Professional Documents
Culture Documents
Distribusi Perdir Tentang Pedoman Penggunaan Antibiotik (PPAB) - 2
Distribusi Perdir Tentang Pedoman Penggunaan Antibiotik (PPAB) - 2
5. Peraturan . . .
13.Keputusan . . .
-3-
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Pedoman Penggunaan Antibiotik (PPAB) di RSUP Nasional
Dr. Cipto Mangunkusumo digunakan sebagai dasar dalam
penggunaan antibiotik secara rasional untuk mengendalikan
terjadinya resistansi antimikroba di RSUP Nasional Dr. Cipto
Mangunkusumo,
Pasal 2
Pedoman Penggunaan Antibiotik dari 7 (tujuh) Kelompok Staf
Medik (KSM) di RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo
adalah sebagai berikut :
a. KSM Urologi;
b. KSM Kebidanan dan Penyakit Kandungan;
c. KSM Kesehatan Anak;
d. KSM Neurologi;
e. KSM Bedah;
f. KSM Dermatologi dan Venereologi; dan
g. KSM Penyakit Dalam
Pasal 3 . . .
-4-
Pasal 3
Pedoman Penggunaan Antibiotik di RSUP Nasional Dr. Cipto
Mangunkusumo sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
tercantum sebagai Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan ini.
Pasal 4
(1) Sosialisasi dan Pelaksanaan Peraturan ini dilakukan oleh
Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang
melalui Subkomite Pengendalian Resistansi Antimikroba
(PRA) - Komite Pencegahan, Pengendalian Infeksi, dan
Pengendalian Resistansi Antimikroba (PPI-PRA) RSUP
Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo.
(2) Pemantauan dan Evaluasi pelaksanaan Peraturan ini
dilakukan oleh Komite Pencegahan, Pengendalian Infeksi,
dan Pengendalian Resistansi Antimikroba (PPI-PRA)
bersama-sama dengan Tim Penatagunaan Antimikroba
(PGA), Kelompok Staf Medis (KSM) / Instalasi dan Unit Kerja
terkait.
Pasal 5
Dengan diberlakukannya Peraturan ini, maka Peraturan
Direktur Utama RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo
Nomor: HK 02.04/XI.3/0037/2017 tentang Pedoman
Penggunaan Antibiotik di RSUP Nasional Dr. Cipto
Mangunkusumo, dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.
Pasal 6
Peraturan ini mulai berlaku terhitung sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 04 Juli 2022
DIREKTUR UTAMA,
Ttd.
BAB I
PENDAHULUAN
Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi
bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika ada perubahan pada respon bakteri
terhadap pemberian antibiotik tersebut. Dijelaskan oleh WHO, resistensi
antibiotik menjadi penyebab meningkatnya biaya kesehatan, waktu rawat di
rumah sakit yang memanjang, dan meningkatnya kematian. Meningkatnya
resistensi antibiotik sudah sampai pada tingkat yang sangat berbahaya di
berbagai belahan dunia. Kemunculan mekanisme resistensi baru dan menyebar
secara global, mengancam kemampuan kita dalam menangani penyakit-penyakit
infeksius yang biasa terjadi sehingga memperparah penyakit, disabilitas, dan
kematian.1
Resistensi antibiotik dipercepat oleh penyalahgunaan dan penggunaan
antibiotik yang berlebihan, serta pencegahan dan pengendalian infeksi yang
buruk.1 Penggunaan antibiotik profilaksis dalam kasus pembedahan digunakan
untuk mencegah dan mengatasi terjadinya infeksi pada luka operasi dan
mortalitas pascaoperasi dapat diturunkan. Infeksi daerah operasi merupakan
komplikasi pascaoperasi tersering dan terjadi sekitar 5% dari keseluruhan pasien
yang menjalani operasi. Penggunaan antibioitik profilaksis mencapai sepertiga
dari penggunaan antibiotik secara keseluruhan di rumah sakit.2-4
Saat ini resistensi antibiotik terjadi di tiap negara, dengan mikroba yang
paling umum mengalami resistensi meliputi: K.pneumoniae, E.coli, dan S.aureus.
Resistensi juga terjadi pada kasus tuberkulosis, HIV, malaria, dan influenza di
berbagai belahan dunia. Setiap tahunnya infeksi dengan resistensi antibiotik
memakan biaya yang cukup besar yaitu lebih dari 20 miliar USD, dengan
penggunaan obat yang pada umumnya kurang efektif, lebih mahal, dan lebih
toksik.1,5 Di RSCM FKUI penggunaan antibiotik yang tidak rasional memakan
anggaran lebih dari 300 juta selama setahun.
Pedoman penggunaan antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi luka
pascaoperasi tersedia untuk prosedur operasi terbuka.6 Namun di bidang urologi
ada perbedaan dalam pendekatan operasi yang dilakukan untuk penanganan
kasus-kasus urologi. Cukup sering pendekatan operasi yang kami lakukan tidak
membutuhkan insisi, kami menggunakan transluminal (prosedur endoskopi),
transrektal (seperti biopsi prostat), dan/atau teknik yang benar-benar non-invasif
(ESWL).7 Target utama antibiotik profilaksis adalah luka operasi untuk
mengurangi bakteri kontaminan, yaitu organisme yang mengkolonisasi kulit atau
mukosa pada daerah operasi. Pemilihan antibiotik profilaksis berdasarkan
organisme yang paling mungkin menjadi penyebab bukan berdasarkan semua
patogen yang potensial.8 Dalam prosedur urologi, infeksi dapat timbul tidak
hanya dari kulit atau flora dubur, tapi juga dari organisme di sekitar lokasi
operasi (seperti batu struvit, prostatitis subklinis, pemasangan foley kateter dan
stent).7 Ketidaktepatan dalam pemilihan atau dosis antibiotik profilaksis umum
terjadi, hal ini dapat meningkatkan biaya serta menurunkan efikasi.9 Keputusan
dalam administrasi antibiotik profilaksis berdasarkan panduan nasional, pola
resistensi obat setempat, epidemiologi Clostridium difficile-associated diarrhea
(CDAD), dan konsensus setempat yang dikembangkan tim multidisiplin.
Pengambilan keputusan juga dipengaruhi faktor pada pasien yaitu risiko individu
dalam mengalami infeksi daerah operasi, potensi keparahan infeksi daerah
operasi, efektivitas profilaksis pada operasi, dan komplikasi yang mungkin
terjadi.8
Langkah-langkah dapat diambil di semua lapisan masyarakat khususnya
dalam praktik medis di rumah sakit untuk mengurangi dampak dan membatasi
penyebaran dari resistensi antibiotk ini.1 Pedoman penggunaan antibiotik
Departemen Urologi RSCM adalah upaya yang dilakukan untuk membantu dan
meningkatkan pengawasan serta pengendalian terhadap resistensi antibiotik
yang terjadi di RSCM khusunya pada pasien-pasien dengan kasus urologi.
Landasan pembuatan pedoman ini mengacu terhadap Global Action Plan on
Antimicrobial Resistance WHO, National Action Plan Antimicrobial Resistance
Indonesia 2017-2019, Peraturan Menteri Kesehatan No. 8 Tahun 2015 tentang
Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit.
Pedoman Penggunaan Antibiotik KSM Urologi adalah pedoman yang dibuat
oleh Tim Kelompok Kerja Pencegahan Resistensi Antibiotik (POKJA PRA)
Departemen Urologi untuk digunakan oleh dokter yang melakukan praktik di
RSCM, dalam hal ini adalah dokter umum, PPDS, dan dokter spesialis
Departemen Urologi.
Tujuan dibentuknya PPAB ini adalah untuk dijadikan alur yang akan dipatuhi
dan digunakan oleh seluruh sivitas akademika, meningkatkan ketepatan dan
optimalisasi penggunaan antibiotik dan menurunkan cost of care rumah sakit.
Pedoman ini disusun berdasarkan kasus–kasus yang dijumpai di setiap divisi di
Departemen Urologi, pemilihan antibiotik yang digunakan mengacu pada
Bacterial and Antibiotics Susceptibility Profile at Cipto Mangunkusumo General
Hospital January – December 2019, Evidence Based Medicine terbaru dan hasil
diskusi Departemen Urologi dengan Tim POKJA PPRA FKUI RSCM.
Oleh karena itu, pemberian antibiotik di Departemen Urologi diharapkan
dapat mengacu pada pedoman ini. Penggunaan antibiotik diluar pedoman ini
harus mendapat persetujuan dari Tim konsulen PPRA atau POKJA PPRA
Departemen Urologi.
Kelebihan pedoman ini dibuat berdasarkan data dari profil mikroba di RSCM
dan berpedoman pada panduan terbaru, serta pembuatan panduan ini
dilakukan berdasarkan hasil pertemuan dengan pakar antibiotik dari berbagai
bidang.Namun, pedoman ini memiliki keterbatasan, yaitu tidak bisa digunakan
untuk RS di luar RSCM karena data yang menjadi acuan pembuatan sangat khas
sesuai dengan kondisi di RSCM.
BAB II
ISI
2.1 Daftar Penyakit dan Anjuran Antibiotiknya10-12
Pilihan 2 Sefadroksil 500 mg Per 12 jam PO Pasca 3 hari Nyeri perut, mual,
Sefalosporin makan muntah, jaundice,
generasi I gangguan ginjal,
infeksi baru
Pilihan 3 Fosfomisin 3g Dosis PO Pasca 1 hari Realsi alergi pada
Golongan lain tunggal makan kulit, flebitis,
hipokalemia,
mual, muntah,
diare
Tata laksana Pilihan 1 Kotrimoksazol 160/80 Per 12 jam PO Pasca 7 hari Reaksi alergi pada
pada pria Kombinasi 0 mg makan kulit (Sindrome
trimetoprim/su Steven Jhonson),
lfametoksazol hilang nafus
makan, mual,
muntah, diare,
pansitopenia
Pilihan 2 Siprofloksasin 500 mg Per 12 jam PO Pasca 7 hari Mual, nyeri perut,
Golongan makan diare, muntah,
kuinolon reaksi alergi pada
kulit
2 Sistitis berulang
E.coli Berdasarkan hasil kultur urin
Enterococcus
faecalis
K.pneumonia
e
P.aeruginosa
3 Pyelonefritis non-komplikata
Oral E.coli Golongan Siprofloksasin 500-750 Per 12 jam PO Pasca 7 hari Mual, nyeri perut,
Enterococcus kuinolon mg makan diare, muntah,
faecalis (resistensi reaksi alergi pada
K.pneumonia harus <10%) kulit
e Atau
P.aeruginosa Kombinasi Kotrimoksazol 160/80 Per 12 jam PO Pasca 14 hari Reaksi alergi pada
trimetoprim/su 0 mg makan kulit, hilang nafus
lfametoksazol makan, mual,
muntah, diare,
pansitopenia
Parenteral Golongan Siprofloksasin 400 mg Per 12 jam IV 7 hari Mual, nyeri perut,
kuinolon (diberik diare, muntah,
an reaksi alergi pada
melalui kulit
infus
lambat)
Atau Levofloksasin 750 mg Per hari IV 7 – 10 Mual, sakit
(diberik hari kepala, diare,
an Laki- insomnia,
melalui laki: 14 konstipasi,
infus hari dispepsia
lambat)
Sefalosporin Sefotaksim 2g Per 8 jam IV 5 hari Kolitis, diare,
generasi III peningkatan BUN,
penigkatan enzim
transaminase,
demam, pruritus,
muntah
4 ISK Kompleks
Kombinasi E.coli Pilihan 1 Amoksisilin 250-500 Per 8 jam PO Pasca Mual, muntah,
amoksisilin + Enterococcus Penisilin mg makan diare, nyeri perut,
aminoglikosi faecalis reaksi alergi pada
da K.pneumonia Dan kulit, gatal
e Gentamisin 2- Per hari IV Edema, iritasi
P.aeruginosa Aminoglikosida 5mg/kg kulit, gatal,
BB terkadang
menurunkan
fungsi ginjal
Pilihan 2 Sefuroksim 250-500 Per 12 jam PO Pasca Diare,
Sefalosporin mg makan menurunnya
generasi II hemoglobin dan
750mg- Per 8 jam IV hematokrit, mual,
7-14 hari muntah, vaginitis
1,5g
Dan Gentamisin 2- Per hari IV Edema, iritasi
5mg/kg kulit, gatal,
Aminoglikosida BB terkadang
menurunkan
fungsi ginjal
Untuk ISK Pilihan 1 Sefoperazon 1-2 g Per 12 jam IV Indurasi pada
Kompleks Sefalosporin lokasi injeksi,
dengan generasi III ruam, diare,
gejala muntah,
sistemik neutropenia,
reaksi alergi pada
kulit
Pilihan 2 Siprofloksasin 500 mg Per 12 jam PO Pasca Mual, nyeri perut,
Golongan makan diare, muntah,
kuinolon reaksi alergi pada
dapat kulit
digunakan bila
resistensi lokal
10%.
