Professional Documents
Culture Documents
3545 8520 1 PB
3545 8520 1 PB
3545 8520 1 PB
Putri Larasati A
Fakultas Dakwah Jurusan Bimbingan Konseling Islam Universitas Cendrawasih
email: putrilarasatiayuningtyas@gmail.com
28
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal 1-75 29
Guru yang efektif adalah guru yang menguasai karakter. Evaluasi tidak mengacu pada tujuan
materi pelajaran dan keahlian atau ketrampilan pembentukan karakter, tidak mencantumkan
mengajar yang baik. Guru yang efektif bentuk evaluasi pendidikan karakter. Ranah
memiliki strategi pembelajaran yang baik dan tujuan tidak sesuai dengan kurikulum
didukung oleh metode penetapan tujuan, bermuatan pendidikan karakter, pembelajaran
rencana pembelajaran, dan manajemen kelas tidak disesuaikan dengan aspek perkembangan
(Santrock, 2010). Salah satu indikator untuk anak usia dini yaitu untuk anak play group
menjadi guru yang efektif adalah dapat lebih ditekankan pada pembelajaran area
menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan kognitif seperti membaca huruf, menulis huruf
kurikulum yang diterapkan. Saat ini kurikulum dan angka. TK A pun ditekankan pada area
yang diterapkan adalah Kurikulum Tingkat kognitif semisal membaca kata dan berhitung
Satuan Pendidikan (KTSP) dengan bermuatan penjumlahan, TK B di tekankan kepada area
pendidikan karakter. kognitif juga yaitu membaca buku cerita,
menulis kalimat dan penjumlahan dua digit
Pendidikan karakter berfungsi untuk dan minimnya area psikomotorik dan afektif.
mengembangkan, memperkuat potensi pribadi,
dan menyaring pengaruh dari luar yang Pada saat penulis wawancara kepada
akhirnya dapat membentuk karakter peserta guru, penulis mendapatkan hasil mengenai
didik. Upaya pembentukan karakter dilakukan kemampuan yang diharapkan untuk dimiliki
melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar siswa adalah siswa dapat menulis, membaca
baik melalui mata pelajaran dan kegiatan dan berhitung. Materi yang akan diajarkan
pengembangan diri yang dilakukan di sekolah sesuai dengan tema namun masih tetap
serta luar sekolah. Pendidikan karakter selain membaca, menulis dan berhitung. Terdapat
kemampuan kognitif diperlukan juga aspek tiga guru telah mengikuti pelatiahan (diklat)
afeksi atau emosi. mengenai bermuatan pendidikan karakter.
Namun, pelatihan (diklat) tersebut tidak dapat
Menurut Lickona (1992) komponen menyalurkan pengetahuan dan skill mengenai
dalam pendidikan karakter disebut “desiring pendidikan karakter kepada guru yang lain
the good” atau keinginan untuk berbuat sehingga para guru menngalami kesulitan
kebaikan. Menurut Lickona pendidikan mengenai pendidikan karakter termasuk
karakter yang baik dengan demikian harus menyusun RKH yang bermuatan pendidikan
melibatkan bukan saja aspek “knowing the karakter.
good” (moral knowing), tetapi juga “desiring
the good” atau “loving the good” (moral Berdasarkan survey pada tahun 2012
feeling) dan “acting the good” (moral action). kepada SMPK BPK PENABUR Cimahi yang
Penulis melakukan observasi awal untuk memiliki 22 orang guru, dari jumlah tersebut
mengidentifikasi permasalahan terkait dengan baru 95% orang guru yang mengumpulkan
penyusunan RKH bermuatan pendidikan RPP sudah mencantumkan nilai-nilai karakter
karakter di play group dan TK Tri Bhakti. bangsa. Namun, menurut hasil supervisi guru
Observasi dilakukan penulis pada 24 - 26 masih perlu meningkatkan kemampuan
September 2012 bahwa guru menunjukkan mengimplementasikan RPP bermuatan
mengalami kesulitan dalam menyusun RKH pendidikan karakter dalam proses Kegiatan
bermuatan pendidikan karakter. Hal ini Belajar Mengajar. Permasalahan
ditunjukkan saat menentukan prioritas karakter diindentifikasikan karena sebagian besar guru
yang dibentuk, materi pembelajaran yang mata pelajaran perlu meningkatkan
sesuai dengan tujuan karakter yang dibentuk, kemampuan mengimplementasikan RPP
bahan belajar tidak sesuai dengan kurikulum bermuatan pendidikan karakter dalam kegiatan
bermuatan pendidikan karakter, metode belajar mengajar, guru yang telah disertifikasi
pembelajaran yang digunakan adalah belum sepenuhnya paham dan termotivasi
demostrasi dan menirukan guru di depan papan dalam mengimplementasikan RPP bermuatan
tulis, antara tujuan karakter yang ingin bermuatan karakter dalam kegiatan belajar
dibentuk tidak relevan dengan metode yang mengajar, guru belum seluruhnya
digunakan. Tidak ada penerapan metode mencantumkan rubrik untuk penilaian
berdasarkan pertimbangan kemampuan siswa bermuatan karakter (Sujoko, A: 2012).
