Professional Documents
Culture Documents
Tetanus
Tetanus
Ju rn a l Ke p e r a w a t a n Mu h a m m a d i y a h
Alamat Website : http ://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM
Evaluasi Program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) Di Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya
Eneng Iyet Kurniawati 1, Nanik Yuliwati 1
1
Program Studi Sarjana Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara, Indonesia
Methods: This type of research is the Rapid Assessment Procedure (RAP). This
research was conducted in the Tasikmalaya City Health Office area in March-
June 2023. The informants in this study were as many as 10 people consisting
of Immunization Program Holders (7 people) for each health center, and
health service officers (3 people).
46
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 8 (3) 2023
47
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 8 (3) 2023
melindungi individu dari penyakit yang serius dan tipe 2. Selain itu, Indonesia juga perlu melakukan
mencegah penyebaran penyakit menular. Di Indonesia, langkah yang serius untuk menekan KLB PD3I yang
setiap bayi wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap saat ini telah mulai terjadi di masyarakat agar tidak
sesuai dengan jadwal imunisasi yang telah dikeluarkan menjadi masalah baru di tengah-tengah pandemi yang
oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Pandemi belum juga berakhir.
COVID-19 yang muncul pada akhir tahun 2019 lalu Sehubungan dengan hal itu, dibutuhkan suatu upaya
memberikan dampak yang luas pada berbagai aspek kolaboratif terintegrasi yang dapat mengharmoniskan
kehidupan, termasuk sistem kesehatan. Penurunan kegiatan imunisasi tambahan dan imunisasi kejar
kunjungan imunisasi dasar menyebabkan jumlah guna menutup kesenjangan imunitas di masyarakat.
anak yang mendapatkan imunisasi menurun, sehingga Upaya tersebut dilaksanakan melalui kegiatan
resiko terjangkit penyakit yang dapat dicegah dengan yang dinamakan Bulan Imunisasi Anak Nasional
imunisasi menjadi meningkat sehingga dikhawatirkan (BIAN). Tujuan BIAN adalah untuk mencapai dan
terjadi kejadian luar biasa dalam pandemi. Dalam mempertahankan kekebalan populasi yang tinggi
masa pandemi COVID-19 ini, imunisasi tetap dan merata sebagai upaya mencegah terjadinya KLB
harus diupayakan lengkap sesuai jadwal untuk PD3I. Untuk sasaran pelaksanaan imunisasi tambahan
melindungi anak dari penyakit yang dapat dicegah Campak-Rubela adalah anak usia 9 bulan sampai
dengan imunisasi. Pelayanan imunisasi pada masa dengan 59 bulan. Sedangkan sasaran imunisasi kejar
pandemi COVID-19 tetap harus dilaksanakan dengan adalah anak usia 12 bulan sampai dengan 59 bulan
penyesuaian terkait situasi penyebaran COVID-19 di di seluruh propinsi yang tidak atau belum lengkap
tiap daerah di Indonesia. mendapatkan imunisasi OPV, imunisasi IPV dan
Penyakit- penyakit yang bisa dilindungi dengan imunisasi DPT-HB-Hib. Mekanisme pelaksanaan
imunisasi (PD3I) antara lain merupakan Tuberkulosis, dilakukan selama 30 hari kerja.