Pasien belum
pernah
mendapatkan
kuinolon dalam
waktu 6 bulan
5 Urosepsis
E.coli Sefalosporin Sefotaksim 2g Per 8 jam IV 7-10 hari Kolitis, diare,
Enterococcus generasi III peningkatan BUN,
faecalis Atau peningkatan
K.pneumonia enzim
e transaminase,
P.aeruginosa demam, pruritus,
muntah
Seftriakson 1-2 g Per hari IV 7-10 hari Indurasi pada
lokasi injeksi,
diare, leukopenia,
reaksi alergi pada
kulit, peningkatan
Dan enzin
transaminase
Aminoglikosida Gentamisin 5mg/kg Per hari IV 7-10 hari Edema, iritasi
BB kulit, gatal,
terkadang
menurunkan
fungsi ginjal
6. Uretritis
Infeksi N. gomorrhea Sefalosporin Seftriakson 1g Dosis IM 1 hari Indurasi pada
gonokokal generasi III tunggal lokasi injeksi,
diare, leukopenia,
Atau reaksi alergi pada
kulit, peningkatan
enzin
transaminase
Dan Sefiksim 800 mg Dosis PO 1 hari Diare, nyeri perut,
tunggal kandidiasis,
Golongan pusing, dispepsia,
makrolida peningktan enzim
transaminase,
demam, sakit
kepala
Azitromisin 1-1,5 g Per hari PO Pasca Diare, mual, nyeri
dosis makan perut, BAB cair
tunggal
Infeksi Chlamydia Pilihan 1 Doksisiklin 100 mg Per 12 jam PO Pasca 7 hari Nyeri perut, diare,
nongonokoka trachomatis Golongan makan mual, muntah
l tetrasiklin
Pilihan 2 Azitromisin 1-1,5 g Dosis PO Pasca 1 hari
Golongan tunggal makan
makrolida
Mycoplasma Pilihan 1 Azitromisin 0,5 g Per hari PO Pasca 5 hari Diare, mual, nyeri
genitalium Golongan (hari 1) makan perut, BAB cair
makrolida dilanjut
kan 250
mg (hari
2-5)
Pilihan 2 Moksifloxacin 400 Per hari PO Pasca 5 hari Diare, mual, nyeri
Golongan mg makan perut, BAB cair
kuinolon
Ureaplasma Pilihan 1 Doksisiklin 100 mg Per 12 jam PO Pasca 7 hari Nyeri perut, diare,
urealiticum Golongan makan mual, muntah
tetrasiklin
Pilihan 2 Azitromisin 1 – 1,5 Dosis PO Pasca 1 hari Diare, mual, nyeri
Golongan Atau g tunggal makan perut, BAB cair
makrolida Klaritromisin 500 mg Per 12 jam PO Pasca 7 hari Mual, muntah,
makan nyeri perut,
dispepsia, diare,
reaksi alergi pada
kulit
Trichomonas Golongan Metronidazole 2g Dosis PO Pasca 1 hari Kehilangan nafsu
vaginalis imidazol tunggal makan makan,
kandidiasis, diare,
pusing, mual
Patogen tidak Golongan Doksisiklin 100 mg Per 12 jam PO Pasca 7-10 hari Nyeri perut, diare,
teridentifikas tetrasiklin makan mual, muntah
i Azitromisin 500 mg Per hari PO Pasca 5 hari Diare, mual, nyeri
Atau (hari 1) makan perut, BAB cair
dilanjut
Golongan 250 mg
makrolida (hari 2-
4)
6 Prostatitis Bakterial Kronis
E.coli Golongan Siprofloksasin 250-500 Per 12 jam PO Pasca 4-6 Mual, nyeri perut,
Enterococcus kuinolon mg makan minggu diare, muntah,
faecalis reaksi alergi pada
K.pneumonia kulit
e
P.aeruginosa
7 Epididimitis akut
Risiko gonore Chlamydia Pilihan 1 Siprofloksasin 500 mg Per hari PO Pasca 10-14 Mual, nyeri perut,
rendah (tidak trachomatis Golongan makan hari diare, muntah,
ada duh E.coli kuinolon reaksi alergi pada
tubuh uretra) N.gomorrhea kulit
Pilihan 2 Doksisilin 200 mg PO Pasca 10-14 Nyeri perut, diare,
Golongan (dosis makan hari mual, muntah
tetrasiklin inisial)
100 mg Per 12 jam PO Pasca
(dosis makan
lanjutan
)
Risiko gonore Chlamydia Golongan Seftriakson 500 mg Dosis IM 1 hari Indurasi pada
tinggi trachomatis sefalosporin tunggal lokasi injeksi,
(pertimbangk E.coli generasi III diare, leukopenia,
an opsi N.gomorrhea reaksi alergi pada
parenteral kulit, peningkatan
bila infeksi Dan enzin
berat) transaminase
Golongan Doksisilin 200 mg Per hari PO Pasca 10-14 Nyeri perut, diare,
tetrasiklin (dosis makan hari mual, muntah
inisial)
- Didukung
urinalisis/kultur urin yang
steril
- Tidak ada risiko ancaman ke
traktus urinarius bagian atas
Tidak memerlukan
Orkidopeksi Bersih - -
antibiotik
Tidak memerlukan
Hernioplasty Bersih - -
antibiotik
Hidrokelektomi Tidak memerlukan
Bersih - -
Tidak Terinfeksi antibiotik
Mikroligasi Bersih - Tidak memerlukan -
varikokel antibiotik
Tidak memerlukan
PESA/TESE Bersih - -
antibiotik
Bersih Tercemar
Rekonstruksi Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
burried penis, tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
paraffinoma K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
Uretroplasti Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
Radikal Bersih P.aeruginosa Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
nefrektomi tercemar S.epidermidis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
Pilihan 2
Sefotaksim 2 g IV
Nefrektomi Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
Extended Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
pyelolithotomy/ tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
Simple K.pneumoniae
pyelolitotomi/ P.aeruginosa Pilihan 2
Bivalve/ S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
Nefrotomi
Reimplantasi Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
ureter/Psoas tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
Hitch/Boari Flap K.pneumoniae
Ureteroureterosto P.aeruginosa Pilihan 2
mi/Transureterou S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
reterostomy
Radikal Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
sistektomi/Siste tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
ktomi parsial K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
Radikal Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
prostatektomi tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
Prostatektomi Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
terbuka tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
RA uretra/ Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
Rekonstruksi tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
uretra K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
Transplantasi Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
ginjal tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
Tercemar
Ileal conduit Tercemar E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
Augmentasi Buli Tercemar E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
Neobladder Tercemar E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
Kotor
Debridement Kotor E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
Operasi laparoskopik
Bersih Tercemar
LLDN Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
menit sebelum operasi
tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
Laparoskopik Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
insersi Tenckhoff tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
Laparoskopi Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
diagnostik k/p tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
orkidopeksi k/p K.pneumoniae
orkidektomi P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
Radikal Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
nefrektomi tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
Nefrektomi Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
Radikal Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
sistektomi tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
PCNL Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
URS dengan Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
atau tanpa tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
Litotripsi K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
RIRS Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
RPG Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
APG Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
Insersi DJ-stent Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
K.pneumoniae
P.aeruginosa
S.epidermidis Pilihan 2
Sefotaksim 2 g IV
Ganti DJ-stent Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
Aff DJ-stent k/p Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
per URS tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
Traktus Bagian Bawah
TURBT Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
TURP Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
TURED Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
Sistoskopi Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
evakuasi clot tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
Sistoskopi Bersih E.coli Tidak memerlukan Bila hasil
evaluasi tercemar Enterococcus faecalis antibiotik pemeriksaan
K.pneumoniae kultur urin tidak
P.aeruginosa ditemukan bakteri
S.epidermidis Rekomendasi
disesuaikan
dengan hasil
penelitian
Departemen
Urologi
Sachse (internal Bersih E.coli Pilihan 1 dosis tunggal, 30-60
urethrotomy) tercemar Enterococcus faecalis Cefazolin 2 g IV menit sebelum operasi
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Sefotaksim 2 g IV
Kateterisasi Bersih E.coli Tidak memerlukan Rekomendasi
(pemasangan tercemar Enterococcus faecalis antibiotik disesuaikan
kateter uretra) K.pneumoniae dengan hasil
P.aeruginosa penelitian
S.epidermidis Departemen
Urologi
2.4 Daftar Tindakan Urologi Rawat Jalan dan One-Day Care (ODC) dan Antibiotik Profilaksis
Tindakan berikut ini merupakan tindakan urologi yang dapat dilakukan di unit rawat jalan maupun one-day care (ODC) sehingga
pemberian antiibotik dapat diberikan secara oral atau parenteral.
Aff DJ-stent Bersih tercemar E.coli Pilihan 1 dosis tunggal,
Enterococcus Kotrimoksazol 960 mg 60-120 menit
sebelum operasi
faecalis PO
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Levofloxacin 500 mg PO
VCUG Bersih tercemar E.coli Tidak memerlukan
Enterococcus antibiotik
faecalis
K.pneumoniae
P.aeruginosa
S.epidermidis
Sistografi Bersih tercemar E.coli Tidak memerlukan
Enterococcus antibiotik
faecalis
K.pneumoniae
P.aeruginosa
S.epidermidis
ESWL Bersih tercemar Tidak memerlukan Pada pasien dengan risiko
antibiotik tinggi dapat diberikan
antibiotik profilaksis
Pilihan 1
Kotrimoksazol 960 mg PO
dosis tunggal, 60-120 menit
sebelum operasi
Pilihan 2
Levofloxacin 500 mg PO
dosis tunggal, 60-120 menit
sebelum operasi
Businasi Bersih tercemar E.coli Pilihan 1 dosis tunggal,
Enterococcus Kotrimoksazol 960 mg 60-120 menit
sebelum operasi
faecalis PO
K.pneumoniae
P.aeruginosa Pilihan 2
S.epidermidis Levofloxacin 500 mg PO
Urodinamik Bersih tercemar E.coli Tidak memerlukan Pada pasien dengan risiko
Enterococcus antibiotik tinggi dapat diberikan
antibiotik profilaksis
faecalis
K.pneumoniae Pilihan 1
P.aeruginosa Kotrimoksazol 960 mg PO
dosis tunggal, 60-120 menit
S.epidermidis
sebelum operasi
Pilihan 2
Levofloxacin 500 mg PO
dosis tunggal, 60-120 menit
sebelum operasi
K.pneumoniae Pilihan 2
P.aeruginosa Cefadroxil 500 mg PO
S.epidermidis
Pilihan 3
Levofloxacin 500 mg PO
Biopsi Prostat Bersih tercemar E.coli Pilihan 1 dosis tunggal,
Transperineal Enterococcus Cefixime 200 mg PO 60-120 menit
faecalis sebelum operasi
K.pneumoniae Pilihan 2
P.aeruginosa Cefadroxil 500 mg PO
S.epidermidis
Pilihan 3
Levofloxacin 500 mg PO
BAB III
PENUTUP
Direktur Utama,
Ttd.
1. World Health Organization. Antibiotic resistance. [updated 2018 Feb 15; cited
2018 Feb 27). Dapat diakses di https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/antibiotic-resistance.
2. Carlès M, Gindre S, Aknouch N, Goubaux B, Mousnier A, Raucoules-Aimé M.
Improvement of surgical antibiotic prophylaxis: a prospective evaluation of
personalized antibiotic kits. J Hosp Infect. 2006 Mar;62(3):372-5.
3. Hall C, Allen J, Barlow G. Antibiotic prophylaxis. 2015 Nov;33(11):542-9.
https://doi.org/10.1016/j.mpsur.2015.08.005.
4. Garner BH, et al. Surgical Site Infections: An Update. Infect Dis Clin North
Am. 2016.
5. Khabbaz R, et al. Emerging and reemerging infectious disease threats. In:
Mendell Douglas and Bannett’s Principles and Practice of Infectious Disease.
8th ed. Philadelphia: Elsevier; 2015. p.173.
6. Bratzler DW, Houck PM; and the Surgical Infection Prevention Guideline
Writers Workshop. Antimicrobial prophylaxis for surgery: An advisory
statement from the National Surgical Infection Prevention Project. Am J Surg
2005;189:395-404. http://dx.doi.org/10.1016/j.amjsurg.2005.01.015.
7. Mrkobrada M, et al. CUA Guidelines on antibiotic prophylaxis for urologic
procedures. Can Urol Assoc J. 2015;9(102):13-22.
8. Hall C, Allen J, Barlow G. Antibiotic prophylaxis. 2015 Nov;33(11):542-9.
9. Anderson DJ, Sexton DJ. Antimicrobial prophylaxis for prevention of surgical
site infections in adults. [updated 2018 Mar 9; cited 2018 Dec 30]. Available
from: https://www.uptodate.com/contents/antimicrobial-prophylaxis-for-
prevention-of-surgical-site-infection-in-adults.
10. Bonkat G, Pickard R, Bartoletti R, Cai T, Bruyere F, Geerlings SE, et al. EAU
guidelines on urological infection; 2018.
11. Bonkat G, Pickard R, Bartoletti R, Cai T, Bruyere F, Geerlings SE, et al. EAU
guidelines on urological infection; 2017.
12. Bonkat G, Bartoletti R, Cai T, Bruyere F, Geerlings SE, Koves B, et al. EAU
guidelines on urological infection; 2020
13. Wahyudi I, Birowo P, Sanjaya IPG, Fawzi R, Rasyid N, Mochtar CA. Safety of
clean urologic operations without prophylaxis antibiotic therapy in Cipto
Mangunkusumo Hospital, Jakarta: A double-blind randomized controlled trial
study. Asian Journal of Surgery. 2015;38(4):224-8
14. Lightner DJ, Wymer K, Sanchez J, Kavoussi L. Best Practice Statement on
Urologic Procedures and Antimicrobial Prophylaxis. J Urol. 2020
Feb;203(2):351-6
15. Yamamoto S, Shigemura K, Kiyota H, Arakawa S. Antimicrobial prophylaxis in
urological surgery. Urogenit Tract Infect 2016;11(3):77-85
Lampiran Peraturan Direktur Utama
RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo
Nomor : HK.02.03/4.2/20824/2022
Tanggal : 04 Juli 2022
Antibiotik merupakan salah satu obat yang saat ini paling banyak digunakan
dalam praktek klinik baik di rawat jalan maupun perawatan di rumah sakit.
Penggunaan antibiotik yang berlebihan dengan indikasi dan dosis yang tidak
sesuai, merupakan penyebab peningkatan resistensi antibiotik.
Saat ini kita dihadapkan pada permasalahan patogen yang semakin resisten,
laju resistensi yang semakin capat; sebaliknya ketersediaan antibiotik baru yang
sangat sedikit. Berbagai strategi dilakukan untuk menahan laju resistensi, baik
melalui upaya meningkatkan ketepatan penggunaan antibiotik, mencegah
penyebaran kuman resisten di rumah sakit dan mengoptimalisasi penggunaan
antibiotik dalam mengatasi kuman resisten banyak obat (multi drug
resistant/MDR).
atau
Seksio Sesarea
PENUTUP
Direktur Utama,
Ttd.
BAB I
PENDAHULUAN
Patogen yang
Diagnosis Lama
Paling Sering Antibiotik dan Dosis Perhatian/Keterangan
Klinis Pemberian
Ditemukan
Patogen
Lama
Diagnosis yang Paling
Antibiotik dan Dosis Pemberi Perhatian/Keterangan
Klinis Sering
an
Ditemukan
Doksisiklin
Sebaiknya tidak digunakan untuk pasien di
Kolera Vibrio cholera 4 mg/kg/kali PO,IV tiap 12-24 jam 5 hari
bawah 8 tahun
(Dosis Maksimum Anak: 200 mg/hari)
Metronidazol
3 x 10 mg/kg/kali PO
Neonatus: Per Oral, IV
0-4 minggu, < 1200 g:
7,5 mg/kg/kali tiap 48 jam
Usia ≤ 7 hari:
1200-2000 g: 7,5 mg/kg/kali tiap
Pengaturan dosis pada pasien gangguan hati
Bakteri 24 jam
7 hari dengan:
anaerob > 2000 g: 15 mg/kg/hari dibagi
Diare Penurunan dosis sebesar 50%-67%
dosis tiap 12 jam
persisten
Usia > 7 hari:
1200-2000 g: 15 mg/kg/hari dibagi
dosis tiap 12 jam
> 2000 g: 30 mg/kg/hari dibagi
dosis tiap 12 jam
(Dosis Maksimum Anak: 4 g/hari)
Metronidazol Pengaturan dosis pada pasien gangguan hati
Clostridium
3 x 10 mg/kg/kali PO 7 hari dengan:
difficile
(Dosis Maksimum Anak: 4 g/hari) Penurunan dosis sebesar 50%-67%
Pedoman Penggunaan Antibiotik Divisi Hemato-Onkologi
Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM
Patogen yang
Diagnosis Lama
Paling Sering Antibiotik dan Dosis Perhatian/Keterangan
Klinis Pemberian
Ditemukan
Patogen yang
Lama Perhatian/
Diagnosis Klinis Paling Sering Antibiotik dan Dosis
Pemberian Keterangan
Ditemukan
Difteri Corynebacterium Penisilin Prokain 50.000-100.000 IU/kg/hari 10 hari
diphtheriae
Bila terdapat riwayat hipersensitifitas Penisilin dapat
diberikan Eritromisin 40mg/kg/hari dibagi 4 dosis
Pertusis Bordetella pertussis Eritromisin 40-50 mg/kg/hari PO dibagi 4 dosis 14 hari
(Dosis Maksimum Anak: 2 g/hari)
atau
Ampisilin 100-200 mg/kg/hari IV dibagi 4 dosis
Tetanus Clostridium tetani Lini pertama: 7-10 hari
Metronidazol IV. Dosis inisial 15 mg/kg/jam, dilanjutkan
dosis 7,5 mg/kg tiap 6 jam PO/IV
(Dosis Maksimum Anak: 4 g/hari)
Lini kedua:
Penisilin Prokain 50.000 IU/kg/kali IM tiap 12 jam
Jika terdapat hipersensitif terhadap Penisilin diberikan
Tetrasiklin 25-50 mg/kg/hari PO dibagi 4 dosis
(Dosis Maksimum Anak: 2 g/hari)
Pilihan lain:
Ampisilin 150 mg/kg/hari IV dibagi 4 dosis
Eritromisin 40–50 mg/kg/hari PO dibagi 4 dosis
Leptospirosis Leptospira Penisilin G 6-8 juta U/m2/hari IV dibagi 6 dosis selama 7 7 hari
hari atau
Ampisilin 100-200 mg/kg/hari IV dibagi 4 dosis atau \
Tetrasiklin 10-20 mg/kg/hari dibagi 4 dosis
Pedoman Penggunaan Antibiotik Divisi Nefrologi
Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM
Patogen
Diagnosis yang Paling Lama Perhatian/
Antibiotik dan Dosis
Klinis Sering Pemberian Keterangan
Ditemukan
Seftriakson
Neonatus:
Usia < 7 hari: 50 mg/kg/kali IV tiap 24 jam
Usia > 7 hari :
< 2000 g: 50 mg/kg/kali IV tiap 24 jam
> 2000 g: 50-75 mg/kg/kali IV tiap 24 jam
Anak (> 4 minggu): 50-75 mg/kg/hari IM/IV dibagi dosis tiap 12
jam
(Dosis Maksimum Anak: 2 g/dosis)
*Beberapa pasien mungkin membutuhkan dosis lebih besar atau frekuensi lebih sering (misalnya setiap 6 jam) jika kadar obat
dalam serum masih rendah seperti pada pasien fibrosis kistik, luka bakar luas, atau pasien febrilegranulositopenia; modifikasi dosis
berdasarkan kebutuhan pasien seccara indivial seperti fungsi ginjal, konsentrasi obat dalam serum, dan parameter klinis spesifik
pasien.
