Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Penelitian Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban

HUBUNGAN MOTIVASI PETUGAS KESEHATAN DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN PASIEN


TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS WILAYAH KECAMATAN MERAKURAK TUBAN
(The Relationship Between The Motivation Of Health Workers And The Success Of Treating Tuberculosis Patients In The
Merakurak Sub-District,Tuban Regency)

Siti Siswari 1), Karyo2)


1) Prodi Sarjana Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban
Email: siswari7@gmail.com, (+62 856-4573-1802)
2) Prodi Sarjana Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban

Email: karyo.iiknu@gmail.com, (+62 857-3318-1899)

Abstract

Patients with confirmed tuberculosis must undergo a long course of treatment, namely a minimum of six months
of treatment, in which the first two months are the intensive phase and the next four months are the latent or continuation
phase.
The purpose of this study was to determine the relationship between the motivation of health workers and the
success of tuberculosis treatment.
This research is a quantitative analytic observational with a cross-sectional approach. The sampling technique
used was simple random sampling taken from all tuberculosis patients at the Merakurak sub-district health center as many
as 80 respondents, namely 42 from the merakurak healt center and 38 from the temandang healt center. The instrument
used was a health worker's motivational questionnaire about the success of tuberculosis treatment.
The results of the study obtained p = 0.000. Because p = 0.000 <0.05, H1 is accepted, meaning that there is a relationship
between the motivation of health workers and the successful treatment of tuberculosis patients at the Community Health
Center in the Merakurak sub-district, Tuban district.

Keywords: Motivation of Health Workers, Tuberculosis, Treatment succes

Abstrak
Pasien terkonfirmasi tuberkulosis harus menjalani pengobatan yang panjang yaitu minimal pengobatan selama
enam bulan, di mana dua bulan pertama sebagai fase intensif dan empat bulan berikutnya laten atau fase lanjutan, selama
menjalani pengobatan yang panjang, pasien harus memiliki faktor pendukung untuk terus menjalani pengobatannya secara
teratur.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi petugas kesehatan dengan keberhasilan
pengobatan tuberkulosis.
Penelitian ini merupakan observasional analitik kuantitatif dengan pendekatan Cross-sectional. Teknik sampling
yang digunakan adalah simple random sampling yang diambil dari seluruh pasien tuberkulosis di Puskesmas wilayah
kecamatan merakurak sebanyak 80 responden yaitu 42 dari puskesmas merakurak dan 38 dari puskesmas temandang.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner motivasi petugas kesehatan tentang keberhasilan pengobatan tuberkulosis.
Hasil penelitian didapatkan hasil p=0,000. Karena p=0,000<0,05 maka H1 diterima artinya terdapat hubungan
antara motivasi petugas kesehatan dengan keberhasilan pengobatan pasien tuberkulosis di Puskesmas wilayah kecamatan
Merakurak kabupaten Tuban.