campak, Rubela. Hepatitis, Pertusis, Difteri, Polio, Pelaksanaan BIAN dilaksanakan secara serentak di
Tetanus Neonatorum, Meningitis, Pneumonia, Kota Tasikmalaya. Situasi cakupan BIAN di Kota
Kanker leher rahim akibat infeksi human Human Tasikmalaya meliputi campak/rubella 96,2%, OPV
Papilloma Virus, Japanese Encephalitis, diare akibat 93,6%, IPV 89,3%, DPT-HB-Hib 93,2%. Sedangkan
infeksi rotavirus dan sebagainya. Penyakit-penyakit capaian di Puskesmas Cipedes meliputi MR 96%,
ini dapat mengakibatkan kesakitan, kecacatan dan OPV 100%, IPV 82%, dan HIB DPT 83%. Hal
bahkan kematian terutama jika mengenai anak-anak ini yang menjadi alasan peneliti untuk melakukan
yang belum mendapatkan imunisasi rutin lengkap. penelitian di cakupan BIAN di Kota Tasikmalaya
Seorang anak usia kurang dari 5 tahun dikatakan karena ingin mengetahui sejauh mana evaluasi yang
memiliki status imunisasi rutin lengkap apabila telah dilakukan oleh berbagai pihak khususnya Pihak Dinas
mendapatkan 1 dosis HBO, 1 dosis BCG, 4 dosis Kesehatan yang mengevaluasi kembali kegiatan BIAN.
OPV, 4 dosis DPT-HB-Hib, 1 dosis IPV, dan 2 dosis
campak-rubela (Kementerian Kesehatan RI, 2022). Berdasarkan beberapa permasalahan di atas dan
petunjuk teknis pelaksanaan imunisasi pada masa
Sebagai bagian dari masyarakat global, Indonesia pandemi Covid-19, maka perlu dilakukan suatu
telah berkomitmen untuk mencapai target/goal evaluasi dan persiapan pelaksanaan program imunisasi
global seperti mencapai eliminasi campak rubela/ BIAN, untuk meningkatkan capaian cakupan
Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun Imunisasi dasar dan lanjutan serta terlaksananya
2023 serta mempertahankan Indonesia Bebas Polio program BIAN. Sedangkan imunisasi tidak kalah
dan mewujudkan Dunia Bebas Polio pada tahun pentingnya untuk membantu tumbuh kembang bayi
2026. Upaya penting dalam mencapai eliminasi dan meningkatkan daya tahan tubuh anak apalagi
campak-rubela/CRS, selain penguatan imunisasi selama pandemi. Evaluasi adalah suatu kegiatan yang
rutin tentunya, adalah dengan melaksanakan dilakukan untuk memberikan penilaian terhadap
pemberian imunisasi tambahan campak-rubela program yang sudah berjalan ataupun yang sedang
yang sifatnya massal dan tanpa memandang status berjalan. Untuk kepentingan praktis, ruang lingkup
imunisasi sebelumnya bagi sasaran prioritas yang evaluasi (penilaian) tersebut dibedakan menjadi empat
telah ditetapkan. Begitu juga dengan pencapaian kelompok yaitu 1) evaluasi terhadap masukan (input),
eradikasi polio global, dibutuhkan upaya imunisasi 2) evaluasi terhadap proses (process), 3) evaluasi
kejar IPV1 untuk menutup kesenjangan imunitas dan terhadap keluaran (output), dan 4) evaluasi terhadap
memastikan anak-anak terlindungi dari virus polio
48
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 8 (3) 2023
dampak (impact) (Azwar, 2016). sudah memiliki STR dan sesuai kompetensi yaitu
Tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh Bidan dan Perawat dan dibantu oleh kader posyandu,
informasi mendalam mengenai Evaluasi Program seperti hasil wawancara berikut ini :
Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) di Dinas Pemegang program imunisasi di PKM Indihiang
Kesehatan Kota Tasikmalaya Tahun 2022 dipegang oleh 1 orang bidan yang disebut Korim