Pedoman Penggunaan Antibiotik Divisi Nefrologi
Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM
Patogen yang
Diagnosis Lama Perhatian/
Paling Sering Antibiotik dan Dosis
Klinis Pemberian Keterangan
Ditemukan
Gentamisin
Kontinu (semua pergantian cairan dialisis)
Bakteri Gram
Dosisi inisial: 8 mg/L cairan intraperitoneal (IP)
positif: misalnya
Rumatan: 4 mg/L IP 14 hari
Enterococci,
Intermiten (satu kali sehari)
S.aureus
0,6 mg/kg/hari
*Dosis dinaikkan ginjal residual, yaitu memiliki produksi urin lebih dari sama dengan 100 ml/hari sebesar 25% pada pasien yang
masih memiliki fungsi
Patogen yang
Diagnosis Lama Perhatian/
Paling Sering Antibiotik dan Dosis
Klinis Pemberian Keterangan
Ditemukan
KETERANGAN :
Gentamisin
Berat Badan Umur Interval
( gram ) ( hari ) ( jam )
< 1200 ≤7 48
8– 30 36
>30 24
≥ 1200 ≤7 36
>7 24
Vankomisin
PMA Postnatal Interval
( minggu ) (hari ) ( jam )
≤ 29 0 -14 24
>14 12
30 - 36 0 -14 12
>14 8
37 – 44 0–7 12
>7 8
≥ 45 all 6
Piperacillin – Tazobaktam
PMA Postnatal Interval
( minggu ) (hari ) ( jam )
≤ 29 0 -28 12
>28 8
30 - 36 0 -14 12
>14 8
37 – 44 0–7 12
>7 8
≥ 45 all 8
Amikasin
Usia Gestasi Interval dosis
( minggu ) ( jam )
< 28 36
28 - 29 24
30- 35 18
≥ 36 12
≥ 37, usia > 7 hr 8
Meropenem
Interval :
• Usia ≤ 7 hari : setiap 12 jam
• Usia > 7 hari : setiap 8 jam
Pedoman Penggunaan Antibiotik Divisi Neonatologi
Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM
Patogen yang
Lama Perhatian/
Diagnosis Klinis Paling Sering Antibiotik dan Dosis
Pemberian Keterangan
Ditemukan
Definisi : Lini Pertama:
Pneumonia yang terjadi setelah Piperacillin Tazobaktam
48 jam atau lebih setelah 50 mg/kg/kali IV
7-14 hari;
pemasangan ventilasi mekanik Amikasin 7,5 mg/kg/kali IV
melalui endotracheal tube atau
tracheostomy
Gejala Klinis: Lini Kedua :
Terdapat perburukan Meropenem 20-40 7-14 hari;
pertukaran gas (hipoksemia mg/kg/kali IV
dan hiperkapnea) Tigesiklin 1 mg/kg/kali IV
Acinetobacter sp 7-14 hari;
↓ tiap 12 jam
Ventilator- Terdapat setidaknya 3 kriteria
associated dari tanda dan gejala:
pneumonia awitan baru perubahan sekret Sefoperazon Sulbaktam 25 -
(VAP) aspirat trakhea; instabilitas Pseudomonas sp 60 mg/kg/kali IV tiap 6 - 12 7-14 hari;
suhu; takipneu, dan dispneu; jam
suara napas bronkhial;
wheezing atau ronki;
takikardi/bradikardi;
Radiologi: Imipenem 20 - 25
Klebsiella 7-14 hari;
Terdapat salah satu dari mg/kg/kali IV tiap 12 jam
pneumonia
kriteria X-ray
(Infiltrat baru atau progresif
dan persisten; konsolidasi;
7-14 hari;
kavitasi; pneumatokel)
Laboratorium: Ertapenem 20 - 40
Terdapat salah satu dari mg/kg/hari IV
kriteria laboratorium
(leukopenia/leukositosis;
kultur positif dari aspirasi
trakhea/ cairan pleura)
Pedoman Penggunaan Antibiotik Divisi Neonatologi
Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM
Patogen yang
Lama Perhatian/
Diagnosis Klinis Paling Sering Antibiotik dan Dosis
Pemberian Keterangan
Ditemukan
Seftriakson 100 mg/kg/hari IV
dibagi 2 dosis
Neonatus: IM, IV
Diagnosis Usia ≤ 7 hari: 50 mg/kg/kali tiap
pasti 24 jam
Streptococcus
ditegakkan Usia > 7 hari: 14 hari
Meningitis pneumoniae
dari analisis ≤ 2000 g: 50 mg/kg/kali tiap 24
bakterialis
rutin dan jam
kultur cairan > 2000 g: 50-75 mg/kg/kali
serebrospinal tiap 24 jam
(Dosis Maksimum Anak: 1 g/hari)
Haemophilus
influenzae
Seftriakson 100 mg/kg/hari IV
6-8 minggu
dibagi 2 dosis, DAN
Abses otak Metronidazol dosis inisial 15
mg/kg IV, dilanjutkan dengan 7,5 6-8 minggu
mg/kg/kali IV tiap 8 jam
Epilepsi Seftriakson 100 mg/kg/hari IV
14 hari
subdural dibagi 2 dosis
Kejang demam Sefotaksim 50 mg/kg/hari, saran 5 hari
dan infeksi konsul divisi IPT
diluar susunan
saraf pusat
Pedoman Penggunaan Antibiotik Divisi Emergency Rawat Intensif Anak
Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM
Patogen yang
Lama Perhatian/
Diagnosis Klinis Paling Sering Antibiotik dan Dosis
Pemberian Keterangan
Ditemukan
Amoksisilin 90 mg/kg/hari PO dibagi 2
10 hari
dosis
Ampisilin 150-200 mg/kg/hari IV dibagi 4
dosis
Streptococcus
pneumoniae
Resisten golongan Penisilin: Seftriakson
100 mg/kg/hari IV dibagi 2 dosis
Streptococcus Ampisilin 200 mg/kg/hari IV dibagi 4
Pneumonia group A dosis
Komunitas
(CAP) rawat Staphylococcus Sefazolin 150 mg/kg/hari IV dibagi 3 dosis
jalan aureus,
methicillin
CAP
susceptible
Staphylococcus Vankomisin 40-60 mg/kg/hari IV dibagi 3-
aureus, 4 dosis
methicillin
resistant
Haemophyllus Ampisilin 150-200 mg/kg/hari IV dibagi 4
influenza dosis
Pneumonia
Komunitas
(CAP) rawat Ampisilin 150-200 mg/kg/hari IV dibagi 4
inap, imunisasi dosis
lengkap,
resistensi
terhadap
penisilin
minimal
Pneumonia
Komunitas
(CAP) rawat
inap, imunisasi
Seftriakson 50-100 mg/kg/hari IV dibagi 2
tidak lengkap,
dosis
resistensi
terhadap
penisilin
signifikan
Pedoman Penggunaan Antibiotik Divisi Respirologi
Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM
Patogen yang
Lama Perhatian/
Diagnosis Klinis Paling Sering Antibiotik dan Dosis
Pemberian Keterangan
Ditemukan
Pneumonia Pseudomonas
Seftazidim 25 mg/kg/hari IV dibagi 3 Awitan dini (< 5 hari),
nosokomial aeruginosa
HAP dosis belum dapat
(HAP) rawat
antibiotik sebelumnya
inap non ICU
Staphylococcus Sefuroksim 150 mg/kg/hari IV dibagi 3
aureus dosis
Enterobacteriacea Sefotaksim 150 mg/kg/hari IV dibagi 3
Awitan dini (< 5 hari),
e dosis
sudah dapat
antibiotik sebelumnya
Haemophilus spp Seftriakson 50-100 mg/kg/hari IV
dibagi 2 dosis
Streptococcus spp Piperasilin tazobactam 80-100
mg/kg/hari IV dibagi 3 dosis
Mycoplasma
Azitromisin 10 mg/kg/hari PO pada
Pneumon pneumoniae,
hari pertama, 5 mg/kg//hari PO pada 5 hari
ia atipik Chlamydophila
hari kedua sampai kelima
pneumoniae
Streptococcus
Protracte
pneumonia,
d
Haemophilus Amoksisilin klavulanat 40 mg/kg/hari
bacterial 14 hari
influenza, PO dibagi 2 dosis
bronchiti
Moraxella
s
catarrhalis
Faringitis Streptococcus beta Amoksisilin 50 mg/kg/hari PO dibagi 1-
10 hari
streptoco hemoliticus group 2 dosis
6 hari
ccal A Alergi penisilin: Azitromisin 12
mg/kg/hari PO
Streptococcus
pneumonia,
Haemophilus
Rinosinu
influenza, Amoksisilin klavulanat 45 mg/kg/hari
sitis 10-14 hari
Moraxella PO dibagi 2 dosis
bakterial
catarrhalis,
Staphylococcus
aureus
Prof Hingky: Untuk skin abses, apa diganti dengan skin and soft tissues infectious-Abscess-purulent cellulitis: first line clindamycin
, untuk severe:vancomycin
PENUTUP
Direktur Utama,
Ttd.
42
DAFTAR PUSTAKA
Centers for Disease Control and Prevention Guidelines for Preventing Healthcare-
Associated Pneumonia, 2003, tersedia di
http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/rr5303a1.htm
Daley, Andrew et all […]. Neonatal Pharmacopoeia 2nd Edition. The Royal Women
Hospital, Melbourne. 2005
Gleason, Christine A. Devaskar, Sheruin U. Avery’s disease of the newborn 9th
Edition. Philadelphia. 2012. p: 538-50
Guidelines for the management of hospital-acquired, ventilator-associated and
healthcare-associated pneumonia. Joint statement the American Thoracic Society
and the Infectious Diseases Society of America. Am J Respir Crit Care Med 2005,
171:388-416.
Isaacs, David. Moxon, E.Richard. Hand book of neonatal Infections a practical
guide. London. 1999. p: 123-49
Kemp, Christine A et all […]. Paediatric pharmacopoeia pocket prescriber 1st
Edition. Royal Children Hospital. Parkville. 2005
Loho, Tonny. Astrawinata, Dalima A W. Peta bakteri dan kepekaan terhadap
antibiotik RSUPN Cipto Mangunkusumo Januari-Juni 2012. Jakarta. 2012.
Sastroasmoro S. Panduan pelayanan medis departemen ilmu kesehatan anak
rumah sakit umum rujukan nasional dokter cipto mangunkusumo. 2007.
Shann, Frank. Drug doses 15th Edition. Intensive Care Unit Royal Children
Hospital Parkville, Victoria. 2010
Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku ajar infeksi dan
pediatri tropis. Jakarta: IDAI; 2010.
Takemoto, Carol, K., Hodding, Jane, H., dan Kraus, Donna, M. Pediatric Dosage
Handbook 2010-2011.
WHO. Health Topics: Meningitis. WHO. 2012. Tersedia di
http://www.who.int/topics/meningitis/en/
43
Lampiran Peraturan Direktur Utama
RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo
Nomor : HK.02.03/4.2/20824/2022
Tanggal : 04 Juli 2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
PENUTUP
Direktur Utama,
Ttd.
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini, resistensi antibiotik terjadi di tiap negara, dengan mikroba yang
paling umum mengalami resistensi meliputi: K.pneumoniae, E.coli, dan
S.aureus. Resistensi juga terjadi pada kasus tuberkulosis, HIV, malaria, dan
influenza di berbagai belahan dunia. Setiap tahunnya, infeksi dengan resistensi
antibiotik memakan biaya yang cukup besar yaitu lebih dari 20 miliar USD,
dengan penggunaan obat yang pada umumnya kurang efektif, lebih mahal, dan
lebih toksik.10,11 Di RSCM FKUI, penggunaan antibiotik yang tidak rasional
memakan anggaran lebih dari 300 juta selama setahun.
Salah satu upaya pengawasan dan pengendalian terhadap resistensi
antimikroba yaitu dengan membuat suatu pedoman antibiotik yang diberikan
oleh dokter di Departemen Medik Ilmu Bedah RSCM – FKUI, sesuai dengan
Global Action Plan on Antimicrobial Resistance WHO, National Action Plan
Antimicrobial Resistance Indonesia 2017-2019, Peraturan Menteri Kesehatan no.
8 tahun 2015 tentang Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah
Sakit.
Kelas III/ tercemar Trauma terbuka yang baru (kurang dari 7 jam setelah
kejadian). Prosedur bedah dengan teknis steril mayor (bedah
jantung terbuka), atau dengan kontaminasi yang signifikan
dari saluran cerna. Luka yang akut, dengan peradangan non
purulen
termasuk dalam kelas ini.
Kelas IV/ kotor Trauma lama (lebih dari 7 jam setelah kejadian) dengan
jaringan non vital dan dengan infeksi klinis yang sudah ada
sebelumnya, atau perforasi viscera. Definisi ini
menganjurkan bahwa organisme yang menyebabkan infeksi
pasca operasi sudah ada pada area operasi sebelum
pembedahan.
