Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864

http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

TINJAUAN PUSTAKA: DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA CEDERA OTAK


TRAUMATIK

Raditya Bayu Farizil Akhyar1, Rohadi Muhammad Rosyidi2, Bambang


Priyanto3

1
Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
2,3

Email korespondensi: bayuraditya140202@gmail.com


*)

__________________________________________________________________

Abstract: Literatur Review: Diagnosis and Treatment of Traumatic Brain


Injury. Traumatic brain injury (TBI) is a disorder of brain function caused by
mechanical processes such as impacts, blows or penetrating head injuries that hit
the cerebral structures, causing a decrease in consciousness and impaired brain
function in the patient. The most common cause of brain injury, especially in young
men, is due to physical impact on the brain such as falls (35%) and traffic or motor
vehicle accidents (17%). Other causes include blunt force trauma, gunshot trauma,
work accidents, domestic accidents, and sports accidents. The diagnosis of
traumatic brain injury is obtained with a detailed history to determine the presence
or absence of a history of previous head injury and the mechanism of head injury
occurred, clinical symptoms that appear in patients and the results of imaging
examinations with cranial CT scans. Management of traumatic brain injury patients
is adapted to the severity of the head injury experienced. Management can include
observation and administration of pain medication in mild-moderate head injuries
and surgical management for severe head injuries.
Keywords : Clinical Manifestation and Therapy, Diagnosis, Management, Traumatic
Brain Injury

Abstrak: Tinjauan Pustaka: Diagnosis Dan Tatalaksana Cedera Otak


Traumatik. Cedera otak traumatik (COT) merupakan gangguan fungsi otak yang
diakibatkan oleh proses mekanik seperti benturan, pukulan atau trauma tembus
kepala yang mengenai struktur serebri sehingga menyebabkan terjadinya
penurunan kesadaran dan gangguan fungsi otak pada penderitanya. Penyebab
terbanyak dari cedera otak terutama pada pria muda disebabkan oleh adanya
benturan fisik pada otak seperti terjatuh (35%) dan kecelakaan lalu lintas atau
kendaraan bermotor (17%). Penyebab lain yaitu trauma benda tumpul, trauma
tembak, kecelakaan saat bekerja, kecelakaan rumah tangga, serta kecelakaan
ketika olahraga. Diagnosis cedera otak traumatik diperoleh melalui anamnesis yang
menyeluruh untuk memastikan ada atau tidaknya riwayat cedera kepala
sebelumnya dan proses terjadinya cedera kepala, gejala klinis yang muncul pada
pasien serta hasil pemeriksaan pencitraan dengan CT scan kranial. Tatalaksana
pada pasien cedera otak traumatik disesuaikan dengan tingkat keparahan cedera
kepala yang dialami. Tatalaksana dapat berupa observasi dan pemberian obat
pereda nyeri pada cedera kepala ringan-sedang serta tatalaksana bedah untuk
cedera kepala berat.
Kata Kunci : Cedera Otak Traumatik, Diagnosis, Manifestasi Klinis Dan Terapi,
Tatalaksana

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 12, Desember 2023 3522
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

