Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 25

COMPARISON STUDY USING PROTEN AND NON PROTEN

Study period February 2001 - August 2001

Study Sponsor PT. OTSUKA INDONESIA


Jl. Darmokali 32 Surabaya

Author DR.Dr.Boerhan Hidayat Sp.A(K)


Department of Child Health Medical Faculty of Airlangga
University, Dr. Soetomo Hospital, Surabaya

Co-Author Dr. Rudi Irawan Sp.A


Department of Child Health Medical Faculty of Airlangga
University, Dr. Soetomo Hospital, Surabaya

TRIAL PROTEN REFORMULASI dr. BURHAN 1


DAFTAR ISI Halaman
Abstrak 3
Pendahuluan 4
Tujuan dan manfaat penelitian 4
Tinjauan Kepustakaan 5
Pasien dan Metode 9
1. Sifat penelitian 9
2. Tempat penelitian 9
3. Waktu penelitian 9
4. Pasien (Populasi penelitian) 9
5. Identifikasi variabel 10
6. Definisi Operasional 10
7. Protokol Penelitian 11
8. Cara Kerja 12
Hasil 12
1. Hasil analisa 12
2. Hasil laboratorium 13
Diskusi 13
Pembahasan 14
Kesimpulan 15
Saran 16
Ringkasan 16
Daftar kepustakaan 17
Lampiran 18
1. Tabel 1 18
2. Tabel 2 18
3. Tabel 3 18
4. Tabel 4 19
5. Tabel 5 19
6. Tabel 6 19
7. Tabel 7 20
8. Tabel 8 20
9. Tabel 9 20
10. Tabel 10 21
11. Tabel 11 22
12. Tabel 12 23
13. Tabel 13 23
14. Tabel 14 24
15. Tabel 15 24

TRIAL PROTEN REFORMULASI dr. BURHAN 2


ABSTRACT

HIGH CALORIE HIGH PROTEIN SOY BASED FORMULA


FOR SEVERELY MALNOURISHED CHILDREN

Malnutrition is still an important health problem in developing countries as well as in


Indonesia. The crisis may aggravated this condition with the result of the lost of
generation. An optimal dietary approach should be given for the survival and shortening
the admission day in the hospital. Since 1985 in Dr. Soetomo hospital we used a high
calorie diet called: Modisco, based on ordinary formula depends on the conditions of the
patients. Recently there is a new high calorie and high protein diet soy based formula
with the calorie contents of 1000 cal/d1, and 50gr/dl.
Comparative study with a Clinical trial had been done for twenty children admitted to Dr.
Soetomo hospital who were given the new formula. The control group was severely
malnourished with the ordinary high calorie diet (Modisco). The gaining weight as well
as albumin, prealbumin and transferin concentration of the study group were significantly
obtained faster then the control group, the raising of the Hb concentration in the control
group were higher even not significant, however after supplementation of Vit.C and a
few of meat in the diet, the Hb concentration of the study group were also raising
significantly. The taste (acceptability) is still a big problems, a flavoring of chocolate
seems make better.

TRIAL PROTEN REFORMULASI dr. BURHAN 3


PENDAHULUAN

1. Latar belakang penelitian

Malnutrisi adalah pemberian nutrisi yang salah, bisa mengenai satu atau beberapa
jenis bahan makanan. Pembagian malnutrisi berdasarkan kekurangan energi dan protein
(KEP) dibagi dalam 3 jenis yaitu kwasiorkor, marasmus dan jenis campuran yang disebut
marasmus kwashiorkor, Data di RSUD Dr. Soetomo pada 1997 menunjukkan 73% anak
menderita gizi kurang dan 7% dengan gizi buruk dimana keadaan ini makin meningkat
sampai saat ini.
Pada keadaan kurang gizi jenis marasmus, tidak membutuhkan protein tinggi karena
defisiensinya dominan pada kurangnya kalori yang masuk. Sedangkan jenis kwashiorkor
dan marasmus kwashiorkor memerlukan protein tinggi untuk mengatasi kekurangan
proteinnya. karena itu perlu diberikan nutrisi khusus tinggi protein yang bisa dengan
cepat mengatasi kondisi penderita kurang gizi ini. Oleh karena hal tersebut maka peneliti
mencoba menggunakan Proten sebagai suplemen oral dalam mengatasi kekurangan
kandungan protein.

2. Identifikasi masalah

Dalam penatalaksanaan kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor, yang terpenting adalah


mengatasi kekurangan protein. Disamping itu perlu pula mengatasi defisiensi vitamin A
dan infeksi yang sampai saat ini masih selalu merupakan lingkaran setan. Dengan
pemberian Proten diharapkan dapat mengatasi kekurangan protein yang tampak dengan
menghilangnya tanda edema dan meningkatnya berat badan.

TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Umum
Membandingkan penderita malnutrisi (kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor) yang
diberi Proten dan tanpa diberi Proten tetapi diberi susu formula lain.

2. Tujuan khusus
1. Melihat hasil pemberian Proten pada penderita kwashiorkor dan marasmus
kwashiorkor.
2. Mengetahui efek samping yang mungkin timbul pada pemakaian Proten.

3. Manfaat penelitian
Dengan mengetahui hasil terapi dan efek samping yang mungkin terjadi, dapat
dipertimbangkan pemakaian Proten dalam menangani penderita kwashiorkor dan
marasmus kwashiorkor.

TRIAL PROTEN REFORMULASI dr. BURHAN 4


TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1. Definisi
Definisi malnutrisi (mal=salah, nutrisi=gizi), merupakan istilah umum dari
kelainan-kelainan yang disebabkan karena gangguan gizi, hal ini dikarenakan
pemberian makanan yang salah dapat berupa suatu kekurangan atau kelebihan dari
salah satu nutrien (bahan makanan). Istilah malnutrisi sampai saat ini masih sering
diartikan sebagai suatu kekurangan (defisiensi).

