Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

Keharmonisan Rumah Tangga Perspektif Hukum Islam

KEHARMONISAN RUMAH TANGGA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Subairi
Sekolah Tinggi Agama Islam Nurul Huda Kapongan Situbondo
subairimhi@gmail.com

ABSTRACT

Islam is very concerned about the safety of its adherents, so that all forms of
legislation that are applied must contain benefits. Not only in terms of worshiping God but
also regarding the relationship between fellow human beings. If it is narrowed again in
terms of the household, Islam also regulates it. Not only telling followers to marry as the
beginning of a household, but how to build an ideal household which is then discussed with
the Sakinah family, namely, harmonious and pleasant. However, not many people really
understand what must be done in building a harmonious family, as reflected in many
families ending in divorce. From this problem, the author wishes to examine what things
must be done in building family harmony, this research uses a qualitative approach that is
library research, and the data collection technique uses a documentary study of books,
scientific works and literature. scientific journal. After conducting research which
continued to analyze any data obtained, the researchers concluded that to build a
harmonious family there are at least three things that must be considered. First, build a
good understanding between husband and wife so that it can produce good results. Second,
be tolerant between the two of them, by continuing to instill in their minds that humans
were created in a weak state. Third, be reasonable with your partner, because anything if
done excessively will have a bad impact, such as being disappointed in the future, even in
the context of a family, it will result in divorce.
Keywords: Harmonious, household, Islamic law
ABSTRAK
Islam sangat memperhatikan keselamatan pemeluknya, sehingga segala bentuk
perundangan yang diterapkan pastilah mengandung kemaslahatan. Tidak hanya dalam hal
ibadah kepada Allah namun juga menyangkut hubungan antar sesame. Jika dipersempit lagi
dalam hal rumah tangga maka Islam juga mengaturnya. Bukan hanya menyuruh
pemeluknya untuk menjalin pernikahan sebagai awal rumah tangga, namun bagaimana
menjalin rumah tangga yang ideal yang kemudian dibahsakan dengan kelurga Sakinah
yakni, harmonis dan menyenangkan. Namun demikian tidak banyak orang yang benar-
benar paham terhapap apa saja yang mesti dilakukan dalam membangan keluarga yang
harmonis, tercermin banyak keluarga yang berakhir pada perceraian. Dari masalah tersebut,
penulis berkeinginan untuk meneliti tentang apa saja hal-hal yang harus dilakukan dalam
membangun keharmonisan keluarga, penelitian ini dengan menggunakan pendekatan
kualitatif yang bersifat library research (penelitian kepustakaan), dan tehnik pengumpulan
datanya menggunakan telaah documenter terhadap kitabkitab, karya ilmiah dan jurnal

J u r n a l M a b a h i t s | 171
Subairi

keilmuan. Setelah melakukan penelitian yang dilanjutkan menganalisa setiap data yang
diperoleh, peneliti menemukan kesimpulan, bahwa untuk membangun keluarga yang
harmonis setidaknya ada tiga hal yang harus diperhatikan. Pertama, membangun
kesepahaman yang baik antara suami isteri sehingga dapat menghasilkan hasil yang baik.
Kedua, bersikap toleran antar keduanya, dengan terus tertanam dalam benaknya bahwa
manusia dicipta dalam keadaan lemah. Ketiga, bersikap wajar terhadap pasangan, kerena
apapun jika dilakukan dengan berlebihan akan berdampak tidak baik seperti akan kecewa
dikemudian hari bahkan dalam konteks keluarga akan berdampak perceraian.
Kata kunci: Harmonis, Rumah tangga, Hukum Islam

PENDAHULUAN

Perkawinan adalah suatu peristiwa penting dalam kehidupan manusia, karena


perkawinan tidak hanya menyangkut pribadi kedua calon suami istri, akan tetapi juga
menyangkut urusan keluarga dan masyarakat umum. Pada hakekatnya perkawinan
dianggap sebagai sesuatu yang suci karenanya setiap agama selalu menghubungkan
kaedah-kaedah pernikahan dengan kedah-kaedah Agama.1 Keluarga sebagai sebuah
institusi sosial sesungguhnya memainkan peranan yang besar dalam pewarisan nilai-nilai
sosial dari satu individu ke individu lain. Keluarga merupakan institusi sosial pertama dan
utama yang akan melahirkan satu generasi yang baru atau justru relatif sama dengan
generasi sebelumnya.2

Menikah merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan manusia, yang di


nilai ibadah atas seseorang yang sudah menunaikannya yang juga mampu melahirkan
banyak pahala dan manfaat. karena setiap pekerjaan yang di lakukan oleh suami dan istri
bernilai pahala yang erat kaitannya dengan agama yang sudah jelas di terangkan dalam
syariat Agama Islam.3

1
Boedi Abdullah, Perkawinan dan Perceraian Keluarga Muslim, (Bandung: Pustaka Setia, cetakan 1,
2013), 20.
2
Gusmi Warni, Kohesitas Suami Istri Pisah Tempat Tinggal (Studi Kasus di Desa Poleonro
Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone), Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik, (UIN Alauddin Makassar,
2017), 1.
3
Aida Ahmad & Elita D. Qaseem, Kusebut Namamu Dalam Ijab Dan Qabul, (Jakarta: PT elex media
kompotindo, 2013), 9.

