Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 107

PROGRAM MUHADHOROH PONDOK PESANTREN

TAHFIZH ALQUR’AN DAARUL HIKMAH SERUA


CIPUTAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERKHUTBAH SANTRI
Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk


memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh:

JULIAH
NIM : 11150510000058

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF


HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441H/ 2020 M
ABSTRAK
Juliah, 11150510000058, Program Muhadhoroh Pondok Pesantren
Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah Serua Ciputat dalam Meningkatkan
Kemampuan Berkhutbah Santri
Kemampuan berkhutbah merupakan suatu kesanggupan seseorang
dalam menyampaikan isi ceramah atau pidato di depan khalayak.
Kemampuan berkhutbah sangat dibutuhkan oleh santri ketika mereka lulus
dan berdakwah di masyarakat. Untuk itu dalam meningkatkan kemampuan
berkhutbah atau berpidato pada santri maka pondok Pesantren Tahfizh Al-
Qur’an Daarul Hikmah Serua Ciputat mengadakan program pelatihan
khutbah yang diberi nama muhadhoroh.
Berdasarkan pernyataan di atas maka timbul beberapa pertanyaan
yaitu, apa itu program muhadhoroh di pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an
Daarul Hikmah? bagaimana penerapan muhadhoroh di pondok Pesantren
Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah dalam meningkatkan kemampuan
berkhutbah santri?
Menurut Tata Sukayat khutbah adalah ucapan, perkataan, ceramah,
atau pidato dan istilah-istilah lainnya yang semakna dengan khutbah.
Sedangkan menurut Taufik Al-Wa’iy khutbah adalah sarana dalam dakwah
untuk menyampaikan pesan dan menerangkan fikiran tertentu.
Metode penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (field
research) dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat deskripif
atau analisis kritis
Hasil dari penelitian ini adalah 1) muhadhoroh merupakan program
wajib yang dilaksanakan dua kali seminggu pada malam Rabu dan malam
Minggu pukul 20:00-21:30. 2) proses pelaksanaan muhadhoroh terdiri dari
pembuatan teks, penyetoran kepada pengurus muhadhoroh, menghafal dan
menyampaikan isi khutbah. 3) penerapan teknik dalam muhadhoroh terdiri
darin memoriter, manuskrip, ekstempore, dan impromptu. 4 ) Sedangkan
penerapan metode dalam muhadhoroh terdiri dari menghafal, ceramah dan
metode kontinyu.
Jadi program muhadhoroh pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an
Daarul Hikmah sangat penting dalam meningkatkan kemampuan santri
khususnya untuk berkhutbah.
Kata Kunci : Program Muhadhoroh, Pondok Pesantren Tahfizh Al-
Qur’an Daarul Hikmah, Kemampuan, Berkhutbah
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur bagi


Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
‘’Program Muhadhoroh Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul
Hikmah Serua Ciputat dalam Meningkatkan Kemampuan Berkhutbah
Santri’’. Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir untuk
memperoleh gelar sarjana pada bidang Komunikasi dan Penyiaran
Islam di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarifhidayatullah Jakarta.

Selanjutnya peneliti juga ingin mengucapkan rasa terimakasih


yang sebesar-besarnya kepada semua pihak atas segala bantuan yang
telah diberikan kepada peneliti dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Untuk itu rasa terimakasih ini peneliti sampaikan kepada :

1. Suparto, M. Ed. Ph,D sebagai Dekan Fakultas Dakwah


dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, MSW sebagai
Wakil Dekan I bidang akademik, Dr. Sihabbudin Noor,
MA sebagai wakil Dekan 2 bidang administrasi umum,
dan Drs. Cecep Ssatrawijaya, MA sebagai Wakil Dekan 3
bidang kemahasiswaan.
2. Dr. Armawati Arbi, M.Si sebagai Ketua Jurusan dan Dr.
H. Edy Amin, MA sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarifhidayatullah
Jakarta.

ii
3. Drs. Azwar Chatib sebagai Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing dan mengarahkan
peneliti selama menjadi mahasiswa.
4. Drs. Wahidin Saputra, M.Ag sebagai Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah memberikan arahan, saran, motivasi
dan do’a serta ilmunya sehingga penulisan skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
5. Segenap seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarifhidayatullah
Jakarta yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu serta
akhlak yang baik sehingga peneliti dappat menyelesaikan
studi.
6. Seluruh Staff Karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah membantu peneliti dalam urusan
administrasi perkuliahan dan peneelitian skripsi ini.
7. Seluruh Staff Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Utama Universitas
Islam Negeri Syarifhidayatullah Jakarta yang telah
melayani peminjaman buku sebagai bahan referensi
peneliti dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.
8. RDK FM Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
belajar berogranisasi.
9. Ustadz Ruslan Abdul Gani, S.Pd.i sebagai Pimpinan
Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah dan
seluruh ustadz/ustadzah, serta santri yang telah

iii
memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan
penelitian skripsi.
10. Orang tua saya Ibunda Kurniasih serta keluarga yang
sudah memberikan dukungan dan doa yang selalu
diberikan kepada peneliti baik secara materil maupun
moril demi kelancaran dalam penulisan skripsi ini.
11. Kepada Widina Rahman yang selalu menamani,
mendoakan dan memberikan dukungan moril serta
membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Kepada sahabat Khilaf Production Aldieny, Aisyah, Eka,
Mutia, Nunu, Odah, Sofhia, Sonya dan Vina yang selalu
menemani dan memberikan dukungan kepada peneliti
dalam menyelesaikan studi di UIN Syarifhidayatullah
Jakarta.
13. Kepada teman-teman KKN 115 BERES UIN
Syarifhidayatullah jakarta
14. Kepada mahasiswa KPI angkatan 2015 yang merupakan
teman seperjuangan peneliti selama menempuh
pendidikan di kampus.
15. Semua pihak baik sahabat peneliti Mutiara Juliantini,
Timatul Mahmudah, Salma Nabila dan Meti Ulfa serta
semua pihak yang telah membantu memberikan kontribusi
dalam masa studi peneliti di UIN Syarifhidatullah Jakarta
yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya namun
tidak mengurangi rasa hormat peneliti. Semoga seluruh
kontribusi yang sudah diberikan dibalas oleh Allah AWT,
Amiin.

iv
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis berharap adanya kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa mendatang .

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat


tidak hanya untuk peneliti namun juga untuk pembaca serta segenap
keluarga besar civitas akademika Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarifhidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 September 2020

Juliah

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah................................................................. 6
1. Batasan Masalah .................................................................................... 6
2. Rumusan Masalah ................................................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 7
D. Metodologi Penelitian ............................................................................... 8
1. Jenis Penelitian ...................................................................................... 8
2. Lokasi Penelitian ................................................................................... 8
3. Sumber Data .......................................................................................... 8
4. Tahapan-Tahapan Penelitian ................................................................. 9
5. Subyek Penelitian ................................................................................ 10
6. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 10
7. Metode pengumpulan data :................................................................. 10
8. Analisis Data ....................................................................................... 11
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 12
F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 13
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 15
A. Program Muhadhoroh ............................................................................. 15
1. Pengertian Muhadhoroh ...................................................................... 15
2. Prinsip-prinsip dan rambu-rambu muhadhoroh ................................... 17
3. Metode................................................................................................. 18

vi
B. Pondok Pesantren ................................................................................... 20
1. Pengertian Pondok Pesantren .............................................................. 20
2. Bentuk-Bentuk Pesantren .................................................................... 22
3. Unsur-Unsur Pesantren ........................................................................ 23
C. Kemampuan ............................................................................................ 26
D. Berkhutbah ............................................................................................. 27
1. Pengertian Khutbah ............................................................................. 27
2. Pokok-pokok isi khutbah ..................................................................... 28
3. Teknik dalam Khutbah ........................................................................ 28
4. Adab umum yang seharusnya diperhatikan dalam berkhutbah ............ 34
5. Macam-macam Khutbah ...................................................................... 35
E. Komunikasi............................................................................................. 35
1. Pengertian Komunikasi........................................................................ 35
2. Level-level Komunikasi ...................................................................... 37
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN TAHFIZH ALQUR’AN
DAARUL HIKMAH .............................................................................................. 40
A. Sejarah Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah ............... 40
B. Visi dan Misi .......................................................................................... 41
1. Visi ...................................................................................................... 41
2. Misi ..................................................................................................... 41
C. Struktur Pengurus Pesantren ................................................................... 42
D. Sarana dan Prasarana .............................................................................. 42
E. Program-Program ................................................................................... 43
1. Program sekolah kesetaraan (setara SD, SMP, SMA) ......................... 43
2. Program pelatihan guru Al-Qur’an ...................................................... 43
3. Program Tahsin dan Tahfizh untuk Masyarakat umum ....................... 44
4. Program Kajian Kitab Kuning ............................................................. 44
5. Program muhadhoroh .......................................................................... 44
6. Program wirausaha .............................................................................. 44

vii
F. Jadwal Kegiatan Santri ........................................................................... 45
G. Kurikulum dan Sistem Penilian Pondok Pesantren Thfizh Al-Qur’an
Daarul Hikmah .............................................................................................. 46
BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN .................................................. 48
A. Program Muhadhoroh Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul
Hikmah.......................................................................................................... 48
1. Pelatihan dalam Muhadhoroh .............................................................. 50
2. Susunan acara muhadhoroh santri Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an
Daarul hikmah ....................................................................................... 53
3. Susunan organisasi muhadhoroh dan tugas-tugasnya .......................... 55
B. Penerapan Program Muhadhoroh Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an
Daarul Hikmah dalam Meningkatkan Kemampuan Berkhutbah Santri ......... 59
1. Penerapan Teknik Persiapan Khutbah ................................................. 59
2. Penerapan Metode pada Program Muhadhoroh Pondok Pesantren
Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah dalam meningkatkan kemampuan
berkhutbah santri .................................................................................... 64
3. Proses Pelaksanaan Muhadhoroh ......................................................... 66
4. Kendala dan Harapan Santri dalam muhadhoroh ................................. 68
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 70
A. Kesimpulan ............................................................................................. 70
B. Saran ....................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 75

viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Santri ....................................................................... 37
Tabel 3.2 kegiatan Pembelajaran Mingguan Santri .......................................... 37
Tabel 4.1 Susunan Organisasi Muhadhoroh Ponndok Pesantren Tahfizh Al-
Qur’an Daarul Hikmah ........................................................................................ 47

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 Pedoman Observasi

Lampiran 3 Transkip Wawancara Pimpinan Pondok Pesantren Tahfizh Al-


Qur’an Daarul Hikmah

Lampiran 4 Transkip Wawancara Pembimbing Muhadhoroh

Lampiran 5 Transkip Wawancara Ketua Muhadhoroh

Lampiran 6 Transkip Wawancara Santri Putra

Lampiran 7 Transkip Wawancara Santri Putri

Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian Program Muhadhoroh

x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah merupakan suatu aktivitas mulia yang menjadi
kewajiban bagi setiap muslim, dengan tujuan untuk memberikan
segala informasi mengenai Islam dan mengajak orang lain agar
bersedia melakukan tindakan yang mencerminkan nilai-nilai Islam. 1
selain itu menurut Ahmad Ghasully dan Ra’uf Syalaby
berpendapat bahwa tujuan praktis dalam berdakwah merupakan
tujuan tahap awal untuk menyelamatkan umat manusia dari lembah
kegelapan dan membawanya ke tempat yang terang benderang, dari
jalan yang sesat ke jalan yang lurus, dari lembah kemusyrikan dengan
segala bentuk kesengsaraan menuju kepada tauhid yang menjanjikan
kebahagiaan. Hal ini tercermin dalam surat aththalq : 11 yang
berbunyi :

Yang artinya : ‘’Dan mengutus seorang Rasul yang membacakan


kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam
hukum) supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal-amal yang sholeh dari kegelapan kepada cahaya.
Dan barang siapa yang beriman kepada

1
Ismah Salman ‘’Strategi Dakwah di Era Millenium’’ Jurnal Kajian Dakwah dan
Budaya (Jakarta : UIN Syarifhidayatullah, 2004) Vol 5

1
2

Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan


memasukannya ke dalam surge-surga yang mengalirkan dibawah
sungai-sungai: mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Sesungguhnya Alllah memberikan riski yang baik kepadanya.’’ (QS.
At-Thalaq : 11)

Aktivitas dakwah merupakan aktivitas ammar ma’ruf nahi


munkar, dakwah tidak selalu berkisar pada permasalahan agama
seperti pengajian atau kegiatan yang dianggap sebagai kegiatan
keagamaan lainnya. paling tidak ada tiga pola yang dipahami
mengenai dakwah. Agar aktivitas dakwah dilakukan dengan secara
efisien maka sudah waktunya dibuat dan disusun starifikasi sasaran.
Mungkin berdasarkan usia, tingkat pendidikan dan pengetahuan,
tingkat sosial ekonomi dan pekerjaan, berdasarkan tempat tinggal dan
lain sebagainya.
Dalam meyampaikan dakwah nya seorang Da’I atau
penceramah haruslah memiliki kemampuan berbicara di depan umum
agar dakwahnya tersampaikan dengan baik kepada mad’u.
Berbicara di depan umum merupakan salah satu keterampilan
yang harus dimiliki oleh setiap insan. Sebab dengan cara inilah
seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain secara baik. Selain itu
hal ini juga bisa meningkatkan kepercayaan dan kemampuannya.
Sebagaimana ekstrakulikuer muhadhoroh di pesantren yang dapat
menigkatkan potensi dalam mengembangkan seni berbicara di depan
khalayak.
Pesantren adalah sebuah asrama pendidikan tradisional, di
mana para siswa atau santri nya semuaa tinggal bersama dan belajar
di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiyai
3

dan mempunyai asrama untuk tempat tinggal untuk menginap santri.


2

Kata pesantren terdiri dari kata ‘’santri’’ yang ditambahkan


imbuhan ‘’pe’’ dan akhiran ‘’an’’. Kata ‘’santri’’ menurut A.H Jhons
berasal dari kata Tamil yang berarti guru mengaji. Sedangkan istilah
santri digunakan untuk menyebut siswa yang berada di pesantren.
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam tertua
yang merupakan produk dari budaya Indonesia. Keberadaan
pesantren di Indonesia dimulai sejak islam masuk ke negeri ini
dengan mangadopsi sistem pendidikan keagamaan yang sebenarnya
telah lama berkembang sebelum islam datang.
Pesantren memiliki kekhasan, terutama dalam fungsinya
sebagai institusi pendidikan, disamping sebagai lembaga dakwah,
bimbingan kemasyarakatan dan bahkan perjuangan. Presantren
adalah lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan
pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ajaran Agama
Islam.
Pondok pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat
besar baik bagi kemajuan islam itu sendiri maupun bagi bangsa
Indonesia secara keseluruhan.
Pesantren sebagai dunia pendidikan memiliki ekstrakulikuler
yang wajib atau yang tidak wajib diikuti oleh santri-santrinya.
Kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan non-pelajaran formal yang
dilakukan peserta didik sekolah atau universitas, umumnya di luar
jam belajar kurikulum standar. Kegiatan ekstrakulikuler ditujukan

2
Tps://belajar.kemdikbud.go.id diakses 10 Februari 2020 Pukul 13:00
4

agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan


kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. 3
Selain mencetak para hafidz dan hafidhoh Pondok Pesantren
Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah Serua Ciputat sebagai lembaga
pendidikan Agama mempunyai kegiatan khusus bagi santrinya untuk
mengasah kemampuan berkhutbah yang diberinama muhadhoroh.
Secara etimologi muhadhoroh berasal dari kata bahasa arab
yaitu ‘’haadoro – yuhaadiru – muhaadorotan’’ yang berarti ‘’ada atau
4
hadir’’ dan ‘’menghadirkan’’. sedangkan secara terminology
muhadhoroh memiliki berbagai arti, seperti yang dikemukakan pakar
berikut ini, H.S.M Nasarudiin Latif mengartikan muhadhoroh adalah
ceramah keaagamaan atau tabligh atau khutbah yang yang pada
hakikatnya merupakan suatu bentuk hubungan (communication),
yang berupa penyampaian ajaran-ajaran islam yang diselenggarakn
dalam suatu masjid, surau, gedung, pertemuan, atau tempat-tempat
lainnya. 5
Sedangkan khutbah menurut Tata Sukayat adalah ucapan,
ceramah, pidato dan istilah-istilah lainnya yang semakna dengan
khutbah. 6
Adapun kegiatan muhadhoroh yang dikatakan sebagai salah
satu Program Pesantren Tahfizh Al-Quran Daarul Hikmah untuk
mencetak kader-kader muballigh yang mana ini sangat berperan besar
terhadap kemampuan dan kreativitas santri dalam berkhutbah.

