Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

DIVERSE CULTURES OF HONOR AND ETHICS OF

COMMUNICATION
BERAGAM BUDAYA KEHORMATAN DAN ETIKA
BERKOMUNIKASI
1
NISA
1
Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu keperawatan, Universitas Riau,
Jl. Pattimura, Cinta Raja, Kec. Sail, Kota Pekanbaru, Riau 28127

ABSTRAK
Honor is one of the important moral values in various cultures in the world. Honor can be
interpreted as a positive assessment of someone or something, which is based on certain
criteria believed by a culture. In the context of communication, honor can be defined as an
attitude of mutual respect and respect between communicators, regardless of their cultural
differences. Communication ethics is a set of norms and values that govern communication
behavior between people. Intercultural communication ethics refers to the application of
communication ethics in the context of different intercultural communication. Intercultural
communication ethics are important to learn in order to communicate effectively and not
offend others from different cultures. In the context of intercultural communication, honor is
one important aspect that needs attention. Honor can take many forms, for example through
the use of polite language, polite behavior, and attitudes that respect cultural differences.
This article explores how the concepts of honor and ethical communication vary across
different cultures. Despite globalization, significant differences still exist in cultural values
related to honor, face-keeping, and direct vs. indirect communication styles. This article
reviews academic literature and ethnographic research on honor codes and communication
norms in a variety of cultural contexts, including collective societies in Asia and the Middle
East as well as honor cultures such as those found in Latin America. Striking differences are
emphasized in such concepts as dignity, respect, shame, harmony and the historical idea of
honor. This paper examines how these different cultural values shape ethical expectations for
interpersonal and public communication. The implications are discussed for intercultural
communication and ethical considerations in an increasingly multicultural society.
Keywords: intercultural communication, culture of honor, culture of dignity, cultural values,
indirect communication, harmony, face keeping, ethical communication

ABSTRAK
Kehormatan merupakan salah satu nilai moral yang penting dalam berbagai budaya di
dunia. Kehormatan dapat diartikan sebagai penilaian positif terhadap seseorang atau
sesuatu, yang didasarkan pada kriteria tertentu yang diyakini oleh suatu budaya. Dalam
konteks komunikasi, kehormatan dapat diartikan sebagai sikap saling menghargai dan
menghormati antar komunikator, terlepas dari perbedaan budaya mereka.Etika komunikasi
adalah seperangkat norma dan nilai yang mengatur perilaku komunikasi antar manusia.
Etika komunikasi antar budaya mengacu pada penerapan etika komunikasi dalam konteks
komunikasi antar budaya yang berbeda. Etika komunikasi antar budaya penting untuk
dipelajari agar dapat berkomunikasi secara efektif dan tidak menyinggung perasaan orang
lain dari budaya yang berbeda.Dalam konteks komunikasi antar budaya, kehormatan
merupakan salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan. Kehormatan dapat diwujudkan
dalam berbagai bentuk, misalnya melalui penggunaan bahasa yang sopan, perilaku yang
santun, dan sikap yang menghargai perbedaan budaya.Artikel ini mengeksplorasi
bagaimana konsep kehormatan dan komunikasi etis bervariasi di berbagai budaya yang
berbeda. Meskipun adanya globalisasi, perbedaan signifikan masih ada dalam nilai-nilai
budaya terkait dengan kehormatan, menjaga muka, dan gaya komunikasi langsung vs tidak
langsung.Artikel ini meninjau literatur akademik dan penelitian etnografis tentang kode
kehormatan dan norma komunikasi dalam berbagai konteks budaya, termasuk masyarakat
kolektif di Asia dan Timur Tengah serta budaya kehormatan seperti yang ditemukan di
Amerika Latin. Perbedaan yang mencolok ditekankan dalam konsep seperti martabat, rasa
hormat, malu, harmoni dan gagasan historis tentang kehormatan. Makalah ini membahas
bagaimana nilai-nilai budaya yang berbeda ini membentuk ekspektasi etis untuk komunikasi
antarpribadi dan publik. Implikasinya dibahas untuk komunikasi antarbudaya dan
pertimbangan etis dalam masyarakat multikultural yang semakin meningkat.
Kata Kunci: komunikasi antarbudaya, budaya kehormatan, budaya martabat, nilai-nilai
budaya, komunikasi tidak langsung, harmoni, menjaga muka, komunikasi etis