2. Pembagian klinis
Karena adanya beberapa pendapat, maka malnutrisi dikelompokkan dalam beberapa
bagian :
I. Malnutrisi jenis bahan yang kurang
1. Kelompok kekurangan protein / energi
Yaitu kurang energi protein (KEP) atau protein energi malnutrition (PEM).
Ada 3 jenis :
1. kwasiorkor
2. marasmik kwasiorkor
3. marasmik
2. Kelompok kekurangan vitamin/mineral, yang sering di dapatkan di Indonesia :
1. Anemia kekurangan besi
2. Defisiensi vitamin A
3. Penyakit gondok endemik
4. Penyakit defisiensi lainnya (beri-beri, pellagra, scurvy, rickets)

II. Menurut derajat tingkatan keadaan gizi


1.Gizi lebih : - berat badan lebih ( > 110%)
- obesitas : - ringan ( >120 -130%)
- sedang ( >130 – 170%)
- berat ( > 170%)
- morbid ( 200% )
2. Gizi baik (80% - 100%) tidak termasuk malnutrisi.

3. Gizi kurang :- KEP ringan (70% - 79%)


- KEP sedang (60% - 69%)
4. Gizi buruk (KEP berat) ( < 60%)
1. Kwasiorkor
2. Marasmik
3. Marasmik kwasiorkor

III. Menurut sebab terjadinya malnutrisi


1. Primary malnutrition, terjadi karena makanan yang dimakan (intake) tidak
cukup.
2. Secondary malnutrition (conditioned), terjadi meskipun makanan yang dimakan
sudah cukup untuk kebutuhannya, karena sebab lain, misalnya karena kebutuhan
meningkat, gangguan absorbsi, pengeluaran yang berlebih atau penggunaan
yang meningkat. Kenyataannya, keadaan malnutrisi sering ditemukan berhubungan
antara defisiensi suatu bahan dengan bahan yang lain, atau bersamaan pula dengan

TRIAL PROTEN REFORMULASI dr. BURHAN 5


kelainan lain seperti infeksi.

3. Patogenesa KEP (Kurang Energi Protein).

Malnutrisi adalah sindroma yang terjadinya karena banyak hal yaitu oleh tubuh
sendiri (host), lingkungan (environment) dan kuman penyakit (agent).
Gopalan menyebut kwasiorkor sebagai dysadaptation dan sarjana lain menyebut
decompensated/uncompensated malnutrition, sedang bentuk marasmus disebut
adaptation atau compensated malnutrition.

Patogenesa :
Dalam keadaan kekurangan makan/puasa, tubuh selalu berusaha untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok akan energi,
kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan.

Body wasting

Cortisol Subcotaneous Fat Loss

Muscle wasting Fatty Acids Energi

Glucose Essentially Synthesis of Various metabolites


Amino Acids

Energy Essentially for brain


Protein Essenstiale for homeostasis

Gambar 1. Adaptasi dasar tubuh pada kekurangan energi (R.G White & Alleyte, 1972).

TRIAL PROTEN REFORMULASI dr. BURHAN 6


Protein intake

Hipo albumin

Volume plasma
Cardiac Output

Tekanan darah arteri Renal Blood Flow


Glomerular filtration rate

Tekanan hidrostatis
Peritubulen Renin Angiotensin Filtrasi air & garam

Reabsorbsi air & garam dari


Tubulus Aldosteron

EDEMA

Gambar 2. Terjadinya edema pada KEP (Klates & Alloyne, 1973)

TRIAL PROTEN REFORMULASI dr. BURHAN 7


4. Kerangka konsepsual

STUDY CONTROL
PROTEN (+) PROTEN (-)

MONITORING STUDY

ACCEPTABILITY DIGESTIBILITY NUTRITION VALUE CLINICAL VALUE

BIOLOGICAL VALUE

SUKA/ TIDAK MUAL BODY WEIGHT HAIR


PROTEN MUNTAH BODY HEIGHT SKIN
KEMBUNG MID ARM MUCOSA
MENCRET CIRCUMFERENCE FACE
OEDEMA

TRIAL PROTEN REFORMULASI dr. BURHAN 8


METODE PENELITIAN

1. Sifat penelitian :
Penelitian bersifat eksperimental

2. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di bangsal anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

3. Waktu penelitian
Penderita kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor yang rawat inap di RSUD Dr.
Soetomo sejak 1 Pebruari - 31 Agustus 2001.

4. Populasi penelitian
Semua penderita anak dengan KEP (kwasiorkor, marasmus kwasiorkor) yang rawat
inap di RSUD Dr. Soetomo surabaya dan memenuhi kriteria inklusi.

4.1. Kriteria inklusi


1. Umur > 28 hari.
2 2. Malnutrisi berat (KEP berat) yaitu kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor.
3. Perawatan di rumah sakit 24 jam.

4.2. Kriteria eklusi


1. Penderita dalam kondisi kritis
Pada kondisi kritis absorbsi sistim pencernaan kurang baik.
2. Penderita dengan congenital anomaly
Pada kedaan cacat bawaan kondisi fungsi organ yang tidak sempurna
menyebabkan gangguan intake.

4.3. Estimasi besar sample.


Ditentukan dari penghitungan populasi uji pendahuluan dengan menggunakan
rumus :

2
{Z 4.P (1 – P) + Z 2.P1 (1 – P1) + 2.P2 (1 – P2) }

N=
(P1-P2)

N = besar sample total


 = tingkat kemaknaan, ditetapkan peneliti (disini ditetapkan  = 0,05)
 = kesalahan tipe II (disini ditetapkan  = 0,2)
Z = 1,96
Z = 0,84
P1 = proporsi keberhasilan terapi pada kelompok I
P2 = proporsi keberhasilan terapi pada kelompok II

TRIAL PROTEN REFORMULASI dr. BURHAN 9


Maka nilai N total dapat ditetapkan sebagai berikut :

2
{1,96 4. 0,63 (1 – 0,63) + 0,84 2. 0,1 (1 – 0,1) + 2. 0,82 (1 – 0,82) }

N=
(0,1-0,82)

5. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas
1. Menggunakan suplemen Proten
2. Menggunakan susu formula
2. Variabel tergantung
Efek samping Proten

6. Definisi operasional

1. Umur > 28 hari.


Karena umur 0 – 28 hari termasuk masa neonatus, sehingga tidak bisa diberikan
protein tinggi.

2. Malnutrisi berat (KEP berat) yaitu kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor, adalah
keadaan gizi buruk yang penyebab utamanya karena defisiensi protein.
Kwasiorkor adalah gizi buruk dengan berat badan antara 60 – 80% dari berat badan
Ideal, disertai dengan edema.
Marasmus kwashiorkor adalah campuran antara marasmus dengan kwashiorkor
dengan berat badan < 60% dari berat badan ideal, disertai edema.

