Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

MODEL DISCOVERY LEARNING: BAGAIMANA PENERAPANNYA DALAM MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SEKOLAH DASAR?

Fitri Patriani1)
1)
Mahsiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan
Universitas Terbuka
2)
Dosen Program Studi Pendidikan (FKIP), Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka

ABSTRAK
Matematika sering dainggap sebagai mata pelajaran yang sulit dipahami sehingga siswa tidak tertarik dan mudah bosan sehinga berdampak
pada hasil belajar siswa. Model discovery learning dianggap sesuai karena pendekatannya berorientasi pada siswa. dan menumbuhkan rasa
ingin tahu. Tujuan model ini mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, sehingga hasil yang
diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Tujuan penelitian mendeskripsikan model discovery learning berbasis media visual dalam
meningkatkan hasil belajar matematika. Metode penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus, teknik pengumpulan
data berdasarkan hasil observasi, data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Subjek penelitian ini dilakukan pada kelas V dengan jumlah
siswa 13 orang bertempat di SDN Budikarya, Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil penelitian siklus 1 menunjukan ketuntasan
belajar 38,4% dengan daya serap 68,46% . Siklus 2 menunjukan ketuntasan 100% dengan daya serap 80,0%. Kesimpulan penelitian ini bahwa
model discovery learning berbasis alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN Budikarya

Kata Kunci: Discovery. Matematika, Hasil Belajar


PENDAHULUAN
Setiap mata pelajaran tentu memiliki tujuan pembelajaran yang berbeda. Menurut Winarni, dkk (2012) berdasarkan kurikulum
matematika, bahwa tujuan belajar matematika di semua tingkatan pendidikan, yaitu: mengarah pada kemampuan peserta didik dalam
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Menambahkan NCTM (2010) dalam Ulfah dan Felicia (2019), bahwa
terdapat prinsip belajar matematika dimana peserta didik harus belajar matematika dengan memahami, ikut serta aktif dalam membangun
pengetahuan baru berdasarkan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya. Dari sini dapat di tarik inti dari tujuan matematika yaitu siswa
dapat memecahkan masalah dengan berfikir kritis, logis dan cermat. Maka perlunya Proses pembelajarannya yang menekankan pada
penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata.
Tercapainya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik. Hasil belajar dianggap sangatlah penting karena
menjadi indikator keberhasilan peserta didik di bidang pendidikan. Berdasarkan hasil pengamatan di sekitar, beberapa proses pembelajaran
masih satu arah, peserta didik hanya dijadikan objek. Sudah seharusnya peserta didik menjadi subjek dalam pembelajaran artinya peserta
didik senantiasa dilibatkan dalam proses pembelajaran, cara seperti ini dikenal dengan pendekatan student centered. Dengan student
centered menurut Rini (2019), peserta didik akan dilatih membentuk konsep diri yang positif, terbuka, sabar, kreatif serta berproses dalam
pengalaman. Menambahkan Khoe yao Tung (2015), ciri khas dari pendekatan student centered yaitu guru berperan sebagai fasilitator dan
motivator, murid harus menunjukan kinerja yang kreatif, proses interaksinya method inquiry dan discovery, sumber belajarnya bersifat
multidimensi dan lingkungan belajarnya terancang dan kontekstual.
Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan di kelas V SD Negeri Budikarya dalam proses pembelajaran matematika berjalan baik,
namun terdapat beberapa permasalahan masih rendahnya pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap matematika, sulit memahami
materi, media pembelajaran yang kurang menarik, rendahnya konsentrasi belajar, ketika diberi penugasan, masih banyak siswa yang tidak
percaya diri dalam mengerjakan soal sehingga banyak jawaban yang sama. Akibat dari proses pembelajaran tersebut siswa kurang
memahami materi pelajaran,dan berdasarkan hasil PTS dan ulangan harian, sebagian besar siswa belum tuntas sesuai dengan kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75. Dari jumlah keseluruhan 13 siswa yang tuntas 3 siswa sedangkan yang tidak tuntas 10 siswa. Data
tersebut menunjukan hasil belajar matematika di kelas V masih belum mencapai tujuan yang diharapkan, dan siswa masih cenderung pasif.
Banyak faktor penyebab masalah yaitu dampak dari covid yang mengharuskan siswa belajar dari rumah sehingga kurang perhatian
dari guru dan sebagian orang tua kurang paham dalam mengajarkan matematika, guru kurang menguasai keterampilan mengajar
matematika seperti variasi metode mengajar,guru masih mendominasi pembelajaran dan materi yang disampaikan bersifat abstrak sehingga
tidak sesuai dengan karakteristik siswa, sebagaimana Schunk (2012), mengemukakan teori Piaget bahwa siswa usia 9-11 tahun masuk
dalam kategori tahap operasinal konkret. Permasalahan diatas perlu diatasi dengan melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran.
Salah satu upaya perbaikan proses pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning. Model ini dianggap sesuai karena
pendekatannya berorientasi pada siswa. dan menumbuhkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu pembelajaran yang ideal bagi tingkatan siswa
SD yaitu perlunya menekankan pengalaman secara langsung atau dikenal dengan discovery. Model discovery learning menurut Hosnan
(2014) yaitu suatu model untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, sehingga hasil yang
diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Menambahkan Depdiknas (2006), berdasarkan Permendikbud nomor 22 tahun 2016
tentang standar proses menggunakan tiga model pembelajaran yang diharapkan membentuk prilaku saintifik, sosial dan mengembangkan
rasa ingin tahu. Model tersebut yaitu model discovery learning, Model problem based, model project-based learning. Selain itu dalam
menunjang aktivitas belajar diperlukan media pembelajaran yang variatif disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Berdasarkan
permasalahan yang terjadi Peneliti berupaya meningkatkan hasil belajar matematika dengan model discovery learning.
Adapun rumusan masalah nya adalah “Bagaimana pengaruh model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
V SDN Budikarya?. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan cara meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan
model discovery learning berbasis media visual kelas V SDN Budikarya Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya

