Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/332241072

DINAMIKA PERUBAHAN SIMTOM DEPRESI REMAJA DALAM MEMBACA AL-


QURAN SURAT AL- FATIHAH DAN AL-INSYIRAH SESUAI ADAB LAHIR DAN
BATIN

Conference Paper · April 2019

CITATIONS READS

0 324

1 author:

Juliarni Siregar
Universitas Islam Riau
7 PUBLICATIONS 3 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Screening for the hyperkinetic disorder by using strength and difficulties questionnaire teacher-report (SDQ-TR) in Indonesia school-aged children View project

All content following this page was uploaded by Juliarni Siregar on 06 April 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


DINAMIKA PERUBAHAN SIMTOM DEPRESI
REMAJA DALAM MEMBACA AL-QURAN SURAT AL-
FATIHAH DAN AL-INSYIRAH SESUAI ADAB LAHIR
DAN BATIN
Juliarni Siregar
Fakultas Psikologi, Universtas Islam Riau
E-mail: juliarnisiregar@yahoo.com

Abstract
The aimed of this research is to investigate of change dynamics of depression
symptoms in adolescences that have depression problem when reading holy Al-
Quran. This research used the surah Al-Fatihah: 1-7 and the surah Al Insyirah:
1-8 based on Arabic grammatical rules (tajwid) and meaning of the surah
(tafsir). Subjects in this study are two of Moslem women adolescences who have
high depression symptoms. The data collected by Beck Depression Inventory
(BDI). The method of this study is a mixed method, that used quantitative and
qualitative data. The result of this study shows that read holy Al-Quran can
reduce the depression symptoms about 70.83 % on the first subject and 32 %
on the second subject. All symptoms of depression (affective, motivational,
cognitive, physical and vegetative symptom) for the first subject has decreased.
Only the affective and cognitive symptoms which decreased in the second subject.
On the other hand, motivational symptoms unchanged, and physical and
vegetative symptoms have increased. Based on qualitative data, the researcher
found that the first subject has good motivation, high self-evaluation and realize
her mistake and have social support. The second subject doesn't have all of the
factors like the other one and she realized at the time if she have mistakes in her
past life. The researcher estimated that the second subject needs more time to
evaluated herself and her life. The conclusion, that reading holy Al-Quran can
reduce the depression symptoms for both subjects in this research where they have
different psychological dynamics.

Key Words: Read Holy Al-Quran, Depression, Psychological Dynamics

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui dinamika perubahan simtom depresi
pada remaja ketika membaca Al-Quran surat Al Fatihah ayat 1–7 dan Al
Insyirah ayat 1–8 sesuai adab lahir dan adab batin. Subjek penelitian terdiri
2 orang remaja perempuan, beragama islam, memiliki simtom depresi
kategori berat berdasarkan Beck Depression Inventory (BDI). Metode
penelitian kombinasi concurrent embedded digunakan dalam penelitian ini

689
dengan metode kuantitatif sebagai metode primer. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terjadi penurunan tingkat depresi sebesar 70,83% pada
subjek 1 dan 32% pada subjek 2. Subjek 1 mengalami penurunan skor pada
semua kelompok simtom depresi yaitu simtom afektif, simtom motivasional,
simtom kognitif dan simtom fisik vegetatif. Subjek 2 mengalami penurunan
skor hanya pada simtom afektif dan kognitif saja, peningkatan skor terjadi
pada simtom fisik vegetatif dan skor stabil pada simtom motivasional.
Penurunan simtom depresi yang besar pada subjek 1 terjadi karena faktor
internal yang dimiliki subjek 1 yaitu kemampuan mengevaluasi diri dalam
menghadapi permasalahannya, dan motivasi yang kuat untuk mengubah diri
menjadi lebih baik, dan faktor eksternal yaitu lingkungan yang menguatkan
subjek. Subjek 2 mengalami penurunan depresi yang lebih rendah, karena
tidak memiliki faktor-faktor tersebut. Simtom depresi pada subjek 2 bahkan
meningkat saat memahami makna surat Al Fatihah, kemudian menurun saat
memahami makna surat Al Insyirah yang memberi kesan kedamaian.
Membaca Al-Qur’an sesuai adab lahir dan batin menyadarkan individu akan
peran Allah SWT dalam kehidupannya. Mereka mengalami dinamika yang
berbeda-beda, namun pada akhirnya menuju pada menurunnya simtom
depresi.

Kata Kunci : Membaca Al-Quran, Depresi, Dinamika Psikologis

Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang
berlangsung sejak usia 10 atau 11 tahun, sampai dengan usia dua puluhan awal. Masa
ini disebut Hurlock (1999) sebagai masa penuh masalah (masa badai dan tekanan).
Masalah yang paling sering menyebabkan remaja dirujuk ke klinik untuk
mendapatkan penanganan kesehatan mental adalah depresi, dimana remaja wanita
lebih banyak mengalami depresi dari pada laki-laki (Santrock, 2007).
Depresi merupakan suatu keadaan emosional yang ditandai oleh kesedihan yang
amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah, menarik diri dari oranglain, tidak
dapat tidur, sulit berkonsentrasi, kehilangan selera makan, hasrat seksual, minat dan
kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan (Davison, Neale, & Kring, 2004).
Gejala-gejala depresi yang muncul meskipun tampak berbeda, pada dasarnya
memiliki 3 gejala utama yaitu gejala emosional, gejala somatik dan gejala kognitif.
Gejala emosional meliputi kesedihan dan kekecewaan yang melebihi batas normal,
keputusasaan yang ekstrem atau kehilangan minat pada aspek kehidupan yang
sebelumnya menyenangkan. Gejala-gejala somatik / fisik dapat dilihat dari keadaan
tidak bersemangat, lesu, gerakan tubuh melambat atau pada beberapa orang terjadi
gejala sebaliknya yang ekstrem. Terjadinya gangguan makan dan tidur juga merupakan
bagian dari gejala fisik. Gejala kognitif dapat muncul dalam bentuk pandangan yang
sangat negatif terhadap diri sendiri yaitu rendahnya harga diri dan perasaan pantas