PENDAHULUAN 11,9% dengan cedera otak traumatik


Cedera otak traumatik atau sebagai kasus tertinggi ketiga sesudah
Traumatic Brain Injury (TBI) merupakan cedera pada ekstremitas bawah dan
gangguan fungsi otak yang diakibatkan ekstremitas atas dengan prevalensi
oleh proses mekanis seperti benturan, masing-masing 67,9% dan 32,7%.
pukulan atau trauma tembus kepala Prevalensi cedera otak traumatik
yang memengaruhi struktur otak, menunjukkan peningkatan dari tahun
menyebabkan penurunan dan gangguan sebelumnya yaitu sebesar 7,5% pada
fungsi otak pada penderitanya (Prins et tahun 2007 dan meningkat menjadi
al., 2013). Cedera otak traumatik 8,2% pada tahun 2013 (Badan
biasanya bermanifestasi sebagai suatu Penelitian dan Pengembangan
perubahan tingkat kesadaran, bingung, Kesehatan, 2019).
bahkan kejang, koma, serta defisit Penyebab terbanyak dari cedera
neurologis sensorik dan motorik akibat otak terutama pada pria muda
trauma benda tumpul atau trauma disebabkan oleh adanya benturan fisik
tembus benda tajam yang masuk ke pada otak (physical forces) seperti
dalam kepala (Ginsberg, 2017). terjatuh (35%) dan kecelakaan lalu
Cedera otak traumatik menjadi lintas atau kendaraan bermotor (17%)
kondisi kesehatan yang serius (Prins et al., 2013). Menurut data
dikarenakan angka prevalensi, Kepolisisan Republik Indonesia, sejak
mortalitas, dan morbiditasnya yang tahun 2017 jumlah korban kecelakaan
terus meningkat. Di Amerika Serikat, lalu lintas terus mengalami
cedera otak traumatik terjadi setiap 15 peningkatan. Pada tahun 2017 terdapat
detik menghasilkan sekitar 1,7 juta 104.327 jumlah kecelakaan dengan
korban cedera otak setiap tahunnya. korban meninggal sebanyak 30.694
Peristiwa ini bertanggung jawab atas orang, tahun 2018 terdapat 109.215
50.000 kematian dan menyebabkan jumlah kecelakaan dengan jumlah
lebih dari 80.000 orang mengalami kematian 29.472 orang, dan pada tahun
cacat permanen (Prins et al., 2013). 2019 meningkat menjadi 116.411 kasus
Menurut laporan dari Centers for kecelakaan dengan jumlah kematian
Disease Control and Prevention (CDC) 25.671 orang (Badan Pusat Statistik,
terdapat 223.000 pasien rawat inap 2019). Organisasi Kesehatan Dunia
terkait cedera otak traumatik pada (WHO) pada tahun 2014 mencatat
tahun 2019 dan sekitar 64.300 sekitar 1,24 juta orang meninggal setiap
kematian akibat cedera otak traumatik tahunnya di jalan raya di seluruh dunia
pada tahun 2020. serta 2-5 juta orang mengalami luka-
Di Indonesia, data epidemiologi luka ringan dan cedera kepala. Cedera
cedera otak sampai saat ini belum otak traumatik adalah salah satu dari
tersedia secara luas. Namun, dari data tiga penyebab kematian terbanyak pada
yang tersedia didapatkan peningkatan populasi berusia 15-44 tahun (Galgano
kasus setiap tahunnya. Data insidensi et al., 2017)
cedera kepala di RSUD Dr. Moewardi Insidensi cedera otak pada pria
Surakarta dari bulan Januari - Oktober tiga kali lebih tinggi dibandingkan pada
2012 mencapai 453 kasus. Selama perempuan (Shaikh et al., 2022).
bulan Juli 2012 di RSUD Dr. Moewardi Tingginya angka kejadian cedera otak
Surakarta tercatat 43 kasus cedera pada pria diakibatkan pria cenderung
kepala ringan hingga berat. Pasien melakukan aktivitas beresiko tinggi,
dengan cedera kepala ringan (CKR) seperti resiko pekerjaan, dan resiko
sebanyak 21 orang (48,8%), cedera cedera akibat kekerasan. Dilaporkan
kepala sedang (CKS) 8 orang (18,6%) kejadian cedera otak meningkat dua kali
dan cedera kepala berat (CKB) lipat pada usia 5-14 tahun dengan 250
sebanyak 14 orang (32,5%) (Hariyani, kasus setiap 100.000 penduduk dan
2012). Menurut laporan Riset Kesehatan 20% di antaranya adalah cedera otak
Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi sedang sampai berat (CDC, 2019).
cedera kepala di Indonesia sebesar

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 12, Desember 2023 3523
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

