Artikel Nur Sri Hafifah - 010

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

MENUMBUHKAN KESADARAN SISWA SEKOLAH DASAR DALAM

UPAYA MENCEGAH KORUPSI

Nur Sri Hafifah


Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Cokroaminoto Palopo
Email: nhafifah621@gmail.com

Abstract

Indonesia and corruption give the impression that the two cannot be separated. Indonesia
is synonymous with the problem of corruption is also synonymous with Indonesia. This cannot be
denied considering the many corruption cases in Indonesia that come and go, increase and
change. Education in elementary schools is aimed at providing knowledge and skills so that
children can grow well, including anti-corruption knowledge.

Keywords: Student awareness, Anti-Corruption

Abstrak
Indonesia dan korupsi memberikan kesan bahwa keduanya tidak dapat dipisahkan.
Indonesia identik dengan masalah korupsi, korupsi juga identik dengan Indonesia. Hal ini tidak
dapat dipungkiri mengingat banyaknya kasus korupsi di Indonesia yang datang silih berganti,
bertambah dan berubah. Pendidikan di sekolah dasar ditujukan untuk memberikan pengetahuan
dan keterampilan agar anak dapat tumbuh dengan baik, termasuk pengetahuan anti korupsi.

Kata Kunci: Kesadaran Siswa, Antikorupsi

PENDAHULUAN
Dunia pendidikan merupakan salah satu wadah untuk mendidik anak agar
dapat hidup di tengah masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat anak belajar
berinteraksi dan bertingkah laku baik dengan orang lain, dalam berinteraksi perlu
menambah ilmu salah satunya melalui dunia pendidikan formal. Akan tetapi,
dunia pendidikan saat ini menghadapi berbagai masalah yang amat kompleks
yang perlu mendapatkan perhatian khusus bagi semua komponen masyarakat.
Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan seseorang.
Dimana pendidikan menentukan dan memandu masa depan dan arah hidup
seseorang. Meski tidak semua orang berpendapat demikian, namun pendidikan
tetap menjadi kebutuhan manusia yang paling penting. Bakat dan kemampuan
seseorang dibentuk dan disempurnakan melalui pendidikan.
Hal ini tidak dapat dipungkiri mengingat banyaknya kasus korupsi di
Indonesia yang seolah hilang, hilang, tumbuh dan berubah. Hampir setiap kali
terjadi kasus korupsi baru baik pemain baru maupun pemain lama dan hal ini
memberikan kesan bahwa Indonesia sangat penuh dengan korupsi dan korupsi
sudah seperti budaya yang hidup di masyarakat Indonesia. Indonesia dan korupsi
memberi kesan bahwa keduanya merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Indonesia identik dengan masalah korupsi, korupsi juga identik dengan Indonesia.
Hal ini terjadi secara terus-menerus dan menimbulkan sekelompok orang yang
tidak dikendalikan oleh pemerintah atau masyarakat, memperkaya kantongnya
sendiri melalui korupsi, dan tidak memberikan contoh yang baik kepada generasi
muda, khususnya anak-anak yang duduk di bangku sekolah dasar. Oleh karena itu,
hal ini sering terjadi di kalangan elit politik yang mempunyai kekuasaan dan
mudah melakukan tindakan korupsi dan kriminal.
Kehadiran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sangat penting di negeri
ini dan akan sangat penting jika kurikulum diintegrasikan karena penyalahgunaan
kekuasaan digunakan untuk kepentingan individu atau kelompok. Pemberantasan
korupsi di sekolah, khususnya di sekolah dasar. Dalam hal ini sekolah adalah
lembaga yang menyelenggarakan aktivitas belajar dan mengajar. Pendidikan yang
dilaksanakan pada Sekolah Dasar bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan
keterampilan agar mereka dapat mengembangkan dirinya secara baik, termasuk
didalam pengetahuan antikorupsi. Pengembangan karakter dan watak siswa
melalui pembentukan sikap moral serta kepribadian berasal dari proses yang
cukup panjang, bertahap dan berkelanjutan secara masif dengan melakukan cara
hal-hal sederhana seperti, pembiasaan-pembiasaan yang sering kali dilakukan oleh
siswa. Pendidikan anti korupsi harus terus diterapkan di sekolah terutama pada
siswa sekolah dasar, karena tingkat pendidikan sekolah dasar adalah tingkatan
dimana masa yang sangat penting untuk menanamkan sikap, moral dan
kepribadian sikap antikorupsi yang dimulai sejak dini.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tinjauan pustaka.
Tinjauan pustaka merupakan suatu proses yang biasa dilakukan untuk
memperoleh teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti.
Pada penelitian ini, peneliti memasukan penelitian terdahulu dalam tinjauan
pustaka sebagai rujukan pendukung, pelengkap, pembanding dan memberi
gambaran awal mengenai kajian terkait permasalahan dalam penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menumbuhkan Kesadaran Siswa

UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yakni, Pendidikan adalah


usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Kesadaran berasal dari kata dasar “sadar” yang
artinya “merasa, tahu dan ingat (kepada keadaan yang sebenarnya)”. Kemudian
mendapat awalan ke-dan akhiran -an menjadi kesadaran yang diartikan
sebagai keadaan tahu, mengerti dan merasa.

Siswa sekolah dasar mungkin menghadapi tantangan dalam


mengembangkan kesadaran diri. Tantangan-tantangan ini dapat mencakup
kesulitan dalam mengekspresikan emosi, kesulitan dalam melakukan refleksi
diri, dan terbatasnya pemahaman tentang dampak tindakan mereka terhadap
orang lain. Sebagai pendidik dan pengasuh, adalah tanggung jawab kita untuk
memberikan dukungan dan bimbingan untuk membantu mereka mengatasi
tantangan ini.

Korupsi di negara kita berada pada tahap yang sangat kritis dan
memprihatinkan, dan dampaknya sangat besar pada hampir seluruh aspek
kehidupan. Korupsi telah menghancurkan institusi demokrasi, sistem politik,
sistem peradilan, sistem pemerintahan, dan tatanan sosial. Sementara itu, upaya
pemberantasan korupsi belum mencapai hasil yang optimal. Korupsi di berbagai
tingkat masih terjadi seolah-olah sudah menjadi bagian dari kehidupan bernegara
dan berbangsa. Jika kita terus membiarkan hal ini, cepat atau lambat korupsi
akan menghancurkan negara kita. Korupsi merupakan kejahatan yang luar biasa
dan memerlukan pemahaman bersama bahwa pemberantasannya memerlukan
upaya yang luar biasa dari semua pihak yang terlibat.

Dengan membiasakan siswa untuk selalu jujur. Mereka yang melakukan


korupsi harus diinstruksikan untuk tidak melakukannya lagi dan harus menerima
hukuman yang setimpal. Dengan membiasakan hidup jujur (sesuai kehendak
Tuhan). Harus ada undang-undang yang tegas untuk menghentikan korupsi ini
termasuk hukuman belenggu, tembak dia atau tinggal di penjara. Menurut
informan, pencegahan anak usia dini saat ini diajarkan pada usia yang lebih
rendah di level , dan siswa diberikan nasehat. Seluruh informan mengakui bahwa
kesadaran antikorupsi merupakan permasalahan yang sulit diatasi. Siswa
mengetahui apa yang dilakukan sekolah dengan mengajarkan hidup jujur, atau
apa yang dilakukan negara dengan membentuk komisi antikorupsi. Meskipun
secara teori mudah diterapkan, namun dalam praktiknya sangat sulit. Karakter
suatu sifat dari batin manusia yang dipengaruhi dari pikiran dan tingkah laku
manusia. Arti "jujur" adalah mempunyai kelurusan hati dan tidak berbuat curang
yang berdampak kepercayaan orang lain kepada kita. Maka dapat disimpulkan
jika siswa mempunyai jiwa karakter jujur akan mempengaruhi akal pikirannya
untuk selalu berbuat baik dan tidak melakukan kecurangan dalam hal apapun.
Siswa yang memiliki sikap jujur selalu berusaha untuk berbuat baik, bahkan bisa
jadi mencegah orang lain berbuat tidak jujur dan tidak baik. Maka dari itu guru
haruslah menanamkan nilai kejujuran kepada siswa sejak pertama memasuki
lingkungan, sekolah, agar siswa pun memahami apa itu jujur dan siswa pun
dapat bertindak dalam hal apapun dengan kejujuran. Menanamkan kebiasaan diri
untuk selalu jujur, merupakan hal yang terpenting walaupun dalam hal terkecil
akan membuat sikap kejujuran akan selalu menjadi kebiasaan yang baik.

