Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 8 No.

2 September 2021
P - ISSN : 2503-4413
E - ISSN : 2654-5837, Hal 429 – 437

ANALISIS PEMANFAATAN FASILITAS PERPAJAKAN PADA YAYASAN


KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN DALAM EFISENSI PAJAK PENGHASILAN

Oleh :
N. Heriyah
Program Studi Akuntansi, Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia
Email : amoy1904@unibi.ac.id
Elok Faiqoh Himah
Program Studi Akuntansi, Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia
Email : elokfaiqohhimmah@unibi.ac.id

Article Info Abstract


Article History : The Education Foundation is a non-profit legal entity
Received 22 Okt - 2021 whose financial transactions cannot be separated from the
Accepted 26 Okt - 2021 taxation aspect. One way that special foundations engaged in
Available Online 31 Oct - education can do to increase the financial resources of their
2021 non-profit organizations is to take advantage of the tax
facilities of special foundations in the field of education.
Special tax facilities for education are regulated in the
Director General of Taxes Regulation No. Per-44/PJ/ 2009.
The facility to be provided is income tax exemption article 29.
Based on the existing provisions, it is known that the residual
value obtained by the special foundation for education in
terms of asset increase net is not a tax object. The special
education foundation "X" plans to reinvest the excess into
fixed assets in group one by using sources of funds from tax
facilities, including by constructing buildings, facilities, and
infrastructure that are not tax objects if they are used up in
period of 4 consecutive years.
The object of this research is a non-profit
organization, namely the Foundation which is specifically
engaged in the field of Education in the Bandung City area.
Keyword : This study uses a qualitative method with a case study
tax facilities, foundation, approach at a foundation that specializes in "X" Education
and conducts direct observations in the field by reviewing the
non-profit, tax benefits,
data that has been collected from observations, interviews, to
present value tax accounting data collection. The data needed in this study
are primary data and secondary data. The purpose of this
research is to analyze and evaluate the utilization of the "X"
Education tax facility in order to provide maximum tax
benefits and can be enjoyed by the Foundation, especially in
the education sector.
The results showed that to analyze the use of tax
facilities in terms of excess remaining and taking into account
the present value, the results obtained in the fourth
alternative, namely the use of excess remaining in the fourth

429
year which resulted in a higher tax benefit value of 30% of
expenses. income tax or Rp. 23,203,311. If the present value
is not considered, then the 1st to 4th alternative yields the
same tax benefit, namely 25% of the income tax expense or
Rp. 8,238,732. If the Foundation engaged in Education X does
not implement and comply with all the provisions and
procedures set forth in the provisions of Per-44/Per/2009,
there will be a risk of failure in the utilization of tax facilities.
The maximum risk that may arise as a result of failure to use
the X Education Foundation tax facility is 5% or Rp.
4,103,366 of income tax expense.

