891 5578 1 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.5/NO.

1/JUNI/2016

PENGARUH BISING KERETA API TERHADAP DERAJAT


INSOMNIA WARGA SEKITAR REL DI KELURAHAN GILINGAN
SURAKARTA

Train noise influence to insomnia level of residents living alongside railway in Gilingan
Surakarta

Hanif Nugra Pujiyanto, R. Aj. Sri Wulandari, Amandha Boy Timor Randhita
Faculty of Medicine, Sebelas Maret University

ABSTRACT

Background Noise is one of the most disturbing environmental hazards in the world.
Exposure to noise can cause health problems such as insomnia. Train is one of the
transportation which can cause noise in the surrounding area. At Gilingan Surakarta
many people live in the area around the railway, which is certainly have potential
negative impact from the train noise to health, such as insomnia.

Methods: This study was observational analytic with cross sectional study approach.
Respondents were selected by simple random sampling method. Measurement of train
noise was using the Sound Level Meter. The sample was 90 Surakarta Gilingan
residents that were divided into 3 areas of noise. Respondent data retrieval is done by
filling preliminary questionnaire which consisted of identity and informed consent, a
questionnaire Lie - scale Minnesota Multiphasic Personality Inventory ( LMMPI ) to
determine the honesty of respondents, and the questionnaire Insomnia Rating Scale to
measure the degree of insomnia respondents. Statistical analysis using the Kruskal -
Wallis test. This study aims to determine train noise influence to insomnia level of
residents living alongside railway in Gilingan Surakarta.

Results: In all of the area was found that noise level exceeds the standard noise level
for housing and residential areas that was determined by the Ministry of Environment.
In the area I, was found that the average noise level was 82.6 dB , while for area II was
72.8 dB, and area III was 57.1 dB. The result of the Kruskall-Wallis test for insomnia
level was 0.42 that means among the three groups did not have statistically significant
differences.

Conclusions: There was no significant influence of train noise to the insomnia level of
residents living alongside railway in Gilingan Surakarta.

Keywords: train noise, insomnia level

79
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.5/NO.1/JUNI/2016

PENDAHULUAN merupakan suatu gangguan pola tidur


Kemajuan peradaban telah dapat berupa sulit tidur, tidak tidur
menggeser perkembangan industri ke arah nyenyak, terlalu banyak atau terlalu
penggunaan mesin-mesin, dan alat-alat sedikit tidur. Gangguan pola tidur
transportasi berat. Namun pemanfaatan merupakan salah satu dari tanda-tanda
teknologi transportasi untuk memenuhi perilaku stres dan ketegangan (Aprilani,
kebutuhan manusia yang semakin 2007).
kompleks, ternyata menimbulkan berbagai Kereta api merupakan salah satu
masalah lingkungan (Hutabarat, 2010). alat transportasi yang dapat menimbulkan
Menurut Kawada (2011) kebisingan paparan kebisingan terhadap daerah
merupakan salah satu bahaya lingkungan sekitarnya. Bising pada lingkungan di
yang paling mengganggu di dunia, berasal sekitar rel kereta api dihasilkan dari bising
dari berbagai sumber seperti lalu lintas dari gesekan antara roda dan rel, mesin
jalan, kereta api, pesawat udara, dan lokomotif, peluit dan klakson kereta,
industri. Berdasarkan KEP- pemindahan jalur rel, serta pengoperasian
48/MENLH/11/1996 bising adalah bunyi palang kereta (Torlakovic dan Stevanovic,
yang tidak diinginkan dari usaha atau 2010).
kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu
Hasil penelitian Hutabarat (2010)
yang dapat menimbulkan gangguan pada area pemukiman warga di
kesehatan manusia dan kenyamanan Kecamatan Banjarsari, Surakarta dengan
lingkungan (Kementriaan Lingkungan jarak 20-30 meter dari rel kereta api
Hidup, 1996). didapatkan tingkat kebisingan 77,76 dB.
Pajanan bising dan getaran yang Berdasarkan KEP-48/MENLH/11/1996
melebihi nilai ambang batas pada kurun angka ini telah melampaui batas baku
waktu yang cukup lama akan berakibat tingkat kebisingan pada kawasan
pada gangguan pendengaran ringan dan pemukiman dan perumahan yaitu 55 dB.
jika terjadi terus menerus akan Kelurahan Gilingan merupakan
menyebabkan ketulian permanen. Selain salah satu kelurahan di Kecamatan
itu kebisingan juga diduga menimbulkan Banjarsari, Surakarta. Letaknya yang
gangguan emosional (Harrington dan Gill, dekat dengan terminal dan stasiun
2005). Stres emosional yang disebabkan menjadikannnya salah satu daerah dengan
oleh kebisingan dapat diikuti dengan aktifitas padat. Kebisingan dari kereta api
gejala sulit tidur (Anies, 2006). Insomnia

