Professional Documents
Culture Documents
2001 Clinical Trial PROTEN Dr. Boerhan Sp. A
2001 Clinical Trial PROTEN Dr. Boerhan Sp. A
Malnutrisi adalah pemberian nutrisi yang salah, bisa mengenai satu atau beberapa
jenis bahan makanan. Pembagian malnutrisi berdasarkan kekurangan energi dan protein
(KEP) dibagi dalam 3 jenis yaitu kwasiorkor, marasmus dan jenis campuran yang disebut
marasmus kwashiorkor, Data di RSUD Dr. Soetomo pada 1997 menunjukkan 73% anak
menderita gizi kurang dan 7% dengan gizi buruk dimana keadaan ini makin meningkat
sampai saat ini.
Pada keadaan kurang gizi jenis marasmus, tidak membutuhkan protein tinggi karena
defisiensinya dominan pada kurangnya kalori yang masuk. Sedangkan jenis kwashiorkor
dan marasmus kwashiorkor memerlukan protein tinggi untuk mengatasi kekurangan
proteinnya. karena itu perlu diberikan nutrisi khusus tinggi protein yang bisa dengan
cepat mengatasi kondisi penderita kurang gizi ini. Oleh karena hal tersebut maka peneliti
mencoba menggunakan Proten sebagai suplemen oral dalam mengatasi kekurangan
kandungan protein.
2. Identifikasi masalah
1. Tujuan Umum
Membandingkan penderita malnutrisi (kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor) yang
diberi Proten dan tanpa diberi Proten tetapi diberi susu formula lain.
2. Tujuan khusus
1. Melihat hasil pemberian Proten pada penderita kwashiorkor dan marasmus
kwashiorkor.
2. Mengetahui efek samping yang mungkin timbul pada pemakaian Proten.
3. Manfaat penelitian
Dengan mengetahui hasil terapi dan efek samping yang mungkin terjadi, dapat
dipertimbangkan pemakaian Proten dalam menangani penderita kwashiorkor dan
marasmus kwashiorkor.
1. Definisi
Definisi malnutrisi (mal=salah, nutrisi=gizi), merupakan istilah umum dari
kelainan-kelainan yang disebabkan karena gangguan gizi, hal ini dikarenakan
pemberian makanan yang salah dapat berupa suatu kekurangan atau kelebihan dari
salah satu nutrien (bahan makanan). Istilah malnutrisi sampai saat ini masih sering
diartikan sebagai suatu kekurangan (defisiensi).
2. Pembagian klinis
Karena adanya beberapa pendapat, maka malnutrisi dikelompokkan dalam beberapa
bagian :
I. Malnutrisi jenis bahan yang kurang
1. Kelompok kekurangan protein / energi
Yaitu kurang energi protein (KEP) atau protein energi malnutrition (PEM).
Ada 3 jenis :
1. kwasiorkor
2. marasmik kwasiorkor
3. marasmik
2. Kelompok kekurangan vitamin/mineral, yang sering di dapatkan di Indonesia :
1. Anemia kekurangan besi
2. Defisiensi vitamin A
3. Penyakit gondok endemik
4. Penyakit defisiensi lainnya (beri-beri, pellagra, scurvy, rickets)
Malnutrisi adalah sindroma yang terjadinya karena banyak hal yaitu oleh tubuh
sendiri (host), lingkungan (environment) dan kuman penyakit (agent).
Gopalan menyebut kwasiorkor sebagai dysadaptation dan sarjana lain menyebut
decompensated/uncompensated malnutrition, sedang bentuk marasmus disebut
adaptation atau compensated malnutrition.
Patogenesa :
Dalam keadaan kekurangan makan/puasa, tubuh selalu berusaha untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok akan energi,
kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan.
Body wasting
Gambar 1. Adaptasi dasar tubuh pada kekurangan energi (R.G White & Alleyte, 1972).
Hipo albumin
Volume plasma
Cardiac Output
Tekanan hidrostatis
Peritubulen Renin Angiotensin Filtrasi air & garam
EDEMA
STUDY CONTROL
PROTEN (+) PROTEN (-)
MONITORING STUDY
BIOLOGICAL VALUE
1. Sifat penelitian :
Penelitian bersifat eksperimental
2. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di bangsal anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
3. Waktu penelitian
Penderita kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor yang rawat inap di RSUD Dr.
Soetomo sejak 1 Pebruari - 31 Agustus 2001.
4. Populasi penelitian
Semua penderita anak dengan KEP (kwasiorkor, marasmus kwasiorkor) yang rawat
inap di RSUD Dr. Soetomo surabaya dan memenuhi kriteria inklusi.