3
https://id.m.Wikipedia.org//wiki/ekstrakulikuler diakses 20 Desember
2019 Pukul 17:00
4
Ahmad Warson Al-Munawir. Kamus Almunawir : Arab Indonesia,
(Yogyakarta : Pustaka Progresif), h.294
5
S.M Nasaruddin Latif, Teori dan Praktik Dakwah (Jakarta : Zulhijjah 1391
H/1970 M), h.80
6
Tata Sukayat, Quantum Dakwah (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), h.128
5

Muhadhoroh di pondok pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul


Hikmah merupakan kegiatan wajib yang harus diikuti oleh seluruh
santri. Muhadhoroh di pesantren ini dilaksanakan setiap seminggu
dua kali yaitu pada malam Rabu dan malam Minggu pukul 20:00 –
21:30.
Muhadhoroh di pondok pesantren Tahfizh Alqur’an Daarul
Hikmah dikoordinir oleh ketua muhadhoroh yang merupakan
pengurus dari organisasi santri Daarul Hikmah. Dalam kegiatan
muhadhoroh ini tidak hanya berisi latihan berkhutbah atau berpidato
saja, ada pula pelatihan master of ceremony (MC), tilawah,
saritilawah dan semua itu diisi oleh santri dan untuk santri. Selain itu
ketika latihan penyampaian khutbah berlangsung santri diwajibkan
untuk mencatat poin-poin penting yang disampaikan Da’i. hal ini
bertujuan agar ketika pengambilan intisari siapa yang ditunjuk harus
siap kapanpun.
Kegiatan muhadhoroh sebagai upaya meningkatkan potensi
santri dan sebagai upaya meningkatkan sumber daya santri dalam
membentuk kader-kader Da’I. hal ini diharapkan dapat membentuk
kader Da’I di masa mendatang yang siap berkiprah untuk umat.
Dari pondok pesantren ini lahir para penjuru dakwah, para
ustadz dan tokoh masyarakat. Hal ini dikarenakan di pondok
pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah terdapat nilai-nilai yang
sangat baik bagi keberhasilan suatu kegiatan di pondok pesantren.
Pondok pesantren ini memiliki peran penting bagi santri
pesantren maupun bagi masyarakat. Sebab masyarakat selalu
berasumsi bahwa santri bisa berdakwah, dan ketika santri sudah
menyelesaikan studinya di pesantren mereka bisa berdakwah dan
menyebarkan Agama Islam.
6

Untuk mencapai sebuah keberhasilan dalam kegiatan


diperlukan latihan continue atau terus menerus agar santri terbiasa
dengan apa yang diajarkan dipesantren. Bahkan ada pepatah yang
mengatakan ‘’Bisa Karena Terbiasa’’.
Kegiatan yang berpola komunikasi publik ini diharapkan
mampu meningkatkan rasa percaya diri pada santri, memahami orang
lain dan mampu mengungkapkan pemikirannya secara sistematis.
Namun apakah kegiatan muhadhoroh di pondok pesantren Tahfizh
Al-Qur’an Daarul Hikmah dapat meningkatkan kemampuan
berkhutbah santri.
Dari latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk
meneliti dengan judul skripsi ‘’PROGRAM MUHADHOROH
PONDOK PESANTREN TAHFIZH ALQUR’AN DAARUL
HIKMAH SERUA CIPUTAT DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERKHUTBAH SANTRI’’

B. Batasan dan Rumusan Masalah


1. Batasan Masalah
Agar masalah yang dieliti tidak terlalu luas dan menjadi
lebih terarah, peneliti mencoba membatasi masalah yang akan di
teliti. Masalah yang akan dibahas pada penulisan skripsi ini
dibatasi pada penerapan program muhadhoroh dalam
meningkatkan kemampuan berkhutbah pada santri mukim kelas
Wustho dan ‘Ulya (SMP dan SMA) pondok pesantren Tahfizh
Al-Qur’’an Daarul Hikmah Serua Ciputat.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penilitian ini adalah
7

1. Apa itu program Muhadhoroh di Pondok Pesantren Tahfizh


Al-Qur’an Daarul Hikmah
2. Bagaimana penerapan program muhadhoroh pondok
pesantren Tahfizh Al-Quran Daarul Hikmah dalam
meningkatkan kemampuan berkhutbah santri?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemaparan yang ada di latar belakang dan
perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
a. Untuk mengetahui program Muhadhoroh pondok pesantren
Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah
b. Untuk mengetahui penerapan program muhadhoroh pondok
Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah dalam
meningkatkan kemampuan berkhutbah santri.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah
kajian ilmu dalam bidang komunikasi dakwah mengenai
penerapan program muhadhoroh pondok Pesantren Tahfizh
Al-Qur’an daarul Hikmah dalam meningkatkan kemampuan
berkhutbah santri.
b. Manfaat Praktis
Peneliti berharap penelitian ini dapat menambah ilmu
pengetahuan bagi santri, maahasiswa, masyarakat dan juga
pihak lainnya baik secara llangsung maupun tidak langsung.
8

D. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metodologi penelitian pada skripsi ini adalah penelitian
lapangan (field research), penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif atau analisis kritis, yaitu metode
yang memiliki beberapa langkah penerapan. Langkah pertama adalah
mendeskripsikan gagasan primer yang menjadi gagasan utama.
Gagasan primer ini diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan
narasumber. langkah selanjutnya adalah membahas gagasan primer
tersebut yang pada hakikatnya adalah memberikan penafsiran penulis
terhadap gagasan yang telah di deskripsikan.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di Pesantren Tahfizh Al-Qur’an
daarul Hikmah yang terletak di Jl. Kamelia Perum Bukit Nusa Indah
– Serua – Ciputat – Tangerang Selatan – Banten.
3. Sumber Data
Data merupakan keterangan tentang suatu hal yang diketahui
atau dianggap atau anggapan. Atau suatu fakta yang digambarkan
lewat angka, simbol, kode, dan lain-lain.7
Data penelitian dikumpulkan baik lewat instrumen
pengumpulan data, observasi, wawancara, maupun lewat data
dokumentasi. Sumber data secara garis besar terbagi dalam dua
bagian yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data
yang diperoleh melalui sumber pertama melalui prosedur dan teknik
pengambilan data yang dapat berupa interview, observasi, maupun
pengukuran instrumen yang khusus dirancang sesuai dengan

7
Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta : Ghalia
Indonesia, 2002), hal. 82
9

tujuannya. Sedangan data sekunder adalah data yang diperoleh dari


sumber secara tidak langsung yang biasanya berupa data dokemntasi
atau arsip-arsip resmi. 8
Adapun yang menjadi data dalam penelitian ini adalah
a. Pimpinan Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul
Hikmah
b. Pembimbing program muhadhoroh Pondok Pesantren Tahfizh
Al-Qur’an Daarul Hikmah
c. Pengurus muhadhoroh Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an
Daarul Hikmah
d. Santri dan santriwati Pondok Pesantren Tahfizh Al-Quran
Daarul Hikmah
4. Tahapan-Tahapan Penelitian
a. Tahapan Invention
Tahapan ini adalah tahapan pra lapangan, tahapanini
digunakan untuk mendapatkan deskripsi secara global dari
obyek penelitian dan selanjutnya menghasilkan rancangan
penelitian. Dalam tahapan ini terdapat enam tahapan yang
diidentifikasi oleh peneliti, yaitu :
1) Menyusun perencanaan penelitian
2) Memilih lapangan penelitian
3) Mengurus perizinan penelitian
4) Menilai keadaan tempat penelitian
5) Memilih dan memanfaatkan informan
6) Menyusun kelengkapan penelitian
b. Tahap Discovery

8
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
2005),hal. 36
10

Tahapan ini merupakan pekerjaan di lapangan di mana


peneliti memasuki lapangan dengan melakukan interview,
pengamatan dan pengumpulan data serta dokumentasi.
Setelah memperoleh data kemudian peneliti mencatat dengan
cermat dan menganalisis data yang diperoleh dari lapangan
secara intensif.
c. Tahapan Explanation
Pada tahapan ini peneliti menelaah kembali seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan
dan pengumpulan data serta dokumentasi. Setelah itu peneliti
mengorganisir kembali hasil yang telah ditelaah untuk
dianalisis dengan mendeskripsikan data-data untuk mencari
kesimpulan hasil penelitian.
5. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah
program muhadhoroh Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an
Daarul Hikmah.
6. Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan judul di atas ‘’Program Muhadhoroh Pondok
Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah dalam
Meningkatkan Kemampuan Berkhutbah Santri’’ penulis lebih
menitikberatkan pada pembahasan tentang program muhadhoroh
dalam meningkatkan kemampuan santri itu sendiri juga termasuk
di dalam nya tahapan-tahapan serta metode yang dipakai dalam
meningkatkan kemampuan berkhutbah.
7. Metode pengumpulan data :
a. Observasi
11

Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan


untuk menghimpun data peneliti melalui pengamatan dan
9
pengindraan. Teknik pada penelitian ini peneliti menyaksikan dan
langsung ikut serta kegiatan muhadhoroh di pondok pesantren
Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah guna memperoleh data-data yang
akurat mengenai objek penelitian.
b. Wawancara
Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan wawancara mendalam
(dept interview), memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
melalui metode Tanya jawab berupa pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan langsung baik dengan menggunakan atau tanpa pedoman
wawancara. 10
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
11
monumentasl dari seseorang. Dalam penelitian ini penulis
mengumpulkan dokumentasi yang berkaitan dengan kegiatan
muhadhoroh di pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah baik
berupa buku, tulisan, atau foto kegiatan muhadhoroh. Dokumen ini
digunakan untuk melengkapi data-data hasil penelitian yang
sebenarnya telah dilakukan.
8. Analisis Data
Dalam menganalisis data ini, penulis menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif, di mana teknik ini penulis gunakan untuk

9
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010), hal.115
10
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, kebijakan
Politik dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta : Kencana, 2010), Cet.4 hal.108
11
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Pendekatan Kualitatif dan R&D),
(Bandung: Alfabeta, 2011)
12

menggambarkan, menuturkan, melukiskan serta menguraikan data


yang bersifat kualitatif yang telah penulis peroleh dari hasil metode
pengumpulan data.
E. Tinjauan Pustaka
Peneliti menggunakan beberapa penelitian yang telah
melakukan kajian penelitian terdahulu seperti :
1. Skripsi yang ditulis oleh Rini Rasmayanti jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarifhidayatullah Jakarta dengan judul ‘’Pengaruh
Pelatihan Muhadhoroh Terhadap Kemampuan Berpidato Santri
Pondok Pesantren Nurul Achmad Kecamatan Mauk Kabupaten
Tangerang’’. Hasil dari skripsi ini adalah penelitian ini dapat
meningkatkan kemampuan berpidato santri. Namun tingkat
kemampuan berpidato santri laki-laki dan perempuan berbeda.
Kemampuan berpidato santriwati/ santri putri lebih unggul dari
kemampuan berpidato santri putra. Hal ini di buktikan karena
santriwati lebih semangat dalam melaksanakan latihan
muhadhoroh. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
berbeda dengan pendekatan yang dipakai oleh peneliti dan
memiliki subjek dan objek penelitian yang berbeda.
2. Skripsi yang ditulis oleh Rizka Aulia Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarifhidayatullah Jakarta dengan judul ‘’Pembinaan Calon
Mubaligh Melalui Muhadhoroh di Yayasan Yatim Piatu Miftahul
Ulum Gandul Depok’’. Penelitian ini berisi tentang usaha yang
dilakukan yayasan Yatim Piatu Miftahul Ulum Gandul Depok
dalam pembinaan calon mubaligh melalui muhadhoroh dan
13

metode yang digunakam yayasan Miftahul Ulum dalam membina


calon mubaligh.
3. Skripsi yang ditulis oleh Nur Shafwatillah Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarifhidayatullah Jakarta dengan judul ‘’Peranan Pondok
Pesantren Al-Karimiyah Sawangan Depok dalam Mencetak
Kader Muballigh Melalui Muhadhoroh’’. Penelitian ini berisi
tentang peranan Pondok Pesantren Al-Karimiyah dalam mecetak
muballigh melalui program muhadhoroh.

F. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian skripsi ini, agar lebih sistematis dan saling
berhubungan antara satu bab dengan bab berikutnya. Maka penulisan
skripsi ini dibagi menjadi 5 bab. Adapun susunannya adalah sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini peneliti memaparkan tentang latar belakang masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini peneliti memaparkan beberapa landasan teori-teori
relevan yang digunakan dalam penulisan skripsi yang diperoleh dari
berbagai sumber seperti buku referensi maupun internet
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini peneliti memaparkan tentang gambarran umum
Pondok Pesantren Tahfzh Al-Qur’an Daarul Hikmah Serua Ciputat.
BAB IV
14

Dalam bab ini peneliti memaparkan hasil temuan data yang


dilapangan mengenai program pelatihan muhadhoroh dalam
meningkatkan kemampuan berkhutbah santri di pondok pesantren
Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah.
BAB V PENUTUP
Pada bab terakhir ini, peneliti mengakhiri skripsi ini dengan
memberikan kesimpulan yang berfungsi menjadi jawaban umum dari
bab 1 sampai dengan bab 4, serta diikuti saran dari peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Program Muhadhoroh
1. Pengertian Muhadhoroh
Muhadhoroh secara etimologi, muhadhoroh berasal dari
bahasa Arab dari kata (haadoro-yuhaadiru-muhaadorotan) yang
12
berarti ‘’ada, atau hadir, menghadirkan)’’. Kata muhadhoroh
merupakan bentuk masdar mim (kata benda yang bercirikan
huruf ‘’mim’’ dengan faidah muthowaah (bermakna saling). Jadi
secara etimologi Muhadhoroh dapat diartikan sebagai suatu
proses interaksi.
Nasarudin Latif mendefinisikan muhadhoroh secara
13
bahasa yaitu ‘’terjemah keagamaan atau tabligh atau khutbah’’.
Idrus Alkaf dalam kmus tiga bahasa Almanar, mengartikan
muhadhoroh yaitu sebagai ceramah, kuliah. Sedangkan Peter
Salim dalam kamusnya mengartikan muhadhoroh adalah
pencurahan pikiran dan perasaan. 14
Secara terminologi, muhadhoroh mempunyai beberapa
arti, seperti yang dikemukakan pakar berikut ini, H.S.M
Nasarudin Latif mendefinisikan sebagai ‘’ceramah keagamaan
atau tabligh atau khutbah yang pada hakikatnya merupakan suatu
bentuk hubungan (communication), yang berupa penyampaian
ajaran-ajaran islam yang diselenggarakan dalam

12
Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab – Indonesia Al-Munawwir,
(Yogyakarta:Pustaka Progresif), cet ke-2, h.295
13
S.M Nasarudin Latif, Teori dan Praktik Dakwah (Jakarta: Zulhijjah 1391
H/1970).
14
Idrus Alkaf, Kamus Tiga Bahasa Almanar Arab – Indonesia – Inggris,
(Surabaya: Karya Utama.t.t) h.80

15
16

suatu masjid, surau, gedung pertemuan, ataupun tempat-tempat


15
lainnya. kegiatan muhadhoroh juga tidak terfokus hanya pada
kegiatan pidato atau ceramah, akan tetapi juga ada kegiatan
diskusi, pelatihan MC, dan masih banyak lagi hasil lain yang
dapat dirasakan dari kegiatan muhadhoroh.
Muhadhoroh adalah pembahasan sebuah tema yang
disampaikan seorang penceramah di depan banyak orang atau
berbagai pengetahuan yang tersusun secara sistematis untuk tema
tertentu. Muhadhoroh memiliki warna ilmiah tertentu yang
disampaikan kepada orang banyak oleh seseorang yang mampu
menyampaikan dengan baik.
Muhadhir adalah orang yang menyampaikan ceramah di
depan orang banyak. Dalam ungkapan bahasa arab dikatakan
bahwa muhadhir adalah orang yang duduk bersama mereka,
menjadi pembicara di antara mereka dengan apa yang
dibawakannya.
Dalam muahdhoroh para da’I membahas dakwah, ajaran
agama, aktualisasi kebenaran dan keindahan agama, serta hal-hal
yang terjadi seputar tujuan dan muatan agama. 16
Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan
bahwa muhadhoroh merupakan suatu bentuk komunikasi publik
yang dilaksanakan di suatu temat tertentu dan terdapat
penceramah serta pendengar. Tujuan dari muhadhoroh adalah
untuk memberikan informasi atau ceramah keagamaan, melatih
kemampuan dan kreativitas santri dalam berkhutbah.