Kejadian cedera otak traumatik manual sesuai judul, tinjauan pustaka:


memiliki angka kejadian yang sangat diagnosis dan tatalaksana cedera otak
banyak dan dapat terjadi pada seluruh traumatik.
kalangan umur. Mengingat besarnya
dampak yang dapat ditimbulkan akibat HASIL
cedera otak traumatik ini, maka penting A. Diagnosis
untuk mengetahui diagnosis dan Diagnosis cedera otak traumatik
tatalaksana yang tepat untuk ditegakkan melalui anamnesis yang
mengurangi tingkat morbiditas dan mendalam untuk mengetahui ada atau
mortalitas cedera otak traumatik. Maka tidaknya riwayat cedera kepala
dari itu, uraian di atas menjadi dasar sebelumnya dan bagaimana proses
bagi penulis untuk mengulas lebih lanjut terjadinya cedera kepala, manifestasi
mengenai diagnosis dan tatalaksana klinis yang muncul pada pasien serta
cedera otak traumatik. hasil pemeriksaan penunjang. Informasi
penting yang harus ditanyakan saat
METODE anamnesis adalah bagaimana proses
Pada tinjauan pustaka ini dan penyebab terjadinya cedera kepala
menggunakan metode naratif riview. pada pasien. Penyebab dari cedera
Sumber yang digunakan besaral dari kepala dapat dilihat pada tabel di bawah
pustaka dengan bahasa Indonesia dan yang meliputi: kecelakaan berkendara
Inggris. Pencarian sumber pustaka di jalan raya, terjatuh, trauma benda
menggunakan kata kunci yaitu tumpul, trauma tembak dan pecahan
“Traumatic brain injury”, “Cedera otak bom, kecelakaan saat bekerja,
traumatik”, “clinical manifestation and kecelakaan rumah tangga, serta
management”, “diagnosis’’, dan kecelakaan ketika berolahraga. Hingga
“tatalaksana”. Sumber yang digunakan saat ini, penyebab terbanyak cedera
adalah berbagai jenis artikel mulai dari kepala yang utama adalah kecelakaan
case report, original article, buku, lalu lintas (60% dari kematian akibat
maupun artikel riview yang dipublikasi kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh
dalam 15 tahun terakhir. Seleksi cedera kepala) (Ginsberg, 2017).
sumber yang digunakan diseleksi secara

Tabel 1. Penyebab dari cedera kepala (Ginsberg, 2017).

Penyebab Cedera Otak


Kecelakaan berkendara di jalan raya
Terjatuh
Trauma akibat benda tumpul
Kecelakaan saat bekerja
Kecelakaan saat berolahraga
Trauma tembak dan pecahan bom

Selanjutnya pemeriksaan fisik keseluruhan yang dihasilkan. Tingkat


yang mencakup pemeriksaan tanda- keparahan cedera tersebut
tanda vital dan sistem organ diklasifikasikan sebagai ringan (skor:
menyeluruh. Penilaian awal Glasgow 13-15), sedang (skor: 9-12) atau berat
Coma Scale (GCS) saat pasien tiba di (skor: <9) (Andrade et al.,
rumah sakit sangat penting dilakukan 2011). Cedera atau luka yang
untuk menilai derajat keparahan cedera disebabkan cedera traumatik ringan
otak. Saat ini, derajat keparahan cedera biasanya sembuh dalam beberapa hari
otak traumatik dikategorikan hingga minggu setelah
berdasarkan Glasgow Coma Scale pengobatan. Namun, terkadang cedera
(GCS), di mana pasien diberi skor ini dapat menyebabkan defisit kognitif
berdasarkan gejala klinis, dan skor dan perilaku jangka panjang. Selain itu,

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 12, Desember 2023 3524
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

terdapat penelitian yang menunjukkan dengan peningkatan risiko penyakit


bahwa cedera otak traumatik sedang neurodegeneratif seperti penyakit
hingga berat atau cedera otak traumatik Alzheimer dan penyakit Parkinson
ringan yang berulang, dapat dikaitkan (Hutson et al., 2011).