METODE
Penelitian ini dilakukan di kelas V SDN Budikarya Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya Tahun ajaran 2022/2023.
Pemilihan lokasi berdasarkan atas pertimbangan peneliti yang bertugas sebagai tenaga guru kelas, sehingga penelitian dapat lebih efisien,
efektif dan bermanfaat. Penelitian ini dilaksanakan pada waktu tersebut berdasarkan pertimbangan materi yang disampaikan dan sulit
dimengerti. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Wardani dan Wihardit (2021), Penelitian
tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan pendidik di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, bertujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai pendidik sehingga hasil belajar siswa meningkat. Tujuan utama penelitian untuk mmecahkan permasalahan yang terjadi
di dalam kelas dan meningkatkan kegiatan nyata guru dalam kegiatan pengembangan profesi.
Melalui penelitian tindakan kelas guru dapat menggunakan model, metode dan media yang bervariasi, dan sumber belajar yang tepat.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan menggunakan model discovery learning atau penemuan. Adapun dalam penelitian ini peneliti
melakukan sebanyak dua siklus. Berikut disajikan gambaran langkah-langkah penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Desain Prosedur Pelaksanaan Tindakan Kelas

Teknik Pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan cara observasi, dan tes. Observasi dilakukan pada
saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Tes dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran berupa penyelesaian soal dan pertanyaan secara
lisan.
Indikator keberhasilan penelitian ini yaitu ketuntasan belajar 100% dengan daya serap 80,00%.
Teknik analisis dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan statistik deskriptif. Penyajian data hasil belajar matematika
siswa menggunakan tabel dan diagram. Menurut Sugiyono (2014), penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram,
mean, median, modus, presentase, dan lain-lain termasuk dalam statistik deskriptif. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis
dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar matematika di SDN
Budikarya. Seperti terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kriteria Hasil Belajar


No Tingkat Penguasaan Kategori Pemecahan Masalah
1. 0-54 Sangat Rendah
2. 55-64 Rendah
3. 65-79 Sedang
4. 80-89 Tinggi
5. 90-100 Sangat Tinggi
Sedangkan dalam menentukan nilai yang diperoleh peserta didik pada siklus 1 maupun siklus II menggunakan rumus sebagai berikut:

Skor yang diperoleh


Nilai= X 100
Skor maksimal

Rumus mengetahui ketuntasan peserta didik secara klasikal ditentukan dengan:

Jumlah siswa yang tuntas


Ketuntasan= X 100
Jumlah seluruh siswa

Untuk menghitung daya serap peserta didik menggunakan rumus:

Jumlah yang diperoleh siswa


Daya Serap= X 100
Jumlah siswa x 100

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan perencanaan, pengamatan, pelaksanaan dan refleksi, terdapat hasil data yang diperoleh selama penelitian. Berikut penulis
sajikan hasil perbaikan pembelajaran dalam setiap siklusnya yaitu sebagai berikut:
Pra siklus
Hasil tes formatif disajikan berdasarkan hasil tes ulangan harian data awal sebelum perbaikan, dimana dari 13 siswa kelas V, siswa
yang sudah tuntas sebanyak 3 orang, siswa yang belum tuntas sebanyak 9 orang, nilai tertinggi 80, sedangkan nlai terendah 50. Hal ini
menunjukan ketuntasan baru mecapai 23% dengan daya serap 63,40%. Hasil belajar pra siklus dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Belajar Prasiklus
Nilai (X) Banyak Siswa (F) F.X Keterangan
80 2 160 Tuntas
75 1 75 Tuntas
70 2 140 Tidak tuntas
60 5 300 Tidak Tuntas
50 3 150 Tidak Tuntas
Jumlah 100 Jumlah = 13 Jumlah =
825
Ketuntasan= 23 % Daya Serap = 63,40 %
Grafik 1. Presentase Ketuntasan dan Daya Serap Pra Siklus

Hasil Belajar Prasiklus

23%

63%

Daya Serap Ketuntasan

Berdasarkan hasil pengamatan didapati beberapa permasalahan yang terjadi selama proses pembelajaran prasiklus yaitu: Ketika
diberi penugasan banyak jawaban siswa yang sama, Kurang konsentrasi dan mudah bosan, nilai ulangan masih rendah, Sulit
menyelesaikan soal cerita pada pelajaran matematika, sebagian siswa tidak tertarik dengan matematika, siswa merasa bingung ketika
diberikan soal yang berbeda dengan contoh soal. Setelah penulis bersama teman sejawat melaksanakan pengamatan, menganalisis dan
merefleksikan, maka perlu dilakukan perbaikan pembelajaran
Siklus I
Dari hasil tes formatif diperoleh data sebagai berikut, siswa yang sudah tuntas sebanyak 5 orang dari 13 siswa, sedangkan siswa
yang belum tuntas sebanyak 8 orang dari 13 orang. Nilai tertinggi siswa 80, sedangkan nilai terendah 40. Maka diketahui bahwa hasil
pembelajaran siswa belum mencapai hasil yang diinginkan, masih banyak siswa belum tuntas artinya nlai dibawah KKM . Data hasil
belajar dapat dilihat pada tabel 3.
Table 3. Hasil Belajar Siklus I
Nilai (X) Banyak Siswa F.X Keterangan
(F)
80 3 240 Tuntas
75 2 150 Tuntas
70 4 280 Tidak tuntas
60 3 180 Tidak Tuntas
40 1 40 Tidak Tuntas
Jumlah 100 Jumlah = 13 Jumlah = 890
Ketuntasan= 38, 4 % Daya Serap = 68,46 %

Grafik 2. Presntase Ketuntasan dan Daya Serap Siklus I

Hasil Belajar Siklus 1

38.40%

69.20%

Daya serap Ketuntasan

Grafik diatas menunjukan daya serap siswa baru mencapai 68, 46 dan ketuntasan 38,40. Menunjukan bahwa hasil belajar siswa
belum mencapai target yang diharapkan yaitu ketuntasan 100% dan daya serap 80,00%. Hal ini masih jauh dari target yang ditentukan
oleh peneliti yaitu ketuntasan secara klasikal 100% dan daya serap 80%. Berdasarkan hasil pengamatan pembelajaran, siswa sudah
mulai memahami konsep matematika, khususnya bangun ruang, siswa terlihat aktif dan terlibat dalam pembelajaran karena peneliti
menggunakan model discovery learning dan juga menggunakan media berupa kardus bekas. Namun keaktifan siswa belum maksimal
karena beberapa siswa masih mengandalkan anggota kelompok yang pintar ketika mendiskusikan pertanyaan pada lembar kerja, dan
sebagian siswa tidak sepenuhnya dapat fokus sampai akhir pembelajaran. Setelah dilakukan pelaksanaan siklus I, peneliti
mendiskusikan dengan teman sejawat , teman sejawat memberikan saran perlu adanya kematangan dalam menyiapkan bahan ajar,
pengelompokan siswa perlu diatur sesuai dengan karakteristik dan media untuk perbaikan selanjutnya lebih variatif, maka dari hasil
refleksi dan proses pengolahan data, peneliti menyimpulkan untuk melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II, harapannya
dengan adanya siklus II dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai yang diharapkan
Siklus II
Dari hasil tes formatif siklus II, maka diperoleh data sebagai berikut: siswa yang sudah tuntas sebanyak 10 orang dari 13 orang,
siswa yang belum tuntas 3 orang dari 13 orang. Berikut disajikan data hasil belajar siklus II, pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Belajar Siklus II
Nilai (X) Banyak Siswa (F) F.X Keterangan