690
dihukum, dikuasai rasa bersalah, tidak dapat berpikir jernih atau berkonsentrasi,
merasa putus asa, diliputi pikiran akan kematian atau usaha-usaha bunuh diri. Gejala-
gejala tersebut minimal terjadi selama 2 minggu yang menyebab-kan stres dan
impairment yang signifikan (Halgin & Withbourne, 2011).
Pandangan lain yang sejalan mengenai depresi datang dari Beck yang meman-
dang depresi sebagai keadaan mood yang disertai keadaan kognitif, dimana pola-pola
kognitif akan menghasilkan gejala motivasional, perilaku dan fisik. Gejala motivasi-
onal dapat menghasilkan keadaan lumpuhnya kemauan karena yakin bahwa dirinya
tidak mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi. Kelelahan dan inersia / lebam
merupakan wujud dari gejala fisik (Jones, 2011). Tingkat depresi seseorang berdasar-
kan aspek-aspek tersebut dapat diukur melalui skala depresi Beck Depression
Inventory (BDI). Skala ini telah divalidasi dalam versi Indonesia dan telah digunakan
secara luas dalam praktik psikologi.
Depresi pada remaja perlu ditangani dengan serius, karena depresi remaja tidak
akan menghilang dengan sendirinya. Gejala depresi yang dialami remaja bahkan dapat
memprediksi gangguan depresi di masa dewasa (Santrock, 2007). Depresi pada remaja
juga perlu dipandang serius karena bisa mengakibatkan bunuh diri (Papalia, 2009).
Profesional kesehatan mental berpendapat bahwa depresi yang dialami remaja
seringkali tidak terdiagnosis (Santrock, 2007).
Kondisi di Indonesia menunjukkan bahwa banyak anggota masyarakat yang
belum memahami mengenai depresi baik gejala maupun penanganannya. Hanya
sebagian dari masyarakat Indonesia yang mau dan mampu mengakses klinik-klinik
kesehatan mental untuk memperoleh bantuan.
Santrock (2007) menyebutkan bahwa keimanan (agama) merupakan salah satu
faktor protektif dari munculnya depresi pada remaja. Hal ini didukung oleh hasil
penelitian Koenig (2007) yang menunjukkan bahwa pasien yang mengalami depresi
terindikasi tidak memiliki afiliasi terhadap agama. Hal ini menyebabkan seseorang
kurang mungkin beribadah atau membaca al kitab (religious intrinsic rendah).
Keparahan depresi berhubungan dengan rendahnya religious attendance, frekuensi
beribadah, membaca alkitab dan rendahnya intrinsic religiosity. Hal ini juga didukung
oleh hasil penelitian Rasic, dkk (2013) yang menunjukkan bahwa religious attendance
memprediksi rendahnya depresi di masa yang akan datang pada wanita. Agama dan
spritualitas memainkan peran yang signifikan dalam menghadapi banyak tantangan,
kehilangan, momen-momen kesedihan dalam hidup. Hasil penelitian Soto (2011)
juga menunjukkan bahwa kepercayaan kepada Tuhan juga memberi kekuatan,
ketabahan, tekad untuk menghadapi krisis dan kesedihan dalam hidup. Berdasarkan
uraian hasil penelitian tersebut, penulis meyakini bahwa aktivitas keagamaan dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam penanganan terhadap depresi.
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan mayoritas penduduknya
beragama islam. Ada banyak praktik-praktik ibadah yang dilakukan sesuai dengan
ajaran islam, diantaranya shalat, puasa, membaca Al-Quran dan lain-lain. Membaca
atau mendengarkan bacaan Al-Qur’an menjadi kajian yang menarik bagi banyak ahli.

691
Hasil penelitian Abdurrochman, Perdana dan Andhika (2008) yang dilakukan di
Indonesia terhadap partisipan yang tidak berbahasa Arab menunjukkan bahwa
stimulan suara dari Muratal Al-Qur’an dapat dijadikan sebagai terapi relaksasi karena
dapat memunculkan gelombang delta sebesar 63,11% dengan kenaikan tertinggi
sebesar 1,057%. Penelitian lainnya dilakukan Abdullah dan Omar (2011) menun-
jukkan bahwa gelombang Alpha yang muncul pada saat mendengarkan Al-Quran
lebih tinggi dibandingkan dengan gelombang Alpha yang muncul pada saat sese-orang
dalam keadaan rileks dan pada saat mendengarkan musik.
Mahjoob, Nejati, Hosseini, dan Bakhsani (2014) melakukan penelitian di Iran
mengenai pengaruh mendengarkan bacaan Al-Quran terhadap kesehatan mental.
Hasilnya menunjukkan bahwa mendengarkan bacaan Al-Quran dapat meningkatkan
kesehatan mental dan ketenangan yang lebih besar.
Penelitian mengenai Al-Quran seperti yang telah disebutkan di atas kebanyakan
dilakukan untuk melihat efek dari mendengarkan Al-Quran terhadap reaksi fisik dan
psikis manusia. Menurut ajaran islam, Al-Quran diturunkan tidak hanya untuk
didengarkan oleh telinga, tetapi juga untuk dibaca secara lisan, dipikirkan oleh akal
dan direnungkan dalam hati (Al-Qardhawi, 2007).
Membaca Al-Quran tidak sama dengan membaca tulisan dalam bahasa Indonesia,
Inggris bahkan Arab sekalipun. Qardhawi (2007) menjelaskan bahwa membaca Al-
Quran harus disertai dengan adab-adab lahir dan batin. Adab-adab lahir meliputi
membaca dengan tartil (membaca huruf dan harakatya dengan jelas dan perlahan-
lahan agar memahami maknanya), membaguskan suara saat membaca Al-Quran, dan
membaca antara keras dan pelan.
Adapun adab batin dalam membaca Al-Quran adalah melakukan tadabur
(memperhatikan makna dan merenunginya), khusyu’ dan menangis saat membaca Al-
Quran, menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat menghambat pemahaman
(melakukan dosa dan taklid buta), melakukan takhshish (si pembaca atau pendengar
Al-Quran menetapkan hatinya bahwa dirinyalah yang dituju dalam kalimat-kalimat
Al-Quran, berusaha merasakan pengaruh Al-Quran, berusaha meningkatkan (kualitas)
Qira’ah dan tadabbur Al-Quran, dan berkomunikasi dengan Al-Quran (Qardhawi,
2007).
Sejauh apa yang diketahui peneliti, beberapa penelitian mengenai efek membaca
Al-Quran terhadap kondisi psikologis manusia telah dilakukan di Indonesia.
Membaca Al-Quran dengan metode tahsin dapat menurunkan tingkat depresi pada
lansia (Erita, Suharsono, & Erfin Firmawati, 2014). Membaca Al-Quran Surat Al
Fatihah dengan metode reflektif intuitif juga mampu menurunkan tingkat stress dan
meningkatkan kekebalan tubuh (Julianto, 2013). Membaca Al-Quran dengan metode
tahsin yang telah dilakukan hanya berfokus pada membaca dengan tajwid yang benar.
Membaca Al-Quran dengan metode reflektif-intuitif mengajak partisipan untuk
memahami makna yang ada dibalik ayat yang dibaca baik secara reflektif maupun
intuitif. Efek menyeluruh pada penurunan simtom-simtom depresi dirasa cukup kuat
jika menggabungkan 2 teknik yang telah diteliti tersebut yaitu metode tahsin dan