media pembelajaran dan pembentukan
30 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal 1-75
siswa. Proses pendidikan karakter didasarkan peserta dapat belajar dengan peserta yang lain
pada totalitas psikologis yang mencakup melalui pengalaman dan pengetahuan
kognitif, afektif dan psikomotorik dan interaksi sebelumnya dengan dipandu oleh fasilitaor.
dalam keluarga, satuan pendidikan serta Peserta dituntut aktif serta dapat menganalisa
masyarakat. dan menyimpulkan dari setiap kegiatan yang di
fasilitasi oleh fasilitator.
Prinsip dari Pendidikan Berkarakter
Kemampuan guru dalam menyusun
Prinsip pendidikan karakter menurut Rancangan Kegiatan Harian (RKH)
Kemendiknas (2011) yaitu berkelanjutan, pendidikan berkarakter agar guru yang dapat
melalui semua mata pelajaran, pengembangan melaksanakan tugasnya dengan membuat
diri, dan budaya sekolah, nilai tidak diajarkan Rancangan Kegiatan Harian (RKH) dengan
tapi dikembangkan. bermuatan pendidikan berkarakter yang
mengembangkan nilai- nilai karakter bangsa
Metode Pembelajaran partisipatif pada diri peserta didik. Dalam penyusunan
Metode pembelajaran partisipatif RKH guru mendata kondisi dokumen awal
menurut Tipplet, at all (2003) yaitu bahwa (mengidentifikasi nilai-nilai pendidikan
peserta didik terlibat dalam merancang budaya dan karakter bangsa), merumuskan
pembelajaran, pertanyaan, mengevaluasi nilainilai pendidikan karakter di dalam
dengan menilai rekan-rekan mereka sendiri dokumen (dari latar belakang pengembangan
dan menemukan solusi atas pertanyaan KTSP, Visi, Misi, Tujuan Sekolah/satuan
mereka. Setiap tahap dapat dilakukan oleh pendidikan, Struktur dan Muatan Kurikulum,
perorangan atau tim. Peserta didik harus Kalender Pendidikan, dan program
mampu mengamati semua rekan-rekan mereka Pengembangan Diri/pengembangan
yang telah dilakukan sehingga mereka dapat kepribadian profesional), mengembangkan
belajar lebih lanjut dari pengalaman orang lain. peta nilai yang telah terpilih dari tahun pertama
Metode pembelajaran yang dapat mendorong sampai tahun terakhir satuan pendidikan,
pembelajar untuk berkontribusi dan terlibat mengitengrasikan nilai-nilai pendidikan
secara aktif serta mandiri dalam memperoleh karakter yang telah terpetakan dalam dokumen
pengetahuan dan ketrampilan penbelajar. (silabus dan RKH).
guru dalam menyusun Rancangan Kegiatan Tabel 1. Perbandingan nilai pretes dan
Harian (RKH) yang berupa pilihan ganda. posttes kemampuan guru
karakter dan peserta yang lain dapat membantu sebelum mulai mereka belajar sehingga orang
rekan yang masih mengalami kesulitan ketika dewasa memiliki kesiapan untuk belajar dan
menyusunan Rancangan Kegiatan Harian mereka menganggap hal itu merupakan sebuah
(RKH) yang bermuatan pendidikan karakter kebutuhan dalam peran sosial di masyarakat
dan dapat difasilitasi oleh fasilitator jika sehingga orang dewasa memiliki motivasi dari
peserta tidak menemukan jawaban atas dalam (Knowles 1989 dalam Tennant, 1997)..