KULIT, OTOT
DAN
EKSTREMITAS
Tumor Clean S. Tidak
Jinak epidermidis, dianjurkan
S.aureus
Keganasan Clean S. Sefazolin IV Klindamisin IV 30 – 60 menit
epidermidis, atau sebelum
S.aureus Siprofloksasin operasi
IV 10 mg/kgBB
diberikan 1-2
jam sebelum
operasi
GASTRO-
INTESTINAL
Membuka Clean S. Tidak
intraabdomen, epidermidis, dianjurkan
namun tidak S.aureus
membuka
lumen saluran
cerna
Keganasan Clean S. Sefazolin IV Klindamisin IV 30 – 60 menit
dengan epidermidis, atau sebelum
membuka S.aureus Siprofloksasin operasi.
intraabdomen, IV 10 mg/kgBB
namun tidak diberikan 1-2
membuka jam sebelum
lumen saluran operasi
cerna
Endoskopi Clean Basil gram- Tidak
(anuskopi, negative, dianjurkan
rektoskopi) enterococci,
Biopsi hisap anaerob
Saluran Cerna Clean- Basil gram- Sefazolin IV Klindamisin IV 30 – 60 menit
Atas (esofagus contami negative, atau atau sebelum
sampai nated gram- Seftriakson Siprofloksasin operasi
duodenum) positive IV IV 10 mg/kgBB
cocci diberikan 1-2
jam sebelum
operasi DAN
Gentamisin IV
Yeyunum dan Clean- Basil gram- Sefazolin IV Klindamisin IV 30 – 60 menit
ileum contami negative, atau atau sebelum
n ated gram- Seftriakson Siprofloksasin operasi
positive IV IV 10 mg/kgBB
cocci diberikan 1-2
jam sebelum
operasi DAN
Gentamisin IV
Saluran Cerna Clean- Basil gram- Sefazolin IV Klindamisin IV 30 – 60 menit
Bawah contami negative, DAN atau sebelum
(Kolorektal) n ated enterococci, Metronidazol Siprofloksasin operasi
anaerob IV IV 10 mg/kgBB Seluruh
atau diberikan 1-2 pasien dengan
Seftriakson jam sebelum membuka
IV operasi DAN lumen
DAN Gentamisin IV kolorektal, 1
Metronidazol hari sebelum
IV operasi
dilakukan
persiapan
kolon
mekanik
(maksimal 4-6
jam sebelum
operasi) dan
pemberian
antibiotik
eritromisin
atau
metronidazole
oral yang
diberikan 1
hari sebelum
operasi.
Apendisitis Clean- Basil gram- Sefazolin IV Klindamisin IV 30 – 60 menit
akut contami negative, atau atau sebelum
nonkomplikata n ated enterococci, Seftriakson Siprofloksasin operasi.
anaerob IV IV 10 mg/kgBB
diberikan 1-2
jam
sebelum
operasi
DAN
Gentamisin IV
Traktus bilier Clean- Basil gram Sefazolin IV Klindamisin IV 30 – 60 menit
contami negatif, DAN atau sebelum
n ated enterococci, Metronidazol Siprofloksasin operasi.
clostridia IV IV 10 mg/kgBB
atau diberikan 1-2 Jika pasien
Seftriakson jam sebelum sudah
IV operasi DAN terdapat
DAN Gentamisin IV kolangitis
Metronidazol atau
IV kolesistitis
preoperatif,
maka
antibiotik
diberikan
sesuai terapi
empirik
preoperasi
GENITO-
URINARIA
Tidak membuka Clean Basil gram Tidak Jika pasien
saluran kemih positif dianjurkan sudah
terdapat
infeksi
saluran kemih
preoperatif,
maka
antibiotik
diberikan
sesuai terapi
empirik
Preoperasi
Jika pasien
sudah
terdapat
infeksi
saluran kemih
preoperatif,
maka
antibiotik
diberikan
sesuai
terapi empirik
preoperasi
Membuka Clean- Basil gram Sefazolin IV Klindamisin IV Jika pasca
saluran kemih contami negatif, Dan atau operatif,
dengan n ated anaerob, Metronidazol Siprofloksasin dilakukan
membuka enterococcu IV IV 10 mg/kgBB pemasangan
saluran s atau diberikan 1-2 stent urethra
pencernaan : Seftriakson jam sebelum (kateter urin),
Blader IV operasi DAN maka
augmentatio DAN Gentamisin IV antibiotik IV
n, Metronidazol diteruskan
mitrofanoff IV maksimal 24
Bladder jam pasca
reconstructi operasi,
on kemudian
diberikan
antibiotik
Hypospadia kotrimoksazol
repair dengan oral sampai
buccal graft H+1 aff kateter
urin.
Jika pasien
sudah
terdapat
infeksi
saluran kemih
preoperatif,
maka
antibiotik
diberikan
sesuai terapi
empirik
preoperasi.
Metronidazol dosis
inisial 15 mg/kgBB/kali
IV,
selanjutnya 7.5
mg/kgBB/kali IV tiap 8
jam
KULIT, OTOT
DAN
EKSTREMITAS
Abses S. Ampisillin Komponen ampisillin 25 Maksimal 7
epidermidi s, sulbaktam mg/kgBB/kali IV tiap 6 hari
S.aureus, jam
anaerob Amoksisilin 25 mg/kgBB/kali IV
klavulanat tiap 8 jam
Seftriakson dan Seftriakson 50
Metronidazol mg/kgBB/kali IV tiap
24 jam
Metronidazol dosis
inisial 15 mg/kgBB/kali
IV,
selanjutnya 7.5
mg/kgBB/kali IV tiap 8
jam
GASTRO-
INTESTINAL
HAEC Tanpa Metronidazol Metronidazol dosis Maksimal 7
(Hirschsprung sepsis inisial 15 mg/kgBB/kali hari
Asociated (Clostridiu IV,
Enterocollitis) m difficile) selanjutnya 7.5
mg/kgBB/kali IV tiap 8
jam
Dengan Meropenem IV Maksimal 7
sepsis (Basil dan amikasin hari dan
gram IV dilanjutkan
negative, dengan
enterococ ci, Jika alergi deeskalasi
Clostridiu penisilin:
m difficile) Siprofloksasin
IV
Metronidazol dosis
Dengan sepsis inisial 15 mg/kgBB/kali
dapat diberikan IV,
Meropenem IV selanjutnya 7.5
dan Amikasin mg/kgBB/kali IV tiap 8
IV jam
Abses hati Staphyloc Seftriakson dan Seftriakson 50 2 – 6 minggu
occus, Metronidazol mg/kgBB/kali IV tiap
streptococ ci, 12 jam *perlu ada
anaerobes biakan abses
, E.coli, Metronidazol dosis
klebsiella, inisial 15 mg/kgBB/kali
enterobact IV,
er, selanjutnya 7.5
Entamoeb mg/kgBB/kali IV tiap 8
a histolytica jam
Ampisillin Komponen ampisillin 50
sulbaktam - 100 mg/kgBB/kali IV
tiap 6 jam
Kolangitis dan Basil gram Sefoperazon Komponen Sefoperazon 7 – 10 hari
kolesistitis negatif, Sulbaktam 25 – 50 mg/kgBB/kali
enterococ IV
ci, clostridia tiap 12 jam
GENITO-
URINARIA
Pielonefritis E.coli, Seftriakson Neonatus: Maksimal 7
akut acinetoba 50-75 mg/kgBB/kali IV hari
cter sp, tiap 24 jam
Proteus sp.
Anak (≥ 4 minggu):
50-75 mg/kgBB/kali
IM/IV
tiap 12 jam
(Dosis Maksimum: 2
gram/dosis pemberian)
Gentamisin 2,5 mg/kgBB/kali IV
tiap 8 jam
Infeksi saluran E.coli, Kotrimoksazol Komponen 5 – 7 hari
kemih acinetoba Trimetrophime 6 – 12
nonkomplikata cter sp, mg/kgBB/hari, tiap
Proteus sp., 12 jam
anaerobes Amoksisilin Komponen Amoksisilin
Klavulanat 20
– 40 mg/kgBB/hari,
tiap 8 jam
Sefaleksin/Sefa
droksil
Contaminated E.coli, Seftriakson dan Seftriakson 50 7 – 14 hari
dan acinetoba Metronidazol mg/kgBB/kali IV tiap
dirty surgery cter sp, 24 jam
Proteus sp.,
anaerobes Metronidazol dosis
inisial 15 mg/kgBB/kali
IV,
selanjutnya 7.5
mg/kgBB/kali IV tiap 8
jam
SEPSIS* Sesuai PPAB
dari IKA
Komunitas Sefotaksim 50 mg/kg/ kali IV tiap 7 – 14 hari
6 jam
Seftriakson 50 mg/kg/ kali IV tiap
12 jam
Ampisilin dan Ampisilin 50
Gentamisin mg/kg/kali IV tiap 6
jam
Gentamisin :
1 minggu-10 tahun:
dosis inisial 8 mg/kg IV,
selanjutnya 6
mg/kg/kali IV tiap 24
jam
> 10 tahun: dosis inisial
7 mg/kg IV, selanjutnya
5 mg/kg/kali IV tiap 24
jam
Nosokomial Ceftazidim 50 mg/kg/kali IV tiap 6 7 – 14 hari
jam
Meropenem 40 mg/kg/kali IV tiap 8
jam
SEPSIS
NEONATORUM
Sepsis Group B Ringan : 7 – 14 hari
Neonatorum Streptococ Ampisilin dan
Awitan Dini (< cus, E.coli Gentamisin
72 jam terkait Berat :
dengan infeksi Ampisilin
vertikal/matern sulbaktam dan
al genital tract) Gentamisin
Sepsis K. Komunitas Dosis sesuai neonatal
Neonatorum Penumoni tanpa pharmacope
Awitan Lambat ae, A. meningitis
(> 72 jam baumanii, S. :
terkait dengan epidermidi s Ampisilin
infeksi sulbaktam dan
nosokomial/ Gentamisin
HAI) Komunitas
dengan
meningitis :
Ampisilin
sulbaktam
Gentamisin dan
Sefotaksim
VAP, HAP, UTI :
Seftazidim
SSI, IAD :
Sefosulbaktam
dan Amikasin
CLABSI :
Meropenem
Ampisilin-sulbaktam IV
1,5 g
2 Saluran cerna Escherichia Gentamisin IV 3 mg/kgBB 30 – 60
bagian bawah coli DAN Metronidazol IV 500 menit
(ileum, appendiks, mg sebelum
colon, rektum, operasi.
anus) atau
Ampisilin-sulbaktam IV
1,5 g
3 HPB (hepato, Escherichia Gentamisin IV 3 mg/kgBB 30 – 60
pankreas, bilier) coli DAN Metronidazol IV 500 menit
mg sebelum
operasi.
atau
Ampisilin-sulbaktam IV
1,5 g
4 Splenektomi Tidak dianjurkan 30 – 60
menit
Jika ada trauma: sebelum
Gentamisin IV 3 mg/kgBB operasi.
DAN Metronidazol IV 500
mg
5 Hernia elektif Sefazolin IV1 g 30 – 60
dengan MESH menit
Jika alergi, diganti sebelum
Sefuroksim IV 1,5 g operasi.
atau
Meropenem IV
3x1g
2 HPB (hepato, pankreas, Escherichia Amikasin IV 5 hari
bilier) coli 1x1000 mg DAN
Saluran cerna bagian atas Metronidazol IV
(esofagus, gaster, 1x1500 mg
duodenum, yeyenum)
Jika
3 Saluran cerna bagian kontraindikasi:
bawah (ileum, appendiks, Siprofloksasin IV
colon, rektum, anus) 2 x 400 mg DAN
Metronidazol IV
1x1500 mg
atau
Meropenem IV
3x1g
2.5.3 DIVISI BEDAH PLASTIK
DILANJUTKAN
DENGAN
Amoksisilin + Asam
klavulanat oral, Dosis
sesuai dengan dosis Selama 5
Amoksisilin hari
Anak:
3 x (10-25 mg/kg )
Dewasa:
3 x 625 mg
DILANJUTKAN
DENGAN
Amoksisilin + Asam
klavulanat oral, Dosis 10-14 hari
sesuai dengan dosis
Amoksisilin
Anak:
3 x (10-25 mg/kg)
Dewasa:
3 x 625 mg
3 Fraktur tercemar Bacteroides,E Ampisillin Sulbaktam Ampisillin
tulang sc herichia IV Anak: 25-50 Sulbaktam
wajah coli, mg/kg IV dapat
Klebsiella, Dewasa: 1,5 g diulang
Serratia,Prote setiap 6
us, atau jam
Staphylococc durante
usdan operasi
Streptococcus
Amoksisilin + Asam Amosisilin
klavulanat IV, Dosis + Asam
sesuai dengan dosis klavulanat
Amoksisi lin IV dapat
Anak: 10-25 mg/kg diulang
Dewasa: 1 g setiap 8
jam
durante
operasi.
Selama 5-
7 hari
5 Operasi tercemar Bacteroides,E Amoksisilin + Asam 7 hari
head and sc herichia klavulanat IV, Dosis
neck coli, sesuai dengan dosis
melibatka Klebsiella, Amoksisilin
n Serratia,Prote Anak: 10-25 mg/kg
transmuc us, Dewasa: 3x 1 g
osal Staphylococc
us, dan
Streptococcus
ATAU
Ampisillin Sulbaktam
IV Anak: 25-50
mg/kg
Dewasa: 4 x 1,5 g
6 Hipospadi tercemar Staphylococc Amoksisilin + Asam 7 hari
a us klavulanat oral, Dosis
epidermidis, sesuai dengan dosis
Staphylococc Amoksisilin
us aureus, Anak:
dan 3 x (10-25 mg/kg )
Escherichia Dewasa:
coli 3 x 625 mg
Tambahan
Diagnosa Klinis yang membutuhkan antibiotik lebih dari 10 hari:
1. Degloving (open dan closed)
2. Avulsi/ crush injury
3. Cleft palate
4. Fraktur tulang wajah dengan pemasangan ORIF
5. Wound dehisence
Dilanjutkan
dengan:
amoksisilin-
klavulanat
3x625 mg
(peroral)
selama + 7 hari
Atau
Klindamisin
3x300 mg
peroral selama
+ 7 hari
2 Operasi tumor Staphylococcu Ceftriaxon (iv) 2 Sampai ada
jaringan lunak s epidermidis x 1g hasil kultur
disertai infeksi
sekunder Atau Ampisilin
Sulbactam (iv)
Dewasa: 4 x
1,5g
Atau
Klindamisin
3x300 mg
peroral selama
+7 hari
2 Operasi tumor kulit Staphylococcu Ceftriaxon (iv) 2
disertai infeksi s epidermidis x 1g
sekunder Atau Ampisilin
Sulbactam (iv)
Dewasa: 4 x
1,5g
2.5.5 DIVISI BEDAH TORAKS KARDIOVASKULER
A. Antibiotik Profilaksis Divisi Bedah Toraks Kardiovaskuler
No. Prosedur Jenis Operasi Antibiotik Lama
dan Dosis Pemberian
1 Torakotomi
2 Sternotomi
Sefazolin IV 1
g
Bypass grafting SVC Bersih Sefazolin IV
24-48 jam
syndrome 1g
Sefazolin IV 1
g
3 Servikotomi
Laringo-trakea repair Tercemar Sefazolin IV 24-48 jam
1g
4 VATS (sama Dengan bersih/tercemar Sefazolin IV 24-48 jam
approach torakotomi) 1g
Dengan
atau
Amoksisilin +
Asam
klavulanat IV,
Dosis sesuai
dengan dosis
Amosisilin
Anak:
10-25 mg/kg
Dewasa: 3x 1g
2 fasciitis nekrotikan/ Polimikrobial Ampisillin sampai keluar
mediastinitis sulbaktam IV hasil kultur
pro servikotomi dan 4 x 1,5 g (lihat pada
sternotomi algoritma)
Apabila luka
klinis, luka
baik, lab
(leukosit
normal)
sambil
menunggu
tutup defek
plastik tidak
perlu
antibiotik.
