Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 26

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

RUANG FARMASI PUSKESMAS NGESREP

PERIODE 4 SEPTEMBER – 30 SEPTEMBER 2023

Dibuat untuk memenuhi salah satu syarat akademik

pada Program Studi Diploma Tiga Farmasi

Disusun oleh :

Bernadeta Lusia Anggraini (221024)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA FARMASI

POLITEKNIK KATOLIK MANGUNWIJAYA

SEMARANG

2023

i
Lembar Pengesahan

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

RUANG FARMASI PUSKESMAS NGESREP

PERIODE 4 SEPTEMBER – 30 SEPTEMBER 2023

Disusun oleh :

Bernadeta Lusia Anggraini (221024)

Disetujui pada tanggal ...................................

Oleh

Pembimbing Lahan, Pembimbing Akademik

apt. Siti Rochajati, S.Farm., MH Maria Mita Susanti, S.Si., M.Kes

Mengetahui,
Kaprodi Diploma Tiga Farmasi
Politeknik Katolik Mangunwijaya

apt. Monica Kristiani, M.Sc.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan

Praktik Kerja Lapangan (PKL) serta menyusun laporan berdasarkan hasil kegiatan

PKL yang dilakukan pada tanggal 4 September 2023 sampai dengan 30

September 2023 di bagian Farmasi Puskesmas Ngesrep.

Penulisan laporan ini merupakan bentuk pertanggungjawaban terhadap

pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan DIII Farmasi Politeknik Katolik

Mangunwijaya. Penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan doa dan dukungan

dari keluarga, rekan, relasi, dan teman-teman yang ikut berpastisipasi di dalam

kegiatan ini. Dalam penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan ini tidak terlepas

dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu penyusun mengucapkan terimakasih kepada :

1. dr. Julius Tjandra selaku Kepala Puskesmas Ngesrep.

2. Suryana, S.IP selaku Kepala Bagian Tata Usaha Puskesmas Ngesrep.

3. apt. Siti Rochajati, S.Farm., MH selaku Apoteker Ahli Madya dan Pembimbing

Lahan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Puskesmas.

4. apt. Firda Rachmadani, S.Farm. selaku Apoteker Ahli Pertama.

5. Putri Handayani., Amd selaku Asisten Apoteker Pelaksana.

6. apt. Monica Kristiani., M.Sc selaku Ketua Program Studi Diploma Tiga

Farmasi Politeknik Katolik Mangunwijaya.

iii
7. Maria Mita Susanti, S.Si., M.Kes selaku Pembimbing Akademik Praktik Kerja

Lapangan (PKL) Puskesmas.

8. Semua kakak – kakak (Vira, Wahyu, Wiwin, Indah, Hanafi, Ikrar, Rizki)

pendidikan profesi apoteker yang telah membantu mensupport penulis di

dalam penulisan laporan ini.

9. Semua staff dan karyawan di Puskesmas Ngesrep yang belum bisa disebutkan

satu – persatu.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka

apabila ada kritik dan saran akan sangat membantu demi kesempurnaan laporan

ini.

Semarang, September 2023

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Praktik Kerja

Lapangan.........................................................10

B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan ................................................................... 11

C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan ................................................................. 11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 12

A. Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas ........................................................ 12

B. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai ..................... 13

1. Perencanaan Kebutuhan .......................................................................... 13

2. Permintaan .............................................................................................. 14

3. Penerimaan .............................................................................................. 15

v
4. Penyimpanan ........................................................................................... 15

5. Pendistribusian ........................................................................................ 16

6. Pemusnahan dan Penarikan..................................................................... 17

7. Pengendalian ........................................................................................... 18

8. Administrasi ............................................................................................ 18

9. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan ................................................... 18

C. Pelayanan Farmasi Klinik .......................................................................... 19

1. Pengkajian dan pelayanan Resep ............................................................. 19

2. Pelayanan Informasi Obat (PIO) ............................................................. 21

D. Sumber Daya Kefarmasian ........................................................................ 22

E. Sarana dan Prasarana.................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined.

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Puskesmas

Ngesrep..............................................................................Error! Bookmark not

defined.