15
S.M Nasarudin Latif, Teori dan Praktik Dakwah (Jakarta : Zulhijjah 1391 H/
1970)
16
Taufi Al-Wa’iy Dakwah Ke Jalan Allah (Muatan Sarana dan Tujuan),
(Jakarta : Robbani Pres, 2010), h. 409
17

2. Prinsip-prinsip dan rambu-rambu muhadhoroh


a. Prinsip pertama pemilihan tema yang tepat, yang disusun
secara ilmiah dan sistematis. Tema harus menyentuh sisi
keuntungan duniawi dan tidak terbatas pada balasan akhirat
saja. Hal ini agar umat manusia mengetahui buah kebaikan
dari pengorbanan yang mereka lakukan dalam bentuk amal
soleh di dunia dan akhirat. Dengan demikian, dada mereka
semakin lapang terbuka dan semangat mereka semakin kuat,
terbua cita-cita mereka dan bergairah dalam menggapai
obsesinya.
b. Prinsip kedua adalah merujuk pada referensi yang cocok
dengan tema. Hal ini karena seorang da’i berpegang kepada
referensi yang menerangkan dan menguatkan fikiran
dakwahnya. Seorang da’I adalah seperti yang dikatakan ‘’jika
engkau menukil (menyalin), referensi adalah pegangannya ;
jika engkau mengklaim, dalil (bukti) adalh landasannya.’’
c. Prinsip ketiga tidak berpanjang-panjang dalam penyampaian,
dalam bunga-bunga kata dan ungkapan. Hal ini dikarenakan
muhadhoroh memiliki tema dan tujuan agar peserta dapat
terpuaskan oleh informasi baru dan mendapatkan manfaat.
d. Prinsip keempat, membatasi poinn pembahasan dengan jelas
dan tidak pindah ke poin berikutnya kecuali setelah
menerangkan dan memberikan dalilnya dengan lengkap.
Tidak lari dari tema serta tidak berpanjang lebar yang dapat
membuat para pendengar kabur perhatiannnya dari tema
utama dan keesimpulan yang harus sampai kepada pendengar.
e. Prinsip kelima, lapang dada ketika berdialog dan berdiskusi,
bersama dengan yang setuju atau yang berbeda, bersama
18

dengan yang memahami maupun yang lainnya. hal ini


dikarenakan lapang dada akan memunculkan kepercayaan
dari orang yang hadir serta keikutsertaan dan penghargaan
mereka.17
3. Metode
Metode dakwah juga bisa digunakan sebagai metode
muhadhoroh. Hal ini dikarenakan muhadhoroh merupakan suatu
pelatihan untuk berdakwah. Dengan memahami metode dakwah,
dakwah dapat tersampaikan tepat sasaran dan dapat diterima oleh
mad’u (pendengar).
Kata ‘’metode’’ sudah menjadi bahasa Indonesia yang
memiliki pengertian suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang
ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu
tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia. Metode dakwah yang
dicakup yaitu ada tiga metode yaitu: hikmah, mau’idzah hasanah
dan mujadalah. Hal ini tertera dalam Al-Qur’an surat An-Nahl
ayat 125 yang berbunyi :

ۚ ‫يل َرب َِّك بِ ْال ِح ْك َم ِة َوالْ َم ْى ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة ۖ َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِي ِه َي أَحْ َس ُه‬
ِ ِ‫ع إِلَ ٰى َسب‬
ُ ‫ا ْد‬
‫ض َّل َع ْه َس ِبي ِل ِه ۖ َوه ُ َى أَ ْعلَ ُم ِب ْال ُم ْهتَ ِديه‬
َ ‫ِإ َّن َرب ََّك هُ َى أَ ْعلَ ُم بِ َم ْه‬

yang artinya : Serulah (Manusia) kepada jalan tuhan-mu


dengan hikmah dan pelajaran yang baik serta bantahlah mereka
dengan cara yang baik sesungguhnya tuhanmu Dialah yang lebih
baik mengetahui siapa yang tersesat di jalan-Nya dan yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Qs. An-
Nahl :125)
17
Dr. Taufik Al-Waiy, Dakwah Ke Jalan Allah (muatan Sarana dan Tujuan), (Jakarta:
Robbani Press 2010), h.414
19

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa metode dakwah


ada tiga macam :

a. Bil hikmah : yaitu cara-cara penyampaian pesan dakwah


yang sesuai dengan keadaan penerima dakwah. 18
Secara etimologi al-hikmah mempunyai arti al-adl
(keadilan), al-hilmu (kesabaran), al-nubuwah yang dapat
mencegah seseorang dari kebodohan, mencegah seseorang
dari kerusakan dan kehancuran, setiap perkataan yang
cocok dengan al-haq (kebenaran), juga meletakakkan
19
sesuatu pada tempatnya.
Secara terminologi, hikmah adalah memperhatikan situasi
dan kondisi sasaran dakwah, materi yang diberikan tidak
memberatkan amd’u, tidak membebani sesuatu yang
memberatkan sebelum jiwa menerimanya.
b. Mau’izah hasanah : menurut Abdullah bin Ahmad An-
Nasafi yang dikutip oleh H. Hasanuddin ‘’Al-Mau’izah al-
Hasanah’’ adalah (perkataan-perkataan) yang tidak
tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan
nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau
dengan Al-Qur’an. 20
c. Al-Mujadalah : menurut tafsir An-Nafasi al-Mujadalah
mengandung arti: berbantahan dengan baik yaitu dengan
jalan yang sebaik-baiknya dalam bermujadalah. Antara
lain dengan perkataan yang lunak, lemah lembut, tidak

18
Drs. Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta, 2011). h. 288
19
Muhammad Husain Abdullah, Metodologi Dakwah dalam Al-Qur’an
(Jakarta : Lentera, 1997). Cet ke-1. h.40
20
Drs. Wahidin Saputra, MA. Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta, 2011), h.
251
20

dengan ucapan yang kasar atau dengan menggunakan


suatu perkataan yang bisa menyadarkan hati, membangun
jiwa dan menerangi akal pikiran, ini merupakan penolakan
bagi rang-orang yang enggan melakukan perdebatan
dalam agama. 21
B. Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Pesantren merupakan lembaga pendidikan dengan bentuk
khas sebagai tempat di mana proses pengembangan keilmuan,
moral dan keterampilan para santri menjadi tujuan utamanya.
Istilah pesantren berasal dari kata santri dengan awalan ‘’pe’’ dan
akhiran ‘’an’’ yang berart tempat tinggl santri. Kata santri sendir
menurut John berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru
mengaji. 22
Pesantren sebagaimana dikatakan oleh Didin Hafiduddin
23
adalah salah satu lembaga iqamatuddin. Lembaga-lembaga
iqamatuddin memiliki dua fungsi utama, yaitu :
a. Sebagai tempat tafaqquh fiddin (pengajaran, pemahaman, dan
pendalaman ajaran agama Islam).
b. Indzar (menyampaikan dan mendakwahkan ajaran islam
kepada masyarakat)
Kontjoroningat mengatakan ‘’pondok dengan orang yang tinggal
di rumah orang lain, tapi pondok dimaksud di sini adalah rumah
atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bambu atau

21
Drs. Wahidin Saputra. Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: 2011), h. 251.
22
Abdun Muin M, dkk. Pesantren dan Pengembangan Ekonomi Umat,
(Jakarta: CV. Prasasti). 2007, h. 17
23
Umi Musyarofah, Dakwah KH. Hamam Dja’far Dan Pondok Pesantren
Pabelan, (Jakarta: UIN Jakarta Press), 2009, h. 21
21

lainnya, tempat para santri tidur (menginap) setelah mereka


belajar.24
Menurut Nurcholis Majid, pesantren berasal dari kata
‘’santri’’ digambarkan menjadi dua pengertian yaitu, pertama
bahwa ‘’santri’’ itu berasal dari kata ‘’sastri’’. Sebuag kata dari
bahasa sanskerta yang artinya ‘’melek huruf’’. Pada permulaan
tumbuhnya kekuasaan politik Islan di Demak, kaum santri adalah
kelas ‘’Literary’’ bagi orang Jawa. Ini disebabkan karena
pengetahuan mereka tentang agama melalui kitab-kitab bertulisan
dan berbahasa Arab. 25
Dari sini di dapat diambil kesimpulan bahwa menjadi
santri berarti juga menjadi orang yang mengerti agama (melalui
kitab-kitab tersebut).
Kedua, santri berasal dari bahasa Jawa, yaitu dari kata
‘’Cantrik’’, yang artinya seseorang yang selalu mengikuti seorang
guru kemanapun guru ini pergi menetap. Tentunya dengan tujuan
dapat belajar darinya mengenai suatu keahlian. Pola hubungan
‘’guru-cantrik’’ menjadi ‘’guru-santri’’. Karena guru dipakai
secara luas dan mengandung arti luas, untuk guru yang terkemuka
kemudian digunakan kaat Kyai, yang mengandung arti tua atau
sakral, keramat dan sakti. Pada perkembangan selanjutnya,
dikenal istilah Kyai-santri. 26
Jadi menurut definisi di atas pondok pesantren merupakan
tempat tinggal untuk santri dalam mempelajari dan mendalami
agama Islam yang diajarkan oleh seorang bernama Kyai.

24
Umi Musyarofah, Dakwah KH. Hamam Dja’far dan pondok Pesantren
Pabelan, (Jakarta: UIN Jakarta Press), 2009, h.22
25
Nurcholis Majid, Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan, h.19
26
Nurcholis Majid, h.20
22

2. Bentuk-Bentuk Pesantren
Menurut buku ‘’Dakwah Kh. Hamam Dja’far dan Pondok
Pesantren Pabelan’’ yang ditulis oleh Umi Musyarofah pesantren
sebagai lembaga iqomatuddin dalam kenyataannya
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Pengelompokan ini
berdasarkan karakteristik pengajaan dan penyampaian yang
dilakukan oleh pesantren tersebut. 27
Secara garis besar bentuk pesantren dibedakan menjadi
tiga yaitu:
a. Pesantren Tradisional
Pesantren tradisional adalah pesantren yang masih
kuat memegang pola tradisional dari segi penyampaian dan
pengajaran nilai-nilai islam. Ciri dari pesantren ini adalah
kitab-kitab yang dipelajari masih dengan cara atau system
sorogan, bandongan maupun weton.
b. Pesantren Tradisional Modern
Pesantren Tradisional Modern adalahpesantren yang
menggabungkan system tradisional di satu sisi dan sisi lain
menggunakan system madrasah (klasikal), yang mengarah
keada system atau pola modern dar segi penyampaian dan
pengajaran nilai-nilai islam. Ciri pesantren ini adalah
kewenangan seorang kiyai tidak mutlak lagi, akan tetapi
sudah ada pembagian tugas diantara para pengurusnya.
c. Pesantren Moodern

27
Umi Musyarofah, Dakwah KH. Hamam Djafar dan Pondok Pesantren Pabelan,
(Jakarta: UIN Jakarta Press), 2009, h.22-24.
23

Pesantren Modern adalah pesantren yang


menggunakan system modern (baru) dari segi penyampaian
dan pengajaran materi. Ciri dari ppesantren ini adalah:
1) Memakai cara diskusi dan Tanya jawab dalam
penyampaian materinya
2) Adanya pendidikan kemasyarakatan
3) Santri diberi kebebasan sebebas mungkin, akan tetapi
harus bertanggung jawab.
4) Adanya organisasi pelajar yang mengatur aktivitas santri.
3. Unsur-Unsur Pesantren
Pesantren sebagai lembaga pendidikan islam merupakan
sarana penting untuk memberikan pengetahuan kepada santri dan
masyarakat. System kelembagaan pesantren terdiri dari beberapa
unsur yang saling berkaitan satu sama lain. Unsur-unsur tersebut
adalah :
a. Unsur Kiyai
Kiyai menduduki posisi strategis dan peran sentral dalam
kehidupan suatu pesantren. Posisi sentral mereka terkait
dengan kedudukannya sebagai orang yang terdidik, ali, dan
memiliki kemampuan ekonomi yang memadai di tengah
masyarakat. Kyai tidak hanya mengajar dan mendidik santri,
lebih dari itu kiyai mengatur kehidupan ekonomi, rohani,
mobilitas dan seluruh lalu lintas kegiatan dalam pesantren. 28
Keberadaan pesantren tidak bisa lepas dari seorang kiyai, ia
yang memberi landasan system, tempat dimana ia
mengembangkan ajaran dan pengaruhnya melalui pengajaran.

28
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiyai,
(Jakarta: LP3ES), 1982 h.50.
24

Kyai hanya bertugas sebagai dewan penasehat ppesantren


atau mengajar kepada santri dalam mata pelajaran tertentu
dalam alokasi waktu yang terbatas. 29
b. Unsur Santri
Santri juga meruakan unsur penting dalam sebuah pesantren,
kiyai tanpa santri ibarat raja tanpa rakyat. Santri adalah orang
yang sedang mengenyam pendidikan agama di pesantren.
Selama menimba ilmu di pesantren ia juga akan ditanamkan
nilai-nilai yang membentuk karekternya. Nilai-nilai itu
tercermin dalam panca jiwa yang dimiliki semua santri yaitu :
keihlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwh islamiyah,
dan kebebasan.
Dalam tradisi pesantren dapat ditemukan dua macam status
santri yaitu santri mukim dan santri kalong. 30
1) Adapun yang dimaksud dengan santri mukim adalah
murid-murid yang berasal dari daerah dank arena itu
memiliki probabilitas yang tinggi untuk menetap di dalam
kompleks pesantren. Biasanya santri mukim inilah yang
akan di pesantren dalam waktu lama.
2) Sedangkan yang dimaksud santri kalong adalah mereka
yang berasal dari sekeliling pesantren. Mereka ini
memiliki rumah yang letaknya tidak jauh dari pesantren.
Santri di pesantren mengemban amanah untuk belajar di
pesantren mendalami ajaran agama islam (tafaqqoh fiddin)

30
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiyai,
(Jakarta: LP3ES), 1982 h.51.
25

guna memperoleh bekal ilmu yang mencukupi sebagai modal


untuk berjuang menyebarkan agama islam.
c. Unsur Pondok/Asrama
Ketersediaan pondok atau asrama santri merupakan syarat
pokok suatu pesantren, oleh karena itu sebutan untuk lembaga
semacam ini terkenal dengan nama ‘’pondok pesantren’’. Ada
beberapa alasan pokok pentingnya unsur pondokmdalam
suatu pesantren :
1) Banyaknya santri dari daerah yang jauh untuk menuntut
ilmu kepada seorang kyai yang termasyhur
2) Adanya hubungan timbal balik antara kiyai dan santi
3) Suasana belajar santri dan perilaku kehidupan santri dspat
terawasi dan dibimbing Kyai. Sehingga penanaman nilai-
nilai pengalaman terhadap ilmu-ilmu yang diperoleh
dalam setiap proses pembelajaran yang diikutinya.
d. Unsur Masjid
Secara historis masjid adalah lembaga pendidikan islam yang
telah ada sejak zaman nabi Muhammas SAW. Di masa itu,
masjid bukan saja sebagai pusat pendidikan dan pengajaran,
tapi juga sebagai pusat kegiatan lainnya.
Masjid merupakan unsur yang tak dapat dipisahkan dengan
pesantren dan dapat dianggap sebagai tempat yang paling
tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktik
sholat dan khutbah serta pengajaran kitab-kitab klasik. 31
e. Unsur Pengajaran Kitab-Kitab Klasik

31
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiyai,
(Jakarta: LP3ES), 1982 h.51.
26

Secara sederhana kitab-kitab islam klasik yang berbahasa arab


dan ditulis dengan aksara arab serta dapat dipahami sebagai
kitab kuning atau kitab gundul. Kitab-kitab ini biasanya
mempunyai format tersendiri yang ditulis di atas kertas
berwarna ke kuning-kuningan. Akan tetapi Azra
menambahkan bahwa kitab kuning tidak hanya menggunakan
bahasa arab, akan tetapi juga bahasa lokal (daerah) seperti
melayu, jawa dan bahasa lokal lainnya.
Dengan demikian, selain ditulis oleh ulama Timur Tengah.
Juga ditulis oleh ulama Indonesia sendiri. 32
C. Kemampuan
Menurut Wikipedia kemampuan adalah kapasitas seseorang
individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. 33
Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, kemampuan berasal
dari kata ‘’mampu’’ yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan
sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan.
Pendapat lain menurut Akhmad Sudrajat adalah
menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu
memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu
tindakaan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam diri
individu tersebut. Proses pembelajaran yang mengharuskan siswa
mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki. 34
Adapun faktor yang yang mempengaruhi kemampuan
menurut Robbins terdiri dari dua faktor yaitu:

32
Azyumardi Azra, Pendidikan dan Modernisasi Menuju Millenial Baru, (Jakarta,
Logos Wacana Ilmu), 1998, h.111.
33
https://id.m.wikipedia.org diakses 2 Juni 2020 pukul 10:29
34
https:ian43.wordpress.com/2010/12/23pengertian-kemampuan/ diakses 1 Juni
2020 pukul 10:42
27

1. Kemampuan Intelektual, kemampuan intelektual adalah


kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai
aktivitas mental, berpikir, bernalar, dan memecahkan
masalah.
2. Kemampuan Fisik, kemampuan fisik ialah kemampuan
tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan,
kekuatan dan karakteristik rupa.
D. Berkhutbah
1. Pengertian Khutbah
Khutbah menurut Tata Sukayat adalah ucapan, ceramah,
atau pidato dan istilah-istilah lainnya yang semakna dengan
khutbah. 35
Sedangkan khutbah menurut Taufik Al-Wa’iy adalah
sarana dalam dakwah untuk menyamppaikan pesan dan
menerangkan fikiran tertentu. Diantara sasaran khutbah adalah
membawa pendengar untuk menyimak, menerima dan
membangkitkan rasa dalam hatinya terhadap fikrah yang
36
disampaikan dan diserukan oleh khotib. pendengar menjadi
bersemangat kepada fikrah itu dan mempersiapkan diri untuk
membela fikrah itu dengan jiwa raga ketika diperlukan. Hal ini
tidak cukup dengan bukti-bukti logis yang kering atau
argumentasi akal semata, tetapi dengan menggetarkan rasa dan
berbicara dengan hati.
Nabi Muhammad SAW mengingatkan untuk berkhutbah
dengan singkat dan padat. Sebab semakin singkat dan padat,
semakin tampak juga kecerdasan sang pengkhutbah. Diksi juga