Algoritma fasciitis nekrotikans/mediastinitis pro servikotomi dan
sternotomi
Pertahankan ETT
Perawatan Luka (Madu atau NPWT)
Evaluasi Klinis, Hemodinamik, Laboratorium
Bila hasil kultur jaringan keluar ganti antibiotik yang sesuai
Antibiotik Stop
PENUTUP
Direktur Utama,
Ttd.
BAB I
PENDAHULUAN
Nama Nama
Patogen Dosis
Penyakit antibiotik
Staphylococcus
Aerius dan Asam Fusidat 2-4 kali sehari
Impetigo
Streptokokkus 2% topikal selama 7 hari
Grup A
Dewasa: 3 x 625 mg PO
selama 7 hari
Amoksisilin/
Anak: 25 mg/kgbb/hari PO
Asam Klavulanat
terbagi dalam 3 dosis
selama 7 hari
Dewasa: 2x 500 mg PO
selama 7 hari
Cefadroxil Anak: 30 mg/kgbb/ hari PO
Impetigo, Methicillin- terbagi dalam 2 dosis
Ektimaa, sensitive S. selama 7 hari
Folikulitis Aureus (MSSA) Dewasa: 3 – 4 x 300-450 mg
PO selama 7 hari
Klindamisin
Anak: 20-30 mg/kgbb/hari
PO terbagi dalam 3 dosis
Dewasa: 4 x 250-500mg PO
selama 7 hari
Eritromisinb
Anak: 30-50 mg/kgbb/hari
PO terbagi dalam 3-4 dosis
selama 7 hari
Dewasa: 4 x 300-450 mg PO
selama 7 hari
Klindamisin Anak: 20-40mg/ kgbb / hari
PO terbagi dalam 3-4 dosis
selama 7 hari
Dewasa: 2 x 160/800 mg
Impetigo, Methicillin- selama 7 hari
Trimetoprim-
Ektimaa, resistant S. Anak: 8 – 12 mg/kg /hari PO
sulfametoxazol
Folikulitis aureus (MRSA) terbagi dalam 2 dosis
selama 7 hari
Dewasa: 2 x 100 mg
selama 7 hari
Doksisiklin Anak : 2 mg/kgbb/ dosis PO
dua kali sehari
(max 100mg/dosis)
selama 7 hari
Hanya untuk usia 8 tahun ke
atas (13,17,18)
Dewasa: 3 x 625 mg
PO selama 10 hari
Amoksisilin/
Anak: 25 mg/kg/hari PO
asam klavulanat
terbagi dalam 3 dosis
Impetigo,
selama 10 hari
Ektimaa, Streptococcus
Dewasa: 3 – 4 x
Folikulitis Grup A
300-450 mg PO
Klindamisin selama 10 hari
Anak: 20-30 mg/kgbb/hari
PO terbagi dalam 3 dosis
selama 10 hari
Impetigo, Dewasa: 4 x 250-500mg PO
Streptococcus
Ektimaa, Eritromisinb
Grup A selama 10 hari
Folikulitis
Anak: 30-50 mg/kgbb/hari
PO terbagi dalam 3-4 dosis
selama 10 hari
Nama
Patogen Nama antibiotik Dosis
Penyakit
Insisi dan drainase
Furunkel dan
Staphylococcus dilanjutkan dengan
Karbunkel
aerius Topikal Asam 2-4 kali sehari
ringan
Fusidat 2% selama 7 hari
Insisi dan drainase
dilanjutkan dengan
Dewasa: 3 x 625 mg PO
Amoksisilin/ selama 7 -14 hari
asam klavulanat Anak: 25 mg/kg /hari
PO terbagi dalam 3 dosis
selama 7-14 hari
Dewasa: 2x 500 mg PO
selama 7-14 hari
Furunkel
Anak: 30 mg/kgbb/ hari
dan Staphylococcus Cefadroxil
PO terbagi dalam 2 dosis
Karbunkel aureus
PO selama 7-14 hari
dengan
Dewasa: 3 – 4 x 300-450
penyulitc
mg PO selama 7-14 hari
Klindamisin Anak: 20-30 mg/kgbb /hari
PO terbagi dalam 3 dosis
selama 7-14 hari
Dewasa: 4 x 250-500mg
PO selama 7-14 hari
Eritromisinb Anak: 30-50 mg/kgbb /hari
PO terbagi dalam 3-4
dosis selama 7-14 hari
Furunkel
Anak: 50-100 mg/
dan Methicillin-
kgbb/hari terbagi dalam
Karbunkel sensitive S. Cefazolin IV
3 dosis (max 3 g/ hari)
yang luas Aureus (MSSA)
selama 7-14 hari
dan beratd
Nama
Patogen Nama antibiotik Dosis
Penyakit
Dewasa: 15-20 mg/kg
Furunkel
terbagi 2 – 3 kali sehari
dan Methicillin- Vankomisin IV selama 7 – 14 hari
Karbunkel resistant S.
yang luas aureus (MRSA) Anak: 40 mg/kg/ hari
dan berat terbagi dalam 4 dosis
selama 7–14 hari
setiap 6 jam
Selulitis dan Erisipelas adalah infeksi bakteri nonpurulen akut dari dermis yang
disebabkan oleh grup A Streptococcus-Hemolyticus. Tetapi bisa juga disebabkan
oleh Streptococcus grup B, grup C, grup G.
Derajat ringan-beratnya kasus infeksi kulit dan jaringan lunak secara umum,
termasuk erisipelas, dapat menggunakan klasifikasi karakteristik pasien oleh
Eron et al:
1. Afebris dan sehat
2. Demam dan kondisi umum tidak baik tapi tanpa penyakit komorbid yang
tidak stabil, atau keadaan umum baik namun terdapat penyakit komorbid
yang tidak terkontrol.
3. Toxic appearance atau terdapat risiko amputasi pada ekstremitas.
4. SIRS atau terdapat infeksi yang mengancam jiwa seperti fasiitis
nekrotikans. (Kriteria SIRS: Suhu tubuh >38oC atau <36oC, Nadi> 90
kali/menit, Laju nafas >20 kali/menit, Leukositosis> 12.000/ul atau
<4000/ ul).
Apabila pasien dengan erisipelas berat atau sudah terdapat gejala umum, maka
pasien harus diberikan antibiotik parenteral.
Nama
Patogen Nama antibiotik Dosis
Penyakit
Dewasa: 3 x 500 mg PO
selama 7-10hari
Paling sering Anak: 25-50
Amoksisilin
Streptococcus 𝛽- mg/kgbb/hari dibagi
Hemolyticus. dalam 3 dosis
Erisipelas Dapat pula: selama 7-10 hari
Ringana Streptococcus Dewasa: 4 x 250-500mg
grup A, grup C, PO selama 7-10 hari
grup G. Anak: 30-50
Eritromisin
mg/kgbb/hari PO
terbagi dalam 3-4 dosis
selama 7-10 hari
Dewasa: 1 – 2 x
Paling sering 1 – 2 gram
Streptococcus 𝛽- Selama 7-10 hari
Erisipelas Hemolyticus. Anak <45 kg:
Sedang- Dapat pula: Seftriakson IV 50 mg/kgbb/hari terbagi
beratb Streptococcus dalam 1 kali dosis
grup A, grup C, Selama 7-10 hari
grup G Anak >45 kg:
1 – 2 x 1-2 gram IV
a: Tidak terdapat gejala umum
b: terdapat gejala umum; erisipelas bulosa; erisipelas hemoragik
Nama
Patogen Nama antibiotik Dosis
Penyakit
Dewasa: 3 x 625 mg PO
selama 7-10 hari
Amoksisilin /
Anak: 25-50
Asam Klavulanat
mg/kgbb/hari PO terbagi
dalam 3 dosis
selama 7-10 hari
Dewasa: 2x 500 mg PO
selama 7-10 hari
Anak: 10 mg/kg/dosis PO
Linezolid (IA) diberikan 3 dosis
(dosis maksimum: 600
mg/dosis)
selama 7-10 hari
Nama
Patogen Nama antibiotik Dosis
Penyakit
Dewasa: 600-900 mg
setiap 8 jam selama 10
Streptokokus Klindamisin IV hari
Dewasa: 1 – 2 x 1 – 2
gram
Selama 10 hari
selama 10 hari
Streptokokus
Anak >45 kg:
dan MRSA
1 – 2 x 1-2 gram IV
Dewasa: 2 x 600 mg IV
selama 10 hari
Anak: 10 mg/kg/dosis IV
Linezolid IV (1A)
diberikan 3 dosis
selama 10 hari
Vankomisin
IV(1A)
Anak: 40 mg/kg/ hari
IV terbagi dalam 4 dosis
selama 10 hari
Nama
Patogen Nama antibiotik Dosis
Penyakit
Vankomisin
Vankomisin
Piperasilin-tazobaktam
Sindrom Syok Toksik (SST) adalah respons inflamasi yang ditandai dengan
demam, hipotensi, ruam pada kulit. Keterlibatan multiorgan menunjukkan
beratnya penyakit yang diperantarai oleh superantigen. 27
Secara klinis, SST ini dibagi menjadi dua, yaitu:
1. SST stafilokokal
Kondisi ini paling sering disebabkan oleh superantigen toksin SST-1, selain
itu juga stafilokokal enterotoksin B, enterotoksin C. Kondisi ini juga biasanya
berhubungan dengan luka setelah pembedahan, sinusitis, osteomielitis,
influenza, penggunaan narko ba suntik (penasun), luka bakar, dan infeksi
ginekologi (terutama masa postpartum).27
Kriteria SST stafilokokal menurut CDC 27
Kriteria mayor Keterlibatan multiorgan Hasil tes normal
(harus semua terpenuhi) (minimal 3 atau lebih)
- Demam >38.9 C o - Gastrointestinal: - Kultur darah,
- Ruam makular muntah atau diare tenggorokan, atau
eritroderma difus - Otot: mialgia berat atau cairan SSP
- Deskuamasi 1 – 2 minggu kadar kreatinin kinase - Peningkatan kadar
setelah onset dari penyakit, dua kali normal antibodi untuk
terutama di telapak tangan - Mukosa: hiperemis pada Rocky Mountain
dan kaki konjungtiva, orofaring spotted fever,
- Hipotensi, dengan atau vagina leptospirosis, atau
tekanan sistolik <95 mm - Renal: kadar BUN dan campak
Hg untuk dewasa atau < 5 kreatinin dua kali
tahun persentil untuk normal, atau kadar
anak < 16 tahun, atau leukosit >5 LPB
sinkop ortostatik - Hepar: Kadar SGPT,
SGOT, dan bilirubin total
dua kali nilai normal
Hematologi: Kadar
trombosit <
100.000/mm3
- Neurologi: disorientasi
atau perubahan
kesadaran tanpa defisit
neurologis fokal ketika
tidak disertai demam
atau hipotensi
2. SST streptokokal
Penyakit ini paling sering disebabkan oleh Streptococcal pyrogenic exotoxin
A (SPEA), selain itu juga bisa disebabkan Streptococcal pyrogenic exotoxin B
(SPEB), Streptococcal pyrogenic exotoxin C (SPEC), dan selain dari
streptokokus grup A. kondisi ini juga biasanya berhubungan dengan luka,
paska infeksi cacar atau influenza A.27
Nama
Nama antibiotik Dosis
Penyakit Patogen
SST Stafilokokal: Ampisilin Sulbaktam
superantigen Dewasa: 1.5 – 3 gram IV
toksin SST-1, 4 kali sehari (maks. 12
Sindrom selain itu juga gram sehari)
Syok Toksik stafilokokal Ampisilin Sulbaktam
Stafilokokal enterotoksin B, Anak (di atas usia 1
Ampisilin
enterotoksin C tahun):
Sulbaktam IV
& < 40 kg:
dan
SST Streptokokal: 200mg/kgbb/hari IV
Klindamisin PO
Sindrom Syok Streptococcal terbagi 4 dosis
Toksik pyrogenic exotoxin > 40 kg: 1.5 – 3 gram IV
Streptokokal A (SPEA), selain 4 kali sehari (maks 12
itu juga bisa gram sehari)
disebabkan Klindamisin
Streptococcal Dewasa: 4 x 300-450 mg
pyrogenic exotoxin PO
B (SPEB), Klindamisin
Streptococcal Anak: 20-
pyrogenic exotoxin 40mg/kgbb/hari PO
C (SPEC), dan terbagi dalam 3-4 dosis
selain dari Gentamisin
streptokokus Dewasa : 3-5
grup A mg/kgbb/hari IV terbagi
dalam 3 – 4 dosis
Gentamisin
Anak: 2-2.5 mg/kgbb IV
Gentamisin IV dan setiap 8 jam
Klindamisin PO Klindamisin
Dewasa: 4 x 300-450 mg
PO
Klindamisin
Anak: 20-40mg / kgbb
/ hari PO terbagi dalam
3-4 dosis
5) Hidradenitis Supuratif
1. Lesi tipikal (1 atau Nodul nyeri dan dalam, abses, draining sinuses,
lebih) double-open-comedo, jembatan jaringan
Stadium III Abses rekuren, skar difus, dan sinus yang menyambung
satu dengan yang lain dengan kulit normal yang minimal
atau bahkan tidak ada kulit normal
Nama
Patogen Nama antibiotik Dosis
Penyakit
Lini Pertama:
Topikal 2 x sehari
Klindamisin 1% selama 12 minggu
Hidradenitis losion
Supuratif
Lini Alternatif :
dan Rifampin
Rifampin 10 mg/kgbb/hari PO
Nama Nama
Patogen Dosis
Penyakit antibiotik
Dewasa:
Parenteral: 3 x 600 –
900 mg IV
selama 7 – 14 hari
Anak:
Klindamisina
Oral: 20-30
mg/kgbb/hari terbagi 4
Exfoliatin toxin A dosis
Staphylococal dan B (ETA dan
ETB) yang Parenteral: 10 – 13
Scalded-Skin mg/kgbb/dosis IV
Syndrome dihasilkan oleh
strain S.aureus diberikan 3 dosis
tertentu selama 7 – 14 hari
(SSSS)
Dewasa: 2 g/hari
Anak: 75 mg/kgBB IV
satu kali sehari
selama 7 – 14 hari
7) Tuberkulosis Kutis29,30
Diberikan dalam jangka waktu yang cukup dalam 2 tahap, yaitu: tahap awal
(intensif) selama dua bulan dan tahap lanjutan selama minimal 7 bulan.