Tabel 2. Glasgow Coma Scale (ATLS, 2004 dalam (Hutson et al., 2011))

Eye Opening Score


Mata membuka dengan spontan 4
Mata membuka dengan perintah 3
Mata membuka dengan rangsangan 2
nyeri
Mata tidak membuka dengan rangsang 1
nyeri
Motor Response Score
Mampu bergerak sesuai perintah 6
Mampu melokalisasi rangsang nyeri 5
Tidak mampu mencapai lokasi rangsang 4
nyeri
Fleksi abnormal 3
Ekstensi abnormal 2
Tidak bergerak dengan rangsang nyeri 1
Verbal Response Score
Mampu menjawab dengan orientasi yang 5
baik
Biacara kacau 4
Mengeluarkan kata-kata yang tidak 3
tepat/ tidak membentuk kalimat
Mengerang dengan rangsang nyeri 2
Tidak ada jawaban 1

Selain dengan pemeriksaan awal 3) Mengalami kelemahan/keletihan


Glasgow Coma Scale (GCS) untuk yang mengakibatkan
menilai derajat cedera kepala, perlu ketidakmampuan untuk
dilakukan pemeriksaan neurologis yang melakukan aktivitas atau tugas
mencakup pemeriksaan fungsi batang yang biasanya dilakukan. Pasien
otak, saraf kranial, fungsi motorik, dan mungkin dapat dibangunkan
fungsi sensorik. Menurut (Shaikh et al., oleh rangsangan tetapi
2022) beberapa gejala kllinis yang kemudian kembali ke keadaan
dapat ditemukan pada pasien dengan tidak aktif (Andrade et al.,
cedera otak di antaranya: 2011)
1. Cedera otak ringan-sedang
1) Disorientasi ringan, yaitu suatu 2. Cedera otak berat
keadaan mental yang terganggu 1) Somnolen/letargi adalah
di mana seseorang yang keadaan penurunan
menderita kondisi tersebut tidak kewaspadaan dan kesadaran.
mengetahui waktu atau tempat Pasien akan menanggapi
mereka saat itu, bahkan pasien rangsangan secara singkat dan
mungkin kehilangan ingatan hanya mengikuti perintah
barunya, tetapi ingatan jangka sederhana, tetapi tidak akan
panjang tetap utuh. menyadari lingkungan
2) Sakit kepala atau nyeri di kepala sekitarnya.
yang bisa muncul secara 2) Stupor atau obtundasi adalah
bertahap atau tiba-tiba. penurunan tingkat kesadaran

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 12, Desember 2023 3525
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

yang mengakibatkan serta perdarahan intra-aksial (memar


penderitanya benar-benar tidak kortikal, hematoma intraparenkim, dan
mampu merespons percakapan traumatic axonal injury atau cedera
dengan jelas dan hanya bisa geser). CT scan kranial dapat dilakukan
merespons melalui rangsangan secepatnya apabila terdapat gangguan
secara fisik. kesadaran atau ditemukan fraktur
3) Koma adalah ketika pasien tidak tulang tengkorak pada pasien yang
mampu menanggapi segala jenis diikuti gejala kebingungan, kejang, atau
rangsangan (Shaikh et al., tanda neurologis fokal (Kim & Gean,
2022). 2011).
Pencitraan awal dengan CT scan
Selain berdasarkan hasil terutama digunakan untuk
anamnesis dan pemeriksaan fisik, untuk mengidentifikasi cedera primer akut
diagnosis cedera otak traumatik pada yang sangat penting untuk
kondisi akut, CT scan nonkontras mendiagnosis cedera otak traumatik,
merupakan modalitas pilihan utama misalnya perdarahan epidural, subdural,
karena dapat dengan cepat dan akurat dan subaracnoid. Di sisi lain,
dalam mengidentifikasi perdarahan pemantauan pencitraan lanjutan juga
intrakranial yang memerlukan tindakan sangat penting untuk mengidentifikasi
bedah saraf (Kim & Gean, 2011). CT cedera sekunder, seperti herniasi dan
scan kranial dengan mudah edema otak. Berikut ini adalah beberapa
mengidentifikasi perdarahan ekstra- gambaran CT scan pada cedera otak
aksial (perdarahan epidural, subdural, traumatik.
dan subarachnoid/ intraventrikular)