35
Tata Sukayat, Quantum Dakwah (Jakarta: Rineka Cipta), h. 128
36
Dr. Taufik Al-Wa’iy, Dakwah ke Jalan Allah (Jakarta: Robbani Press), h. 391
28

menentukan perhatian dan kesan audiens. Hal ini yang


seharusnya dilakukan oleh seorang pengkhutbah agar pesan yang
disampaikan dapat diterima oleh audiens. Pemilhan topik juga
harus diusahakan agar mudah menarik dan mudah diingat. Pesan
khutbah juga berisi pemberian motivasi kepada audiens, tidak
hanya untuk semangat beribadah tapi juga untuk semangat
hidup.37
2. Pokok-pokok isi khutbah
Menurut Tata Sukayat, secara struktur teks khutbah ideal
sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah
sebagai berikut:
a. Mengucapkan hamdalah serta puji-pujian kepada
Allah AWT
b. Meminta pertolongan kepada-Nya
c. Memohon ampunan kepada-Nya
d. Memohon perlindungan kepada-Nya
e. Membaca dua kalimat syahadat
f. Membaca sholawat kepada Nabi SAW
g. Wasiat takwa
h. Memberikan peringatan, mengabarkan kabar gembira
kepada mereka yang taat dan memberi ancaman bagi
mereka yang sesat
i. Memberikan nasehat keagamaan kepada masyarakat,
dan lain-lain 38
3. Teknik dalam Khutbah
a. Teknik persiapan khutbah

37
Moh. Ali Aziz, Bersiul di Tengah Badai: Khutbah Penyemangat Hidup (Surabaya:
UIN Sunan Ampel Press, 2015). H.iii-iv.
38
Tata Sukayat, Quantum Dakwah, h.133
29

Teknik persiapan khutbah ada empat macam yaitu :


impromptu, manuskrip, memoriter dan ekstempore.
1) Pidato Impromptu, yaitu pidato yang disampaikan
tanpa persiapan dan hanya mengandalkan
kemampuan, pengetahuan dan pengalaman.. pidato ini
biasanya dilakukan dalam keadaan darurat dan tidak
terduga. 39
persiapan pidato harus dilakukan, namun kondisi yang
memaksa seseorang untuk berpidato tanpa adanya
persiapan waktu yang cukup. Inilah yang terjadi pada
pidato impromptu. Pidato ini sebisa mungkin harus
dihindari, akan tetapi jika keadaan tetap memaksa,
maka jika ada waktu walaupun sedikit digunakan
untuk membuat garis besar atau rencana pidato dalam
pikiran atau kertas-kertas kecil yang ada pada
pembicara. 40
2) Pidato manuskrip (membaca atau naskah, yaitu pidato
dengan menggunakan naskah yang telah dibuat
sebelumnya dan biasanya dipakai pada acara-acara
resmi yang dibacakan secara langsung. cara demikian
dilakukan agar tidak terjadi kekeliruan, karena setiap
kata yang disampaikan dalam situasi dan kondisi
resmi akan disebarluaskan dan dijadikan panutan oleh
masyarakat dan dikutip di media massa. 41

39
Andri Yanuarita, Langkah Cerdas Mempersiapkan Pidato dan MC
(Yogyakarta:Teranova Books, 2012), h. 24
40
Sunarto AS, Retorika Dakwah : Petunjuk Menuju Peningkata Kemampuan
Berpidato (Surabaya: Jaudar Press, 2014), h. 40
41
Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis (Bndung: Remaja
Rosdakarya, 1996), h.17
30

3) Pidato memoriter (menghafal), yaitu pidato yang


dilakukan dengan dengan membuat rencana pidato
lalu menghafalkannnya kata per kata. Naskah yang
dibuat sebelumnya bukan untuk dibaca, melainkan
42
untuk dihafalkan. pada pidato ini, yang penting
pembicara memiliki kemampuan menghafal teks
pidato dan mengingat kata-kata yang ada di dalamnya
dengan baik.
Seperti halnya pidato manuskrip, memoriter juga
memiliki keuntungan yaitu memungkinkan ungkapan
yang tepat, organisasi yang berencana, pemilihan
bahasa yang teliti, gerak dan isyarat yang
diintregasikan dengan uraian.
4) Pidato ekstempore, yaitu pidato yang disiapkan
dengan menjabarkan materi pidato yang terpola secara
lengkap. Arti dari terpola adalah materi yang akan
disampaikan harus disiapkan garis-garis besar isinya
dengan menuliskan sesuatu yang dianggap paling
penting untuk disampaikan.
Pidato ini amat dianjurkan karena penyampaian yang
akan disajikan telah disiapkan dalam bentuk kerangka
pidato., lalu dikembangkan dan disajikan dalam
pidato. 43
Keuntungan dari pidato ini adalah komunikasi
pendengar dan pembicara lebih baik, karena
pembicara berbicara langsung kepadanya: pesan dapat

42
Andri Yanuarta, Langkah Cerdas Mempersiapkan Pidato dan MC, h. 26
43
Andri Yanuarta, Langkah Cerdas Mempersiapkan Pidato dan MC, h. 25
31

fleksibel untuk diubah sesuai dengan kebutuhan dan


penyajiannnya.
b. Teknik Mukadimah/ Cara Membuka Khutbah
Hendaknya mukadimah dibuat menarik untuk
pendengar, menarik perhatian mereka dan menjadi pintu
masuk yang akan dilalui semua fikrah ke dalam hati dan
perasaan pendengar. Terkadang perhatian mereka tertarik
pada peristiwa yang terjadi di sekelilingnya dan peristiwa
yang masih menjadi perhatian mereka. Dengan waktu
bersamaan peristiwa itu sangat berkaitan erat dengan trma
44
yang akan disampaikan. selain itu untuk mengawali pidato
bisa juga dilakukan dengan meceritakan sebuah cerita
sederhana yang lengkap memiliki bagian awal, tengah dan
akhir cerita. Dngan kata lain bisa menceritakan sebuah
lelucon atau anekdot yang lucu. 45
Menurut Jalaluddin Rahmat, Teknik membuka pidato
antara lain :
1) Langsung menyebutkan teknik pidato
2) Melukiskan latar belakang masalah
3) Menghubungkan dengan peristiwa mutakhir
4) Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang
diperingati
5) Menghubungkan dengan tempat atau lokasi pidato
6) Menghubungkan dengan audiens pidato
7) Menghubungkan dengan kejadian sejarah
8) Menghubungkan dengan kepentingan vital audiens

44
Dr. Taufik Al-Wa’iy, Dakwah ke Jalan Allah, h. 392
45
Natalie H. Rogers, Berani Bebicara di Depan Publik (Bandung: Nuansa Cendekia,
2003), h. 56
32

9) Memberikan apresiasi pada audiens


10) Memulai dengan pernyataan yang mengejutkan
11) Mengajukan ppertanyaan
12) Menyatakan kutipan baik dari kitab suci maupun
perkataan tokoh
13) Menceritakan pengalaman pribadi
14) Mengisahkan cerita factual atau fiktif
15) Menyatakan teori
16) Serta membuat humor 46
c. Teknik Penutupan Khutbah
Menurut Syahroni Ahmad Jaswadi, ada tujuh untuk
menutup pidato
1) Menyampaikan kata-kata terkenal
2) Memberikan rangkuman seluruh pidato
3) Merangkum setiap sub pokok pembahasan
4) Mengemukakan cerita singkat
5) Menyampaikan pujian pada audiens
6) Menyampaikan ajakan emosional
7) Mengemukakan ajakan yang aksional 47
d. Teknik Pemilihan Bahasa Khutbah
Setiap khutbah pasti mengandung unsur pesan yang
akan disampaikan kepada pendengar. Dalam hubungannya
dengan menyampaikan pesan, khutbah merupakan seni
berbicara di depan umum. Menurut Aristoteles dalam Buku
Retorika Monologika yang ditulis oleh Wahidin Saputra ada

46
Jalaludin Rahmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, h. 19
47
Syahroni Ahmad Jawadi, Teknik Pidato dalam Pendekatan Dakwah (Surabaya: Dakwah
Digital Press, 2012), h.67
33

lima tahapan membuat pidato yang sering dikenal dengan (the


five spirit of rethoric) atau lima hukum retorika.
1) Invention (menemukan bahan atau topic pidato)
2) Disposition ( penyusunan bahan/materi)
3) Elucutio (memilih bahasa yang indah)
4) Memoria (mengingat bahan/ materi)
5) Ponoun-tatio (menyampaikan dakwah lisan)
Dari kelima langkah tersebut Elucutio inilah yang
banyak disebut sebagai style dalam berpidato. Pada zaman
klasik, banyak outoritas yang mengajarkan bahwa dasar dari
style adalah kesopanan, keindahan, kejelasan dan ketepatan
dalam penyusunan kata.
Menurut Jalaluddin Rakhmat, ada tiga kriteria
pemilihan bahasa pidato yang baik :
1) Kata-kata harus jelas, untuk itu beberapa hal harus
diperhatikan oleh pembicara :
a) Menggunakan istilah yang spesifik atau kata yang
tidak memiliki makna lebih dari satu
b) Menggunakan kata-kata yang sederhana, mudah
dipahami dengan cepat oleh audiens
c) Menghindari istilah-istilah teknis, yaitu yang hanya
dikenal oleh satu kelompok atau pakar atau
professional tertentu sedangkan kelompok lainnya
tidak memahami istilah itu
d) Menghemat dalam menggunakan kata
e) Mengulangi pesan utama dengan bahasa redaksi
yang berbeda
34

2) Kata-kata harus tepat, untuk itu beberapa hal ini perlu


diperhatikan oleh pembicara :
a) Menghindari kata-kata klise, yaitu kata yang sering
diucapkan orang sehingga menjemuhkan telinga
audiens
b) Hati-hati menggunakan bahasa pasaran
c) Menggunakan sedikit bahasa asing
d) Hindari kata-kata yang tidak sopan
3) Kata-kata harus menarik, untuk itu perlu diperhatikan hal-
hal berikut:
a) Menggunakan kata yang dinamis dan dapat
mendeskripsikan keadaan yang sebenarnya
b) Menggunakan kata kiasan yang mudah dipahami
dan mudah diingat oleh audiens.
4. Adab umum yang seharusnya diperhatikan dalam berkhutbah
a. Memilih waktu yang tepat dan cocok, bukanlah hal yang baik
jika seseorang memulai khutbah mendahului waktu yang telah
ditentukan.
b. Memilki kecerdasan dan kewaspadaan, contohnya saat
meloloskan diri ketika ada pertanyaan atau penolakan yan
menjatuhkan dirinya.
c. Mujamalah (basa-basi) seperti dengan menyebutkan idola
audiens denga menghafal status mereka jika memungkinkan
d. Tidak mencela suatu kelompok
e. Memiliki cita rasa dan kepribadian yang baik 48
Seorang da’I harus memiliki kepribadian yang baik. Pribadi
yang kuat mampu menguasai pikiran dan logika pendengar.

48
Dr. Taufik Al-Wa’iy, Dakwah Ke Jalan Allah, h.401
35

5. Macam-macam Khutbah
a. Khutbah jum’at, khutbah ini dilakukan pada hari Jum;at
sebelum pelaksanaan sholat Jum’at.
b. Khutbah ‘Idul Adha, khutbah ini dilakukan pada hari Raya
Idul Adha dan dilaksanakan setelah sholat idul dua raka’at
setelah sholat Idul Adha.
c. Khutbah Idul Fitri, khutbah ini dilakukan setelah
melaksanakan sholat dua raka’at idul fitri
d. Khutbah Gerhana Matahari, khutbah ini dilakukan pada waktu
terjadinya gerhana matahari
e. Khutbah Gerhana Bulan, khutbah ini dilakukan pada saat
gerhana bulan
f. Khutbah gerhana Matahari, dilakukan pada saat ada gerhana
matahari.
g. Khutbah Istisqo, Khutbah ini dilakukan pada saat meminta
diturunkan hujan.
h. Khutbah nikah, dibacakan sebelum akad nikah dilaksanakan
dan tidak boleh dilakukan di tengah-tengah prosesi akad nikah
Khutbah - khutbah ini dilakukan sesudah sholat kecuali
khutbah nikah dan khutbah jum’at.49
E. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Kata atau istilah komunikasi merupakan terjemahan dari
bahasa Inggris ‘communication’ yang dikembangkan di Amerika
Serikat dan komunikasi pun berasal dari unsur persurat kabaran,
yakni journalism. Komunikasi menurut bahasa atau etimologi dalam

49
Syeikh Ibrahim Al-Bajuri, Al-Bajuri Juz 1, (Surabaya : Al-haromain), h.218
36

‘’Ensiklopedi Umum’’ diartikan sebagai ‘’perhubungan’’, sedangkan


terdapat dalam buku komunikasi berasal dari perkataan Latin, yaitu :
a. Communicare, yang berarti berpartisipasi ataupun
memberitahukan
b. Communis, yang berarti milik bersama ataupun berlaku di
mana-mana
c. Communis Opinion, yang berarti pendapat umum ataupun
pendapat mayoritas 50
d. Communico, yang berarti membuat sama51
e. Communication, yang bersumber dari kata komunis yang
berarti sama. Sama di sini maksudnya sama makna.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas penulis
menyimpulkan komunikasi secara etimologi dapat diartikan sebagai
suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan
makna.
Adapun pengetian komunikasi menurut istilah (terminologi)
dikemukakan oleh sarjana-sarjana yang menekuni ilmu komunikasi,
antara lain sebagai berikut:
a. Laswell (1960) mengatakan bahwa komunikasi pada dasarnya
merupakan suatu proses yang menjelaskan ‘’siapa’’,
‘’mengatakan apa’’, ‘’dengan saluran apa’’, ‘’kepada siapa’’
dan ‘’dengan akibat atau hasil apa’’ (who? Says what? In
wich channel? To whom? With ath effect?). 52

50
Phil Astrid S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktik (Bandung: Binacipta,
1997), h. 1.
51
Colin Cherry, World Communication: Threat or Promise? (New York: Jhon Wiley
& Sons, 1978), h. 2.
52
Michael Burgoon, Approaching Speech/Communication Process (New York: Holt,
Rinehart & Winston, 1974), h. 10.
37

b. Evveret M. Rogers mengemukakan bahwa ‘’komunikasi


adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada
suatu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah
tingkah laku mereka’’. 53
c. Carl I Hovland, mengatakan bahwa komunikasi adalah ‘’The
process by which an individuals (the communicator) transmits
stimuli (usually Verbal Symbols) to modify the behavior of
other individuals (communicants)’’ ‘’Proses di mana
seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-
perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-
kata) untuk mengubah tingkah laku orang lain (komunikan).
54

Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan


bahwa komunikasi secara terminologi dapat diartikan sebagai sebuah
proses penyampaian pesan melalui lambang-lambang kepada suatu
penerima atau lebih untuk mengubah tingkah laku mereka.
2. Level-level Komunikasi
a. Komunikasi Intrapribadi (Intra Personal Communication)
Komunikasi intrapribadi atau komunikasi intra personal
adalah proses penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi
dalam diri komunikator, antara diri sendiri. Komunikasi
intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari
individu dalam proses pemikiran internal individu. Dalam
komunikasi intrapersonal seorang individu menjadi pengirim
sekaligus sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik

53
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Rajawali Pers, 1998), h. 18.
54
Onong U. Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi (Bandung, Alumni, 1981), h. 78.
38

bagi dirinya sendiri dalam pproses internal yang


berkelanjutan. 55
b. Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses
perukaran makna antara orang-orang yang saling
berkomunikasi. pengertian proses mengacu pada perubahan
dan tindakan (action) yang berlangsung terus menerus.
Komunikasi antarpribadi juga merupakan suatu pertukaran,
yaitu tindakan penyampaian dan menerima pesan secara
timbal balik. Sedangkan makna, yaitu sesuatu yang
dipertukarkan dalam proses tersebut adalah kesamaan
pemahaman di antara orang-orang yang berkomunikasi
terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses
komunikasi. 56
c. Komunikasi Kelompok (Small Group Communication)
Menurut Alfin A. Goldberg dan Carl E. Larson, komunikasi
kelompok adalah suatu bidang studi, penelitian dan tterapan
yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada peroses
kelompok secara umum, tetapi pada tingkah laku individu
dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil. 57
d. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi merupakan proses penciptaan makna
atas interaksi yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat
dalam proses itu berinteraksi dan memberikan makna atas apa
yang terjadi.
55
Prof. Dr. H. Asep Muhtadi. M.A, Pengantar Ilmu Komunikasi. (Jakarta: CV
Pustaka Setia, 2015), h. 102.
56
Dr. Hj. Raudhonah, M.A, Ilmu Komunikasi. (Depok: Rajawali Pers, 2019), h. 48.
57
Alvin A. Goldberg dan Carl E. Larson, Komunikasi Kelompok Proses-Proses
Diskusi dan Penerapannya (Jakarta: UI Press, 1985), h. 6.
39

Bidang yang semakin diminati oleh para ahli organisasi


adalah hubungan personal di antara rekan kerja. Seperti kita
menambahkan waktu yang kita habiskan untuk pekerjaan,
maka bertambahnya hubungan personal di anatara rekan kerja
merupakan hal yang alami. Hal ini menambah daya tarik dan
komplikasi untuk kehidupan organisasi. 58

58
Julia T. Wood, Komunikasi Teori dan Praktik komunikasi dalam Kehidupan kita.
(Jakarta: Sa;emba Humanika, 2012), h. 14.
BAB III
GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN TAHFIZH
ALQUR’AN DAARUL HIKMAH