Kata Kunci: Motivasi Petugas kesehatan, Tuberkulosis, Keberhasilan Pengobatan


Jurnal Penelitian Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban

peningkatan kasus tuberkulosis pada Tahun


PENDAHULUAN
2023 yaitu sebanyak 80 pasien tuberkulosis
Penyakit tuberkulosis merupakan yang melakukan pengobatan di Puskesmas
penyakit menular yang disebabkan Wilayah Kecamatan Merakurak Kabupaten
mycobacterium tuberkulosis, yang dapat Tuban. Faktor-faktor yang mempengaruhi
menyerang paru dan organ lainya (Menkes, kesembuhan pasien tuberkulosis di Puskesmas
2016). Penyakit tuberkulosis bila tidak diobati Wilayah Kecamatan salah satunya adalah
atau pengobatanya tidak tuntas dapat adanya motivasi dari petugas kesehatan
menimbulkan komplikasi yang berbahaya Keberhasilan pengobatan tuberkulosis
hingga menyebabkan kematian. (Menkes, 2007 dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
Indonesia saat ini berada di urutan ke tiga pengetahuan, status gizi, kebiasaan, dukungan
jumlah kasus tuberkulosis setelah India dan pengawas minum obat (PMO), serta motivasi
China (Menkes, 2021). Menurut data petugas (Ivanovs, 2016). Diharapkan semua
Kementerian Kesehatan pada Tahun 2021 ada pasien tuberkulosis melakukan pengobatan
397.377 kasus tuberkulosis di seluruh secara rutin,mengkonsumsi gizi seimbang dan
Indonesia. Angka tersebut bertambah memiliki sikap serta pengetahuan yang baik
dibanding tahun sebelumya yaitu sebanyak sebagai upaya untuk penyembuhan
351.936 kasus tuberkulosis (Menkes, 2021). Di tuberkulosis (Nursalam, 2017). Beberapa
tingkat Provinsi Jawa Barat merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
Provinsi terbanyak jumlah kasus tuberkulosis. pasien tuberkulosis antara lain lama
Pada tahun 2021 di Jawa Barat terdapat pengobatan, usia, jenis kelamin, pendidikan,
128.057 kasus tuberkulosis (Menkes, 2021). status perkawinan, pekerjaan, tempat tinggal,
Pada periode Januari hingga September Tahun lama pengobatan, dukungan sosial, depresi,
2022 di Jawa Barat terdapat 75.296 kasus merokok, dan kepatuhan serta sikap petugas
tuberkulosis. Jumlah kasus tuberkulosis di (Nursalam, 2017). Upaya untuk mengatasi
Kabupaten Tuban Tahun 2021 terdapat 1.260 permasalahan diatas salah satunya adalah
kasus tuberkulosis dan terjadi peningkatan dengan melakukan pengobatan secara rutin,
kasus tuberkulosis pada tahun 2022 menjadi mengkonsumsi gizi seimbang, peran PMO,
1.928 kasus tuberkulosis (Dinkes Tuban, kepatuhan minum obat dan memiliki sikap
2021). Jumlah kasus Tuberkulosis di serta pengetahuan yang baik tentunya dengan
Puskesmas Wilayah Kecamatan Merakurak adanya motivasi dari petugas kesehatan yang
Kabupaten Tuban pada Tahun 2022 terdapat 67 selalu memotivasi pasien tuberkulosis untuk
kasus tuberkulosis, dan terdapat peningkatan sembuh dari penyakit tuberculosis. Motif atau
yang singnifikan pada Tahun 2023 yaitu motivasi berasal dari kata Latin moreve yang
sebanyak 80 pasien tuberkulosis di Puskesmas berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk
Wilayah Kecamatan Merakurak Kabupaten bertindak atau berperilaku. Pengertian motivasi
Tuban. jumlah kasus tuberkulosis di menurut pendapat lain adalah kesediaan untuk
Puskesmas Wilayah Kecamatan merakurak mengeluarkan tingkat upaya tinggi untuk
masih kurang dari target pencapaian tujuan tertentu yang dikondisikan oleh
penemuan kasus tuberkulosis yang harus di kemampuan untuk memenuhi beberapa
capai dalam sistem informasi tuberkulosis kebutuhan individu (robbins, 2003) Kata
(SITB) di Kabupaten Tuban. Pada Tahun 2022 “motif” diartikan sebagai daya upaya yang
di Puskesmas Wilayah Kecamatan merakurak mendorong seseorang untuk melakukan
jumlah pasien tuberkulosis sebanyak 67 pasien sesuatu. Motif dapat diartikan sebagai daya
TB dan berhasil menyelesaikan pengobatan penggerak dari dalam diri subjek untuk
tuberkulosis tepat waktu sebanyak 61 pasien melakukan aktifitas- aktifitas tertentu demi
dan terdapat 6 pasien yang masih berobat mencapai suatu tujuan (Hidayat, 2012).
dikarenakan masih adanya kegagalan atau Keberhasilan pengobatan TB terbagi menjadi
resistensi obat tuberkulosis. Dan terjadi dua yaitu tahap awal ( insentif ) dan tahap
*
Korespondensi Author : Siti siswari, IIK NU Tuban
Email : siswari7@gmail.com, (+62 856-4573-1802)
)
Jurnal Penelitian Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban

lanjutan. Pengobatan tahap awal diberikan Merakurak Kabupaten Tuban.


