaiki proses Seperti pada table 1.1.Variasi model produk
produksi. Perbaikan proses produksi perlu gate valve yang tercatat selama satu minggu di
dilakukan secara berkesinambungan dan terus- bulan oktober 2019.
menerus agar pemborosan material dan waktu
dapat diperkecil. Tabel 1.1 Jadwal Machining Mesin GVMILL2
PT. Cameron Systems Batam Minggu ke-4 Oktober 2019
merupakan salah satu perusahaan manufaktur No. Tanggal Material Jumlah
di Batam yang bergerak di bidang pembuatan 1. 24-Okt-19 Gate Valve 3.5K FLG 1
Gate Valve 4.5K FLG 3
peralatan pengeboran minyak bumi dan gas.
2. 25-Okt-19 Gate Valve 4.5K FLG 5
Produk utama dari PT. Cameron Systems Gate Valve 3.5K FLG
Batam yaitu Wellhead Spare dan Christmas 3. 26-Okt-19 7
(open up)
Tree. Sebuah produk Christmas Tree terdiri 27-Okt-19
Gate Valve 3.5K FLG
5
dari beberapa bagian diantaranya Gate Valve, 4. (open up)
27-Okt-19
Blind Flange, Bonnet, dan Flange Adapter. Gate Valve FLS 3-1/8 6
5. 28-Okt-19 Gate Valve 3.5K RX-35 12
Dalam menjalankan proses produksinya 6. 29-Okt-19 Gate Valve 3.5K RX-35 18
perusahaan menggunakan model kerja make to 7. 30-Okt-19 Gate Valve 2.5K FLG 22

61
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987

PT Cameron mendefinisikan adalah dikarenakan lamanya mesin berhenti


pekerjaan yang menambah nilai atas suatu pada saat proses set up (hasil wawancara
produk dan dibayar oleh customer disebut dengan operator dan pengamatan langsung
dengan direct activity dan standar waktu bersama supervisor). Aktifitas set up mesin
pengerjaaan direct activity tersebut dinamakan oleh operator berlangsung secara serabutan,
direct hours. Jumlah direct hours yang tidak ada metode kerja yang sistematis
dihasilkan perusahaan tersebut akan mengatur proses set up gate valve, yang di
dimasukkan ke dalam sistem perusahaan untuk jadikan sebagai rujukan bagi operator. Perihal
kemudian dilaporkan ke kantor pusat sebagai ini dapat dilihat dari data pengamatan dan
laporan produktivitas perusahaan. pengukuran langsung selama 20 hari kerja
Produktivitas mengandung pengertian berurutan pada satu orang pekerja dengan satu
perbandingan atara hasil yang dicapai (output) mesin yang di tangani. Hasil pengamatan pada
dengan keseluruhan sumber daya yang dipakai tabel 1.2. berikut
(input) (Umar Husein, 2002). Besarnya tingkat
produktivitas dapat dihitung dengan Tabel 1.2 laporan harian produktivitas mesin
menggunakan rumus: GVMILL1
… (1.1)
Demikian juga PT. Cameron Systems
menggunakan perhitungan produktivitas
sebagai standar pengukuran kerja, dimana
produktivitas dihitung berdasarkan jumlah Dari pengamatan proses machining
output direct hours dalam satu shift dibagi selama 20 hari kerja seperti pada tabel 1.2,
dengan jumlah jam kerja keseluruhan dalam Pola atau trend tidak beraturan terjadi pada
satu shift. Target minimum produktivitas direct hour. Ketika terjadi satu kali
direct hours yang ditetapkan perusahaan adalah penggantian model produk barang, dalam satu
86%. Setiap operator dalam satu shift bekerja hari operator hanya menghasilkan 7,4 direct
selama 12 jam perhari, dengan waktu istirahat hours. Sedangkan pengamatan pada saat tidak
1,5 jam maka direct hours yang tersedia adalah ada penggantian model produk operator
10,5 jam sehingga target minimum direct hours tersebut mampu menghasilkan 9,2 jam direct
yang harus dicapai oleh karyawan adalah 9 jam hours dalam satu hari. Perusahaan memberikan
direct hours per hari. Berdasarkan laporan waktu set up pada setiap pergantian model
bulanan untuk Mesin GVMILL1 dari bulan selama 30 menit, namun kenyataanya proses
Juli 2019 sampai dengan Desember 2019, tidak set up selalu berlangsung lebih dari 30 menit
pernah tercapai Productivity Direct hour (in dan tidak terkontrol. Perihal ini dapat dilihat
Percentage) di angka 86%. Seperti yang di dari tabel 1.2. rata-rata direct hours 8.1 jam
gambar 1. dengan ukuran penyimpangan 1.5. Jika dari
data di hilangkan Direct hours yang memenuhi
target, maka rata rata kekurangan direct hour
dari target adalah 1.4 jam. Padahal dari 10.5
direct hour yang efektif, 1.5 jam di alokasi
oleh perusahaan untuk melakukan Set up,
Rework, maintenance, penyesuaian dan
kelonggaran. Secara total selama 20 hari
pengamatan telah terjadi waste time selama 3 –
4 jam kerja. Waste time atau kehilangan jam
Gambar 1.1 Grafik Pencapaian Produktivitas kerja ini lebih sering di jadikan alasan oleh
Juli 2019 – Desember 2019 operator sebagai Long Set up time yang
Diskusi dengan supervisor yang berakibat pada Lembur kerja.
bertanggung jawab pada Mesin GVMILL1 Lamanya waktu setup inilah yang
ditemukan operator hanya menghasilkan 6-8 menyebabkan produktivitas departemen
jam direct hours perhari. Salah satu penyebab machining untuk memenuhi standar direct
tidak tercapainya target minimum direct hours hours yang ditetapkan perusahaan sulit