86 3 258 Tuntas
85 3 255 Tuntas
80 1 80 Tuntas
79 2 158 Tuntas
75 1 75 Tuntas
73 1 73 Tuntas
71 2 142 Tuntas
Jumlah 100 Jumlah = 13 Jumlah = 1041

Ketuntasan= 100% Daya Serap = 80, 0%

Grafik 3. Presntase dan Daya Serap Siklus II

Hasil Belajar Siklus 2

0.8;
1

daya serap ketuntasan


Berdasarkan data diketahui bahwa hasil pembelajaran siswa sudah mencapai hasil yang diinginkan, siswa sudah tuntas artinya nilai
melebihi KKM . meski demikian siswa yang berada diatas 80 lebih sedikit yaitu sebanyak 7 orang dengan nilai tertinggi siswa 86.
Secara klasikal ketuntasan sudah mencapai 100% dan daya serap 80,0%., hal ini sudah mencapai target yang ditentukan oleh peneliti
yaitu ketuntasan secara klasikal 100% dan daya serap 80,0%. Dari pengamatan di lapangan, peserta didik lebih aktif dari pada siklus
pertama karena menggunakan media kit matematika sebagai alat peraga sehingga siswa merasa lebih menarik, keaktifan siswa lebih
terlihat karena ada perubahan pembagian kelompok serta pengaturan pola tempat duduk secara lesehan. Setelah penulis bersama teman
sejawat mengamati hasil refleksi pada pembelajaran matematika hasilnya sudah memuaskan.

Pada penelitian yang dilakukan peneliti di kelas V SDN Budikarya peneliti menggunakan model pembelajaran discovery learning
berbasis alat peraga. Pada proses pembelajaran berlangsung, berdasarkan hasil penelitian siswa menjadi lebih aktif dalam bertanya,
berdiskusi secara kelompok dan dapat menemukan masalah yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Marantika (2015),
mengungkapkan bahwa metode discovery yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana siswa terlibat aktif pembelajaran dan
guru memberi pengawasan serta membimbing siswa dalam belajar.

Pada proses pembelajaran discovery learning, peneliti menggunakan tahapan-tahapan metode pembelajaran discovery menurut
ahli Syah yaitu : stimulation, problem statement, data collection, data processing, verification, dan generalization. Pada siklus 1 dalam
pelaksanaan penelitian terdapat kendala dalam proses pembelajaran yaitu masih banyak siswa yang bingung dengan tahapan yang ada
dalam metode pembelajaran discovery hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa dengan metode pembelajaran discovery dan masih
terbiasa dengan metode pembelajaran konvensional yang mana pembelajaran terpusat pada guru. Kemudian, pertemuan selanjutnya
siklus 2 siswa perlahan mulai paham dan terbiasa dengan tahapan yang terdapat dalam metode pembelajaran discovery.

Dari hasil pengamatan, refleksi dan analisis data diperoleh hasil belajar yang berbeda pada setiap siklus. Peningkatan hasil
belajar tersebut dipengaruhi penerapan model dan media atau alat peraga yang digunakan pada proses pembelajaran. Berikut disajikan
data ketuntasan dan daya serap siswa pada tiap siklus, dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus 1, Siklus 2

PRA SIKLUS SIKLUS 1 SIKLUS 2

Ketuntasan Daya serap Ketuntasan Daya Serap Ketuntasan Daya Serap


Klasikal Klasikal Klasikal
23% 63,4% 38, 4% 68,46% 100% 80,0 %

Grafik 4. Peningkatan Hasil Belajar Setiap Siklus

Chart Title

100.00% 80.00%
68.46%
100% 63.40%
90%
80%
70%
60%
38.40%
50%
40% 23.00% Daya
30% Serap
20%
10% Ketun-
tasan
0%
1 2 3