2
{Z 4.P (1 – P) + Z 2.P1 (1 – P1) + 2.P2 (1 – P2) }
N=
(P1-P2)
2
{1,96 4. 0,63 (1 – 0,63) + 0,84 2. 0,1 (1 – 0,1) + 2. 0,82 (1 – 0,82) }
N=
(0,1-0,82)
5. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas
1. Menggunakan suplemen Proten
2. Menggunakan susu formula
2. Variabel tergantung
Efek samping Proten
6. Definisi operasional
2. Malnutrisi berat (KEP berat) yaitu kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor, adalah
keadaan gizi buruk yang penyebab utamanya karena defisiensi protein.
Kwasiorkor adalah gizi buruk dengan berat badan antara 60 – 80% dari berat badan
Ideal, disertai dengan edema.
Marasmus kwashiorkor adalah campuran antara marasmus dengan kwashiorkor
dengan berat badan < 60% dari berat badan ideal, disertai edema.
MALNOURISHED PATIENT
INCLUSION CRITERIA
1. Age >
28
days
old
2. Sever
e
malnu
trition
PRE TEST
(On the 24 th hours of admission)
1. PHYSICAL EXAMINATION
2. ANTHROPOMETRIC DATA
POPULATION SAMPLE 3. LABORATORY EXAMINATION
POST TEST I
(On the 7 th days of admission)
1. PHYSICAL EXAMINATION
2. ANTHROPOMETRIC DATA
FOLLOW UP 3. LABORATORY EXAMINATION
EVERY WEEK
(2 WEEKS) Albumin, pre albumin, tranferin, feritin,
Fe serum, cholesterol, glucose, albumin
urine
POST TEST II
(On the 14 th admission)
1. PHYSICAL EXAMINATION
2. ANTHROPOMETRIC DATA
3. LABORATORY EXAMINATION
EVALUATION
Albumin, pre albumin, tranferin, feritin,
Fe serum, cholesterol, glucose, albumin
urine
ANALYSIS
PUBLICATION
HASIL
1. kasus diare akut maupun kronis merupakan penyakit yang banyak berhubungan dengan
gizi buruk, dimana bisa sebagai faktor penyebab malnutrisi primer atau sekunder.Infeksi
saluran nafas bawah (bronko pnemoni) ternyata merupakan penyakit terbanyak kedua
yang menyertai penderita gizi buruk. Sedangkan penyakit lain yang didapatkan pada
penelitian ini yaitu infeksi saluran kemih, stenosis pilorus, bronkhitis, strength ileus dan
terdapat pula satu kasus yang sangat jarang adalah diabetes malnutrisi.
2. jumlah penderita perempuan lebih banyak dari pada laki-laki, hal ini perlu dianalisa
lebih lanjut apakah jenis kelamin berpengaruh pada keadaan status gizi buruk. Kelompok
umur >6tahun-<13tahun merupakan kelompok yang terbanyak, Apakah umur tersebut
rentan terhadap gizi buruk?, demikian pula pada umur >6 bulan - 1 tahun dan umur >2
tahun - 6 tahun kasus perempuan lebih banyak dari pada laki-laki. Pembuktian akan hal
ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut
3. Lama perawatan dengan 14 hari rawat inap 11 penderita (25,6%), sisanya dengan
perawatan >14 (74,4%) hari karena masih memerlukan pengobatan lebih lanjut yang
disebabkan oleh penyakitnya. Tidak ada penderita yang drop out (perawatan < 14 hari)
5. susu Proten banyak diberikan pada umur >28 hari - 6 bulan sebanyak 6 penderita
(13,9%), sedangkan susu formula banyak diberikan pada umur >6 tahun - < 13 tahun
sebanyak 7 penderita (16,2%)
6. Kenaikan berat badan rerata ditimbang pada hari ke 1, 7 dan 14. Persentase minggu I
dihitung dengan dibandingkan dengan hari I, demikian pula persentase minggu II
7. Pada kasus diare kronis ternyata peningkatan berat badan rerata dengan Proten lebih
baik dari pada susu formula. Peningkatan berat badan pada penderita faringitis-tonsilitis
dan DHF yang menggunakan susu Proten tampaknya lebih tinggi dibanding kasus
lainnya. Demikian pula dengan penderita yang menggunakan susu formula
1. gambaran darah penderita gizi buruk yang tidak menunjukkan hasil yang berbeda pada
beberapa kasus penyakit.