3. Perawatan di rumah sakit 24 jam.


Penggunaan waktu perawatan di rumah sakit 24 jam, karena sesudah waktu
tersebut sudah dapat dipastikan tidak terjadi pulang paksa selama perawatan
sehingga pemberian Proten bisa dilanjutkan sampai 14 hari perawatan.

4. Penderita dalam kondisi kritis


Pada kondisi kritis absorbsi sistim pencernaan kurang baik.

5. Penderita dengan congenital anomaly


Pada kedaan cacat bawaan kondisi fungsi organ yang tidak sempurna menyebabkan
gangguan intake.

TRIAL PROTEN REFORMULASI dr. BURHAN 10


7. Protokol penelitian

MALNOURISHED PATIENT

INCLUSION CRITERIA
1. Age >
28
days
old
2. Sever
e
malnu
trition
PRE TEST
(On the 24 th hours of admission)
1. PHYSICAL EXAMINATION
2. ANTHROPOMETRIC DATA
POPULATION SAMPLE 3. LABORATORY EXAMINATION

Blood, urine & feces exam, albumin, pre


albumin, tranferin, feritin, Fe serum,
cholesterol, glucose, albumin urine

STUDY GROUP CONTROL GROUP


( PROTEN + ) (PROTEN -)

POST TEST I
(On the 7 th days of admission)
1. PHYSICAL EXAMINATION
2. ANTHROPOMETRIC DATA
FOLLOW UP 3. LABORATORY EXAMINATION
EVERY WEEK
(2 WEEKS) Albumin, pre albumin, tranferin, feritin,
Fe serum, cholesterol, glucose, albumin
urine

POST TEST II
(On the 14 th admission)
1. PHYSICAL EXAMINATION
2. ANTHROPOMETRIC DATA
3. LABORATORY EXAMINATION
EVALUATION
Albumin, pre albumin, tranferin, feritin,
Fe serum, cholesterol, glucose, albumin
urine

ANALYSIS

PUBLICATION

TRIAL PROTEN REFORMULASI dr. BURHAN 11


8.Cara kerja
Hari I : Setengah saset diencerkan dalam 200 ml air suam-suam kuku, diberikan 2 kali
sehari.
Hari II: Satu saset diencerkan dalam 200 ml air suam-suam kuku, 2 kali sehari.
Selanjutnya diberikan sampai hari ke 14 perawatan di rumah sakit.
Setelah sampel dipastikan sesuai dengan kriteria inklusi, maka didilakukan
pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap, albumin, prealbumin dan transferin,
kemudian sampel ditentukan diberi susu Proten atau susu formula, dengan cara
seseorang pasien diberi Proten dan pasien lainnya diberi susu formula secara selang
seling. Kemudian pada hari ke 7 dan 14 dilakukan pemeriksaan albumin, prealbumin
dan transferin.

HASIL DAN ANALISIS

HASIL

1. kasus diare akut maupun kronis merupakan penyakit yang banyak berhubungan dengan
gizi buruk, dimana bisa sebagai faktor penyebab malnutrisi primer atau sekunder.Infeksi
saluran nafas bawah (bronko pnemoni) ternyata merupakan penyakit terbanyak kedua
yang menyertai penderita gizi buruk. Sedangkan penyakit lain yang didapatkan pada
penelitian ini yaitu infeksi saluran kemih, stenosis pilorus, bronkhitis, strength ileus dan
terdapat pula satu kasus yang sangat jarang adalah diabetes malnutrisi.

2. jumlah penderita perempuan lebih banyak dari pada laki-laki, hal ini perlu dianalisa
lebih lanjut apakah jenis kelamin berpengaruh pada keadaan status gizi buruk. Kelompok
umur >6tahun-<13tahun merupakan kelompok yang terbanyak, Apakah umur tersebut
rentan terhadap gizi buruk?, demikian pula pada umur >6 bulan - 1 tahun dan umur >2
tahun - 6 tahun kasus perempuan lebih banyak dari pada laki-laki. Pembuktian akan hal
ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut

3. Lama perawatan dengan 14 hari rawat inap 11 penderita (25,6%), sisanya dengan
perawatan >14 (74,4%) hari karena masih memerlukan pengobatan lebih lanjut yang
disebabkan oleh penyakitnya. Tidak ada penderita yang drop out (perawatan < 14 hari)

4. Dari 43 penderita, 23 penderita diantaranya mendapat susu Proten, sedangkan 20


penderita diberi bermacam-macam susu formula tergantung dari keadaan intoleransi
sistim pencernaan masing-masing penderita terhadap susu. 8 penderita dengan hasil clini
tes +1, sehingga masih bisa diberikan susu rendah laktosa. 2 penderita dengan floating
test + (>20%). 5 penderita menderita alergi susu sapi dari anamnesanya, 3 penderita
menggunakan susu biasa.

5. susu Proten banyak diberikan pada umur >28 hari - 6 bulan sebanyak 6 penderita
(13,9%), sedangkan susu formula banyak diberikan pada umur >6 tahun - < 13 tahun
sebanyak 7 penderita (16,2%)
6. Kenaikan berat badan rerata ditimbang pada hari ke 1, 7 dan 14. Persentase minggu I
dihitung dengan dibandingkan dengan hari I, demikian pula persentase minggu II

TRIAL PROTEN REFORMULASI dr. BURHAN 12


dibandingkan dengan minggu I. Dengan menggunakan susu Proten kenaikan berat badan
pada minggu I adalah 4,9% dan pada minggu II adalah 5,7%. Pada tabel ini tampak
bahwa susu Proten dalam hal percepatan kenaikan berat badan masih lebih baik
dibanding penderita yang menggunakan susu formula.

7. Pada kasus diare kronis ternyata peningkatan berat badan rerata dengan Proten lebih
baik dari pada susu formula. Peningkatan berat badan pada penderita faringitis-tonsilitis
dan DHF yang menggunakan susu Proten tampaknya lebih tinggi dibanding kasus
lainnya. Demikian pula dengan penderita yang menggunakan susu formula

8. Susu Proten dengan pengenceran 1 saset = 200 ml didapatkan pada 7 penderita


(30,4%) dan dengan pengenceran 1 saset = 300 ml adalah 16 penderita (69,6%). Pada
pengenceran 1 saset=200ml didapat keluhan mual 30,4%, muntah 17,4%, kembung 26%
dan diare 26 %. Sedangkan bila diberikan dengan pengenceran 1 saset = 300 ml, hanya 2
menderita kembung 12,5% dan diare 6,25%

HASIL TES LABORATORIUM

1. gambaran darah penderita gizi buruk yang tidak menunjukkan hasil yang berbeda pada
beberapa kasus penyakit.