62
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987

dicapai. Akibatnya perusahaan sering kerja maupun karyawan yang secara


mengalami keterlambatan dalam pengiriman langsung melakukan pekerjaan tersebut.
barang dan komplain dari customer. 2. Observasi, Penulis secara langsung
Departement supervisor harus mengaktifkan melakukan observasi atau mengamati
lembur kerja. Hal lain Jadwal produksi haru di kegiatan proses set up dari dekat demi
revisi untuk mengakomodasi kehilangan jam melihat dan memahami semua aktivitas
kerja. Selain itu rendahnya direct hours juga yang dilakukan pada proses tersebut.
mengakibatkan biaya operasi per jam menjadi 3. Wawancara, ini penulis secara langsung
tinggi.. melakukan wawancara pada semua
sampel yang ada pada populasi tersebut
2. METODE PENELITIAN untuk mendapatkan data yang lebih akurat
2.1 Jadwal dan Tempat Penelitian untuk melanjutkan penulisan.
Objek penelitian pada laporan proses 4. Tinjauan Pustaka, peneliti mencari
machining Gate Valve dan subjek penelitian informasi dari perpustakaan terkait
penulis adalah proses set up pada proses metode digunakan dalam penelitian yang
machining gate valve dengan mesin CNC akan dilaksanakan. Mencari prosedur dan
Milling di perusahaan PT. Cameron system instruksi kerja perusahaan yang
Batam. Jadwal penelitian dilakukan pada 1 berhubungan dengan proses machining
Oktober 2019 sampai dengan 29 Februari CNC
2020, dimana mengamati karyawan/operator 5. Studi literature adalah membanding kan
yang secara langsung melakukan proses set up temuan – temuan pada observasi lapangan
di mesin tersebut di waktu kerja normal yaitu dan wawancara dengan persyaratan yang
pukul 7:30 pagi sampai pukul 19:30. ada prosedur dan instruksi kerja. Ketidak
2.2 Jenis Data sesuaian dan perbedaan yang terjadi dari
Penelitian ini merupakan penelitian hasil studi literature ini menjadi masukan
deskriptif kuantitatif yang menggambarkan untuk pengolahan data dan pembahasan.
tentang waktu standar pekerjaan set up pada
bagian machining gate valve. Pengumpulan 3. TINJAUAN PUSTAKA
data primer dilakukan dengan melakukakn 3.1 Waktu Set up
pengukuran waktu set up menggunakan jam Waktu set up atau waktu persiapan
henti, serta melakukan wawancara untuk didefinisikan sebagai banyaknya waktu yang
mengetahui permasalahan dan masukan dari dibutuhkan untuk menyiapkan suatu operasi
pihak yang terkait. Data sekunder diperoleh atau pekerjaan sampai mesin tersebut
secara tidak langsung berasal dari sumber yang menghasilkan suatu produk dengan kecepatan
pernah ada sebelumnya. Data sekunder normal. Di dalam waktu set up ada waktu
tersebut dapat berupa buku referensi, Jurnal, organisasional seperti menghentikan mesin dan
artikel dan data-data lain yang mungkin memanggil teknisi, melakukan persiapan
diperlukan dalam penelitian. peralatan set up, waktu set up, changeover, dan
2.3 Populasi dan Sampel startup nya sendiri, melakukan adjustment,
Definisi populasi dalam penelitian ini trial run sampai menghasilkan produk jadi
adalah semua mesin CNC milling di PT. pertama (Arum, 2017). Sedangkan waktu set
Cameron Systems yang memproduksi gate up menurut Askin dan Goldberg (2001) adalah
galve yaitu sebanyak empat mesin, dan sampel waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
yang diambil adalah mesin CNC milling yang persiapan operasi/kerja. Waktu yang
selalu mengerjakan Gate Galve sebanyak dua dihabiskan tersebut menyangkut waktu
mesin. pengaturan komponen mesin, waktu
2.4 Metode Pengumpulan data penyediaan peralatan kerja, dan sebagainya.
1. Dalam pengumpulan data yang Sebagian besar set up dilakukan pada saat
dibutuhkan untuk mencukupi kelengkapan mesin berhenti atau mesin tidak beroperasi. Set
tugas ini ada beberapa cara yang langsung up terdiri dari dua jenis, yaitu: (Askin dan
dilakukan oleh penulis kepada pelaku Goldberg, 2001).