Durasi total pengobatan (tahap intensif + tahap lanjutan) 9 bulan ATAU 2
bulan setelah lesi kulit menyembuh dengan minimal terapi selama 9 bulan.13
Sedangkan pada anak dapat sampai 12 bulan 36,37
Regimen Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dewasa: 2HRZE (intensif) / 7(HR)3
(lanjutan)
Rifampisin 300
mg/bulan PO diberikan
sebanyak 12 dosis yang
diselesaikan dalam 12 –
Kusta tipe
18 bulan
multibasilar
Dan
(MB)
Dapson 25 mg/hari PO
selama 12 – 18 bulan
Catatan: Untuk
Dan
kusta tipe MB, Anak 5-9
Klofazimin 100 -
rejimen terapi tahun
mg/bulan PO diberikan
diselesaikan
sebanyak 12 dosis yang
dalam 12
diselesaikan dalam 12 –
bulan,
18 bulan
maksimal 18
Dan
bulan
Klofazimin 50 mg dua
kali seminggu yang
diselesaikan dalam 12 –
18 bulan
Rifampisin
10-15 mg/kg/bulan PO
diberikan sebanyak 12
dosis yang diselesaikan
dalam 12 – 18 bulan
Dan
Dapson 1-2 mg/kg/hari
PO selama 12 – 18
bulan
Anak < 5
Dan
tahun
Klofazimin 6
mg/kg/bulan PO
diberikan sebanyak 12
dosis yang diselesaikan
dalam 12 – 18 bulan
Dan
Klofazimin 1 mg/kg/hari
PO setiap hari
selama 12 – 18 bulan(43)
1) Akne vulgaris
Nama
Patogen Nama antibiotik Dosis
Penyakit
Dewasa dan ibu hamil:
Lini Pertama:
2.4 juta unit IM dosis
Penilisin G Benzatin
tunggal
Dewasa dan ibu hamil:
Lini Alternatif:
1,2 juta unit IM selama
Penisilin G Prokain
10 - 14 hari
Sifilis Dewasa: 2 x 100 mg PO
Lini Alternatif:
Stadium dini selama 14 hari (tidak
Treponema Doksisiklin
untuk perempuan hamil)
pallidum
(Sifilis primer Dewasa dan ibu hamil:
Lini Alternatif:
dan Sifilis 1 x 1 gram IM selama
Seftriakson
sekunder) 10 – 14 hari
Dewasa dan ibu hamil:
Lini Alternatif:
2 gram PO dosis
Azitromisin
tunggal
Lini Alternatif: Ibu hamil: 4 x 500 mg
Eritromisin PO selama 14 hari
Dewasa dan ibu Hamil:
2.4 juta unit IM, 3 dosis
penyuntikan dengan
Lini Pertama: selang pemberian 1
Penilisin G minggu (catatan: durasi
Sifilis Benzatin pemberian setiap dosis
Stadium penisilin G benzatin
Lanjut Treponema tidak boleh lebih dari 2
pallidum minggu)
(Sifilis laten Dewasa dan ibu hamil:
Lini Alternatif:
atau sifilis 1,2 juta unit IM selama
Penisilin G Prokain
tersier) 20 hari
Dewasa: 2 x 100 mg
Lini Alternatif:
PO selama 30 hari
Doksisiklin
(Tidak untuk
perempuan hamil)
100.000 – 150.000
Lini Pertama:
U/KgBB/hr IV
Penisilin benzil akua
selama 10 -15 hari
50.000 U/kgbb/hari
Lini Pertama:
Sifilis Treponema IM
Penisilin prokain
kongenital pallidum selama 10 – 15 hati
50.000 u/kgbb/hari
Lini Alternatif:
IM
Penilisin G
dosis tunggal
Benzatin
(bila obat tersedia)
1) Gonore 12,52,53
Gonore adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria
gonorrhoeae, gram negatif, aerob, bentuk kokus dan ditemukan berpasangan.
Gonore bisa menyebabkan infeksi di kulit dan non-kulit (gonore orofaring,
penyakit radang panggul, disseminated diseasae, dan konjungtivitis).
Nama Nama
Patogen Dosis
Penyakit antibiotik
Sefiksim
Sefiksim
400 mg PO dosis tunggal
dan
Gonore Azitromisin
Azitromisin
1 gram PO dosis tunggal
Infeksi Seftriakson
Seftriakson
genital dan 250 mg IM dosis tunggal
dan
anorektal Azitromisin
Azitromisin
1 gram PO dosis tunggal
Seftriakson
Seftriakson
250 mg IM dosis tunggal
Bakteri Neisseria dan
Azitromisin
gonorrhoeae, gram Azitromisin
Infeksi 1 gram PO dosis tunggal
negatif, aerob, bentuk
gonore Sefiksim
kokus dan ditemukan Sefiksim
orofaring 400 mg PO dosis tunggal
berpasangan dan
Azitromisin
Azitromisin
1 gram PO dosis tunggal
Seftriakson
Seftriakson
500 mg IM dosis tunggal
dan
Infeksi Azitromisin
Azitromisin
gonore 2 gram PO dosis tunggal
setelah gagal Sefiksim
Sefiksim
pengobatan 800 mg PO dosis tunggal
dan
Azitromisin
Azitromisin
2 gram PO dosis tunggal
2) Infeksi Genital Non Spesifik (IGNS) 40,41
Infeksi Genital Non Spesifik adalah Infeksi menular seksual berupa peradangan
di uretra, rektum, atau serviks yang disebabkan oleh kuman non-spesifik.
Penyebab tersering IGNS adalah Chlamydia trachomatis (50%), Ureaplasma
urealyticum, dan Mycoplasma hominis, Trichomonas vaginalis, virus Herpes
simpleks, Gardnerella vaginalis, alergi dan bakteri.
Nama Nama
Patogen Dosis
Penyakit antibiotik
Lini pertama: Dewasa dan ibu hamil: 1
Infeksi
Azitromisin gram PO dosis tunggal
Chlamydia
Lini pertama: Dewasa: 2 x 100 mg PO
trachomatis
Doksisiklin selama 7 hari
Dewasa: 4 x 500 mg PO
Lini selama 7 hari
Infeksi
alternatif: Oftalmia neonatorum:
Mycoplasma
Eritromisin 50mg/kgbb/hari PO dibagi
genital
4 dosis selama 14 hari
(Ureaplasma
Infeksi Lini
urealyticum, Dewasa: 2 x 300 mg PO
Genital alternatif:
dan selama 7 hari
Non Ofloksasin
Mycoplasma
Spesifik Lini
hominis Dewasa: 1 x 500 mg PO
(IGNS) alternatif:
selama 7 hari
Levofloksasin
Infeksi Dewasa: 1 gram PO dosis
Mycoplasma tunggal
genital 1 x 500 mg PO hari pertama
Azitromisin
(Ureaplasma dan
urealyticum, 1 x 250 mg PO hari ke
dan 2–5
Mycoplasma Moksifloksasin Dewasa: 1 x 400 mg selama 7
hominis) – 14 hari
Nama Nama
Patogen Dosis
Penyakit antibiotik
Dewasa: 2 x 500 mg PO
selama 7 hari
Bertambah banyaknya
organisme komensal Dewasa: 2 gram PO dosis
dalam vagina (yaitu Metronidazol tunggal
Bakterial Gardnerella vaginalis,
vaginosis Prevotella, Mobiluncus Ibu hamil: 2 x 500 mg PO
(BV) spp.) serta berkurangnya selama 7 hari
organisme laktobasilus.
Dewasa: 2 x 300 mg PO
Klindamisin
selama 7 hari
4) Trikomoniasis52
Nama Nama
Patogen Dosis
Penyakit antibiotik
Dewasa:
Protozoa 2 gram PO dosis tunggal
urogenital
Metronidazol Dewasa:
Trikomoniasis Trichomonas
vaginalis
2x500 mg PO selama 7
hari
Ulkus molle atau Chancroid adalah infeksi menular seksual akut bentuk ulseratif
yang biasanya berlokasi di area anogenital dan berkaitan dengan adenitis ingunal
atau bubo. Kondisi ini disebabkan oleh bakteri Haemophilus ducreyi, yang
merupakan bakteri kokobasil gram negatif, anaerob fakultatif.
Nama Nama
Patogen Dosis
Penyakit antibiotik
Dewasa: 4 x 500 mg PO
Eritromisin
selama 7 hari
Dewasa: 2 x 100 mg PO
selama 3 minggu
Doksisiklin
(Ibu hamil tidak boleh
L serovars diberikan)
(serologic
Limfogranuloma variants) dari Dewasa: 1 – 1,5 gram PO 1
Venereum Chlamydia Azitromisin kali seminggu
trachomatis
selama 3 minggu
Dewasa: 4 x 500 mg PO
Eritromisin
selama 3 minggu
Nama
Patogen Nama antibiotik Dosis
Penyakit
Anak: 20 mg/kgbb/dosis
Azitromisin
jangka pendek
Dewasa: 1 mg/kgbb/dosis
IV setiap 8 jam
(diberikan bersamaan
Gentamisin dengan azitromisin apabila
tidak ada perbaikan dalam
beberapa hari pertama
terapi azitromisin, pada
pasien HIV dan ibu hamil)
Lini alternatif Dewasa: 2 x 100 mg PO
Doksisiklin selama 21 hari
Definisi Surgical Site Infections (SSIs) atau Infeksi Daerah Operasi (IDO) menurut
Disease Control and Prevention (CDC) adalah infeksi yang berkaitan dengan
prosedur operasi yang terjadi pada dan dekat area insisi dalam jangka waktu 30
hingga 90 hari setelah dilakukan operasi. Kriteria klinis untuk mendefinisikan
IDO, paling tidak terdapat satu dari kriteria berikut:
1. Drainase purulen dari insisi lokasi operasi.
2. Didapatkan isolat organisme dari kultur yang didapat dari cairan atau
jaringan insisi lokasi operasi.
3. Minimal satu dari tanda dan gejala infeksi berikut: nyeri, bengkak,
kemerahan, panas.
4. Diagnosis IDO oleh dokter bedah atau dokter penanggungjawab pasien.
Panduan profilaksis antibiotik untuk mencegah IDO akan dijelaskan pada bab
ini. Ahli bedah dalam memberikan antibiotik profilaksis perlu mengenali
klasifikasi luka bedah terlebih dahulu sehingga dapat menentukan apakah
diperlukan antibiotik profilaksis.59
Pertimbangan
Infection antibiotik profilaksis
Kelas
rate (%) pada operasi
dermatologis.
Nama
Area Patogen Dosis
antibiotik
S. aureus
Kulit Dewasa: 1-2 gram IV
S. pyogenes
S. viridans Sefazolin
Oral atau Anak: 50 mg/kg IV
mukosa Anaerobes
nasal (Max 1 gram)
(peptostreptococcus)
Nama Nama
Patogen Dosis
Penyakit antibiotik
PENUTUP
Direktur Utama,
Ttd.
Kategori
Keamanan
No Antibiotik Keterangan
untuk Ibu
Hamil
Amoksisilin
1 B
Klavulanat
Ampisilin -
2 B
Sulbaktam
Gunakan dengan
kewaspadaan pada
3 Asam Fusidat N* trimester akhir karena
dapat menyebabkan kemik
terus
4 Azithromisin B
5 Cefadroxil B
6 Dapson C
7 Daptomisin B
8 Doksisiklin D
9 Eritromisin B
10 Etambutol C
11 Isoniazid C
12 Klaritomisin C
13 Klindamisin B
14 Klofazimin C
15 Kloksasilin B
16 Linezolid C
17 Lymecycline D
Hindari penggunaan pada
18 Metronidazol B
Trimester pertama
19 Minosiklin D
20 Moksifloksasin C
21 Mupirosin B
22 Ofloksasin C
23 Pirazinamid C
24 Rifampisin C
Kategori
Keamanan
No Antibiotik Keterangan
untuk Ibu
Hamil
25 Sefaleksin B
26 Sefazolin B
Hindari penggunaan pada
Trimester ke-3 karena
27 Seftriakson B meningkatkan insidensi
kernikterus pada bayi baru
lahir
28 Sefuroksim B
29 Streptomisin D
Tinidazol C Hindari penggunaan pada
30 trimester pertama
Trimethoprim–
31 C
Sulfamethoxazole
32 Vankomisin C
Tabel 6. Golongan antibiotik65
DAFTAR PUSTAKA
1. Condon SC, Isada CM, Tomecki KJ. Systemic and Topical Antibiotics. In:
Fitzpatrick’s Dermatology. 9th Edition. New York: McGraw Hill Medical;
2019. p. 3407–22.
2. Petri WA. Penicillins, Cephalosporines, and Other beta-Lactam Antibiotics.
In: Goodman and Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics.
12th ed. New York: McGraw Hill Medical; 2011. p. 1329–49.
3. Djuanda A. Pioderma. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI; 2018. p. 71–7.
4. Kakpovbia E, Feng H, Feng PW, Cohen JM. Antibiotic Prescribing Trends
Among US Dermatologists in Medicare From 2013-2016. J Dermatol Treat.
2019 May 24;1–7.
5. Putra MIH, Suwarto S, Loho T, Abdullah M. Faktor Risiko Methicillin
Resistant Staphylococcus aureus pada Pasien Infeksi Kulit dan Jaringan
Lunak di Ruang Rawat Inap. J Penyakit Dalam Indones. 2017 Jan
25;1(1):3.
6. Fathan H. Pola Resistensi Bakteri Terhadap Antibiotik Pada Akne Vulgaris
Sedang dan Berat di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Dr. CIpto Mangunkusumo Jakarta. Jakarta; 2016.
7. Widyasari I. Perbandingan Efektivitas Terapi Topikal Mupirosin 2% dengan
Asam Fusidat 2% Pada Pasien Pioderma Superfisialis di Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSCM. Jakarta; 2016.
8. Whittles L, White P, Paul J, Didelot X. Epidemiological Trends of Antibiotic
Resistant Gonorrhoea in the United Kingdom. Antibiotics. 2018 Jul
13;7(3):60.
9. Martin I, Sawatzky P, Allen V, Lefebvre B, Hoang L, Naidu P, et al.
Multidrug-resistant and extensively drug-resistant Neisseria gonorrhoeae in
Canada, 2012–2016. Can Commun Dis Rep. 2019 Feb 7;45(2/3):45–53.
10. Hananta IPY, van Dam AP, Bruisten SM, Schim van der Loeff MF, Soebono
H, de Vries HJC. Gonorrhea in Indonesia: High Prevalence of Asymptomatic
Urogenital Gonorrhea but No Circulating Extended Spectrum
Cephalosporins-Resistant Neisseria gonorrhoeae Strains in Jakarta,
Yogyakarta, and Denpasar, Indonesia. Sex Transm Dis. 2016
Oct;43(10):608–16.
11. Prayogo R. Prevalensi Neisseria Gonorrhoeae yang resisten terhadap
Penisilin, Tetrasiklin, Levofloksasin, Sefiksim, dan Seftriakson pada
kelompok risiko tinggi di Jakarta dan berbagai faktor yang berhubungan.
Jakarta; 2019.
12. World Health Organization, Reproductive Health and Research. WHO
guidelines for the treatment of Neisseria gonorrhoeae. [Internet]. 2016 [cited
2019 Jun 5]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK379221/
13. Stevens DL, Bisno AL, Chambers HF, Dellinger EP, Goldstein EJC, Gorbach
SL, et al. Practice Guidelines for the Diagnosis and Management of Skin
and Soft Tissue Infections: 2014 Update by the Infectious Diseases Society
of America. Clin Infect Dis. 2014 Jul 15;59(2):e10–52.
14. Pearson D, Margolis D. Cellulitis and Erysipelas. In: Fitzpatrick’s
Dermatology. 9th ed. New York: McGraw Hill Medical; 2019. p. 2746–56.