nyata yang bertindak adalah organ-organ


1. PENDAHULUAN Yayasan, baik Pembina, pengawas, maupun
pengurusnya. Sesuai dengan Undang-Undang
Sektor Pendidikan merupakan sektor yang Yayasan, Yayasan dapat melakukan kegiatan
dianggap penting dalam upaya perkembangan usaha untuk menunjang pencapaian maksud
suatu negara baik segi sosial, ekonomi, sumber dan tujuannya dengan cara mendirikan badan
daya manusia, teknologi, dan lainnya. Hal ini usaha dan atau ikut serta dalam suatu badan
memiliki arti yang penting dimana dapat usaha.
tercermin dalam tindakan pemerintah yang
memberikan alokasi anggaran untuk sektor Secara umum Yayasan merupakan
Pendidikan sebesar 20 persen dari APBN organisasi nirlaba atau non profit yang
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) didirikan tidak untuk mencari keuntungan dan
sebagaimana tercantum dalam aturan Undang- dilakukan untuk tujuan sosial sehingga dari sisi
Undang Nomor 14 Tahun 2015 pasal 20 ayat 2. aspek perpajakannya pemerintah memberikan
Apabila dilihat dari aspek perpajakannya, fasilitas dengan membuat pengecualian yang
Yayasan Pendidikan memiliki keunikan bukan termasuk objek pajak dalam hal ini sisa
tersendiri bila dibandingkan dengan bentuk lebih yang diperoleh sehingga dapat
badan usaha lain pada umumnya. Dapat dibebaskan dari pajak penghasilan badan.
diketahui juga bahwa hal tersebut telah sesuai Namun demikian tercatat data dari pemerintah
dengan amanat putusan Mahkamah Konstitusi kota tidak lebih dari 42 yayasan yang bergerak
Nomor 13/PUU-VI/I/2008 dimana pemerintah di bidang Pendidikan dan kurang dari 30
harus menyediakan anggaran Pendidikan persen yang memanfaatkan fasilitas perpajakan
sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN dan dari total 161 yayasan Pendidikan yang masih
APBD untuk memenuhi kebutuhan dalam aktif terdaftar artinya masih lebih dari 50
penyelenggaraan Pendidikan Nasional. Hal ini persen Yayasan bidang Pendidikan yang tidak
merupakan salah satu bentuk insentif yang menggunakan fasilitas yang diberikan oleh
diberikan oleh pemerintah khususnya pada pemerintah. Hal ini dapat diartikan bahwa
dunia Pendidikan agar dapat lebih berkembang masih lebih dari 50% Yayasan yang bergerak
maju sejalan dengan tujuan utama pemerintah di bidang Pendidikan yang belum
dalam rangka meningkatkan kualitas memanfaatkan atau memaksimalkan fasilitas
Pendidikan. perpajakan yang diberikan oleh pemerintah.
Salah satu cara untuk meningkatkan sumber
Merujuk pada Undang-Undang Nomor 28 daya keuangan organisasi non profit yang
Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang- bergerak di bidang pendidikan adalah dengan
Undang atas Nomor 16 Tahun 2001 tentang memanfaatkan fasilitas perpajakan khusus
Yayasan dimana Yayasan adalah suatu badan bidang Pendidikan ini.
hukum yang mempunyai maksud dan tujuan
bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan, Peraturan mengenai sisa lebih ini
yang didirikan dengan memperhatikan berdasarkan pada Pasal 4 ayat 3 huruf m UU
persyaratan formal walaupun nantinya secara PPh yang kemudian diatur lebih rinci dalam