METODE (Koordinator Imun) (IT-1)
Penelitian ini adalah penelitian Rapid Asessment Dari Puskesmas biasanya perawat-perawat yang ada
Prosedur (RAP). Lokasi dilaksanakan di Dinas disitu, bidan dan juga ada Kader juga (IT-2)
Kesehatan Kota Tasikmalaya yang mencakup beberapa Perawat dan bidan ada 6 orang (IT-3)
puskesmas yang akan dijadikan lokasi penelitian. Bidan, kader (K3)
Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret
s/d Juni 2023. Informan yang diteliti terdiri dari 2 Ada dari pihak Puskesmas, ada yang mewakili,
kelompok yaitu: kelompok informan utama sejumlah kadang dari bidan desa dan perawat (IU-2)
3 orang dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Koordinator Imun ada 3 (IT-4)
Kota Tasikmalaya, kelompok informan yaitu petugas
Pemegang Program 2 orang (IU-2)
imunisasi Puskesmas Kota Tasikmalaya sejumlah
7 orang. Metoda pengumpulan data menggunakan Dana
data data primer yang dikumpulkan dilakukan Dari hasil wawancara dengan informan mengenai
dengan menggunakan wawancara mendalam (depth dana yang digunakan untuk program BIAN adalah
Interview) dan data sekunder diambil dengan berasal dari pemerintah pusat. Hasil Wawancara
observasi partisipatif yang terkait dalam pelaksanaan bersama informan mengenai sumber dana program
kegiatan program BIAN. Dalam hal ini, peneliti BIAN di wilayah Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya
menggunakan panduan wawancara dan tape recorder sebagai berikut:
untuk mengetahui gambaran Evaluasi pelaksanaan
program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN). Dana yang diberikan oleh pemerintah pusat bukan
Analisis data meliputi pengumpulan data, menelaah untuk pelaksanaan BIAN tetapi untuk pendataan
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu sasaran. Pendataan yang dibiayai oleh pemerintah
hasil wawancara mendalam, reduksi data, penyajian untuk pelaksanaan pendataan ini sebanyak 6 orang
data, dan menarik simpulan. selama 6 hari di kali Rp. 60.000 = Rp. 2.160.000,-
untuk pembagian petugas 1 Kelurahan dilakukan
HASIL pendataan hanya 2 orang di Kelurahan Indihiang
Penelitian ini akan membahas tentang Evaluasi 2 orang, Kelurahan Sirnagalih 2 orang, Kelurahan
Program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) Sukamaju Kaler 2 orang dan Kelurahan Sukamaju
di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Tahun 2022, Kidul 2 orang. Total Kelurahan di wilayah PKM
dengan jumlah informan utama berjumlah 3 orang Indihiang ada 4 Kelurahan (IT-1)
dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya dan Informan Dana dari Puskesmas untuk pelaksanaan BIAN
triangulasi berjumlah 7 orang dari 7 Puskesmas di tidak ada, jadi pelaksanaan yang membutuhkan
wilayah Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. dana untuk ini disatukan dengan kegiatan imunisasi
Deskripsi Aspek Input rutin, dikarenakan kegiatan BIAN merupakan
program dadakan. Dana dari Dinas kesehatan untuk
Variabel input meliputi 4 bagian yaitu: tenaga (sumbe
pelaksanaan BIAN dialokasi untuk pendataan BIAN
daya manusia), dana, sarana dan prasarana, pedoman
ke masyarakat untuk 6 hari, jadi untuk kegiatan
teknik dan SOP pelaksanaan BIAN, dan waktu
BIAN ini dirasa belum mencukupi untuk kegiatan
pelaksanaan.