80
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.5/NO.1/JUNI/2016

telah menjadi salah satu masalah mengetahui kejujuran responden, dan


penduduk di daerah ini (Pemkot kuesioner Insomnia Rating Scale untuk
Surakarta, 2013). Pada Kampung mengukur tingkat insomnia responden.
Margorejo, Gilingan yang terdiri dari RW Penelitian ini dilakukan pada Bulan
10 dan RW 11 didapatkan dari 569 Kepala April 2015 di Kelurahan Gilingan dengan
Keluarga, kira-kira setengahnya tinggal responden dibagi menjadi 3 kelompok
pada rumah dengan jarak kurang dari 20 berdasarkan jarak tempat tinggal ke rel
meter dari rel kereta api. Hal ini tentunya kereta api. Subjek yang digunakan
dapat menimbulkkan berbagai dampak Masyarakat Kelurahan Gilingan yang
negatif dari kebisingan seperti insomnia. bertempat tinggal di sekitar rel kereta api.
Berdasarkan uraian tersebut maka Teknik sampling yang dipakai adalah
penulis tertarik untuk menganalisis simple random sampling. kriteria inklusi
keterkaitan antara kebisingan kereta api yaitu wanita, berumur 20 – 60 tahun,
terhadap derajat insomnia pada warga tinggal di daerah tersebut minimal 1
yang tinggal di sekitar rel di Kelurahan tahun, dan bersedia menjadi responden.
Gilingan, Bajarsari, Surakarta. Sedangkan kriteria eksklusi antara
lain: menderita sakit telinga atau tuli,
SUBJEK DAN METODE menderita penyakit – penyakit yang dapat
Penelitian ini merupakan penelitian mengganggu tidur seperti penyakit
analitik observasional dengan pendekatan jantung, hipertensi, nyeri kronik,
studi cross sectional. Responden dipilih gangguan pencernaan, gangguan saraf,
dengan metode simple random sampling. gangguan kencing, gangguan pernafasan,
Pengukuran bising kereta api merokok, minum-minuman yang
menggunakan Sound Level Meter. Sampel mengandung alkohol, minum-minuman
penelitian ini adalah 90 warga Kelurahan yang mengandung kafein saat malam hari,
Gilingan Surakarta yang dibagi dalam 3 dan bekerja di luar rumah.
area kebisingan. Pengambilan data Variabel bebas pada penelitian ini
responden dilakukan dengan pengisian adalah tingkat bising kereta api.
kuesioner pendahuluan yang terdiri dari Pengukuran berdasarkan jarak tempat
identitas dan informed consent, kuesioner tinggal responden dengan rel kereta.
Lie-scale Minnesota Multiphasic Pengukuran dilakukan dengan
Personality Inventory (LMMPI) untuk menggunakan alat Sound Level Meter.