430
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/ di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.
PMK.03/2009 dan Peraturan Direktur Jenderal Sebagai badan hukum, yayasan secara hukum
pajak No. 44/PJ/2009 tentang Sisa Lebih yang dianggap dapat melakukan tindakan-tindakan
Diterima atau Diperoleh Badan atau Lembaga yang sah dan mempunyai akibat hukum
Nirlaba yang Bergerak Dalam Bidang walaupun nantinya secara nyata yang bertindak
Pendidikan dan/atau Bidang Penelitian dan adalah organ-organ yayasan, baik pembina,
Pengembangan Yang Dikecualikan dari Objek pengawas maupun pengurusnya. Sesuai
Pajak Penghasilan dimana disebutkan bahwa dengan Undang-undang Yayasan, Yayasan
sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan dapat melakukan kegiatan usaha untuk
atau Lembaga Nirlaba yang bergerak dalam
menunjang pencapaian maksud dan tujuannya
bidang Pendidikan dan/atau pengembangan
dengan cara mendirikan badan usaha dan atau
ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha.
pengembangan, dalam jangka waktu paling
lama 4 (empat) tahun yang ketentuannya telah Yayasan juga dapat memiliki kekayaan
diatur lebih lanjut berdasarkan Peraturan atau aset, baik aset bergerak maupun aset tidak
Menteri Keuangan adalah dikecualikan dari bergerak. Kekayaan yayasan berasal dari
objek pajak. sejumlah kekayaan yang dipisahkan dalam
Penelitian ini dimaksudkan untuk bentuk uang atau barang. Selain itu kekayaan
mengetahui seberapa besar pemanfaatan yayasan dapat diperoleh dari hal-hal berikut
fasilitas perpajakan digunakan oleh Yayasan ini. Pada dasarnya kegiatan yayasan
khususnya bidang Pendidikan. Penelitian pendidikan berbeda dengan kegiatan subjek
menggunakan kajian literatur dan studi kasus pajak badan lainnya dikarenakan yayasan
pada Yayasan khusus bidang Pendidikan “X”. pendidikan merupakan sebuah organisasi
Selain itu peneliti mengeksplorasi aspek-aspek nirlaba (non profit oriented), sehingga
perpajakan pada Yayasan khususnya bidang memiliki kekhususan dibanding subjek pajak
Pendidikan. Harapannya penelitian ini dapat badan pada umumnya. Salah satu aturan yang
bermanfaat bagi Yayasan khusus bidang mengatur tentang Yayasan yang bergerak di
Pendidikan untuk lebih mengetahui dan bidang Pendidikan terdapat dalam Pasal 4 ayat
memahami penerapan fasilitas perpajakan yang 3 huruf m Undang-Undang Pajak Penghasilan
diberikan sehingga berdampak pada efisiensi Nomor 36 tahun 2008 dan pengaturan lebih
pajak Yayasan. lanjut tertuang dalam Peraturan Jenderal Pajak
Berdasarkan uraian latar belakang masalah Nomor Per-44/PJ./2009 tentang Pelaksanaan
diatas, maka peneliti bermaksud untuk Pengakuan Sisa Lebih yang Diterima atau
melakukan penelitan dengan menganalisa Diperoleh Badan atau Lembaga Nirlaba yang
seberapa besar fasiltas aspek perpajakan pada Bergerak di Bidang Pendidikan dan/atau
Yayasan yang bergerak khususnya bidang Bidang Penelitian dan Pengembangan yang
Pendidikan digunakan, sehingga tertarik untuk dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan.
mengambil penelitian dengan judul “Analisis
Pemanfaatan Fasilitas Perpajakan Pada
Yayasan Khusus Bidang Pendidikan Dalam Kekhususan tersebut tersirat pada sebutan sisa
Efisensi Pajak Penghasilan” lebih sebagaimana termuat dalam Pasal 4 ayat
3 huruf m Undang-Undang Pajak Penghasilan
(UU PPh). Sisa lebih merupakan selisih antara
2. KAJIAN PUSTAKA DAN penghasilan yang diperoleh yayasan dikurangi
PENGEMBANGAN HIPOTESIS dengan biaya-biaya yang boleh dikurangkan.
Sisa lebih merupakan penghasilan netto yang
Yayasan Sebagai Subjek Pajak
dapat dikenakan pajak. Namun demikian,
karena sifat yayasan sebagai organisasi nirlaba,
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 sisa lebih ini dapat dikecualikan sebagai obyek
Tahun 2004 Yayasan adalah badan hukum pajak penghasilan. Peraturan mengenai sisa
yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan lebih ini didasarkan pada Pasal 4 ayat 3 huruf
diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu

431
m UU PPh yang kemudian diatur lebih rinci Aspek Pajak Yayasan Pendidikan
dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
80/PMK.03/2009 dan Peraturan Direktur Dalam menghitung pajak penghasilan
Jenderal Pajak No.44/PJ./2009 tentang Sisa Yayasan Pendidikan, perlu mengetahui sumber
Lebih yang Diterima atau Diperoleh Badan penghasilan dari Yayasan Pendidikan yang
atau Lembaga Nirlaba yang Bergerak Dalam menjadi obyek pajak. Merujuk pada Pasal 4
Bidang Pendidikan dan/atau Bidang penelitian ayat 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan,
dan Pengembangan Yang Dikecualikan dari yang menjadi obyek pajak adalah setiap
Objek Pajak Penghasilan. Pada Pasal 4 ayat 3 tambahan kemampuan ekonomis yang
huruf m Undang-Undang Pajak Penghasilan diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
disebutkan bahwa: berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
Yang dikecualikan dari obyek pajak adalah: atau untuk menambah kekayaan Wajib
sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan Pajak yang bersangkutan, dengan nama
atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam dan dalam bentuk apa pun. Terkait dengan
bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian yayasan pendidikan, maka contoh dari sumber
dan pengembangan, yang telah terdaftar pada penghasilan antara lain uang pendaftaran dan
instansi yang membidanginya, yang uang pangkal, uang seleksi penerimaan siswa,
ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan uang pembangunan gedung atau prasarana,
prasarana kegiatan pendidikan dan/atau uang spp, penghasilan dari kontrak kerja
penelitian dan pengembangan, dalam jangka seperti penelitian, konsultasi dan sebagainya
waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak serta penghasilan lain sehubungan dengan
diperolehnya sisa lebih tersebut, yang penyelenggaraan pendidikan.
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; Tidak semua penghasilan merupakan obyek
pajak bagi yayasan pendidikan. Surat Edaran
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka sisa Yayasan atau Organisasi Yang Sejenis
lebih akan menjadi dasar pengenaan pajak menyebutkan beberapa penghasilan bukan
penghasilan apabila dalam jangka waktu 4 merupakan obyek pajak penghasilan:
(empat) tahun tidak digunakan untuk
mengembangkan atau meningkatkan sarana
1. Bantuan atau sumbangan dan harta hibahan
dan prasarana pendidikan. Jika digunakan
yang diterima yayasan sepanjang tidak ada
untuk pengembangan sarana dan prasarana
hubungannya dengan usaha, pekerjaan,
pendidikan, yayasan pendidikan wajib kepemilikan atau penguasaan antara pihak
menyampaikan pemberitahuan mengenai
yang memberi dengan pihak yang
rencana fisik sederhana dan rencana biaya
menerima. Syarat lain yang harus dipenuhi
pembangunan dan pengadaan sarana dan
agar bantuan, sumbangan dan hibah tidak
prasarana kegiatan pendidikan dan/atau menjadi obyek pajak adalah bahwa yayasan
penelitian dan pengembangan kepada Kepala
pendidikan yang menerima semata-mata
Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak
menyelenggarakan pendidikan formal
terdaftar dengan tindakan kepada instansi yang
tingkat taman kanak-kanak dan/atau tingkat
membidanginya. Pemberitahuan tersebut dasar dan/atau tingkat menengah dan/atau
disampaikan bersamaan dengan penyampaian
perguruan tinggi, yang tidak mencari
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
keuntungan.
Penghasilan tahun pajak diperolehnya sisa
2. Bantuan atau sumbangan dari Pemerintah.
lebih tersebut atau paling lama sebelum
Selain dua obyek pajak tersebut, SE-
pembangunan dan pengadaan sarana dan
34/PJ.4/1995 juga menyebutkan dividen
prasarana kegiatan pendidikan dan/atau
atau bagian laba yang diterima atau
penelitian dan pengembangan dimulai, dalam
diperoleh yayasan atau organisasi yang
jangka waktu 4 (empat) tahun sejak
sejenis dari penyertaan modal pada badan
diperolehnya sisa lebih tersebut.

