Professional Documents
Culture Documents
Pengetahuan Gizi Dan Keaktifan Ibu Balit
Pengetahuan Gizi Dan Keaktifan Ibu Balit
Pengetahuan Gizi Dan Keaktifan Ibu Balit
Artikel history
Dikirim, Mei 24th, 2019
Ditinjau, Apr 24th, 2019
Diterima, Sept 5th, 2019
ABSTRACT
Children nutritional problem in Indonesia remains as a challenge in health aspect. Several
ways that can affect children nutrient status namely; the mothers’ knowledge towards
nutrition and their activeness in Posyandu. In order to achieve the optimal status of children
nutrition, the mothers need to be involved in Posyandu activity so the nutritional status can
be monitored. This research aimed to discover the relation between nutrition knowledge and
mother’s activeness in Posyandu visitation with children nutritional status in Puskesmas
Pasar Ikan working area, Bengkulu, in 2019. This research used observational method and
cross sectional approach. The technique that was used is quota sampling technique with 92
repondents. Chi square was used as statistic analysis tool. This research showed that 43,5%
of children nutrition in normal status, 2,2% in critical status, and the last 54,3% in chronic
status. The majority of sample showed a sufficient knowledge about nutrition with 40,2%.
The active respondent with more that 8 visits showed a satisfying numbers with 68,5%,
meanwhile the other only acquired 31,5%. The result of chi square statistic showed that there
was a connection between knowledge about nutrition and mothers’ activeness in Posyandu
visitation with children nutritional status.
Keywords: nutritional status; nutrition knowledge; activeness to visit Posyandu
ABSTRAK
Masalah gizi balita masih menjadi tantangan kesehatan bagi Indonesia. Beberapa cara yang
dapat mempengaruhi status gizi balita yaitu pengetahuan ibu dan keaktifan ibu ke posyandu.
Tingkat pengetahuan gizi ibu kurang dapat mengubah sikap dan prilaku ibu dalam memilih
makanan yang di konsumsi balita. Agar tercapainya status gizi balita yang optimal maka ibu
yang memiliki anak balita hendaknya aktif dalam kegiatan posyandu. Tujuan Penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi dan keaktifan ibu balita dalam
kunjungan posyandu dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Pasar Ikan Kota
Bengkulu Tahun 2019. Metode penelitian ini yaitu metode observasional dengan pendekatan
penelitian cross sectional. Teknik yang digunakan adalah teknik quota Sampling dengan
jumlah sampel 92 responden. Analisis statistik adalah uji chi square. Hasil Penelitian ini
menunjukkan bahwa 43,5% status gizi balita normal, 2,2% status gizi balita akut dan 54,3%
17 Jurnal Ilmu Teknologi Kesehatan, Vol. 7, Nomor 1, September 2019, hlm:16-27
status gizi balita kronis. Pengetahuan gizi ibu sebagian besar cukup (40,2%). Responden yang
aktif >8x setahun sebesar 68,5% dan tidak aktif sebesar 31,5%. Kesimpulan penelitian ini
yaitu adanya hubungan antara pengetahuan gizi dan keaktifan ibu balita dalam kunjungan
posyandu dengan status gizi balita.