81
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.5/NO.1/JUNI/2016

Variabel terikat pada penelitan ini HASIL


adalah Insomnia yang merupakan Penelitian ini dilakukan di
gangguan tidur yang ditandai dengan Kampung Margorejo, Kelurahan Gilingan
kesulitan untuk mengawali atau pada bulan April 2015. Kuesioner yang
mempertahankan tidur, serta dapat disebar sebanyak 100 bendel. Satu bendel
menimbulkan rasa kurang istirahat dan kuesioner terdiri atas lembar informed
tidak segar di pagi harinya. Pengukuran consent, formulir biodata dan
dilakukan dengan kuisioner Insomnia pendahuluan serta kuisioner LMMPI dan
Rating Scale. Insomnia Rating Scale KSPBJ.
Variabel perancu yang dapat Kuisioner ditujukan terhadap
dikendalikan antara lain: jenis kelamin, wanita warga Kampung Margorejo dari
alkohol, rokok, lama tinggal, obat-obatan. RW 10 dan RW 11. Responden dibagi
Variabel perancu yang tidak dapat menjadi 3 kelompok berdasarkan tempat
dikendalikan antara lain: stress psikologis, tinggal yaitu area I responden yang tinggal
suhu, kelembaban, status ekonomi, pada jarak 10 meter, area II pada jarak 20
masalah keluarga meter, dan area III pada jarak 30 meter
Data yang diperoleh merupakan dari rel kereta api. Terdapat 97 orang
skala ordinal sehingga menggunakan uji yang telah mengisi kuesioner, 2 orang
non parametrik. Analisis statistik tidak mengisi dengan lengkap, 4 orang
menggunakan uji Kruskall-Wallis untuk melebihi berumur lebih dari 60 tahun, dan
menguji hipotesis k sampel independen 1 orang memiliki penyakit ginjal,
dengan data berbentuk ordinal. sehingga responden yang memenuhi
syarat inklusi dan eksklusi adalah 90
orang. Di bawah ini data yang didapat dari
responden.

82
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.5/NO.1/JUNI/2016

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan kelompok umur


Area I Area II Area III
Kelompok
No Persentase Persentase Persentase
Umur Jumlah Jumlah Jumlah
(%) (%) (%)
1 20 - 29 2 6,67 2 6,67 3 10,00
2 30 - 39 12 40,00 8 26,67 13 43,33
3 40 - 49 9 30,00 9 30,00 6 20,00
4 50 - 60 7 23,33 11 36,67 8 26,67
Jumlah 30 100 30 100 30 100

Berdasarkan Tabel 1 didapatkan responden (43,33%) pada area III,


persebaran kelompok umur berbeda tiap sedangkan pada area II yang terbanyak
area, pada area I dan III yang terbanyak adalah kelompok umur 50 – 60 tahun
adalah kelompok umur 30 – 39 tahun sebanyak 11 responden (36,67%).
yaitu sebanyak 12 responden (40%) pada
area I dan 13

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan lama tinggal


Area I Area II Area III
Lama
No Persentase Persentase Persentase
Tinggal Jumlah Jumlah Jumlah
(%) (%) (%)
1 1-5 4 13,33 1 3,33 0 0,00
2 6 - 10 2 6,67 3 10,00 3 10,00
3 10> 24 80,00 26 86,67 27 90,00
Jumlah 30 100 30 100 30 100

Pada penelitian ini 100% merupakan penduduk asli yang telah


responden baik dari area I, area II, menempati tempat tersebut sejak lahir.
maupun area III tinggal di daerah tersebut Pada semua area paling banyak didapati
minimal 1 tahun. Penduduk pada penduduk yang telah tinggal pada area
Kampung Margorejo mayoritas tersebut lebih dari 10 tahun (Tabel 2).