A. Sejarah Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah


Pondok pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah
didirikan pada 14 April 2014 oleh Ustadz Ruslan Abdul Gani yag
sekaligus menjadi pimpinan di pondok pesantren tersebut. Pada
mulanya pesantren ini hanya berupa rumah kontrakan yang
digunakan untuk bimbingan membaca dan menghafal Al-Qur’an bagi
anak-anak yang putus sekolah yang dibawa dari daerah Brebes dan
sekitarnya. Pada saat itu jumlah santri perdana hanya 4 orang anak.
Lokasi kontrakan pada saat itu berada di Jl. Kamboja Perumahan
Bukit Nusa Indah RT 05/ RW 11 Kelurahan Serua - Kecamatan
Ciputat - Tangerang Selatan Banten.
Dalam pejalanannya mendidik para penghafal Al-Qur’an
semakin mendapat respon yang baik dari warga sekitar. Hingga para
warga mendaftarkan anak-anak mereka untuk belajar membaca dan
menghafal Al-Qur’an. Tidak sampai di situ, dalam perjalanannya ada
dua orang muhsinin yang mewakafkan masing-masing satu kavling.
Untuk selanjutnya dikembangkanlah program bimbingan membaca
dan menghafal Al-Qur’an ini menjadi sebuah yayasan atau pondok
pesantren.
Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah ini adalah
lembaga pendidikan yang khusus berkonsentrasi pada pembelajaran
membaca dan menghafal Al-Qur’an yang prioritas peserta didiknya
berasal dari anak-anak yatim piatu dan dhuafa. Saat ini santri yang
berada di Daarul Hikmah berjumlah 50 santri baik yang berasrama

40
41

maupun non asrama yang terdiri dari tingkatan umur 8 sampai


dengan 20 tahun yang berada di wilayah kelurahan Serua Bukit Nusa
Indah, Serua Ciputat Kota Tangerang Selatan.
Dalam perkembangannya pondok pesantren Tahfizh Al-
Qur’an Daarul Hikmah juga akan membuka cabangnya di daerah
Jawa yaitu di Brebes, Jawa Tengah. Yang saat ini baru tersedia lahan
untuk pembangunannya. 59
B. Visi dan Misi
Adapun Visi dan Misi pondok pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daaarul
Hikmah sebagai berikut :
1. Visi
Terwujudnya peserta didik yang hafal Al-Qur’an pada usia dini,
berakhlak mulia, berpengetahuan luas dan mandiri
2. Misi
a. Mencetak hafidz/hafidzah yang berprestasi dan hafal Al-
Qur’an 30 Juz dalam tempo 3 (tiga) tahun
b. Meningkatkan standar bacaan imam rowatib dari sisi tahsin
hafalan Al-Qur’an
c. Menyebarluaskan program Tahfizh Al-Qur’an di 3 basis
pendidikan, yaitu sekolah, kampus dan masjid
d. Mengupayakan program tahfizh Al-Qur’an semudah mungkin
dan dapat dijangkau oleh semua kalangan
e. Mengupayakan santri dengan bekal keterampilan yang cukup
dan memadai supaya mampu hidup mandiri di kemudian hari
f. Mengupayakan terwujudnya suasana lingkungan yang
kondusif bernuansa Al-Qur’an

59
Wawancara Langsung dengan Pimpinan Pondok Pesantren Ustadz Ruslan Abdul
Gani Al-Hafidz, S.Pd.I 01 Mei 2020.
42

g. Memberikan bantuan dan santunan kepada anak-anak yatim


piatu dan fakir miskin
C. Struktur Pengurus Pesantren

PENDIRI DAN PIMPINAN


Ustad Ruslan Abdul Gani, Al-Hafidz, S.Pd.I

PELINDUNG
Lurah Serua Ciputat

PENASIHAT
KH. Ahmad Subhan Hasyim, Lc

SEKRETARIS
Ustadz Moh. Riswan, Al-Hafidz, S.Pd.i

BENDAHARA
Ustadzah Rumsiah

BAGIAN PENGASUHAN SANTRI


Ustadz Nurkholis, Al-Hafizh
Ustadzah Khostianah

BAG PENDIDIKAN & PENGAJARAN


Ustadz Sholahuddin Al-Ayubi, Al-Hafidz

BAG SARANA DAN PRASARANA


Ustadz Mustofa Masyhur
Ustadz Dede Sunendar

D. Sarana dan Prasarana


Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh pesantren
Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah Sebagai berikut:
43

1. Asrama putra
2. Asrama putri
3. Ruang pimpinan
4. Musholla
5. Kantor administrasi pesantren
6. Ruang belajar santri putra
7. Ruang belajar santri putri
8. Kamar mandi
9. Asrama guru/ustadz
10. Dapur
E. Program-Program
Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah adalah
pesantren yang berfokus pada program membaca dan menghafal Al-
Qur’an. Dalam rangka mengembangkan kemampuan santri maka
pesantren memiliki beberapa program penunjang diantaranya
1. Program sekolah kesetaraan (setara SD, SMP, SMA)
Program ini merupakan program pencapaian kompetensi
lulusan secara nasional pesantren salafiyah di bawah naungan
Kementerian Agama. Program Diniyah formal ini terdiri dari tiga
tingkat, yaitu Ula (dasar), wustho (menengah) dan ‘ulya (atas).
Lulusan program kesetaraan ini nantinya mempunyai hak
eligibilitas yang sama dengan pendidikan formal lainnnya. Bisa
digunakan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih
tinggi atau untuk memasuki lapangan kerja.
2. Program pelatihan guru Al-Qur’an
Program ini merupakan program wajib bagi para santri agar
ke depannya mereka memiliki kemampuan untuk menjadi guru
Al-Qur’an yang handal. Selain santri, pesantren juga memberikan
44

peluang kepada masyarakat yang ingin menjadi guru Al-Qur’an


untuk berlatih. Metode yang digunakan dalam pelatihan guru Al-
Qur’an ini adalah metode tilawati. Metode tilawati adalah metode
yang yang menekankan bagaimana mengajarkan Al-Qur’an
kepada murid dengan pendekatan seni. Optimalisasi otak kanan
dalam belajar Al-Qur’an akan lebih menyenangkan sehingga
murid tidak merasa bosan saat belajar
3. Program Tahsin dan Tahfizh untuk Masyarakat umum
Selain program tahsin untuk santri pesantren juga
memberikan kesempatan kepada masyarakat umum yang belum
bisa membaca-Al-Qur’an untuk belajar dari dasar. Program ini
biasanya diadakan pada hari libur yaitu Sabtu dan Minggu pukul
08:00 sampai pukul 10:00 WIB. Adapun murid tahsin untuk
masyarakat umum terdiri dari 20 peserta bapak-bapak dan 10
peserta golongan ibu-ibu.
4. Program Kajian Kitab Kuning
Sebagaimana elemen-elemen pesantren yang mengharuskan
adanya kajian kitab kuning, pesantren Tahfizh Al-Qur’an juga
memiliki program kajian kitab kuning.
5. Program muhadhoroh
Program muhadhoroh ini sangat penting, karena bisa
meningkatkan kemampuan berkhutbah atau berpidato pada santri.
Muhadhoroh di Daarul Hikmah biasanya diadakan seminggu dua
kali yaitu pada malam Rabu dan malam Minggu.
6. Program wirausaha
Tujuan dari program ini agar ketika lulus para santri sudah
memiliki bekal dan kemampuan untuk berwirausaha. Di pondok
45

pesantren ini santri diajarkan untuk berternak lele dan bercocok


tanam sebagai bekal mereka untuk berwirausaha.
F. Jadwal Kegiatan Santri

Table 3.1 Jadwal Kegiatan Harian Santri

No Waktu Kegiatan
1. 03:00-03:00 WIB Qiyamul lail
2. 04:20-04:45 Sholat shubuh
3. 04:45-06:30 Menghafal dan persiapan setor hafalan
4. 06:30-08:00 MCK dan sarapan pagi
5. 08:00-11:30 Menghafal dan persiapan setor hafalan
6. 11:30-12:00 Istirahat persiapan sholat dzuhur
7. 12:00-13:00 Sholat dzuhur + muroja’ah jama’i
8. 13:00-15:00 Istirahat
9. 15:00-16:00 Qiroatul qur’an +sholat ashar
10. 16:00-17:00 Murojaah jama’i
11. 17:00-17:30 MCK
11. 17:30-18:00 Qiroatul qur’an + sholat maghrib
12 . 18:00-19:00 Muroja’ah jama’i
13. 19:00-19:30 Qiroatul qur’an +sholat isya
14. 19:30-21:00 Menghafal dan persiapan setor hafalan
15. 21:00-21:30 Ta’lim fadhilah Al-Qur’an
16. 21:30-03:30 Istirahat malam

Table 3.2 Kegiatan Pembelajaran Mingguan Santri

No Waktu Kegaiatan
1 Selasa ba’da ashar Bahasa arab
46

2 Selasa ba’da isya Muhadhoroh


3 Rabu ba’da maghrib Fiqih & ushul fiqh
4 Rabu ba’da isya Tajwid
5 Rabu & jum’at ba’da ashar Kajian kitab kuning
6 Jum’at ba’da isya Hafalan hadist
7 Sabtu ba’da ashar Aqidah dan akhlak
8 Sabtu ba’da isya Muhadhoroh
9 Ahad ba’da isya Metode tilawati

G. Kurikulum dan Sistem Penilian Pondok Pesantren Thfizh Al-


Qur’an Daarul Hikmah
Kurikulum di pondok pesanren Tahfizh Al-Qur’an Daarul
Hikmah Serua Ciputat ada empat:
1. Program dasar, program ini merupakan program pemula
bagi santri yang memang belum memiliki kemampuan
dalam membaca Al-Qur’an
2. Program tahsin, yaitu sasarannya santri yang sudah bisa
membaca Al-Qur’an namun tajwidnya belum sempurna
3. Program takhosus, yaitu program lanjutan dari tahsin. Di
program ini para santri dididik untuk menuju program
menghafal Al-Qur’an
4. Program tahfizh, yaitu program yang menjadi sasarannya
santri yang sudah mampu membaca Al-Qur’an sesuai
dengan kaidah tajwid . maka disinlah program yang
menentukan karena ada target yang harus dicapai oleh ara
santri.
47

Terkait dengan penilaian pesantren ini merupakan pesantren


kategori salafiyah. Oleh karena itu penilainnya hampir semua
berbasis praktek. Misalnya ketika seorang santri diuji hafalan
Qur’annya, apabila bacannya lancar sesuai dengan kaidah tajwid
kemudian hafalannya juga lancar maka santri tersebut akan
dinyatakan lulus dan mendapatkan syahadah. Sehingga nantinya para
santri dapat mengembangkan kemampuan mereka di dalam
pembelajaran Al-Qur’an baik sebagai imam sholat ataupun guru Al-
Qur’an. 60

60
Ustadz Ruslan Abdul Gani Al-Hafidz, S.Pd.I Pimpinan Pondok Pesantren
Wawancara Langsung Ciputat 01 Mei 2020.
,
BAB IV
TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Program Muhadhoroh Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an
Daarul Hikmah
Program muhadhoroh merupakan program wajib yang harus
diikuti oleh santri mukim Pondok Pesantren Tahfihz Al-Qur’an
Daarul Hikmah. program ini dikoordinir oleh ketua muhadhoroh dan
dan diawasi oleh pembimbing muhadhoroh yang merupakan ustadz
dari pondok pesantren tersebut. Muhadhoroh diadakan setiap dua kali
seminggu yaitu malam Rabu dan malam Minggu pukul 20:00-21:30
WIB. Hal serupa juga dikatakan oleh pimpinan pondok Pesantren
Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah
‘’Adapun implementasi atau penerapan muhadhoroh di
pondok pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah belajarnya
hanya di sela-sela waktu menghafal saja. Karena memang pesantren
kami khusus untuk menghafal Al-Qur’an. Durasinya kami buat
seminggu dua kali yaitu pada malam Rabu dan malam Minggu jam
20:00-21:30 WIB. Untuk pengawasannya kami menyerahkan kepada
ketua dan pembimbing muhadhoroh’’ 61
Tujuan diadakan program Muhadhoroh ini agar para santri
mempunyai kemampuan untuk berbicara di depan umum khususnya
kemampuan berkhutbah. Sebab ketika mereka terjun ke masyarakat,
msayarakat akan beranggapan bahwa santri memiliki kemampuan
tersebut.
‘’Di Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an yang kami kelola
selain para santri berfokus pada program membaca dan menghafal

61
Ustadz Ruslan Abdul Gani Al-Hafidz, S.Pd.I Pimpinan Pondok Pesantren
Wawancara Langsung Ciputat 01 Mei 2020.

48
49

Al-Qur’an para santri dibekali dengan kemampuan untuk


menyampaikan Al-Qur’an yang dikemas dalam program muhadhoroh
atau program pelatihan berkhutbah. Tujuannya agar santri kami
selain pandai membaca dan menghafal Al-Qur’an, ketika mereka
terjun ke masyarakat mereka juga bisa menyampaikan isi Al-Qur’an
dengan baik. Sehingga kami perlu mengadakan program
62
muhadhoroh’’
Hal serupa juga dikatakan oleh pembimbing muhadhoroh
Ustadz Muhammad Riswan Al-Hafidz, S.Pd.I
‘’program mhadhoroh sangat penting karena dapat
meningkatkan kemampuan berkhutbah atau berpidato santri. Dengan
diadakannya muhadhoroh kedepannya santri dapat mengamalkan
ilmu di masyarakat. Selain itu muhadhoroh juga dapat melatih
keberanian santri untuk berbicara di depan khalayak. Sehingga ketika
mereka terjun ke masyarakat para santri tidak kaget karena suudah
memiliki bekal.’’63
Dalam muhadhoroh santri tidak hanya dibimbing untuk
menguasai kemampuan berkhutbah, tapi di sini santri juga dibimbing
untuk menjadi pembawa acara dan audiens yang benar. Hal ini
dikatakan oleh ketua muhadhoroh Zahra Khairunnisa
‘’tidak hanya berkhutbah, santri juga dilatih untuk menjadi
pembawa acara. Setiap santri akan mendapat giliran untuk bertugas
sebagai penceramah, pembawa acara, pembaca tilawah dan

62
Ustadz Ruslan Abdul Gani Al-Hafidz, S.Pd.I Pimpinan Pondok Pesantren Wawancara
Langsung Ciputat 01 Mei 2020.
63
Ustadz Muhammad Riswan Al-Hafidz, S.Pd.I Pembimbing Muhadhoroh, Wawancara
Langsung Ciputat 18 Januari 2020.
50

saritiliwah, pengambilan intisari serta pembaca do’a. hal ini


dilakukan oleh santri dan untuk santri.’’64
1. Pelatihan dalam Muhadhoroh
a. Pelatihan Berkhutbah
Ini merupakan pelatihan ini inti dalam
muhadhoroh yang bertujuan agar santri memiliki
kemampuan berkhutbah.
‘’sangat banyak manfaat dari muhadhoroh
diantaranya para santri sudah mulai percaya diri. Baik
ketika mereka menghadapi lawan bicara ataupun
menerima tamu di pesantren. Yang pada mulanya
sebelum ada program muhadhoroh para santri
terkadang kebanyakan minder. Nah seharang setelah
ada program ini mereka sangat menyenangi dan penuh
dengan kepercayaan diri.’’65
‘’sejak mengikuti muhadhoroh kemampuan
saya meningkat. Dari awalnya saya tidak berani dan
malu-malu kalau berbicara di depan teman-teman
yang lain, sekarang saya sudah mulai berani.’’ 66
‘’manfaat muahdhoroh bagi diri saya adalah
untuk melatih saya agar lebih teramppil
berkomunikasi di depan orang banyak’’67

64
Zahra Khoirunnisa Santri kelas 2 tingkat ‘Ulya Ketua Muhadhoroh Wawancara
Langsung Ciputat 18 Januari 2020
65
Ustadz Ruslan Abdul Gani Al-Hafidz, S.Pd.I Pimpinan Pondok Pesantren
Wawancara Langsung Ciputat 01 Mei 2020.
66
Muhammad Haris Fadhillah Santri Kelas 2 tingkatWustho’ Wawancara Langsung
Ciputat 1 Februari 2020
67
Sri Rahayu Santri kelas 3 tingkat ‘Ulya Wawancara Langsung Ciputat 18 Januari
2020
51

b. Pelatihan pembawa acara


Pelatihan pembawa acara bertujuan agar santri
memiliki kemampuan dalam membawakan acara.
Sehingga ketika mereka terjun ke masyarakat mereka
sudah terbiasa. Hal ini diungkapkan oleh Sri Rahayu
Santri Kelas 3 tingkat U’lya.
‘’Dengan adanya pelatihan acara pada program
muhadhoroh saya jadi terbiasa dan tidak gugup untuk
membawakan sebuah acara. Terkadang jika pulang ke
kampung saya di suruh untuk menjadi pembawa acara
68
halal bi halal di masjid’’
Hal serupa juga dikatakan Kusnia santri kelas 2
tingkat Wustho’
‘’Saya senang mengikuti kegiatan muhadhoroh karena
ada pelatihan sebagai pembawa acara/Mc. Awalnya
saya merasa malu jika disuruh berbicara di depan
umum apalagi sebagai pembawa acara. Sejak
mengikuti pelatihan muhadhoroh di Daarul Hikmah
saya menjadi lebih berani untuk menjadi pembawa
acara ataupun untuk berkhutbah’’. 69
c. Pelatihan tilawah dan saritilawah
Pelatihan tilawah dan saritilawah juga
merupakan hal penting yg harus dilakukan leh santri.