63
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987

1. Major set up, dimana set up dilakukan terdiri dari pengukuran jam henti (stopwatch
untuk menghasilkan bagian-bagian dari time study) dan sampling pekerjaan (work
produk yang berbeda tipe. sampling). Teknik pengukuran kerja secara tak
2. Minor set up, dimana set up dilakukan langsung terdiri dari data waktu baku (standard
untuk menghasilkan bagian-bagian dalam data) dan data waktu gerakan (predetermined
produk yang memiliki kesamaan tipe. time system).
Aktivitas set up yang umumnya Pengukuran waktu kerja dengan jam
dilakukan di industri dapat dikelompokkan henti (stopwatch time study) diperkenalkan
menjadi beberapa jenis, yaitu: pertama kali oleh Frederick W. Taylor sekitar
1. Jenis pertama: melakukan persiapan, abad 19 yang lalu. Metode ini terutama sekali
pengecekan material, pengecekan baik diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan
peralatan sebelum proses set up yang berlangsung singkat dan berulang-ulang
berlangsung dan membersihkan mesin, (Sritomo, 2006). Dari hasil pengukuran maka
membersihkan tempat kerja, mengecek akan diperoleh waktu baku untuk
dan mengembalikan peralatan, material, menyelesaikan satu siklus pekerjaan, yang
dan lain-lain setelah proses set up selesai. mana waktu ini akan dipergunakan sebagai
2. Jenis kedua: memindahkan peralatan, standard penyelesaian pekerjaan bagi semua
parts, dan lain-lain setelah penyelesaian pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan
lot terakhir lalu menata parts, peralatan yang sama seperti itu.
untuk sebelum lot selanjutnya. 3.3 Peta Peta Kerja
3. Jenis ketiga: mengukur, melakukan Peta kerja adalah suatu alat yang
setting dan mengkalibrasi mesin, menggambarkan kegiatan kerja secara
peralatan, fixtures dan part pada saat sistematis dan jelas. Melalui peta-peta ini bisa
proses berlangsung. diketahui semua langkah atau kejadian yang
4. Jenis keempat: memproduksi suatu dialami oleh suatu benda kerja dari mulai
produk contoh setelah setting awal selesai masuk ke pabrik (berbentuk bahan baku),
dan mengecek produk contoh tersebut kemudian menggambarkan semua langkah
apakah sesuai standar produk. Kemudian yang dialaminya, seperti: transportasi, operasi
menyetel mesin dan memproduksi produk mesin, pemeriksaan dan perakitan, sampai
kembali sampai menghasilkan produk akhirnya menjadi produk jadi, baik produk
yang sesuai standar. lengkap atau merupakan bagian dari suatu
Dengan mempelajari, mengklarifikasi, produk lengkap (Hadiguna, 2008)
dan mengorganisir aktifitas-aktifitas seperti di Ada pula definisi peta kerja lainnya
atas, memungkinkan operator untuk menurut Sutalaksana (2006), peta-peta kerja
mengurangi total waktu set up melalui merupakan salah satu alat yang sistematis dan
penghapusan aktivitas yang tidak perlu, jelas, untuk berkomunikasi secara luas dan
memperbaiki aktivitas yang perlu, dan sekaligus melalui peta-peta kerja ini bisa
melakukan beberapa aktivitas secara mendapatkan informasi-informasi yang
bersamaan daripada secara berurutan (Askin & diperlukan untuk memperbaiki suatu metode
Goldberg, 2001). kerja. Peta kerja adalah suatu alat yang
3.2 Pengukuran Waktu kerja menggambarkan kegiatan kerja secara
Pengukuran waktu (time study) adalah sistematis dan jelas. Berdasarkan kegiatannya,
suatu usaha untuk menentukan lamanya waktu peta-peta kerja dibagi menjadi dua kelompok
kerja yang dibutuhkan seorang operator besar, yaitu:
(terlatih dan “qualified”) dalam menyelesaikan 1. Peta-peta kerja untuk analisa kerja
suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat setempat terdiri dari:
kecepatan kerja yang normal dalam lingkungan i) Peta tangan kiri dan tangan kanan
kerja yang terbaik saat itu (Sutalaksana, 2006). (the left and right chart)
Teknik pengukuran waktu kerja terbagi ii) Peta pekerja dan mesin (man and
menjadi dua macam, yaitu secara langsung dan machine chart)
secara tidak langsung (Wignjosoebroto, 2006). 2. Peta-peta kerja untuk analisis kerja
Teknik pengukuran kerja secara langsung keseluruhan terdiri dari:

64
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987

i) Peta proses operasi (operation process mungkin dapat meningkatkan efektifitas dan
chart) efisiensi. Sebaliknya jika terdapat seorang
ii) Peta aliran proses (flow process chart) pekerja yang terlampau sibuk dalam
iii) Peta proses kelompok kerja (gang menangani tugasnya sehingga tidak
process chart) memungkinkan baginya untuk bisa melepas
iv) Diagram aliran (flow diagram) lelah dan melakukan kepentingan-kepentingan
3.4 Peta Pekerja dan Mesin pribadi lainnya, maka tentu hal ini pun akan
Suatu bagan yang menggambarkan merugikan, baik pada pihak perusahaan atau
dan mencatat hubungan antara waktu bekerja bagi pekerja itu sendiri. Pekerja yang
dan menganggur dari kombinasi kerja operator terlampau lelah cenderung lebih banyak
dan mesin dalam suatu proses produksi dalam melakukan kesalahan-kesalahan. Bisa jadi ini
periode tertentu yang dibatasi dalam satu mengakibatkan kerusakan pada mesin atau
siklus. Hubungan antara operator dan mesin menurunkan kualitas produksi. Keburukan
sering bekerja secara silih berganti, yaitu yang dialami pekerja, terutama dirasakan
sementara mesin menganggur, operator bekerja dalam jangka panjang, saat pekerja terlampau
atau sebaliknya. lelah, tentu akan mengakibatkan semakin
Di sini terdapat empat kemungkinan memburuknya kondisi tubuh pekerja tersebut.
terjadi hubungan antara pekerja dan mesin, 3.5 Peta Proses Operasi
yaitu: Menurut Sutalaksana (2006), Peta
1. Operator bekerja- mesin menganggur Proses Operasi adalah suatu peta yang
(idle). menggambarkan langkah-langkah operasi dan
2. Operator menganggur - mesin bekerja. pemeriksaan yang dialami bahan-bahan dalam
3. Operator bekerja - mesin bekerja. urut-urutannya sejak awal sampai menjadi
4. Operator menganggur - mesin produk jadi utuh maupun sebagai bagian
menganggur setengah jadi. Peta ini juga memuat informasi-
Pada dasarnya kondisi menganggur informasi yang diperlukan untuk menganalisis
(idle) adalah suatu kerugian, baik itu terjadi waktu kerja, material, tempat, alat, mesin yang
pada manpower (operator) maupun mesin. digunakan. Informasi-informasi yang bisa
Oleh karena itu, waktu menganggur baik pada didapat dari Peta Proses Operasi antara lain:
pekerja maupun mesin harus dihilangkan atau 1. Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin
setidaknya diminimumkan. Namun, tentunya dan biayanya.
harus masih berada dalam batas-batas 2. Bisa memperkirakan kebutuhan akan
kemampuan manusia dan mesinnya. bahan baku
Penggunaan peta pekerja dan mesin ini 3. Sebagai alat untuk menentukan tata letak
bertujuan untuk mengurangi kondisi pabrik
menganggur. Kondisi menganggur, terutama 4. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan
jika terjadi pada manpower (operator) akan cara kerja yang sedang dipakai
mudah diramalkan dibanding siklus kerja dari 5. Sebagai alat untuk pelatihan kerja
operasi mesin lainnya. Dengan demikian Prinsip-prinsip yang digunakan dalam
perbaikan dilakukan dengan jalan pembuatan Peta Proses Operasi agar bisa
memanfaatkan operator tersebut untuk menggambarnya dengan baik antara lain:
melaksanakan kerja yang lain selama ia (Sutalaksana, 2006)
menunggu operasi mesin selesai. Dalam hal ini 1. Pada baris paling atas (bagian “kepala”)
operator bisa mengoperasikan mesin yang lain ditulis jelas jenis peta, yaitu “Peta Prose
atau melakukan pekerjaan lain selam waktunya Operasi” yang diikuti oleh identifikasi lain
memungkinkan. seperti: nama objek, nama pembuat peta,
Apabila didapati keadaan efektivitas tanggal dipetakan, keterangan dipetakan
pekerja yang menangani sebuah atau beberapa sekarang atau usulan, nomor peta dan
mesin itu rendah, yaitu pekerja banyak nomor Gambar.
menganggur, sementara ditempat lain banyak 2. Material yang akan diproses berada di
terdapat mesin yang menganggur, maka atas garis horizontal yang sesuai dan
penambahan tugas bagi pekerja tersebut menunjukkan ke dalam urut-urutan