692
metode reflektif intuitif. Metode tahsin sama dengan adab lahir, sedang-kan metode
reflektif intuitif sama dengan adab batin dalam penelitian ini. .
Peneliti dalam hal ini ingin melihat bagaimana dinamika perubahan simtom
depresi pada remaja yang mengalami depresi dalam membaca Al-Quran sesuai adab
lahir dan adab batin seperti yang telah dikemukakan oleh Qardhawi (2007).

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kombinasi dengan model concurrent embedded dengan metode kuantitatif sebagai
metode primer. Pengumpulan data kuantitaif (primer) dilakukan bersamaan dengan
pengumpulan data kualitatif (skunder). Data kuantitatif diperoleh dengan
menggunakan BDI untuk memberi gambaran bagaimana perubahan simtom-simtom
depresi subjek penelitian selama mengikuti proses membaca Al-Quran sesuai adab
lahir dan batin. Data kualitatif diperoleh dengan menggunakan observasi dan catatan
harian yang ditulis oleh subjek penelitian sebelum, selama, dan setelah melakukan
proses membaca Al-Quran sesuai adab lahir dan batin. Data kuantitatif dan kualitatif
selanjutnya dianalisis untuk digabungkan dan dibandingkan, sehingga dapat
ditemukan data kualitatif mana yang memperkuat, memperluas, dan menggugurkan
data kuantitatif. Data kuantitatif yang bersifat deskriptif selanjutnya disajikan dalam
bentuk grafik dan dilengkapi dengan data kualitatif.

Subjek Penelitian
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 orang. Adapun
kriteria sampel yang digunakan yaitu perempuan, berusia 18-20 tahun, beragama
islam, mampu membaca Al-Quran, dan memiliki simtom depresi kategori berat
berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan instrumen BDI.

Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Beck Depression
Inventory (BDI). BDI terdiri dari terdiri dari 21 aitem yang mengungkap 21 simtom
depresi. Simtom-simtom depresi tersebut dikelompokkan menjadi 4 kelompok
simtom yaitu kelompok simtom afektif, motivasional, kognitif, dan fisik vegetatif.
Kelompok simtom afektif terdiri dari kesedihan, ketidakpuasan, frekuensi menangis,
dan mudah tersinggung. Kelompok simtom motivasional terdiri dari pesimisme,
keinginan untuk bunuh diri, kecenderungan menarik diri dari lingkungan sosial,
ketidakmampuan mengambil keputusan, dan kelambanan dalam bekerja. Kelompok
simtom kognitif terdiri dari rasa gagal, rasa bersalah, pengharapan akan
hukuman,tidak suka terhadap diri sendiri, penuduhan terhadap diri sendiri, dan
penilaian negatif terhadap tubuh. Kelompok simtom fisik dan vegetatif terdiri dari
sulit tidur, mudah lelah, hilangnya nafsu makan, berat badan menurun, preokupasi
somatik dan hilangnya libido seksual.

693
Prosedur Penelitian
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti menyiapkan terlebih dahulu modul
pelatihan membaca Al-Quran sesuai adab lahir dan batin. Modul pelatihan disusun
berdasarkan prosedur membaca Al-Quran sesuai adab lahir dan batin yang
dikemukakan oleh Qardhawi (2007) yang berpedoman pada Al-Quran dan Hadits.
Peneliti menentukan 2 surat yang akan digunakan yaitu surat Al Fatihah ayat 1-7 dan
surat Al Insyirah ayat 1-8. Peneliti kemudian memilih subjek penelitian berdasarkan
kriteria subjek penelitian yang telah ditentukan. Subjek penelitian berjumlah 2 orang
dimana subjek pertama adalah seorang perempuan berusia 18 tahun, yang memiliki
simtom depresi kategori berat berdasarkan BDI dengan skor total 24. Subjek kedua
adalah seorang perempuan berusia 20 tahun yang memiliki simtom depresi kategori
berat berdasarkan BDI dengan skor total 25. Peneliti kemudian meminta informed
consent kepada subjek penelitian dan menentukan jadwal pelaksanaan intervensi.
Intervensi diberikan kepada subjek penelitian berdasarkan modul membaca Al-
Quran sesuai adab lahir dan batin yang dilaksanakan dalam 2 tahap yaitu tahap
membaca Al-Quran sesuai adab lahir yang terdiri dari 3 sesi, dan tahap membaca Al-
Quran sesuai adab batin yang terdiri dari 3 sesi. Setiap sesi dilaksanakan selama 90-
120 menit. Sebelum intervensi diberikan, peneliti memberikan pretest kepada subjek
dengan menggunakan BDI. Sesi 1-3 dilaksanakan selama 1 minggu, kemudian
dilanjutkan dengan sesi 4-6 yang dilaksanakan selama 1 minggu. Khusus pada tahap
kedua, sesi 4-5 subjek hanya membaca surat Al Fatihah sesuai adab lahir dan batin.
Setelah sesi 5 berakhir, subjek diberikan posttest dengan menggunakan BDI. Pada sesi
6, subjek hanya membaca surat Al Insyirah sesuai adab lahir dan batin, kemudian
subjek diberikan posttest dengan menggunakan BDI.
Selama proses pelaksanaan intervensi berlangsung, peneliti juga melakukan
observasi pada masing-masing subjek. Pada masing-masing sesi intervensi, subjek
diminta untuk menuliskan catatan harian mengenai apa yang dirasakan subjek segera
setelah sesi intervensi selesai dilakukan. Selama proses intervensi berlangsung, subjek
juga diminta untuk membaca Al Fatihah dan Al Insyirah di luar sesi intervensi selama
minimal 3 kali sehari (tidak termasuk membaca dalam shalat), kemudian subjek
diminta untuk menuliskan catatan harian mengenai apa yang dirasakan oleh subjek
selama membacanya setiap harinya. Setelah proses intervensi selesai dilakukan, 1
minggu kemudian subjek diberikan kembali BDI (follow up).
Data kuantitatif yang diambil dengan BDI disajikan dalam bentuk grafik. Data
kualitatif diperoleh dari hasil observasi, dan catatn harian yang ditulis oleh subjek.
Data tersebut kemudian digabungkan dan dibandingkan untuk kemudian diambil
kesimpulan.