15. Spelman D, Baddour LM. Cellulitis and skin abscess: Clinical
manifestations and diagnosis. :21.
16. Lowy FD. Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) in adults:
Treatment of skin and soft tissue infections. :20.
17. Kaplan SL. Suspected Staphylococcus aureus and streptococcal skin and
soft tissue infections in children >28 days: Evaluation and management.
Eval Manag. :27.
18. Miller L. Superficial Cutaneus Infections and Pyodermas. In: Fitzpatrick’s
Dermatology. New York: McGraw Hill Medical; 2019. p. 2719–43.
19. Widaty S, Soebono H, Nilasari H, Listiawan M, Siswati A, Triwahyudi D.
Pioderma. In: Panduan Praktis Klinis. 2016.
20. Ortiz-Lazo E, Arriagada-Egnen C, Poehls C, Concha-Rogazy M. An Update
on the Treatment and Management of Cellulitis. Actas Dermo-Sifiliográficas
Engl Ed. 2019 Mar;110(2):124–30.
21. Sunderkötter C, Becker K. Frequent bacterial skin and soft tissue
infections: diagnostic signs and treatment. JDDG J Dtsch Dermatol Ges.
2015 Jun;13(6):501–26.
22. Spelman D, Baddour LM. Cellulitis and skin abscess in adults: Treatment.
:13.
23. Sartelli M, Guirao X, Hardcastle TC, Kluger Y, Boermeester MarjaA, Raşa K,
et al. 2018 WSES/SIS-E consensus conference: recommendations for the
management of skin and soft-tissue infections. World J Emerg Surg. 2018
Dec;13(1):58.
24. Pettis J, Mulji N, Navarro FA. Necrotizing fasciitis: A review of three clinical
encounters. Case Stud Surg. 2018 Nov 28;5(1):5.
25. Stevens DL, Baddour LM. Necrotizing soft tissue infections. :39.
26. LaChance A, Kroshinsky D. Necrotizing Fasciitis, Necrotizing Cellulitis, and
Myonecrosis. In: Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. New York: McGraw Hill
Medical; 2019. p. 2770–81.
27. Travers J. Gram-Positive Infections Associated with Toxin Production. In:
Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. New York: McGraw Hill Medical; 2019. p.
2757–69.
28. Okoye G. Hidradenitis Suppurativa. In: Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed.
New York: McGraw Hill Medical; 2019. p. 1480–94.
29. Pedoman TB Nasional 2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2014.
30. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 67 tahun 2016
tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia; 2016.
31. Sethi A. Tuberculosis and Infections with Atypical Mycobacteria. In:
Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. New York: McGraw Hill Medical; 2019. p.
2858–75.
32. Panduan tatalaksana tuberkulosis sesuai ISTC dengan strategi DOTS
untuk praktik dokter swasta. Jakarta: Kemenkes RI dan IDI; 2012.
33. Panduan Nasional Pelayanan Kedokteran. Jakarta: Kemenkes RI; 2013.
34. Widaty S, Soebono H, Nilasari H, Listiawan M, Siswati A, Triwahyudi D.
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di
Indonesia. In Jakarta: PERDOSKI; 2017. p. 141-6.
35. Petunjuk Teknis Manajemen TB Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2016.
36. Lee JY. Diagnosis and Treatment of Extrapulmonary Tuberculosis. Tuberc
Respir Dis. 2015;78(2):47.
37. Swaminathan S, Ramachandran G. Challenges in childhood tuberculosis.
Clin Pharmacol Ther. 2015 Sep;98(3):240–4.
38. Pedoman Praktis Klinis Tuberkulosis Kutis. RSCM; 2019.
39. Chung J, Ince D, Ford BA, Wanat KA. Cutaneous Infections Due to
Nontuberculosis Mycobacterium: Recognition and Management. Am J Clin
Dermatol. 2018 Dec;19(6):867–78.
40. Lamb RC, Dawn G. Cutaneous non-tuberculous mycobacterial infections.
Int J Dermatol. 2014 Oct;53(10):1197–204.
41. van Zyl L, du Plessis J, Viljoen J. Cutaneous tuberculosis overview and
current treatment regimens. Tuberculosis. 2015 Dec;95(6):629–38.
42. Weltgesundheitsorganisation, editor. Eighth report / WHO Expert
Committee on Leprosy: Geneva, 12 - 19 October 2010. Geneva: World
Health Organization; 2012. 61 p. (WHO technical report series).
43. Cooreman E, Gillini L, Pemmaraju V, Shridar M, Tisocki K, Ahmed J.
Guidelines for the Diagnosis, Treatment and Prevention of Leprosy. Geneva:
World Health Organization; 2018.
44. Widaty S, Soebono H, Nilasari H, Listiawan M, Siswati A, Triwahyudi D.
Kusta. In: Panduan Praktis Klinis. 2016.
45. Drug Used In Leprosy. Geneva: World Health Organization; 1998.
46. Acne | DynaMed Plus [Internet]. [cited 2019 Jun 19]. Available from:
http://www.dynamed.com/topics/dmp~AN~T115279/Acne#References
47. Goh C, Cheng C, Agak G, Zaenglein A, Graber EM, Thiboutot D, et al. Acne
vulgaris. In: Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. New York: McGraw Hill
Medical; 2019. p. 1391–418.
48. Tan JKL, Bhate K. A global perspective on the epidemiology of acne. Br J
Dermatol. 2015 Jul;172:3–12.
49. Djuanda A. Sifilis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI; 2017. p. 455–74.
50. Tuddenham S, Zenilman J. Syphilis. In: Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed.
New York: McGraw Hill Medical; 2019. p. 3145–72.
51. World Health Organization. WHO guidelines for the treatment of treponema
pallidum (Syphilis). [Internet]. 2016 [cited 2019 Jun 16]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK384904/
52. 2015 STD Treatment Guidelines. 2015;64(3):140.
53. Strowd L, McGregor S, Pichardo R. Gonorrhea, Mycoplasma, and Vaginosis.
In: Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. New York: McGraw Hill Medical; 2019.
p. 3207–22.
54. Daili S, Nilasari H. Infeksi Genital Non Spesifik. In: Ilmu Penyakit Menular
Seksual. 7th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2017. p. 439–42.
55. Indriatmi W. Vaginosis Bakterial. In: Fitzpatrick’s Dermatology. 7th ed.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2017. p. 452–4.
56. Lautenschlager S, Brockmeyer N. Chancroid. In: Fitzpatrick’s Dermatology.
9th ed. New York: McGraw Hill Medical; 2019. p. 3186–92.
57. Brockmeyer N, Lautenschlager S. Lymphogranuloma Venereum. In:
Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. New York: McGraw Hill Medical; 2019. p.
3193–201.
58. Hoffman M, Pichardo R. Granuloma Inguinale. In: Fitzpatrick’s
Dermatology. 9th ed. New York: McGraw Hill Medical; 2019. p. 3202–6.
59. Mariwalla K. Antibiotics. In: Surgery of the Skin. 3rd ed. Elsevier; 2015.
60. Rabb D, Lesher J. Antibiotic Prophylaxis in Cutaneous Surgery. Dermatol
Surg. 1995;(21):550–4.
61. Enzler MJ, Berbari E, Osmon DR. Antimicrobial Prophylaxis in Adults.
Mayo Clin Proc. 2011 Jul;86(7):686–701.
62. Clinical Practice Guidelines for Antimicrobial Prophylaxis in Surgery. :86.
63. Children’s Health Queensland Paediatric Antibiocard: Empirical Antibiotic
Guidelines. :21.
64. Cunha B. Antibiotic Essentials. 14th ed. Philadelphia: Jaypee Brothers
Medical Publishers Pvt. Ltd.; 2015.
65. Summary of Antibiotics | Medical blog ━ Drhliebov [Internet]. Dr. Hliebov.
2017 [cited 2019 Aug 7]. Available from:
http://drhliebov.com/pharmacology/antibiotics-summary-table/
Lampiran Peraturan Direktur Utama
RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo
Nomor : HK.02.03/4.2/20824/2022
Tanggal : 04 Juli 2022
BAB I
PENDAHULUAN
Antibiotik merupakan salah satu obat yang saat ini paling banyak digunakan
dalam praktek klinik, baik di rawat jalan maupun perawatan di rumah sakit.
Penggunaan antibiotik yang berlebihan tanpa indikasi, dosis dan lama yang tidak
sesuai, merupakan penyebab peningkatan resistensi antibiotik.
Saat ini kita dihadapkan pada permasalahan patogen yang semakin resisten
dan laju resistensi yang semakin cepat; sebaliknya, ketersediaan antibiotik baru
sangat sedikit. Berbagai strategi dilakukan untuk menahan laju resistensi, baik
melalui upaya meningkatkan penatagunaan antibiotik, mencegah penyebaran
kuman resisten dan mengoptimalkan penggunaan antibiotik menurut prinsip
farmakokinetik dan farmakodinamik (PKPD) dalam mengatasi kuman resisten
banyak obat (MDR/multi drug resistant).
Khusus pada pasien usia lanjut, gejala dan tanda infeksi seringkali tidak
khas. Munculnya sindrom geriatri dan manifestasi lain seperti gangguan status
mental, gangguan nutrisi, jatuh, gangguan status fungsional, dan inkontinensia,
patut dievaluasi lebih lanjut adanya infeksi.
Penanganan infeksi komplikata memerlukan pendekatan holistik khususnya
dalam penanganan sumber infeksi, identifikasi patogen, terapi antimikroba yang
optimal dan pencegahan penyebaran infeksi nosokomial. Kerjasama tim antara
dokter penanggung jawab pasien (DPJP), konsultan penyakit tropik dan infeksi
serta spesialis/konsultan lain sangat diperlukan untuk keberhasilan pengobatan.
Pedoman Penggunaan Antibiotik ini disusun untuk menjadi panduan bagi tenaga
kesehatan khususnya dokter yang menangani pasien dengan penyakit/kondisi
yang membutuhkan penggunaan antibiotik dalam lingkup RSUPN Cipto
Mangunkusumo.
BAB II
ISI
1.ERTAPENEM8
- Karbapenem grup 1
- Spektrum luas terhadap bakteri gram positif, gram negatif dan anaerob
kecuali Pseudomonas aeruginosa. Grup ini jarang dipilih pada infeksi
nosokomial.
- Indikasi:
a. Empirik :
○ Infeksi komunitas berat/sepsis
○ Infeksi intraabdominal komplikata/Complicated Intra-Abdominal
Infections (cIAI)
○ Infeksi kulit dan jaringan lunak komplikata/Complicated Skin and
Soft Tissue Infections (cSSTI)
○ Infeksi aliran darah/Bloodstream Infections (BSIs)
b. Definit infeksi karena Extended Spectrum Betalactamase (ESBL)
- Dosis: 1 g/hari pada pasien dengan bersihan kreatinin > 30 ml/menit,
dosis > 1 g dipertimbangkan pada BB > 70 kg.
2.PIPERASILIN TAZOBAKTAM9
- Penisilin antipseudomonas
- Spektrum luas terhadap bakteri gram positif, gram negatif, anaerob,
termasuk Pseudomonas sp.
- Indikasi :
a. Empirik :
- Infeksi berat dan sepsis
- Infeksi terkait rumah sakit/ Healthcare-associated infections (HAI)
- Pneumonia (Hospital-acquired Pneumonia/Ventilator-associated
Pneumonia)
- Infeksi intraabdominal komplikata (cIAI)
- Infeksi kulit dan jaringan lunak komplikata (cSSTI)
- Infeksi saluran kemih komplikata/ Complicated Urinary Tract
Infection (cUTI)
- Bloodstream Infections (BSIs)
- Demam neutropenia
b. Definit:
- Infeksi Pseudomonas sp.
- Efektivitas terhadap ESBL lebih rendah dibandingkan golongan
karbapenem.
- Dosis 4.5 g setiap 4 sampai 6 jam dengan intermitten atau continuous
infusion pada pasien dengan bersihan kreatinin lebih dari 40 ml/min.
4.TIGESIKLIN11
- Tigesiklin merupakan derivat minosiklin semi-sintetik
- Spektrum meliputi kuman Gram positif termasuk MRSA, Gram negatif
termasuk Acinetobacter sp., anaerob, dan bakteri atipikal.
- Tigesiklin tidak memiliki aktivitas pada Pseudomonas sp
- Indikasi:
a. Empirik:
- CAP, cIAI, cSSTI yang berasal dari komunitas
- Jangan diberikan pada cUTI karena kadar dalam urin rendah dan
pada BSI karena kadar dalam serum sangat rendah.
b. Definitif:
- Infeksi karena MRSA pada organ (kulit, paru dan abdomen)
- Infeksi karena ESBL
- Acinetobacter baumanii yang sensitif Tigesiklin
- Dosis: loading 100 mg IV dilanjutkan 2 x 50 mg IV intermitten infusion
(dosis maksimal 2x100mg) dalam 30-60 menit. Dosis Penyesuaian dosis
maintenance diperlukan pada pasien dengan gangguan hati berat.
- Hindari monoterapi pada sepsis atau infeksi aliran darah (BSI) karena
mortalitas tinggi
5.AMIKASIN12
- Termasuk dalam golongan aminoglikosida
- Spektrum meliputi kuman Gram negatif basil termasuk
Enterobacteriaceae, Pseudomonas sp., Acinetobacter sp.
- Amikasin tidak memiliki aktivitas terhadap kuman Gram positif
khususnya MRSA dan kuman anaerob
- Indikasi:
a. Empirik:
- Pneumonia (Hospital-acquired Pneumonia/ Ventilator-associated
Pneumonia) dikombinasi bersama karbepenem,piperasilin-
tazobaktam, atau sefalosporin dengan aktivitas anti-pseudomonas.
- Demam neutropenia
- Infeksi saluran kemih komplikata (cUTI)
- Infeksi intra-abdominal komplikata (cIAI)
b. Definit:
- Infeksi karena Gram negatif termasuk Pseudomonas, sebagian infeksi
Gram positif (MSSA)
- Dosis: 1x 15-20 mg/kgbb/hari IV diberikan dalam 30-60 menit pada
pasien dengan bersihan kreatinin di atas 60 ml/min.
- Dieliminasi melalui ginjal dan mengalami akumulasi di dalam ginjal,
risiko nefrotoksik terjadi pada 5-15% pasien. Pasien dengan usia
lanjut, gangguan ginjal dan hati sebelumnya, syok, pneumonia,
penggunaan bersamaan dengan obat nefrotoksik lain, dan durasi
terapi dengan amikasin yang lama meningkatkan nefrotoksisitas.
- Terdapat bukti adanya risiko ototoksisitas ireversibel pada 2-10%
pasien dengan risiko yang meningkat dengan penggunaan
aminoglikosida secara kumulatif.
6.POLIMIKSIN B13
- Terdapat dua kelas polimiksin intravena yang tersedia yakni polimiksin
B dan polimiksin E (kolistin)
- Spektrum kuman meliputi gram negatif aerob basil. Tidak memiliki
aktivitas terhadap gram positif dan anaerob yang baik.