BIAN yang sangat penting ini (IT-2)
Tenaga (Sumber Daya Manusia)
Dari pemerintah pusat dan cukup (IT-3 dan IT-4)
Peran petugas sangat mendukung dalam pelaksanaan
Belum cukup (IU-1,2,3)
program BIAN. Dari hasil wawancara dengan
informan mengenai petugas yang terlibat di wilayah
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya didapatkan hasil
bahwa petugas kesehatan yang melaksanakan BIAN
49
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 8 (3) 2023
50
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 8 (3) 2023
51
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 8 (3) 2023
UCI 100% (IU-1) Sumber daya manusia sangat penting dalam rangka
meningkatkan pelayanan kesehatan yang efektif dan
efisien. Sumber daya manusia diperlukan dalam
Kendala kegiatan perencanaan dan pengelolaan program
Adapun kendala yang dihadapi dalam Pelaksanaan imunisasi yang berhubungan dengan hasil dari program
Program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) di BIAN (Rahmawati, 2017). Tersedianya tenaga
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, sebagian besar dari kesehatan yang cukup merupakan salah satu faktor
masyarakat yang belum paham dan mengerti tentang keberhasilan suatu program. Manusia merupakan aset
pentingnya Imunisasi di masa pandemi Covid karena utama organisasi dalam kegiatan perencanaan dan
takutnya akan efek samping dari vaksinasi tersebut, pelaksanaan kegiatan. Tenaga kesehatan yang kurang
berikut hasil wawancaranya: terampil menjadi salah satu penyebab pekerjaan tidak
terselesaikan secara optimal (Sudarmayanti dalam
Kendala pada saat BIAN yaitu masih ada orang
Husni dkk, 2018). Sumber daya manusia di wilayah
tua yang anaknya tidak mau di imunisasi, entah
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya sudah sesuai dengan
itu alasan agama (kepercayaan) atau takut anaknya
Kebijakan peraturan Menteri Kesehatan Republik
menjadi sakit, hal ini terjadi karena SDM masih
Indonesia tentang penyelenggaraan imunisasi bagian
rendah (IT-1)
ke empat Nomor 42 tahun 2012 Pasal 20 tentang
Kendala dalam pelaksanaan BIAN ada beberapa tenaga pengelola ayat (3) dan (4). Ayat (3) yaitu
faktor, diantaranya: Petugas kesehatan : ada beberapa Tenaga pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
vaksinator yang belum berani untuk memberikan dan ayat (2) harus memenuhi kualifikasi tertentu yang
suntikan ganda pada bayi dan balita; Masyarakat/ diperoleh dari pendidikan dan pelatihan. Sedangkan
orang tua : belum memahami pentingnya pemberian ayat (4) yaitu Pemerintah, pemerintah daerah provinsi
imunisasi tambahan sehingga ada beberapa orang tua dan pemerintah daerah kabupaten/kota bertanggung
yang tidak mengizinkan anaknya untuk di vaksinasi jawab dengan pelaksanaan pelatihan sebagaimana
takut terjadi KIPI serius; Lintas sektor : Masih kurang maksud pada ayat (3). Dan sesuai dengan BAB IV
mengajak sasaran untuk diberikan imunisasi BIAN, tentang pelaksanaan pelayanan imunisasi pasal 27 ayat
sosialisasi kepada masyarakat masih mengandalkan (4) yaitu Dalam hal apabila di puskesmas tidak terdapat
puskesmas (IT-2) dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (3), bidan
Banyak yang kurang paham tentang BIAN (IT-3) dan perawat dapat melaksanakan suntikan imunisasi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sulitnuya meyakinkan masyarakat tentang vaksinasi
ganda dan efek samping dari imunisasi (IT-4) Di wilayah Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, yang
pernah mendapatkan pelatihan tentang imunisasi
Masih adanya orangtua yang menolak anaknya untuk adalah hanya pemegang program imunisasi saja.
diimunisasi (IT-6) Petugas imunisasi dan kader hanya mendapatkan
PEMBAHASAN informasi dari pemegang program yang telah dilatih.
Pelatihan sangat penting untuk meningkatkan
Input
kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan
Tenaga (Sumber Daya Manusia) demikian meningkatkan kinerja pegawai.