694
HASIL PENELITIAN
Analisis Skor BDI Subjek 1

50
24
14 13 7
0
PretestPosttest Al Fatihah adab
Posttest
lahir dan
Al Insyirah
batin adab lahir dan batin
follow up
Gambar 1. Dinamika Perubahan Skor Total BDI Subjek 1

Skor total BDI subjek 1 mengalami penurunan sejak pretest sampai dengan follow
up sebesar 17 poin (70,83%). Subjek 1 mengalami penurunan skor pada semua
kelompok simtom depresi yaitu simtom afektif, simtom motivasional, simtom kognitif
dan simtom fisik vegetatif.

10
9
8 9 9
simtom afektif
5
4
3 4
3
2
1 2
1 Simtom Motivasional
0 0
Pottest
PretestAl Fatihah
Pottest
adabAl lahir
Insyirah
danadab
batinlahirFollow
dan batin
up
Gambar 2. Dinamika Perubahan Simtom Depresi Subjek 1

Berdasarkan analisis terhadap 21 simtom depresi yang terdapat dalam BDI, subjek
1 hanya memiliki 15 simtom saja. Simtom depresi yang tidak terdapat dalam diri
subjek yaitu ketidakpuasan, menarik diri dari lingkungan sosial, kelambanan dalam
bekerja, rasa gagal, penilaian negatif terhadap tubuh, dan berat badan yang menurun.
Setelah subjek melakukan prosedur membaca Al Fatihah sesuai adab lahir dan
batin, ada 6 simtom yang tingkat keparahannya mengalami penurunan yaitu frekuensi
menangis, mudah tersinggung, ketidakmampuan mengambil keputusan, sulit tidur,
hilangnya nafsu makan dan preokupasi somatik. Simtom yang berkurang tingkat
keparahannya setelah subjek melakukan prosedur membaca Al Insyirah sesuai adab
lahir dan batin adalah pesimisme.
Simtom yang baru menurun tingkat keparahannya setelah melewati masa follow
up selama 1 minggu adalah kesedihan, keinginan bunuh diri, rasa bersalah dan tidak
suka terhadap diri sendiri.Dapat disimpulkan bahwa untuk menurunkan tingkat
keparahan pada simtom ini dibutuhkan waktu yang lebih panjang dari pada simtom-
simtom yang telah disebutkan sebelumnya.
Simtom yang mengalami penurunan tingkat keparahannya, kemudian mening-
kat namun masih berada di bawah skor pretest setelah subjek 1 melakukan prosedur
membaca Al Fatihah dan Al Insyirah sesuai adab lahir dan batin adalah simtom mudah
lelah. Simtom yang naik kemudian turun hingga menghilang setelah subjek 1

695
melakukan prosedur membaca Al Fatihah dan Al Insyirah sesuai adab lahir dan batin
adalah penuduhan terhadap diri sendiri.
Simtom yang stabil, tidak meningkat atau menurun selama prosedur membaca Al
Fatihah dan Al Insyirah sesuai adab lahir dan batin adalah hilangnya libido seksual dan
pengharapan akan hukuman.

Analisis Hasil Observasi Subjek 1


Selama membaca Al Fatihah dan Al Insyirah sesuai adab lahir saja, tidak tampak
gejolak emosi yang besar dalam diri subjek, namun hati subjek tampak mulai tersentuh
ketika diperdengarkan bacaan Al-Quran melalui audio. Subjek juga tampak
bersemangat mempelajari Al-Quran sesuai adab lahir.
Selama membaca Al-Quran sesuai adab batin, gejolak emosi tampak dengan jelas
dari diri subjek. Subjek tampak selalu mendukkan kepala, wajah tampak sedih
bingung, dan menangis. Ketegangan fisik juga tampak dari diri subjek dari nafas yang
tersengal-sengal, suara semakin kecil, dan enggan berpindah posisi duduk. Bahkan
subjek terlihat berkali-kali memegang pinggang, seolah-olah seperti menahan sakit.

