Jurnal MPS

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

PERAN DINAS SOSIAL DALAM MENANGANI BANYAKNYA KORBAN

KEKERASAN TERHADAP ANAK DI BANDUNG

Disusun Oleh:

Raihan Arumi Rubiansyah

6211211154

Kelas D

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI HUBUNGAN ILMU INTERNASIONAL

2023
Abstract

Child abuse is a serious problem that requires comprehensive and coordinated handling.
Social services have an important role in dealing with the many victims of child abuse. In
their role, social services focus on prevention, identification, protection, handling, education,
collaboration, advocacy, and community awareness. Social services play a role in preventing
child abuse through education and awareness programs that aim to change cultural norms
that support violence. They also play a role in identifying victims of child abuse and providing
necessary protection, including safe shelter if needed. In addition, social services provide
services, support and interventions for victims of child abuse. This includes counseling,
mentoring, rehabilitation and recovery services. Social services also play a role in providing
education, training and empowerment to victims of child abuse, to help them understand their
rights and develop the necessary skills. Cooperation and collaboration with various related
parties, such as educational institutions, health institutions, legal institutions, and community
organizations, is an important part of the role of social services. Within this framework, social
services also advocate for better policy and legal changes in child protection, and raise public
awareness about the importance of protecting children. In addressing the many victims of
violence against children, the role of social services has a significant impact in creating a safe
and supportive environment for children. Collaboration and cooperation across sectors is key
in effectively addressing this issue.

Latar Belakang
Di tengah budaya Indonesia, hukuman fisik merupakan hal yang sangat wajar, dan masih
banyak orang tua atau pendidik yang menerapkan hukuman fisik.
Seorang teman berbagi pengalaman traumatisnya, pengalaman seorang teman yang dihukum
secara fisik, suatu hari ketika guru sedang mengajar mata pelajaran tertentu, siswa diminta untuk
datang dan mengerjakan soal-soal guru.
Setelah mengolah soal dan memeriksa guru, ternyata jawaban salah semua, tanpa berpikir dua
kali, guru langsung menjatuhkan hukuman dengan memukul punggung rotan. Padahal, masih
banyak bentuk hukuman lain yang tidak menyemangati.
Dari sudut pandang penulis Kanada sebagai warisan budaya kolonial, sejarah pendidikan
kolonial memiliki pengaruh yang sangat besar, yaitu pendidikan kolonial di sini membangun
model pendidikan tradisional, yang melegitimasi hukuman cambuk sebagai tindakan perusakan
fisik dengan tujuan pengurangan. perilaku negatif seorang anak atau menindas orang lain
Warga tidak diperlakukan sebagai manusia tetapi sebagai objek. Jelas bahwa pengaruh
kolonialisme begitu besar. Jaman penjajahan Belanda penuh dengan perbudakan, karena hak
majikan untuk menghukum budak jika melakukan kesalahan, adanya nilai lebih tinggi dan lebih
rendah dalam pengambilan keputusan majikan tidak mensyaratkan nilai demokrasi.
memperhitungkan budaya majikan jelas memiliki otoritas yang berbeda dari masyarakat dan
status sosial lainnya. Jika melihat realitas saat ini, akar kekerasan itu masih ada, seperti
kewenangan untuk menggunakan penilaian sepihak dan menjatuhkan sanksi tanpa proses
demokrasi.
Menurut hasil pengaduan yang diterima Komisi Perlindungan Anak, pemicu terjadinya
kekerasan terhadap anak misalnya
1) Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Anak Sasaran.

2) Disfungsi keluarga, yaitu. peran orang tua tidak selaras sebagaimana mestinya.

3) Faktor ekonomi yaitu kekerasan yang timbul dari tekanan ekonomi.

4) Pendapat yang salah tentang tempat anak dalam keluarga, menganggap bahwa anak-anak
Saya tidak tahu apa-apa
Selain itu, faktor penyebab kekerasan terhadap anak mendapatkan inspirasinya
Program televisi dan media lainnya di masyarakat, sangat mengejutkan, 62% program televisi
dan media lainnya menyadari dan melahirkan perilaku kekerasan (Time, 2006).
Menurut Sitohangi (2004), penyebab kekerasan terhadap anak adalah:

1) Stres berasal dari anak-anak, yaitu. kondisi anak berbeda, mental berbeda atau
anak angkat

2) Stres keluarga, yaitu kemiskinan, pengangguran, mobilitas, isolasi, kondisi perumahan yang
buruk
tidak mencukupi, anak-anak yang tidak diinginkan dll.

3) Stres timbul dari rendahnya harga diri orang tua pada masa remaja, pelecehan, depresi,
harapan anak yang tidak realistis, gangguan karakter/gangguan mental.
Unicef (1986) berhipotesis bahwa ada dua faktor yang mendasari kekerasan terhadap anak oleh
orang tua.