PENDAHULAUN
Dalam dunia yang semakin global, kita semakin sering berinteraksi dengan orang-orang dari
budaya yang berbeda. Komunikasi antar budaya adalah proses yang kompleks dan
menantang, karena melibatkan perbedaan dalam bahasa, nilai, dan kebiasaan. Tanpa
memahami budaya orang lain, kita berisiko mengalami kesalahpahaman dan
konflik.Meskipun teknologi telah mempersempit jarak antara budaya-budaya yang berbeda,
nilai-nilai dan norma-norma yang mendasari interaksi sosial masih jauh beragam di seluruh
dunia. Salah satu bidang di mana perbedaan budaya ini sangat jelas adalah dalam hal konsep
kehormatan dan harapan etis untuk komunikasi (Samovar et al, 2010). Budaya dan agama
dari satu tempat ke tempat lain memberikan makna yang sangat berbeda pada ide seperti
martabat, muka, harmoni, dan cara yang tepat untuk berinteraksi. Misalnya, penelitian
menunjukkan bahwa masyarakat kolektif Asia dan Timur Tengah cenderung menekankan
kerendahan hati dan menghindari konflik lebih dari budaya Barat yang lebih individualistis
(Gudykunst et al, 1996). Demikian pula, gagasan tentang apa yang dianggap perilaku sopan
sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya. Mempelajari norma-norma ini sangat penting
untuk komunikasi antarbudaya yang efektif dan menghindari kesalah pahaman.Komunikasi
antarbudaya telah meningkat drastis dalam beberapa dekade terakhir seiring dengan
kemajuan teknologi, internet, dan mobilitas global yang lebih besar. Meskipun jarak
geografis telah 'menyusut', perbedaan mendasar dalam nilai-nilai dan pandangan dunia
budaya masih ada. Salah satu bidang di mana variasi lintas budaya ini sangat jelas adalah
dalam konsepsi tentang martabat, kehormatan, muka, dan harapan etika untuk komunikasi
antarpribadi dan publik (Gudykunst & Lee, 2002).Banyak penelitian telah menunjukkan
bahwa masyarakat Asia dan Timur Tengah cenderung menekankan nilai-nilai kolektivis
seperti kerendahan hati, menjaga harmoni kelompok, dan menghindari konfrontasi langsung.
Sebaliknya, budaya individualistis Barat lebih menghargai ekspresi diri yang terbuka, debat
terbuka, dan kompetisi yang sehat (Samovar et al, 2010). Demikian pula, penelitian pada
'budaya kehormatan' di Amerika Latin dan Mediterranean mengungkapkan norma ketat
tentang martabat keluarga dan loyalitas kelompok yang berbeda dari 'budaya martabat' di
Eropa Utara (Leung & Cohen, 2011). Makalah ini akan meninjau penelitian lintas-budaya ini
dan lainnya untuk memahami lebih mendalam bagaimana konsep inti tentang 'cara
berinteraksi dengan benar' bervariasi secara global. Dengan pemahaman yang lebih baik
tentang variasi budaya dalam etika dan gaya komunikasi, kita dapat menghindari
kesalahpahaman dan berinteraksi dengan lebih efektif dalam masyarakat majemuk. Ini
memiliki implikasi besar untuk diplomasi, bisnis global, dan kehidupan sehari-hari dalam
komunitas multikultural. Makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi topik penting ini dan
memberikan wawasan praktis untuk komunikasi antarbudaya yang lebih etis dan terhormat.
Etika komunikasi antar budaya adalah seperangkat prinsip yang memandu kita untuk
berkomunikasi secara efektif dan hormat dengan orang-orang dari budaya yang berbeda.
Etika ini mencakup beberapa hal penting, seperti:
 Menghargai perbedaan budaya: Kita harus menyadari bahwa setiap budaya memiliki
nilai, kepercayaan, dan kebiasaan sendiri yang patut dihormati.
 Menggunakan bahasa yang sopan dan terhormat: Kita harus menghindari bahasa yang
menyinggung atau merendahkan budaya lain.
 Mendengarkan secara aktif: Kita harus mendengarkan dengan penuh perhatian dan
berusaha memahami sudut pandang orang lain.
 Berkomunikasi dengan jelas dan tidak ambigu: Kita harus menggunakan bahasa yang
jelas dan tidak ambigu untuk menghindari kesalahpahaman.
 Menghindari stereotipe dan prasangka: Kita harus menghindari membuat penilaian
berdasarkan stereotip dan prasangka tentang budaya lain.
Dengan mengikuti prinsip-prinsip etika komunikasi antar budaya, kita dapat membangun
hubungan yang positif dan saling menghormati dengan orang-orang dari budaya yang
berbeda. Hal ini penting untuk menciptakan dunia yang lebih damai dan sejahtera bagi semua
orang.
Manfaat memahami etika komunikasi antar budaya:
 Membangun hubungan yang lebih baik: Etika komunikasi antar budaya dapat
membantu kita membangun hubungan yang lebih baik dengan orang-orang dari
budaya yang berbeda.
 Meningkatkan pemahaman lintas budaya: Etika komunikasi antar budaya dapat
membantu kita meningkatkan pemahaman kita tentang budaya lain.
 Mencegah konflik: Etika komunikasi antar budaya dapat membantu kita mencegah
konflik dengan orang-orang dari budaya yang berbeda.
 Mempromosikan toleransi dan rasa hormat: Etika komunikasi antar budaya dapat
membantu kita mempromosikan toleransi dan rasa hormat terhadap budaya lain.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka dengan melakukan review
literatur yang komprehensif terhadap penelitian akademik, buku, dan publikasi terkait topik
ini. Kami meninjau berbagai jurnal ilmiah untuk mengidentifikasi penelitian kuantitatif dan
kualitatif utama pada nilai-nilai kehormatan dan gaya komunikasi lintas budaya. Kajian
etnografi dan studi kasus penting dikaji untuk memperoleh wawasan mendalam tentang
dinamika spesifik dalam konteks budaya tertentu. Data dianalisis secara tematik untuk
mengidentifikasi pola dan variasi utama dalam konsepsi tentang kehormatan, muka, harmoni,
martabat, dan etika komunikasi antar pribadi dan publik lintas budaya yang beragam.
Hasilnya disintesis untuk memberikan gambaran utuh tentang bagaimana nilai-nilai budaya
yang mendasari ini bentuk gaya dan harapan komunikasi di seluruh dunia.