Analisis Catatan Harian Subjek 1


Sebelum membaca Al-Quran sesuai adab lahir dan batin, subjek secara psikologis
masih dalam keadaan ringkih. Subjek merasa pesimis, bingung, takut menjalani hidup,
dan merasa tujuan hidupnya terombang-ambing. Hal yang menguatkan subjek 1
untuk hidup hanyalah ibunya. Hal lain yang menguatkannya adalah lingkungan
barunya yang mendukungnya untuk lebih dekat dengan Allah.
Setelah subjek 1 membaca Al-Fatihah dan Al-Insyirah sesuai adab lahir, subjek
merasa tenang, dan beban pikirannya menghilang. Namun ketenangan itu hanya
sementara saja, karena rasa gelisah, takut dan bingung kembali muncul dan baru bisa
mereda ketika subjek membaca kembali Al-Fatihah dan Al-Insyirah sesuai adab lahir.
Membaca Al-Fatihah sesuai adab batin memberi sensasi yang berbeda-beda untuk
masing-masing ayat yang dibacanya. Membaca ayat pertama surat Al-Fatihah sesuai
adab batin menyebabkan kekacauan pada hati dan pikiran subjek, dimana masa
lalunya kembali menghantuinya. Subjek kembali merasakan ketakutan yang
mendalam atas dosa-dosa masa lalunya, subjek takut akan siksaan di akhirat kelak.
Subjek melihat dirinya sebagai orang yang hina, tak termaafkan dan subjek juga merasa
jijik dengan dirinya sendiri.
Membaca ayat kedua surat Al Fatihah sesuai adab batin membuat subjek merasa
mengenal Allah dengan kebesaran dan kasih sayangnya. Hal ini memberikan rasa
nyaman, dan tenang dalam diri subjek. Subjek juga merasa ingin lebih dekat dengan
Allah dan merasa bersyukur atas hidupnya.
Membaca ayat ketiga Al-Fatihah sesuai adab batin menyebabkan subjek mulai
melakukan evaluasi bahwa fikiran buruknya kepada Allah adalah salah. Subjek
menyadari kasih sayang Allah untuk dirinya dan muncul rasa penyerahan diri kepada
Allah sepenuhnya. Hal ini menyebabkan pikiran subjek 1 menjadi tenang,

696
perasaannyapun menjadi nyaman, bahkan subjek ingin belajar lebih banyak lagi
tentang Allah.
Membaca ayat 4-7 surat Al-Fatihah sesuai adab batin sekali lagi menguatkan
subjek bahwa pikiran buruknya tentang Allah adalah salah. Subjek menyadari
pengampunan Allah. Subjek merasa mencintai Allah dan tidak ingin mengganti Allah
dengan apapun di hatinya. Subjek ingin selalu beribadah kepada Allah. Hal ini
menyebabkan beban pikiran subjek mulai menghilang, ketakutannya akan masa
lalunya mulai berkurang dan yakin bahwa Al-Quran memberi kebaikan.
Membaca surat Al Insyirah membuat subjek merasakan bahwa hatinya hancur,
dan penyesalan akan masa lalu kembali datang. Namun kemudian subjek merasa
memperoleh hikmah atas masa lalunya, subjek merasa yakin bahwa sesudah kesulitan
pasti ada kemudahan dan bertekad untuk menjadi lebih baik. Subjek menyadari bahwa
tujuan hidupnya hanyalah taat kepada Allah saja. Subjek kemudian menjadi
bersemangat untuk mengatasi kesulitannya karena yakin bahwa Allah akan memberi
kemudahan dan pertolongan.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dengan membaca Al-Fatihah dan
Al-Insyirah sesuai adab lahir dan batin, subjek menyadari bahwa Allah maha segalanya,
Allah pencipta alam semesta, dan cinta Allah tiada batasnya. Hal ini menyebabkan
hilangnya kesedihan, dan merasakan bahwa untuk pertamakalinya ia merasakan
ketenangan yang begitu mendalam dalam hidupnya. Hal tersebut memicu munculnya
tekad dalam diri subjek untuk tidak menyia-nyiakan usianya, tekad untuk
beristiqomah, tekad untuk tetap semangat berjuang menghadapi kesulitan, dan tekad
untuk berani menghadapi masa lalu. Hal ini juga menyebabkan perubahan pada
tujuan hidup subjek 1 yang awalnya tujuan hidupnya hanyalah untuk membahagiakan
kedua orangtua, kini berubah kepada tujuan hidup menjadi hamba yang taat kepada
Allah SWT.

Analisis Skor BDI Subjek 2

50
25 30 24 17
0
Pretest
Posttest Al Fatihah adab
Posttest
lahir dan
Al Insyirah
batin adab lahir dan batin
Follow up

Gambar 3. Dinamika Perubahan Skor Total BDI Subjek 2

Skor total BDI subjek 2 meningkat segera setelah subjek 2 melakukan prosedur
membaca Al Fatihah sesuai adab lahir dan batin, kemudian menurun segera setelah
subjek 2 melakukan prosedur membaca Al-Insyirah sesuai adab lahir dan batin.
Penurunan skor kembali terjadi setelah masa follow up selama 1 minggu. Secara
keseluruhan, penurunan skor total BDI pada subjek 2 terjadi sebesar 32%.

697
Subjek 2 mengalami penurunan skor hanya pada simtom afektif dan kognitif saja,
peningkatan skor terjadi pada simtom fisik vegetatif dan skor stabil pada simtom
motivasional.

15
13
10 simtom afektif
9 10
8 7
5 5 6
5 6 6
3 4 3 simtom motivasional
0 1
Posttest
PretestAl Fatihah
Posttest
adab
Allahir
Insyirah
dan adab
batinlahirfollow
dan batin
up

Gambar 4. Dinamika Perubahan Simtom Depresi Subjek 2

Subjek 2 hanya memiliki 18 dari 21 simtom yang terdapat dalam BDI. Ada 3
simtom yang tidak dimiliki oleh subjek 2 yaitu menarik diri dari lingkungan sosial,
hilangnya nafsu makan, dan berat badan yang menurun.
Simtom yang tidak berubah selama prosedur membaca Al-Fatihah dan Al-
Insyirah sesuai adab lahir dan batin adalah kelambanan dalam bekerja, tidak suka
terhadap diri sendiri dan mudah lelah. Simtom yang meningkat kemudian stabil
adalah sulit tidur, pesimisme dan preokupasi somatik, sedangkan simtom yang
meningkat kemudian menurun adalah ketidakmampuan mengambil keputusan, rasa
gagal, pengharapan akan hukuman, dan penilaian negatif terhadap tubuh.
Simtom yang menurun setelah posttest Al-Fatihah adalah ketidakpuasan dan
hilangnya libido seksual, sedangkan simtom yang menurun setelah posttest Al-Insyirah
adalah kesedihan, rasa bersalah, dan penuduhan terhadap diri sendiri. Adapun simtom
yang menurun setelah follow up yaitu frekuensi menangis, mudah tersinggung, dan
keinginan bunuh diri.