2. Tidak semua sampel diperiksa SI/TIBC, hanya yang didapatkan tanda hasil yang
menurun pada pemeriksaan transferin II dan adanya anemia yang dicurigai anemia
defisiensi Fe. penderita dengan anemia defisiensi Fe (saturasi <20%) diikuti dengan
penurunan kadar transferin tetapi tidak diikuti dengan perubahan serum iron maupun
TIBC. Dan bila penderita tersebut diberikan suplemen Fe akan diikuti dengan
peningkatan kadar transferin.
3. penderita gizi buruk dengan diare kronis dan sepsis sedikit menunjukkan peningkatan
albumin, prealbumin dan transferin, sedang pada kasus lainnya menunjukkan
peningkatan yang nyata pada pemeriksaan II dan III.
DISKUSI
1. Pengenceran Proten dengan takaran 1 saset diencerkan dengan air 200 ml didapatkan
mean 1,8372 sedangkan dengan pengenceran 300 didapatkan mean 1,6512.
Demikian pula dengan karakteristik variabel lainnya.
PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan uji klinis yang dilakukan secara serial untuk menentukan
perbedaan antara kelompok I, yaitu yang menggunakan susu Proten dan kelompok II
yang menggunakan susu lain. Dimana pemeriksaan dilakukan dalam beberapa tahap ,
yaitu variabel berat badan dan albumin dinyatakan pada setiap penderita gizi buruk saat
penderita dirawat 24 jam pertama (pemeriksaan I), dilanjutkan pemeriksaan II dan III di
bangsal anak RSUD.Dr. Soetomo Surabaya
Snope (1990), mengatakan bahwa uji klinis dikatakan baik apabila memenuhi kriteria :
Cepat memberi hasil
Bisa menunjukkan hasil terapi yang baik
Sensitif (90%)
Spesifik (positip palsu 5%)
Sederhana
Murah
Bahan mudah didapatkan
Keterbatasannya adalah
Jumlah sampel harus banyak dan terbatasnya waktu penelitian
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 43 sampel penderita gizi buruk
dengan berbagai macam penyakit penyerta didapatkan
1. Kasus diare akut maupun kronis merupakan penyakit yang banyak berhubungan
dengan gizi buruk, dimana bisa sebagai faktor penyebab malnutrisi primer atau sekunder.
2. Jumlah penderita perempuan lebih banyak dari pada laki-laki, hal ini perlu dianalisa
lebih lanjut apakah jenis kelamin berpengaruh pada keadaan status gizi buruk. Kelompok
umur >6tahun-<13tahun merupakan kelompok yang terbanyak, Apakah umur tersebut
rentan terhadap gizi buruk?, demikian pula pada umur >6 bulan - 1 tahun dan umur >2
tahun - 6 tahun kasus perempuan lebih banyak dari pada laki-laki. Pembuktian akan hal
ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut
5. Tampak bahwa susu Proten dalam hal percepatan kenaikan berat badan masih lebih
baik dibanding penderita yang menggunakan susu formula.
6. Pada kasus diare kronis, faringitis-tonsilitis dan DHF ternyata peningkatan berat badan
rerata dengan Proten lebih baik dari pada susu formula.
7. Gambaran darah penderita gizi buruk yang tidak menunjukkan hasil yang berbeda pada
beberapa kasus penyakit.
8. Penderita dengan anemia defisiensi Fe diikuti dengan penurunan kadar transferin tetapi
tidak diikuti dengan perubahan serum iron maupun TIBC. Dan bila penderita tersebut
diberikan suplemen Fe akan diikuti dengan peningkatan kadar transferin.
9. Penderita gizi buruk dengan diare kronis dan sepsis sedikit menunjukkan peningkatan
albumin, prealbumin dan transferin, sedang pada kasus lainnya menunjukkan
peningkatan yang nyata.
12. perbedaan yang signifikan pada lama perawatan penderita gizi buruk menjadi gizi
kurang lebih pendek dengan menggunakan susu Proten dengan waktu rerata selama 6
hari,sedangkan dengan susu non Proten memerlukan waktu rerata selama 10 hari.
13. Mengenai biaya, penggunaan susu Proten lebih ekonomis dibanding dengan
menggunakan susu non Proten. Baik pada biaya yang diperlukan oleh penderita dari
gizi buruk ke gizi kurang maupun dari gizi kurang ke gizi baik.
SARAN
Penelitian ini adalah penelitian pendahuluan sehingga perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak pada berbagai kasus yang lainnya dan
dilakukan analisa uji statistik.