Kata Kunci : Pengetahuan gizi; Keaktifan ibu balita; Status gizi balita
PENDAHULUAN
Masa yang paling utama bagi seorang yaitu faktor langsung dan faktor tidak
balita periode dua tahun pertama langsung. Asupan makan dan Penyakit
kehidupan disebut juga dengan periode Infeksi adalah faktor yang menyebabkan
emas (Golden age). Pada masa ini status gizi secara lagsung, sedangkan
merupakan titik kritis bagi pertumbuhan Pengetahuan ibu tentang gizi, usia
dan perkembangan balita. Kebutuhan zat penyapihan, berat bayi lahir rendah
gizi tidak dapat terpenuhi maka dapat (BBLR), pemberian makanan terlalu dini,
terjadi gangguan gizi di masa tersebut dan besar keluarga, pola asuh anak, kesehatan
akan berdampak pada masa yang akan lingkungan, serta pelayanan kesehatan
mendatang (Muklis,dkk 2018). Masalah adalah faktor yang menyebabkan status
gizi di Indonesia masih menjadi tantangan gizi secara tidak langsung (UNICEF,
kesehatan. Berdasarkan WHO, Data 1990). Salah satu yang mempengaruhi
Indonesia tahun 2007-2016 prevalensi status gizi kurang balita adalah
stunting 36,4%, wasting 13,5% dan pengetahuan ibu tentang gizi (Tantejo, dkk
overweight 11,5% pada usia dibawah 5 2014). Pengetahuan gizi merupakan
tahun selalu meningkat (Fithria, dkk pengetahuan tentang makanan dan zat gizi,
2015). Berdasarkan data Provinsi B- makanan dengan zat gizi pada makanan,
engkulu prevalensi tahun 2016-2017 makanan yang dikonsumsi aman dan tidak
menurut BB/U (gizi buruk 1%, gizi kurang menimbulkan penyakit dan cara
4,51%), menurut TB/U (Sangat pendek pengolahan yang baik agar tidak
1,99%, pendek 4,45%) menurut BB/TB menghilangkan zat gizi pada makanan
(Sangat kurus 1,4%) (Kemenkes RI, 2018). tersebut. Tingkat pengetahuan ibu yang
kurang dapat mempengaruhi sikap dan
Status Gizi merupakan keadaan di mana prilaku ibu dalam memilih makanan yang
tubuh manusia dapat berdampak pada dikonsumsi oleh balita yang akan menjadi
konsumsi makanan dan penggunaan zat- penentu status gizi balita (Watania dkk,
zat gizi. Status gizi dibagi menjadi 2 faktor 2016).
Wahyu ER, Afriyana S, Desri S, Pengetahuan Gizi dan Keaktifan Ibu Balita dalam 18
Kunjungan Posyandu Berhubungan dengan Status Gizi Balita
Selain itu faktor pelayanan kesehatan Hasil survei awal yang dilakukan
(posyandu) juga mempengaruhi status gizi diwilayah kerja puskesmas pasar ikan
balita seperti keaktifan dalam kunjungan ditemukan data 9 kelurahan dan 15
posyandu. Salah satu tujuan posyandu Posyandu dengan jumlah balita dari usia 0-
untuk memantau peningkatan status gizi 59 bulan yaitu 1.127 balita. Dari 10 balita
masyarakat terutama anak balita dan ibu data status gizi interpretasi 3 indikator
hamil. Rendahnya pemahamam keluarga tersbut adalah 6 (60%) balita kronis, 2
dan masyarakat akan manfaat posyandu (20%) balita akut dan 2 (20%) balita
akan berakibat tidak maksimalnya normal. Tingkat pengetahuan ibu yang
pemantauan pertumbuhan balita (Maria, dikategorikan kurang berjumlah 3 orang
dkk 2017). Keaktifan ibu setiap kegiatan (30%). Dari data puskesmas kunjungan
posyandu tentu akan berpengaruh pada balita tiap bulan yang ditimbang dalam 6
keadaan status gizi balita. Cankupan Balita bulan terakhir sebesar 453 balita (75,5 %)
yang ditimbang menggambarkan tingkat dan dibandingkan dengan cakupan
motivasi/partisipasi masyarakat dalam persentase nasional 80% masih
memantau pertumbuhan dan dikategorikan rendah. Tujuan dari
perkembangan, serta kesehatan balita di penelitian ini adalah untuk mengetahui
posyandu. Cakupan kunjungan persentase hubungan antara pengetahuan gizi dan
nasional balita yang ditimbang di keaktifan ibu balita dalam kunjungan
posyandu sebesar 80% (Kemenkes, 2013). posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas
Keberhasilan posyandu terlihat dari Pasar Ikan Kota Bengkulu Tahun 2019.