setiap hari, bertujuan secara efektif Populasi dalam penelitian ini adalah
menurunkan jumlah kuman yang ada dalam seluruh pasien TB yaitu 80 responden yang
tubuh dan meminimalisir pengaruh dari berada di Puskesmas wilayah Kecamatan
Sebagian kecil kuman yang mungkin sudah Merakurak Tuban. Puskesmas Wilayah
resisten sejak pasien sebelum menerima Kecamatan Merakurak terdari dari dua
pengobatan. Pengobatan selama 2 bulan dan Puskesmas yaitu Puskesmas Merakurak dan
tahap lanjutan bertujuan membunuh sisa-sisa puskesmas Temandang dimana jumlah pasien
kuman yang masih ada dalam tubuh, TB terbanyak berasal dari puskesmas Merakurak
khususnya kuman persisten, sehingga dapat yaitu sebanyak 48 pasien TB dan di Puskesmas
sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan Temandang sebanyak 32 pasien TB. Teknik
dab obat TB ini diberikan setiap hari selama 4 sampling yang digunakan adalah Dalam
bulan. Rekomendasi pengunaan obat penelitian ini menggunakan simple random
tuberkulosis dewasa yaitu : sampling dimana untuk sampling ini, setiap
elemen diseleksi secara random, dengan cara
memilih secara acak untuk diteliti di satu tempat
Dosis Dosis Maksimum yaitu di Puskesmas Wilayah Kecamatan
harian Merakurak Kabupaten Tuban.
3x per
Jenis instrumen yang digunakan dalam
minggu
pengumpulan data pada penelitian ini adalah
(mg/KgBB) (mg) (mg/kgBB) (mg)
kuesioner dan rekam medis. Pengambilan data
Isoniazid 5 (4-6) 300 10 (8-12) 900
menggunakan lembar kuesioner berupa
Rifampisin 10 (8-12) 600 10 (8-12) 600
Kuesioner motivasi petugas kesehatan dengan
Pirazinamid 25 (20-30) 35 (30-40)
Etambutol 15 (15-20) 30 (25-35)
keberhasilan pengobatan pasien tuberculosis.
Streptomisin 15 (12-18) Hasil pengumpulan data akan dilakukan
pengolahan data berupa editing, scoring, dan
Dosis pada usia pasien berusia diatas 60 tabulating kemudian peneliti melakukan uji
tahun tidak dapat mentoleransi lebih dari 500- 700 Analisis data yang digunakan pada penelitian ini
mg perhari, beberapa pedoman merekomendasikan adalah uji Chi Square dengan software SPSS 16
dosis 10 mg/kg BB pada pasien kelompok usia ini. dengan tingkat signifikasi (α = 0,05), dimana ρ
Pasien dengan berat badan di bawah 50 kg tidak value < 0,05 artinya terdapat hubungan antara
dapat mentoleransi dosis lebih dari 500-750 mg motivasi petugas dengan keberhasilan
perhari. Sedangkan pada anak-anak Etambutol dapat pengobatan TB.
tidak diberikan pada anak dengan status HIV negatif
dan memiliki tuberkulosis tanpa kavitas. Dan HASIL DAN PEMBAHASAN
definisi Keberhasilan Pengobatan TB yaitu dengan Data Umum
hasil pemeriksaan Pasien tuberkulosis yang telah Data umum pada penelitian ini yaitu berupa
menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan tidak karakteristik responden penelitian yang meliputi jenis
memiliki bukti gagal pengobatan tetapi juga tidak kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan,lama pengobatan.
memiliki hasil BTA sputum atau biakan positif pada Tabel 1
akhir pengobatan dan satu pemeriksaan sebelumnya,
baik karena tidak dilakukan atau karena hasilnya No. Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
tidak ada (%)
1. Laki-laki 47 58,75
2. Perempuan 33 41,25
METODE PENELITIAN Total 80 100
Desain penelitian analitik korelasional
dan teknik pendekatan cross sectional. Penelitian
ini dilaksanakan pada tanggal 01 sampai 30 Mei
tahun 2023 di Puskesmas wilayah Kecamatan
*
Korespondensi Author : Siti siswari, IIK NU Tuban
Email : siswari7@gmail.com, (+62 856-4573-1802)
)
Jurnal Penelitian Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban

No. Umur Frekuensi Presentase Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa


(%) dari 80 responden, pekerjaan menjadi pedagang
1. 17-25 tahun 12 15 sebanyak 22 responden (27,5%).
2. 26-35 tahun 18 22,5 Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa
3. 36-45 tahun 25 31,25
bahwa dari 80 responden, yang paling banyak
4. 46-55 tahun 15 18,75
5. 56-65 tahun 10 12,5 berpendidikan SMP sebanyak 31 responden
Total 80 100 (38,75%).
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa
No. Umur Frekuensi Presentase bahwa dari 80 responden lama pengobatan
(%) pasien terbanyak adalah pengobatan tepat 6
1. 17-25 tahun 12 15 bulan, sebanyak 60 responden (75%)
2. 26-35 tahun 18 22,5
3. 36-45 tahun 25 31,25
Data Khusus
4. 46-55 tahun 15 18,75
5. 56-65 tahun 10 12,5 1.Karakteristik responden berdasarkan Motivasi Petugas
Total 80 100 Kesehatan Kepada Pasien Tuberkulosis di Puskesmas
Wilayah Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban.
No. Pekerjaan Frekuensi Presentase
(%) Tabel. 1 Distribusi motivasi petugas kesehatan kepada
1. Guru 7 8,75 pasien tuberkulosis di Puskesmas Wilayah Kecamatan
2. IRT 7 8,75 Merakurak Kabupaten Tuban Bulan Mei 2023.
3. Pedagang 22 27,5
4. Pelajar 8 10
5. Petani 21 26,25 No. Motivasi Frekuensi Presentase
6. Swasta 15 18,75 Petugas (%)
Total 80 100 Kesehatan
1. Tinggi 68 15
2. Sedang 12 85
No. Pendidikan Frekuensi Presentase 3. Rendah 0 0
(%) Total 80 100
1. SD 14 17,5
2. SMP 31 38,75
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa
3. SMA 22 30
4. PT 11 13,75 sebagian besar responden mempunyai motivasi yang
Total 80 100 tinggi , yaitu 68 responden (85%).

No. Lama Pengobatan Frekuensi Presentase 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Keberhasilan


(%) pengobatan Pasien tuberkulosis.
1. Kurang dari 6 8 10
bulan Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan
2. Tepat 6 bulan 60 75
Keberhasilan pengobatan Pasien tuberkulosis
3. Lebih dari 6 bulan 12 15
Total 80 100 No. Keberhasilan Frekuensi Presentase
Pengobatan (%)
1. Berhasil 68 85
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 80
2. Tidak Berhasil 12 15
responden, sebagian besar berjenis kelamin laki-laki Total 80 100
sebanyak 47 responden atau 58,75%, dan berjenis
kelamin perempuan sebanyak 33 responden atau Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa
41,25% sebagian besar responden berhasil dalam menyelesaikan
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa pengobatan tepat waktu, yaitu 68 responden (85%)
bahwa dari 80 responden, umur pasien TB yang
paling banyak berumur 36-45 tahun yaitu 25
responden atau 31,25%.

*Korespondensi Author : Siti siswari, IIK NU Tuban


Email : siswari7@gmail.com, (+62 856-4573-1802)
Jurnal Penelitian Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban

3. Tabulasi Silang Hubungan Motivasi Petugas Identifikasi keberhasilan pengobatan


Kesehatan Dengan Keberhasilan Pengobatan Pasien pasien tuberkulosis di puskesmas Wilayah
Tuberkulosis Kecamatan di Puskesmas Wilayah Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban.
Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Berdasarkan hasil penelitian yang sudah
dilakukan peneliti mengunakan koesioner
Tabel 3 motivasi petugas kesehatan dengan keberhasilan
Keberhasilan Pengobatan TB pengobatan TB diketahui dari 80 responden pasien
TB responden dominan menjawab setuju”terhadap
Motivasi Tidak
Berhasil Total sebagian besar pertanyaan dari peneliti artinya
Petugas Berhasil
Kesehatan motivasi petugas kesehatan memiliki peran
∑ % ∑ % ∑ penting untuk keberhasilan pengobatan pasien
Tinggi 68 85 0 0 68 tuberkulosis
Sedang 0 0 12 15 12
Faktor usia juga mempengaruhi
Rendah 0 0 0 0 0
keberhasilan pengobatan tuberkulosis responden
Jumlah 68 85 12 15 80
yang berumur 17-25 tahun sampai dengan 26-35
tahun mempunyai fisik yang masih sehat dan
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa dari
prima sehingga faktor tertular penyakit masih
80 responden, Sebagian besar menyatakan bahwa
sanggat sedikit di bandingkan dengan yang sudah
pengobatan TB berhasil sejumlah 68 responden dan
berusia lanjut yaitu berusia sekitar 56-65 tahun.
sebagian dinyatakan tidak berhasil sebanyak 12 responden
Responden dengan usia 26-35 adalah usia yang
hasil uji statistik
matang, sehingga mereka mampu berfikir dengan
baik. Data dari penelitan menunjukan usia 35- 45
Hasil Uji Statistik
(18,75 ) responden.Di samping itu dengan usia
tersebut responden mampu mengendalikan kondisi
Hasil uji statistik Spearman diperoleh nilai derajat
fisiknya sendiri, serta kondisi emosionalnya
signifikan ρ (0,000) < α (0,05) maka H1 diterima, yang
dengan baik. Penelitian ini sejalan dengan
berarti bahwa ada hubungan motivasi petugas kesehatan
pendapat dariMenurut (Stuart dan Laraia 2005),
dengan keberhasilan pengobatan tuberkulosis. Sedangkan
usia mempengaruhi cara pandang individu dalam
nilai koefisien r sebesar = 0,361 yang bermakna hubungan
menyelesaikan masalah. Kemampuan kognitif dan
motivasi dengan keberhasilan pengobatan TB memiliki
kemampuan perilaku sangat di pengaruhi oleh
keeratan yang tinggi.
tahap perkembangan usia seseorang (Potter &
Perry, 2005) .
PEMBAHASAN
Faktor yang mempengaruhi kesembuhan
Motivasi Petugas Kesehatan Dengan
pasien tuberkulosis antara lain adalah faktor
Keberhasilan Pengobatan Pasien Tuberkulosis
pekerjaan, seseorang yang mempunyai pekerjaan
yang nyaman dengan lingkungan yang bersih
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
maka resiko tertular penyakit akan semakin
bahwa dari 80 responden pasien tuberkulosis,
rendah. Kebersihan tempat kerja juga
yang memiliki motivasi tinggi sebanyak 68
mempengaruhi kesehatan data pada penenlitan
responden (85 %) dan yang memiliki motivasi
menunjukkan bahwa pekerjaan terbanyak yaitu
sedang sebanyak 12 responden (15%). Sedangkan
pedagang sebanyak 22 (27,5 %) responden dari
yang berhasil dalam pengobatan tuberkulosis
80 responden bekerja sebagai pedagang.Kualitas
sebanyak 68 responden pasien TB (85%) dan
tidur pada anak dapat berdampak pada
sebanyak 12 (15%) responden yang tidak berhasil
perkembangannya baik secara fisik maupun
menyelesaikan pengobatan Tuberkulosis di
psikologisnya.
puskesmas wilayah Kecamatan Merakurak
Tuban.