Upaya Mencegah Anti Korupsi Sejak Dini

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, tindak pidana korupsi bisa


dikategorikan menjadi 7 jenis yaitu merugikan keuangan negara, suap menyuap,
pemerasan, penggelapan dalam jabatan, perbuatan curang, benturan kepentingan
dalam pengadaan serta gratifikasi. Korupsi adalah masalah serius yang
menggerogoti pondasi moral, sosial, dan ekonomi suatu bangsa. Penting untuk
mengajarkan prinsip-prinsip integritas dan transparansi sejak dini agar generasi
mendatang menjadi garda terdepan dalam mencegah korupsi.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mempunyai beberapa strategi


untuk memberantas korupsi. Salah satunya adalah strategi jangka pendek upaya
antikorupsi dengan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya
pendidikan antikorupsi. Salah satu upaya preventif yang dapat dilakukan adalah
dengan mengedukasi masyarakat mengenai etika dan moral dalam berinteraksi
dengan masyarakat setempat dan mencegah mereka melakukan korupsi. Upaya
ini dapat disosialisasikan melalui kampanye publik dan kurikulum di berbagai
tingkat pendidikan dasar, menengah, menengah atas, dan tinggi. Pendidikan
antikorupsi sangat diperlukan untuk memberantas korupsi. Pendidikan
antikorupsi merupakan upaya mengubah budaya politik yang buruk melalui
sistem pendidikan, termasuk mendorong terciptanya budaya pemerintahan yang
sehat. Instansi pendidikan atau sekolah mempunyai peranan penting dalam
memberikan pendidikan antikorupsi kepada siswa. Pendidikan antikorupsi harus
diajarkan kepada anak sejak usia dini, setidaknya pada saat mereka duduk di
bangku sekolah dasar. Bahkan siswa sekolah dasar yang berusia antara 7 dan 12
tahun dapat memahami masalah konkrit. Anak pada usia ini sudah mampu
mengetahui perbuatan baik dan buruk serta akibat yang ditimbulkannya
(Handoyo, 2013).

Tindak korupsi terhitung sebagai salah satu dari kejahatan luar biasa.
Sebab, tindak pidana korupsi menimbulkan kerugian yang besar bagi masyarakat
luas. Pengobatan dan pencegahan diperlukan pada seluruh masyarakat, dan
khususnya partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk menghindari
terjadinya tindak pidana korupsi. Korupsi yang terjadi di Indonesia sangat
mengkhawatirkan dan memberikan dampak yang sangat negatif pada hampir
seluruh aspek kehidupan. Korupsi menghancurkan sistem ekonomi, demokrasi,
politik, hukum, pemerintahan, dan tatanan sosial. Upaya pemberantasan korupsi
selama ini dinilai belum menunjukkan hasil optimal. Korupsi di berbagai tingkat
masih terjadi seolah-olah sudah menjadi bagian dari kehidupan kita dan
merupakan hal yang lumrah. Jika situasi ini dibiarkan, cepat atau lambat korupsi
akan menghancurkan negara ini. Korupsi harus dianggap sebagai kejahatan yang
luar biasa, oleh karena itu pemberantasannya memerlukan upaya yang luar biasa.
Upaya pemberantasan korupsi terdiri dari dua komponen utama: (1) penegakan
hukum, dan (2) pencegahan, namun tidak akan berhasil secara maksimal jika
dilaksanakan oleh pemerintah sendiri tanpa partisipasi masyarakat. Oleh karena
itu, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa siswa diharapkan berpartisipasi aktif
dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia, baik sebagai anggota
masyarakat yang penting maupun sebagai penerus masa depan. Pendidikan anti
korupsi harus ditanamkan secara terpadu mulai dari pendidikan dasar
sampai perguruan tinggi. Diharapkan melalui pendidikan mengenai anti
korupsi sejak dini dapat menciptakan anak yang memiliki kepribadian lebih
mawas diri, sehingga ketika saatnya terjun ke masyarakat, anak tidak lagi
mudah terpengauh dan memiliki pengetahuan yang cukup dan benar
mengenai anti korupsi. Pendidikan anti korupsi diberikan agar terciptanya
generasi muda yang dengan sadar dan memahami bahaya korupsi, bentuk-
bentuk korupsi, dan juga mengetahui sanksi-sanksi yang akan diterima jika
seseorang melakukan korupsi. Pendidikan antikorupsi dilaksanakan dan
dikembangkan di sekolah dasar dengan mengedepankan sikap jujur dan
merupakan langkah awal pencegahan praktik korupsi.