67
Kusnia Santri kelas 2 tingkat ‘Wustho Wawancara Langsung Ciputat 18 Januari
2020
68
Sri Rahayu Santri kelas 3 tingkat ‘Ulya Wawancara Langsung Ciputat 18 Januari
2020
69
Kusnia Santri kelas 2 tingkat ‘Wustho Wawancara Langsung Ciputat 18 Januari
2020
52

Mengingat pembacaan ayat suci Al-Qur’an juga kerap


dimasukkan pada setiap acara keagamaan. Di sini
setiap santri akan mendapatkan giliran sebagai
pembaca tilawah atau sebagai penerjemahnya.
d. Pelatihan pengambilan intisari
Pengambilan intisari dilakukan di sela-sela
latihan berkhutbah. Hal ini bertujuan agar santri
memiliki kesiapan kapan saja dirinya akan disuruh ke
depan. Ketika muhadhoroh berlangsung santri
diwajibkan mencatat poin-poin yag disampaikan oleh
penceramah sehingga ketika mereka disuruh untuk
mengambil intisari para santri sudah memiliki
kesiapan. Pengambilan intisari juga dilakukan agar
para santri tidak bercanda dalam mengikuti
muhadhoroh. Sebab ketika mereka tidak serius dalam
mengikuti muhadhoroh, maka akan dipanggil oleh
pembawa acara untuk menyampaikan intisari.
e. Pelatihan Do’a
Pelatihan Do’a juga merupakan komponen
penting dalam setiap acara. Ketika mereka terjun ke
masyarakat para santri sudah terbiasa di dalam
memimpin do’a minimal ketika mereka pulang dapat
menjadi pemimpin do’a di dalam keluarganya.
f. Pelatihan organisasi
Pelatihan organisasi juga termasuk dalam
pelatihan muhadhoroh, karena di sini lah para santri
dituntut untuk belajar dewasa dan memimpin sebuah
organisasi kecil.
53

‘’Dalam muhadhoroh juga ada organisasi yang


menjalankan kegiatannya. Adanya organisasi muhadhoroh
ini bertujuan untuk mendewasakan para santri. Sehingga
para santri tingkat ‘ulya dapat membimbing santri tingkat
wustho’ dan uula. Biasanya pergantian organisasi
muhadhoroh diadakan setiap enam bulan sekali’’. 70
2. Susunan acara muhadhoroh santri Pondok Pesantren
Tahfizh Al-Qur’an Daarul hikmah 71
a. Pembukaan
Pembukaan muhadhoroh diawali dengan membaca
basmalah atau surat Al-Faatihah yang dipimpin dan
dipandu oleh pembawa acara
b. Pembacaan ayat suci Al-Qur’an
Pembacaan ayat suci Al-Qur’an dibacakan oleh dua
orang santri satu sebagai pembaca tilawah dan satu
lagi sebagai pembaca saritilawah
c. Latihan berkhutbah/berpidato
Setiap santri yang bertugas untuk berkhutbah dianggil
satu persatu untuk tampil di depan santri lainnya.
dengan durasi minimal 7 menit
d. Pengambilan intisari
Pengambilan intisari dilakukan di sela-sela latihan
berkhutbah. Sistem pemilihannya pun acak, setiap
santri diberikan tugas untuk mencatat poin-poin yang
disampaikan oleh santri yang sedang berkhutbah. Hal

70
Ustadz Muhammad Riswan Al-Hafidz, S.Pd.I Pembimbing Muhadhoroh,
Wawancara Langsung Ciputat 18 Januari 2020.
71
Zahra Khoirunnisa Santri kelas 2 tingkat ‘Ulya Ketua Muhadhoroh Wawancara
Langsung Ciputat 18 Januari 2020
54

ini dilakukan agar santri memiliki kesiapan kapanpun


dirinya dipanggil untuk tampil di depan santri lainnya.
e. Sambutan
Sambuan biasanya disampaikan oleh pimpinan
pondok pesantren pembimbing muhadhoroh dan ketua
muhadhoroh. Sambutan ini berisi motifasi-motifasi
dan juga saran penampilan agar muhadhoroh ke
depannya menjadi lebih baik.
f. Resting/hiburan
Resting diisi oleh santri yang pada pertemuan
muhadhoroh sebelumnya sudah diumumkan untuk
bertugas. Penampilannya meliputi sholawat, drama
islami, puisi berantai dan lain-lain. Resting ini
bertujuan agar para santri mempunyai hiburan saat
mengikuti muhadhoroh sehingga para santri tidak
jenuh. Resting juga berisi yel-yel agar santri lebih
semangat dalam mengikuti muhadhoroh
g. Pengumumann
Pengumuman disampaikan oleh pegurus muhadhoroh
yang berisi tentang pengumuman petugas khutbah dan
petugas piket untuk pertemuan mhadhoroh selanjutnya
h. Do’a
Do’a dipimpin oleh santri yang bertugas, hal ini
bertujuan agar santri memiliki kemampuan dalam
memimpin do’a minimal ketika sudah lulus dari
pondok santri tersebut dapat memimpin do’a di
keluarganya ataupun masyarakat.
i. Penutup
55

Penutup dipandu oleh pembawa acara dengan


membaca hamdalah atau do’a kafarotul majlis.
3. Susunan organisasi muhadhoroh dan tugas-tugasnya

Table 4.1 Susunan Organisasi Muhadhoroh


Santri Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an
Daarul Hikmah

Pengawas Ust. Ruslan Abdul gani Al-Hafizd,


S.Pd.I
Pembimbing Ust. Muhammad Ridwan, Al-Hafidz,
S.Pd.I
Ust. Nurkholis , Al-Hafidz
Usth. Khostianah
Ketua Zahra Khoirunnisa
Sekretaris Riksan
Kusnia
Ket Kelompok 1 Muhammad Thoriq Syaban
Ket Kelompok 2 Dhuha Muhammad Sulthon
Ket Kelompok 3 Komaruddin
Ket Kelompok 4 Triyana
Ket Kelompok 5 Wafa Khoirunnisa
Ket Kelompok 6 Serliana

Tugas dari masing-masing komponen organisasi tersebut


adalah

a. Pengawas muhadhoroh
melakukan pengawasan dan pemantauan berjalannya
kegitan muhadhoroh
56

b. Pembimbing muhadhoroh :
1) melakukan bimbingan terkait pra-muhadhoroh, saat
muhadhoroh dan pasca muhadhoroh
2) memberikan motivasi dan arahan terkait
berlangsungnya kegiatan muhadhoroh
3) memberikan arahan kepada pengurus dalam
membimbing peserta muhadhoroh
4) mengadakan pergantian pengurus muhadhoroh setiap
enam bulan sekali
c. ketua muhadhoroh :
1) mengkoordnir berlangsungnya muhadhoroh
2) mengadakan lomba khutbah/berpidato setiap 3 bulan
sekali
3) melakukan pengecekan buku catatan muhadhoroh
(berisi tentang intisari dari penceramah) bekerja sama
deengan sekretaris
4) Mengadakan yel-yel muhadhoroh
5) Memberikan sanksi kepada santri yang melanggar
d. Sekretaris muhadhoroh
1) Mengatur jadwal khutbah dan piket muhadhoroh
berkoordinasi dengan ketua
2) Mengadakan absen
3) Melakukan pengecekan teks muhadhoroh bekerja
sama dengan ketua
4) Mengadakan yel-yel muhadhoroh
5) Memberikan sanksi kepada santri yang melanggar
e. Ketua kelompok muhadhoroh
57

Memastikan anggota kelompok menyetorkan teks pidato


kepada pengurus muhadhoroh

Adapun peraturan-peraturan muhadhoroh di pondok


Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul hikmah adalah sebagai berikut

a. Setiap santri diwajibkan mengikuti kegiatan Muhadhoroh


baik kelas Ula, Wustho, maupun kelas ‘Ulya
b. Santri diwajibkan membuat teks pidato sendiri dan
menyetorkannya kepada pengurus dan pembimbing
muhadhoroh
c. Santri putra diwajibkan untuk memakai pakaian rapih,
untuk yang berkhutbah dianjurkanmemakai imamah dan
sorban
d. Santriwati diwajibkan untuk memakai gamis dan
kerudung segi empat
e. Santri yang bertugas piket diwajibkan membersihkan dan
merapihkan tempat muhadhoroh
f. Santri yang bertugas untuk berkhutbah harus menjalankan
tugasnya dengan baik sesuai panduan yang disampaikan
oleh pembimbing dan pengurus muhadhoroh
g. Durasi untuk berkhutbah minimal 5 menit dan maksimal
tidak terhingga
h. Bagi santri yang tidak bertugas diwajibkan untuk
mencatat poin-poin penting yang disampaikan
i. Santri dilarang mengobrol saat muhadhooh berlangsung

Bagi santri yang tidak mengikuti peraturan


muhadhoroh maka akan dikenakan sanksi yang berlaku sesuai
dengan jumlah poin yang dilanggar.
58

4. Jadwal muhadhoroh
a. Waktu
Muhadhoroh dilaksanakan dua minggu sekali yaitu
pada malam Rabu dan malam Minggu. Pukul 20:00-
21:30 WIB.
b. Tempat
Muhadhoroh dilaksanakan di Musholla pondok
Pesantren Tahfizh Al-Quran Daarul Hikmah
c. Pembimbing
Adapun pembimbing Muhadhoroh nya yaitu Ustad
Muhammad Riswan Al-Hafidz, S. Pd. I, Ustadz
Sholahuddin Al-Ayubi, Al-Hafidz, Ustadz Nurkholis
Al-Hafidz dan Ustadzah Khostianah.
5. Materi Muhadhoroh
Diantara materi materi yang disampaikan dalam
muhadhoroh di pondok pesantren Tahfizh Al-Qur’an
Daarul Hikmah antara lain:
a. Pentingnya menjaga sholat 5 waktu dan silaturrahmi
b. Keutamaan bertasbih
c. Menyambut datangnya bulan suci romadhon
d. Ciri-ciri orang yang beriman
e. Keutamaan Do’a
f. Berbakti kepada kedua orang tua
g. Orang-orang yang mendapat syafa’at di hari kiamat
h. Keutamaan menghafal A-Qur’an
i. Ancaman bagi orrang-orang yang meninggalkan sholat
berjama’ah
j. Pahala bagi orang yang menyayangi anak yatim
59

k. Kisah Nabi Adam dan Siti Hawa


l. Akhlak pemuda masa kini
B. Penerapan Program Muhadhoroh Pondok Pesantren Tahfizh Al-
Qur’an Daarul Hikmah dalam Meningkatkan Kemampuan
Berkhutbah Santri
Penerapan muhadhoroh di pondok pesantren Tahfizh Al-
Qur’an Daarul Hikmah hanya di sela-sela waktu menghafal saja.
Karena memang pesantren ini khusus untuk menghafal Al-Qur’an.
Durasinya seminggu dua kali yaitu pada malam Rabu dan malam
minggu jam 20:00-21:30 WIB. Untuk pengawasannya diserahkan
kepada ketua dan pembimbing muhadhoroh.
Program muhadhoroh ini diterapkan sebagaimana
berceramah/berkhutbah yaitu ada santri yang bertugas sebagai orator,
pembawa acara, pembaca tilawah dan saritilawah serta pembaca do’a.
semuanya diisi oleh santri dan untuk santri. Yang mana ini dapat
membantu meningkatkan kemampuan santri khususnya dalam
kemampuan berkhutbah.
1. Penerapan Teknik Persiapan Khutbah
Adapun penerapan persiapan khutbah program
muhadhoroh Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul
Hikmah dalam meningkatkan kemampuan berkhutbah santri
adalah sebagai berikut
a. Manuskrip (membaca atau naskah, yaitu pidato dengan
menggunakan naskah yang telah dibuat sebelumnya).
Sebagaimana dikatakan oleh pembimbing muhadhoroh
Ustadz Muhammad Riswan Al-Hafizh, S.Pd.I
‘’Adapun teknik dalam program muhadhoroh di Pondok
Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah biasanya
60

menggunakan empat teknik yaitu manuskrip, memoriter,


ekstempore dan impromtu. Yang pertama manuskrip, ini kami
khususkan untuk santri baru yang memang baru mengenal dan
belajar tentang muhadhoroh. Jadi agar mereka tidak kaget
maka enam bulan pertama pelatihan muhadhoroh untuk santri
baru itu masih menggunakan manuskrip. Jadi mereka
dibolehkan untuk membaca teks pidatonya. Selanjutnya
setelah enam bulan itu baru mereka diwajibkan untuk
memakai metode memoriter.’’72
Hal serupa juga dikatakan oleh Ketua muhadhoroh
‘’Untuk latihan muhadhoroh untuk santri baru yang pertama
itu mereka diperbolehkan membaca teks. Dan itu waktunya
hanya pas enam bulan pertama saja. Jadi enam bulan pertama
ini sebagai pengetahuan dan mengasah mental, minimal santri
baru itu sudah memiliki keberanian untuk berbicara di depan
teman-temannya yang lain. Walaupun masih menggunakan
teks. Setelah enam bulan itu santri baru sudah diharuskan
untuk menghafal teks pidatonya. Sama seperti santri-santri
yang lain’’ 73
Hal ini juga dikatakan oleh santriwati kelas 1 wustho’ Khanza
Abidah
‘’Ketika awal masuk ada kegiatan muhadhoroh di pondok,
terus saya merasa gerogi kak karena belum punya
kemampuan untuk berbicara di depan. Apalagi harus
berkhutbah di depan teman-teman. Tapi ternyata khutbahnya

72
Ustadz Muhammad Riswan Al-Hafidz, S.Pd.I Pembimbing Muhadhoroh,
Wawancara Langsung Ciputat 18 Januari 2020.
73
Zahra Khoirunnisa Santri kelas 2 tingkat ‘Ulya Ketua Muhadhoroh Wawancara
Langsung Ciputat 18 Januari 2020
61

itu untuk santri baru dibolehkan membaca teks. Saya lega dan
Alhamdulillah saya mulai berani untuk berbicara di depan’’.
74

Dari hasil wawancara dengan pembimbing dan ketua


muhadhoroh serta santri, penulis menyimpulkan bahwa teknik
yang digunakan pertama dalam program muhadhoroh pondok
Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah dalam
meningkatkan kemampuan berkhutbah santri adalah teknik
manuskrip. Dimana santri diperbolehkan untuk membaca teks
pidato yang akan disampaikan sesuai teks yang dibuat
sebelumnya. Teknik manuskrip ini digunakan oleh santri baru
pondok pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah pada
enam bulan pertama mengikuti muhadhoroh sebagai
pengenalan program dan mengasah kemampuan santri baru
untuk berbicara di depan santri-santri yang lain.
b. Memoriter (menghafal), yaitu pidato yang dilakukan dengan
membuat rencana pidato lalu menghafalkannya kata per-kata.
‘’teknik kedua yang dipakai dalam muhadhoroh di Pondok
Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah adalah teknik
menghafal. Di mana para santri harus menghafal teks khutbah
yang sebelumnya sudah dibuat dan disetorkan kepada
pengurus muhadhoroh. Teknik menghafal adalah teknik yang
kebanyakan dipakai oleh para santri karena dengan menghafal
mereka bisa menyampaikan materi secara terarah dan tepat’’.
Hal serupa juga dikatakan oleh Triyana santri kelas 3 wustho

74
Khanza Abidah Santri kelas 1 tingkat Wustho Wawancara Langsung Ciputat 18
Januari 2020
62

‘’Sebelum berkhutbah biasanya saya menyetorkan teks yang


sudah saya buat kepada pengurus muhadhoroh. kemudian
setelah itu saya menghafal dan terus menghafal teks nya. Agar
ketika saya berbicara saya tidak kagok’’
Hal serupa juga dikatakan oleh pembimbing muhadhoroh
putri ustadzah Khostianah
‘’karena basic para santri di pondok pesantren Tahfizh Al-
Qur’an Daarul Hikmah ini menghafal. Jadi menurut saya
teknik yang sesuai untuk mereka ya teknik menghafal.
Dengan demikian santri bisa menyampaikan isi khutbah
dengan terarah dan pemilihan bahasanya pun tepat. Teknik
menghafal ini teknik yang dipakai kebanyakan santri karena
memang sesuai dengan kemampuan mereka.’’
Berdasarkan hasil wawancara di atas penulis
menyimpulkan bahwa teknik memoriter atau menghafal itu
adalah teknik yang sering dipakai oleh santri selain sesuai
dengan kemampuan basic santri di pondok pesantren tersebut,
teknik ini juga menjadikan isi khutbah yang disampaikan
terarah dan pemilihan bahasa yang tepat.
c. Ekstempore, yaitu pidato yang disiapkan dengan menjabarkan
materi pidato yang terpola secara lengkap.
‘’teknik yang dipakai santri yang ketiga dalam program
muhadhoroh adalah ekstempore. Menurut saya teknik ini
jarang dipakai oleh santri. Kalaupun ada itu mereka yang
memang sudah terbiasa dan mampu untuk berbiacara di depan
umum. Kelebihan teknik ini komunikasi pendengar dan
pembicara justru lenih terjaga. Dengan menyiapkan poin-poin
materi yang terpola nanti isi yang disampaikan lebih luwes
63

dan terkesan langsung. jadi para pendengar juga lebih fokus


mendengarkan isi khutbah pembicara.’’ 75
d. Impromptu, yaitu pidato yang dilakukan secara spontanitas,
serta merta tanpa adanya persiapan terlebih dahulu.
Biasanya teknik impromptu ini digunakaan pada saat
pengambilan intisari bagi santri-santri yang sedang bercanda
atau tidur saat mengikuti muhadhoroh. mereka dituntut untuk
siap kapanpun mereka dipanggil untuk menyampaikan inti
dari isi khutbah yang disampaikan oleh pembicara.