Saat ini sumber daya manusia yang terlibat dalam Dana
pelaksanaan Posyandu di wilayah Dinas Kota
Dana merupakan besaran uang yang dibutuhkan
Tasikmalaya dalam pelaksanaan BIAN terdiri dari
untuk menunjang pelaksanaan program untuk
Koordinaor Imunisasi yaitu perawat dan bidan
mencapai tujuan. Tidak ada permasalahan bagi
yang sudah memiliki STR dan dibantu oleh tenaga
Puskesmas Sekancing mengenai pembiayaan dalam
pendukung yaitu kader, guru, dll. Sumber Daya
melaksanakan pelayanan imunisasi. Hal tersebut
Manusia yang terlibat dalam program BIAN telah
dikarenakan penyelenggaraan pelayanan imunisasi
mendapatkan pelatihan dan pertemuan membahas
di wilayah Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya sudah
program imunisasi walaupun hanya koordinator saja
dipenuhi oleh Pemerintah pusat.
yang mendapat pelatihan di Dinas Kesehatan. Petugas
yang lain serta kader akan mendapatkan informasi Anggaran khusus dan sumber dana untuk program
dari petugas yang sudah dilatih. BIAN ini bersumber dari APBD. Dana yang digunakan
untuk keperluan akomodasi transportasi untuk pergi
52
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 8 (3) 2023
ke tempat pelaksanaan BIAN oleh petugas bersumber sarana dan prasarana yang baik, lengkap, berkualitas
dari BOK. Untuk dapat melaksanakan kegiatan dan jumlahnya yang mencukupi akan membantu
dari suatu program yang ada, para pelaksana harus petugas dalam melaksanakan pekerjaannya.
mendapat sumber yang dibutuhkan agar program Penelitian yang dilakukan oleh Edi Rachman, dkk
berjalan lancar, salah satunya dalam bentuk uang. (2017) tentang Evaluasi Perencanaan program
Dana sebagai syarat kelancaran sebuah program harus Imunisasi Campak di Puskesmas Ibrahim Adjie Kota
dialokasikan secara tepat, demikian juga kelancaran Bandung Tahun 2017, didapatkan hasil bahwa stok
dalam proses penyediaan dan penggunaanya. vaksin imunisasi campak masih tergantung pada
Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil, dan Dinas Kesehatan setempat serta sarana dan prasarana
berkesinambungan memegang peranan yang penting sudah lengkap.
untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam Pedoman Teknis dan SOP
rangka mencapai tujuan. Tujuan dari pembangunan
disuatu negara adalah pemerataan pelayanan Pada pelaksanaan Program BIAN di wilayah Dinas
kesehatan dan akses serta pelayanan yang berkualitas. Kesehatan Kota Tasikmalaya menggunakan pedoman
Oleh karena itu, kebijakan kesehatan disuatu Negara teknis dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
seharusnya memberikan fokus penting kepada diberikan oleh pihak pemerintah pusat. SOP dibuat
kebijakan pembiayaan kesehatan untuk menjamin untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, konsistensi,
terselenggaranya kecukupan, pemerataan, efisiensi dan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan melalui
dan efektifitas dari pembiayaan kesehatan itu sendiri pemenuhan standar yang berlaku. Penilaian kualitas
(Efendi, 2019). SOP pelayananan imunisasi meliputi ketersediaan
SOP dan penerapannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Dessy Intansari,
dkk (2015) tentang Analisis program imunisasi di Kepatuhan terhadap standar pelayanan merupakan
Puskesmas Gamping II, didapatkan hasil bahwa salah satu penyebab utama masalah mutu, dikarenakan
tercapainya program dasar imunisasi lengkap tidak ketidakpatuhan petugas terhadap unsur proses, dan
akan tercapai dengan baik apabila tidak ada dukungan bahkan dapat dikatakan bahwa mutu layanan adalah
dan sistem pendanaan imunisasi dasar lengkap. Di kesempurnaan terhadap standar yang memuaskan dari
Puskesmas Gamoing dalam pendanaan Pemerintah pihak pasien karena pelayanan yang standar diberikan
akan mencairkan dana sesuai dengan data yang oleh petugas (Suyitno, 2017).