Masing-masing faktor tersebut berasal dari kedua orang tua dan anak itu sendiri. Kedua faktor
tersebut adalah:

1) Orang tua menjadi korban pelecehan dan kekerasan anak


di rumah orang tua dengan kondisi kehidupan yang penuh tekanan seperti apartemen sempit,
kemiskinan, pecandu narkoba, orang tua dengan gangguan mental seperti depresi atau psikosis
atau gangguan kepribadian.

2) Bayi prematur, anak cacat perkembangan, anak cacat fisik, anak yang banyak menangis dan
banyak menuntut Berdasarkan uraian tersebut, orang tua dan anak memiliki pengaruh yang
setara terhadap terjadinya kekerasan terhadap anak.
Rahmat (2003) menganggap bahwa kekerasan terhadap anak bukanlah sekedar perbuatan
masalah pribadi ketika beberapa anak dapat ditelusuri kembali ke orang-orang yang terlibat
dalam penyebab psikologis. Tetapi jika perlakuan jangka panjang terhadap anak kecil,
penelantaran atau menyakiti dan menyiksa anak adalah hal yang biasa di masyarakat, maka itu
adalah masalah penyebab individu. Solusinya membutuhkan tindakan kolektif dari semua
anggota masyarakat,
Teori para ahli
1. Teori Konflik Karl Marx
Pertama, kita membahas teori konflik dari sudut pandang Karl Marx. Kita tahu pasti bahwa
banyak gagasan Karl Marx didasarkan pada kelas berdasarkan kepemilikan alat produksi atau
pertimbangan ekonomi. Sama halnya dengan konflik atau masalah sosial. Menurutnya, salah
satu penyebab konflik terbesar adalah penerapan sistem kapitalis. Dalam sistem ini, kelompok
kapitalis atau borjuis mengalami konflik dengan proletariat atau kelas buruh karena
ketidaksetaraan. Dalam sistem kapitalis, kaum borjuis ingin memaksimalkan keuntungan dan
dengan demikian memprovokasi oposisi dari proletariat atau kelompok buruh yang menuntut
hak atas upah dan kesejahteraan. Dengan demikian, menurut pandangan Karl Marx, muncul
konflik sosial.

2. Teori Eleanor Roosevelt


Eleanor Roosevelt percaya bahwa hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada setiap
individu, tanpa adanya perbedaan dalam memandang ras, agama, jenis kelamin atau latar
belakang sosial. Selanjutnya Roosevelt juga memberikan statement bahwa hak asas manusia
tidak bisa di kompromikan atau di tawar – menawar yang berarti hak asasi manusia bersifar
universal. Perlindungan dan kebebasan merupakan kewajiban negara dan pemerintah untuk
melindungi hak – hak tersebut demi menciptakan system hukum yang adil.
3. Jean Piaget
Tahap - tahap dalam perkembangan kognitif anak dibagi menjadi empat tahapan, tahap pertama
yaitu tahap sensorimotor pada usia anak (0-2) tahun, tahap praoperasional yaitu pada umur (2-7)
tahun dan tahap ketiga yaitu tahap konkret operasional pada umur (7-11) tahun dan tahap
terakhir yaitu tahap operasional formal pada umur (12) tahun. teori yang digunakan oleh Piaget
adalah teori kontsruktivisme yang berarti anak secara aktif membangun pengetahuan mereka
sendiri melalui interaksi melalui interaksi dengan lingkungan mereka. Selanjutnya adalah proses
adaptasi melalui asimilasi dan akomodasi, yang terjadi ketika anak menginterpresentasikan
informasi baru berdasarkan skema yang ada. Yang terakhir adalah perkembangan moral,
menurutnya anak-anak melewati tahap perkembangan moral yang berbeda dari orientasi hukum
dan ketertiban eksternal hingga ekonomi moral internal.

Metode Penelitian
Penelitian Kualitatif: metode peneletian kualitatif digunakan untuk mendapatkan
pemahaman yang mendalam tentang pengalaman, persepsi, dan interpretasi individu yang
terlibat terlibat dalam kekerasan pada anak. Metode ini melibatkan pengumpulan data melalui
wawancara mendalam, observasi partisipatif, atau analsisis dokumen. Penelitian kulaitatif dapat
membantu menggali aspek kompleks dan konteks sosial dari kekerasan terhadap anak.
Studi kasus: Metode studi kasus melibatkan analisis mendalam tentang kasus – kasus,
individu atau kelompok kecil yang telah mengalami kekerasan. Peneliti dapat menggunakan
berbagai sumber data, seperti catatan medis, laporan polisi, atau wawancara dengan individu
terkait untuk memahami konteks, konsekuensi, dan faktor – faktor yang mempengaruhi
kekerasan pada anak.