Analisis Hasil Observasi Subjek 2


Ketika subjek 2 membaca Al-Fatihah dan Al-Insyirah sesuai adab lahir saja, tidak
tampak gejolak emosi yang mendalam. Subjek terlihat fokus, namun terkesan tidak
percaya diri. Subjek mulai tampak tersentuh emosinya ketika mendengar bacaan Al-
Quran melaui audio.
Ketika subjek 2 membaca Al-Fatihah dan Al-Insyirah sesuai adab lahir batin,
tampak sekali gejolak emosi yang dirasakan subjek, dimana subjek menunjukkan
ekspresi sedih, gelisah, termenung, suara yang terbata-bata, menangis bahkan hingga
terisak-isak. Subjek juga tampak kelelahan dengan gejolak emosinya tersebut dengan
menunjukkan perilaku bersandar di dinding dan menjulurkan kakinya. Subjek juga
tampak berkali-kali menciumi Al-Quran setelah selesai membacanya.

698
Analisis Catatan Harian Subjek 2
Sebelum menjalani intervensi, tujuan hidup subjek 2 hanyalah untuk
membahagiakan orangtuanya. Subjek juga merasa bahwa hidupnya adalah miliknya
sendiri dan aturan dalam hidupnya berasal dari diri sendiri dan orangtuanya (bukan
dari Allah). Subjek merasa muak dan benci dengan dirinya sendiri dan merasa
hidupnya sulit untuk ia lalui.
Pada waktu subjek membaca Al-Fatihah dan Al-Insyirah sesuai adab lahir saja,
subjek merasa tenang, namun ketenangannya mengambang. Subjek juga menyadari
bahwa ternyata banyak ketidaktahuannya selama ini mengenai membaca Al-Quran
yang benar. Hal ini membuat subjek merasa dirinya bodoh, kesal dengan dirinya
sendiri dan malu atas kesalahannya dalam membaca Al-Quran. Subjek juga merasa
sesak nafas ketika membaca Al-Quran. Meskipun demikian, subjek tetap berusaha
untuk belajar lebih baik. Perasaan bingung dengan hidup yang diajalninya, dan
perasaan tak menentu kemudian muncul dalam diri subjek. Subjek mulai merasakan
bahwa ayat-yat yang dibacanya terdengar biasa saja karena subjek tidak mengerti apa
yang ia baca. Subjek berharap Allah mmberinya petunjuk.
Ketika subjek 2 membaca Al-Fatihah ayat 1 sesuai adab batin, subjek merasa
pikirannya begitu kacau karena ia menyadari dosa-dosanya. Hal ini membuat subjek
merasa dirinya hina, bodoh karena melupakan Allah, dan tak mau bersyukur atas
nikmat Allah. Subjek juga menyesal karena selama ini melalaikan perintah Allah,
menyalahkan Allah padahal diri sendirilah yang bersalah. Subjek juga baru meyadari
bahwa ternyata Allah selalu berada di dekatnya dan menjaganya.
Membaca ayat kedua surat Al-Fatihah sesuai adab batin menyebabkan subjek 2
menyadari bahwa ketidakpahamannya mengenai Allah membuat hidupnya kacau.
Dalam diri subjek muncul rasa takut akan keagungan Allah dan menyadari kehinaan
dirinya.
Ketika membaca ayat ketiga surat Al-fatihah sesuai adab batin, subjek 2 merasa
menyesal atas ketidaktaatannya, dan menyesal tidak berharap pada Allah selama ini.
Hal ini menyebabkan subjek 2 merasakan kekacauan dalam dirinya. Namun, subjek 2
merasa bersyukur karena Allah membawanya pada penelitian ini.
Ketika membaca ayat 4-7 surat Al-Fatihah, subjek 2 kembali merasakan
kekacauan dalam pikirannya karena menyadari bahwa hidupnya jauh dari Allah dan
tidak pernah bertaubat. Subjek berharap akan pengampunan dari Allah. Subjek juga
ingin merasakan bagaimana dekat dengan Allah. Ia merasa bahwa jawaban atas
pencarian akan ketenangan adalah dengan mengingat Allah. Hal ini menyebabkan
subjek 2 memiliki tujuan hidup untuk menjadi hamba Allah yang taat. Subjek 2
bertekad melepas masa lalu, dan fokus pada masa depan. Subjek 2 juga bertekad untuk
tidak banyak mengeluh dalam menghadapi kesulitan karena ia yakin bahwa kesulitan
yang diberikan Allah adalah tanda kasih sayang Allah.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa membaca Al-Fatihah dan Al-Insyirah
sesuai adab lahir dan batin menyebabkan subjek 2 mampu melihat dosa-dosanya yang
membangkitkan rasa takut akan azab Allah. Rasa takut ini disertai oleh keyakinan akan

699
kasih sayang Allah, keyakinan bahwa Allah yang melapangkan dada manusia dan
memberi jalan kemudahan. Hal ini menyebabkan subjek 2 merasa bersyukur dan
bertekad untuk selalu dekat dengan Allah dan berusaha untuk menjalankan perintah
Nya. Tetapi subjek masih bingung langkah-langkah apa yang harus ia tempuh. Subjek
juga mengakui bahwa surat Al-Fatihah adalah surat favoritnya.