dikirimkan oleh Puskesmas. Waktu
Sarana dan prasarana Pelaksanaan imunisasi di wilayah Dinas Kesehatan
Sarana dan prasarana untuk kegiatan imunisasi di Kota Tasikmalaya sudah terjadwal dengan baik
wilayah Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya sudah dan sudah direncanakan pada awal tahun 2022
lengkap dan memadai yaitu vaksin, Auto Disable untuk pelaksanaan imunisasi selama satu tahun dan
Syringe (ADS), safety box, emergency kit, dan dokumen diinformasikan kepada petugas imunisasi tersebut.
pencatatan status imunisasi. Dalam pemenuhan sarana Dan jika petugas imunisasi berhalangan pada waktu
dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksaanaan yang telah dijadwalkan, akan digantikan oleh petugas
kegiatan BIAN dilakukan oleh Dinas Kesehatan yang lain. Pada penelitian ini jadwal pelaksanaan
seperti spanduk, undangan untuk sasaran, dan leaflet. imunisasi sudah direncanakan dengan baik oleh pihak
Sarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya.
BIAN di wilayah Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Jadwal imunisasi di wilayah Dinas Kesehatan Kota
sudah lengkap. Tasikmalaya dilaksanakan berbeda pada setiap
Menurut Rahmawati (2017), bahwa ketersediaan sarana puskesmas. Pelaksanaan imunisasi di wilayah Dinas
dan prasarana penunjang merupakan salah satu faktor Kesehatan Kota Tasikmalaya setiap sore hari pada
yang mampu mempengaruhi hasil kegiatan petugas minggu yang telah ditentukan. BIAN dilaksanakan
BIAN. Kondisi sarana dan prasarana yang baik antara selama satu bulan, bertahap di seluruh provinsi
lain lengkap, modern, berkualitas, dan jumlah cukup Indonesia. Tahap pertama dilaksanakan mulai
akan memberikan kepuasan karyawan yang kemudian Mei 2022 di seluruh provinsi di pulau Sumatera,
dapat meningkatkan kinerjanya. Ketersediaan sarana Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan
dan prasarana merupakan salah satu faktor yang dapat Papua. Tahap kedua dilaksanakan mulai Agustus 2022
mempengaruhi hasil dari kegiatan BIAN. Kondisi di seluruh provinsi di Jawa dan Bali. Terlaksananya
53
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 8 (3) 2023
Bulan Imunisasi Anak Nasional meliputi kegiatan dan Puskesmas harus mampu menggunakan aplikasi
imunisasi tambahan Campak Rubela dan imunisasi untuk digunakan setiap hari agar seluruh kinerja
kejar (OPV, IPV dan DPT-HB-Hib) dengan baik dan program imunisasi dapat termonitor dengan baik oleh
dapat mencapai target yang diharapkan. pengambil kebijakan di semua level (Kementerian
Penelitian yang dilakukan oleh Edi Rachman, dkk Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsil Kabupaten/
(2017) tentang Evaluasi Perencanaan program Kota dan Puskesmas). Kegiatan Bulan Imunisasi Anak
Imunisasi Campak di Puskesmas Ibrahim Adjie Nasional (BIAN) tahap kedua akan dilaksanakan di
Kota Bandung Tahun 2017, didapatkan hasil bahwa semua provinsi yang berada di Pulau Jawa dan Bali
program imunisasi sudah terjadwal baik di dalam pada Agustus 2022 dan pencatatan hasil imunisasi
gedung maupun diluar gedung. dan logistik harus menggunakanaplikasi ASIK dan
SMILE.
54
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 8 (3) 2023
Perlu dilakukan penyusunan strategi untuk melakukan mengimunisasi anaknya karena takutnya akan dampak
percepatan pencapaian cakupan imunisasi pada bulan vaksin karena banyaknya informasi yang simpang siur
imunisasi anak nasional (BIAN) Agustus 2022 ini. dari lingkungan yang menyatakan bahwa vaksin tidak
Impact / Kendala aman dan malah menambah beratnya penyakit.
55
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 8 (3) 2023
56