Tabel 3. Gambaran CT scan pada cedera otak traumatik (Kim & Gean, 2011)

Perdarahan Epidural Gambaran


CT nonkontras aksial pada dinding otak
tampak lesi hiperdens berbentuk
bikonveks (panah) yang berdekatan
dengan lobus temporal kanan

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 12, Desember 2023 3526
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

Fraktur pada tulang tengkorak yang


hampir selalu terlihat pada perdarahan
epidural (panah). Epidural hematom
biasanya berhubungan dengan fraktur
tengkorak, sering terjadi fraktur
impact calvarium. Tulang yang retak
dapat merusak/merobek arteri dural
atau sinus vena sehingga darah dari
pembuluh yang pecah akan terkumpul
di antara tengkorak dan dura.

Perdarahan Subdural Gambaran


Tampak lesi hiperdense homogen
bentuk semilunar/ tampak berbentuk
bulan sabit (panah kuning) pada regio
fronto-parietal kanan

Edema Otak Gambaran


Edema otak (Diffuse cerebral swelling),
CT scan nonkontras aksial
menunjukkan efusi sulkus yang
berdifusi pada pasien yang mengalami
trauma kepala. Tidak tampak adanya
sulkus serebral tetapi diferensiasi
gray–white relatif dipertahankan. Hal
ini menunjukkan hiperemia serebral
akibat disautoregulasi pasca trauma.

B. Tatalaksana dikarenakan kemungkinan terjadinya


Pertolongan pertama pada pasien patah tulang dan/atau dislokasi;
cedera otak adalah dengan tatalaksana breathing (menilai gangguan pada
resusitasi segera (Ginsberg, 2017). pernapasan dan ventilasi); circulation
Tatalaksana ini meliputi: airway (menilai (menilai terhadap adanya gangguan
ada atau tidaknya gangguan pada sirkulasi: ada tidaknya perdarahan atau
airway/ obstruksi jalan napas), tanda-tanda syok); penilaian terhadap
perhatian khusus pada tulang servikal adanya gangguan disabilitas meliputi

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 12, Desember 2023 3527
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