Pembahasan
Kekerasan terhadap anak dapat terjadi karena berbagai faktor yang kompleks dan beragam.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kekerasan terhadap anak meliputi:

- Faktor individu: Beberapa individu dapat memiliki kecenderungan untuk menggunakan


kekerasan terhadap anak. Ini mungkin karena adanya gangguan mental, Riwayat
kekerasan dalam keluarga mereka sendiri, rendahnya control impuls, atau kurangnya
pemahaman tentang pengasuhan yang sehat.
- Fakor Keluarga: Keluarga merupakan lingkungan utama di mana kekerasan terhadap
anak sering terjadi. Faktor-faktor seperti disintegrasi keluarga, konflik rumah tangga yang
sering, kurangnya pendidikan tentang pengasuhan yang sehat, penyalahgunaan zat, dan
ketidakstabilan ekonomi dapat berkontribusi pada terjadinya kekerasan terhadap anak.
- Faktor lingkungan: Lingkungan sosial juga dapat mempengaruhi terjadinya kekerasan
terhadap anak. Misalnya, kekerasan yang terlihat atau diterima dalam masyarakat atau
lingkungan sekitar dapat mempengaruhi pandangan dan perilaku individu terhadap
penggunaan kekerasan terhadap anak.
- Faktor Budaya dan Norma Sosial: Norma budaya dan sosial juga dapat memainkan peran
dalam terjadinya kekerasan terhadap anak. Misalnya, di beberapa budaya, praktik-praktik
kekerasan fisik atau perlakuan yang keras terhadap anak dianggap sebagai bentuk
pengasuhan yang efektif atau diterima.
- Faktor Sistemik: Ketidakberfungsian atau kegagalan sistem perlindungan anak dapat
memfasilitasi terjadinya kekerasan terhadap anak. Misalnya, kelemahan dalam sistem
hukum, pendidikan, dan dukungan sosial dapat menghambat deteksi, laporan, dan
respons yang tepat terhadap kasus kekerasan terhadap anak.

Penting untuk dicatat bahwa kekerasan terhadap anak tidak dapat dibenarkan dan merupakan
pelanggaran hak asasi manusia. Dalam usaha untuk mencegah dan menangani kekerasan
terhadap anak, penting untuk mencegah dan menangani kekerasan terhadap anak, penting untu
memahami faktor-faktor.

Penting untuk diingat bahwa pelaku kekerasan terhadap anak dapat berasal dari berbagai latar
belakang dan tidak dapat digeneralisasi dengan satu profil tertentu. Namun, berdasarkan
penelitian dan data yang ada, ada beberapa faktor yang dapat terkait dengan pelaku kekerasan
terhadap anak. Beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan adalah:

- Orang tua atau Anggota Keluarga: Banyak kasus kekerasan terhadap anak melibatkan
orang tua biologis, anggota keluarga, atau orang dewasa yang memiliki peran pengasuhan
dalam kehidupan anak. Hal ini dapat mencakup ayah, ibu, saudara kandung, anggota
keluarga luas, atau orang dewasa lainnya yang bertanggung jawab atas perawatan anak.
- Gangguan kesehatan mental atau masalah kejiwaan: beberapa pelaku kekerasan terhadap
anak mungkin mengalami gangguan kesehatan mental atau masalah kejiwaan yang dapat
mempengaruhi perilaku mereka. Gangguan seperti gangguan kepribadian, gangguan
emosi, atau gangguan control impuls dapat berperan dalam perilaku kekerasan terhadap
anak.
- Riwayat kekerasan atau penyalahgunaan: pelaku kekerasan terhadap anak sering kali
memiliki Riwayat kekerasan atau penyalahgunaan dalam kehidupan mereka sendiri.
Mereka mungkin telah menjadi korban kekerasan dalam masa kanak-kanak mereka,
memiliki pengalaman trauma, atau terpapar lingkungan yang tidak aman dan kekerasan.
- Masalah narkoba atau alkohol: penyalahgunaan zat seperti narkoba dan alkohol dapat
berkontribusi pada terjadinya kekerasan terhadap anak. Ketika seseorang dalam pengaruh
zat atau mengalami ketergantungan, hal itu dapat mempengaruhi keputusan dan perilaku
mereka, meningkatkan risiko terjadinya kekerasan.
- Ketidakmampuan dalam mengatasi stress atau konflik: individu yang memiliki kesulitan
dalam mengelola stress, mengendalikan kemarahan, atau menyelesaikan konflik secara
sehat dapat menjadi rentan terhadap penggunaan kekerasan terhadap anak.
Ketidakmampuan mereka dalam mengatasi tekanan atau ketegangan dapat memicu
respons yang tidak terhadap anak.

Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa tidak semua orang dengan faktor-faktor ini
akan menjadi pelaku kekerasan terhadap anak. Setiap kasus harus dievaluasi secara individual
dan diperlakukan dengan pendekatan yang holistik dalam rangka melindungi dan mendukung
anak-anak yang terkena dampak kekerasan.

