Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesatnya perkembangan bisnis ritel di Indonesia tersebut memicu terjadi

persaingan dalam mendapatkan pelanggan. Kondisi persaingan yang semakin

ketat ini pun menuntut setiap perusahaan untuk mampu bertahan hidup. Karena

itu, setiap bisnis ritel modern perlu meningkatkan kekuatan yang ada dalam

perusahaannya dengan cara memunculkan perbedaan atau keunikan yang dimiliki

perusahaan dibandingkan dengan pesaing untuk dapat menarik minat beli

konsumen. Selain itu, setiap retailer dituntut untuk selalu melakukan inovasi agar

dapat merebut hati konsumennya untuk melakukan pembelian. Oleh karena itu,

situasi pembelian terutama lingkungan fisik seperti warna, suara, cahaya, dan

pengaturan ruang perludiperhatikan retailer, karena dengan lingkungan fisik yang

menarik diharapkan mampu menarik konsumen untuk melakukan pembelian.

Keputusan pembelian perlu di dorong melalui beberapa faktor,

diantaranya yaitu melalui store atmoshpere dan brand image. store atmoshpere

adalah desain lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik,

dan wangi-wangian untuk merancang respon emosional dan persepsi pelanggan

untuk mempengaruhi pelanggan dalam membeli barang. Store atmosphere

(suasana toko) merupakan salah satu elemenpenting dari bauran eceran yang

mampu mempengaruhi proses keputusanpembelian konsumen. Saat melakukan

pembelian, konsumen tidak hanya memperhatikan barang dan jasa yang


2

ditawarkan oleh pengecer,tetapi juga lingkungan pembelian yang memberikan

kenyamanan bagi konsumen, sehingga konsumen tersebut memilih toko yang

disukai dan melakukan pembelian. Meskipun begitu, mengetahui dan memahami

suasana toko bukanlah hal yang mudah karena suasana toko merupakan

kombinasi dari hal-hal yang bersifat emosional.

Store atmosphere (suasana toko) sebagai alat komunikasi pemasaran yang

didesain sedemikian rupa agar dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan

konsumen serta sebagai upaya pemahaman perilaku konsumen pada toko ritel

modern dalam rangka merangsang keinginan berbelanja. Perubahan terhadap

store atmosphere (suasana toko) harus selalu dirancang agar tidak membosankan,

langganan tetap setia, dan mengatasi para saingan. Jika konsumen bosan dengan

suasana toko kemungkinan besar mereka akan beralih ke toko lain.

Selain store atmosphere citra merek juga dapat menjadi faktor

pertimbangan konsumen dalam memutuskan untuk membeli suat produk atau

tidak. Citra merek yang baik secara tidak langsung akan mempengaruhi emosi

konsumen untuk melakukan pembelian. Citra merek harus dibentuk dalam benak

konsumen agar konsumen memiliki citra positif. Citra merek yang positif dapat

mempengaruhi keputusan pembelian.Adapun brand image merupakan

pemahaman pelanggan mengenai merek secara keseluruhan. Kepercayaan

pelanggan terhadap suatu merek tertentu dan bagaimana pelanggan memandang

suatu merek. Brand image yang positif akan membuat pelanggan menyukai suatu

produk dengan merek yang bersangkutan dikemudian hari, sedangkan bagi

produsen brand image yang baik akan menghambat kegiatan pemasaran pesaing.
3

Dari beberapa faktor yang telah dibahas maka jelas bahwa keputusan pembelian

akan tinggi jika produk yang dijual merupakan produk dengan merek yang di

kenal dan memiliki image yang baik serta didukung oleh store atmosphere yang

dapat memberikan kenyamanan kepada konsumen dalam berbelanja.

Saat ini jumlah hypermarket dan pasar swalayan di Indonesia telah

berkembang dengan pesat termasuk di kabupaten Sampang, contohnya antara lain

Indomaret, Alfamaret, Toko bagus dan toko Basmalah. toko Basmalah merupakan

bentuk ritel modern yang sangat memperhatikan kenyamanan berbelanja bagi

konsumen dan pelanggannya. Hal ini dibuktikan dengan upaya toko Basmalah

memberikan yang terbaik bagi konsumen dan pelanggannya, baik dari segi harga

yang bersaing, kelengkapan produk yang disediakan, lokasi yang strategis,

suasana toko yang nyaman sampai berbagai strategi bisnis yang diterapkan untuk

menarik minat pengunjung untuk datang dan berbelanja.

Dari pemaparan masalah diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian pada Di Toko Basmalah Sampang dengan judul “PENGARUH STORE

ATMOSFER DAN BRAND IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

DI TOKO BASMALAH SAMPANG”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah Variabel Store atmosphere dan Brand Image berpengaruh secara

simultan Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Toko Basmalah

Sampang?
4

2. Apakah Variabel Store atmosphere dan Brand Image berpengaruh secara

parsial Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Toko Basmalah

Sampang?