Gambar 2. Struktur Organisasi Puskesmas

Ngesrep..............................................Error! Bookmark not defined.

vii
DAFTAR TABEL

Tabel I. Daftar Obat LASA Puskesmas Ngesrep..............................................28

Tabel II. Daftar Obat High Alert........................................................................28

viii
DAFTAR LAMPIRAN

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan kegiatan dari instansi pendidikan

untuk mengenalkan mahasiswa dan mahasiswi mengenai gambaran keadaan pekerjaan

yang akan dihadapi di kemudian hari. Melalui kegiatan ini mahasiswa dapat

mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari di perkuliahahan di lingkungan kerja secara

langsung, realistis dan mempunyai kesempatan mengembangkan cara berpikir, menambah

ide-ide yang bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan mengenai dunia kerja. Teori

merupakan ilmu dasar untuk melaksanakan PKL. Kegiatan PKL di puskesmas dapat

melatih mahasiswa dan mahasiswi menjadi tenaga kerja yang berkualitas sehingga dapat

meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan mutu pendidikan

sehingga dapat menghasilkan lulusan yang baik dan dapat diandalkan.

Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan

upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit

(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif).

Kegiatan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan

berkesinambungan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas memiliki peran penting dalam meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan bagi masyarakat (Permenkes, 2020).

Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi, mencegah dan

menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas yaitu sebagai

pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat,

dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan

10
perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Peningkatan mutu Pelayanan

Kefarmasian mengharuskan adanya perubahan paradigma lama yang berorientasi pada

produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient

oriented) (Permenkes, 2020).

B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan

Tujuan pelaksanaan PKL yaitu :

1. Mahasiswa mengaplikasikan ilmu dan ketrampilan yang sudah didapat selama

mengikuti pendidikan pada dunia kerja sesuai dengan kondisi sebenarnya di tempat

kerja.

2. Mahasiswa memperoleh pengetahuan tentang manajemen ruang farmasi di Puskesmas

Ngesrep.

3. Mahasiswa memperoleh pengetahuan tentang pembagian tugas (Job Description) semua

pihak yang terkait dalam pelayanan kefarmasian di Puskesmas Ngesrep.

4. Menumbuhkan dan mengembangkan sikap profesionalitas yang dibutuhkan mahasiswa

dalam memasuki dunia kerja.

C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan

1. Bagi Mahasiswa

Pengimplementasian kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang

farmasi yang diperoleh selama kuliah.

2. Bagi Program Studi

Menjadi tolak ukur pencapaian kinerja program studi khususnya dalam evaluasi

pencapaian pembelajaran dan evaluasi kesesuaian kurikulum yang telah disusun oleh

program studi dengan kebutuhan masyarakat (stakeholder). Selain itu, juga untuk

menjalin kerjasama antara institusi dengan lahan PKL.

11
3. Bagi Lahan PKL

Menjadi bahan masukan bagi ruang farmasi di Puskesmas Ngesrep dalam

menentukan kebijakan atau melakukan evaluasi berdasarkan hasil kajian atau analisis

selama PKL.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas

Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab

kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud untuk mendapatkan

hasil yang pasti dan dapat meningkatkan mutu kehidupan pasien.Sediaan farmasi yang

dimaksud yaitu obat, bahan obat, obat tradisional, dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP).

Obat merupakan paduan bahan yag digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki

sistem fisiologi atau keadaan patologi untuk penetapan diagnosis, pencegahan,

penyembuhan, pemulihan, peningatan kesehatan dan kontrasepsi. Bahan Medis Habis

12
Pakai (BMHP) adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan sekali pakai yang

daftarnya telah diatur dalam peraturan perundang-undangan (Permenkes, 2020).

Tujuan dari standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas yaitu :

1. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian;

2. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan

3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam

rangka keselamatan pasien.

B. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas meliputi pengelolaan sediaan farmasi

dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan yang

dilakukan di Puskesmas bersifat manajerial dan terstruktur sehingga memudahkan untuk

melakukan pengawasan. Pelayanan Kefarmasian harus didukung oleh sumber daya

manusia dan sarana dan prasarana yang baik (Permenkes, 2020).

Pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yaitu dimulai dari

perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,

pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuan dari tahapan tersebut

yaitu untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan sediaan farmasi dan

Bahan Medis Habis Pakai yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan

kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen,

dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan. Kepala ruang farmasi memiliki tugas

dan wewenang penting untuk menjamin terlaksananya pengelolaan sediaan farmasi dan

Bahan Medis Habis Pakai yang baik. Tahapan pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan

Medis Habis Pakai yaitu :

1. Perencanaan Kebutuhan

13
Perencaaan merupakan proses kegiatan seleksi sediaan farmasi dan Bahan Medis

Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah dalam rangka pemenuhan kebutuhan

Puskesmas. Tujuan dari kegiatan perencanaan yaitu :

a. Menghitung perkiraan jenis dan jumlah Sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis

Pakai yang mendekati kebutuhan;

b. Meningkatkan penggunaan Obat secara rasional;

c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di

Puskesmas pada setiap periode dilakukan oleh ruang farmasi di Puskesmas. Proses

seleksi dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi pada

periode sebelumnya, data mutasi Sediaan farmasi dan rencana pengembangan. Proses

seleksi sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai harus mengacu pada

Formularium Puskesmas dengan standar dari Formularium Nasional dan Daftar Obat

Esensial Nasional (DOEN). Proses seleksi harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada

di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, perawat, serta pengelola program yang

berkaitan dengan pengobatan.

Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi per tahun dilakukan secara berjenjang

(bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian Obat dengan

menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). LPLPO

yang telah dibuat kemudian dikirimkan kepada Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan

melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan sediaan farmasi puskesmas di

wilayah kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan

waktu kekosongan obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih.

2. Permintaan

14
Tujuan permintaan yaitu memenuhi kebutuhan sediaan farmasi dan Bahan Medis

Habis Pakai di Puskesmas dan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan/Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat.

3. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan menerima sediaan farmasi dan Bahan Medis

Habis Pakai dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan mandiri sesuai

dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuan dari penerimaan yaitu agar produk

yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh

pusmesmas, dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu. Tenaga

Kefarmasian di dalam pengelolaan bertanggungjawab atas penyimpanan, pemindahan,

pemeliharaan dan penggunaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dengan bukti

kelengkapan catatan yang ada.

Tenaga Kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap sediaan farmasi dan

Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan mencakup jumlah kemasan, jenis dan

jumlah sediaan farmasi, bentuk sediaan yang sesuai dengan dokumen LPLPO,

ditandatangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila

tidak memenuhi syarat, maka Tenaga Kefarmasian dapat mengajukan keberatan. Masa

kadaluarsa minimal dari sediaan farmasi yang diterima disesuaikan dengan periode

pengelolaan di Puskesmas ditambah satu bulan.

4. Penyimpanan

Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan terhadap sediaan farmasi yang

diterima agar aman, terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap

terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Tujuan dari penyimpanan yaitu

15
agar mutu sediaan farmasi yang tersedia di puskesmas dapat dipertahankan sesuai

dengan persyaratan yang ditetapkan.

Hal – hal yang perlu dipertimbangkan di dalam penyimpanan sediaan farmasi yaitu :

a. bentuk dan jenis sediaan;

b. kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan sediaan farmasi, seperti

suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban;

c. mudah atau tidaknya meledak/terbakar;

d. narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; dan

e. tempat penyimpanan sediaan farmasi tidak dipergunakan untuk penyimpanan

barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.

5. Pendistribusian

Pendistribusian merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan sediaan farmasi

dan Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan

sub unit/satelit farmasi puskesmas dan jaringannya. Tujuan dari pendistribusian yaitu

untuk memenuhi kebutuhan sediaan farmasi sub unit pelayanan kesehatan yang ada di

wilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Kegiatan

pendistribusian disesuaikan dengan kebutuhan masing – masing sub unit.

Sub – sub unit di puskesmas dan jaringannya antara lain :

a. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan puskesmas;

b. Puskesmas Pembantu;

c. Puskesmas Keliling;

d. Posyandu; dan

e. Polindes.

16
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain – lain) dilakukan

dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor stock), pemberian obat

per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi, sedangkan pendistribusian ke

jaringan puskesmas dilakukan dengan cara penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan

(floor stock).

6. Pemusnahan dan Penarikan

Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai harus

dilakukan dengan prosedur yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –

undangan yang berlaku. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi

standar/ketentuan peraturan perundang- undangan dilakukan oleh pemilik izin edar

berdasarkan perintah oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) disebut

dengan mandatory recall. Penarikan berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin

edar disebut dengan voluntary recall dan tetap memberikan laporan kepada Kepala

BPOM. Penarikan Bahan Medis Habid Pakai dilakukan terhadap prouk yang izin

edarnya dicabut oleh Menteri.

Pemusnahan dilakukan apabila sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

apabila :

a. produk tidak memenuhi persyaratan mutu;

b. telah kadaluwarsa;

c. tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau

kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau

d. dicabut izin edarnya.

Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai terdiri dari:

a. membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan

dimusnahkan;

17
b. menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;

c. mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait;

d. menyiapkan tempat pemusnahan; dan

e. melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan

yang berlaku.

7. Pengendalian

Pengendalian merupakan kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang

diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak

terjadi kelebihan atau kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan. Pengendalian

sediaan farmasi terdiri dari :

a. Pengendalian persediaan;

b. Pengendalian Penggunaan;

c. Penanganan sediaan farmasi yanh hilang, rusak, dan kadaluarsa.