65
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987

tempat material tersebut kemudian (Measurement) kemungkinan di sebabkan alat


diproses. ukur yang digunakan tidak benar, atau
3. Lambang-lambang ditempatkan dalam penggunaan alat ukur oleh operator tidak betul.
arah vertikal, dari atas ke bawah sesuai Untuk Lingkungan (milieu) kemungkinan
urut-urutan prosesnya. potensial penyebab bisa dari temperature yang
4. Penomoran terhadap suatu kegiatan esktrim pada tempat kerja, kebisingan diluar
operasi diberikan secara berurutan sesuai batas ambang. Gambar 2.6 menunjuk struktur
dengan urutan operasi terkait. dari cause and effect diagram.
Penomoran terhadap suatu kegiatan
pemeriksaan diberikan secara tersendiri dan
prinsipnya sama dengan penomoran untuk
kegiatan operasi. Pada pembuatan peta ini,
bagian produk yang paling banyak
memerlukan operasi, dipetakan terlebih
dahulu, dan dilakukan pada bagian peta
sebelah kanan. Ringkasan yang terdapat pada
peta ini mengandung informasi-informasi
seperti: jumlah operasi, jumlah pemeriksaan Gambar 2.6 Struktur Cause and Effect diagram
dan jumlah waktu yang dibutuhkan. (Sumber: Barsalou, 2015)
3.6 Cause and Effect Diagram 3.7 FMEA
Alat yang digunakan untuk FMEA adalah metode untuk
mengidentifikasi kemungkinan dari penyebab mengidentifikasi dan menganalisa potensi
masalah yang terstruktur salah satunya adalah kegagalan dan akibatnya yang bertujuan untuk
Diagram cause and effect. Diagram ini merencanakan proses produksi secara baik dan
menyebutkan berbagai potensial penyebab dari dapat menghindari kegagalan proses produksi
suatu akibat. Diagram ini juga mengambarkan dan kerugian yang tidak diinginkan (Aisyah,
hirarki dari penyebab, penyebab dari penyebab 2009). Pengertian lain FMEA adalah sebuah
dan seterusnya. Secara klasik diagram ini ber metode evaluasi kemungkinan terjadinya
bentuk seperti tulang ikan (Fishbone). Alat sebuah kegagalan dari sebuah sistem, desain,
(tool) ini pertama kali di populerkan oleh proses atau servis untuk dibuat langkah
Kaoru Ishikawa tahun 1940. Makanya diagram penanganannya (Yumaida, 2011). FMEA
ini disebut juga sebagai Ishikawa diagram. digunakan untuk mengidentifikasi sumber-
(Samanta, 2019). Diagram Ishikawa di sumber dan akar penyebab dari suatu masalah.
gambarkan garis horizontal dari kiri ke kanan, Suatu mode kegagalan adalah apa saja yang
dimana pada sisi kanan menunjukan akibat termasuk dalam kecacatan atau kegagalan
(Effect). Garis vertical 45 derajat yang menuju dalam desain, kondisi diluar batas spesifikasi
pada garis horizontal, garis ini di label sebagai yang telah ditetapkan, atau perubahan dalam
faktor potensial. Faktor potensial ini di produk yang menyebabkan terganggunya
katagorikan ada 6 M: Man, Machine, Milieu, fungsi dari produk itu.
Methods, Material, and Measurement, Terdapat dua jenis penggunaan FMEA
(Barsalou, 2015). Potensial faktor orang (man) yaitu dalam bidang desain (FMEA Desain) dan
kemungkinan di pengaruhi oleh tingkat dalam proses (FMEA Proses). FMEA Desain
pelatihan, kompetensi, tidak mengikuti akan membantu menghilangkan kegagalan-
instruksi kerja atau Kelelahan (fatigue). kegagalan yang terkait dengan desain,
Metoda (methods) kemungkinan di sebabkan misalnya kegagalan karena kekuatan yang
oleh instruksi kerja yang tidak jelas. tidak tepat, material yang tidak sesuai, dan
Kemungkinan penyebab oleh material bisa lain-lain. FMEA proses akan menghilangkan
berbagai alasan material seperti dimensi yang kegagalan yang disebabkan oleh perubahan-
salah atau defective material. Pada penyebab perubahan dalam variabel proses, misalkan
Mesin, kemungkinan di sebabkan oleh kondisi diluar batas-batas spesifikasi yang
maintenance tidak benar, Aus dan lain ditetapkan seperti ukuran yang tidak tepat,
sebagainya. Pada penyebab Pengukuran

