Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

MAKALAH MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“Moderasi Beragama dalam Perspektif Islam”


Dosen Pengampu:
Fatimah S.Ag. , M.A.

Disusun Oleh:
Kelompok 13 (A - 01SIGP005)

Nafisa Sana Salihah (231010600228)


Rabitha Halula Kamal (231010600739)
Zahra Alya (231010600235)

FAKULTAS SASTRA INGGRIS


UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Raya Puspitek, Buaran, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan,
Banten 15310
KATA PENGANTAR

Marilah kita panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah swt yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya kepada seluruh hambanya, terutama bagi penulis yang alhamdulillah
mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
“Moderasi Beragama dalam Perspektif Islam”
Makalah ini disusun sedemikian rupa dengan bahasa sederhana dan contoh-contoh yang
mempermudah pemahaman mengenai moderasi. Informasi yang disajikan dalam makalah ini
tentunya akan sangat bermanfaat bagi pembaca yang membutuhkan.
Dengan keterbatasan saya dalam membuat makalah, maka cukup banyak hambatan yang
penulis temui . Hambatan yang dimaksud adalah pada pembuatan makalah. Dan jika makalah ini
bisa di selesaikan dengan baik tentunnya karena dukungan dari banyak pihak terkait.
1. Keluarga yang selalu mendukung setiap saat.
2. Teman-teman yang membantu dalam menyusun makalah ini.
Tak ada yang bisa diberikan selain doa dan rasa terimakasih secara tulus kepada orang-
orang yang mendukung dalam membuat makalah ini. Namun saya tidak lupa juga dengan
masukan yang bermanfaat seperti saran dan kritik dari Ibu Fatimah S.Ag. , M.A.selaku dosen
mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Penulis berharap bahwa laporan penelitian ini sangat
bermanfaat bagi siapa saja yang membaca dan menambahkan pengetahuan kepada kami semua.

Tangerang Selatan, 11 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………….…………………………………..i
Daftar Isi………………………………………………………….………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...………………1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Moderasi beragama biasanya dipahami sebagai posisi perantara dalam pemahaman ajaran
agama. Dalam Islam, konsep moderasi sering dipadukan dengan istilah Islam wasathiyah.
Konsep Islam wasathiyah juga sering dijadikan landasan untuk memahami prinsip moderasi
beragama, khususnya dalam perspektif Islam. Indikator moderat pemahaman agama tidak bisa
dilepaskan dari Kementerian Agama RI periode 2015-2019. dengan arah dan rencana strategis
tahun 2020-2024 yang kemudian ditetapkan tahunnya dalam RPJMN. Renstra tahun 2015-2019
menjadi landasan bagi pengembangan ideologi toleran, moderat dan patriotik pada Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam. Dalam konteks ini, indikator moderasi beragama tidak dapat
dipisahkan dari komitmen nasional, toleransi, anti radikalisme dan kekerasan, serta sikap
konsiliasi terhadap budaya dan kearifan lokal. Pada saat yang sama, posisi moderasi beragama
sebagai pemahaman agama yang seimbang senantiasa berada di tengah-tengah, tidak membantu
ideologi agama sayap kanan yang mengarah pada radikalisme atau ideologi sayap kiri yang
mengarah pada liberalisme.

1.2 Rumusan Masalah


1.Apa pengertian Moderasi?
2. Bagaimana pengertian Moderasi Islam?
3.Bagaimana pemahaman Almaslahah kebaikan?
4.Bagaimana Moderasi inti Masyarakat Madani?
5.Bagaimana Tolak ukur Moderasi beragama?

1.3 Tujuan Penulisan


1.Menjelaskan pengertian Moderasi
2.Memaparkan pengertian Moderasi Islam
3.Memaparkan pemahaman Almaslahah kebaikan
4.Memaparkan Moderasi inti Masyarakat Madani
5.Memaparkan tolak ukur Moderasi beragama