respons eye, verbal, dan movement sesudah dilakukannya resusitasi awal


serta ada tidaknya lateralisasi; serta pada pasien. Pilihan untuk intervensi
penilaian terhadap exposure dengan bedah dapat berupa kraniotomi atau
melihat ada tidaknya cedera pada organ kraniektomi untuk meminimalkan
tubuh yang lain. Apabila semua aspek di kerusakan jaringan otak, mengeluarkan
atas telah diperiksa dan ditangani, maka tulang yang rusak, evakuasi hematoma,
selanjutnya dilakukan penilaian cedera perbaikan dura, dan pemantauan
kepala, tulang servikal, dan tekanan intrakranial (Fong et al., 2017).
ekstremitas. Kraniotomi adalah prosedur
Adapun aspek utama pemeriksaan pengangkatan sebagian tengkorak
neurologis pada pasien cedera kepala untuk sementara, sehingga dokter
meliputi: terdapat bukti terjadinya bedah saraf dapat mengeluarkan darah
cedera (tanda-tanda luka robek dan (hematoma) yang menggumpal dan
memar); tanda fraktur basis kranii yang memperbaiki pembuluh darah yang
meliputi: hematoma periorbital bilateral rusak. Namun pada hematoma yang
dan hematoma pada mastoid, tidak terlalu masif, dokter hanya akan
hematoma subkonjungtiva yaitu tampak mengebor lubang kecil yang disebut
darah di bawah kelopak mata tanpa lubang duri ke tengkorak. Kemudian,
disertai batas posterior yang akan dipasangkan selang karet ke
mengindikasikan adanya darah dari dalam lubang tersebut sehingga darah
orbita, keluarnya cairan serebrospinal dari hematoma dapat mengalir keluar.
(jaringan jernih tidak berwarna) dari Adapun prosedur kraniektomi dilakukan
hidung atau telinga, keluarnya darah jika terjadi pembengkakan otak yang
dari telinga. Aspek selanjutnya adalah menyebabkan tekanan intrakranial tetap
penilaian derajat kesadaran dengan tinggi. Tindakan kraniektomi juga
GCS; serta pemeriksaan neurologis melibatkan pengangkatan sebagian
menyeluruh, khususnya pemeriksaan tulang tengkorak untuk memberikan
refleks pupil untuk menilai ada tidaknya ruang pada otak yang bengkak dan
tanda-tanda herniasi. mengurangi tekanan pada otak.
Pasien cedera otak ringan dan Pendekatan ini juga digunakan ahli
sedang dapat ditangani dengan bedah saraf untuk menghilangkan
membersihkan atau menjahit fraktur tulang tengkorak terbuka
luka/robekan pada kulit kepala dan sehingga mencegah fraktur tulang
memberikan obat pereda nyeri apabila menembus jaringan otak.
mengalami sakit kepala yang Setelah tindakan operatif selesai,
mengganggu, kemudian pasien pemantauan terhadap tekanan
diobservasi (Andrade et al., 2011). intrakranial (TIK) pada pasien harus
Obat-obatan lain yang juga dapat tetap dipantau. Untuk memantau
diberikan pada pasien cedera otak tekanan intrakranial, alat seperti kateter
adalah obat anti kejang. Obat anti intraventrikular, sekrup subdural, atau
kejang bisa diberikan pada hari pertama sensor epidermal harus terlebih dahulu
untuk mengurangi resiko kerusakan dipasangkan melalui prosedur
otak yang mungkin diakibatkan oleh pembedahan. Kemudian perangkat TIK
kejang. Adapun pemberian obat anti dipasangkan ke monitor yang
kejang lanjutan hanya digunakan memberikan pembacaan tekanan di
apabila terjadi kejang pada pasien. dalam tengkorak secara konstan.
Selanjutnya pemberian obat diuretik Apabila tekanan intrakranial (TIK)
secara intravena juga dapat dilakukan meningkat maka dapat diberikan obat
untuk membantu menurunkan volume untuk mengurangi pembengkakan otak
cairan dalam jaringan dan menurunkan atau dengan pemasangan shunt
tekanan dalam otak (Shaikh et al., (kateter di tengkorak) untuk
2022). mengalirkan kelebihan cairan (Fong et
Sedangkan pada pasien dengan al., 2017).
cedera otak yang berat, tatalaksana Sebagian besar pasien terutama
spesialis bedah saraf diperlukan pasien dengan cedera otak berat

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 12, Desember 2023 3528
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