RINGKASAN
Proten sebagai nutrisi cair padat gizi merupakan pilihan utama bagi penderita dengan
gizi buruk, karena terbukti bisa meningkatkan berat badan, meningkatkan albumin dan
transferin
Susu Proten dengan pengenceran 200 ml/saset menimbulkan efek samping yang berupa
mual, muntah, kembung dan diare pada beberapa penderita gizi buruk, tetapi dengan
pengenceran 300 ml/saset efek samping seperti diatas jauh berkurang
1. Alleyne, G.A.O. Hay, R.W, Picou, D.I, Stanfeld, J.P. and White head, R.G :
Protein Energy Malnutrition. 1 st pubished; Edward Arnold (publishers) ltd, 1977.
2. F.A.O/ W.H.O Expert committee on Nutrition, Eight report W.H.O Technical
Report series no. 477 Geneva 1977.
3. Ketz D.G : Normal diet and digestion. In Ketz D G, Editor : Manual of Pediatric
Nutrition. 1st ed, Little Brown, Boston 1985, 1 – 20.
4. Halsted CH : The relevance of Clinical Nutrition Education and Role Models to
the practice of Medicine. Eur J Clin Nutr. 53 suppl 2, 1999, 29 – 34.
5. Heimburger D.G, Weinsier RL : Health Promotion and disease prevention.
Handbook of Clinical Nutrition. 3rd ed. Mosby 1997, 1 – 19.
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Tatalaksana Kurang Energi
Protein Pada Anak Di Rumah Sakit Kabupaten/Kodya, Kanwil DEPKES
PROV.JATIM, Proyek PPKM Prov.Jatim, 2000: 1 - 46.
7. WHO, Management of severe malnutrition : a manual for physicians and other
senior health workers, Geneva, 1999.
8. WHO, Management of the child with a serious infection or severe malnutrition,
Hongkong, 2000.
9. Ratna I, Pandangan Umum Tentang Modisco, dalam Simposium Pemakaian
Modisco Untuk Pemulihan Gizi Balita, Surabaya, 3 oktober 1987: 11 - 20
10. Netty EP, Ratna I, Boerhan H, Sjamsul A, Beberapa pengalaman pemberian
Modisco pada penderita gizi kurang di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, dalam
Simposium Pemakaian Modisco Untuk Pemulihan Gizi Balita, Surabaya, 3 oktober
1987: 51 - 62.
11. Soegeng S, Pengalaman Penggunaan Modisco, dalam Simposium
Pemakaian Modisco Untuk Pemulihan Gizi Balita, Surabaya, 3 oktober 1987: 63 - 71
12. Instalasi Gizi RSUD Dr. Soetomo, Metode pembuatan Modisco, dalam Simposium
Pemakaian Modisco Untuk Pemulihan Gizi Balita, Surabaya, 3 oktober 1987: 105-
109.
13. Bach AC, Babayan VK, Medium Chain Triglyserides, an update am. J Clin Nutr
1982; 36: 950 - 962.
14. Caspary,WF. Physiology and Pathophysiology of Intestinal Absorbtion,
Am.J.Clin.Nutr 55 :2995 - 3085.
15. Ideno KT, Enteral Nutrition, in: Nutrition Support Dietetics: Core Curriculum 2nd ed,
American Society of Parenteral and Enteral Nutrition, 1993:80.
16. Phienvit T, Tantibbheddhyangkul, Hashim SA. Medium Chain Triglyceride Feeding
in Premature Infants, in: Effects on Fat and Nitrogen Absorbtion, Pediatrics vol.55
No.3,1975: 15 – 21.
17. Hill GL. Disorders of Nutrition and Metabolism in Clinical Surgery. In:
Understanding and Management, Churchill Livingstone, Edinburg 1992: 651 – 86.
18. Statish B Agnihotri,Eliminating Severe Malnutrition in Orissa,
http://www.epw.org.in/34-51/sa4.htm, 18 desember 1999:1 - 6
19. Theodore D.W, Relation of mild-to-moderate malnutrition to human development: n
Correlational studies, http://www.unu.edu/unupress/food2/UID04E/uid04e0b.htm,
6 desember 1993: 1 - 9
DIAGNOSIS JUMLAH
Jumlah 43 (100%)
17 26 43
JUMLAH 43 (100%)
7 14 7 14
1 SASET = 200 ml 7 4 5 5
AIR ( 7 penderita)
1 SASET = 300 ml - - 2 1
AIR ( 16 penderita)
KELUHAN 43
MUAL 1,5581 0,5025
MUNTAH 2,1860 3,1264
1,7674 0,4275
KEMBUNG
1,7209 0,5036
DIARE
43
BIAYA DIPERLUKAN
1. PROTEN 17845,651 26325,466
GZ BURUK - GZ
KURANG
14796,512 44544,596
GZ KURANG - GZ BAIK