172 | J u r n a l M a b a h i t s
Keharmonisan Rumah Tangga Perspektif Hukum Islam

Seperti firman Allah SWT dalam Q.S. Ar-Rūm ayat 21:

ً‫دَّة‬َٛ َِّ ُْ ‫ َج َع ًَ َب ٍَْٕ ُى‬َٚ ‫ب‬َٙ ٍْ ٌَِ‫ا ا‬ْٛ ُٕ‫ا ًجب ٌِّخ َ ْس ُى‬َٚ ‫ ِِ ْٓ ٰا ٌٰخِٗ ا َ ْْ َخٍَكَ ٌَ ُى ُْ ِ ِّ ْٓ ا َ ْٔفُ ِس ُى ُْ ا َ ْص‬َٚ
َْْٚ ‫ ٍَ ٌَّخَفَ َّى ُش‬ْٛ َ‫ج ٌِّم‬ٍ ٌٰ ‫ً ٰر ٌِ َه َ َٰل‬
ْ ِ‫ َسدْ َّتً ا َِّْ ف‬َّٚ
Artinya: ‚Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berpikir.‛4

Sehubungan dengan ayat tersebut diatas, maka sakinah yaitu perasaan nyaman,
cenderung, tentram atau tenang kepada yang dicintai. Mawadah adalah perasaan ingin
bersatu atau bersama dalam keadaan apapun. Ada yang mengartikan al-mahabbah, sebagai
perasaan yang membuat buta untuk selain dia dan tuli bagi selain dia. Rahmah adalah
kasih sayang dan kelembutan, timbul terutama karena ada ikatan. Seperti cinta antar orang
yang bertalian darah, cinta orang tua terhadap anaknya, atau sebaliknya. Ar-ra’fah adalah
perasaan yang bisa mengalahkan norma-norma kebenaran. Asy-syafaqah adalah rasa kasih
sayang dan belas kasihan yang timbul karena keadaan orang lain, atau karena ada
kesamaan keadaan yang ia temukan pada orang lain.

Setiap orang senantiasa mendambakan suasana lingkungan yang kondusif, penuh


kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkunga di mana mereka
tinggal. Tetapi hal yang selalu terlupakan untuk menciptakan kondisi yang demikian
adalah bagaimana menjaga dan melestarikan iklim tersebut agar tetap harmonis, walaupun
sedang dihadapkan dengan berbagai cobaan kehidupan. kedamaian akan senantiasa
diperoleh jika mengedepankan pemikiran yang jernih dengan tetap mempertahankan,

4
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2011), 406.

J u r n a l M a b a h i t s | 173
Subairi

menjaga, dan memahami hak dan kewajiban manusia sebagai makhluk sosial dalam
lingkungan yang homogen.5

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya Kesenjangan Suami Istri yang
nantinya berpengaruh terhadap Keharmonisan Keluarga. Hal ini dapat di ketahui dari
beberapa aspek, yang pertama pernikahan di bawah umur, yang ke dua Faktor usia, yang
ke tiga kurang pengetahuan Agama, dan yang ke empat adanya ketidak sesuaian pendapat
dalam rumah tangga antara Suami dan Istri.

Dari beberapa faktor tersebut, salah satunya yang sering sekali terjadi adalah faktor
yang pertama yakni masalah umur. Pernikahan di bawah umur membuat mereka belum
siap mengatasi pernik-pernik pertikaian yang mereka jumpai. Pernikahan memerlukan
kesatuan tekad dari kedua belah pihak yang bersangkutan, kepercayaan dan penerimaan
dari setiap pasangan menjalani mahligai perkawinan. Ketidak siapan pasangan tentu
berhubungan dengan tingkat kedewasaan, mengatasi persoalan yang terkait dengan
kehidupan, seperti keuangan, hubungan kekeluargaan, pekerjaan setiap pasangan. Cara
mereka berpikir, bertindak menentukan cara mereka mengambil keputusan dalam hidup.
Menikah di bawah umur yang disertai pendidikan rendah menyebabkan tidak dewasa.

Dari sini kemudian timbul pertanyaan di benak penulis, seberapa pentingkah


keharmonisan dalam rumah tangga serta apa saja yang harus dilakukan dalam menggapai
keharmonisan dalan rumah tangga? Hal ini akan dikaji dan diteliti dari sudut pandang
Hukum Islam.

PEMBAHASAN
Keharmonisan Keluarga Dalam Pandangan Islam
Pengertian Keharmonisan Keluarga dalam perkawinan pada hakikatnya adalah
sebuah ikhtiar manusia untuk memperoleh kebahagiaan hidup berumah tangga. 6 Tujuan
perkawinan sebagaimana dikemukakan oleh Abdul Rahman Ghazali bahwa tujuan

5
Fathur Rahman Alfa, Pernikahan Dini Dan Perceraian Di Indonesia, (JAS: Jurnal Ilmiah Ahwal
Syakhshiyyah,Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019), 50.
6
Abdul Mudjid, Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqih, (Jakarta: Cetakan Ke-9, Mei 2013), 35.