PEMBAHASAN
Kehormatan merupakan salah satu nilai moral yang penting dalam berbagai budaya di dunia.
Kehormatan dapat diartikan sebagai penilaian positif terhadap seseorang atau sesuatu, yang
didasarkan pada kriteria tertentu yang diyakini oleh suatu budaya. Dalam konteks
komunikasi, kehormatan dapat diartikan sebagai sikap saling menghargai dan menghormati
antar komunikator, terlepas dari perbedaan budaya mereka. Kehormatan dalam komunikasi
antar budaya dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, misalnya melalui penggunaan bahasa
yang sopan, perilaku yang santun, dan sikap yang menghargai perbedaan budaya.Penggunaan
bahasa yang sopan dan tidak menyinggung perasaan orang lain dari budaya yang berbeda
merupakan salah satu bentuk etika komunikasi antar budaya yang berkaitan dengan
kehormatan. Misalnya, jika kita berkomunikasi dengan orang dari budaya yang lebih formal,
maka kita perlu menggunakan bahasa yang lebih formal pula. Dalam beberapa budaya, ada
beberapa kata atau ungkapan yang dianggap tabu atau menyinggung perasaan. Oleh karena
itu, penting untuk mempelajari budaya orang lain sebelum berkomunikasi dengan mereka.
1. Perilaku
Perilaku yang santun juga penting untuk diperhatikan dalam komunikasi antar budaya.
Misalnya, jika kita berkomunikasi dengan orang dari budaya yang lebih konservatif, maka
kita perlu menghindari kontak fisik, seperti berjabat tangan atau berpelukan.Dalam beberapa
budaya, ada beberapa perilaku yang dianggap tidak sopan atau tidak pantas. Oleh karena itu,
penting untuk mempelajari budaya orang lain sebelum berkomunikasi dengan mereka.
2. Sikap
Sikap yang menghargai perbedaan budaya juga penting untuk diwujudkan dalam komunikasi
antar budaya. Misalnya, jika kita berkomunikasi dengan orang dari budaya yang berbeda
agama, maka kita perlu menghormati keyakinan mereka.Dalam beberapa budaya, ada
beberapa perbedaan dalam hal nilai, kepercayaan, dan kebiasaan. Oleh karena itu, penting
untuk bersikap terbuka dan menghargai perbedaan budaya orang lain.
PENGERTIAN BUDAYA MELAYU
Kebudayaan Melayu sebagai salah satu dari berbagai macam kebudayaan yang hidup,
tumbuh dan berkembang di muka bumi ini. Kebudayaan Melayu merupakan kebudayaan
secara turun-temurun dilakukan oleh masyarakat. Kebudayaan Melayu merupakan salah satu
pilar penopang kebudayaan nasional Indonesia khususnya dan kebudayaan dunia umumnya,
di samping aneka budaya lainnya. Budaya Melayu tumbuh subur dan kental di tengah-tengah
masyarakat Indonesia.Budaya Melayu identik dengan agama, bahasa, dan adat-istiadat
merupakan integritas yang solid. Adat Melayu merupakan konsep yang menjelaskan satu
keseluruhan cara hidup Melayu di alam Melayu. Orang Melayu di mana juga berada akan
menyebut fenomena budaya mereka sebagai “ini adat kaum” masyarakat Melayu mengatur