cakupan SKDN dimana (S) merupakan
seluruh jumlah balita di wilayah posyandu, METODE
(K) jumlah balita yang memiliki KMS, (D) Penelitian ini menggunakan metode
balita yang ditimbang, (N) balita yang observasional dengan pendekatan
berat badannya naik. Pemantauan penelitian cross sectional yaitu
pertumbuhan balita di suatu wilayah K/S observasional atau pengukuran terhadap
cakupan program > 80% dikatakan baik < variabel independen (Pengetahuan Gizi
80 % kurang, D/S partisipasi > 80% dan Frekuensi Keaktifan Ibu balita dalam
dikatakan baik < 80% kurang, N/D kunjungan Posyandu) dan variabel
keadaan pertumbuhan balita > 80% dependen (Status Gizi Balita) yang diukur
dikatakan baik < 80% kurang (Legi, dkk. atau dikumpulkan dalam waktu yang
2015). bersamaan. Populasi penelitian seluruh
19 Jurnal Ilmu Teknologi Kesehatan, Vol. 7, Nomor 1, September 2019, hlm:16-27
balita sebanyak 1.127 balita di Puskesmas posyandu Puskesmas Pasar Ikan Kota
Pasar Ikan Kota Bengkulu. Pengambilan Bengkulu. Alat pengumpulan data berupa
sampel secara Non probability sampling kuesioner pengetahuan dan keaktifan. Alat
dengan teknik quota sampling. Penentuan pengukuran status gizi balita
sampel setiap posyandu digunakan rumus menggunakan microtoise dan timbangan
proporsional sampling dan diperoleh digital. Analisis data univariat yaitu
sampel sebanyak 92 orang. Penelitian ini analisis yang digunakan terhadap tiap
dilakukan di 15 posyandu di Wilayah variabel hasil penelitian yang hanya
Kerja Puskesmas Pasar Ikan Kota menghasilkan distribusi dan persentase
Bengkulu selama 1 bulan dari tanggal 15 tiap variabel (Notoatdmojo,2010). Analisis
Februari - 15 Maret 2019. Teknik data bivariat untuk mengetahui kemaknaan
pengumpulan data menggunakan data hubungan antara pengetahuan gizi dan
sekunder yang diperoleh dari data dari keaktifan ibu balita dalam kunjungan
buku Kartu Menuju Sehat (KMS) atau posyandu maka dilakukan uji statistik
pencatatan dan pelaporan kunjungan adalah uji chi square (P<0,05).
Pengetahuan gizi N %
Baik 21 22,8
Cukup 37 40,2
Kurang 34 37,0
Jumlah 92 100
Keaktifan n %
Aktif >8x/tahun 63 68,5
Tidak Aktif <8x/tahun 29 31,5
Jumlah 92 100
Pada penelitian ini menunjukkan keaktifan Mauludi (2018) di Desa Triwung lor
ibu balita berkunjung ke posyandu dalam Kecamatan Kademangan Probolinggo
satu tahun dengan status gizi balita menunjukkan keaktifan ibu berkunjung ke
diketahui sebesar 63 (68,5%) aktif >8x posyandu dengan status gizi bayi sebanyak
setahun dan 29 (31,5%) tidak aktif<8x 16 (30,2%) dikatakan aktif dan 37 (69,8%)
setahun. Penelitian ini sejalan dengan ibu dikatakan tidak aktif.