*Korespondensi Author : Siti siswari, IIK NU Tuban


Email : siswari7@gmail.com, (+62 856-4573-1802)
Jurnal Penelitian Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan memiliki motivasi yang tinggi maka akan memiliki
pengobatan pasien tuberkulosis adalah tingkat keinginan untuk sembuh lebih besar sehingga rajin untuk
pendidikan, data pasien tuberkulosis menunjukkan berobat ke puskesmas dan bertemu dengan petugas
bahwa dari 80 pasien tuberkulosis paling banyak kesehatan untuk memeriksakan penyakit tuberkulosis
(43,37%) tingkat pendidikan SMP yaitu 35 Orang dan dan mendapatkan informasi tentang kesehatan dari
SMA (40%) yaitu 32 orang yang mana pendidikan petugas kesehatan. Dan sebaliknya jika responden
juga salah satu faktor yang dapat mempengaruhi memiliki motivasi yang kurang maka kesadaran untuk
keberhasilan pengobatan tuberkulosis salah satunya berobat dan bertemu dengan petugas kesehatan sanggat
adalah pendidikan, dan pendidikan akan rendah karena responden berpikir penyakit tuberkulosis
menghasilkan perubahan atau peningkatan merupakan penyakit yang lama sembuh karena harus
pengetahuan pasien. Semakin tinggi tingkat mengkonsumsi obat setiap hari dan sering pergi ke
pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut puskesmas.
menerima informasi kesehatan sehingga memotivasi
mereka untuk lebih mengerti tentang pentingnya Keterbatasan Penelitian Di Puskesmas
pengobati penyakit tuberkulosis (Notoadmojo, 2003) Wilayah Kecamatan Merakurak Tuban
Hal ini sesuai yang dinyatakan oleh Mubarok (2012), Peneliti memiliki beberapa keterbatasan
mengatakan bahwa pendidikan berarti bimbingan namun sangat diharapkan karena adanya
yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap keterbatasan tersebut dapat mempengaruhi
sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak tujuan utama dari penelitian, keterbatasan
dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan yang dialami peneliti tersebut diantaranya
seseorang semakin mudah pula mereka menerima Dalam pengisian kuisioner ada beberapa
informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula yang masih belum paham mengenai
pengetahuan yang dimilikinya Sebaliknya jika pertanyaan kuisioner, dan perlu adanya
seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan penjelasan terlebih dahulu selain itu Pada saat
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap kunjungan ke tempat penelitian , peneliti harus
penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru melakukan janjian dulu dengan koordinator
diperkenalkan. Pendidikan termasuk juga perilaku TB yang ada dipuskesmas untuk mengetahui
seseorang akan pola hidup terutama dalam kapan pasien TB akan berkunjung serta
memotivasi untuk sikap berperan serta dalam Peneliti kadang tidak bertemu dengan pasien
pembangunan. Pada umumnya makin tinggi tuberkulosis walaupun sudah janjian dan
pendidikan seseorang makin mudah menerima mendapatkan jadwal kontrol dari Koordinator
informasi (Wawan, 2010) TB.
Data pada penelitian menunjukkan bahwa dari 80
responden, sebanyak 46 responden, sudah menjalani KESIMPULAN
lama pengobatan selama 6 bulan dimana pengobatan 1. Motivasi petugas kesehatan pada pasien
tuberkulosis ini memerlukan waktu pengobatan sampai tuberkulosis di Puskesmas wilayah
dengan 6 bulan tergantung resistensi obat dari pasien Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban
tuberkulosis. Dan bukti kesembuhan TB ditunjukan menyatakan sebagian besar Tinggi yaitu
dengan pengambilan sputum BTA ( basil tahan asam ) sebanyak 68 responden (85%).
pertama yaitu dahak pagi dan sewaktu dinyatakan positif 2. Keberhasilan pengobatan tuberkulosis di
dan pasien harus menjalani pengobatan OAT ( obat anti puskesmas wilayah Kecamatan Merakurak
tuberkulosa) tahap awal , sedangkan pasien lama yaitu Kabupaten Tuban menyatakan sebagian
yang sudah memasuki tahap pengobatan lanjutan, yaitu besar berhasil menyelesaikan pengobatan
dengan ditunjukan pemeriksaan laboratorium sputum tepat waktu yaitu sebanyak 68 responden
BTA ( basil tahan asam ) kedua sudah Negatif dan (85%).
pasien masuk pengobatan lanjutan Berdasarkan data 3. Ada hubungan motivasi petugas kesehatan
penelitian yang menunjukan bahwa sebagian besar dengan keberhasilan pengobatan pasien
responden mempunyai motivasi yang tinggi. Seperti tuberkulosis di Puskesmas wilayah
yang disebutkan dalam teori bahwa responden yang Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban
*Korespondensi Author : Siti siswari, IIK NU Tuban
Email : siswari7@gmail.com, (+62 856-4573-1802)
Jurnal Penelitian Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban

REFERENSI Medika.
Abrori, Mardjan, M. (2015). Hubungan Antara Himawan, A. B., Hadisaputro, S., & Suprihati. (2015).
Dukungan keluarga, Motivasi DanStigma Berbagai Faktor Resiko Kejadian TB Paru Drop
Lingkungan Dengan Proses Kepatuhan Berobat Out.
Terhadap Penderita TB Paru Di wilayah Kerja Intiyati, A., Mukhis, A., Arna, Y. D., & Fatimah, S.
Puskesmas Gang sehat. Jumantik-Jurnal (2015). Hubungan Status GiziDengan
Mahasiswa Dan Penelitian Kesehatan, 17–26. Kesembuhan Penderita TB Paru Di Poli Paru di
Adiatma, H. P., & Aris, A. (2013). Hubungan Rumah Sakit DaerahSidoarjo. Jurnal Gizi, 3(1),
Pengetahuan dan Motivasi Pasien TBC 60–74.
(Tuberculosis) dengan Kepatuhan Berobat Irman Somantri. (2007). Keperawatan Medikal Bedah
Pasien TBC yang Berobat di UPT Puskesmas Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Mantup Kabupaten Lamongan. Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba
Arikunto, S. (2012). Prosedur Penelitian Suatu Medika.
Pendekatan Praktek. PT.RinekaCipta. Kemenkes RI. (2017). Pengobatan Pasien Tuberkulosis.
Cahya Prastika, H. (2017). Hubungan Pengatuhan dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1–
Motivasi Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti 117. http://www.ljj- kesehatan.kemkes.go.id/
Tuberkulosis Pada Pasien Tuberkulosis di pluginfile.php/4607/coursecat/description/Pengo
Wilayah Kerja Puskesmas Perak Timur bata n Pasien TB.pdf
Surabaya. 1–15. Kemenkes RI. (2018). Infodatin Tuberkulosis.
Craig, G. M., Joly, L. M., & Zumla, A. (2014). “ Kementerian Kesehatan RI, 1–8.Khairunnisa, T.,
Complex ” but coping : experience of symptoms Masryna Siagian, & Ginting, R. (2018). Faktor -
of tuberculosis and health care seeking Faktor Yang Mempengaruhi Kesembuhan
behaviours - a qualitative interview study of Pasien Tuberkulosis Paru. 4002, 9–17.
urban risk groups , London , UK, 1–9. Kemenkes. (2011). Pedoman nasional pengendalian
Dewi, N. (2019). Pengaruh Dukungan Keluarga tuberkulosis.
Terhadap Motivasi Untuk Sembuh Pada Pasien Kemenkes. (2016a). Peraturan Menteri Kesehatan
Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Kramat Jati Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016
Jakarta Timur. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 10(1), tentang Penanggulangan Tuberkulosis.
78–89. https://doi.org/10.37012/ jik.v10i1.19 Kemenkes. (2016b). Pusat Data dan Informasi
Djojodibroto, D. (2007). Respirologi (Respiratory Kementerian Kesehatan RI. Lestari, T. (2015).
Medicine). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Kumpulan Teori untuk Kajian Pustaka
EGC. Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Erawatyningsih, E., Purwanta, & Subekti, H. (2009). Medika.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompri. (2015). MOTIVASI (Cetakan pe).
Ketidakpatuhan Factors Affecting Incompliance PT.REMAJA ROSDAKARYA.
With Medication, 25(3), 117–124. Munro, S. A., Lewin, S. A., Smith, H. J., Engel, M. E.,
Fitria, C. N., & Mutia, A. (2003). Hubungan Tingkat Fretheim, A., & Volmink, J. (2007). Patient
Pengetahuan tentang Tuberkulosis dengan Adherence to Tuberculosis Treatment : A
Kepatuhan Minum Obat di Puskesmas, 7(6), 41– Notoatmodjo, S. (2012b). Promosi Kesehatan & Ilmu
45. Perilaku. In Jakarta: Rineka Cipta.
Fuady, A., Pakasi, T. A., & Mansyur, M. (2014). The Notoatmodjo. (2014). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan
Social Determinants of Knowledge and Seni. In Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2012a).
Perception on Pulmonary Tuberculosis among Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip
Females in Jakarta , Indonesia, 23(2), 99–105. Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan Nursalam, & Pariani, S. (2016). Manajemen
dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik
Medika. Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba
Hidayat, A. A. A. (2012). Metode Penelitian Untuk Medika.
Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Salemba Pebriyani, U., Kurniati, M., & Hasbie, N. (2019). Faktor
*Korespondensi Author : Siti siswari, IIK NU Tuban
Email : siswari7@gmail.com, (+62 856-4573-1802)
Jurnal Penelitian Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban

Penderita Yang Berhubungan Dengan Paru Di Puskesmas Mauk Kabupaten


Kesembuhan Penyakit Tuberculosis Tangerang. Jurnal Kesehatan, 7(2).
(Tuberkulosisc) Paru Di Wilayah Kerja Di https://doi.org/10.37048/kesehatan.v6i3.9
Kecamatan Natar Lampung Selatan Tahun 2018. Soesilowati, R., & Haitamy, M. N. (2016). Perbedaan
Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, 6(1), Antara Kesembuhan Pasien TB Paru Dengan
29–37. https://doi.org/10.33024/jikk.v6i1.2094 Pengaawasan Minum Obat (PMO) dan Tanpa
Puspitasari, R., & Azis, A. (2017). Faktor-Faktor Yang PMO di RSUD Prof.Dr.Margono Soekarjo.
Memengaruhi Kesembuhan Pasien Tuberkulosa XIII(1), 50–60.

*Korespondensi Author : Siti siswari, IIK NU Tuban


Email : siswari7@gmail.com, (+62 856-4573-1802)

You might also like