66
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987

tekstur dan warna yang tidak sesuai, ketebalan mengurangi frekuensi kegagalan, dan
yang tidak tepat, dan lain-lain. memudahkan deteksi kegagalan. Cara
Para ahli memiliki beberapa definisi perhitungan rumus dari RPN yaitu dengan
mengenai failure mode and effect analysis, melakukan perkalian berdasarkan tiga elemen
definisi tersebut memiliki arti yang cukup luas yaitu, severity (dampak), occurrence
dan apabila dievaluasi lebih dalam memiliki (frekuensi) dan detection (deteksi) selanjutnya
arti yang serupa. Definisi failure mode and hasil perkalian tersebut lah yang menjadi nilai
effect analysis tersebut disampaikan oleh: akhir RPN di setiap asetnya. RPN akan
1. Menurut Roger D. Leitch, definisi dari mempengaruhi pilihan yang diambil untuk
Failure Mode and Effect Analysis adalah mengatasi kegagalan sebuah sistem.
analisa teknik yang apabila dilakukan Perhitungan ditentukan melalui persamaan
dengan tepat dan waktu yang tepat akan RPN = S*O*D
memberikan nilai yang besar dalam
membantu proses pembuatan keputusan 4. PENGOLAHAN DATA
dari engineer selama perancangan dan PEMBAHASAN
pengembangan. Analisa tersebut biasa 4.1 Proses Produksi.
disebut analisa “bottom up”, seperti Proses produksi dimulai dengan
dilakukan pemeriksaan pada proses dikeluarkannya material dari warehouse untuk
produksi tingkat awal dan dilakukan proses machining, inspeksi, welding,
mempertimbangkan kegagalan sistem yang assembly, dan painting. Adapun yang menjadi
merupakan hasil dari keseluruhan bentuk obyek penelitian ini adalah proses set up di
kegagalan yang berbeda. bagian produksi di tahapan machining. Secara
2. Menurut John Moubray, definisi dari garis besar gambaran tentang input, proses dan
failure mode and effect analysis adalah output pada proses machining adalah sebagai
metode yang digunakan untuk berikut:
mengidentifikasi bentuk kegagalan yang
mungkin menyebabkan setiap kegagalan
fungsi dan untuk memastikan pengaruh
kegagalan berhubungan dengan setiap
bentuk kegagalan
3.8 Risk Priority Number (RPN)
Metodologi Risk Priority Number
Gambar 3 Aliran proses machining
(RPN) merupakan sebuah teknik untuk
menganalisa resiko yang berkaitan dengan
Proses machining adalah proses
masalah-masalah yang potensial yang telah
pemotongan atau pembuangan sebagaian
diindentifikasikan selama pembuatan FMEA
bahan dengan maksud untuk membentuk
(Stamatis, DH, 1995). RPN metode yang
produk yang diinginkan (Kencanawati, 2017).
memberi peringkat dari setiap risiko kegagalan
Material yang dikerjakan adalah gate valve
yang berada pada sistem atau organisasi
dengan bahan baku berupa forging gate valve
berdasarkan penghitungan dari tiga elemen
dan produk yang dihasilkan dari proses
yaitu, severity (dampak), occurrence
machining berupa Body Gate Valve. Proses
(frekuensi), detection (deteksi). RPN akan
machining dalam penelitian ini hanya terbatas
mempengaruhi pilihan yang diambil untuk
pada mesin CNC Milling. Pada mesin CNC
mengatasi kegagalan sebuah sistem. Hasil
Milling, mesin berjalan otomatis mengikuti
RPN akan menunjukan area yang paling
program yang telah dibuat.
bermasalah, dan RPN dengan peringkat
tertinggi harus mendapatkan prioritas tertinggi
dalam pengambilan tindakan untuk
menyelesaikan permasalahan.
Tujuan dari pengambilan tindakan
yaitu, menghilangkan potensi kegagalan,
mengurangi dampak dari kegagalan,

67
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987

saat set up sebesar 2,4% sedangkan beban


kerja operator pada saat set up mencapai
97,6% dengan waktu menganggur selama 2
menit.
Peta aliran proses digunakan untuk
menjelaskan secara detail proses apa saja yang
ada termasuk proses transportasi yang
diperlukan saat melakukan set up. Peta aliran
proses yang digunakan untuk mengamati
proses set up seperti terlihat pada gambar

Gambar 4.7 Peta Pekerja dan Mesin Machining


Gate Valve 2.06 5K

Berdasarkan peta pekerja di atas, saat


proses machining berlangsung, beban kerja
mesin adalah 94% dan beban kerja operator
adalah 64% dengan waktu menganggur saat
mesin berjalan selama 28 menit. Kondisi
tersebut merupakan standar yang telah
ditetapkan perusahaan dan dapat berubah jika
terjadi aktivitas lainnya seperti proses set up,
mesin atau tooling bermasalah.
Dalam melakukan proses set up gate
valve, perusahaan masih menggunakan metode
tradisional, dimana mesin akan berhenti ketika
proses set up sedang berlangsung. Gambaran
hubungan antara operator dan mesin ketika
proses set up dapat dilihat pada peta pekerja
dan mesin berikut:
Gambar 4 Peta Aliran Proses Set Up

4.2 Perhitungan Waktu Baku Proses Set Up


Pengambilan data waktu setup dengan
melakukan pengamatan dilakukan secara
langsung pada saat proses set up dengan
menggunakan jam henti sebagi alat penghitung
waktu. Data hasil pengamatan dapat dilihat
pada tabel di bawah.