kehidupan mereka dengan adat agar setiap anggota adat hidup beradat, seperti adat alam,
hukum adat, adat beraja, adat bernegeri, adat berkampung, adat memerintah, adat berlaki-
bini, adat bercakap, dan sebagainya. Adat adalah fenomena keserumpunan yang mendasari
kebudayaan Melayu. Budaya Melayu merupakan salah satu contoh budaya timur yang
memiliki konsep kehormatan dan etika komunikasi yang berbeda dibandingkan dengan
budaya barat. Dalam budaya Melayu, menjaga harmoni dan menghindari konfrontasi secara
langsung sangat ditekankan. Orang Melayu cenderung menggunakan bahasa yang halus,
sopan, dan tidak langsung untuk menjaga perasaan dan martabat orang lain. Mereka juga
sangat menjunjung tinggi hierarki sosial berdasarkan usia dan status.Konsep 'malu' dan 'sopan
santun' sangat penting dalam menjaga kehormatan diri dan keluarga dalam budaya Melayu.
Seseorang diharapkan berperilaku sesuai dengan norma-norma adat dan agama demi menjaga
nama baik kelompoknya. Rasa hormat kepada orang yang lebih tua ditunjukkan melalui sikap
patuh, tidak melawan, dan menghindari perselisihan terbuka dengan mereka. Ini berkaitan
dengan nilai kolektivisme yang kuat dalam masyarakat Melayu.Dengan memahami etika dan
gaya komunikasi Melayu yang unik ini, kita dapat lebih menghargai keberagaman budaya
dan berinteraksi dengan lebih efektif secara lintas budaya.dan budaya Melayu merupakan
salah satu representasi dari budaya Timur yang banyak dipengaruhi oleh ajaran Islam. Nilai-
nilai Islam ini kemudian mewarnai konsep tentang sopan santun, malu, dan kehormatan
dalam budaya Melayu. Dalam bersikap dan berinteraksi, orang Melayu sangat menjunjung
tinggi kesantunan bahasa dan kerendahan hati. Mereka cenderung menghindari konfrontasi
secara langsung dan lebih memilih pendekatan tidak langsung untuk menjaga perasaan dan
martabat orang lain. Ini tercermin dalam pepatah Melayu "berundur bagai siput, melata bagai
ular" yang mengajarkan untuk bersikap halus, waspada dan penuh strategi dalam
berinteraksi.Hierarki dan struktur sosial yang jelas berdasarkan usia dan status juga penting
dalam budaya Melayu. Orang yang lebih tua dan orang berstatus sosial tinggi harus selalu
dihormati dan dipatuhi. Menunjukkan sikap tidak hormat kepada mereka dianggap sangat
memalukan dan dapat mencemarkan kehormatan keluarga.Rasa malu (perasaan tidak enak)
dan sopan santun merupakan mekanisme kontrol sosial yang kuat dalam mengatur perilaku
individu agar sesuai dengan norma adat dan agama. Seseorang diharapkan untuk tidak
mempermalukan keluarganya lewat perilaku yang dianggap kasar atau menyimpang.Dengan
memahami konsep kehormatan, malu, sopan santun, dan komunikasi tidak langsung yang
kental dalam budaya Melayu, kita dapat belajar menghargai perbedaan nilai-nilai lintas
budaya. Hal ini penting untuk meningkatkan kualitas komunikasi antarbudaya di era
globalisasi saat ini.