Dinas Sosial mempunyai tugas membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah dan tugas pembantuan yang diberikan kepada Daerah dan
tugas pembantuan yang diberikan kepada Daerah di bidang sosial. Perumusan kebijakan di
bidang rehabilitasi sosial dan jaminan perlindungan sosial pemberdayaan sosial dan penanganan
fakir miskin. Selain itu juga peran dinas sosial dalam mengangani kekerasan sangatlah penting
dan meliputi beberapa aspek, berikut adalah beberapa peran utama Dinas Sosial dalam
menangani kekerasan:
Yang pertama ialah penyuluhan dan pencegahan, penyuluhan yang diberikan kepada masharakat
mengenai pentingnya menghindari kekerasan dan mempromosikan budaya yang aman bagi anak
– anak. Mereka juga dapat menyelenggarakan kampanye dan program pencegahan kekerasan .
yang kedua adalah Deteksi dan Intervensi, Kedinasan sosial memilki peran dalam mendeteksi
dan mengidentifikasi kasus kekerasan yang terjadi. Mereka dapat menerima laporan, melakukan
investigasi, dan memberikkan intervensi awal guna melindungi korban. Dan yang ketiga adalah
perlindungan, dinas sosial bertugas untuk melindungi korban kekerasan, terutama anak – anak,
dengan menyediakan tempat perlindungan sementara jika diperlukan. Mereka juga dapat
menghubungkan korban dengan fasilitas medis dan bantuan hukum. Yang ke empat adalah
pelayanan rehabilitasi bagi korban kekerasan. Ini meliputi pemenuhan kebutuhan dasar, seperti
tempat tinggal, pangan, Pendidikan, dan pelayanan kesehatan. Dinas sosial juga dapat
menyediakan dukungan psikososial, konseling, dan terapi untuk membantu korban pulih dari
trauma. Koordinasi dan Kerja sama: Dinas Sosial bekerja sama dengan berbagai lembaga dan
pihak terkait, seperti kepolisian, rumah sakit, lembaga pendidikan, LSM, dan lembaga
perlindungan anak, untuk menangani kasus kekerasan dengan lebih efektif. Mereka
berkoordinasi dalam penyelenggaraan penegakan hukum, penanganan medis, dan pendampingan
sosiak bagi korban. Pendidikan dan Pelatihan: Dinas Sosial dapat memberikan pendidikan dan
pelatihan kepada masyarakat, tenaga pengajar, dan professional terkait kekerasan terhadap anak.
Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman mengenai masalah kekerasan, tanda-tanda
peringatan, dan Langkah-langkah penanggulangan yang tepat. Monitoring dan Evaluasi: Dinas
Sosial memiliki tanggung jawab untuk memantau dan mengevaluasi program-program yang
dilakukan dalam penanggulangan kekekrasan terhadap anak. Hal ini bertujuan untuk memastikan
efektivitas Langkah-langkah yang diambil dan mengidentifikasi area yang perlu perbaikan.

Masalah sosial yang berkaitan dengan ekonomi sangat bervariasi dan kompleks. Ada
beberapa masalah sosial yang sering terkait dengan aspek ekonomi, kemiskinan merupakan salah
satu masalah sosial yang terkait erat dengan ekonomi. Ketidakmampuan individua tau keluarga
untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, perumahan, pendidikan, dan perawatan
kesehatan dapat mengakibatkan ketimpangan sosial dan mempengaruhi kualitas hidup mereka.
Pengangguran tingkat pengangguran yang tinggi atau rendahnya lapangan kerja dapat
menciptakan ketidakstabilan sosial. Pengangguran bisa menyebabkan kesulitan ekonomi,
penurunan pendapatan, dan ketidakpuasan masyarakat. Ini dapat berdampak pada tingkat
kejahatan, kesehatan mental, dan kesejahteraan sosial.

Ketimpangan ekonomi juga merujuk pada kesenjangan yang signifikan antara kelompok-
kelompok sosial dalam hal pendapatan, kekayaan, dan akses terhadap sumber daya.
Ketimpangan ini dapat mengakibatkan perbedaan sosial, dan polarisasi, dan kerentanan sosial
yang lebih tinggi. Ketidaksetaraan Akses Terhadap Pendidikan dalam akkses terhadap
pendidikan dapat menjadi masalah sosial yang signifikan. Keterbatasan akses terhadap
pendidikan berkualitas dapat menghambat mobilitas sosial, meningkatkan kesenjangan
antargenerasi, dan membatasi peluang individu untuk meningkatkan kondisi ekonomi mereka.
Ketersediaan perumahan yang terjangkau, kualitas perumahan yang buruk, atau tingkat
tunawisma yang tinggi adalah masalah sosial yang terkait dengan ekonomi. Kondisi perumahan
yang tidak memadai dapat menyebabkan dampak negatif pada kesehatan, kualitas hidup, dan
stabilitas keluarga. Sleanjutnya mengenai perdagangan manusia, perdagangan manusia
merupakan masalah serius yang sering kali berhubungan dengan kondisi ekonomi yang sulit.
Orang-orang yang hidup dalam kemiskinan atau kesulitan ekonomi rentan menjadi korban
perdagangan manusia, baik dalam bentuk eksploitasi seksual maupun kerja paksa.