3. Variabel manakah antara Variabel Store atmosphere dan Brand Image yang

berpengaruh dominan terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Toko

Basmalah Sampang?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan Variabel Store atmosphere dan

Brand Image terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Toko Basmalah

Sampang.

2. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial Variabel Store atmosphere dan

Brand Image terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Toko Basmalah

Sampang.

3. Untuk mengetahui pengaruh dominan antara Variabel Store atmosphere dan

Brand Image terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Toko Basmalah

Sampang.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan dapat memberikan

kegunaan bagi semua pihak, yaitu :

1. Di Toko Basmalah Sampang

Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan

Keputusan Pembelian Konsumen Di Toko Basmalah Sampang


5

2. Universitas Madura

Untuk menambah pembendaharaan perpustakaan Universitas Madura

khususya Fakultas Ekonomi.

3. Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman

berhargadalam menerapkan teori – teori yang didapat dibangku kuliah.

4. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini bisa dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian lanjutan

dan kekurangan dalam penelitian ini bisa disempurnakan.

1.5 Batasan Masalah

Untuk memperjelas pokok masalah dan menghindari terjadinya

penyimpangan pada pembahasan, maka peneliti membatasi masalah sebagai

berikut :

1. Adapun batas penelitian ini adalah tentang pengaruh Variabel Store

atmosphere dan Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di

Toko Basmalah Sampang.

2. Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah Konsumen Di Toko

Basmalah Sampang.

1.6 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini dibuat kerangka pemikiran yang dapat dijadikan

landasan penelitian, sebagai berikut :

Gambar1. 1 Kerangka Pemikiran

PENGARUH STORE ATMOSFER DAN BRAND IMAGE


6

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DI TOKO BASMALAH

SAMPANG

r1

Store Atmosfer (X1)

Keputusan Pembelian
R
(Y)

Brand Image
(X2)

r2

Keterangan:

= Hubungan secara simultan

= Hubungan secara parsial

R = Koefisien korelasi secara bersama-sama yakni dalam mengukur

besarnya hubungan simultan dari Store atmosphere dan Brand Image

Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Toko Basmalah Sampang.

r1 = Store atmosphere (X1) dimana Store atmosphere ini dapat memberikan

suatu pengaruh secara parsial terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di

Toko Basmalah Sampang.

r2 = Brand Image (X2) dimana Brand Image ini dapat memberikan suatu

pengaruh secara parsial terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Toko

Basmalah Sampang.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Tujuan kajian penelitian terdahulu adalah untuk memberikan kerangka

kajian empiris dari kerangka kajian teoritis bagi permasalahan sebagai dasar untuk

mengadakan pendekatan terhadap masalah yang dihadapi, serta dipergunakan

sebagai pedoman dalam pemecahan masalah. Adapun penelitian terdahulu yang

menjadi acuan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. penelitian yang telah dilakukan oleh Anggun (2022) judul "

PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

DI TENGAH WABAH COVID 19 DALAM PERSPEKTIF EKONOMI

ISLAM (Studi Kasus Pada Brand Pakaian Cordy)" Hasil penelitian yaitu

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.Sumber data berupa data

primer dan sekunder.Teknik pengumpulan data terdiri dari observasi,

wawancara dan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 95

konsumen Busana Cordy dan sampel yang digunakan dalam penelitian

sebesar 95 konsumen. Proses analisis data menggunakan analisis regresi

linier sederhana, uji T dan koefisien dterminan dengan Brand Image sebagai

variabel independen (X) dan keputusan pembelian sebagai variabel

dependen (Y). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan Bramd Image

berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk Cordy.Brand Image

berpengaruh 26,3 % terhadap keputusan pembelian Produk Cordy,

10
8

sedangkan 72,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini. Taraf signifikansi dari penelitian ini <0,05 (0,000<0,05)

diketahui bahwa H1 diterima dan Ho ditolak.. Perilaku konsumen dalam

ekonomi Islam berbeda dengan perilaku konsumen konvensional.

2. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Dimas Adi Prabowo (2022),

Pengaruh Brand Image dan Store Atmosphere terhadap Keputusan

Pembelian Pad penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai pengaruh brand

image dan store atmosphere terhadap keputusan pembelian. Penelitian ini

menggunakan metode analisis desktiptif dan verifikatif. Teknik

pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan menyebarkan kuesioner.

Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen di Kafe Marlina

Kopi.Teknik pengambilan sampling yang digunakan adalah incidental

sampling. Junlah responden sebanayak 96 responden. Penelitian ini

menggunakan skala pengukuran Likert. Analisis data dengan menggunakan

uji asumsi klasik, analisis regresi berganda, koefisien determinasi serta

pengujian hipotesis menggunakan uji parsial dengan uji t dan uji simultan

dengan uji F. Hasil penelitian secara parsial brand Image berpengaruh

positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Store Atmosphere

berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Hasil

penelitian secara simultan menyatakan bahwa brand Image dan Store

Atmosphere berpengaruh psitif dan signifikan secara bersama-sama

terhadap keputusan pembelian.a Cafe Marlina Kopi Lemahsugih. .