Ketuntasan Daya Serap

Berdasarkan tabel dan grafik diperoleh data bahwa pada indikator ketuntasan dan daya serap, siswa mengalami peningkatana.
Pra siklus menunjukan ketuntasan 23% dan daya serap 63,4%. Siklus 1 ketuntasan 38,4 dan daya serap 68,46%. Pada siklus 2
ketuntasan 100% dan daya serap 80,0%. Hal ini menujukan bahwa terdapat pengaruh penerapan model discovery learning.
Mengemukan Alfauzan (2018) dalam buku nya, bahwa penguasaan siswa terhadap materi yang disampaikan sangat dipengaruhi oleh
model yang digunakan dalam pembelajaran. Dengan kata lain hasil proses belajar tidak akan berjalan maksimal jika model yang
digunakan guru tidak tepat. Adapun adanya peningkatan hasil belajar dari siklus 1 ke siklus 2 karena pada siklus 1 siswa masih
kebingungan dalam mengkuti tahapan pembelajaran dengan model discovery learning (tidak terbiasa), namun meski demikian siswa
terlihat aktif dan tidak mudah bosan atau mengantuk. Sesuai dengan penelitian Lamas dan dkk (2020) bahwa pemecahan soal cerita
matematika pada pembelajaran yang menggunakan model discovery learning atau pada kelas eksperimen mengalami penngkatan yang
signifikan, dilihat dari nilai rerata pretes 63,33 dan post tes menjadi 83,67. Hal ini membuktikan bahwa model discovery learning
berbasis alat peraga salah satu model yang dapat diterapkan pada pembelajaran matematika sekolah dasar, dan untuk alat peraga
disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan.
SIMPULAN DAN SARAN
Penelitian perbaikan pembelajaran pada peserta didik SDN Budikarya tahun pelajaran 2022/2023 dilaksanakan dalam 2 siklus
setiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu (1). Perencanaan (2). Pelaksanaan (3). Pengamatan dan (4). Refleksi. Berdasarkan
pembahasan dan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas V SDN Budikarya dapat ditingkatkan
menggunakan model discovery learning di setiap siklusnya. Adapun indikator keberhasilan perbaikan pembelajaran diperoleh sebagai
berikut: Hasil belajar siswa pra siklus menunjukan ketuntasan secara klasikal 23%, daya serapnya hanya menunjukan 63,4%. Hasil
belajar pada siklus 1 menunjukan ketuntasan secara klasikal 38,4 %, daya serapnya 68,46 %. Dan hasil belajar pada siklus 2
menunjukan ketuntasan secara klasikalnya 100 %, daya serapnya 80,0 %.

Berikut peneliti sampaikan saran agar proses pembelajaran dengan model discovery learning berbasis alat peraga dapat efektif :
Perencanaan dan penguasaan materi perlu dilakukan secara matang dan terkonsep. Tidak hanya menggunakan alat peraga dapat
menggunakan media yang lebih variatif dan disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Dan juga dalam meningkatkan hasil
belajar, perlu adanya keterlibatan siswa sehingga pembelajaran akan bermakna dan lebih awet

DAFTAR PUSTAKA
Alfauzan Amin. 2018. Model Pembelajaran Agama Islam Di Sekolah, Yogyakarta: Samudra Biru.
Depdiknas. 2006. Standar isi mata pelajaran matematika SMP. Jakarta: depdiknas. Education, Inc.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Konstektual dalam pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia

Khoe Yao Tung. Pembelajaran dan Perkembangan Belajar. Jakarta: Indeks.

Lamas, Eryand dan Mardati, A. 2020. Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Pemecahan Soal cerita Matematika Kelas V SD
negri Kotagede III. Fundamental Pendidikan dasar. 3 (3): 189
Marantika, A. 2015. Pengaruh Metodel Discovery Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada
Pembelajaran Matematika Di SMP Pelita Palembang. Skripsi. Palembang : Universitas Palembang.

Rini, W. 2019. Pembelajaran dengan pendekatan Student Centered Learning (SCL) Pada Sekolah Minggu. Jurnal pendidikan Agama
Kristen. 3(1) : 85-95.
Schunk, D. H. 2012. Learning Theories. (Paul Smith, Ed.) (6th ed.). Boston: Pearson
The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 2010. Early Childhood Mathematics : Promoting Good Begginnigs. USA
Ulfah, dan Felicia. 2019. Pengembangan Pembelajaran Matematika Dalam National Council Of Teachers Of Mathematics (Nctm) Pada
Anak. Jurnal Equalita. 1 (2): 127-143.

You might also like