2. Tidak semua sampel diperiksa SI/TIBC, hanya yang didapatkan tanda hasil yang
menurun pada pemeriksaan transferin II dan adanya anemia yang dicurigai anemia
defisiensi Fe. penderita dengan anemia defisiensi Fe (saturasi <20%) diikuti dengan
penurunan kadar transferin tetapi tidak diikuti dengan perubahan serum iron maupun
TIBC. Dan bila penderita tersebut diberikan suplemen Fe akan diikuti dengan
peningkatan kadar transferin.

3. penderita gizi buruk dengan diare kronis dan sepsis sedikit menunjukkan peningkatan
albumin, prealbumin dan transferin, sedang pada kasus lainnya menunjukkan
peningkatan yang nyata pada pemeriksaan II dan III.

DISKUSI

1. Pengenceran Proten dengan takaran 1 saset diencerkan dengan air 200 ml didapatkan
mean 1,8372 sedangkan dengan pengenceran 300 didapatkan mean 1,6512.
Demikian pula dengan karakteristik variabel lainnya.

2. pada keluhan penderita yang menggunakan Proten didapatkan keluhan diare 10


penderita, sedangkan yang menggunakan susu lainnya didapatkan keluhan diare 33
penderita sehingga hasil penelitian dengan karakterisitik ini adalah bermakna.
Hal ini perlu diteliti lebih lanjut, kenapa penderita gizi buruk yang diberi susu Proten
ternyata lebih sedikit yang menderita diare.
3. perbedaan antara penderita gizi buruk yang menggunakan susu Proten dan non Proten
yang tampak perbedaan pada ukuran berat badan, kadar hemoglobin, albumin,
prealbumin dan transferin. Yang ditampilkan dengan hasil mean dan standard deviasi

TRIAL PROTEN REFORMULASI dr. BURHAN 13


4. tampak jelas perbedaan yang signifikan pada lama perawatan penderita gizi buruk
menjadi gizi kurang dengan menggunakan susu Proten ternyata memerlukan waktu rerata
selama 6 hari, sedangkan dengan susu non Proten memerlukan waktu rerata selama 10
hari. Tetapi dengan susu lain ternyata memerlukan waktu rerata lebih cepat pada
penderita dari gizi kurang ke gizi baik.
Mengenai biaya, penggunaan susu Proten lebih ekonomis dibanding dengan
menggunakan susu non Proten. Baik pada biaya yang diperlukan oleh penderita dari gizi
buruk ke gizi kurang maupun dari gizi kurang ke gizi baik.

PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan uji klinis yang dilakukan secara serial untuk menentukan
perbedaan antara kelompok I, yaitu yang menggunakan susu Proten dan kelompok II
yang menggunakan susu lain. Dimana pemeriksaan dilakukan dalam beberapa tahap ,
yaitu variabel berat badan dan albumin dinyatakan pada setiap penderita gizi buruk saat
penderita dirawat 24 jam pertama (pemeriksaan I), dilanjutkan pemeriksaan II dan III di
bangsal anak RSUD.Dr. Soetomo Surabaya

Rancangan penelitian semacam ini mempunyai beberapa keunggulan dan keterbatasan.


Keunggulannya adalah :
 Bisa mengembangkan penatalaksanaan baru dalam merawat penderita gizi buruk,
yang disatu sisi memberikan nilai yang akurat, dan dilain sisi menguntungkan
dalam aplikasi praktis, yaitu mudah digunakan, murah dan tidak berbahaya.
 Menilai keakuratan modalitas penatalaksanaan baru dibandingkan dengan
penatalaksanaan standard.

Snope (1990), mengatakan bahwa uji klinis dikatakan baik apabila memenuhi kriteria :
 Cepat memberi hasil
 Bisa menunjukkan hasil terapi yang baik
 Sensitif (90%)
 Spesifik (positip palsu 5%)
 Sederhana
 Murah
 Bahan mudah didapatkan

Keterbatasannya adalah
Jumlah sampel harus banyak dan terbatasnya waktu penelitian

Pada penelitian ini ada beberapa kelemahan :


1. Jumlah sampel
 Jumlah sampel yang terbatas
 Adanya sampel yang meninggal sehingga tidak bisa dianalisis pada
pemeriksaan II dan III (dikeluarkan)
 Adanya sampel yang pulang paksa (dikeluarkan)

TRIAL PROTEN REFORMULASI dr. BURHAN 14


2. Hasil pengukuran
Pengukuran variabel yang tidak dilakukan oleh petugas dan/atau dengan peralatan
yang sama pada pemeriksaan I, II, III sehingga kemungkinan terjadi bias cukup besar.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 43 sampel penderita gizi buruk
dengan berbagai macam penyakit penyerta didapatkan

1. Kasus diare akut maupun kronis merupakan penyakit yang banyak berhubungan
dengan gizi buruk, dimana bisa sebagai faktor penyebab malnutrisi primer atau sekunder.

2. Jumlah penderita perempuan lebih banyak dari pada laki-laki, hal ini perlu dianalisa
lebih lanjut apakah jenis kelamin berpengaruh pada keadaan status gizi buruk. Kelompok
umur >6tahun-<13tahun merupakan kelompok yang terbanyak, Apakah umur tersebut
rentan terhadap gizi buruk?, demikian pula pada umur >6 bulan - 1 tahun dan umur >2
tahun - 6 tahun kasus perempuan lebih banyak dari pada laki-laki. Pembuktian akan hal
ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut

3. Tidak ada penderita yang drop out (perawatan < 14 hari)

4. Sebanyak 23 penderita mendapat susu Proten, sedangkan 20 penderita diberi


bermacam- macam susu formula tergantung dari keadaan intoleransi sistim pencernaan
masing-masing penderita terhadap susu

5. Tampak bahwa susu Proten dalam hal percepatan kenaikan berat badan masih lebih
baik dibanding penderita yang menggunakan susu formula.