mungkin membutuhkan terapi https://doi.org/10.2147/IJGM.S134


rehabilitasi seperti berjalan dan 64
berbicara. Tujuannya adalah untuk Badan Penelitian dan Pengembangan
mengembalikan fungsi tubuhnya seperti
Kesehatan. (2019). LAPORAN
semula. Terapi rehabilitasi tersebut
dapat berupa terapi okupasi, terapi fisik, PROVINSI RISET KESEHATAN
terapi koognitif, atau terapi wicara. DASAR.
Jenis dan durasi rehabilitasi pada setiap Badan Pusat Statistik. (2019). Jumlah
orang berbeda-beda, tergantung pada Kecelakaan, Korban Mati, Luka
derajat keparahan cedera otak dan area Berat, Luka Ringan, dan Kerugian
otak mana yang mengalami cedera Materi 2017-2019. Dapat diakses
(Dang et al., 2017).
melalui
KESIMPULAN https://www.bps.go.id/indicator/17
Diagnosis cedera otak traumatik /513/1/jumlah-kecelakaan-korban-
diperoleh melalui anamnesis yang mati-luka-berat-luka-ringan-dan-
menyeluruh untuk memastikan ada atau kerugian-materi.htm
tidaknya riwayat cedera kepala Centers for Disease Control and
sebelumnya dan bagaimana proses Prevention. (2019). Injury
terjadinya cedera kepala pada pasien.
Prevention and Control: Traumatic
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan
tanda vital dan penilaian Glasgow Coma Brain Injury. Available at:
Scale (GCS) untuk menilai tingkat http://www.cdc.gov/ncipc/tbi/TBI.h
keparahan cedera otak. Kemudia gejala tm
klinis yang muncul pada pasien dapat Dang, B., Chen, W., He, W., & Chen, G.
berupa nyeri kepala, disorientasi ringan, (2017). Rehabilitation Treatment
hingga penurunan kesadaran serta hasil
and Progress of Traumatic Brain
pemeriksaan pencitraan dengan CT scan
kranial yang dapat ditemukan gambaran Injury Dysfunction. In Neural
berupa perdarahan epidural, subdural, Plasticity (Vol. 2017). Hindawi
atau edema otak. Tatalaksana pada Limited.
pasien cedera otak traumatik https://doi.org/10.1155/2017/1582
disesuaikan dengan tingkat keparahan 182
cedera kepala yang dialami. Tatalaksana Fong, R., Konakondla, S., Schirmer, C.
dapat berupa observasi dan pemberian
M., & Lacroix, M. (2017). Surgical
obat pereda nyeri pada cedera kepala
ringan-sedang serta tatalaksana bedah interventions for severe traumatic
untuk cedera kepala berat. Pilihan untuk brain injury. Journal of Emergency
intervensi bedah dapat berupa and Critical Care Medicine, 1(10),
kraniotomi atau kraniektomi untuk 28–28.
meminimalkan kerusakan jaringan otak, https://doi.org/10.21037/jeccm.20
mengeluarkan tulang yang rusak, 17.09.03
evakuasi hematoma, perbaikan dura,
Galgano, M., Toshkezi, G., & Qiu, X.
dan pemantauan tekanan intrakranial
(TIK). (2017). Traumatic Brain Injury:
Current Treatment Strategies and
DAFTAR PUSTAKA Future Endeavors. In Cell
Andrade, A. F., Paiva, W. S., Soares, M. Transplantation 2017, Vol. 26(7)
S., de Amorim, R. L. O., Tavares, 1118-1130 (pp. 83–118). CRC
W. M., & Teixeira, M. J. (2011). Press.
Classification and management of https://doi.org/10.1177/09636897
mild head trauma. In International 17714102
Journal of General Medicine (Vol. 4,
pp. 175–179).

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 12, Desember 2023 3529
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

Ginsberg, L. (2017). Lecture Notes


Neurologi Edisi 9 Erlangga. 113–
115.
Hariyani, Vitri. (2012). Laporan
Epidemiologi Instalasi Gawat
Darurat (IGD) RSUD Dr. Moewardi
Surakarta dalam Cidera Kepala
Berat (CKB) Di Instalasi Gawat
Darurat (IGD) RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Thesis, Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Hutson, C. B., Lazo, C. R., Mortazavi, F.,
Giza, C. C., Hovda, D., & Chesselet,
M. F. (2011). Traumatic brain
injury in adult rats causes
progressive nigrostriatal
dopaminergic cell loss and
enhanced vulnerability to the
pesticide paraquat. Journal of
Neurotrauma, 28(9), 1783–1801.
https://doi.org/10.1089/neu.2010.
1723
Kim, J. J., & Gean, A. D. (2011).
Imaging for the Diagnosis and
Management of Traumatic Brain
Injury. Neurotherapeutics, 8(1),
39–53.
https://doi.org/10.1007/s13311-
010-0003-3
Prins, M., Greco, T., Alexander, D., &
Giza, C. C. (2013). The
pathophysiology of traumatic brain
injury at a glance. DMM Disease
Models and Mechanisms, 6(6),
1307–1315.
https://doi.org/10.1242/dmm.0115
85
Shaikh, F., & Waseem, M. (2022). Head
Trauma. In StatPearls. StatPearls
Publishing.

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 12, Desember 2023 3530

You might also like