174 | J u r n a l M a b a h i t s
Keharmonisan Rumah Tangga Perspektif Hukum Islam

perkawinan menurut agama Islam adalah untuk memenuhi petunjuk agama dalam rangka
mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia.7

Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga, sejahtera


artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin disebabkan terpenuhnya keperluan hidup
lahir dan batinnya, sehingga timbullah kebahagiaan, yakni kasih sayang antara anggota
keluarga. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) keharmonisan artinya perihal
(keadaan) harmonis, keselarasan dan keserasian dalam rumah tangga yang perlu dijaga.8

Definisi keluarga adalah sekelompok orang yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-
anak atau suami, istri dan anak-anaknya. Disebutkan bahwasanya keluarga ialah orang
seisi rumah atau masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak dan anggota
keluarga lainnya yang memiliki hubungan nasab.9

Salah satu perhatian (atensi) Islam terhadap kehidupan keluarga adalah


diciptakanya aturan dan syariat yang luas, adil, dan bijaksana. Andai kata aturan ini
dijalankan dengan jujur dan setia, maka tidak akan ditemukan adanya pertikaian.
Kehidupan akan berjalan damai dan sentosa. Kedamaian itu tidak saja dirasakan oleh
keluarga yang bersangkutan, tetapi juga dapat dinikmati oleh anggota masyarakat
sekitarnya. Keharmonisan keluarga berarti situasi dan kondisi dalam keluarga dimana
didalamnya tercipta kehidupan beragama yang kuat, suasana yang hangat, saling
menghargai, saling menjaga, saling pengertian dan memberikan rasa amana dan tentram
bagi setiap anggota keluarganya.10

Menikah adalah anjuran ibadah untuk memenuhi kebutuhan dasar, dengannya kita
memiliki keturunan dan berharap dari keturunan itu ada yang mendoakan dan merawat
ketika sudah menua. Itu adalah pilihan yang tidak bisa dialami untuk kedua kalinya.

7
Abdul Rahman Ghozali, Op.Cit, 22.
8
Dapertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2008), 484.
9
Lubis Salam, Menuju Keluarga Sakina Mawaddah Warahma (Surabaya: Terbit Terang, 1998), 7.
10
Haikal Abduttawab, Rahasia Perkawinan Rasulullah SAW (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya), 7.

J u r n a l M a b a h i t s | 175
Subairi

Menikah adalah salah satu syariat Allah dan sudah di jelaskan dalam Nash Al-Qur’an
surah An-Nur (24): 32, yang berbunyi:

‫ا فُمَ َش ۤا َء‬ْٛ ُْٔٛ ‫اِ َِ ۤب ِٕى ُى ُْ ا ِْْ ٌَّ ُى‬َٚ ُْ ‫ص ٍِ ِذٍَْٓ ِِ ْٓ ِعبَب ِد ُو‬ ّٰ ٌ‫ا‬َٚ ُْ ‫ا ْاَلٌََبِٰ ى ِِ ْٕ ُى‬ٛ‫ا َ ْٔ ِى ُذ‬َٚ
ٌُ ٍْ ٍِ ‫ع‬
َ ‫ا ِس ٌع‬َٚ ُ‫ّٰللا‬
ّٰ َٚ ٍِٗ ‫ض‬ ّٰ ُُ ِٙ ِٕ‫ٌُ ْغ‬
ْ ‫ّٰللاُ ِِ ْٓ َف‬

Artinya: "Dan nikahilah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang
patut dari hamba-hamba sahaya yang lelaki danhamba sahaya yang perempuan. Jika
mereka miskin,Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah
Mahaluas(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.‛11

Dan juga di jelaskan dalam Surah Adz-Dzariyat ayat 49 yang berbunyi:

َْْٚ ‫ َجٍ ِْٓ ٌَ َعٍَّ ُى ُْ حَزَ َّو ُش‬ْٚ َ‫ش ًْءٍ َخٍَ ْمَٕب ص‬
َ ًِّ ‫ ِِ ْٓ ُو‬َٚ
Artinya: "Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supayakamu mengingat
kebesaran Allah.‛12

Pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.13

Nikah Istilah berasal dari bahasa Arab, yaitu (‫)إٌىبح‬, adapula yang mengatakan
perkawinan menurut istilah fiqih dipakai perkataan nikah dan perkataan zawaj. Sedangkan
menurut istilah Indonesia perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga/rumah tangga
bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan bukan hanya

11
Kementrian Agama RI, AT-THAYYIB Al-Qur’an Transliterasi per Kata dan Terjemah per Kata
(Bekasi: Penerbit Cipta Bagus Segara, 2012), 354.
12
Kementrian Agama RI, AT-THAYYIB Al-Qur’an Transliterasi per Kata dan Terjemah per Kata
(Bekasi: Penerbit Cipta Bagus Segara, 2012), 522.
13
Wahyu Wibisana, Jurnal Pendidikan Agama Islam Ta’lim : Pernikahan dalam Islam (Volume 14,
2016), 2.

176 | J u r n a l M a b a h i t s
Keharmonisan Rumah Tangga Perspektif Hukum Islam

sementara, tetapi terus menerus antara suami dan istri dalam suatu keluarga atau rumah
tangga yang bahagia.14

Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan manusia, karena


perkawinan tidak saja menyangkut pribadi kedua calon suami istri, tetapi juga
menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Pada hakekatnya Perkawinan dianggap
sebagai sesuatu yang suci dan karenanya setiap agama selalu menghubungkan kaedah-
kaedah perkawinan dengan kedah-kaedah Agama.15

Dalam Al-Qur’an surah Ar-Rum ayat 21 diterangkan:

ً ‫دَّة‬َٛ َِّ ُْ ‫ َج َع ًَ َب ٍَْٕ ُى‬َٚ ‫ب‬َٙ ٍْ ٌَِ‫ا ا‬ْٛ ُٕ‫ا ًجب ٌِّخ َ ْس ُى‬َٚ ‫ ِِ ْٓ ٰا ٌٰخِٗ ا َ ْْ َخٍَكَ ٌَ ُى ُْ ِ ِّ ْٓ ا َ ْٔفُ ِس ُى ُْ ا َ ْص‬َٚ
َْْٚ ‫ ٍَ ٌَّخَفَ َّى ُش‬ْٛ َ‫ج ٌِّم‬ٍ ٌٰ ‫ً ٰر ٌِ َه َ َٰل‬
ْ ِ‫ َسدْ َّتً ا َِّْ ف‬َّٚ
Artinya: ‚Dan di antara tanda-tanda kebesarannya ialah dia menciptakan pasangan-
pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dia menjadikan di antaramu merasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
berfikir.‛16

banyak orang yang memahami bahwa pasangan ideal adalah yang memiliki empat sudut:
tebal dompetnya, ningrat nasabnya, aduhai wajahnya, dan kukuh agamanya. Pemahaman
ini sepenuhnya benar, tetapi itu bukan kriteria yang dianjurkan hadits berikut: 17

‫ب فبظفش بزاث‬ٌٕٙ‫ٌذ‬ٚ ‫ب‬ٌٙ‫ٌجّب‬ٚ ‫ب‬ٙ‫ٌٕسب‬ٚ ‫ب‬ٌٙ‫لَب َي ح ُ ْٕىخ اٌّشأة ألسبع ٌّب‬


‫اٌذٌٓ حشبج ٌذان‬

14
Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), 793.
15
Nizam, Kewajiban Orang Tua Laki- laki (Ayah) atas Biaya Nafkah Anak Sah Setelah Terjadinya
Perceraian (Semarang : Universitas Diponegoro Semarang, 2005), 1.
16
Kementrian Agama RI, AT-THAYYIB Al-Qur’an Transliterasi per Kata dan Terjemah per Kata
(Bekasi: Penerbit Cipta Bagus Segara, 2012), 406.
17
Afifuddin Muhajir, Manajemen Cinta : Kesan dan Pesan Fikih kepada Penderitanya (Situbondo:
Maktabah As’adiyah PP. Salafiayah Syafi’iyah Sukorejo, 2014), 76.

J u r n a l M a b a h i t s | 177
Subairi

"Perempuan itu dinikahi karena empat alasan: karena hartanya, karena nasabnya, karena
kecantikannya, dan karena agamanya. Gapailah yang baik agamanya, (kalau tidak) kau
akan jatuh dalam debu kemiskinan."

Hadis ini sesungguhnya bukan hendak memotivasi umat agar menggapai pasangan
yang empat sudut itu. Para ulama menjelaskan, bahwa Nabi saw sedang menarasikan
fitrah manusia dalam memilih pasangan. Secara naluriah, manusia memang akan lebih
memilih pasangan yang kaya daripada yang miskin papa, yang somebody daripada yang
nobody. yang ayu daripada yang layu, dan yang agamanya tegap daripada yang agamanya
gagap. Kaya, jelita, ningrat dan agama selalu menjadi motivasi insaniah; dan di antara
empat hal ini, agama memiliki nilai lebih karena selain menjadi motivasi insaniah, ia juga
menjadi motivasi ilahiah. Sayangnya, orang-orang meletakkan agama sebagai
pertimbangan sekunder. Nabi saw merasa perlu membalik hal ini. Penghujung dari
sabdanya "Gapailah yang baik agamanya, (kalau tidak) kau akan jatuh dalam debu
kemiskinan" adalah bagian inti dan maksud utama dari hadis ini. Tegasnya, agama harus
menjadi pertimbangan pertama dan utama.18

Pemahaman hadits barusan didukung oleh sekian hadis lain. Salah satunya ialah

ّ
ٍٓٙ‫ٌطغ‬ ٍّٗ‫ٓ فٍع‬ٌٙ‫َلٌّب‬ٚ
ّ ّٓ ٘‫ٓ فٍعٍّٗ ٌشد‬ٕٙ‫ٌذس‬
ّ ‫ا إٌسبء‬ٛ‫َلحٕىذ‬
ّ ‫أىذ‬ٚ
ً‫داء خشلبءراث دٌٓ أفض‬ٛ‫ألِت س‬ٚ ٌّٓ‫٘ٓ ٌٍذ‬ٛ
"Janganlah menikahi perempuan karena kecantikannya karena boleh jadi itu membuat
mereka celaka, jangan karena kekayaannya karena boleh jadi itu membuat mereka
congkak. Tapi nikahilah perempuan karena agamanya. Sungguh budak hitam yang bodoh
tapi baik agamanya itu lebih afdal (kamu nikahi)".19

Kandungan hadits ini didukung oleh al-Qur’an dan hadits-hadits lain. Diantaranya adalah

18
Afifuddin Muhajir, Manajemen Cinta : Kesan dan Pesan Fikih kepada Penderitanya (Situbondo:
Maktabah As’Adiyah PP. Salafiayah Syafi’iyah Sukorejo, 2014), 77.
19
Abu Bakar al-Baihaqi, al-Sunan al-Kubra juz VII, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2003), 129.