6. Pada kasus diare kronis, faringitis-tonsilitis dan DHF ternyata peningkatan berat badan
rerata dengan Proten lebih baik dari pada susu formula.

7. Gambaran darah penderita gizi buruk yang tidak menunjukkan hasil yang berbeda pada
beberapa kasus penyakit.

8. Penderita dengan anemia defisiensi Fe diikuti dengan penurunan kadar transferin tetapi
tidak diikuti dengan perubahan serum iron maupun TIBC. Dan bila penderita tersebut
diberikan suplemen Fe akan diikuti dengan peningkatan kadar transferin.

9. Penderita gizi buruk dengan diare kronis dan sepsis sedikit menunjukkan peningkatan
albumin, prealbumin dan transferin, sedang pada kasus lainnya menunjukkan
peningkatan yang nyata.

TRIAL PROTEN REFORMULASI dr. BURHAN 15


10. Susu Proten dengan pengenceran 1 saset dicampur air 200 ml didapatkan keluhan
mual, muntah, kembung dan diare. Sedang dengan pengenceran 1 saset dicampur air 300
ml keluhan tersebut lebih bayak berkurang.

11. Keluhan penderita yang menggunakan Proten didapatkan diare 10 penderita,


sedangkan yang menggunakan susu lainnya didapatkan keluhan diare 33 penderita
sehingga hasil penelitian dengan karakterisitik ini adalah bermakna.
Hal ini perlu diteliti lebih lanjut, kenapa penderita gizi buruk yang diberi susu Proten
ternyata lebih sedikit yang menderita diare.

12. perbedaan yang signifikan pada lama perawatan penderita gizi buruk menjadi gizi
kurang lebih pendek dengan menggunakan susu Proten dengan waktu rerata selama 6
hari,sedangkan dengan susu non Proten memerlukan waktu rerata selama 10 hari.

13. Mengenai biaya, penggunaan susu Proten lebih ekonomis dibanding dengan
menggunakan susu non Proten. Baik pada biaya yang diperlukan oleh penderita dari
gizi buruk ke gizi kurang maupun dari gizi kurang ke gizi baik.

SARAN

Penelitian ini adalah penelitian pendahuluan sehingga perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak pada berbagai kasus yang lainnya dan
dilakukan analisa uji statistik.

RINGKASAN

Proten sebagai nutrisi cair padat gizi merupakan pilihan utama bagi penderita dengan
gizi buruk, karena terbukti bisa meningkatkan berat badan, meningkatkan albumin dan
transferin

Susu Proten dengan pengenceran 200 ml/saset menimbulkan efek samping yang berupa
mual, muntah, kembung dan diare pada beberapa penderita gizi buruk, tetapi dengan
pengenceran 300 ml/saset efek samping seperti diatas jauh berkurang

TRIAL PROTEN REFORMULASI dr. BURHAN 16


DAFTAR PUSTAKA

1. Alleyne, G.A.O. Hay, R.W, Picou, D.I, Stanfeld, J.P. and White head, R.G :
Protein Energy Malnutrition. 1 st pubished; Edward Arnold (publishers) ltd, 1977.
2. F.A.O/ W.H.O Expert committee on Nutrition, Eight report W.H.O Technical
Report series no. 477 Geneva 1977.
3. Ketz D.G : Normal diet and digestion. In Ketz D G, Editor : Manual of Pediatric
Nutrition. 1st ed, Little Brown, Boston 1985, 1 – 20.
4. Halsted CH : The relevance of Clinical Nutrition Education and Role Models to
the practice of Medicine. Eur J Clin Nutr. 53 suppl 2, 1999, 29 – 34.
5. Heimburger D.G, Weinsier RL : Health Promotion and disease prevention.
Handbook of Clinical Nutrition. 3rd ed. Mosby 1997, 1 – 19.
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Tatalaksana Kurang Energi
Protein Pada Anak Di Rumah Sakit Kabupaten/Kodya, Kanwil DEPKES
PROV.JATIM, Proyek PPKM Prov.Jatim, 2000: 1 - 46.
7. WHO, Management of severe malnutrition : a manual for physicians and other
senior health workers, Geneva, 1999.
8. WHO, Management of the child with a serious infection or severe malnutrition,
Hongkong, 2000.
9. Ratna I, Pandangan Umum Tentang Modisco, dalam Simposium Pemakaian
Modisco Untuk Pemulihan Gizi Balita, Surabaya, 3 oktober 1987: 11 - 20
10. Netty EP, Ratna I, Boerhan H, Sjamsul A, Beberapa pengalaman pemberian
Modisco pada penderita gizi kurang di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, dalam
Simposium Pemakaian Modisco Untuk Pemulihan Gizi Balita, Surabaya, 3 oktober
1987: 51 - 62.
11. Soegeng S, Pengalaman Penggunaan Modisco, dalam Simposium
Pemakaian Modisco Untuk Pemulihan Gizi Balita, Surabaya, 3 oktober 1987: 63 - 71
12. Instalasi Gizi RSUD Dr. Soetomo, Metode pembuatan Modisco, dalam Simposium
Pemakaian Modisco Untuk Pemulihan Gizi Balita, Surabaya, 3 oktober 1987: 105-
109.
13. Bach AC, Babayan VK, Medium Chain Triglyserides, an update am. J Clin Nutr
1982; 36: 950 - 962.
14. Caspary,WF. Physiology and Pathophysiology of Intestinal Absorbtion,
Am.J.Clin.Nutr 55 :2995 - 3085.
15. Ideno KT, Enteral Nutrition, in: Nutrition Support Dietetics: Core Curriculum 2nd ed,
American Society of Parenteral and Enteral Nutrition, 1993:80.
16. Phienvit T, Tantibbheddhyangkul, Hashim SA. Medium Chain Triglyceride Feeding
in Premature Infants, in: Effects on Fat and Nitrogen Absorbtion, Pediatrics vol.55
No.3,1975: 15 – 21.
17. Hill GL. Disorders of Nutrition and Metabolism in Clinical Surgery. In:
Understanding and Management, Churchill Livingstone, Edinburg 1992: 651 – 86.
18. Statish B Agnihotri,Eliminating Severe Malnutrition in Orissa,
http://www.epw.org.in/34-51/sa4.htm, 18 desember 1999:1 - 6
19. Theodore D.W, Relation of mild-to-moderate malnutrition to human development: n
Correlational studies, http://www.unu.edu/unupress/food2/UID04E/uid04e0b.htm,
6 desember 1993: 1 - 9