Dari hasil wawancara di atas penulis menyimpulkan


ada tiga teknik yang digunakan dalam program muhadhrooh
di pondok esantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul hikmah yaitu
manuskrip, memoriter dan ekstempore dan impromptu.
Diantara keempatnya yang sering dipakai adalah teknik
memoriter. Dimana para santri menghafal teks khutbah yang
telah dibuat sebelumnya. Teknik manuskrip hanya digunakan
untuk santri baru pada enam bulan pertama pengenalan
muhadhoroh. Teknik ekstempore biasanya hanya digunakan
oleh santri yang memang mereka sudah terbiasa dan memiliki
kemampuan untuk berbiacara di depan umum. Sedangkan
teknik Impromtu digunakan pada saat pengambilan intisari
bagi santri yang kedapatan sedang bercanda atau tidur saat
mengikuti muhadhoroh. teknik ini dibuat agar santri memiliki
kesiapan kapanpun dipanggil ke depan untuk menyampaikan
inti dari isi khutbah.

75
Ustadz Muhammad Riswan Al-Hafidz, S.Pd.I Pembimbing Muhadhoroh,
Wawancara Langsung Ciputat 18 Januari 2020
64

2. Penerapan Metode pada Program Muhadhoroh Pondok Pesantren


Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah dalam meningkatkan
kemampuan berkhutbah santri
a. Metode Menghafal, penerapan metode menghafal dalam
muhadhoroh di Pondok Pesanren Tahfizh Al-Qur’an Daarul
Hikmah membantu para santri untuk menyampaikan isi
khutbah dengan tepat dan terarah. Sebelumnya para santri
diharuskan untuk membuat teks pidato sendiri dan disetorkan
kepada pengurus muhadhoroh untuk diperiksa penulisan isi
khutbah dan pemilihan bahasanya.
Hal ini dipertegas oleh pernyataan santriwati kelas 2 wustho
Dian Yulianti
‘’metode yang saya gunakan dalam muhadhoroh biasanya
menggunakan metode menghafal. Karena jika kita sudah hafal
teks khutbah, kita akan lebih gampang untuk menyampaikan
khutbah. Karena jika tidak hafal nanti akan diberikan
hukuman berupa berdiri di depan sampai muhadhoroh
selesai.’’
Hal serupa juga dikatakan oleh santriwati kelas 3 wustho
Wafa Khoirunnisa
‘’setelah menyetorkan isi pidato saya, yang saya lakukan
adalah menghafal. Dengan menghafal saya jadi tahu apa-apa
saja materi yang akan saya sampaikan. Namun ketika saya
gerogi walaupun sebelumnya sudah hafal tiba-tiba jadi
ngeblank semua.’’ 76
b. Metode Ceramah

76
Wafa Khoirunnisa Santri kelas 3 tingkat Wustho Wawancara Langsung Ciputat 18
Januari 2020
65

Sebagaimana dikatakan oleh pembimbing muhadhoroh Putri


Ustadzah Khostianah
‘’metode yang diterapkan dalam muhadhoroh di Daarul
Hikmah ada 3 yaitu metode menghafal, ceramah dan kontinyu
atau terus menerus. Dari beberapa metode, metode ceramah
ini menurut saya paling cocok untuk menyampaikan isi
khutbah dalam program muhadhoroh. dimana para santri akan
dipanggil satu-persatu untuk menyampaikan langsung isi
khutbahnya secara bergiliran di depan santri-santri lain.
Degan metode ceramah ini interaksi antara pendengar dengan
pembicara dapat terjalin dengan baik’’77
c. Metode terus menerus/kontinyu
Kemampuan seseorang akan tumbuh jika diasah terus
menerus. Metode kontinyu ini diterapkan agar setelah santri
memiliki bakat untuk berkhutbah, maka tidak berhenti sampai
di situ saja. Melainkan untuk terus-menerus melakukan
pelatihan agar bertambah kemampuannya. Sesuatu yang
dilakukan dengan terbiasa maka akan menghasilkan kebisaan.
Atau ada istilah yang mengatakan ‘’Bisa Karena Terbiasa’’.
Hal ini dikatakan oleh Ustadzah Khostianah
‘’Kami buat muhadhoroh ini latihan yang terus menerus
dilakukan oleh santri dan ini bersifat wajib. Karena jika
mereka sudah terbiasa nantinya akan muncul kemampuan’’
Hal serupa juga dikatakan oleh santri kelas 1 tingkat ‘ulya
Muhammad Thoriq Syabani

77
Ustadzah Khostianah, Pembimbing Muhadhoroh, Wawancara Langsung Ciputat
18 Januari 2020
66

‘’pada awalnya saya merasa malu jika disuruh untuk berbicara


di depan umum. Tapi setelah saya rutin dan memang harus
rutin mengikuti kegiatan muhadhoroh. Disitulah kemampuan
saya dalam berkhutbah lumayan meningkat’’78
Dari beberapa wawancara di atas penulis dapat
menyimpulkan bahwa penerapan metode pada program
muhadhoroh pondok Pesantren Tahfih Al-Qur’an Daarul
Hikmah dalam meningkatkan kemampuan berkhutbah santri
ada tiga yaitu
Pertama, metode menghafal yaitu santri menghafal
keseluruhan teks yang sudah dibuat dan disetorkan kepada
pengurus muhadhoroh lalu menyampaikannya di acara
muhadhoroh
Kedua, metode ceramah dimana para santri dipanggil
satu-persatu oleh pembawa acara untuk menyampaikan isi
khutbahnya di depan santri-santri lain.
Ketiga, metode kontinyu atau terus menerus. Metode
ini sangat diperlukan karena dengan terus menerus latihan
maka akan menimbulkan kemampuan.
3. Proses Pelaksanaan Muhadhoroh
Proses pelaksanaan muhadhoroh di Pondok Pesantren
Tahfizh Al-Quran Daarul Hikmah terdiri dari:
a. Menemukan topik khutbah
Sebelum tampil dalam muhadhoroh hal pertama yang harus
dilakukan oleh santri adalah menemukan bahan atau topik
pidato yang akan dibahas.

78
Muhammad Thoriq Syabani Santri kelas 1 tingkat ‘Ulya Wawancara Langsung
Ciputat 1 Februuari 2020
67

b. Menyusun materi
Setelah menemukan topik yang akan dibahas, selanjutnya
santri menyusun materi khutbah. Dalam penyusunan materi
ini dilakukan juga pemilihan bahasa khutbah yang tepat. Hal
ini dibantu oleh pengurus dan pembimbing muhadhoroh.
setelah santri membuat teks pidato nya, santri diwajibkan
untuk menyetorkan teks tersebut kepada pengurus
muhadhoroh untuk mengetahui apakah penyusunan dan
pemilihan bahasa nya sudah tepat.
c. Menghafal teks khutbah
Setelah kesesuaian teks khutbah diperiksa oleh pengurus
muhadhoroh, langkah selanjutnya santri tinggal menghafal
dan berlatih untuk tampil di depan santri yang lain.
d. Menyampaikan isi khutbah
Langkah selanjutnya setelah semua proses dilalui adalah
menyampaikan isi khutbah, sesuai dengan teks yang telah
dibuat.
Dari pemaparan di atas penulis menyimpulkan bahwa
proses pelaksanaan muhadhoroh di pondok pesantren Tahfizh Al-
Quran Daarul Hikmah terdiri dari : pertama menemukan topik
khutbah, kedua penyusunan materi dan bahasa khutbah, ketiga
menghafal teks khutbah dan yang terakhir menyampaikan isi
khutbah
Hal ini sebagaimana menurut Aristoteles ada lima tahapan
dalam membuat pidato yang sering dikenal dengan The Five
Spirit of Public Rethoric
1) Invention (menemukan bahan atau topik pidato)
2) Dispotition (menyusun bahan atau materi)
68

3) Elucutio (memilih bahasa yang indah)


4) Memoria (mengingat bahan atau materi)
5) Ponoun-tatio (menyampaikan dakwah lisan)
4. Kendala dan Harapan Santri dalam muhadhoroh
Selain memiliki kegunaan dan manfaat yang sangat
banyak tentang muhadhoroh, adapula kendala yang dialami saat
muhadhoroh
a. Masih adanya santri yang terkadang bercanda dalam
mengikuti muhadhoroh
b. Sulitnya penguasaan materi bagi santri
c. Kurangnya pembimbing dalam muhadhoroh khususnya untuk
pembimbing putri
Adapun harapan yang diinginkan selama mengikuti
program muhadhoroh antara lain diungkapkan oleh pimpinan
Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an daarul hikmah Ustadz
Ruslan Abdul gani, Al-Hafidz, S.Pd.I
‘’Dengan adanya program muhadhoroh kami berharap
tentunya para santri memiliki kemampuan khusunya dalam
berkhutbah dan kemampuan berbicara di depan masyarakat.
Sebab ketika mereka nanti terjun ke masyarakat, masyarakat
akan beranggapan bahwa santri memiliki kemampuan untuk
menyampaikan dakwah. Maka dari itu kami bekali dengan
pelatihan muhadhoroh ini, agar mereka dapat mengamalkan
ilmu yang sudah di dapat setelah menghafal mereka bisa
mengamalkan isi dari kandungan Al-Quran.’’ 79

79
Ustadz Ruslan Abdul Gani Al-Hafidz, S.Pd.I Pimpinan Pondok Pesantren Wawancara
Langsung Ciputat 01 Mei 2020.
69

Harapan lain juga dikatakan oleh Muhammad haris


Fadhillah santri kelas 2 tingkat wustho
‘’Dengan mengikuti program muhadhoroh saya berharap
semoga saya bisa menjadi muballigh yang sukses di
masyarakat nanti.’’
Selanjutnya dikatakan oleh Najma Elmia Fathannisa
Santriwati kelas 1 wustho
‘’saya berharap semoga dengan mengikuti kegiatan
muhadhoroh di pondok pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul
Hikmah nantinya saya bisa mengamalkan ilmu yang saya
dapat ketika pulang ke kampung nanti. Saya juga berharap
semoga ke depannya program muhadhoroh di pondok
pesantren ini dapat melahirkan da’i-da’I yang siap berjuang
untuk menjunjung kalimat Laailaha Illallah sampai yaumil
akhir.’’
Harapan lain juga dikatakan oleh ketua muhadhoroh Zahra
Khoirunnisa
‘’Dengan adanya program muhadhoroh ini saya berharap
semoga santri lebih berani lagi dalam menyampaikan ide
pikirannya di depan umum. Semoga untuk pengurus
muhadhoroh yang akan datang juga dapat mengemas
muhadhoroh menjadi lebih menyenangkan agar santri lebih
antusias untuk mengikuti muhadhoroh.’’
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Program muhadhoroh merupakan program wajib yang harus
diikuti oleh santri mukim Pondok Pesantren Tahfihz Al-Qur’an
Daarul Hikmah. program ini dikoordinir oleh ketua muhadhoroh
dan dan diawasi oleh pembimbing muhadhoroh yang merupakan
ustadz dari pondok pesantren tersebut.
2. Tujuan diadakan program Muhadhoroh ini agar para santri
mempunyai kemampuan untuk berbicara di depan umum
khususnya kemampuan berkhutbah. Sebab ketika mereka terjun
ke masyarakat, masyarakat akan beranggapan bahwa santri
memiliki kemampuan tersebut.
3. Penerapan program muhadhoroh di pondok pesantren Tahfizh Al-
Qur’an Daarul Hikmah hanya di sela-sela waktu menghafal saja.
Durasinya seminggu dua kali yaitu pada malam Rabu dan malam
minggu jam 20:00-21:30 WIB.
4. Penerapan teknik persiapan khutbah pada program muhadhoroh
pondok pesanren Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah dalam
meningkatkan kemampuan berkhutbah santri ada empat yaitu,
memoriter (menghafal), manuskrip (membaca atau naskah),
ektempore (menulis pokok-pokok isi atau kerangka) dan
impromptu (spontanitas).
5. Penerapan metode apara program muhadhoroh pondok pesantren
Tahfizh Al-Quran Daarul Hikmah dalam meningkatkan
kemampuan berkhutbah santri ada tiga, yaitu metode menghafal,
ceramah dan metode terus-menerus.

70
71

B. Saran
Berdasarkan data-data hasil penelitian yang dilakukan di Pondok
Pesantren tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah Serua Ciputat yang
kemudian di analisis sedemikian rupa, maka untuk meningkatkan
kulaitas muhadhoroh menjadi lebih baik peneliti memberikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepada pengurus dan pembimbing muhadhoroh
a. Mengemas muhadhoroh menjadi program yang tidak
monoton agar para santri tidak merasa jenuh saat mengikuti
muhadhoroh
b. Mengadakan atau mengikut sertakan santri dalam perlombaan
agar rasa percaya diri santri terus terasah
c. Mengadakan pembinaan khusus bagi santri-santri yang
memiliki bakat dalam berkhutbah/berpidato
2. Kepada santri
a. Harus lebih serius dalam mengikuti muhadhoroh agar tujuan
dari muhadhoroh itu sendiri tercapai
b. Meningkatkan rasa kepercayaan diri dan mematuhi segala
peraturan-peraturan muhadhoroh
DAFTAR PUSTAKA

Al-Bajuri, Syeikh Ibrahim. Al-Bajuri Juz 1. Surabaya : Al-haromain.

Abdullah, Muhammad Husain. (1997). Metodologi Dakwah Dalam Al-


Qur’an. Jakarta : Lentera.

Azwar, Saefuddin. (2005). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Al-Munawir, Ahmad Warson. Kamus Almunawir : Arab Indonesia.


Yogyakarta : Pustaka Progresif.

Al-Wa’iy, Taufik. (2010). Dakwah Ke Jalan Allah (Muatan Sarana dan


Tujuan). Jakarta : Robbani Press.

AS, Sunarto. (2014). Retorika Dakwah : Petunjuk Menuju Peningkata


Kemampuan Berpidato. Surabaya: Jaudar Press.

Azra, Azyumardi. (1998). Pendidikan dan Modernisasi Menuju Millenial


Baru. Jakarta : Logos Wacana Ilmu.

Aziz, Moh. Ali. (2015). Bersiul di Tengah Badai: Khutbah Penyemangat


Hidup. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press.

Bungin, Burhan. (2010). Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Prenada


Media Group.

Bungin, Burhan. (2010). Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi,


Kebijakan Politik dan Ilmu Sosial Linnya. Jakarta : Kencana

Burgoon, Michael. (1974). Approaching Speech/Communication Process.


New York: Holt, Rinehart & Winston.

Cangara, Hafied. (1998). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali


Pers.

Cherry, Colin. (1978). World Communication: Threat or Promise?. New


York: Jhon Wiley & Sons.

72
73

Dhofier, Zamakhsyari. (2009). Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan


Hidup Kiyai. Jakarta : LP3ES.

Effendy, Onong U. (1981). Dimensi-dimensi Komunikasi. Bandung, Alumni.

Goldberg, Alvin A. dan Carl E. Larson, (1985). Komunikasi Kelompok


Proses-Proses Diskusi dan Penerapannya. Jakarta: UI Press.

H. Rogers, Natalie. (2003). Berani Bebicara di Depan Publik. Bandung:


Nuansa Cendekia.

Hasan, Ikbal. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta : Ghalia


Indonesia.

Idrus, Alkaf. Kamus Tiga Bahasa Almanar Arab – Indonesia – Inggris.


Surabaya : Karya Utama.

Jawadi, Syahroni Ahmad. (2012). Teknik Pidato dalam Pendekatan Dakwah.


Surabaya: Dakwah Digital Press.

Latif, S.M Nasaruddin. (1970). Teori dan Praktik Dakwah. Yogyakarta :


Pustaka Progresif.

Majid, Nurkholis. Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta.

Muhtadi, Asep. (2015). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: CV Pustaka


Setia.

Muin M, Abdun, dkk. (2007). Pesantren dan Pengembangan Ekonomi


Umat. Jakarta : CV. Prasasti.

Musyarofah, Umi. (2009). Dakwah KH. Hamam Dja’far Dan Pondok


Pesantren Pabelan. Jakarta : UIN Jakarta Press.

Rakhmat, Jalaluddin. (1996). Retorika Modern Pendekatan Praktis.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Raudhonah (2019). Ilmu Komunikasi. Depok: Rajawali Pers.


74

Saputra, Wahidin. (2011). Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta : UIN Jakarta


Press.

Sukayat, Tata. (2009). Quantum Dakwah. Jakarta : Rineka Cipta.

Sugiono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Susanto , Phil Astrid S. (1997). Komunikasi dalam Teori dan Praktik.


Bandung: Binacipta.

Yanuarita, Andri. (2012). Langkah Cerdas Mempersiapkan Pidato dan MC.


Yogyakarta:Teranova Books.

Wood, Julia T. (2012). Komunikasi Teori dan Praktik komunikasi dalam


Kehidupan kita. Jakarta: Salemba Humanika.