NILAI - NILAI KEHORMATAN BUDAYA MELAYU


Indonesia sebagai negara yang kaya akan ragam budaya yang tersebar di seluruh nusantara.
Keragaman budaya tersebut sebagai simpul pengikat antar umat beragama dan suku dalam
bingkai Bhineka Tunggal Ika yang menjadikan Indoseia sebagai salah Negara yang kuat dan
layak untuk diperhitungkan dimata dunia. Salah satunya adalah Riau sebagai daerah yang
memberikan kontribusi besar dalam pembangunan bangsa yang bermartabat. Sebagai
generasi muda tentunya menjaga dan melestarikannya yang bukan hanya sekedar tahu, tapi
lebih dari itu adalah menginternalisasikan nilai-nilai dan makna yang terkadung di dalam
Tunjuk Ajar Melayu tersebut sebagai pijakan dalam mengarungi kehidupan baik dari segi
agama maupun sosial di masyarakat. Sebagaimana Tunjuk ajar Melayu dari sisi definisi
adalah segala jenis petuah, petunjuk, nasihat, amanah, pengajaran, dan contoh teladan yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam arti luas. Menurut orang tua Melayu, “Tunjuk
Ajar Melayu adalah segala petuah, amanah, suri teladan, dan nasihat yang membawa manusia
ke jalan yang lurus dan diridhoi Allah, yang berkahnya menyelamatkan manusia dalam
kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat” (Tenas Effendy, 2006).
Menurut Tenas Effendy (2006) ada beberapa nilai yang terkandung di dalam Tunjuk ajar
Melayu di antaranya adalah:
1. Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Ketaatan kepada Ibu dan Bapak
3. Ketaatan kepada Pemimpin
4. Persatuan dan Kesatuan, Gotong Royong dan Tenggang Rasa
5. Keadilan dan Kebenaran.
6. Keutamaan Menuntut Ilmu Pengetahuan
7. Ikhlas dan Rela Berkorban
8. Kerja Keras, Rajin, dan Tekun
9. Sikap Mandiri dan Percaya Diri
10. Bertanam Budi dan Membalas Budi
11. Rasa Tanggung Jawab
12. Sifat Malu
13. Kasih Sayang
14. Hak dan Milik
15. Musyawarah dan Mufakat
16. Keberanian
17. Kejujuran
18. Hemat dan Cermat
19. Sifat Rendah Hati
20. Bersangka Baik Terhadap Sesama Makhluk
21. Sifat Perajuk
22. Sifat Tahu Diri

ARTI PENGGUNAAN GELAR KEHORMATAN DALAM BUDAYA MELAYU


3. Menunjukkan penghormatan
Gelar kehormatan seperti "datuk", "haji", atau "tuan" digunakan untuk menghargai
kedudukan sosial yang lebih tinggi dari lawan bicara dan rasa hormat kepada mereka. Ini
mencerminkan budaya Melayu yang menjunjung tinggi hierarki sosial berdasarkan usia dan
status.
4. Membangun keakraban
Menyapa dengan gelar juga untuk menciptakan suasana akrab, kekeluargaan, dan
mendekatkan hubungan antar lawan bicara, terutama ketika berinteraksi untuk pertama kali.
5. Identitas dan gengsi
Bagi yang telah memperoleh gelar tertentu, penggunaannya memberi rasa bangga dan
meningkatkan gengsi sosial. Gelar menjadi simbol identitas dan pencapaian seseorang.

6. Memelihara harmoni
Penggunaan gelar yang tepat dipercaya dapat memelihara keharmonisan hubungan dan
menghindari pertentangan. Ini penting dalam budaya Melayu yang sangat menekankan
kerukunan.
7. Pedoman adat dan tata krama
Gelar kehormatan digunakan sesuai pedoman tata krama dan adat istiadat Melayu yang
mengatur etika dan sopan santun dalam bertutur kata dan berinteraksi.
8. Media dakwah Islam
Beberapa gelar seperti "haji" dan "hajjah" juga digunakan untuk mengenali umat Islam yang
telah menunaikan ibadah haji sekaligus media dakwah agama.

Dengan memahami makna di balik penggunaan gelar ini, kita dapat menghargai nilai-nilai
kehormatan dalam budaya Melayu serta berinteraksi dengan lebih santun secara lintas
budaya.