TRIAL PROTEN REFORMULASI dr. BURHAN 17


LAMPIRAN

Tabel 1. PROPORSI PENYAKIT YANG MENYERTAI DIAGNOSIS GIZI BURUK

DIAGNOSIS JUMLAH

1. Diare Akut 7 (16,2%)


2. Diare Kronis 3 ( 6,9%)
3. Faringitis - tonsilitis 3 ( 6,9%)
4. Bronkho pnemoni 8 (18,6%)
5. Typhus 2 ( 4,6%)
6. DHF 4 ( 9,5%)
7. Meningo ensefalitis 2 ( 4,6%)
8. TBC 5 (11,6%)
9. Sepsis 5 (11,6%)
10. Lain-lain 4 ( 9,5%)

Jumlah 43 (100%)

Tabel 2. DISTRIBUSI UMUR DAN JENIS KELAMIN PADA GIZI BURUK

UMUR JENIS KELAMIN


LAKI - LAKI PEREMPUAN JUMLAH

> 28 hari - 6 bulan 4 5 9


> 6 bulan - 1 tahun 1 6 7
> 1 tahun - 2 tahun 4 3 7
> 2 tahun - 6 tahun 2 7 9
> 6 tahun -<13tahun 6 5 11

17 26 43

Tabel 3. DISTRIBUSI LAMA PERAWATAN (hari) MENURUT UMUR

UMUR LAMA PERAWATAN (hari)


0-7 >7 - 14 >14 - 21

>28 hari - 6 bulan - 1 8


> 6 bulan - 1 tahun - 1 6
> 1 tahun - 2 tahun - 2 5
> 2 tahun - 6 tahun - 3 6
> 6 tahun -<12tahun - 4 7

JUMLAH 0 (0%) 11(25,6%) 32 (74,4%)

TRIAL PROTEN REFORMULASI dr. BURHAN 18


Tabel 4. DISTRIBUSI PENGGUNAAN SUSU FORMULA & SUSU PROTEN

JENIS SUSU FORMULA JUMLAH PENDERITA


SUSU PROTEN 23 (53,4%)
SUSU LOW LACTOSE 8 (18,6%)
SUSU FREE LACTOSE 2 ( 4,6%)
SUSU SOYA 5 (11,6%)
SUSU SKIM 2 ( 4,6%)
SUSU FORMULA 3 ( 7,2%)

JUMLAH 43 (100%)

Tabel 5. DISTRIBUSI UMUR TERHADAP PEMBERIAN SUSU PROTEN & SUSU


FORMULA

UMUR SUSU PROTEN SUSU FORMULA JUMLAH

> 28 hari - 6 bulan 6 3 9


> 6 bulan - 1 tahun 4 3 7
> 1 tahun - 2 tahun 3 4 7
> 2 tahun - 6 tahun 5 4 9
> 6 tahun -<13 tahun 4 7 11

JUMLAH 23 (53,4%) 20 (46,6%) 43 (100%)

Tabel 6. KENAIKAN BERAT BADAN SELAMA RAWAT INAP

LAMA PERAWATAN SUSU PROTEN SUSU FORMULA

MINGGU I 4,9% 3,6%

MINGGU II 5,7% 4,1%

TRIAL PROTEN REFORMULASI dr. BURHAN 19


Tabel 7. KENAIKAN BERAT BADAN BERDASARKAN JENIS PENYAKIT

DIAGNOSIS PROTEN (HARI) SUSU FORMULA (HARI)

7 14 7 14

1. Diare Akut 4,5% 5,1% 3,9% 4,3%


2. Diare Kronis 4,0% 4,4% 2,5% 3,0%
3. Faringitis - tonsilitis 5,6% 6,1% 3,8% 4,5%
4. Bronkhopneumoni 5,4% 6,2% 3,2% 3,8%
5. TBC 5,5% 6,0% - -
6. Demam reuma 4,8% 5,4% 3,3% 4,0%
7. Typhus - - 3,4% 4,0%
8. DHF 5,3% 6,3% 3,9% 4,8%
9. Meningo ensefalitis 4,9% 5,4% - -
10. Sepsis 3,5% 5,7% 3,1% 3,7%