83
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.5/NO.1/JUNI/2016

Tingkat Kebisingan Kereta di Kelurahan Gilingan

100
Tingkat Kebisingan dB(A)

90 90.1 90.5 88.1 87.5 86


80 81.1 81 81.7 84.7 84.6 76.7 85.1 81.1 83.6 77.6 85.7 82.5 85 83.1 78.4 76.5
75.2 74 74.4 74.4 76.1 75.4 76.2
70 67.1 69.1 67.3 70 74 73.8
60 59.5 62.7 60.8 61 57.3 61.8 58.5
56.1 56 56.9 56.7 55.6 57.6 55.9
50
40
30
20
10
0

Jam Area I Area II Area III


Gambar 1. Grafik Tingkat Kebisingan Kereta di Kelurahan Gilingan

Berdasarkan Gambar 1 dari hasil kebisingan 76,7 pada area I, 69,1 pada
pengukuran bising didapatkan kebisingan area II, 55,6 pada area III. Pada area I
tertinggi terdapat pada jam 17.50 dengan didapatkan rata-rata tingkat kebisingan
tingkat kebisingan mencapai 90,5 dB pada adalah 82,6 dB, sedangkan untuk area II
area I, 81,1 dB area II, dan 67,3 dB pada sebesar 72,8 dB, dan area III sebesar 57,1
area III. Sedangkan kebisingan terendah dB.
terdapat pada jam 16.52 dengan tingkat

Tabel 3. Persebaran Derajat Insomnia Responden Berdasarkan Area


Severe
No (0) Mild (1) Moderate (2) Jumlah
Kelompok (3)
n % n % n % n % n %
Area I 11 36,67 14 46,67 5 16,67 0 0,00 30 100
Area II 13 43,33 14 46,67 3 10,00 0 0,00 30 100
Area III 16 53,33 11 36,67 2 6,67 1 3,33 30 100
Jumlah 40 44,44 39 43,33 10 11,11 1 1,11 90 100

Tabel 3 menunjukkan, dari 90 dan II didapati responden paling banyak


orang responden 44,44% tidak mengalami mengalami mild insomnia yaitu sebanyak
insomnia, 43,33% mengalami mild 14 orang (46,67%). Sedangkan pada area
insomnia, 11,11% mengalami moderate III responden paling banyak tidak
insomnia, dan hanya 1,11% yang mengalami insomnia atau no insomnia
mengalami severe insomnia. Pada area I sebanya 16 orang (53,33%). Baik pada

84
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.5/NO.1/JUNI/2016

area I maupun II tidak didapati responden dari peningkatan kebisingan kereta api
dengan severe insomnia adapun pada area terhadap derajat insomnia warga
III didapati 1 (3,33%) responden dengan Kelurahan Gilingan. Hasil ini berbeda
severe insomnia. dengan hasil penelitian sebelumnya yang
Berdasarkan uji Kruskal-Wallis menyimpulkan bahwa ada pengaruh
didapatkan tingkat signifikasi 0.42 artinya bising terhadap gangguan tidur.
antara ketiga kelompok tersebut tidak Aprilani (2007) menyimpulkan
memiliki perbedaan bermakna secara bahwa ada perbedaan derajat insomnia
statistik. akibat bising pesawat udara masyarakat di
sekitar bandar Adi Sumarmo. Pada
PEMBAHASAN penelitian Jakovljevic et al (2007) juga
Berdasarkan data tingkat dilaporkan bahwa gangguan tidur lebih
kebisingan yang diambil, pada area I sering terjadi pada penduduk yang
didapatkan rata-rata tingkat kebisingan terpapar bising jalan raya daripada
adalah 82,6 dB, sedangkan untuk area II penduduk yang tinggal pada daerah yang
sebesar 72,8 dB, dan area III sebesar 57,1 tenang. Begitu juga pada penelitian
dB. Hasil ini sesuai dengan penelitian Zannin dan Bunn (2014), yang
Hutabarat (2010) yang menunjukkan melaporkan 84% responden merasa
bahwa semakin dekat dengan rel kereta terganggu oleh bising yang dihasilkan
api maka tingkat kebisingan juga akan oleh rel kereta api di lingkungan mereka.
semakin tinggi pada area tersebut. Kebisingan kereta dapat menyebabkan
Berdasarkan KEP-48/MENLH/11/1996 gangguan psikologis, sakit kepala, serta
tingkat kebisingan pada ketiga daerah menurunnya konsentrasi dan insomnia.
telah melampaui baku tingkat kebisingan Menurut Kawada (2011),
pada kawasan perumahan dan pemukiman penelitian di lapangan mengenai pengaruh
yaitu 55 dB (Kementriaan Lingkungan bising terhadap gangguan tidur kadang-
Hidup, 1996). kadang menunjukkan hasil yang
Berdasarkan uji Kruskal-Wallis kontroversial. Karena definisi gangguan
didapatkan nilai 0.42 artinya antara ketiga tidur yang bermacam-macam sehingga
kelompok tersebut tidak memiliki perlu dilakukan evaluasi pada tidur secara
perbedaan bermakna secara statistik. Ini multidimensional. Prevelansi dari
berarti tidak ada pengaruh yang signifikan gangguan tidur tidak hanya berkaitan