ETIKA BERKOMUNIKASI DALAM BUDAYA MELAYU


1. Berbahasa secara halus dan santun
Orang Melayu sangat menjunjung tinggi kesantunan bahasa. Mereka menghindari
ucapan kasar dan menggunakan bahasa yang halus serta tidak menyinggung
perasaan lawan bicara.
2 Menghargai hierarki dan struktur sosial
Cara berbicara dan menyapa disesuaikan dengan usia dan kedudukan sosial lawan
bicara. gelar kehormatan digunakan untuk menunjukkan penghormatan.
3. Tidak bersikap konfrontatif
Orang Melayu cenderung tidak blak-blakan dan menghindari konfrontasi langsung
yang dapat memalukan atau melukai hati lawan bicara.
4. Menjaga keharmonisan
Mereka lebih mengutamakan kerukunan daripada kemenangan pribadi. Oleh karena
itu, berhati-hati dalam perkataan dan menjaga perasaan lawan bicara sangat penting.
5. Berbicara secara tidak langsung
Orang Melayu sering berbicara secara implisit dan tidak langsung agar maksudnya
tetap tersampaikan namun dengan cara halus dan tidak menyinggung.
6. Menjaga aurat dan sopan santun
Etika Melayu menuntut agar laki-laki dan perempuan menjaga aurat serta berbicara
dengan sopan ketika berinteraksi, terutama kepada lawan jenis.
Dengan memahami etika komunikasi Melayu ini, kita dapat meningkatkan kualitas interaksi
lintas budaya secara lebih efektif.

PENGGUNAAN SIMBOL DAN METAFORA SEBAGAI BENTUK KOMUNIKASI


DALAM BUDAYA MELAYU
Simbol dan metafora merupakan bentuk komunikasi tidak langsung yang sering digunakan
dalam budaya Melayu. Berikut penjelasan mengenai penggunaannya:
1. Simbol
Simbol adalah objek, tanda, atau isyarat yang menunjukkan makna tertentu di balik bentuk
fisiknya. Dalam budaya Melayu, simbol banyak digunakan untuk menyampaikan pesan dan
makna secara halus.Contohnya penggunaan bunga seperti melati dan cempaka sebagai simbol
kesucian dan kerendahan hati. Pakaian tradisional tertentu juga melambangkan status sosial.
Beberapa contoh penggunaan symbol lainnya:
 Bunga dan tumbuhan seperti mawar, melati, dan cempaka melambangkan kesopanan,
kerendahan hati, atau kesucian.
 Pakaian dan aksesori tradisional seperti tengkolok, keris, pending, dan tepak sirih
melambangkan status sosial dan identitas kelompok tertentu.
 Gestur tubuh seperti salam dengan kedua tangan di dada berarti rasa hormat yang
mendalam.
 Makanan juga memiliki makna simbolik, seperti ketupat dan rendang melambangkan
persatuan dalam perayaan Idul Fitri.

2. Metafora
Metafora adalah penggunaan bahasa kiasan atau figuratif dimana sesuatu diumpamakan
sebagai hal lain untuk menggambarkan persamaan sifat. Orang Melayu sering menggunakan
perumpamaan, pepatah, dan bidalan yang kaya metafora untuk menyampaikan nasihat dan
norma-norma sosial secara bijaksana.Contohnya "bagai aur dengan tebing" (hidup
berdampingan tapi tidak bersatu) dan "bagai pinang dibelah dua" (pasangan yang serasi).
Beberapa contoh lainnya:
 Perumpamaan "Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan
nama" untuk menasihati berperilaku terpuji.
 Ungkapan "Bagai pinang dibelah dua" untuk pasangan yang serasi.
 Peribahasa "Bagai aur dengan tebing" melambangkan dekat secara fisik tapi jauh
secara bathin.
 Perumpamaan "Bagai pungguk merindukan bulan" untuk menggambarkan hasrat tak
tercapai.
Penggunaan simbol dan metafora ini mencerminkan kehalusan dan ketidaklangsungan dalam
berbahasa dan berkomunikasi pada masyarakat Melayu untuk menjaga keharmonisan
hubungan.