Status Gizi n %
Normal 40 43,5
Akut 2 2,2
Kronis 50 54,3
Jumlah 92 100
Status gizi balita dilakukan menggunakan sebagian besar balita memiliki status gizi
3 indikator status gizi yaitu BB/U, TB/U kronis 50 (54,3%). Status gizi ini
dan BB/TB. Kemudian dilakukan dipengaruhi oleh faktor pengetahuan gizi
interpretasi ke 3 indikator masalah gizi dan keaktifan ibu balita dalam kunjungan
tersebut yang digolongkan menjadi 3 posyandu. Penelitian ini sejalan dengan
kategori yaitu normal, kronis dan akut. penelitian Muklis,dkk (2018) di Desa
Penelitian ini menunjukkan status gizi Ketapang Raya Lombok Timur pada status
balita dalam interpetasi indikator gizi balita dengan kunjungan ibu
pertumbuhan sebagian balita memiliki menunjukkan status gizi balita dengan
status gizi normal 40 (43,5%), sedikit yang status gizi baik sejumlah 68 (79,1%),
memiliki status gizi akut 2 (2,2%), dan balita dengan status gizi kurang berjumlah
21 Jurnal Ilmu Teknologi Kesehatan, Vol. 7, Nomor 1, September 2019, hlm:16-27
14 (16,3%) dan status gizi buruk yaitu gizi balita yang ditinjau dari interpretasi 3
berjumlah 4(4,7%). Selain itu sejalan indikator masalah gizi di Wilayah Kerja
dengan penelitian Lanoh,dkk (2015) Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu
bahwa hubungan pemanfaatan posyandu tahun 2019 dilakukan dengan uji statistik
dengan status gizi menunjukkan sebagian Chi-square yaitu uji Pearson Chi-square
besar 37 balita (64,9%) memiliki status dengan tabel 3x3 dan p-value (0,05). Hasil
gizi baik dan 20 balita (35,1%) memiliki analisis tersebut dapat dilihat pada tabel di
status gizi kurang. Analisa bivariat bawah ini:
hubungan pengetahuan gizi dengan status
tamatan SMA. Responden yang memiliki memiliki pengetahuan tentang gizi yang
tingkat pendidikan yang tinggi cenderung kurang cenderung memiliki balita yang
memiliki tingkat pengetahuan yang baik berstatus gizi kurus. Hal ini karena
atau cukup. Pendidikan dapat sebagian responden peneliti tersebut
mempengaruhi proses belajar seseorang, memiliki pengetahuan kurang yaitu 44
semakin tinggi tingkat pendidikan responden (46,3%) dan ini juga didukung
seseorang akan mudah dalam menerima dengan tingkat pendidikan responden yang
informasi yang ada. Semakin banyak rendah sehingga hal tersebut sangat besar
informasi yang didapat maka semakin berpengaruh terhadap tindakan ibu dalam
banyak pengetahuan yang didapat memberikan makanan yang bergizi kepada
terrmasuk informasi kesehatan. Namun balitanya (Tantejo dan Chriastianto, 2014).
seseorang yang berpendidikan rendah
belum tentu berpengetahuan rendah juga Berdasarkan penelitian ini terdapat
(Rakhmawati,dkk 2014). Selain itu kurangnya kesadaran ibu-ibu balita untuk
masyarakat kurang mendapatkan informasi dapat menerima dan menerapkan
terkait pengetahuan tentang gizi. Hal ini informasi terkait gizi yang diberikan oleh
terlihat dari pekerjaan ibu paling banyak kader atau petugas kesehatan. Pengetahuan
adalah ibu rumah tangga (IRT) sebanyak gizi ibu diharapkan semakin meningkat
84,8%. Namun kebanyakan ibu kemampuan ibu dalam memilih dan
jarang/tidak hadir dikarenakan pekerjaan. merencanakan makanan dan modifikasi
Adapun ibu-ibu hadir bila sedang ada yang sesuai dengan syarat gizi. Serta peran
program gizi di posyandu seperti petugas kesehatan untuk memperhatikan
pembagian vitamin A yang di umumkan kembali ibu-ibu yang berpengetahuan
oleh petugas kader. Sehingga cenderung kurang dengan memberikan penyuluhan
informasi-informasi tentang gizi setiap atau konseling tentang gizi. Dikarenakan
bulannya tidak dapat tersampaikan oleh pengetahuan memiliki pengaruh terhadap
petugas kesehatan bagian gizi karena gizi anak, yang disebabkan oleh kurangnya
ketidakhadiran ibu-ibu balita tersebut. pengetahuan ibu tentang kebutuhan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian makanan dan kurangnya pendidikan yang
Tantejo (2014) menyatakan bahwa dimiliki oleh ibu (Elvina, 2012).