85
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.5/NO.1/JUNI/2016

dengan karakteristik dari bisingnya tetapi (Kawada, 2011). Namun, kemampuan


juga sensitifitas subjek yang terpapar habituasi sangat bervariasi pada masing-
bising. masing individu. Kemampuan habituasi
Sensifitas terhadap bising yang beragam ini dapat berpengaruh
merupakan ukuran reaktivitas individu terhadap data yang diambil. Lama
terhadap suatu kebisingan secara umum. terpapar dengan kebisingan tentunya juga
Perbedaan sensitifitas terhadap bising sangat berpengaruh terhadap habituasi,
mempengaruhi perbedaan respon individu sehingga lama tinggal responden di daerah
(Shepherd, 2010). Individu yang lebih terpapar akan mempengaruhi hasil
sensitif terhadap bising memiliki risiko penelitian. Pada individu dengan tingkat
kesehatan yang lebih besar apabila habituasi yang baik maka akan segera
terpapar bising (Heinonen-Guzejev, dapat menyesuaikan diri dengan stress
2009). Pada penelitian ini perbedaan dari yang didapat. Adapun sebagian responden
sensitifitas bising dari masing – masing telah tinggal di tempat tersebut lebih dari
responden tentunya dapat mempengaruhi 10 tahun, kemungkinan respon aksis HPA
hasil penelitian. responden terhadap bising kereta api telah
Pajanan stressor pada individu menurun.
memicu aktivasi sistem stress yang dapat Selain stressor fisik biologis yang
menyebabkan hyperarousal pada disebabkan terutama oleh bising kereta api
insomnia. Manusia memiliki kemampuan terdapat juga stressor lain seperti stressor
untuk mengatasi stressor yang datang. psikologis dan stressor sosial budaya yang
Pajanan stressor dalam jangka waktu yang dapat mempengaruhi responden. Stressor
lama secara berulang akan mengurangi psikologis antara lain: takut, khawatir,
respon tubuh terhadap stressor tersebut cemas, marah, kekecewaan, dan kesepian.
yang disebut dengan habituasi (Grissom Adapun stressor sosial budaya dapat
dan Bhatnagar, 2009). berupa menganggur, perceraian, maupun
Habituasi merupakan faktor yang perselisihan (Gunawan, 2007). Semua
penting dalam pengaruh bising terhadap stressor ini dapat mempengaruhi sistem
insomnia. Walaupun beberapa penelitian aksis HPA yang dapat menyebabkan
menyatakan paparan bising tidak insomnia. Pada penelitian ini faktor-faktor
menyebabkan habituasi, penelitian baru- perancu di atas belum dapat dikendalikan,
baru ini menyatakan hal ini dapat terjadi sehingga kemungkinannya untuk

86
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.5/NO.1/JUNI/2016

mempengaruhi hasil penelitian sangat tanaman sepanjang jalur yang


besar. berbatasan dengan pemukiman untuk
. meredam kebisingan.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang UCAPAN TERIMA KASIH
telah diuraikan sebelumnya, maka dapat Penulis mengucapkan terimakasih
disimpulkan bahwa tidak terdapat kepada Margono, dr., MKK dan Novianto
pengaruh yang signifikan dari peningkatan Adi Nugroho, dr. yang telah memberikan
bising kereta api terhadap derajat bimbingan, kritik, dan saran yang sangat
insomnia warga sekitar rel di Kelurahan membantu selama penelitian hingga
Gilingan Surakarta. penulisan naskah publikasi ini.