kesulitan, pertanyaan, dan persoalan. Hal ini Uraian dari Tennant (1997) sesuai dengan
pun sejalan dengan teori menurut Leigh metode pembelajaran partisipatif yang
menyebutkan bahwa (2006) keaktifan dan diaksanakan oleh penulis yaitu peserta
keterlibatan peserta dalam proses pembelajaran mendapatkan pengantar dari fasilitator
sangat mempengaruhi peserta dalam menyerap mengenai pentingnya menyusun Rancangan
pengetahuan dan ketrampilan baru. Pada Kegiatan Harian (RKH) bermuatan pendidikan
proses metode pembelajaran partisipatif lebih karakter oleh sebab itu peserta metode
menekankan pada keterlibatan aktif pada pembelajaran partisipatif merasa
peserta untuk bertanya dan saling memberikan membutuhkan mengenai pengetahuan dan
tanggapan terhadap pertanyaan peserta yang ketrampilan dalam menyusun RKH bermuatan
lain. pendidikan karakter yang berasal dari dalam
diri peserta dan bukan dari luar diri peserta.
Pada penelitian yang dilakukan oleh
Nurniswati (2009) yang meneliti mengenai Orang dewasa dalam proses
pengaruh model pembelajaran partisipatif pembelajaran memiliki keperluan psikologis
menunjukkan bahwa ada peningkatan terhadap untuk berdiskusi dengan orang lain yang
prestasi belajar siswa kelas 1 Program selevel baik pendidikan ataupun pengalaman
Keahlian Akuntansi SMK melalui siswa maupun pengetahuan menurut Tennant (1997).
dituntut untuk terlibat aktif pada semua mata Pada pembelajaran partisipatif yang dilakukan
pelajaran akuntansi. Proses pembelajaran oleh penulis adalah peserta diberikan
partisipatif dalam penelitian Nurniswati (2009) kesempatan berdiskusi pada setiap akhir sesi
adalah siswa dibentuk kelompok- kelompok dan peserta yang lain menanggapi mengenai
kecil untuk mengerjakan soal yang telah pertanyaan dari peserta yang lain. Peserta ada
diberikan oleh guru setelah itu siswa diminta yang berbagi pengalaman ada yang berbagi
untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok pengetahuan meski peserta dengan beberapa
dan ada sesi tanya jawab dalam kelompok orang memiliki latar belakang pendidikan
besar. Setiap siswa dituntut untuk terlibat aktif ataupun pengalaman mengajar yang lama
dalam mengerjakan dan menjawab pertanyaan sehingga hal tersebut dapat dijadikan sumber
dari teman yang lain. pengetahuan bagi peserta yang lain maupun
fasilitator dan pendamping kelompok.
Proses pembelajaran yang dilakukan
oleh Nurniswati (2009) seperti yang dilakukan Tennant (1997) menyebutkan bahwa
oleh penulis yaitu penulis membentuk pembelajaran orang dewasa berorientasi
kelompok- kelompok kecil untuk kegiatan kepada persoalan belajar. Pada peserta metode
pembelajaran penyusunan Rancangan Kegiatan pembelajaran partisipatif yang telah dilakukan
Harian (RKH) bermuatan pendidikan karakter oleh penulis bahwa proses pembelajaran yang
yaitu melalui brainstorming, active structuring, diberikan kepada peserta antara lain kegiatan
simulasi (role play), kerja kelompok (group atau aktivitas belajar pada persoalan, peserta
work), metaplan, mind maping setelah itu merumuskan sendiri hasil aktivitas yang telah
terdapat pemamparan hasil kerja berupa disusun dengan difasilitasi oleh fasilitator.
presentasi dan semua peserta metode
pembelajaran partisipatif dituntut untuk terlibat
aktif dalam semua kegiatan.
SIMPULAN
Menurut Tennant (1997) bahwa hal
yang diperlukan untuk meningkatkan Berdasarkan pembahasan yang telah
keberhasilan pembelajaran orang dewasa dijelaskan dalam bab sebelumnya dapat
adalah orang dewasa perlu mengetahui diberikan suatu kesimpulan bahwa : Ada
mengapa mereka perlu mempelajari sesuatu peningkatan kemampuan guru dalam
menyusun Rancangan Kegiatan Harian (RKH)
36 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal 1-75
yang bermuatan pendidikan karakter dengan Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.
metode pembelajaran partisipatif. (2010). Pedoman teknis
penyelenggaraan: kelompok bermain.
Saran Direktorat jendral pendidikan non
Saran untuk Sekolah formal dan informal: Jakarta.