8. Administrasi

Administrasi merupakan kegiatan pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh

rangkaian kegiatan dalam pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit

pelayanan lainnya. Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:

a. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai telah

dilakukan;

b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian; dan

c. Sumber data untuk pembuatan laporan.

9. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan

Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk :

18
a. mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan sediaan

farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga kualitas maupun

pemerataan pelayanan;

b. memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis

Habis Pakai;

c. memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.

Setiap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai, harus

dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional. Standar Prosedur Operasional (SPO)

ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. SPO tersebut diletakkan di tempat yang mudah dilihat

(Permenkes, 2020).

C. Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang

langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan Bahan Medis

Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu

kehidupan pasien. Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk:

1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

2. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas, keamanan dan

efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.

3. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien yang

terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.

4. Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan penggunaan

Obat secara rasional.

Pelayanan farmasi klinik meliputi:

1. Pengkajian dan pelayanan Resep

19
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,

persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun

rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi:

a. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.

b. Nama, dan paraf dokter.

c. Tanggal resep.

d. Ruangan/unit asal resep.

Persyaratan farmasetik meliputi:

a. Bentuk dan kekuatan sediaan.

b. Dosis dan jumlah Obat.

c. Stabilitas dan ketersediaan.

d. Aturan dan cara penggunaan.

e. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).

Persyaratan klinis meliputi:

a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.

b. Duplikasi pengobatan.

c. Alergi, interaksi dan efek samping Obat.

d. Kontra indikasi.

e. Efek adiktif.

Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat merupakan

kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik Obat, memberikan

label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang memadai disertai

pendokumentasian. Tujuan dari penyerahan dan pemberian informasi obat yaitu:

a. Pasien memperoleh Obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan.

b. Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan.

20
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan

oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada

dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Tujuan pelaksanaan

pelayanan informasi obat yaitu:

a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada tenaga kesehatan lain di lingkungan

Puskesmas, pasien dan masyarakat.

b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan obat

(contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan mempertimbangkan

stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang memadai).

c. Menunjang penggunaan obat yang rasional.

Kegiatan yang dilakukan:

a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif dan

pasif.

b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat

atau tatap muka.

c. Membuat buletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.

d. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta

masyarakat.

e. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga

kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.

f. Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan Kefarmasian.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:

a. Sumber informasi Obat.

b. Tempat.

21
c. Tenaga.

d. Perlengkapan.

(Permenkes, 2020).

D. Sumber Daya Kefarmasian

Penyelenggaraan Kefarmasian di Puskesmas minimal harus dilaksanakan oleh 1 (satu)

orang tenaga Apoteker sebagai penanggungjawab, dan dapat dibantu oleh Tenaga Teknis

Kefarmasian (TTK) sesuai kebutuhan. Jumlah kebutuhan apoteker dihitung berdasarkan

rasio kunjungan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan serta memperhatikan

pengembangan puskesmas. Rasio untuk menentukan jumlah apoteker di puskesmas bila

memungkinkan diupayakan 1 (satu) apoteker untuk 50 (lima puluh) pasien perhari.

Tenaga kefarmasian harus memiliki surat tanda registrasi dan surat izin praktik untuk

melaksanakan pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan termasuk

puskesmas yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap tahun

dapat dilakukan penilaian kinerja tenaga kefarmasian yang disampaikan kepada yang

bersangkutan dan didokumentasikan secara rahasia. Hasil penilaian kinerja ini akan

digunakan sebagai pertimbangan untuk memberikan penghargaan dan sanksi. Semua

tenaga kefarmasian di Puskesmas harus selalu meningkatkan pengetahuan, keterampilan

dan perilaku dalam rangka menjaga dan meningkatkan kompetensinya.

Upaya peningkatan kompetensi tenaga kefarmasian yang dapat dilakukan melalui

pengembangan profesional berkelanjutan yaitu :

1. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan adalah salah suatu proses atau upaya peningkatan

pengetahuan dan keterampilan di bidang kefarmasian atau bidang yang berkaitan

dengan kefarmasian secara berkesinambungan untuk mengembangkan potensi dan

produktivitas tenaga kefarmasian secara optimal. Puskesmas dapat menjadi tempat

22
pelaksanaan program pendidikan, pelatihan serta penelitian dan pengembangan bagi

calon tenaga kefarmasian dan tenaga kefarmasian unit lain.

Tujuan Umum:

a. Tersedianya tenaga kefarmasian di Puskesmas yang mampu melaksanakan rencana

strategi Puskesmas.

b. Terfasilitasinya program pendidikan dan pelatihan bagi calon tenaga kefarmasian dan

tenaga kefarmasian unit lain.

c. Terfasilitasinya program penelitian dan pengembangan bagi calon tenaga

kefarmasian dan tenaga kefarmasian unit lain.