Pendidikan antikorupsi dapat dilakukan dengan menanamkan kesadaran


perilaku, semangat belajar, dan integritas (Nur, 2021). Pendidikan antikorupsi
juga dapat dilaksanakan dengan menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran,
perhatian dan menghargai orang lain, hidup sederhana, rasa tanggung jawab, dan
ketekunan dalam kegiatan belajar.

Untuk menanamkan nilai-nilai tersebut, kantin kejujuran di sekolah


dapat mengetahui tingkat kejujuran pada siswa dan mengajarkan mereka untuk
tidak mudah tergiur dengan uang (Perdana & Adha, 2021).

Kejujuran merupakan kualitas pikiran manusia yang mempengaruhi


pikiran dan tindakan. Siswa yang berkarakter jujur pasti akan mempengaruhi
sikap siswa tersebut untuk selalu berperilaku baik dan tidak berperilaku
menyimpang dalam hal apapun di lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah
(Nur, 2021). Sekolah dianggap sebagai lembaga pendidikan yang berperan aktif
dalam upaya membentuk kepribadian positif pada peserta didiknya, termasuk
karakter antikorupsi. Di sisi lain, keluarga merupakan tempat pertama seorang
anak memperoleh pendidikan dan merupakan landasan pertama bagi
perkembangan kepribadiannya (Manurung & Heliany, 2020).

Pembentukan dan perkembangan kepribadian seseorang tidak lepas dari


konteks kehidupan keluarga, sekolah, lingkungan sosial, dan budaya setempat.
Menurut Akbar (2013), untuk membangun karakter seseorang, seluruh unsur
kepribadian (pemahaman, ngroso, ngrakoni) atau unsur (pengetahuan moral,
perasaan moral, perilaku moral) dapat dipraktikkan dalam pengembangan
karakter. Sistem pendidikan karakter sekolah penting dalam kehidupan dan
pembelajaran. Menyikapi fenomena korupsi yang semakin meluas, sekolah
sebagai salah satu lembaga pendidikan telah melakukan penyempurnaan
kurikulum dengan memperkenalkan pendidikan karakter antikorupsi mulai dari
usia dini hingga jenjang pendidikan tinggi, dan hal ini dilakukan dengan sekuat
tenaga (Amiruddin & Afifah, 2021) .

Menanamkan karakter antikorupsi pada anak sejak dini bukan tidak


mungkin memerlukan pengawasan terus menerus untuk memastikan anak
berkembang dengan baik. Pada usia sekolah dasar, karakter antikorupsi dapat
ditanamkan pada siswa melalui kegiatan pembelajaran yang ditanamkan pada
mata pelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan. Juga melalui kegiatan non-
akademik seperti kegiatan ekstrakurikuler. Karakter antikorupsi yang
ditanamkan kepada peserta didik bertujuan untuk memperdalam pengetahuan
dan pemahaman tentang bentuk-bentuk korupsi dan aspek-aspeknya, mengubah
sikap dan persepsi terhadap korupsi, serta mengembangkan keterampilan dan
kompetensi antikorupsi (Amiruddin & Afifah, 2021). Pembentukan kepribadian
antikorupsi diharapkan menjadi upaya penyelamatan siswa sekolah dasar yang
melakukan tindak korupsi sebagai penerus negara (Trisnawati & Sundari, 2020).