178 | J u r n a l M a b a h i t s
Keharmonisan Rumah Tangga Perspektif Hukum Islam

ٖ‫حسش‬
ّ ً‫ي إٌّسبء خٍش لبي اٌّخ‬
ّ ‫سٍُّ أ‬ٚ ٍٍٗ‫ّٰللا ع‬
ّ ‫ّٰللا صٍّى‬
ّ ‫ي‬ٛ‫لًٍ ٌشس‬
ٖ‫ب بّبٌىش‬ٌٙ‫ِب‬ٚ ‫ب‬ٙ‫َل حخبٌفٗ فً ٔفس‬ٚ ‫حطٍعٗ إراأِش‬ٚ ‫إرأظش‬
"Rasulullah ditanya, wahai Rasulullah perempuan seperti apa yang terbaik? Beliau
menjawab, perempuan yang akan menyenangkan saat dipandang, patuh saat diperintah,
serta menjaga dirinya dan hartanya dari sesuatu yang tidak disenangi (suaminya)‛.20

Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an surah Al Baqarah ayat 221:

ْٛ ٌََّٚ ‫ ََلَ َِتٌ ُِّؤْ َِِٕتٌ َخٍ ٌْش ِ ِّ ْٓ ُِّ ْش ِش َو ٍت‬َٚ َّٓ ِِ ْ‫ج َدخّٰى ٌُؤ‬ ِ ‫ا ْاٌ ُّ ْش ِش ٰو‬ٛ‫ ََل ح َ ْٕ ِى ُذ‬َٚ
ْٓ ِّ ِ ‫ٌَ َع ْبذ ٌ ُِّؤْ ِِ ٌٓ َخٍ ٌْش‬َٚ ‫ا‬ْٛ ُِِٕ ْ‫ا ْاٌ ُّ ْش ِش ِوٍَْٓ َدخ ّٰى ٌُؤ‬ٛ‫ ََل ح ُ ْٕ ِى ُذ‬َٚ ُْ ‫ا َ ْع َج َبخْ ُى‬
ٰۤ ُ ُ
‫ا اِ ٌَى ْاٌ َجَّٕ ِت‬ْٛ ‫ع‬ ُ ‫ّٰللاُ ٌَ ْذ‬
ّٰ َٚ ‫بس‬ِ ٌَّٕ‫َْ اٌَِى ا‬ْٛ ‫ع‬ ُ ْ‫ٌ ِٕى َه ٌَذ‬ٚ ‫ ا َ ْع َج َبى ُْ ا‬ْٛ ٌََّٚ ٍ‫ُِّ ْش ِشن‬
ِ ٌٍَِّٕ ِٗ‫ٌُبَ ٍِّ ُٓ ٰا ٌٰخ‬َٚ ِْٗٔ‫ ْاٌ َّ ْغ ِف َشةِ ِب ِبر‬َٚ
َْْٚ ‫ ُْ ٌَخَزَ َّو ُش‬ُٙ ٍَّ‫بط ٌَ َع‬
Artinya: Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia
menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-
wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik
dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu." (al-Baqarah: 221)21

Tetapi rupanya ada pemuda yang nekat, biarpun tuntunan agama tentang cara memilih
pasangan telah gamblang. Entah karena dimabuk cinta hingga teler atau karena niat tulus
ingin berjuang, saya berbaik sangka saja. Kata pemuda itu padaku di suatu majelis
pengajian,

20
Abu Abdurrahman an-Nasa’i, Sunan al-Nasa’i bi Syarhi al-Suyuti wa Hasyiyat al-Sanadi juz VI
(Beirut: Dar al-Ma’rifat, 1420 H), 377.
21
Kementrian Agama RI, AT-THAYYIB Al-Qur’an Transliterasi per Kata dan Terjemah per Kata
(Bekasi: Penerbit Cipta Bagus Segara, 2012), 35.

J u r n a l M a b a h i t s | 179
Subairi

"Pak kiai, kebetulan saya mencintai orang yang ‘kurang baik agamanya," sampai di sini
dia tidak begitu mantap mengatakan tiga kata 'kurang baik agamanya', dia melanjutkan,
"Tapi saya yakin bila dia telah menjadi istriku akan saya ubah tingkahnya dengan
perlahan. Bukankah niatku baik, pak kiai?"

Dan beginilah jawabanku setelah kutaksir volume kenekatan pemuda itu, "Niatmu
sungguh mulia. Tidak banyak orang yang bertekad mengubah hidup seseorang yang suram
menjadi terang. Perlu diingat, pernikahan itu bukan ajang perlombaan di mana kalah dan
menang bukan persoalan besar. Kalau kamu kalah dalam perlombaanmu itu, akibatnya
besar karena melibatkan dua keluarga besar. Silakan ananda pilih, menikahi dan mengubah
hidup istrimu menjadi gemerlap dan meraup pahala besar tapi dengan resiko yang juga
besar atau main aman saja dengan mencari perempuan lain yang sudah jadi.‛

Pertimbangan lain dalam memilih pasangan adalah kesepadanan yang dalam istilah Fikih
dikenal dengan kafa'ah. Sebab pernikahan adalah penyatuan dua jiwa bahkan dua keluarga.
Tentu lebih mudah menyatukan dua hal yang lebih banyak memiliki kesamaan.
Kesepadanan yang dimaksud adala terutama dalam tingkat moralitas calon pasangan.