Gambar 4.8 Peta Pekerja Dan Mesin Saat


Proses Set Up

Berdasarkan peta kerja prosess set up


di atas dapat diketahui bahwa mesin banyak
berhenti dengan total waktu berhenti selama 80
menit dan hanya memiliki beban kerja mesin

68
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987

Tabel 3 Data Pengamatan Waktu Set Up

Gambar 4 Grafik Uji Keseragaman Data

Berdasarkan uji keseragaman data


yang telah dilakukan, maka data pengamatan
dapat dinyatakan seragam, sehingga bisa
dilakukan tahapan penelitian selanjutnya.
3.2.2 Uji Kecukupan Data
Berdasarkan tabel pengamatan dapat dilakukan
Uji kecukupan data dilakukan untuk
perhitungan untuk mendapatkan nilai rata-rata:
memastikan bahwa pengamatan yang
dilakukan cukup. Data dinyatakan cukup jika
X = = = 82,26 banyaknya banyaknya pengamatan hasil
perhitungan kurang dari banyaknya
3.2.1 Uji Keseragaman Data pengamatan yang dilakukan, N’< N.
Untuk memastikan data yang
dikumpulkan seragam, maka diperlukan uji √ ( ) ( )
N’ = [ ]2
keseragaman data untuk memastikan bahwa
data yang dikumpulkan berada di dalam batas
kontrol. Sebelum menentukan batas atas dan √ ( ) ( )
N’ = [ ]2 =
batas bawah, penulis harus menentukan tingkat
ketelitian, tingkat keyakinan dan nilai standar [ ]2 =16,92
deviasi.
a) Tingkat ketelitian (s) yang ditetapkan Berdasarkan hasil uji keseragaman dan
penulis adalah 5% uji kecukupan data, dibutuhkan (N’) = 16,92 <
b) Besarnya tingkat keyakinan (k) penulis data pengamatan (N) = 19. Dapat diambil
adalah 95% kesimpulan bahwa data yang dikumpulkan
c) Standar deviasi ( ) penulis dinyatakan mencukupi dan dapat
digunakan untuk melakukan penelitian.
√ ( X ) Dengan menggunakan data pada tabel
pengamatan data diolah untuk mendapatkan
perhitungan waktu baku menggunakan metode
√( ) ( ) ( )
= Persentase, Schumard, Westinghouse, dan
√ Objective dengan hasil akhir sebagai berikut:
= =√ = 8,45
d) BKA = X + = 82,26 + (2.(8,45)) Tabel 3 Hasil Perhitungan Waktu Baku
= 99,16 Sebelum Perbaikan
Metode penyesuaian Waktu Baku
e) BKB = X - = 82,26 - (2.(8,45)) Persentase 87,02 menit
= 65,36 Schumard 87,23 menit
Westinghouse 103,43 menit
Objective 108,75 menit

Berdasarkan tabel perhitungan di atas, waktu


baku proses set up yang digunakan adalah

69
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987

dengan metode penyesuaian persentase, N Kategori Masalah Perbaikan


o.
dimana waktu baku proses set up saat ini dekat
adalah 87,02 menit. Hal ini berarti bahwa Baut (t-slot nut) Mengganti baut
waktu set up dalam sekarang melebihi target macet dengan yang standar
rekomendasi mesin.
waktu yang dialokasikan perusahan yaitu 30 5 Measure Tidak adanya Membuat skala
menit. Jadi Waktu Setup 30 menit ini tidak ment skala ukuran ukuran tiap-tiap gate
cukup bagi operator untuk melaksanakan vale pada meja
fixture
aktifitas Set up. 6 Lingkung Ruangan tempat Membersihkan debu
an kerja terasa pada kipas angin
panas secara teratur.
5. ANALISIS
Analisis dan perbaikan dilakukan
dengan melakukan brainstorming kepada Pembobotan permasalahan dilakukan
pihak-pihak yang terlibat pada proses set up dengan analisa FMEA untuk mengetahui
dengan menggunakan metode fishbone. Pada tingkat prioritas (Risk Priority Number) dari
metode ini di lakukan identifikasi potensi setiap kegagalan atau permasalahan aktivitas
penyebab terjadinya waktu set up yang lebih yang dilakukan pada saat proses set up
dari 30 menit, yang di gambarkan pada gambar sehingga dapat diambil tindakan untuk
4.9 Fishbone diagram Waktu Set up mencegah atau mengurangi tingkat
kemungkinan permasalahan terjadi. Nilai
maksimal pada setiap kategori Severity,
Occurance dan Detection yang digunakan
dalam penelitian ini adalah lima.