terdapat hubungan antara pengetahuan ibu
dengan status gizi balita. Penelitian Analisa bivariat hubungan keaktifan
tersebut menyebutkan bahwa ibu yang kunjungan posyandu dengan status gizi
23 Jurnal Ilmu Teknologi Kesehatan, Vol. 7, Nomor 1, September 2019, hlm:16-27
balita yang dilihat dari aktif 8x/tahun dan Chi-square dengan tabel 3x3 dan p-value
tidak aktif <8x/tahun. Dilakukan dengan (0,05). Hasil analisa tersebut dapat dilihat
uji statistik Chi-square yaitu uji Pearson pada tabel dibawah ini :
Tabel 5. Hubungan keaktifan ibu balita dalam kunjungan posyandu dengan status gizi balita
Aktif 31 0 32 63
(49,2%) (0%) (50,8%) 0,042
Tidak aktif 9 2 18 29
(31%) (6,9%) (62,1%)
ke posyandu serta jarak dari rumah ke Selain itu menurut Utami, dkk (2013),
posyandu sangat mempengaruhi peranan ibu dalam memenuhi kebutuhan
kunjungan ibu ke posyandu . gizi balita sangat penting, dibandingkan
dengan peranan para kader posyandu dan
Hasil penelitian didapat bahwa posyandu petugas kesehatan. Hal ini memicu
diadakan dalam 1 bulan sekali. Kehadiran keaktifan dari para ibu sendiri untuk aktif
ibu dilihat dari beberapa kali hadir dalam dalam kegiatan pemanfaatan posyandu
satu tahun terakhir atau dapat dilihat dalam pemantauan gizi anak balita.
dibuku KMS (kartu menuju sehat). KMS Adapun balita yang memiliki gizi kurang
adalah sebagai salah satu alat bantu tapi pemanfaatan posyandunya baik, dapat
pemantauan gerak pertumbuhan balita. dipengaruhi oleh keadaan psikologis,
KMS juga berfungsi untuk menilai status kesehatan, dan sosial anak. Keadaan
gizi balita. Kegiatan posyandu salah lingkungan dan sikap keluarga merupakan
satunya adalah menimbang bayi/balita, hal penting juga dalam pemenuhan gizi
kemudian diikuti dengan pengisian KMS balita tersebut (Lanoh,dkk 2015).
berdasarkan berat badan dengan umur
sehingga dapat diketahui pertumbuhan Persentase status gizi kronis yang memiliki
status gizi balita setiap bulannya. Sejalan keaktifan ibu >8x setahun sebesar 50,8%
dengan penelitian Mauludi (2018) sedangkan ibu yang tidak aktif <8x
menyatakan bahwa terdapat hubungan setahun sebesar 62,1%. Hal ini
yang signifikan antara keaktifan ibu menunjukkan bahwa ketidakaktifan
dengan status gizi. Indikator status gizi seorang ibu dalam kunjungan posyandu
balita yang sensitif dilihat dari kenaikan menyebabkan status gizi kronis (waktu
berat badan. Untuk mengetahui keadaan lama). Penelitian lainnya Menurut Lestari,
gizi dan mengenali anak tumbuh normal dkk (2012) terdapat hubungan antara
dapat dilihat dari alat sederhana yang tingkat kehadiran balita diposyandu
mudah digunakan di masyarakat yaitu dengan hasil pengukuran antropometri.
KMS. Berdasarkan data KMS, orang tua Semakin tinggi tingkat kehadiran ibu balita
balita dapat segara minta pertolongan ke posyandu maka, semakin terpantau pula
kepada kader dan petugas kesehatan di status gizi balita tersebut. Ibu yang tidak
posyandu apabila berdasarkan KMS anak aktif berkunjung ke posyandu
mempunyai masalah pertumbuhan mengakibatkan ibu kurang mendapatkan
(Yogiswara, 2011). informasi mengenai pentingnya status gizi
25 Jurnal Ilmu Teknologi Kesehatan, Vol. 7, Nomor 1, September 2019, hlm:16-27
perkembangan status gizi balita tidak dapat Elvina, Helendra, Erismar. 2012.
terpantau secara optimal, karena Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi Dengan Status Gizi
pemantauan pertumbuhan balita dapat Balita di Desa Sioban Kabupaten
dipantau melalui KMS. Kepulauan mentawai.