Allah berfirman dalam AL-qur’an Surah An-Nur Ayat 3 yang berbunyi:

ََ ‫ ُد ِ ّش‬َٚ ‫ ُِ ْش ِش ٌن‬ْٚ َ ‫اْ أ‬ َّ َٚ ً‫ ُِ ْش ِش َوت‬ْٚ َ ‫ٱٌضأِى ََل ٌَٕ ِى ُخ ِإ ََّل صَ أٍَِتً أ‬


ٍ َ‫ب ِإ ََّل ص‬َٙ ‫ٱٌضأٍَِتُ ََل ٌَٕ ِى ُذ‬ َّ
ٍَِِِٕٓ ْ‫ْٱٌ ُّؤ‬ ‫عٍَى‬
َ ‫ٰرَ ٌِ َه‬

Artinya: Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau
perempuan yang musyrik, dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh
laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas
orang orang yang mukmin. (al-Nür: 3)22

22
Kementrian Agama RI, AT-THAYYIB Al-Qur’an Transliterasi per Kata dan Terjemah per Kata
(Bekasi: Penerbit Cipta Bagus Segara, 2012), 350.

180 | J u r n a l M a b a h i t s
Keharmonisan Rumah Tangga Perspektif Hukum Islam

Secara naluriah manusia menyukai kebaikan dalam berbagai jenis dan ragamnya termasuk
kebaikan akhlak dan budi pekerti. Pada dasarnya manusia terbawa untuk mengidamkan
pasangan yang ideal tak peduli dirinya sendiri gombal. Tapi lagi-lagi penyakit cinta sering
membuat orang buta danmenyimpang dari fitrah kemanusiaannya; sebuah pepatah yang
disandarkan kepada Nabi Saw,

ّ ٌ‫دبّه ا‬
ُّ ‫ٌص‬ٚ ًّ‫شًءٌع‬
"Cintamu kepada sesuatu membuatmu buta dan tuli‛23

Tak jarang kita menemukan orang hebat berpasangan dengan orang bejat, padahal orang
bejat selayaknya berpasangan dengan orang bejat dan orang hebat selayaknya berpasangan
dengan orang hebat. Sebagaimana yang telah di firmankan oleh Allah SWT di dalam Al
Qur’an surah An-Nur ayat 26:

َْ ُٛ ‫ اٌطَّ ٍ ِّ ب‬َٚ َٓ ٍ ِ ‫ث ٌِ ٍطَّ ٍ ِّ ب‬ُ ‫ اٌطَّ ٍ ِّ ب َ ب‬َٚ ‫ث‬ِ ‫ َْ ٌِ ٍْ َخ ب ِ ٍ ث َب‬ُٛ ‫ اٌْ َخ ب ِ ٍ ث‬َٚ َٓ ٍ ِ ‫ث ٌِ ٍ ْ َخ ب ِ ٍ ث‬ُ ‫اٌ ْ َخ ب ِ ٍ ث َب‬
ٌُ ٌ ‫ق وَ ِش‬ ٌ ‫ ِس ْص‬َٚ ٌ ‫ ُْ َِ غ ْ فِ َش ة‬ُٙ َ ٌ َْ ُٛ ٌ ُٛ ‫ َْ ِِ َّّ ب ٌ َ م‬ٚ ‫ه ُِ ب َ َّش ُء‬ َ ِ ‫ ٌٰ َ ئ‬ُٚ ‫ث أ‬ِ ‫ٌِ ٍطَّ ٍ ِّ ب َب‬

Artinya: Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji
adalah buat wanita-wanita yang keji pula, dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-
laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula (al-Nür:
26)24

Adapun kesepadanan dalam hal-hal lain, maka hak setiap orang untuk mempertimbangkan
atau mengabaikannya. Apabila seorang wanita bertitel profesor doktor memilih pasangan
pria yang berprofesi tukang ojek motor, maka sama sekali Islam tidak akan
mempersoalkan. Tetapi kalau ada seorang Syeikh yang menjadi kiai hendak menikahi

23
Abu Abdurrahman-Nasa’i, Sunan al-Nasa’i bi Syarhi al-Suyuti wa Hasyiyat al-Sanadi juz VI
(Beirut: Dar al-Ma’rifat, 1420 H), 377.
24
Kementrian Agama RI, AT-THAYYIB Al-Qur’an Transliterasi per Kata dan Terjemah per Kata
(Bekasi : Penerbit Cipta Bagus Segara, 2012), 352.

J u r n a l M a b a h i t s | 181
Subairi

wanita penghuni lokalisasi, hampir dipastikan Agama akan menyuruhnya untuk


menggagalkan niatnya.

Tahapan-tahapan dalam membangun keharmonisan

Membangun kehidupan keluarga yang harmonis dan lalu sakinah, setidaknya ada tiga
langkah utama yang harus dilakukan.

Langkah Pertama, membangun kesepahaman yang baik ُ٘‫دسٓ اٌخفب‬, artinya harus ada
kesamaan pandangan dalam memahami tujuan hidup ini. Sepasang suami istri harus
memiliki visi dan misi yang sama dalam menjalani kehidupan ini, termasuk tujuan
membina rumah tangga. Hal ini penting, mengingat kesalah pahaman sering muncul
karena perbedaan mindset atau pola pikir dalam menghadapi permasalahan keluarga.

Diantara cara membangun kesepahaman yang dimaksud, adalah memperhatikan


kesepadanan antara dua pasangan seperti yang telah dijelaskan, yaitu kesamaan agama dan
kesepadanan budi pekerti. Pada umumnya, perbedaan agama akan memicu konflik dalam
biduk rumah tangga atau kelak akan meninggalkan beban psikologis terhadap anak-anak
hasil pasangan yang berbeda Agamanya.