Sebagai pendidik, guru harus menggunakan cara dan media yang tepat
untuk mencapai tujuan belajar mengajar di sekolah, seperti kejujuran, ketekunan,
disiplin, kemandirian, keadilan, tanggung jawab, kasih sayang, kesederhanaan,
keberanian, dan lain sebagainya dapat menanamkan karakter antikorupsi
(Amiruddin dan Afifah, 2021). Nilai integritas untuk mencegah korupsi dapat
disampaikan melalui berbagai cara, antara lain menanamkan nilai-nilai
keagamaan, menanamkan sikap disiplin pada diri siswa, membentuk rasa
percaya diri pada diri siswa, memberikan peraturan dan sanksi bagi yang
melanggar, mengutamakan kejujuran dalam segala hal, dan mendorong kerja
sama, serta dengan membiasakan sikap tanggung jawab. Integritas bukan hanya
sekedar kata, namun merupakan cerminan tindakan yang konsisten dengan
prinsip dan nilai moral. Integritas adalah konsistensi pikiran, perasaan,
perkataan, dan tindakan yang stabil melintasi waktu dan situasi. Pencegahan
korupsi melalui integritas materi pembelajaran dapat dicapai melalui nilai-nilai
integritas dalam materi pembelajaran, sedangkan pencegahan korupsi melalui
kegiatan ekstrakurikuler dapat dicapai melalui nilai-nilai integritas seperti
Pramuka, Lintas Remaja Merah (PMR), dll. (Sukadari dkk, 2018).

Sebagai bagian dari pendidikan karakter antikorupsi, perlu dikembangkan


perilaku proaktif untuk mencegah terjadinya tindakan korupsi dan kriminal.
Nilai-nilai pemberantasan korupsi diajarkan sejak pendidikan dasar. Guru
mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendidik tentang antikorupsi di
sekolah dasar. Keberhasilan pendidikan antikorupsi tergantung pada upaya guru
yang memberikan pendidikan antikorupsi.

DISKUSI

Pentingnya menumbuhkan karakter pendidikan antikorupsi di sekolah


dasar sebagai bentuk menciptakan generasi yang memiliki karakter dan moral
yang baik sejak dini sesuai norma yang berlaku. Sangat penting ditanamkan
sejak dini, siswa sekolah dasar menerima pemahaman antikorupsi dalam
pembelajaran dan kegiatan yang berkelanjutan dilakukan setiap hari
dilingkungan sekolah, karakter yang menjadikan siswa satu dengan yang lain
berinteraksi dengan baik dan saling membantu satu sama lain.

KESIMPULAN

Menerapkan dan mengembangkan pendidikan antikorupsi serta


menanamkan sikap jujur pada anak sekolah dasar merupakan langkah awal
pencegahan korupsi dan kejahatan ketika mereka memasuki dunia kerja setelah
dewasa. Hal ini bertujuan untuk membantu pelajar lebih memahami pro dan
kontra dari tindakan yang mereka lakukan, serta memahami apa itu korupsi dan
betapa berbahayanya. Sangat penting untuk memulai dari diri sendiri dan
mengembangkan kesadaran, integritas, dan semangat belajar. Hal ini sangat
penting untuk diajarkan sejak dini karena hal sederhana seperti ini dapat
menginspirasi mereka untuk melakukan hal-hal yang baik dan cerdas ketika
mereka dewasa nanti. Kami akan berusaha untuk mencegah penggunaan tanpa
izin atas bahan pembelajaran dan pengajaran untuk sekolah dasar dan seterusnya.
Karena hal ini membantu memberikan kesan kepada penerus bangsa di masa
depan bahwa praktik korupsi itu salah dan kejam. Jangan terjerumus ke dalam
praktik korupsi ketika Anda sudah dewasa dan terjun ke masyarakat. Jika
seorang guru menanamkan sikap integritas pada diri siswa sejak pertama kali
masuk kelas, maka siswa dewasa akan memahami sikap tersebut dan
memperdalamnya dalam segala hal yang dilakukannya.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S. (2013). Instrumen perangkat pembelajaran. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Amiruddin, M. F., & Afifah, B. N. (2021). Implementasi Pendidikan Karakter


Anti Korupsi Di MAN 4 Kediri. Salimiya: Jurnal Studi Ilmu Keagamaan
Islam, 2(3), 168–184.\

Handoyo, E. (2013). Pendidikan Antikorupsi. Penerbit Ombak.