- Indikasi:
Terapi definitif XDR/PDR Pseudomonas aeruginosa dan Acinetobacter
baumanii dalam kombinasi dengan Karbapenem Grup 2, piperasilin-
tazobaktam, Fosfomisin, atau Aminoglikosida
- Dosis:
Polimiksin B: 0.75-1.25 mg (7,500-12,500 U)/kg/ IV tiap 12 jam
Dosis untuk 60 kg = 2.5 mg x 60 = 150 mg/hari = 1.500.000
unit/hari atau 2 x 750.000 unit
7.SEFALOSPORIN ANTIPSEUDOMONAS14
- Golongan sefalosporin yang memiliki aktivitas antipseudomonas yakni:
seftazidim (generasi 3), sefepim dan sefpirom (generasi 4)
- Indikasi :
a. Empirik:
- Bakteremia/sepsis dengan fokus infeksi pada:
- Pneumonia (Hospital-acquired Pneumonia/Ventilator-associated
Pneumonia) dikombinasi dengan golongan florokuinolon/amikasin
- Infeksi saluran kemih komplikata (cUTI)
- Infeksi prostesis sendi/ Prosthetic Joint Infection (PJI)
- Demam neutropenia
- Infeksi kulit dan jaringan lunak komplikata (cSSTI)
b. Definitif : Infeksi yang diakibatkan oleh Pseudomonas sp.
- Dosis:
a. Seftazidim 3 x 2 g intermitten infusion atau continuous infusion 24
jam.
b. Sefepim 3 x 2 g intermitten infusion atau prolonged infusion 3 jam.
8.AMPISILIN-SULBAKTAM9
- Spektrum : Gram positif, gram negatif non Pseudomonas non ESBL
- Indikasi:
a. Empirik:
- Pneumonia komunitas (CAP)
- Infeksi intraabdominal komplikata (cIAI)
- Infeksi kulit dan jaringan lunak komplikata (cSSTI)
- Infeksi tulang/osteomielitis
b. Definit:
- Deeskalasi pada infeksi Acinetobacter sp.
- Dosis: 3-4 x 1.5 g intermitten infusion (Per vial berisi Ampisilin 1 gram
dan Sulbaktam 500 mg)
- Pada infeksi Acinetobacter, sp. diberikan Sulbaktam 3 g/hari dalam
dosis terbagi.
- Perlu dilakukan pengaturan dosis pada pasien dengan bersihan
kreatinin <30 ml/min.
9.FOSFOMISIN14
- Kelas antibiotik epoxide pertama
- Spektrum: Infeksi terhadap bakteri Gram positif, Gram negatif. Dalam
dosis tinggi (>16 g/hari) memiliki aktivitas terhadap Pseudomonas
aeruginosa dan Acinetobacter baumanii.
- Indikasi:
a. Empirik:
- Sediaan oral 3 g dosis tunggal, diberikan secara empirik pada
infeksi saluran kemih (UTI)
b. Definit:
- Infeksi saluran kemih komplikata yang disebabkan oleh bakteri
Gram negatif
- Terapi alternatif pada infeksi XDR Pseudomonas aeruginosa dan
Acinetobacter sp (CRPA dan CRAB) dalam kombinasi dengan
Polimiksin B
12. LINEZOLID17
- Golongan Oxazolidinone
- Spektrum terbatas untuk bakteri Gram positif (S. aureus, Enterococcus
faecalis, Streptococcus sp.) dan gram positif anaerob (Clostridium sp.).
Tidak memiliki spektrum aktivitas Gram negatif.
- Indikasi:
a. Empirik:
- Infeksi berat dengan kecurigaan disebabkan MRSA
termasuk CAP, HAP, VAP, cSSTI, infeksi aliran darah.
b. Definit : infeksi MRSA dibuktikan dari hasil kultur
- Dosis : 2 x 600 mg IV. Tidak ada penyesuaian dosis pada gangguan
ginjal, kecuali gangguan fungsi hati berat.
13. SEFTAZIDIM/ AVIBACTAM8
- Termasuk dalam golongan kombinasi sefalosporin/beta laktamase
inhibitor
- Aktivitas terhadap Pseudomonas aeruginosa dan Klebsiella pneumonia
resisten Karbapenem yang menghasilkan enzim Karbapenemase tipe KPC
dan OXA, tetapi tidak terhadap metalobetalakatamase (MBL).
- Tidak memiliki aktivitas terhadap MDR Acinetobacter baumanii
- Indikasi:
Definit: infeksi berat/komplikata yang disebabkan XDR Pseudomonas
dan Klebsiella pneumonia (CRPA dan CRKP) pada saluran kemih
(cUTI), intraabdominal (cIAI) , HAP dan VAP
14. CEFTOLOZANE/TAZOBAKTAM8
- Termasuk dalam golongan kombinasi sefalosporin/beta laktamase
inhibitor
- Aktivitas terhadap Pseudomonas aeruginosa resisten Karbapenem yang
menghasilkan Karbapenenmase tipe OXA. Tidak memiliki aktivitas
terhadap KPC dan MBL.
- Tidak memiliki aktivitas terhadap Acinetobacter dan carbapenenem-
resistant Klebsiella pneumonia.
- Indikasi:
Definit: infeksi berat/komplikata yang disebabkan XDR Pseudomonas
aeruginosa (CRPA) pada saluran kemih (cUTI) dan intra abdominal
(cIAI)
Tuberkulosis Pada pasien HIV yang tidak INH 300 mg/hari selama
menderita TB aktif namun 6 bulan
memiliki kontak erat dengan
pasien TB (tanpa melihat
CD4)
1. PNEUMONIA
ATAU ATAU
ATAU
Monobaktam:
Aztreonam 3x2 gram IV
MRSA: methicillin-resistant Staphilococcus aureus
Catatan: Pemberian antibiotik Lini 3 dan Pneumonia MDR/XDR dengan
persetujuan tim PPRA
2. INFEKSI INTRAABDOMINAL
Tabel 2.1 Rekomendasi Terapi Antibiotik Empirik pada Infeksi Bilier Akut25
Tipe Infeksi Infeksi Ringan-Sedang Infeksi Berat
Terapi tunggal
Glycylcycline Tigesiklinb
Terapi kombinasi
4. ENDOKARDITIS INFEKTIF31,32
5. DEMAM NEUTROPENIA33–37
- Pasien dengan risiko rendah dapat diberikan antibiotik inisial oral atau IV.
Kombinasi siprofloksasin (500 mg per 12 jam) plus amoksisilin-klavulanat
875/175 mg per 8 jam direkomendasikan untuk antibiotik empirik oral.
- Pilihan lain dengan levofloksasin 500-750 mg/hari, atau moksifloksasin
400 mg/hari hari
- Infeksi kulit dan jaringan non purulenta diantaranya adalah erisipelas atau
selulitis
- Pemeriksaan kultur darah direkomendasikan dan pemeriksaan kultur dan
gram dari aspirat, biopsi, atau swab dapat dipertimbangkan khususny pada
pasien dengan keganasan dalam kemoterapi, neutropenia, imunodefisiensi
primer, dan gigitan binatang.
Klindamisin
- Insisi dan drainase memiliki peranan penting dalam tatalaksana infeksi kulit
dan jaringan lunak purulenta
Vankomisin ATAU
Linezolid
7. ARTRITIS SEPTIK
BB >60 kg :
Pirimetamin 75 mg/hari + leukovorin 1x10-25
mg/per oral
(maks. 50 mg)
Infeksi terkait kateter terdiri dari infeksi exit site, infeksi tunnel, dan
peritonitis.
- Infeksi exit site adalah ditemukannya discharge atau sekret yang purulen,
dengan atau tanpa eritema pada kulit disekitar exit site
- Antibiotik empiris oral untuk pengobatan infeksi exit site diberikan yang
mencakup infeksi S. aureus seperti penicillinase-resistant penicillin
(contoh dicloxacillin atau flucloxacillin) atau sefalosporin generasi
pertama, kecuali pasien memiliki riwayat infeksi atau kolonisasi
methicillin-resistant S. aureus (MRSA) atau Pseudomonas species (pada
kasus ini diberikan glikopeptida atau klindamisin, atau antibiotik yang
memiliki kemampuan anti-pseudomonas.
- Infeksi exit site, kecuali yang disebabkan oleh Pseudomonas species,
diterapi minimal 2 minggu dengan antibiotik yang optimal.
- Infeksi exit site yang disebabkan oleh Pseudomonas species diterapi
minimal 3 minggu dengan antibiotik yang optimal.
9.2. Infeksi Tunnel
Tabel 9.1 Antibiotik Oral Empirik yang Digunakan pada Exit Site Infection42
Antibiotik Dosis
Amoksisilin 250 – 500 mg 2x sehari
Amoksisilin/klavulanat 875 mg/125 mg 2x sehari
Siprofloxasin 250 mg 2x sehari atau 500 mg 1x sehari
Klaritromisin Loading 500 mg, selanjutnya 250 mg 2x
sehari
Klindamisin* 300-450 mg 3x sehari
Eritromisin 250 mg 4x sehari
Flukonazol Loading 200 mg, selanjutnya 50-100 mg per
hari
Levofloksasin 300 mg per hari
Metronidazol* 500 mg 3x sehari
Moxiflosasin 400 mg per hari
Trimetroprim 80 mg/400 mg per hari sampai 160 mg/800
sulfametoksasol mg 2x sehari
*diberikan secara kombinasi dengan antibiotik oral lain
9.3. Peritonitis terkait Kateter Peritoneal Dialisis
Evaluasi klinis
Periksa exit site dan tunnel kateter
Ambil sampel cairan dialisat untuk analisis cairan dialisat, pewarnaan Gram dan kultur bakteri
*pemberian tunggal
Bagan 9.1 Algoritma Penatalaksanaan Peritonitis Terkait Peritoneal Dialisis
Empirik44
Tabel 9.2 Dosis antibiotik intraperitoneal untuk tatalaksana peritonitis44
Intermitten Kontinyu
Aminoglikosida
ND
Penisilin
Lain-lain
Siprofloksasin ND MD 50 mg/L
Anti jamur
LD: loading dose; MD: maintenance dose; IP: intraperitoneal; ND: no data
- Antibiotik diberikan intraperitoneum (IP), kecuali ditemukan klinis infeksi
sistemik (sepsis).
- Antibiotik IP diberikan secara intermiten untuk mengurangi risiko
kontaminasi.
- Jika hasil kultur dan sensitivitas telah ada, maka pemberian antibiotik
disesuaikan dengan hasil tersebut.
- Pada pasien dengan kondisi berat/sepsis maka ditambahkan antibiotik
sistemik di samping antibiotik lokal.
Evaluasi respon klinis, ulang hitung sel dan kultur cairan dialisat pada hari ke- 3-5
Klinis membaik: Klinis tidak membaik: Klinis tidak membaik dalam 5 hari
Lanjutkan antibiotik; evaluasi Kultur ulang dan dengan AB yang tepat: cabut kateter
ulang adanya infeksi exit site evaluasi
atau tunnel
Peritonitis membaik namun infeksi exit site atau tunnel Pertimbangkan cabut kateter simultan dan re-
persisten insersi
Bagan 9.2 Algoritma Tatalaksana Peritonitis untuk Coccus Gram Positif44
Evaluasi respon klinis, ulang hitung sel dan kultur cairan dialisat pada hari ke- 3-5
Pseudomonas atau Basil Gram negatif lain Mixed Gram negative atau organisme
Stenotrophomonas Gram negative + Gram positif
Bagan 9.3 Algoritma Tatalaksana Peritonitis untuk Basil Gram Negatif Atau Mixed
Peritonitis membaik namun infeksi exit site atau tunnel
Pertimbangkan cabut kateter simultan dan re-
Bacterial Growth 44
persisten insersi
- Infeksi aliran darah terkait kateter adalah adalah suatu kondisi bakteremia
atau fungemia pada pasien yang memiliki alat intravaskular (kateter)
dimana hasil kultur darah yang positif didapatkan dari 1 atau lebih lokasi
pengambilan darah (sentral dan perifer) dengan gejala klinis infeksi
(demam, mengigil, dan/atau hipotensi) tanpa adanya sumber infeksi aliran
darah lain selain kateter.
- Pertimbangan antibiotik empirik pada pasien dengan infeksi aliran darah
terkait kateter mempertimbangkan antibiotik dengan cakupan patogen
gram positif dan gram negatif berdasarkan data kepekaan antimikroba
lokal dan kondisi klinis pasien.
- Pertimbangan antibiotik empirik dapat menggunakan ampisilin sulbaktam,
cefalosporin generasi ketiga, cefalosporin generasi empat, atau
karbapenem.
- Pertimbangan terapi antibiotik kombinasi dengan antibiotik dengan
aktivitas terhadap P. aeruginosa dapat diberikan pada pasien dengan
infeksi aliran darah terkait kateter dengan kondisi sakit berat atau sepsis,
pasien dengan neutropenia, atau pasien dengan kolonisasi patogen MDR.
- Pada pasien dengan kondisi khusus, seperti pasien dengan penyakit kritis
dan kateter femoral, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik dengan
cakupan gram negatif basil dan Candida.
- Pertimbangan terapi empirik pada pasien yang dicurigai menderita
kandidemia diberikan pada pasien sepsis dengan nutrisi parenteral total,
penggunakan antibiotik spektrum luas dalam jangka waktu yang lama,
keganasan darah, penerima transplantasi organ padat atau transplantasi
susum tulang, kateter femoral, atau terdapat kolonisasi Candida di
beberapa lokasi. Pertimbangan terapi empirik kandidemia terkait kateter
dapat menggunakan echinocandin. Pertimbangan flukonazol dapat
diberikan pada pasien tanpa riwayat pemberian anti jamur golongan azole
dalam 3 bulan terakhir, dan pada rumah sakit dengan risiko C. krusei dan
C. glabrata sangat rendah.
- Penggunaan terapi antimicrobial lock dapat dipertimbangkan pada infeksi
terkait kateter non-komplikata pada pengguna kateter jangka panjang
dengan patogen selain S. aureus, P. aeruginosa, Bacillus sp. Micrococcus sp.
Pripionibacteria, jamur ataupun Mycobacterium sp.
- Antibiotik jangka panjang dapat dipertimbangkan pada pasien dengan
fungemia dan/atau bakteremia persisten setelah pelepasan kateter
intravaskular (lebih dari 172 jam setelah pelepasan kateter).
- Kateter jangka panjang harus dilepas pada pasien dengan infeksi aliran
darah terkait kateter dengan kondisi: sepsis berat, tromboflebitis
supurativa, endokarditis, bakteremia jangka panjang, atau bakteremia
akibat S. aureus, P. aeruginosa, atau fungemia.
11. SEPSIS
Paru Abdomen Infeksi Kulit dan Saluran kemih Sumber Belum Pasti
Jaringan Lunak
Pada infeksi
bilier:
Ampisilin
sulbaktam
ATAU
Sefoperazon
sulbaktam
ATAU
Seftriakson DAN
Metronidasol
Infeksi Kemungkinan Basil gram negatif Batang gram Staphylococcus Batang gram Pertimbangkan
Nosokomia Patogen aerob negatif aerob aureus (MRSA) negatif aerob MDRO pada daerah
l Anaerob Batang gram negatif dengan prevalensi tinggi
Candida sp. aerob Enterococus
Pertimbangkan
Echinocandin jika
neutropenia atau
terdapat penggunaan
kateter intravaskular
PENUTUP
Direktur Utama,
Ttd.
Lampiran
2000 mg q12 h PO
400 mg q24h PO
3
400-600 mg q12h
PO
G q2-12h dari
sepertig
a dosis
maksim
um
harian