No Potential Failure S O D R.P.N

1 Operator terlalu lelah 3 2 3 12


Gambar 5 Fishbone Analysis
2 Kurang kesadaran 3 3 3 27
Tabel 4. Rincian Permaslahan dan Usulan Hanya berdasar
3 2 5 3 30
Perbaikan kebiasaan kerja
N Kategori Masalah Perbaikan Tidak adanya standar
4 2 5 2 20
o. instruksi
1 Man Operator terlalu Meminta tool setter Tidak melakukan setup
5 5 3 2 30
(orang) lelah menyiapkan perlatan saat mesin jalan
sebelum bekerja Forging tidak rata
6 3 1 2 6
Kurang paham, Melakukan training
dan pengarahan 7 Tool tidak terawat 2 2 2 8
kerja kepada
operator. 8 Kunci fixture manual 4 5 2 40
Hanya berdasar Membuat work
kebiasaan kerja instruction cara set 9 Lokasi peralatan jauh 2 4 1 8
up dan men- Baut (t-slot nut) macet
10 3 4 2 24
sosialisasikan
kepada pihak terkait. Tidak adanya skala
11 3 5 2 30
2 Metode Tidak adanya Membuat work ukuran
standar instruksi instruction cara set Ruangan tempat kerja
12 2 3 1 6
up. terasa panas
Tidak Membuat standar
melakukan setup peta kerja orang dan
saat mesin jalan mesin saat proses set Dari perhitungan RPN yang telah
up. dilakukan di atas perlu dilakukan perhitungan
3 Material Forging tidak Mengganti peralatan nilai kritis untuk menentukan prioritas
rata leveling kerataan
4 Mesin Tool tidak Menyediakan tool perbaikan pada proses set up. Suatu kegagalan
terawat pada setiap mesin (failure) dikatakan kritis jika memiliki nilai
dan mewajibkan RPN di atas nilai kritis. Nilai kritis RPN
perawatannya
Kunci fixture Mengganti kunci pas didapat dari rata-rata nilai RPN dari seluruh
manual dengan impact permasalahan.
wrench
Lokasi peralatan Memindahkan Nilai kritis RPN = = = 20,01
jauh peralatan agar lebih

70
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987

viii) Tidak adanya skala ukuran. Dalam


Nilai Kritis Terhadap Permasalahan melakukan set up operator harus
memastikan jarak fixture sesuai dengan
60 permintaan program dengan mengecek
40 ke komputer, sehingga operator harus
20 bolak-balik dari meja komputer ke area
0 setting material untuk memastikan jarak

ruang…
berda…

tool…

baut…
kuran…

lokasi…
tidak…

kunci…

tidak…
opt…

setup…
forgin…
fixture dan material sesuai set up sheet.
Perbaikan dilakukan dengan membuat
R.P.N Nilai Kritis skala ukuran pada meja fixture sehingga
operator tidak perlu mengecek ke meja
komputer untuk memastikan fixture
Berdasarkan diagram di atas, dapat telah sesuai dengan set up sheet.
diketahui failure yang melebihi nilai kritis ix) Kurang kesadaran. Operator kurang
terdapat enam kategori dengan hasil kunci memiliki kesadaran tentang perlunya
fixture manual menjadi prioritas pertama untuk melakukan set up yang efektif sehingga
dilakukan perbaikan. Adapun usulan cenderung akan menghindari aktivitas
perbaikan untuk kategori tersebut adalah: set up dikarenakan melelahkan serta
v) Kunci fixture manual langkah perbaikan banyak waktu produksi yang terbuang
dilakukan dengan mengganti kunci fixture karena mesin berhenti. Pemberian
yang masih menggunakan kunci pas secara pengarahan tentang perbaikan metode
manual dengan air impact wrench yang kerja yang lebih baik diharapkan
sesuai. Pada percobaan penggunaan air mampu memberikan pengetahuan dan
impact wrench waktu yang diperlukan kesadaran operator untuk melakukan set
untuk membuka baut pada fixture up yang lebih efektif.
berkurang sebesar 60% dari 5 menit x) Baut (t-slot nut) macet. Setelah
menjadi 2 menit.Penggunaan air impact digunakan beberapa kali, ujung t-nut
wrench diharapkan mampu mempercepat akan mengembang dan ulirnya rusak,
proses membuka dan mengunci baut pada sehingga mengakibatkan macet dan
fixture serta mengurangi tingkat kelelahan susah dibuka dan operator perlu
operator pada saat proses set up. menggunakan palu untuk menggeser t-
vi) Tidak melakukan set up saat mesin nut yang mengembang tadi. Usulan
berjalan. Dengan tidak melakukan perbaikan dilakukan dengan mengganti
aktivitas set up pada saat mesin berjalan, t-nut dengan yang telah diberikan proses
maka mesin akan berhenti beroperasi hardening atau pengerasan material,
selama 80 menit pada saat proses set up sehingga tidak mudah mengembang dan
sehingga menjadi sebuah kerugian bagi rusak pada ulirnya.
perusahaan. Di sisi lain, ketika prosis
machining sedang berjalan, operator 5.1 Peningkatan produktifitas
memilik waktu menganggur selama 28 Dari pembahasan dan perbaikan
menit. metode kerja pada proses set up yang telah
vii) Berdasarkan kebiasaan. Perbaikan dilakukan, maka dapat dibuat perbandingan
metode kerja dilakukan dengan membuat metode kerja pada proses set up sebelum
standar instruksi kerja yang mengatur perbaikan dan usulan perbaikan dengan
tentang standardisasi langkah-langkah membanding peta pekerja mesin dan peta
proses set up dan hal hal lain berkaitan aliran proses yang terjadi setelah di lakukan
dengan keselamatan dan kesehatan perbaikan, sebagai berikut
kerja. Dengan adanya standar instruksi
kerja maka operator diharuskan
melaksanan prosedur langkah-langkah
kerja yang telah diatur oleh instruksi
kerja.

71
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987

menghasilkan direct hours adalah 71 menit


atau 1,18 jam

Kenaikan produktivitas =
x 100% = x 100% =
11,2%

Dengan perbaikan metode kerja pada


proses set up di atas diharapkan peusahaan
dapat meningkatkan produktivitas sebesar
11,2%. Dari rata rata produktivitas awal
sebesar 75,8% menjadi 86% sehingga dapat
mencapai target yang telah ditetapkan
perusahaan.

6. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Waktu baku untuk melakukan proses set
up pada proses machining gate valve saat
ini adalah 86 menit. Masih diatas batas
waktu yang dialokasikan perusahan yaitu
30 menit. Waktu setup yang di tetapkan
Perusahaan tidak cukup, hal ini akan
memberikan tekanan kerja bagi operator.
Gambar 6 Peta Aliran Proses Usulan Perbaikan Dan secara keseluruhan akan
Proses Set Up mengakibatkan produktivitas direct hour
Berdasarkan usulan peta pekerja dan akan berpengaruh.
mesin di atas, dapat diketahui waktu yang 2. Berdasarkan perhitungan FMEA terdapat
diperlukan dari part terakhir berjalan sampai enam permasalahan pada proses set up
dengan selesai proses set up berkurang yang menjadi prioritas untuk dilakukan
menjadi 86 menit dan mesin akan berhenti perbaikan yaitu kunci fixture manual (40),
selama 13 menit dengan beban kerja 85%, dan tidak melakukan set up saat mesin
operator hanya akan memiliki waktu berjalan (30), berdasarkan kebiasaan (30),
menganggur 2 menit dan beban kerja 98% tidak adanya skala ukuran (30), kurang
ketika proses set up sedang berjalan. Beban kesadaran (27) dan baut (t-slot) macet
kerja operator tersebut akan kembali menurun (24).
menjadi 64% ketika proses set up telah selesai 3. Dengan perbaikan metode kerja pada
dan mesin berjalan normal. proses set up di atas diharapkan
Dengan melakukan perbaikan metode peusahaan dapat meningkatkan
kerja pada proses set up sesuai dengan analisa produktivitas sebesar 11,2%. Dari rata
di atas maka dapat dihitung kenaikan rata sesesar 75,8% menjadi 86% dan
produktivitas machining gate valve dengan mencapai target yang telah diberikan
menghitung lama waktu berhenti saat set up perusahaan.
sekarang dikurangi dengan lamanya mesin 6.2 SARAN
berhenti pada usulan perbaikan dari 84 menit Berdasarkan penelitian yang telah
menjadi 13 menit maka waktu yang dapat dilakukan pada proses set up pada proses
digunakan untuk aktifitas yang dapat machining gate valve terdapat beberapa saran
yang ingin penulis sampaikan:

72
Profisiensi, Vol.9 No.1; 60-73
Juli 2021
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987

1. Beban kerja operator pada proses set up


dapat mencapai 98% sehingga diperlukan [6] Maryana & Meutia, S. (2015)
pertimbangan untuk memberikan bantuan Perbaikan Metode Kerja Pada Bagian
pekerja tambahan ketika melakukan set up. Produksi Dengan Menggunakan Man
2. Diperlukan adanya pengawasan dan and Machine Chart. Jurnal
pengarahan dari perusahaan agar karyawan Teknovasi, vol2, hal 15-26.
melakukan dan mentaati instruksi kerja
(work instruction) yang telah dibuat. [7] Saputra R., Arianto H., Irianti L.
3. Untuk mengukur manfaat dan ketepatan (2016). Usulan Meminimasi Waktu
penelitian, perlu adanya penelitian lanjutan Set-Up Dengan Mengunakan Metode
tentang penerapan perbaikan metode kerja Single Minute Exchange Die
pada proses set up. (SMED) di Perusahaan X. Jurnal
Online Institut Teknologi
DAFTAR PUSTAKA Nasional,vol 2, hal 206-218
[1] Andiyanto, S. (2016). Penerapan
Metode FMEA (Failure Mode And [8] Shingo, S. (1985). A Revolution in
Effect Analysis) Untuk Kuantifikasi Manufacturing: The SMED System.
Dan Pencegahan Resiko Akibat Cambridge: Productivity, Inc.
Terjadinya Lean Waste. Jurnal
Online Poros Teknik Mesin, Vol 6, [9] Sinungan, M (2000). Produktivitas,
hal 12-18. Apa dan Bagaimana. Jakarta : Bumi
Aksara
[2] Arum, L. P. I. (2017) Perbaikan
Proses Produksi Dengan [10] Sugiyono, (2012). Metode Penelitian
Menggunakan Metode Lean Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi
Manufacturing di PT. ABC. Thesis, (Mixed Methods). Bandung:
Institut Teknologi Sepuluh Alfabeta.
November, Surabaya
[11] Susetyo, Joko (2011). Aplikasi Six
[3] Barsalou, Matthew A. (2015) Root Sigma DMAIC dan Kaizen Sebagai
Cause Analysis, A Step-By-Step Metode Pengendalian Dan Perbaikan
Guide to Using the Right Tool at the Kualitas Produk. Jurnal Teknologi,
Right Time, Boca Raton, CRC Press Vol 4, hal 1-8.

[4] Husein, U. (2002). Metode Riset [12] Sutalaksana, I. Z. (2006). Teknik


Bisnis (edisi pertama). Jakarta : Perancangan Sistem Kerja.
Gramedia Pustaka Utama. Bandung. ITB.
[5] Irwan, Bora, M. A. , Setyabudhi, A.
[13] Wignjosoebroto, S. (2006).Ergonomi
L.(2017). Analisa Perhitungan Waktu
Studi Gerak Dan Waktu. Teknik
Standar Service Ringan Untuk
Analisis Untuk Peningkatan
Meningkatkan Kepuasan Pelanggan.
Produktivitas Kerja. Jakarta:
Jurnal Teknik Ibnu Sina JT-IBSI, vol
Gunawidya
2, hal 81-90

73

You might also like