RERATA 4,8% 5,6% 3,3% 4,0%

Tabel 8. EFEK SAMPING PENGENCERAN SUSU PROTEN

PENGENCERAN MUAL MUNTAH KEMBUNG DIARE

 1 SASET = 200 ml 7 4 5 5
AIR ( 7 penderita)
 1 SASET = 300 ml - - 2 1
AIR ( 16 penderita)

TRIAL PROTEN REFORMULASI dr. BURHAN 20


Tabel 9. DATA LABORATORIUM, HEMOGLOBIN, LEKOSIT, TROMBOSIT, LAJU
ENDAP DARAH DAN HEMATOKRIT

No HEMOGLOBIN LEKOSIT TROMBOSIT LED HEMATOKRIT


I II III I II III I II III I II III I II III
1* 10,8 8,4 7,4 13.500 8600 8400 469 432 341 20 12 11 31 28 24
2* 9,7 10,1 9,9 9000 8700 6400 258 271 252 67 42 14 28 33 33
3* 8,0 8,3 8,4 23.300 10200 6700 409 349 431 20 14 16 24 27 26
4 9,9 9,7 9,8 15.400 11100 8200 483 475 341` 27 21 12 30 32 33
5 8,2 8,7 8,6 21.100 16200 9400 393 382 384 45 32 17 25 26 28
6 8,1 8,4 8,6 9700 8700 8700 239 331 297 42 28 18 24 25 26
7 7,4 10,4 11,2 13.400 8900 6500 331 292 332 59 12 14 22 31 33
8 12,1 11,6 12,1 6100 9200 8400 5000 121 360 15 14 12 32 38 40
9* 14,3 12,2 10,8 3600 12400 9600 64 237 341 23 20 24 42 36 36
10* 15,4 14,4 13,8 10.800 9400 8700 418 384 332 12 14 15 45 42 43
11 9,7 10,1 10,2 6500 6700 6400 324 362 332 14 8 11 28 30 31
12* 9,5 9,3 8,6 10600 8600 8800 239 254 231 32 28 12 28 29 27
13* 9,7 9,5 9,9 12600 10400 8600 320 316 343 14 12 10 28 28 33
14 8,2 8 8,4 11.400 8600 6300 248 223 237 22 14 10 24 24 28
15 9,7 9,9 10,1 12.100 10800 6700 331 342 244 47 36 14 28 33 34
16* 8,7 8,8 9,2 10.800 7800 7600 407 397 389 12 14 10 25 26 27
17* 9,6 9,8 10,1 14.100 12400 11800 327 314 352 24 14 12 28 28 30
18* 7,6 7,8 8,1 7500 6700 9200 585 424 404 19 12 13 21 21 26
19 9,7 9,8 9,9 14100 12900 8600 581 474 512 24 20 14 29 28 28
20* 8,8 9,1 9,2 18100 12600 8400 327 314 323 16 15 17 29 29 29
21* 12,4 11,9 12,2 9700 8700 7900 300 287 324 32 27 37 39 38 39
22 15,7 14,8 14,7 7600 8600 9200 69 82 103 14 21 18 47 46 46
23* 8,4 7,9 8,1 14700 9700 6500 347 344 352 66 44 23 28 25 27
24 13,3 12,9 12,6 6400 7100 6800 247 275 284 25 33 41 38 37 37
25* 13,2 12,9 13,1 7600 8100 7700 446 452 432 49 62 56 40 38 39
26 2,7 6,9 8,2 6700 7400 7200 70 125 137 43 24 17 9 23 27
27* 11 11,6 10,9 18000 12500 8900 582 488 498 37 22 17 29 30 34
28 11,5 10,8 11,9 5200 6500 5700 249 297 288 23 21 13 33 34 35
29* 10,3 10,6 10,1 10500 8900 7400 588 467 553 49 32 22 30 33 33
30 15,7 15,6 14,8 23400 18900 9800 519 469 482 14 18 12 45 45 44
31* 12,7 11,9 12,2 8200 7600 7700 445 476 439 56 44 21 42 41 41
32 12,6 11,9 12,9 23100 19800 10200 200 223 287 23 14 17 34 35 35
33* 6 7,2 8,1 4000 5300 4800 280 312 330 43 51 19 20 24 27
34 9,6 9,8 9,2 6700 6400 7100 422 413 452 22 19 12 22 19 12
35* 15,4 14,9 15 13500 9800 7500 207 225 219 21 18 13 45 43 44
36 6,9 7,1 7,2 16100 15400 12100 161 197 166 32 24 20 20 24 24
37* 15,3 14,5 14,9 7500 7600 8900 41 77 98 12 13 16 46 44 45
38 9,1 8,8 9,2 6200 6600 7100 114 128 145 64 43 17 27 26 28
39* 7,8 7,9 7,4 22200 17500 11200 41 65 102 16 14 13 26 27 24
40. 15,1 15,6 14,4 9800 8800 9600 37 46 78 26 22 19 50 51 47
41* 14,7 13,8 13,5 14900 12800 9800 389 367 349 65 57 68 44 42 42
42. 13,2 14,4 13,9 4800 5400 5100 162 145 176 13 15 17 43 44 43
43* 12,5 13,1 13,2 6200 6600 5900 227 331 289 19 21 16 40 42 42

TRIAL PROTEN REFORMULASI dr. BURHAN 21


Tabel 10. PEMERIKSAAN SI, TIBC DAN SATURASI

No URUT SI TIBC SATURASI


PENDERITA
1 19.50 169,5 11,40
2 23,10 293,90 7,90
6 44,00 336,80 12,10
8 18,30 377,10 4,80
10 31,70 324,50 9,70
13 41,50 316,00 13,10
14 47,60 314,80 15,10
15 39,00 331,80 11,70
26 30,50 323,30 9,4
33 30,50 411,10 7,4
36 18,30 223,30 8,2
39 24,40 189,10 12,9

TRIAL PROTEN REFORMULASI dr. BURHAN 22


Tabel 11. DATA LABORATORIUM ALBUMIN, PREALBUMIN DAN
TRANSFERIN

No ALBUMIN PREALBUMIN TRANSFERIN

I II III I II III I II III


1* 2,7 3,2 3,8 10,1 11,2 16,7 165,7 106,6 95,7
2* 2,1 2,5 3,1 11,3 14,1 16,2 121,9 113 125,4
3* 2,0 2,25 3,35 9,4 13,4 17,3 106,8 108,1 110,2
4 2,5 2,9 3,2 12,7 15,6 18,5 66,7 114 146,4
5 1,9 2,55 3,3 10,5 13,2 16,4 113,8 131,1 147,8
6 2,2 1,9 2,3 9,4 9,6 12,3 118,4 116,6 129,4
7 1,8 2,7 3,45 8,7 11,3 14,3 111,8 122,5 134,6
8 1,55 1,3 1,6 7,2 7,1 7,8 42,5 39,1 47,3
9* 1,7 2,65 3,2 9,3 12,1 15,3 118,2 140,8 162,2
10* 1,9 2,8 3,4 9,4 12,7 15,8 129,5 126,6 137
11 1,7 1,95 2,25 8,6 9,6 11,3 179,7 244,3 278,4
12* 2,3 2,4 2,45 12,5 14,7 15,8 125 128,1 132,4
13* 2,7 3,1 3,3 13,1 15,7 18,2 155,3 141,3 163,3
14 1,9 1,7 2,1 11,0 12,7 15,1 108,6 99,2 109,9
15 2,1 1,9 2,2 10,9 10,4 12,1 143,7 110,5 154,1
16* 2,2 2,9 3,7 9,8 11,7 13,9 108 125 147,7
17* 2,8 3,1 3,7 12,6 15,2 18,3 138,8 159,4 182,3
18* 1,4 1,7 2,05 7,4 9,2 11,1 92,1 108,4 141,2
19 2,1 3,3 4,6 11,3 24,7 37,2 109,4 121,2 134,4
20* 2,2 2,7 3,4 12,1 14,8 16,9 164,4 186,5 221,5
21* 2,9 3,5 4,2 12,8 15,1 21,8 129 165 209
22 3,1 3,55 3,65 12,6 13,7 15,2 134 139 167,3
23* 2,7 3,4 4,5 11,6 15,1 25,9 141,3 157 170,2
24 2,1 2,4 2,8 12,0 12,9 14,1 112,6 145 164
25* 1,9 2,8 3,85 10,8 14,9 18,9 104 134 162
26 2,2 2,45 2,75 12,7 13,8 14,7 108 92 147,7
27* 2,9 3,5 4,25 10,9 14,7 21,2 121,8 129,9 142,4
28 2,0 2,35 2,8 12,1 14,8 16,3 113,4 122,3 134
29* 1,6 2,9 3,8 8,1 13,5 19,8 62 98,8 126
30 2,8 3,2 3,55 12,7 14 15,6 112 120,8 127,7
31* 2,1 3,2 4,1 11,8 15,9 20,7 108 112,2 128,4
32 2,2 2,85 3,4 12,4 14,7 17,0 106,8 111,8 117,2
33* 1,9 2,8 3,65 10,9 14,6 19,8 104 82 115,5
34 2,1 2,6 2,9 11,5 12,6 14,0 112,5 116,3 119,3
35* 2,2 2,9 3,8 13,1 19,2 26,2 113,2 117,8 121
36 1,8 2,2 2,45 10,2 12,1 12,8 106,7 102 113
37* 2,2 3,1 3,9 11,5 16,4 24,6 113 118,1 123,2
38 2,15 2,6 2,95 13,2 15,1 18,3 114 118,2 124
39* 2,2 2,95 3,8 12,7 16,4 22,2 113,3 93 127
40. 2,8 3,2 3,6 14,7 16,4 18,2 121 127 130,8
41* 2,7 3,6 4,25 13,2 17,8 26,7 115 19,5 125,1
42. 2,2 2,55 2,9 12,1 17,2 24,2 112,9 116,7 123,8
43* 1,3 2,4 3,1 8,9 13,1 19,1 108 112,2 116,7