Harahap, N. D., Sitompul, S., Firmansyah, E., Siregar, A., & Wulandari, A.
(2023). Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Dimulai Sejak Dini. Jurnal
Ilmiah Pengabdian pada Masyarakat, 2(1), 55-58.
Indrajaya, A. N., Susanti, Y. F., Eddywidjaja, R., Heryudi, H., Setianto, C., &
Juliana, J. (2021). Menumbuhkan Integritas melalui Karakter Anti Korupsi
untuk Mempersiapkan Remaja menjadi Agen Perubahan. Journal of
Sustainable Community Development (JSCD), 3(1), 11-20.

Kemenristekdikti. (2018). Pendidikan Antikorupsi untuk perguruan tinggi.


Manurung, E. H., & Heliany, I. (2020). Tindakan preventif yang harus dilakukan
dalam menumbuhkan pendidikan antikorupsi bagi generasi muda.
JURNAL USM LAW REVIEW, 3(1), 219–234.

Nur, S. M. (2021). Penerapan pendidikan anti korupsi kepada siswa Sekolah


Dasar. Eduscience: Jurnal Ilmu Pendidikan, 6(2), 111-115.

Nur, S. M. (2021). Penerapan pendidikan anti korupsi kepada siswa Sekolah


Dasar. Eduscience: Jurnal Ilmu Pendidikan, 6(2), 111–115.

Nurdin, M. (2014). Pendidikan antikorupsi:strategi internalisasi nilai-nilai islami


dalam menumbuhkan kesadaran antikorupsi di sekolah.

Perdana, D. R., & Adha, M. M. (2021). Model dan Strategi Penanaman Nilai-
Nilai Antikorupsi di Sekolah Dasar. Bhineka Tunggal Ika: Kajian Teori
Dan Praktik Pendidikan PKn, 8(01), 21–31.

Priyowidodo, G., & Sari, Y. D. (2017). Model Komunikasi dan Strategi


Kebijakan Kesadaran Anti Korupsi. ANDI Yogyakarta.

Saputri, M. A. (2022). Upaya Guru Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Pendidikan


Anti-Korupsi Kepada Siswa Sekolah Dasar (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Sukadari, S., Komalasari, M. D., & Wihaskoro, A. M. (2018). Efektivitas


Penanaman Nilai Integritas pada Siswa SD melalui Buku Wayang
Pandawa Bervisi Antikorupsi. Integritas: Jurnal Antikorupsi, 4(1), 217–24

Suryani, I. (2013). Penanaman nilai anti korupsi di perguruan tinggi sebagai


upaya preventif pencegahan korupsi. Jurnal Visi Komunikasi, 12(2).

Syamsa, A. (2006). Definisi Korupsi Menurut Perspektif Hukum Dan


EAnnouncement Untuk Tata Kelola Pemerintahan Yang Lebih
Terbuka,Transparan Dan Akuntabel. Komisi Pemberantasan Korupsi
Republik Indonesia.

Tibuludji, R. (2016). Analisis Potensi Penyimpangan Dalam Pengadaan Barang/


Jasa Pemerintah. Jurnal Akuntansi, Keuangan Dan Audit, 1(1).

Trisnawati, N. F., & Sundari, S. (2020). Efektifitas Model Problem Based


Learning dan Model Group Investigation dalam Meningkatkan Karakter
Anti Korupsi. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 9(2), 203–214.

Widhiyaastuti, I. G. A. A. D., & Ariawan, I. G. K. (2018). Meningkatkan


Kesadaran Generasi Muda Untuk Berperilaku Anti Koruptif Melalui
Pendidikan Anti Korupsi. Acta Comitas, 3(1), 17-25.

Widhiyaastuti. (2018). Meningkatkan Kesadaran Generasi Muda Untuk


Berperilaku Anti Koruptif Melalui Pendidikan Anti Korupsi. Jurnal ilmiah
magister kenotariatan.

You might also like