432
usaha yang didirikan dan bertempat bagi pihak-pihak intern maupun pihak-pihak
kedudukan di Indonesia merupakan ekstern perusahaan dalam mengambil
penghasilan yang bukan merupakan obyek keputusan.
pajak penghasilan.
Karakteristik PSAK No. 45
Berkaitan dengan Laporan Laba Rugi atau
Karakteristik organisasi nirlaba berbeda
Income Stetement, bila pendapatan lebih besar
dengan organisasi bisnis. Perbedaan utama
dengan beban, maka untuk Yayasan nirlaba yang
yang mendasar terletak pada cara organisasi
bergerak dalam sektor Pendidikan hal tersebut
memperoleh sumber daya yang dibutuhkan
dinamakan dengan sisa lebih. Adapun
untuk melakukan berbagai aktivitas
pengertian sisa lebih menurut peraturan dalam
operasinya. Organisasi nirlaba memperoleh
perpajakan adalah selisih dari seluruh
sumber daya dari sumbangan para anggota dan
penerimaan yang merupakan Objek Pajak
para penyumbang lain yang tidak
Penghasilan selain penghasilan yang dikenakan
mengharapkan imbalan apapun dari organisasi
Pajak Penghasilan tersendiri, dikurangi dengan
tersebut. Organisasi nirlaba merupakan entitas
pengeluaran untuk biaya operasional sehari-hari
yang tidak berorientasi pada laba namun tetap
badan atau Lembaga Nirlaba tersebut.
memiliki kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan pemanfaatan
Pengertian Akuntansi sumber daya yang dikelolanya kepada
penyandang dana dan society. Salah satu
Pengertian Akuntansi menurut Rudianto media pertanggungjawaban adalah melalui
(2012:4) bahwa “Akuntansi adalah sistem Laporan Keuangan yang sesuai dengan
informasi yang mengahasilkan informasi Standar Acuan Entitas Nirlaba sesuai dengan
keuangan kepada pihak- pihak yang PSAK 45.
berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi
dan kondisi suatu perusahaan." Kerangka Pemikiran
Adapun pengertian accounthing menurut “Organisasi nirlaba atau organisasi non
Accounting Principal Board (APB) Statement profit adalah suatu organisasi yang bersasaran
dalam Eldon S. Hendriksen (1997) sebagai pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal
suatu kegiatan jasa yang berfungsi dalam menarik perhatian publik untuk suatu
memberikan informasi kuantitatif, umumnya tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian
dalam ukuran uang mengenai suatu badan terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba.
ekonomi yang digunakan dalam memilih Organisasi nirlaba meliputi sekolah, rumah
keputusan terbaik diantara beberapa alternatif sakit, organisasi politik, bantuan masyarakat
keputusan. dalam hal perundang-undangan, organisasi
jasa sukarelawan, serikat buruh, asosiasi
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa profesional, institut riset, museum, dan
akuntansi adalah alat penting yang berupa beberapa tugas pemerintah. Setiap jenis
informasi keuangan yang digunakan untuk organisasi, sistem perencanaan akan berbeda-
mengukur bisnis, dari mulai penggolongan beda tergantung ada tingkat ketidakpastian dan
transaksi, pengikhtisaran peristiwa ekonomi kestabilan lingkungan yang mempengaruhi.
menjadi laporan keuangan sehingga informasi Semakin tinggi tingkat ketidakpastian dan
keuangan tersebut dapat diuraikan dalam suatu kestabilan lingkungan yang dihadapi
format atau bentuk yang dikenal sebagai organisasi , maka diperlukan sistem
laporan keuangan yang akan diambil suatu perencanaan yang semakin kompleks dan
keputusan dari laporan keuangan tersebut atau canggih.” (Mardiasmo, 2018)
dapat pula disimpulkan bahwa akuntansi
merupakan alat ukur yang memberikan
informasi umumnya dalam ukuran uang
mengenai suatu badan ekonomi yang berguna

433
maupun sumber data memiliki latar belakang,
pandangan, nilai-nilai, kepentingan, dan
persepsi yang berbeda sehingga dalam
pengumpulan data, analisis, dan pembuatan
laporan akan terikat oleh nilai masing-masing
(Ghozali, 2016). Adapun sumber data dalam
melakukan penelitian ini terdiri dari data primer
dan data sekunder.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah


dilakukan dengan menggunakan analisis
pendekatan induktif pada salah satu Yayasan
yang bergerak di bidang Pendidikan “X”
diperoleh hasil penelitian bahwa Yayasan
memenuhi kriteria sebagai entitas atau
organisasi non profit dan oleh karenanya
manajemen Yayasan dalam hal menyusun
3. METODE PENELITIAN laporan keuangan telah sesuai dengan
ketentuan dalam Standar Akuntansi Keuangan.
Menurut Ghozali (2016) penelitian Dalam hal perolehan sisa lebih yang di peroleh
deskriptif kualitatif adalah berupa penelitian Yayasan yang bergerak di bidang Pendidikan
dengan metode atau pendekatan studi kasus “X” menerapkan fasilitas yang ada sesuai
(case study) dan menggunakan analisis dengan dengan ketentuan perpajakan. Fasilitas pajak
pendekatan induktif. Penelitian ini khusus bidang Pendidikan diatur dalam
memusatkan diri secara intensif pada satu Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. Per-
objek tertentu yang mempelajarinya sebagai 44/Per/2009. Fasilitas ini merupakan
suatu kasus. Data studi dapat diperoleh dari pembebasan pajak penghasilan pasal 29.
pengurus Yayasan dan semua pihak yang Berdasarkan ketentuan bahwa sisa lebih yang
berhubungan langsung pada yayasan. Peneliti diperoleh oleh Yayasan yang bergerak di
menggunakan metode deskriptif kualitatif bidang Pendidikan X dalam hal ini kenaikan
karena penelitian ini akan mengkaji data yang asset bersih adalah bukan merupakan objek
telah dikumpulkan dari mulai observasi, pajak. Dengan demikian dapat dikatakan
wawancara, sampai pengumpulan data bahwa kenaikan asset bersih pada Yayasan
akuntansi perpajakan Yayasan. Metode yang bergerak dalam bidang Pendidikan X
penyusutan garis lurus atau straight line tidak dikenakan pajak.
methode digunakan dalam perhitungan
penyusutan asset tetap yang habis dalam masa Dalam hal pemanfaatan sisa lebih
manfaat 4 tahun. Penelitian ini dilakukan pada tersebut Yayasan yang bergerak di bidang
salah satu Yayasan yang bergerak khusus Pendidikan X telah melakukan sesuai ketentuan
bidang Pendidikan yaitu Yayasan “X” d Kota dimana penyampaian dilakukan bersamaan
Bandung. pada saat penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan PPh tahun pajak diperolehnya sisa
Penelitian kualitatif ini menjadikan peneliti lebih tersebut atau paling lama sebelum
sebagai human instrument yang menggunakan pembangunan dan atau pengadaan sarana dan
teknik pengumpulan data participant prasarana selama empat tahun dari mulai
observation dan indepth interview. sehingga perolehan sisa lebih tersebut.
peneliti harus berinteraksi langsung dengan
sumber data. Pada interaksi ini baik peneliti

434
Sisa lebih yang diperoleh Yayasan yang Tabel 4.6 Alternatif 4
bergerak di bidang Pendidikan X digunakan
untuk pembangunan dan pengadaan sarana dan Kelompok Masa Tarif & Penyusutan
prasarana kegiatan Pendidikan yang dalam 1 Manfa Metode
pencatatannya dialihkan ke akun dana at
pembangunan dan pengadaan sarana dan Harta 4 Straight
prasarana. Pembukuan atas penggunaan dana Berwujud Tahun Line
pembangunan dan pengadaan sarana dan atau Methode
Bukan 2019 25% 69.079.218
prasarana kegiatan Pendidikan pada tahun
Bangunan
berjalan dilakukan dengan mendebet akun
Bukan 2020 25% 69.079.21
aktiva dan akun dana pembangunan dan Bangunan 8
pengadaan sarana dan atau prasarana dan Bukan 2021 25% 69.079.218
kemudian mengkredit akun kas atau utang dan Bangunan
akun modal Yayasan yang bergerak di bidang Bukan 2022 25% 69.079.218
Pendidikan X. Bangunan