MENGHORMATI DAN MERAWAT KEARIFAN LOKAL DAN TRADISI


BERKOMUNIKASI DALAM BUDAYA MELAYU
Menghormati dan merawat kearifan lokal dan tradisi berkomunikasi dalam budaya Melayu
Kearifan lokal dan tradisi berkomunikasi dalam budaya Melayu merupakan warisan budaya
yang sangat berharga. Warisan budaya ini perlu dihormati dan dirawat agar tetap hidup dan
lestari.Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghormati dan merawat kearifan
lokal dan tradisi berkomunikasi dalam budaya Melayu, antara lain:
 Mengenal dan memahami kearifan lokal dan tradisi berkomunikasi dalam budaya
Melayu
Langkah pertama untuk menghormati dan merawat kearifan lokal dan tradisi
berkomunikasi dalam budaya Melayu adalah dengan mengenal dan memahaminya. Hal ini
dapat dilakukan dengan membaca buku, artikel, atau sumber-sumber lain yang membahas
tentang kearifan lokal dan tradisi berkomunikasi dalam budaya Melayu.
 Menerapkan kearifan lokal dan tradisi berkomunikasi dalam budaya Melayu dalam
kehidupan sehari-hari
Setelah mengenal dan memahami kearifan lokal dan tradisi berkomunikasi dalam budaya
Melayu, langkah selanjutnya adalah menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa Melayu yang sopan dan santun, menggunakan
gelar kehormatan yang sesuai, dan bersikap sopan dan hormat terhadap orang lain.
 Mengajarkan kearifan lokal dan tradisi berkomunikasi dalam budaya Melayu kepada
generasi muda
Kearifan lokal dan tradisi berkomunikasi dalam budaya Melayu perlu diajarkan kepada
generasi muda agar warisan budaya ini tetap hidup dan lestari. Hal ini dapat dilakukan
dengan memasukkan materi tentang kearifan lokal dan tradisi berkomunikasi dalam budaya
Melayu ke dalam kurikulum pendidikan.

Berikut adalah beberapa contoh kearifan lokal dan tradisi berkomunikasi dalam budaya
Melayu yang perlu dihormati dan dirawat:
 Menggunakan bahasa Melayu yang sopan dan santun
Bahasa Melayu merupakan bahasa yang sangat indah dan kaya akan makna. Dalam budaya
Melayu, bahasa Melayu digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa Melayu
yang sopan dan santun menunjukkan sikap saling menghormati dan menghargai antar
komunikator.
 Menggunakan gelar kehormatan yang sesuai
Dalam budaya Melayu, gelar kehormatan merupakan bentuk penghargaan terhadap seseorang
atau sesuatu. Gelar kehormatan dapat diberikan berdasarkan berbagai faktor, seperti status
sosial, jabatan, prestasi, atau jasa. Penggunaan gelar kehormatan yang sesuai menunjukkan
sikap sopan santun dan hormat terhadap orang lain.
 Bersikap sopan dan hormat terhadap orang lain
Dalam budaya Melayu, sikap sopan santun dan hormat terhadap orang lain sangat penting.
Sikap ini ditunjukkan dengan berbagai cara, seperti menggunakan bahasa yang sopan,
menggunakan gelar kehormatan yang sesuai, dan menghindari perilaku yang menyinggung
perasaan orang lain.

Dengan menghormati dan merawat kearifan lokal dan tradisi berkomunikasi dalam budaya
Melayu, kita dapat menjaga warisan budaya kita dan memastikannya tetap hidup untuk
generasi yang akan datang. Oleh karena itu, generasi muda harus terus diperkenalkan pada
kearifan lokal ini agar tidak punah ditelan perubahan zaman. Perlu ada upaya pelestarian
melalui pendidikan, dokumentasi, dan penghargaan terhadap warisan leluhur ini. Dengan
begitu, keunikan dan kekayaan budaya Melayu dapat terpelihara dengan baik.