Bahkan kalau bisa organisasi keagamaannya pun harus sama. Misalnya dengan NU,
Muhammadiyah dengan Muhammadiyah orang NU dan seterusnya. Mengapa harus
demikian? Karena disadari atau tidak, perbedaan pandangan, lambat laun akan mudah
memicu disharmoni, terutama bagi sepasang suami istri yang tidak dibekali keilmuan yang
memadai. Contoh kecil, suami senang selametan dan tahlilan, sementara istrinya menolak
bahkan menganggapnya bid’ah, kalau tidak disikapi dengan arif pasti mengusik
ketenangan.

Langkah kedua, (‫ اٌخسبِخ‬tasamuh), artinya bersikap toleran dan murah hati. Ini berangkat
dari sebuah kesadaran akan kebenaran suatu pepatah Melayu tidak ada gading yang tak
retak; pepatah Arab mengatakan ‫ َل حعذٌُ ٌٍذسٕبء راِب‬secantik cantiknya - perempuan pasti

182 | J u r n a l M a b a h i t s
Keharmonisan Rumah Tangga Perspektif Hukum Islam

ada celanya; bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Sebagaimana Allah berfirman
dalam surah An-Nisa’ ayat 28:

‫ض ِع ٍْفًب‬ ُ ‫س‬
َ ْ‫ب‬ ِ ْ َ‫ ُخ ٍِك‬َٚ ُْ ‫ع ْٕ ُى‬
َ ْٔ ‫اَل‬ َ ّ‫ّٰللاُ ا َ ْْ ٌُّ َخ ِف‬
َ ‫ف‬ ّٰ ُ ‫ٌُ ِش ٌْذ‬
Artinya: dan manusia dijadikan bersifat lemah (al-Nisa': 28)25

Karena lemah itulah, manusia sering salah, sering keliru. Oleh karena itu, jika terjadi
percekcokan baik kecil maupun besar, sebaiknya masing-masing menilai dirinya sendiri.
Suami berprasangka "Jangan-jangan saya yang salah" Sang istri pun harus juga demikian
"Jangan-jangan ini gara-gara kesalahanku" Orang yang baik itu lebih pandai menilai
dirinya sendiri ketimbang menilai orang lain.

Kesepahaman yang teruji dan sikap toleransi akan membuahkan kekompakan yang
melahirkan kesuksesan. Suami istri harus kompak dan mampu menutup kelemahan
pasangannya sebagaimana yang di firmankan Allah SWT dalam Al Qur’an surah Al
Baqarah ayat 187:

َّٓ ُٙ ٌَّ ‫بط‬


ٌ َ‫ا َ ْٔخ ُ ُْ ٌِب‬َٚ ُْ ‫بط ٌَّ ُى‬
ٌ َ‫ُ٘ َّٓ ٌِب‬
Artinya: Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka" (al-
Baqarah: 187)26

Diantara fungsi baju adalah menjadi pelindung bagi pemakainya. Pelindung dari panasnya
terik matahari atau dinginnya malam beserta anginnya. Kalau suami kepanasan, isteri
harus meneduhinya dengan senyuman. Sambutlah suami yang baru pulang dari tempat
kerjanya dengan kecupan mesra. Konon, menurut ulama, orang yang tidak punya
kesempatan mencium hajar aswad di Mekkah sana, bisa digantikan dengan mencium
pasangan; pahala mencium hajar aswad sepadan dengan pahala mencium pasangan.

25
Kementrian Agama RI, AT-THAYYIB Al-Qur’an Transliterasi per Kata dan Terjemah per Kata
(Bekasi : Penerbit Cipta Bagus Segara, 2012), 83.
26
Kementrian Agama RI, AT-THAYYIB Al-Qur’an Transliterasi per Kata dan Terjemah per Kata
(Bekasi: Penerbit Cipta Bagus Segara, 2012), 29.

J u r n a l M a b a h i t s | 183
Subairi

Tidak hanya berfungsi melindungi dari panas atau dingin. Fungsi terpenting pakaian
adalah menutupi sesuatu yang tak wajar diperlihatkan. Tanpa pakaian apa bedanya hewan
dan manusia? Maka suami-isteri sebagai pakaian bagi pasangannya harus menutupi
kekurangan dan kelebihan pemakainya. Tak boleh suami bercerita kepada siapapun bahwa
isterinya suka mendengkur keras, atau isteri bercerita bahwa suaminya, air liurnya deras.
Ceritakanlah yang baik baik.

Langkah Ketiga, (‫سط‬ٛ‫ اٌخ‬moderat), artinya bersikap tengah-tengah, wajar, dan


proporsional tidak kurang dan tidak lebih. Memang apapun jika dilakukan secara wajar
hasilnya akan baik, ( ‫ب‬ٙ‫سط‬ٚ‫س أ‬ِٛ‫خٍش األ‬/paling baik dari segala urusan adalah yang tengah-
tengah ) tidak kurang dan tidak lebih. Demikian sabdah Nabi Muhammad Saw Oleh
karena itu, hendaknya suami istri berlaku tawassuth (tengah-tengah) setidaknya dalam
tiga hal, yakni Pertama, berlaku wajar dalam memberikan nafkah. Kedua, berlaku wajar
dalam menunjukkan cinta dan kasih Janganlah pujian diobral pada awal pernikahan,
apalagi sebelum menikah. Ketiga, berlaku wajar dalam cemburu. Cemburu itu penting
karena itu tanda cinta. Tetapi cemburu yang berlebihan tidak baik, sedikit saja keluar dari
pagar rumah sudah dicurigai, prasangka buruk yang tidak pada tempatnya. Begitu pula,
tidak cemburu sama sekali juga tidak baik.27