Ketidakstabilan ekonomi, seperti bencana alam, konflik sosial, atau perubahan ekonomi yang
drastis, dapat menyebabkan kerentanan sosial yang tinggi. Kelompok-kelompok yang rentan,
seperti anak-anak, lansia, dan penyandang disabilitas, sering kali lebih terpukul oleh situasi
ekonomi yang sulit. Penyalahgunaan narkoba dan kejahatan terkait keterkaitan antara ekonomi
dan penyalahgunaan narkoba serta kejahatan terkait lainnya dapat menjadi masalah sosial,
ketidakstabilan ekonomi dapat memicu peningkatan penggunaan narkoba, perdagangan narkoba,
dan kejahatan lainnya sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Masalah sosial yang
bersangkutan dengan ekonomi ini membutuhkan pendekatan yang holistic dan seringkali
melibatkan Kerjasama antara pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan sector swasta untuk
mencari solusi yang efektif.

Kesimpulan
Peran Dinas Sosial dalam menangani banyaknya korban kekerasan terhadap anak adalah peran
pentingnya dalam melakukan pencegahan kekerasan terhadap anak nelalui program-program
pendidikan, kesadaran, dan kampanye yang ditujukan untuk mengubah norma budaya yang
mendukung kekerasan dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang hak dan perlindungan
anak. Dinas sosial memberikan pelayanan, dukungan dan intervensi bagi korban kekerasan anak,
termasuk layanan konseling, pendampingan, rehabilitasi, dan pemulihan. Mereka juga bisa
memberikan bantuan hukum dan menkoordinasikan dengan Lembaga tekait dalam proses
penegakan hukum. Dinas Sosial juga bekerja sama dengan berbagai pihak terkait, seperti
lembaga Pendidikan, lembaga kesehatan, lembaga hukum, dan organisasi masyarakat, untuk
menyediakan pelayanan yang komprehensif bagi korban kekerasan anak. Kolaborasi ini penting
untuk memastikan pendekatan yang holistik dan efektif dalam menangani masalah tersebut.
Dalam rangka menangani banyaknya korban kekerasan terhadap anak, peran Dinas Sosial adalah
penting dalam upaya pencegahan, indentifikasi, perlindungan, penanganan, Pendidikan,
kolaborasi, advokasi, dan kesadaran masyarakat. Kerja sama lintas sektor dan komitmen dari
berbagai pihak diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-
anak.

Daftar Pustaka

(2018, November 5). Retrieved from latar belakang kekerasan pada anakk
http://www.duniapsikologi.com/latar-belakang-kekerasan-pada-anak/
Affandi,Rahmat.2011.Hentikan kebiasaan Berbahaya Bagi Anak . jakarta : PT.Gramedia.
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Retrieved from Minimnya Kesadaran Masyarakat terhadap
Mental Health: https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/974/minimnya-kesadaran-masyarakat-
terhadap-mental-health
Rokom. (2021, Oktober 07). Sehat Negeriku Sehatlah Bangsaku. Retrieved from Kemenkes Beberkan
Masalah Permasalahan Kesehatan Jiwa di Indonesia:
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20211007/1338675/kemenkes-beberkan-
masalah-permasalahan-kesehatan-jiwa-di-indonesia/
http://www.smallcrab.com/anak-anak/550-beberapa-jenis-kekerasan-pada-anak

Laporan Penelitian
( Hasil Laporan )

Tanggal : 8 Juli 2023

Waktu : 12.53
Pelaksanaan Wawancara : Online ( dalam jaringan )

Narasumber : Hendra Budiman Raksanagara, S.Pi., M.P.

Penugasan : Tasikmalaya

Apa peran utama Dinas Sosial dalam menangani kasus kekerasan terhadap anak?

Peran utama Dinas Sosial menangani kasus kekerasan terhadap anak adalah suatu kewajiban hal
ini sesuai tugas dan fungsi dari dinas sosial yg terdapat pada Peraturan Bupati Tasikmalaya
Nomor 55 tahun 2021 tentang Tugas dan Fungsi Dinas Sosial, Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Bagaimana Dinas Sosial bekerjasama dengan Lembaga lain seperti kepolisian dan rumah
sakit dalam menangani korban kekerasan anak?

Dinas Sosial melakukan Perjanjian Kerja Sama dengan instansi terkait dalam melakukan
penanganan korban kekerasan anak.

Apa langkah-langkah yang dilakukan oleh Dinas Sosial dalam mendeteksi kasus kekerasan
terhadap anak?