Tabel 4.2 Untuk menganalisis pemanfaatan fasilitas


Kelompok Aset dan Metode pajak dalam hal sisa lebih dan dengan
Kelompok Harta Masa Tarif mempertimbangkan present value, maka
Berwujud Manfaat Depresiasi diperoleh hasil pada alternatif ke-4, yaitu
penggunaan sisa lebih pada tahun ke empat
Garis yang menghasilkan nilai manfaat pajak yang
Lurus lebih tinggi yaitu sebesar Rp. 23.203.311 atau
Kelompok satu 4 tahun 25% 30% dari beban pajak penghasilan.
Apabila tidak mempertimbangkan present
Sebagai organisasi non profit, Yayasan value, maka alternatif ke-1 sampai alternatif ke-
yang bergerak di bidang Pendidikan X dapat 4 menghasilkan manfaat pajak yang sama
memanfaatkan fasilitas yang telah diberikan besarnya yaitu Rp. 8.238.732 atau 25% dari
dengan menggunakan sumber dana yang berasal beban pajak penghasilan. Apabila Yayasan
dari fasilitas pajak dalam hal peningkatan asset yang bergerak di bidang Pendidikan X tidak
tetap yaitu dengan menanamkan kembali sisa melaksanakan dan mentaati seluruh ketentuan
lebih yang diperoleh ke dalam bentuk aktiva dan prosedur yang telah diatur dalam ketentuan
tetap kelompok satu. Perhitungan asset tetap Per-44/Per/2009 maka terdapat risiko yaitu
dinilai berdasarkan dengan harga perolehan dan kegagalan dalam pemanfaatan fasilitas
penyusutan dihitung dengan menggunakan perpajakan. Risiko maksimal yang mungkin
metode garis lurus atau straight line method. timbul sebagai akibat atas kegagalan
Yayasan yang bergerak di bidang Pendidikan X pemanfaatan fasilitas pajak Yayasan
memanfaatkan fasilitas perpajakan tahun buku Pendidikan X adalah sebesar Rp. 4.103.366 atau
2019 sehingga perolehan sisa lebih sebesar Rp. sebesar 5% dari beban pajak penghasilan.
276.316.872 dibebaskan dari pajak penghasilan.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan hasil analisis
penelitian, hasil pengolahan data primer dan
data sekunder yang telah dilakukan maka
penulis mengambil kesimpulan bahwa
pemanfaatan fasilitas perpajakan Yayasan yang
bergerak khusus bidang Pendidikan X telah
melakukan kewajibannya dalam hal
administratif namun demikian manfaat pajak
belum diperoleh secara maksimal dan dengan