KESIMPULAN
Kehormatan merupakan salah satu nilai moral yang penting dalam berbagai budaya di dunia,
termasuk budaya Melayu.Dalam budaya Melayu,kehormatan dapat diwujudkan dalam
berbagai bentuk, seperti penggunaan bahasa yang sopan, perilaku yang santun, dan sikap
yang menghargai perbedaan budaya.Penggunaan gelar kehormatan dalam budaya Melayu
merupakan salah satu bentuk penghormatan terhadap seseorang atau sesuatu.Setiap budaya
memiliki pandangan dan aturan tersendiri terkait dengan apa yang dianggap sebagai perilaku
terhormat dan cara berkomunikasi yang etis. Ini dipengaruhi oleh nilai-nilai inti dan norma
yang berlaku dalam budaya tersebut.Budaya Melayu merepresentasikan salah satu kekayaan
budaya Timur yang sarat dengan filosofi kehidupan dan dipengaruhi oleh ajaran Islam.
Konsep kehormatan dan etika dalam budaya Melayu antara lain ditandai dengan penekanan
pada kesopanan,malu,reputasi baik,hormat kepada yang lebih tua,serta kepatuhan kepada adat
istiadat.Orang Melayu menjunjung tinggi kesantunan dan kehalusan budi bahasa,penggunaan
gelar kehormatan, serta gaya komunikasi yang tidak langsung demi menjaga
keharmonisan.Penggunaan simbol dan metafora mewakili kecenderungan komunikasi secara
bijaksana dan implisit dalam budaya Melayu. Memahami perbedaan nilai-nilai dan etika
lintas budaya penting agar kita dapat berinteraksi secara lebih efektif dalam masyarakat
majemuk dewasa ini.

DAFTAR PUSTAKA
Tenas Effendy (2006) nilai yang terkandung di dalam Tunjuk ajar Melayu
http://www.purisdiki.or.id/2017/08/nilai-nilai-kehidupan-yang-terkandung.html
Kebudayaan Melayu https://disbud.kepriprov.go.id/kebudayaan-melayu/
Asmah Haji Omar. (2015). Ensiklopedia Bahasa Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka. https://www.dbp.gov.my/ensiklopedia_bm/
Awang Sariyan. (2007). Santun Berbahasa. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
https://www.dbp.gov.my/katalogdbp/viewBookDetail.php?ISBN=9789836251536
Bariah bt. Ali. (2000). Komunikasi dalam Konteks Budaya di Malaysia. Jurnal Pengajian
Melayu, Jilid 11, 154-172. https://journalarticle.ukm.my/696/
Goddard, C. (1997). Bahasa dan Hubungan Sosial dalam Masyarakat Dwibahasa. Kuala
Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
https://www.dbp.gov.my/katalogdbp/viewBookDetail.php?ISBN=9789836200841
Haji Othman Puteh. (2009). Bahasa, Budaya dan Komunikasi Etnik Melayu. Jurnal Pengajian
Melayu, Jilid 20, 166-189. https://journalarticle.ukm.my/8058/
Hashim Musa. (2013). Lambang dan Simbol Budaya Masyarakat Melayu. Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka.
https://www.dbp.gov.my/katalogdbp/viewBookDetail.php?ISBN=9789836279036
Norsimah Mat Awal & Norizah Ardi. (2005). Penggunaan Metafora dalam Peribahasa
Melayu. Jurnal Bahasa, Jilid 5(2), 214-228.
https://jurnalbahasa.dbp.my/wordpress/wp-content/uploads/2015/10/214-288.pdf
Zaharani Ahmad. (2010). Penggunaan Metafora dalam Pantun Melayu. Jurnal Bahasa, Jilid
10(1), 44-65.
https://jurnalbahasa.dbp.my/wordpress/wp-content/uploads/2014/09/44-65.pdf
Gudykunst, W. B., & Kim, Y. Y. (2012). Communicating with strangers: An introduction to
intercultural communication. New York: McGraw-Hill.
Martin, J. N., & Nakayama, T. K. (2013). Intercultural communication: A global view. New
York: McGraw-Hill.
Asnan, A. (2015). Budaya Melayu: Sebuah pengantar. Jakarta: Indeks.
Jassin, H. B. (2017). Budaya Melayu: Suatu tinjauan antropologis. Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.
Asnan, A. (2015). Budaya Melayu: Sebuah pengantar. Jakarta: Indeks.
Jassin, H. B. (2017). Budaya Melayu: Suatu tinjauan antropologis. Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.
Asnan, A. (2015). Budaya Melayu: Sebuah pengantar. Jakarta: Indeks.
Jassin, H. B. (2017). Budaya Melayu: Suatu tinjauan antropologis. Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.
Gudykunst, W. B., & Kim, Y. Y. (2012). Communicating with strangers: An introduction to
intercultural communication. New York: McGraw-Hill.
Martin, J. N., & Nakayama, T. K. (2013). Intercultural communication: A global view. New
York: McGraw-Hill.

You might also like