Tujuan Khusus:

a. Tersedianya tenaga kefarmasian yang mampu melakukan pengelolaan Sediaan

Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai.

b. Tersedianya tenaga kefarmasian yang mampu melakukan pelayanan kefarmasian.

c. Terfasilitasinya studi banding, praktik dan magang bagi calon tenaga kefarmasian

internal maupun eksternal.

d. Tersedianya data Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan konseling tentang obat dan

Bahan Medis Habis Pakai.

e. Tersedianya data penggunaan antibiotika dan injeksi.

f. Terwujudnya Pelayanan Kefarmasian di puskesmas yang optimal.

g. Tersedianya pelayanan kefarmasian di puskesmas.

h. Terkembangnya kualitas dan jenis pelayanan ruang farmasi puskesmas.

2. Pengembangan Tenaga Kefarmasian dan Program Pendidikan

Dalam rangka penyiapan dan pengembangan pengetahuan dan keterampilan tenaga

kefarmasian maka puskesmas menyelenggarakan aktivitas sebagai berikut:

23
a. Setiap tenaga kefarmasian di puskesmas mempunyai kesempatan yang sama untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.

b. Apoteker dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian harus memberikan masukan kepada

pimpinan dalam menyusun program pengembangan staf.

c. Staf baru mengikuti orientasi untuk mengetahui tugas, fungsi, wewenang dan

tanggung jawabnya.

d. Melakukan analisis kebutuhan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi

tenaga kefarmasian.

e. Tenaga kefarmasian difasilitasi untuk mengikuti program yang diadakan oleh

organisasi profesi dan institusi pengembangan pendidikan berkelanjutan terkait.

f. Memberikan kesempatan bagi institusi lain untuk melakukan praktik, magang, dan

penelitian tentang pelayanan kefarmasian di puskesmas. Pimpinan dan tenaga

kefarmasian di ruang farmasi puskesmas berupaya berkomunikasi efektif dengan

semua pihak dalam rangka optimalisasi dan pengembangan fungsi ruang farmasi

puskesmas.

E. Sarana dan Prasarana

Sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di Puskesmas

meliputi sarana yang memiliki fungsi:

1. Ruang Penerimaan Resep

Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep, 1 (satu) set meja dan

kursi, serta 1 (satu) set komputer, jika memungkinkan. Ruang penerimaan resep

ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.

2. Ruang Pelayanan Resep dan Peracikan (Produksi Sediaan Secara Terbatas)

Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara terbatas meliputi

rak Obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang peracikan disediakan peralatan

24
peracikan, timbangan obat, air minum (air mineral) untuk pengencer, sendok obat,

bahan pengemas obat, lemari pendingin, termometer ruangan, blanko salinan resep,

etiket dan label obat, buku catatan pelayanan resep, buku-buku referensi/standar sesuai

kebutuhan, serta alat tulis secukupnya. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan

sirkulasi udara yang cukup. Jika memungkinkan disediakan pendingin ruangan (air

conditioner) sesuai kebutuhan.

3. Ruang Penyerahan Obat

Ruang penyerahan Obat meliputi konter penyerahan Obat, buku pencatatan

penyerahan dan pengeluaran Obat. Ruang penyerahan Obat dapat digabungkan dengan

ruang penerimaan resep.

4. Ruang Konseling

Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari buku, buku-

buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku catatan

konseling, formulir jadwal konsumsi obat (lampiran), formulir catatan pengobatan

pasien (lampiran), dan lemari arsip (filling cabinet), serta 1 (satu) set komputer, jika

memungkinkan.

5. Ruang Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,

kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas.

Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. Ruang penyimpanan

yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari Obat, pallet, pendingin ruangan (AC),

lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari

penyimpanan Obat khusus, pengukur suhu, dan kartu suhu.

6. Ruang Arsip

25
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan

pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan kefarmasian dalam

jangka waktu tertentu. Ruang arsip memerlukan ruangan khusus yang memadai dan

aman untuk memelihara dan menyimpan dokumen dalam rangka untuk menjamin

penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan, dan teknik manajemen yang baik.

Istilah ‘ruang’ di sini tidak harus diartikan sebagai wujud ‘ruangan’ secara fisik, namun

lebih kepada fungsi yang dilakukan. Bila memungkinkan, setiap fungsi tersebut

disediakan ruangan secara tersendiri. Jika tidak, maka dapat digabungkan lebih dari 1

(satu) fungsi, namun harus terdapat pemisahan yang jelas antar fungs (Permenkes,

2020).

26

You might also like