4
5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Moderasi


Kata moderasi berasal dari bahasa Latin yaitu moderâtio, yang artinya adalah ke-sedang-
an (tidak kelebihan dan tidak kekurangan). Kata tersebut mengandung makna penguasaan diri
dari sikap sangat kelebihan dan sikap kekurangan.Sedangkan dalam bahasa Arab, moderasi
dikenal dengan kata wasath atau wasathiyah, yang memiliki padanan makna dengan kata
tawassuth (tengah-tengah), i’tidal (adil), dan tawazun (berimbang). Orang yang menerapkan
prinsip wasathiyah bisa disebut wasith. Dalam bahasa Arab pula, kata wasathiyah diartikan
sebagai “pilihan terbaik”. Apa pun kata yang dipakai, semuanya menyiratkan satu makna yang
sama, yakni adil, yang dalam konteks ini berarti memilih posisi jalan tengah di antara berbagai
pilihan ekstrem. Kata wasith bahkan sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata
'wasit' yang memiliki tiga pengertian, yaitu: 1) penengah, perantara (misalnya dalam
perdagangan, bisnis); 2) pelerai (pemisah, pendamai) antara yang berselisih; dan 3) pemimpin di
pertandingan (Saifuddin
Moderasi adalah jalan tengah. Dalam sejumlah forum diskusi kerap terdapat moderator
orang yang menengahi proses diskusi, tidak berpihak kepada siapa pun atau pendapat mana pun,
bersikap adil kepada semua pihak yang terlibat dalam diskusi. Moderasi juga berarti "sesuatu
yang terbaik" dan juga sikap & pandangan yang tidak berlebihan/ tidak radikal. Sesuatu yang ada
di tengah biasanya berada di antara dua hal yang buruk. Contohnya adalah keberanian. Sifat
berani dianggap baik karena ia berada di antara sifat ceroboh dan sifat takut. Sifat dermawan
juga baik karena ia berada di antara sifat boros dan sifat kikir.

2.2 Pemahaman Moderasi Islam


Pemahaman tentang moderasi dalam Islam, sebagaimana dijelaskan dalam Alquran,
memang menjadi inti dari tatanan masyarakat yang diinginkan. Q.s. al-Baqarah: 143 dengan
artian yaitu menanamkan sikap keadilan dalam diri, keseimbangan, saling menyayangi, bertakwa
kepada Allah Swt serta menghindarkan diri dari sikap kekerasan yang dirujuk untuk pengertian
moderasi di sini menjelaskan keunggulan umat Islam dibandingkan umat lain. Moderasi dalam
pandangan Al-Quran merupakan inti dari masyarakat ideal, yaitu masyarakat Madani atau
dikategorikan sebagai khairu ummah. masyarakat yang berdasarkan prinsip-prinsip Al-Quran
bertujuan untuk mewujudkan tatanan sosial yang etis dan egaliter, bebas dari ketidakseimbangan
ekonomi dan ketidakadilan sosial, serta mencapai keridhaan Allah SWT. Pesan Alquran tentang
masyarakat ideal tidak hanya bersifat kognitif, tetapi juga mengevaluasi seluruh aktivitasnya,
termasuk aktivitas transendental. Masyarakat ideal ditandai dengan kedamaian dan kekayaan. Al-
Quran mengkritisi dua aspek masyarakat yang berkaitan erat: perilaku musyrik, yang merupakan

6
gejala segmentasi sosial, dan kesenjangan sosial-ekonomi yang timbul dari dan memupuk
perpecahan yang tidak diinginkan di antara sesama anggota masyarakat. Masyarakat ideal
diwujudkan dengan kedamaian dan kesejahteraan.
Ada pula moderasi menurut hadits antara lain:
A. HR. Muslim
Jâbir b. Samurah berkata, “aku telah shalat bersama Nabi saw. berkali-kali, dan (aku
dapati) shalatnya dalam pertengahan dan khutbahnya juga pertengahan.”
B. HR. Nasai dan Ibnu Majah
Ibn ‘Abbâs berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Wahai manusia, hindarilah sikap
berlebihan (melampaui batas), sebab umat-umat terdahulu binasa karena sikap
melampaui batas dalam beragama.”
Konsep ini mengacu pada prinsip-prinsip tengah dan keseimbangan dalam berbagai aspek
kehidupan. Idealnya, hal ini menciptakan masyarakat Madani yang berlandaskan pada nilai-nilai
keadilan, tolong-menolong, dan perdamaian. Masyarakat Madani ini, jika dijalankan dengan
baik, bisa menjadi model masyarakat yang baik (khairu ummah) bagi dunia.