Jurnal :
Ismah Salman. Strategi Dakwah di Era Millenium : Jurnal Kajian Dakwah
dan Budaya. Jakarta : UIN Syarifhidayatullah. 2004 Vol. 5

Website
Tps://belajar.kemdikbud.go.id diakses 10 Februari 2020 Pukul 13:00
https://id.m.Wikipedia.org//wiki/ekstrakulikuler diakses 20 Desember 2019
Pukul 17:00
https://id.m.wikipedia.org diakses 2 Juni 2020 pukul 10:29
https:ian43.wordpress.com/2010/12/23pengertian-kemampuan/ diakses 1
Juni 2020 pukul 10:42
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pedoman Observasi

No Waktu Kegiatan
1 16 Desember 2019 Dihari ini saya melakukan observasi pertama
sekaligus meminta izin untuk melakukan
penelitian di pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an
Daarul Hikmah. Saya bertemu dengan pimpinan
pondok menanyakan tentang struktur organisasi
pondok dan organisasi muhadhoroh sekaligus
bertemu dengan pengurus muhadhoroh. saya juga
menanyakan tentang sejarah pondok pesantren
Daarul Hikmah dan tujuan dibentuknya
muhadhoroh.
2 21 Desember 2019 Di hari ini saya melakukan observasi lanjutan
sekaligus mengikuti kegiatan muhadhoroh yang
berlangsung. Saya juga menyaksikan muhadhoroh
dikoordinir langsung oleh pengurus muhadhoroh
yang diawasi oleh pembimbing muhadhoroh. saat
latihan santri dipanggil satu persatu untuk maju
sesuai kelompok yang telah ditentukan. Namun
ada beberapa kendala yang saya lhat seperti
sulitnya penguasaan metode oleh santri dan ada
beberapa santri yang terkadang tidak serius
mengikuti muhadhoroh. Di samping itu pengurus
mempunyai upaya untuk meminimalisir adanya
santri yang bercanda yaitu dengan menyuruh untuk
mengambil intisari dan menghukum berdiri sampai
muhadhoroh selesai.
3 24 Desember 2019 Pada hari ini saya berencana untuk mengikuti
kegiatan muhadhoroh namun ternyata kegiatan
ekstrakulikuler santri termasuk muhadhoroh
sementara ditutup karena santri akan melakukan
ujian hafalan hingga Tanggal 29 Desember 2019.
Jadi saya memutuskan untuk melakukan observasi
setelah ujian selesai atau setelah hari libur santri.
4 18 januari 2020 Di hari ini saya melakukan observasi lanjutan
sekaligus menguikuti kegiatan muhadhoroh yang
sebelumnya tertunda karena hari libur santri. Saya
juga mewawancarai pembimbing muhadhoroh dan
beberapa santri putri terkait peraturan-peraturan
muhadhoroh, proses, tujuan, metode, teknik dan
lain-lain.
5 1 Februari 2020 Di hari ini saya melakukan observasi lanjutan
kembali sekaligus mewawancarai beberapa santri
putra terkait pengalaman mengikuti muhadhoroh,
proses persiapan yang dilakukan sebelum
muhadhoroh, harapan setelah mengikuti
muhadhoroh dan lain-lain.
6 1 Mei 2020 Saya melakukan wawancara kembali dengan
pimpinan pondok pesantren terkait sejarah pondok,
visi dan misi, pengurus pondok, kurikulum,
perubahan santri sebelum dan sesudah mengikuti
muhadhoroh serta lain-lain.
Transkip Wawancara

Nama : Ustadz Ruslan Abdul Gani, Al-Hafidz, S. Pd. I

Jabatan : Pimpinan Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah

Waktu : 01 Mei 2020

Pertanyaan : Bagaimana sejarah pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an


daarul hikmah?

Jawaban : Pada mulanya pesantren ini hanya berupa rumah kontrakan


yang digunakan untuk bimbingan membaca dan menghafal Al-Qur’an bagi
anak-anak yang putus sekolah yang dibawa dari daerah Brebes dan
sekitarnya. Pada saat itu jumlah santri perdana hanya 4 orang anak. Lokasi
kontrakan pada saat itu berada di Jl. Kamboja Perumahan Bukit Nusa Indah
RT 05/ RW 11 Kelurahan Serua - Kecamatan Ciputat - Tangerang Selatan
Banten.

Pertanyaan : Bagaimana sitem penilaian di pondok pesanren Tahfizh Al-


Qur’an Daarul Hikmah ?

Jawaban : Terkait dengan penilaian pesantren ini merupakan pesantren


kategori salafiyah. Oleh karena itu penilainnya hampir semua berbasis
praktek. Misalnya ketika seorang santri diuji hafalan Qur’annya, apabila
bacannya lancar sesuai dengan kaidah tajwid kemudian hafalannya juga
lancar maka santri tersebut akan dinyatakan lulus dan mendapatkan
syahadah. Sehingga nantinya para santri dapat mengembangkan kemampuan
mereka di dalam pembelajaran Al-Qur’an baik sebagai imam sholat ataupun
guru Al-Qur’an.
Pertanyaan : di Pondok ini kana da kegiatan Muhadhoroh pak Kiyai
mohon dijelaskan apa manfaat dari muhadhoroh itu sendiri?

Jawaban : Di Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an yang kami kelola


selain para santri berfokus pada program membaca dan menghafal Al-Qur’an
para santri dibekali dengan kemampuan untuk menyampaikan Al-Qur’an
yang dikemas dalam program muhadhoroh atau program pelatihan
berkhutbah. Tujuannya agar santri kami selain pandai membaca dan
menghafal Al-Qur’an, ketika mereka terjun ke masyarakat mereka juga bisa
menyampaikan isi Al-Qur’an dengan baik. Sehingga kami perlu mengadakan
program muhadhoroh.

Pertanyaan : Lalu bagaimana implementasi muhadhoroh nya pak?

Jawaban : Adapun implementasi atau penerapan muhadhoroh di


pondok pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah belajarnya hanya di
sela-sela waktu menghafal saja. Karena memang pesantren kami khusus
untuk menghafal Al-Qur’an. Durasinya kami buat seminggu dua kali yaitu
pada malam selasa dan malam minggu jam 20:00-21:30 WIB. Untuk
pengawasannya kami menyerahkan kepada ketua dan pembimbing
muhadhoroh.

Pertanyaan : apakah ada perubahan sebelum dan sesudah santri mengikuti


program muhadhoroh?

Jawaban : wah sangat banyak perubahannya mbak, dengan adanya


program muhadhoroh tentu dapat meningkatkan kemampuan santri dalam
berkhutbah. Sebelum ada program muhadhoroh para santri terkesan minder
atau kurang percaa diri. Tapi setelah mengikuti muhadhoroh santri terlihat
lebih percaya diri apalagi klo disuruh berbicara ke depan. Contoh hal kecil
lain saat mereka menerima tamu pesantren mereka terlihat lebih percaya diri
dibandingkan sebelumnya.

Pertanyaan : Bagaimana harapan pak Kiyai untuk santri dengan adanya


program muhadhoroh?

Jawaban : Dengan adanya program muhadhoroh kami berharap


tentunya para santri memiliki kemampuan khusunya dalam berkhutbah dan
kemampuan berbicara di depan masyarakat. Sebab ketika mereka nanti terjun
ke masyarakat, masyarakat akan beranggapan bahwa santri memiliki
kemampuan untuk menyampaikan dakwah. Maka dari itu kami bekali
dengan pelatihan muhadhoroh ini, agar mereka dapat mengamalkan ilmu
yang sudah di dapat setelah menghafal mereka bisa mengamalkan isi dari
kandungan Al-Quran.

Tanda tangan

Ustadz Ruslan Abdul Gani, Al-Hafizh, S. Pd.I


Nama : Ustadz Muhammad Riswan, Al-Hafidz, S.Pd.I

Jabatan : Pembimbing Muhadhoroh

Waktu : 18 Januari 2020

Pertanyaan : menurut ustadz apa yang dimaksud dengan muhadhoroh ?

Jawaban : muhadhoroh merupakan wadah atau tempat para santri


dalam meningkatkan kemampuan berkhutbah atau berpidato. Program ini
menjadi program wajib yang harus diikuti oleh para santri.

Pertanyaan : sebagai pembimbing muhadhoroh biasanya appa yang


dilakukan ustadz?

Jawaban : sebagai pembimbing sudah pasti melakukan bimbingan


terkait pra-muhadhoroh, saat muhadhoroh dan pasca muhadhoroh, lalu saya
juga memberikan motivasi dan arahan baik kepada pengurus maupun peserta
muhadhoroh, dan mengadakan pergantian pengurus muhadhoroh setiap enam
bulan sekali.

Pertanyaan : Lalu bagaimana penerapan muhadhorohnya ustadz?

Jawaban : muhadhoroh diterapkan sebagaimana berceramah atau


berkhutbah yaitu ada santri yang bertugas sebagai orator, pembawa acara,
pembaca tilawah dan saritilawah serta pembaca do’a. semuanya diisi oleh
santri dan untuk santri.

Pertanyaan : Teknik apa yang dipakai dalam muhadhooh di pondok ini?

Jawaban : Adapun teknik dalam program muhadhoroh di Pondok


Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul Hikmah biasanya menggunakan empat
teknik yaitu manuskrip, memoriter, ekstempore dan impromtu. Yang
pertama manuskrip, ini kami khususkan untuk santri baru yang memang baru
mengenal dan belajar tentang muhadhoroh. Jadi agar mereka tidak kaget
maka enam bulan pertama pelatihan muhadhoroh untuk santri baru itu masih
menggunakan manuskrip. Jadi mereka dibolehkan untuk membaca teks
pidatonya. Selanjutnya setelah enam bulan itu baru mereka diwajibkan untuk
memakai metode memoriter.

Pertanyaan : Kalau metode yang dipakai apakah sama ustadz?

Jawaban : untuk metode latihannya ada tiga metode menghafal yaitu


santri menghafal keseluruhan teks yang sudah dibuat dan disetorkan kepada
pengurus muhadhoroh lalu menyampaikannya di acara muhadhoroh. Kedua,
metode ceramah dimana para santri dipanggil satu-persatu oleh pembawa
acara untuk menyampaikan isi khutbahnya. Ketiga, metode kontinyu atau
terus menerus. Metode ini sangat diperlukan karena dengan terus menerus
latihan maka akan menimbulkan kemampuan.

Pertanyaan : kalau untuk peraturan dan tata tertib muhadhoroh ini


bagaimana ustadz?

Jawaban : untuk tata tertib, peraturan atau konsekuensi pelanggaran


semuanya kami serahkan kepada pengurus muhadhoroh. tujuannya agar para
santri tingkat ‘ulya atau pengurus ini bisa membimbing ade-ade nya yang
ditingkat uula dan wustho’

Pertanyaan : bagaimana harappan ustadz untuk santri dalam mengikuti


muhadhoroh?

Jawaban : harapannya tentu supaya santri ini memiliki kemampuan


untuk berdakwah di masyarakat. Karena saat ini masyarakat butuh da’I da’I
yang berkualitas dan berwawasan luas.
Tanda Tangan

Ustadz Muhammad Riswan, Al-Hafizh, S.Pd.I


Nama : Zahra Khoirunnisa

Jabatan : Ketua Muhadhoroh

Waktu : 18 Januari 2020

Pertanyaan : menurut kamu apakah program muhadhoroh itu?

Jawaban : menurut saya program ini adalah program wajib ponfok


untuk melatih para santri berani untuk tampil di depan. Muahdhoroh juga
sebagai bekal untuk santri untuk terjun ke masyarakat.

Pertanyaan : sebagai ketua muhadhoroh biasanya apa yang kamu


lakukan?

Jawaban : sebagai ketua muhadhoroh saya biasanya mengkoordnir


jalannya muhadhoroh, kalau ada santri yang melanggar saya tegur. Kalau
ditegur tidak berubah basanya diberi hukuman untuk mengambil intisari atau
berdiri di depan sampai muahdhorohnya selesai kak.

Pertanyaan : proses pelaksanaan muhadhorohnya seperti apa sih klau


boleh tau?

Jawaban : prosesnya ada empat sih kak ppertama mereka disuruh


membuat teks sendiri-sendiri- lalu disetorkan kepada pengurus, setelah
diperiksa baru para santri menghafal teks nya dan yang terakhir ditampilkan
di depan santri-santri lain saat muhadhoroh berlangsung.

Pertanyaan : selain pelatihan khutbah dalam muhadhoroh itu apa saja


program pelatihannya?

Jawaban : hanya berkhutbah, santri juga dilatih untuk menjadi


pembawa acara. Setiap santri akan mendapat giliran untuk bertugas sebagai
penceramah, pembawa acara, pembaca tilawah dan saritiliwah, pengambilan
intisari serta pembaca do’a. hal ini dilakukan oleh santri dan untuk santri.

Pertanyaan : bagaimana susunan acara muhadhorohnya?

Jawaban : susunan acara muhadhoroh santri Pondok Pesantren Tahfizh


Al-Qur’an Daarul hikmah terdiri dari pembukaan, pembacaan ayat suci Al-
Qur’an, latihan berkhutbah/berpidato, pengambilan intisari, sambutan,
resting/hiburan, Pengumumann, Do’a dan Penutup kak.

Pertanyaan : bagaimana cara kamu atau pengurus dalam mengemas


muhadhoroh menjadi tidak membosankan?

Jawaban : biasanya sih kita buat yel-yel, terus ada pembacaan sholawat
terkadang ada penampilan-penampilan juga biar santri gak bosen dalam
mengikuti muhadhorohnya kak.

Pertanyaan : bagaimana harapan kamu untuk muhadhoro di pondok


Pesantren ini?

Jawaban : dengan adanya program muhadhoroh ini saya berharap


semoga santri lebih berani lagi dalam menyampaikan ide pikirannya di depan
umum. Semoga untuk pengurus muhadhoroh yang akan datang juga dapat
mengemas muhadhoroh menjadi lebih menyenangkan agar santri lebih
antusias untuk mengikuti muhadhoroh.

Tanda Tangan

Zahra Khairunnisa
Nama : Muhammad Haris Fadhillah

Kelas : 2 tingkat Wustho

Waktu : 1 Februari 2020

Pertanyaan : apakah kamu sering mengikuti kegiatan mhadhoroh

Jawaban : sering kak, kaena kan muhadhoroh ini sifatnya wajib. Jadi
setiap ada muhadhoroh pasti saya ikut.

Pertanyaan : apakah kamu senang mengikuti program muhadhoroh?

Jawaban : senang, karena muhadhoroh di sini ada resting dan


penampilannya juga, ada sholawat jadi gak jenuh

Pertanyaan : menurut kamu apa sih perubahan kamu setelah ikut program
muhadhoroh?

Jawaban : sejak mengikuti muhadhoroh kemampuan saya meningkat.


Dari awalnya saya tidak berani dan malu-malu kalau berbicara di depan
teman-teman yang lain, sekarang saya sudah mulai berani.

Pertanyaan : biasanya kalau sebelum muhadhoroh apa yang kamu


lakukan?

Jawaban : biasanya saya bikin teks nya dulu, setelah itu disetor, terus
saya menghafal. Kalau saya belum hafal saya akan terus menghafal dan
menghafal sampai bisa. Lalu saya mempresentasikan di depan teman-teman
saat muhadhoroh.

Pertanyaan : ketika muhadhoroh berlangsung biasanya apa yang kamu


laukan?
Jawaban : Biasanya kalau saya bertugas sebagai pembicara saya akan
berpidato tapi kalau tidak bertugas saya biasanya menyimak apa yang teman
saya sampaikan saat muhadhoroh. kemudian saya mencatat poin-poin
penting nya. Biar nanti pas disuruh mengambil intisari saya sudah ada
persiapan kak.

Pertanyaan : apa harapan kamu setelah ikut muhadhoroh?

Jawaban : Dengan mengikuti program muhadhoroh saya berharap


semoga saya bisa menjadi mualligh yang sukses di masyarakat nanti.

Tanda Tangan

Muhammad Haris Fadhillah


Nama : Kusnia

Kelas : 3 tingkat Wutho

Waktu : 18 Januari 2020

Pertanyaan : apakah kamu sering mengikuti muhadhoroh

Jawaban : alhamdulillah sering kak, karena di sini kan muhadhoroh


wajib. Jadi mau gak mau harus ikut.

Pertanyaan : bagaimana perasaan kamu saat mengikuti muhadhoroh?

Jawaban : senang, karena bisa belajar berani untuk menyampaikan


pesan dakwah kepada teman-teman yang lain

Pertanyaan : apa yang kamu lakukan sebelum muhadhoroh berlangsung?

Jawaban : sebelum muhadhoroh jika saya bertugas sebagai pembicara


maka saya biasanya menentukan pokok muhadhoroh yaitu judul dan berlatih
secara lantang.

Pertanyaan : menurut kamu manfaat muhadhoroh itu apa sih?

Jawaban : manfaat muhadhoroh bagi saya adalah melatih untuk


terampil berkomunikasi di depan orang banyak.

Pertanyaan : kendala apa yang kamu alami saat muhadhoroh?

Jawaban : kendalanya kadang saya masih grogi

Pertanyaan : apa yang kamu harapkan dalam muhadhoroh di pondok ini?


Jawaban : harapannya semoga program muhadhoroh pondok Pesantren
Tahfizh Al-Quran Daarul Hikmah bisa melahirkan da’i-da’i berprestasi yang
mampu menegakkan ammar ma’ruf nahi munkar.

Tanda Tangan

Kusnia
LAMPIRAN KEGIATAN MUHADHOROH

You might also like