Inilah tiga langkah yang dimaksudkan dengan istilah mu'āsyarah bi al-ma'rūf dalam ayat
Al Qur’an Allah SWT berfirman dalam surah An-Nisa’ ayat 19:

ِ ْٚ ‫ ُ٘ َّٓ ِب ْبٌ َّ ْع ُش‬ْٚ ‫ َعب ِش ُش‬َٚ


‫ف‬
Artinya: Dan bergaullah dengan mereka secara patut. (al Nisa': 19)28

27
Afifuddin Muhajir, Manajemen Cinta Kesan dan Pesan Fikih Kepada Penderitany (Situbondo:
Maktabah As’adiyah, PP. Salafiyah Safi’iyah Sukorejo, 2014), 104-116.
28
Kementrian Agama RI, AT-THAYYIB Al-Qur’an Transliterasi per Kata dan Terjemah per Kata
(Bekasi: Penerbit Cipta Bagus Segara, 2012), 80.

184 | J u r n a l M a b a h i t s
Keharmonisan Rumah Tangga Perspektif Hukum Islam

Kesimpulan
Dalam literatur agama apapun—lebih-lebih Islam—semuanya sepakat tentang
keharusan dalam membangun keharmonisan dalam rumah tangga, sehingga dengan adanya
keharmonisan akan terbentuk lingkungsn keluarga yang aman, masyarakat yang aman,
wilayah yang aman dan puncaknya dalam bingkai Negara akan terbentuk Negara yang
aman, nyaman dan tentram.

Dalam Islam diatur bahwa segala tindakan yang dilakukan oleh pemeluknya
pastilah berkaitan dan berdampak terhadap hukum, sehingga dalam hal rumah tangga juga
harus diperhatikan, tidak boleh seorang isteri atau suami bertindak sesuka hati terlebih
jika menyangkut hal-hal yang urgen karenasebagaimana digambarkan dalam al-quran
bahwa suami isteri bagaikan pakaian diantara keduanya, sehingga jika menginginkan
bagian tubuh keluarga terlihat baik dan enak dipakai maka haruslah memperhatikan
beberapa hal diantaranya.

Dalam membangun keluarga yang harmonis setidaknya ada tiga hal yang harus
diperhatikan. Pertama, membangun kesepahaman yang baik antara suami isteri sehingga
dapat menghasilkan hasil yang baik. Kedua, bersikap toleran antar keduanya, dengan terus
tertanam dalam benaknya bahwa manusia dicipta dalam keadaan lemah. Ketiga, bersikap
wajar terhadap pasangan, kerena apapun jika dilakukan dengan berlebihan akan berdampak
tidak baik seperti akan kecewa dikemudian hari bahkan dalam konteks keluarga akan
berdampak perceraian.

J u r n a l M a b a h i t s | 185
Subairi

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mudjid, Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqih, (Jakarta: Cetakan Ke-9, Mei 2013)
Abu Abdurrahman an-Nasa’i, Sunan al-Nasa’i bi Syarhi al-Suyuti wa Hasyiyat
al-Sanadi (Beirut: Dar al-Ma’rifat, 1420 H)
Abu Bakar al-Baihaqi, al-Sunan al-Kubra, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2003)
Afifuddin Muhajir, Manajemen Cinta : Kesan dan Pesan Fikih kepada
Penderitanya (Situbondo: Maktabah As’adiyah PP. Salafiayah Syafi’iyah
Sukorejo, 2014)
Aida Ahmad & Elita D. Qaseem, Kusebut Namamu Dalam Ijab Dan Qabul,
(Jakarta: PT elex media kompotindo, 2013)
Boedi Abdullah, Perkawinan dan Perceraian Keluarga Muslim, (Bandung: Pustaka Setia,
2013)
Dapertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008)
Fathur Rahman Alfa, Pernikahan Dini Dan Perceraian Di Indonesia, (JAS:
Jurnal Ilmiah Ahwal Syakhshiyyah,Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019)
Gusmi Warni, Kohesitas Suami Istri Pisah Tempat Tinggal (Studi Kasus di
Desa Poleonro Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone), Fakultas Ushuluddin,
Filsafat dan Politik, (UIN Alauddin Makassar, 2017)
Haikal Abduttawab, Rahasia Perkawinan Rasulullah SAW (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya)
Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,
2003)
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bekasi: Cipta Bagus Segara,
2011)
Lubis Salam, Menuju Keluarga Sakina Mawaddah Warahma (Surabaya: Terbit Terang,
1998)

186 | J u r n a l M a b a h i t s
Keharmonisan Rumah Tangga Perspektif Hukum Islam

Nizam, Kewajiban Orang Tua Laki- laki (Ayah) atas Biaya Nafkah Anak Sah
Setelah Terjadinya Perceraian (Semarang : Universitas Diponegoro Semarang,
2005)
Wahyu Wibisana, Jurnal Pendidikan Agama Islam Ta’lim : Pernikahan dalam Islam 2016

J u r n a l M a b a h i t s | 187

You might also like