2.3 Pemahaman Almaslahah Kebaikan


Al-Maslaha adalah konsep dalam hukum Islam yang mengacu pada prinsip mencari
kebaikan atau kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks ini, "kebaikan" merujuk pada upaya
untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi individu dan masyarakat secara
keseluruhan. Prinsip al-Maslaha menekankan menghindari pentingnya kerusakan dan mendorong
tindakan yang menghasilkan manfaat.
Prinsip ini digunakan dalam hukum Islam untuk mengambil keputusan yang
mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat, meskipun tindakan tersebut tidak memiliki dasar
hukum yang tegas dalam Al-Quran atau hadis. Tujuannya adalah untuk menjaga keseimbangan
antara kepentingan individu dan kepentingan umum dalam masyarakat.
Dalam praktiknya, al-Maslaha digunakan oleh cendekiawan dan ulama untuk mengatasi
isu-isu kontemporer yang tidak diatur secara spesifik dalam sumber-sumber hukum Islam utama.
Prinsip ini memungkinkan interpretasi dalam interpretasi hukum Islam untuk mengatasi masalah-
masalah baru yang muncul dalam masyarakat.

2.4 Moderasi Inti Masyarakat Madani


Moderasi dalam pandangan Al-Quran merupakan inti dari masyarakat ideal, yaitu
masyarakat Madani atau dikategorikan sebagai khairu ummah. masyarakat yang berdasarkan
prinsip-prinsip Al-Quran bertujuan untuk mewujudkan tatanan sosial yang etis dan egaliter,
bebas dari ketidakseimbangan ekonomi dan ketidakadilan sosial, serta mencapai keridhaan Allah
SWT. Pesan Alquran tentang masyarakat ideal tidak hanya bersifat kognitif, tetapi juga

7
mengevaluasi seluruh aktivitasnya, termasuk aktivitas transendental. Masyarakat ideal ditandai
dengan kedamaian dan kekayaan. Al-Quran mengkritisi dua aspek masyarakat yang berkaitan
erat: perilaku musyrik, yang merupakan gejala segmentasi sosial, dan kesenjangan sosial-
ekonomi yang timbul dari dan memupuk perpecahan yang tidak diinginkan di antara sesama
anggota masyarakat. Masyarakat ideal diwujudkan dengan kedamaian dan kesejahteraan.

2.5 tolak ukur moderasi beragama


Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan terdapat tiga hal sebagai tolok
ukur moderasi beragama yang bisa menekan pertumbuhan ideologi ekstrem. Lukman di Jakarta,
Selasa, mengatakan setiap agama memiliki inti pokok ajaran yaitu mengajak untuk menghargai
serta melindungi harkat dan martabat kemanusiaan.
"Bila ada ajaran agama yang bertolak belakang dengan inti ajaran pokok agama maka ini
sudah berlebihan dan ekstrem," katanya.
Tolok ukur moderasi beragama pertama, kata dia, seberapa kuat kembalinya penganut
agama kembali pada inti pokok ajaran, yaitu nilai kemanusiaan. Melalui kemanusiaan maka
perbedaan agama di tengah masyarakat bukan menjadi persoalan mengganggu keharmonisan.
Kemudian, lanjut dia, tolok ukur kesepakatan bersama. Melalui kesepakatan bersama
menunjukkan kerja sama di antara sesama manusia yang beragam. Karena bagaimanapun
manusia memiliki keterbatasan sehingga keragaman itu akan saling menutupi kekurangan.
Keragaman, kata Lukman, diciptakan Tuhan Yang Maha Esa untuk membuat sesama manusia
saling menyempurnakan. Keragaman itu adalah kehendak Tuhan karena manusia yang beragam
membutuhkan kesepakatan.
"Inti pokok ajaran agama bagaimana setiap kita tunduk dan taat terhadap kesepakatan
bersama," kata Lukman.
Ukuran moderasi beragama ketiga, kata Lukman, adalah ketertiban umum. Manusia yang
beragam latar belakang agar bisa tertib yang bisa memicu suasana beragama yang moderat.
"Tujuan agama dihadirkan agar tercipta ketertiban umum di tengah kehidupan bersama
yang beragam," kata Menag.
Lukman mengatakan pemerintah membuat sejumlah progam agar moderasi beragama
terus tumbuh di tengah masyarakat Indonesia yang beragam.Di antaranya, kata dia, dengan
pendekatan sosialisasi gagasan, pengetahuan dan pemahaman tentang moderasi beragama kepada
seluruh lapisan masyarakat.
Selanjutnya, kata Lukman, pemerintah memprogramkan pelembagaan moderasi
beragama ke dalam program dan kebijakan yang mengikat serta disematkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Text here

3.2 Saran
Text here

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.youtube.com/watch?v=nLPcwc2bzhU (11/9/23 18:23)

10

You might also like