Dinas Sosial melakukan sosialisasi secara berkala dan terjadwal dalam kegiatan kedinasan.
Dinas Sosial memberikan perlindungan dengan cara

1.Konseling dengan terapi

Konseling dan terapi adalah bentuk intervensi professional yang bertujuan untuk membantu
individu mengatasi masalah emosional, mental, atau perilaku yang mereka hadapi.Berikut adalah
penjelasan tentang konseling dan terapi, beserta penerapnya : yang pertama yaitu Konseling,
dalam pembinaan konseling melibatkan interakksi antara seorang konselor yaitu seorang
professional yang terlatih, dan klien yaitu individu yang mencari bantuan demi menyelesaikan
permasalahaan nya. Tujuan dari konseling sendiri adalah untuk membantu klien memahami diri
mereka sendiri, mengedintifikasikan masalah yang mereka hadapi, mengembangkan
keterampilan coping, dan juga mencapai perubahan yang positif. Selanjutnya ialah Konselor,
konselor menyediakan ruang yang aman dan mendukung bagi klien untuk berbicara tentang
pengalaman, perasaan, dan pikiran mereka, tanpa takut dihakimi atau dievaluasi. Pendekatan
yang dilakukan oleh konseling dapat dilakukkan dengan cara yang beragam, seperti dengan cara
kognitif, perilaku, psikodinamik, atau terapi berbasis solusi. Pendekatan yang dipilih bergantung
pada kebutuhan klien dan masalah yang dihadapi olehnya.

Terapi, terapi adalah bentuk intervensi yang lebih intensif dan berfokus pada perubahan yang
memiliki pelatihan khusus dalam Teknik dan metode terapi tertentu. Terapi sering kali dilakukan
oleh seorang therapist atau psikolog yang memiliki pelatihan khusus dalam Teknik dan metode
terapi yang tertentu. Terapi juga dapat dilakukan secara individu, kelompok, atau keluarga,
tergantung pada kebutuhan dan tujuan yang ditetapkan. Dan yang terpenting terapi dapat
membantu klien menjelajahi dan memahami penyebab akar masalah, mengembangkan strategi
pengelolaan yang sehat, dan mencapai perubahan yang berkelanjutan. Akan tetapi pendekatan
terapi juga beragam macam, seprti terapi kognitif perilaku, terapi psikodinamik, terapi keluarga,
terapi psikodrama, atau terapi seni.

Penerapan konseling dan terapi melibatkan beberapa Langkah. Termasuk:

-Evaluasi awal: Konselor atau terapis akan melakukan wawancara dan evaluasi awal
untuk memahami masalah dan kebutuhan klien.
-Pembentukan Hubungan: Konselor atau terapis membangun hubungan yang empatik,
saling percaya, dan terbuka dengan klien.
-Perumusan Tujuan: Konselor atau terapis dan klien bekerja sama untuk menetapkan
tujuan yang jelas dan terukur yang ingin dicapai.
-Intervensi: Konselor atau terapis menggunakan Teknik dan strategi yang sesuai untuk
membantu klien dalam mengatasi masalah dan mencapai tujuan yang ditetapkan.
-Evaluasi dan Revisi: Proses terapi dievaluasi secara berkala, dan jika diperlukan, tujuan
dan pendekatan dapat direvisi untuk memastikan efektivitasnya.
-Penutupan: Terapi diakhiri ketika tujuan telah tercapai atau ketika klien merasa siap.
Penutupan sering melibatkan refleksi terhadap perjalanan dan pengembangan rencana
lanjutan jika diperlukan.

Penerapan konseling dan terapi biasanya dilakukan oleh professional terlatih seperti
psikolog, terapis perkawinan dan keluarga, konselor mental, atau psikiater. Pilihan
konselor atau terapis yang tepat yang tergantung pada masalah yang dihadapi dan
prefensi individu yang mencari bantuan.

2. Memberikan dukungan moral terhadap korban.


Memberikan dukungan moral kepada korban kekerasan terhadap anak berarti menyediakan
dukungan emosional, penerimaan, dan dorongan moral kepada korban. Hal ini dapat dilakukan
melalui berbagai cara termasuk:

-Mendengarkan dengan empati: Dengarkan cerita korban dengan penuh perhatian dan
empati. Berikan perhatian penuh pada apa yang mereka ungkapkan tanpa menghakimi
atau menyalahkan mereka.
-Validasi pengalaman: Validasi pengalaman korban kekerasan terhadap anak dengan
mengakui keberanian mereka untuk berbagi cerita mereka. Pastikan mereka tahu bahwa
apa yang mereka alami tidak pantas dan bahwa mereka tidak sendirian.
-Menunjukkan Kepedulian: Tunjukkan rasa perhatian dan kepedulian anda kepada anak.
Sampaikan bahwa anda ingin membantu dan membantu mereka selama proses
penyembuhan.
-Menghormati Privasi: Jaga privasi korban dan jangan membagikan cerita atau informasi
pribadi mereka tanpa izin mereka. Dorong mereka untuk berbagi hanya jika mereka
merasa nyaman melakukannya.
-Menghindari menyalahkan Korban: Penting untuk menghindari menyalahkan korban
atau mengatakan bahwa mereka bertanggung jawab atas kekerasan yang mereka alami.
Berikan dukungan yang tidak memihak dan tunjukkan bahwa anda mempercayai dan
mendukung mereka.
-Membantu Mencari Bantuan Profesional: Berikan informasi dan bimbingan kepada
korban kekerasan anak untuk mencari bantuan professional seperti konselor, psikolog,
atau Lembaga perlindungan anak. Bantu mereka memahami pilihan dan sumber daya
yang tersedia untuk mendapatkan dukungan yang lebih luas.
-Mendorong diri sendiri: Dorong korban kekerasan anak untuk menjaga kesehatan fisik
dan mental mereka. Berikan saran dan dorongan untuk mencari kegiatan atau kebiasaan
yang sehat dan membangun, seperti olahraga,seni atau mendapatkan dukungan dari
komunitas.
- Memberikan Harapan: Berikan dorongan dan harapan kepada korban kekerasan anak.
Bantu mereka melihat masa depan yang lebih baik dan dorong mereka untuk
mempercayai bahwa mereka dapat pulih dan memilki kehidupan yang lebih baik.

3.Memberikan dukungan dana dalam penanganan korban

Dukungan dana dalam penanganan korban kekerasan terhadap anak mengacu pada penyediaan
sumber daya keuangan yang diperlukan untuk mendukung program dan layanan yang ditujukan
untuk mendukung korban kekerasan anak. Dukungan dana ini penting karena dapat memastikan
tersedianya sumber daya yang cukup untuk memberikan perawatan, pemulihan, dan
perlindungan yang diperlukan bagi korban.

Berikut ini adalah beberapa contoh dukungan dana dalam penanganan korban kekerasan
terhadap anak:

-Pendanaan Layanan Bantuan dan Dukungan: Dana dapat dialokasikan untuk mendukung
berbagai layanan bantuan dan dukungan, seperti pusat krisis, rumah perlindungan,
konseling individu atau kelompok, dukungan hukum, dan program pemulihan trauma.
-Pelatihan dan Pengembangan Kapasitas: Dana dapat digunakan untuk
menyelenggarakan pelatihan dan pengembangan kapasitas bagi professional, seperti
konselor, terapis, pekerja sosial, dan tenaga medis, agar mereka memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang diperlukan untuk menangani korban kekerasan anak dengan
efektif.
-Peningkatan Kesadaran dan Kampanye Pencegahan: Dana dapat digunakan untuk
membiayai kampanye pencegahan kekerasan terhadap anak dan meningkatkan kesadaran
di masyarakat melalui program-program edukasi, seminar, publikasi, dan kampanye
media sosial.
-Perbaikan Sistem Perlindungan Anak: Dana dapat dialokasikan untuk memperkuat
system perlindungan anak, termasuk pendanaan Lembaga perlindungan anak,
peningkatan jaringan Kerjasama antar Lembaga, dan pengembangan kebijakan
perlindungan anak yang lebih efektif.
-Riset dan Evaluasi: Dana dapat diberikan untuk mendukung riset dan evaluasi terkait
kekerasan terhadap anak. Hal ini dapat membantu mengidentifikasi tren, faktor resiko,
dan efektivitas intervensi, serta memperbaiki pendekatan dalam penanganan korban
kekerasan anak.
-Bantuan pemulihan jangka Panjang: Dukungan dana juga penting untuk mendukung
program pemulihan jangka Panjang bagi korban kekerasan anak. Ini dapat mencakup
bantuan dalam Pendidikan, pelatihan, atau bantuan finansial untuk membantu korban
membangun kehidupan yang lebih baik setelah mengalami kekerasan.

Pemerintah, Lembaga Swadaya masyarakat, Yayasan, dan pihak-pihak lain dapat


berperan dalam menyediakan dukungan dana untuk penanganan korban kekerasan
terhadap anak. Kolaborasi antara berbagai sector dan sumber daya adalah kunci untuk
memastikan adanya dukungan dana yang memadai untuk melindungi dan membantu
korban kekerasan anak dalam proses pemulihan mereka.

Apa jenis layanan yang disediakan oleh Dinas Sosial bagi korban kekerasan anak dan
keluarganya?

Jenis layanan yang disediakan oleh dinas adalah:

1.Pelayanan pengaduan

Pelayanan pengaduan di dinas sosial adalah proses yang disediakan oleh dinas sosial untuk
menerima, menangani, dan menindaklanjuti pengaduan yang berkaitan dengan masalah sosial.
Pelayanan ini bertujuan untuk memberikan akses bagi masyarakat untuk melaporkan masalah
sosial yang mereka hadapi, memperoleh bantuan, dan mendapatkan respon yang sesuai dari dinas
sosial.