PEMBAHASAN
Penurunan skor depresi pada subjek 1 sangatlah besar, dimana awalnya skor
depresi subjek 1 berada pada kategori berat menurun hingga ke kategori normal.
Perubahan ini tidak terjadi seketika, butuh waktu 4 minggu bagi subjek 1 untuk
berproses di dalam dirinya. Membaca Al-Fatihah dan Al-Insyirah sesuai adab lahir dan
batin telah mempengaruhi kognisi, afeksi, motivasi dan tujuan hidup subjek 1. Secara
kognitif subjek menjadi mengenal Allah dengan baik, mengenal diri sendiri dan
mengenal hakikat kehidupan. Secara afektif, subjek merasakan ketenangan yang
mendalam, merasa beruntung, bersyukur, merasa hidupnya indah dan penuh berkah.
Dari segi motivasi, subjek mampu membangun tekad untuk tetap berani menjalani
kehidupan ini baik sulit maupun senang dengan tetap bersitiqomah di jalan Allah.
Oleh karena terjadi perubahan pada kognitif, afektif dan motivasi pada subjek 1, maka
tujuan hidupnya pun bergeser yang awalnya hanyalah untuk membahagiakan
orangtua, kini berubah untuk menjadi hamba yang taat (mementingkan Allah dalam
tujuan hidupnya).
Perubahan tersebut tidak hanya diperoleh dari data kualitatif, namun data
kuantitatif juga menunjukkan terjadinya penurunan skor pada semua simtom depresi
yaitu simtom afektif, motivasional, kognitif dan fisik vegetatif. Jadi jelaslah bahwa
membaca Al-Quran sesuai adab lahir dan batin efektif dalam menghilangkan simtom
depresi pada subjek 1 sampai pada kategori normal.
Penurunan tingkat depresi pada subjek 2 tidak sebanyak yang terjadi pada subjek
1. Pada subjek 2, skor depresi menurun dari kategori berat ke kategori ringan. Subjek
2 mengalami penurunan skor hanya pada simtom afektif dan kognitif saja,
peningkatan skor terjadi pada simtom fisik vegetatif dan skor stabil pada simtom
motivasional. Hal ini dapat dijelaskan dari data kualitatif yang diperoleh bahwa
meskipun secara kognitif subjek menyadari dosa-dosanya dan merasa takut dengan
azab Allah. Subjek juga bertekad untuk mendekatkan diri kepada Allah, namun subjek
bingung mengenai langkah apa yang harus ia tempuh. Kebingungan inilah yang
menyebabkan simtom motivasional tidak mengalami perubahan.
Simtom fisik dan vegetatif meningkat pada subjek 2, hal ini disebabkan karena
subjek 2 memiliki rutinitas yang berbeda dari orang-orang pada umumnya. Selain
harus kuliah di pagi hari, subjek harus bekerja membantu orangtuanya di malam hari
hingga tengah malam. Hal ini menyebabkan subjek menjadi sulit tidur dan merasakan
simtom-simtom fisik lainnya.
Pemaparan di atas memicu munculnya pertanyaan mengapa penurunan skor
depresi subjek 1 lebih besar dari pada subjek 2. Hal ini dapat dijelaskam melalui

700
analisis data kualitatif yaitu subjek 2 berbeda dalam beberapa hal dengan subjek 1
diantaranya subjek 2 tidak memiliki dukungan dari keluarganya karena permasalahan
yang dirasakan subjek adalah berasal dari keluarganya. Subjek 2 juga tidak memiliki
kekuatan motivasi / tekad seperti yang dimiliki oleh subjek 1. Kemampuan subjek 2
dalam memahami dirinya dan hidupnya juga tidak sebesar subjek 1. Subjek 2 masih
mengalami kebingungan mengenai apa yang harus ia lakukan, meskipun telah
mengenal Allah. Hal ini menunjukkan kemampuan evaluasi subjek 2 masih belum
optimal seperti subjek 1.
Dapat disimpulkan bahwa penurunan simtom depresi yang besar pada subjek 1
terjadi karena faktor internal yang dimiliki subjek 1 yaitu kemampuan mengevaluasi
diri dalam menghadapi permasalahannya, dan motivasi yang kuat untuk mengubah
diri menjadi lebih baik, dan faktor eksternal yaitu lingkungan yang menguatkan
subjek. Hal tersebut menjadi modal yang dibutuhkan untuk meningkatkan efektivitas
pengaruh membaca Al-Fatihah dan Al-Insyirah sesuai adab lahir dan batin dalam
menurunkan tingkat depresi. Meskipun demikian, tanpa modal tersebut tingkat
depresi tetap dapat menurun, namun kemungkinan membutuhkan waktu yang lebih
panjang.
Menurut Santrock (2007) faktor-faktor yang menghambat munculnya depresi
pada remaja yaitu selain memiliki keimanan, remaja juga sebaiknya memiliki fungsi
intelektual yang baik, memiliki disposisi gemar bergaul, percaya diri, memiliki relasi
yang kuat dan hangat dengan keluarga, sosial ekonomi yang baik, dan memiliki ikatan
dengan orang lain di luar keluarga.
Identifikasi kepemilikan keimanan pada subjek 1 dan 2 tidaklah dapat dideteksi
secara kasat mata, namun melalui membaca Al-Quran diyakini akan memicu
tumbuhnya keimanan dalam diri seseorang. Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya
tingkat depresi pada subjek 2 meskipun subjek 2 tidak memiliki semua faktor
penghambat depresi selain keimanan dan fungsi intelektual yang baik. Subjek 2
diketahui kurang suka bergaul, kurang percaya diri, memiliki masalah dengan
keluarga, status sosial ekonomi yang menengah dan kurangnya memiliki ikatan dengan
orang dewasa lain di luar keluarga. Dapat disimpulkan bahwa hanya dengan
melakukan ibadah yang memicu tumbuhnya keimanan dan fungsi intelektual yang
baik, skor depresi subjek 2 mengalami penurunan dari kategori depresi berat menjadi
depresi ringan. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian yang dilakukan
Soto (2011) bahwa kepercayaan kepada Tuhan dapat memberikan kekuatan,
ketabahan, dan tekad untuk menghadapi krisis dan kesedihan dalam hidup. Agama
dan spritualitas memainkan peran yang sangat signifikan dalam menghadapi
tantangan, kehilangan dan momen-momen kesedihan dalam hidup (Rasic, dkk,
2013).
Penurunan skor depresi akan lebih maksimal jika pelaksanaan ibadah yang
menumbuhkan keimanan juga disertai dengan fungsi intelektual yang baik, memiliki
disposisi gemar bergaul, percaya diri, memiliki relasi yang kuat dan hangat dengan

701
keluarga, sosial ekonomi yang baik, dan memiliki ikatan dengan orang lain di luar
keluarga.