435
dilakukannya beberapa alternatif dari mulai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
alternatif satu sampai penentuan alternatif 28 Tentang Yayasan, 2004
empat yang lebih baik untuk digunakan karena Direktorat Jenderal Pajak, Surat Edaran
memberikan hasil lebih tinggi dalam Direktur Jenderal Pajak Nomor
mengefisiensikan pajak penghasilan. Dapat 34/PJ.04/1995 Tentang Perlakuan
disimpulkan juga bahwa antara keuntungan Pajak Penghasilan Bagi Yayasan Atau
ekonomis atas perlambatan penggunaan sisa Organisasi Yang Sejenis. Jakarta:
lebih pada tahun ke empat dengan manfaat Direktorat Jenderal Pajak, 1995
kualitatif yaitu berupa perlambatan penggunaan Ghozali, I., Desain Penelitian Kuantitatif &
aktiva tetap dapat dikatakan terdapat manfaat Kualitatif.,Yoga Pratama, Semarang,
saling hapus atau trade off. 2016.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia,
6. REFERENSI Peraturan Menteri Keuangan Nomor
80/PMK.03/2009 Tentang Sisa Lebih
Kuncoro, A. R, dan Pratama, Yang Diterima Atau Diperoleh Badan
A.D.Y.,“Optimalisasi Pajak Atas Atau Lembaga Nirlaba Yang
Yayasan Yang Bergerak Di Bidang Bergerak Dalam Bidang Pendidikan
Pendidikan”, Indonesian Tax Journal, Dan/Atau Bidang Penelitian Dan
Vol.1, No.2, pp. 31-37, 2017. Pengembangan Yang Dikecualikan
Muaya, A., “Analisis Perhitungan, Dari Objek Pajak Penghasilan.
Penetapan, Dan Pelaporan Pajak Jakarta: Kementerian Keuangan
Penghasilan Pasal 21 Pada Yayasan Republik Indonesia, 2009.
Perguruan Tinggi Katolik Keuskupan Kementerian Keuangan Republik Indonesia,
Manado”, Jurnal EMBA, Vol.4, No. 2, Peraturan Menteri Keuangan Nomor
pp. 748-757, ISSN 2303-1174, Juni 245/PMK.03/2008 Tentang Badan-
2016. badan dan Orang Pribadi Yang
Intan, R.,“Insentif pajak Penghasilan Pada Menjalankan Usaha Mikro dan Kecil
Lembaga Pendidikan”, Journal AKP, Yang Menerima Harta Hibah,
Vol.6, No. 1, 2016. Bantuan, atau Sumbangan Yang
Firmansyah, “Analisis Kebijakan Pemberian Tidak Termasuk Sebagai Obyek Pajak
Insentif Pajak Atas Sumbangan Penghasilan. Jakarta: Kementerian
Dalam Kegiatan Penelitian Dan Keuangan Republik Indonesia, 2008.
Pengembangan”, Jurnal Ilmu Lubis, I., Menggali Potensi Pajak
Administrasi Dan Organisasi, Vol. 17, Perusahaan dan Bisnis dengan
Nomor 2, 2010 Pelaksanaan Hukum. Jakarta: Alex
Bastian, I., Akuntansi Yayasan dan Lembaga Media Komputindo, 2010.
Publik. Jakarta: Erlangga, 2013. Mardiasmo, Prof., Dr., MBA., Ak.,
Budi, Prianto, S., Pintar Pajak. Jakarta: Perpajakan. Jakarta:Andi Offset, 2018
Pratama Indomitra, 2017, Pemerintah Republik Indonesia, Undang-
Direktorat Jenderal Pajak., Peraturan Undang Republik Indonesia No.16
Direktur Jenderal Pajak Nomor Tahun 2001 Sebagaimana Telah
44/PJ/2009 Tentang Pelaksanaan Diubah Terakhir Dengan Undang-
Pengakuan Sisa Lebih Yang Diterima Undang Nomor 28 Tahun 2004
Atau Diperoleh Badan Atau Lembaga Tentang Yayasan. Jakarta: Pemerintah
Nirlaba Yang Bergerak Dalam Bidang Republik Indonesia, 2004.
Pendidikan Dan/Atau Bidang Pemerintah Republik Indonesia, Undang-
Penelitian Dan Pengembangan Yang Undang Republik Indonesia No.7
Dikecualikan Dari Objek Pajak Tahun 1983 Sebagaimana Telah
Penghasilan. Jakarta: Direktorat Diubah Terakhir Dengan Undang-
Jenderal Pajak, 2009. Undang Nomor 36 Tahun 2008

436
Tentang Pajak Penghasilan. Jakarta:
Pemerintah Republik Indonesia, 2008.
Pemerintah Republik Indonesia, Undang -
Undang Republik Indonesia No.6
Tahun 1983 Sebagaimana Telah
Diubah Terakhir Dengan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2009
Tentang Ketentuan Umum Dan Tata
Cara Perpajakan. Jakarta: Pemerintah
Republik Indonesia, 2009.
Pohan, C.A., Manajemen Perpajakan:
Strategi Perencanaan Pajak dan
Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2013.
Putra, Y R.A.N., Indrabudiman, A.,
“Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Tax Avoidance serta
Dampaknya Pada Nilai Perusahaan”,
Jurnal Akuntansi Aktual, Vol. 7,
Nomor 1, 2020

437

You might also like