SARAN DAFTAR PUSTAKA


1. Untuk menindaklanjuti penelitian ini, Aprilani T (2007). Perbedaan derajat
pada penelitian selanjutnya sebaiknya insomnia akibat bising pesawat
juga memperhatikan individual udara pada masyarakat di sekitar
difference dan faktor-faktor lain yang Bandara Adi Sumarmo
dapat mempengaruhi hasil penelitian. Kecamatan Ngemplak Kabupaten
2. Untuk penelitian selanjutnya, Boyolali. Surakarta, Universitas
diharapkan dilakukan dengan sampel Sebelas Maret. Mini Thesis.
yang lebih besar dan metode yang Babisch W (2006). Noise and
lebih baik. health. Environ health perspect,
3. Untuk pemerintah dan PT KAI agar 113:14-15
mensosialisasikan mengenai regulasi Grissom N, Bathnagar S (2009).
batas-batas daerah untuk pemukiman Habituation to repeated stress: Get
serta risiko-risiko tinggal di sekitar rel used to it. Neurobiol Learn Mem,
kereta api. 92(2): 215-224.
4. Untuk masyarakat agar lebih sadar Gunawan BS (2007). Stres dan sistem
akan bahaya kebisingan dan imun tubuh: Suatu pendekatan
melakukan upaya untuk psikoneuroimunologi. Cermin
menguranginya seperti membangun Dunia Kedokteran, 154: 13-15.
tembok pembatas atau menanam

87
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.5/NO.1/JUNI/2016

Harrington, Gill FS (2005). Buku saku Pemkot Surakarta (2013). Atlas Gilingan.
kesehatan kerja. Edisi ke 3. Surakarta: Solo Kota Kita.
Jakarta: EGC. Shepherd D, Welch D, Dirks KN,
Heinonen-Guzejev M (2009). Noise Mathews R (2010). Exploring the
sensitivity – medical, relationship between noise
psychological and genetic aspects. sensitivity, annoyance and health-
Helsinki, Department of Public related quality of life in a sample
Health University of Helsinki of adults exposed to
Finland. Dissertation. environmental noise. Int. J.
Hutabarat R (2010). Perbedaan tingkat Environ. Res. Public Health, 7:
kecemasan pada masyarakat yang 3579-3594.
terpapar bising kereta api di Torlakovic MT, Stefanovic S (2010).
sekitar Stasiun Balapan Solo. Railway noise and vibration –
Surakarta, Universitas Sebelas current european legislation and
Maret. Mini Thesis. reserarch and measurements on
Jakovljevic B, Belojevic G, Paunovic K, Serbian Railway. Architecture and
Stojanov V (2006). Road traffic Civil Engineering, 8(2): 145 – 153
noise and sleep disturbances in an Zannin PHT, Bunn F (2014). Noise
urban population: cross-sectional annoyance through railway traffic
study. Croat Med J, 47 (33): 125. – a case study. Journal of
Kawada T (2011). Noise and health: Sleep Environmental Health Science
disturbance in adults. Journal of and Engineering, 12: 1- 12.
Occupational Health, 53: 413-
416.
Kementrian Lingkungan Hidup (1996).
Keputusan menteri negara
lingkungan hidup nomor : KEP-
48/MENLH/11/1996.
http://web.ipb.ac.id/~tml_atsp/test
/Kepmen%20LH%2048%20Tahu
n%201996.pdf – Diakses Januari
2015.

88

You might also like