KESIMPULAN DAN SARAN


Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini bahwa membaca Al-
Fatihah dan Al-Insyirah sesuai adab lahir dan batin mampu menurunkan tingkat
depresi pada subjek 1 dan 2. Pada subjek 1 terjadi penurunan skor pada semua simtom
depresi yaitu simtom afektif, motivasional, kognitif dan fisik vegetatif. Subjek 2
mengalami penurunan skor hanya pada simtom afektif dan kognitif saja, peningkatan
skor terjadi pada simtom fisik vegetatif dan skor stabil pada simtom motivasional.
Penurunan depresi pada subjek 1 lebih besar dari pada subjek 2. Hal ini karena subjek
1 memiliki 3 modal yang mampu mempercepat pengaruh membaca Al-Fatihah dan
Al-Insyirah sesuai adab lahir dan batin dalam menurun tingkat depresi. Modal tersebut
adalah kemampuan evaluasi diri yang lebih baik, motivasi yang kuat dalam
memperbaiki diri dan dukungan sosial dari keluarga.
Membaca Al-Fatihah sesuai adab lahir dan batin memicu evaluasi mendalam pada
diri subjek 1 dan 2 mengenai masa lalunya, kehidupannya dan pemahaman akan peran
Tuhan dalam kehidupannya. Evaluasi mendalam tersebut memberikan guncangan
hebat dalam diri subjek 1 dan 2, terjadi ketegangang dalam perasaan, pikiran dan fisik.
Setelah proses evaluasi, muncul kesadaran akan kasih sayang dan pertolongan Allah
SWT. Menyadari kasih sayang dan pertolongan Allah mendorong subjek 1 dan 2
untuk berharap hanya kepada Allah saja.
Membaca surat Al Insyirah sesuai adab lahir dan batin membangun optimisme
pada diri subjek 1 untuk tetap tegar menjalani hidupnya baik dalam keadaan sulit
maupun mudah. Optimisme tersebut mengubah tujuan hidup subjek 1 dan 2 dari
tujuan membahagiakan kedua orangtua menjadi tujuan menjadi hambaa Allah yang
taat. Dapat disimpulkan bahwa membaca Al-Fatihah dan Al-Insyirah sesuai adab lahir
dan batin telah mempengaruhi kognisi, afeksi, motivasi dan tujuan hidup subjek 1 dan
2.
Penelitian ini masih belum sempurna. Beberapa kelemahan dari penelitian ini
diantaranya adalah penelitian ini tidak menggunakan metode eksperimen, meskipun
subjek penelitian memperoleh perlakuan yaitu membaca Al-Fatihah dan Al-Insyirah
sesuai adab lahir dan batin. Kelemahan lainnya adalah jumlah subjek yang terlalu
sedikit, jenis kelamin subjek terbatas hanya perempuan saja dan data kualitatif yang
diperoleh hanya berupa catatan harian dan observasi sehingga tidak dapat mengung-
kap keseluruhan dari dinamika psikologis yang dialami oleh subjek penelitian.
Saran bagi peneliti selanjutnya yaitu sebaiknya penelitian selanjutnya meng-
gunakan metode eksperimen dengan subjek yang lebih banyak. Metode penelitian
kualitatif yang dilengkapi dengan data hasil wawancara dapat memberikan gambaran
dinamika psikologis yang lebih optimal. Penelitian ini juga dapat diperluas kepada
subjek yang berjenis kelamin perempuan dan rentang usia yang lebih luas yaitu dewasa
dan lansia.

702
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. A., & Omar, Z. (2011). The Effect of Temporal EEG Signals While
Listening to Quran Recitation. Proceeding of the International Conference on
Advanced Science, Engineering and Information Technology, 372 – 375.
Abdurrahman, A., Perdana, S., & Andhika, S. (2008). Muratal Al-Quran : Alternatif
Suara Baru. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II-2008 Universitas
Lampung, 41-48.
Davison, G.C dan Neale, J.M., Abnormal Psychology, (New York: John Willey and
Sons, 2001)
Erita. (2014). Pengaruh Membaca Al-Quran dengan Metode Tahsin terhadap Depresi
pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso Pakem Yogyakarta.
Skripsi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Halgin, R.P. and Whithbourne, S.K. (1994). Abnormal Psychology: The Human
Experience of Psychological Disorders. Philadelphia: Harcourt Brace.
Hurlock, E. B., Psikologi Perkembangan Sepanjang Hayat, (Jakarta: Erlangga, 1990)
Jones, R. N., Teori dan Praktik Konseling dan Terapi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011)
Julianto, V., Pengaruh Membaca Al Fatihah Reflektif Intuitif terhadap Penurunan Stres
dan Peningkatan Imunitas Tubuh. Tesistidak dipublikasikan, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta, 2013)
Koenig, H. G. (2007). Religion and Depression in Older Medical Inpatients. The
American Journal of Geriatric Psychiatry, 15(4), 282-291.
Mahjoob, M., Nejati, J., Hosseini, A., & Bakhsani, N. M. (2014). The Effect of Holy
Quran Voice on Mental Health. Journal of Religion and Health. DOI. 10.
1007/s10943-014-9821-7.
Qardhawi, Y., Menumbuhkan Cinta Kepada Al-Quran, (Yogyakarta: Mardhiyah Press,
2007)
Rasic, D., Asbridge, M., Kisely, S., & Langille, D. (2013). Longitudinal Associations
of Importance of Religion and Frequency of Service Attendance with Depression
Risk Among Adolescents in Nova Scotia. Canadian Journal of Psychiatry, 58(5),
291-299.
Santrock, J. W. (2007). Remaja, Jilid 2, Edisi 11. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Soto, G. L. (2011). The Role of Religion and Personality for Latina Women Coping with
Depression. Disertasi, Massachussets School of Professional Psychology,
Massachussets.

703

View publication stats

You might also like