TRIAL PROTEN REFORMULASI dr. BURHAN 23


Tabel 12. GAMBARAN DESKRIPTIF STATISTIK

KARAKTERISTIK N MEAN STD.DEVIASI


PENGENCERAN PROTEN 43
 PROTEN 200 1,8372 0,3735
 PROTEN 300 1,6512 0,4822

BERAT BADAN 43 9,1674 6,3804

KELUHAN 43
 MUAL 1,5581 0,5025
 MUNTAH 2,1860 3,1264
1,7674 0,4275
 KEMBUNG
1,7209 0,5036
 DIARE
43
BIAYA DIPERLUKAN
1. PROTEN 17845,651 26325,466
GZ BURUK - GZ
KURANG
14796,512 44544,596
GZ KURANG - GZ BAIK

2. NON PROTEN 57796,465 80327,108


GZ BURUK - GZ 33652,628 143859,17
KURANG
GZ KURANG - GZ BAIK

Tabel 13. GIZI BURUK PADA ANAK di RSUD DR. SOETOMO

PROTEN NON PROTEN SIKNIFIKAN


UMUR 43.5217 ± 44.5749 53.4500 ± 52.2481 TIDAK SIKNIFIKAN
SEX LAKI 16 10 TIDAK SIKNIFIKAN
PEREMPUAN 7 10 TIDAK SIKNIFIKAN
BERAT BADAN 8.9543 ± 6.3977 11.1300 ± 7.2526 TIDAK SIKNIFIKAN
HEMOGLOBIN 10.9478 ± 2.8162 10.4200 ± 3.2688 TIDAK SIKNIFIKAN
ALBUMIN 2.200 ± 0.4642 2.1600 ± 0.3868 TIDAK SIKNIFIKAN
TRANSFERIN 119.9261 ± 23.1056 111.9250 ± 26.3982 TIDAK SIKNIFIKAN
JENIS GIZI BURUK
 KWASHIORKOR 2 3 TIDAK SIKNIFIKAN
 MARASMUS 5 4 TIDAK SIKNIFIKAN
 MAR.KWAS 16 13 TIDAK SIKNIFIKAN
DIARE 10 33 SIGNIFIKAN
JUMLAH 23 20

TRIAL PROTEN REFORMULASI dr. BURHAN 24


Tabel 14. PENINGKATAN BERAT BADAN, ALBUMIN, PREALBUMIN DAN
TRANSFERIN PADA EVALUASI MUNGGU I, MINGGU II DAN MINGGU III

MINGGU I MINGGU II MINGGU III


PROT + PROT- PROT + PROT - PROT + PROT -

BERAT BADAN 8.1435 10.3450 8.9543 11.1300 9.5935 11.8325


(Kg) ± ± ± ± ± ±
5.5106 7.2188 6.3977 7.2526 6.7028 7.4964

10.9478 10.4900 10.6913 10.7600 10.6130 10.8950


HEMOGLOBIN ± ± ± ± ± ±
(g/dl) 2.8162 3.2688 2.4314 2.6838 2.4142 2.3759

ALBUMIN 2.2 2.16 2.9630 2.5075 3.6565 2.9375


(g/dl) ± ± ± ± ± ±
0.3868 0.4434 0.5757 0.6878 0.4642
0.5140
PREALBUMIN 11.0130 11.3250 22.0609 16.2700
(g/dl) ± ± 15.4565 13.5750 ± ±
1.8110 2.2749 ± ± 5.9609 1.6955
3.6099 3.6944
TRANSFERIN 119.9261 111.9750 142.8435 137.5550
(g/dl) ± ± 125.3609 119.6150 ± ±
23.1056 26.3982 ± ± 31.0009 41.5845
24.5687 36.1669

Tabel 15. PERBEDAAN BIAYA YANG DIBUTUHKAN UNTUK MENINGKATKAN


STATUS GIZI

PROTEN NON PROTEN SIGNIFIKAN


GIZI BURUK - GZ.KURANG GIZI BURUK - GZ.KURANG-
-GIZIKURANG GZ. BAIK GIZI KURANG GIZI BAIK
LAMA PERAWATAN 6.3478* 3.2174 10.250 1.8000*
(HARI) ± ± ± ± S
3.6132 5.6081 4.4352 4.4081

BIAYA 9220.7826* 2407.9130* 113658.5 69584


(RP) ± ± ± ± S
5151.5174 5203.1324 89952.25 207784.8
MORTALITY TS
3 4

TRIAL PROTEN REFORMULASI dr. BURHAN 25

You might also like