Berikut merupakan penjelasan tentang pelayanan pengaduan di dinas sosial:

- Penerimaan Pengaduan: Dinas sosial memiliki mekanisme penerimaan pengaduan yang


dapat berupa layanan hotline, email, formular pengaduan, dan kunjungan langsung ke
kantor dinas sosial. Tujuan penerimaan pengaduan ini adalah agar masyarakat dapat
dengan mudah melaporkan masalah sosial yang mereka hadapi.
- Verifikasi dan Pendokumentasian: Setelah menerima pengaduan, dinas sosial akan
melakukan verifikasi terhadap keaslian dan kecukupan informasi yang diberikan.
Pengaduan yang valid akan didokumentasikan secara rinci, termasuk informasi tentang
pelapor, deskripsi masalah dan kronologi kejadian.
- Penilaian dan Penanganan: Dinas sosial akan melakukan penilaian terhadap pengaduan
yang diterima untuk memahami tingkat keparahan dan mendesain respons yang tepat. Hal
ini dapat melibatkan koordinasi dengan berbagai pihak terkait, seperti kepolisian, rumah
sakit, Lembaga perlindungan anak, atau Lembaga lain yang relevan.
- Tindak lanjut dan bantuan: Setelah penilaian, dinas sosial akan memberikan tindak lanjut
terhadap pengaduan tersebut. Ini mencakup berbagai bentuk bantuan, seperti memberikan
nasihat, arahan, pendampingan, pemberian informasi, atau mengarahkan pelapor ke
Lembaga atau program yang sesuai untuk membantu menyelesaikan masalah sosial yang
dihadapi.
- Penanganan Pelanggaran atau kejahatan: Jika pengaduan melibatkan pelanggaram hukum
atau kejahatan, dinas sosial akan bekerja sama dengan Lembaga penegak hukum untuk
melakukan bukti, atau pengaduan pengadilan.
- Monitoring dan Evaluasi: Dinas Sosial akan melakukan pemantauan terhadap tindak
lanjut pengaduan yang telah ditangani untuk memastikan bahwa masalah sosial telah
diselesaikan atau mendapat pemantauan yang tepat. Evaluasi juga dilakukan untuk
memperbaiki kualitas layanan pengaduan di masa mendatang.

Pelayanan pengaduan di dinas sosial berperan penting dalam memberikan akses, keadilan, dan
bantuan juga bagi masyarakat yang menghadapi masalah sosial, ini juga dapat membantu dinas
sosial dalam mengidentifikasi pola masalah sosial, mengarahkan kebijakan, dan meningkatkan
pelayanan yang lebih baik dalam melindungi dan memenuhi kebutuhan masyarakat.

2.Pelayanan rehabilitasi

Pelayanan Rehabilitasi di Dinas Sosial merujukk pada upaya dan program yang ditujukan untuk
membantu individu yang mengalami masalah sosial, keterbatasan fisik atau mental, atau
ketergantungan zat dalam proses pemulihan, reintegrasi, dan pengembalian fungsionalitas
mereka ke dalam masyarakat. Pelayanan rehabilitasi di dinas sosial bertujuan untuk membantu
individu mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan dukungan yang diperlukan agar dapat
mengatasi hambatan dan mencapai perubahan yang positif di dalam kehidupan mereka.

3.Pelayanan analisis dampak paska kekerasan terhadap anak

Pelayanan analisis dampak paska kekerasan terhadap anak merupakan pendekatan yang
bertujuan untuk memahami dan mengevaluasi konsekuensi jangka Panjang dari kekerasan yang
dialami oleh seorang anak. Pelayanan ini melibatkan proses penilaian dan analisis yang
mendalam untuk mengidentifikasikan dampak psikologis, emosional, sosial, dan fisik yang
mungkin dialami oleh korban kekerasan terhadap anak. Analisis ini dapat digunakan sebagai
dasar untuk merancang intervensi yang tepat dan menyediakan dukungan yang sesuai bagi
korban.

Bagaimana Dinas Sosial berperan dalam proses rehabilitasi dan pemulihan korban
kekerasan anak?

Peran Dinas Sosial dalam proses rehabilitasi dan pemulihan korban dilakukan dengan cara
bekerjasama dengan pihak ke tiga misalnya Rumah Sakit atau yayasan yang menangani
rehabilitasi

Apa program atau kampanye yang dilakukan oleh Dinas Sosial untuk mencegah kekerasan
terhadap anak di masyarakat?

Program atau kampanye yg dilakukan dinas sosial untuk mencegah kekerasan terhadap anak di
masyarakat adalah dengan cara :
Sosialisasi di setiap sekolah negeri ataupun swasta atau Sosialisasi melalui media cetak atau
elektronik

Bagaimana Dinas Sosial melakukan pendampingan kepada keluarga korban kekerasan


anak untuk mencegah terjadinya kekerasan berulang?
Dinas Sosial melakukan pemantau an dan evaluasi terhadap program penanggulangan dengan
cara melihat Data yang sudah atau sedang dilakukan apakah ada penurunan kasus atau masih ada
bahkan meningkat.

You might also like