3. Penelitian ketiga dilakukan oleh Abd. Halim.(2016).Pengaruh Store


9

Atmosphere, Store Image, Dan Kepuasan Konsumen Terhadap Keputusan

Pembelian Di Toko Buku Gramedia Cabang Gajah Mada Medan (Studi

Kasus Pada Mahasiswa Kedokteran Methodist Medan). Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh Store Atmosphere, Store Image

dan Kepuasan Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian di Toko

Buku Gramedia Cabang Gajah Mada Medan Pada Mahasiswa

Kedokteran Methodist Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian

asosiatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Sampling

Insidental. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif, analisis regresi linear berganda, pengujian hipotesis dengan

menggunakan uji signifikan simultan (uji F), pengujian signifikan parsial

(uji t), dan pengujian koefisien determinasi (R2). Hasil penelitian ini

menunjukkkan bahwa secara bersama-sama berpengaruh positif dan

signifikan antara variabel Store Atmosphere, Store Image dan Kepuasan

Konsumen terhadap Keputusan Pembelian di Toko Buku Gramedia

Cabang Gajah Mada Medan pada Mahasiswa Kedokteran Methodist

Medan (uji F). Pada pengujian secara parsial (uji t) diketahui bahwa variabel

Store Atmosphere, Store Image, Kepuasan Konsumen berpengaruh

secara positif dan signifkan terhadap Keputusan Pembelian di Toko Buku

Gramedia Cabang Gajah Mada Medan pada Mahasiswa Kedokteran

Methodist Medan. Melalui pengujian koefisien determinasi yang

disesuaikan Ajusted R Square diperoleh nilai sebesar 0,355 berarti 35,5%


10

faktor-faktor Keputusan Pembelian Konsumen dapat dijelaskan oleh Store

Atmosphere, Store Image, Kepuasan Konsumen. Sedangkan sisanya

65,5% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini.

4. Penelitian keempat dilakukan oleh Eli Achmad Mahiri (2020). Pengaruh,

Brand Image Dan Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian Pada

Konsumen Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Mart Banjaran. Penelitian

ini dilakukan di BUMDES Mart Banjaran Majalengka dan bertujuan

untuk mengetahui bagaimana pengaruh Brand Image dan Store

Atmosphere terhadap Keputusan Pembelian pada konsumen BUMDes

Mart Banjaran dalam rangka meningkatkan daya saing perusahaan

desa di era globalisasi Populasi pada penelitian ini adalah infinite

population dan teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah non probability sampling dengan metode

pendekatan Insidental sampling. Metode penelitian yang digunakan

menggunakan metode survey dengan pendekatan deskriptif dan

verifikatif, uji instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

uji validitas dan uji reliabilitas. Analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis regresi berganda, koefisien determinasi, dan

uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa brand image

berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, dan

store atmosphere berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian.
11

2.2 Landasan teori

2.2.1 Pengertian Store Atmosphere

Store Atmosphere merupakan salah satu elemen penting dari retailing

mix yang mampu mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen,

karena dalam proses pembeliannya konsumen tidak hanya memberi respon

terhadap barang dan jasa yang ditawarkan oleh pengecer, tetapi juga

memberikan respon terhadap lingkungan pembelian yang di ciptakan oleh

pengecer. Menurut Berman dan Evans (2010:103) “Strore Atmosphere

merupakan kombinasi dari karakteristik fisik toko seperti arsitektur, tata

letak, pencahayaan, pemajangan, warna, temperature, music, aroma yang secara

menyeluruh akan menciptakan citra dalam benak konsumen”. Menciptakan

dan memelihara citra sangat tergantung pada suasana perusaahaan atau toko.

Suasana mengacu pada karakteristik fisik toko yang digunakan untuk

mengembangkan citra dan menarik pelanggan. Suasana mengacu pada desain

lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, dan

aroma untuk merangsang pandangan pelanggan dan tanggapan emosional dan

akhirnya mempengaruhi perilaku pembelian (Levy dan Weitz, 2001:576).

Sedangkan menurut Kotler (2008:61) store atmosphere adalah suasana

(atmosphere) setiap toko mempunyai tata letak fisik yang memudahkan atau

menyulitkan untuk berputar-putar di dalamnya, setiap toko mempunyai

penampilan yang berbeda-beda baik itu tidak tertata baik, menarik, megah dan

suram. Suatu toko harus membentuk suasana terencana yang sesuai dengan pasar
12

sasarannya dan dapat menarik konsumen untuk membeli di toko tersebut.

Gilbert (2003:129) menjelaskan bahwa store atmosphere merupakan kombinasi

dan peran secara fisik yang telah direncanakan. Store Atmosphere dapat

digambarkan sebagai perubahan terhadap perencanaan lingkungan pembelian

yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat menyebabkan

konsumen melakukan tindakan pembelian. Berdasarkan pengertian para ahli di

atas maka dapat disimpulkan bahwa store amtmosphere adalah suatu kegiatan

yang dilakukan dalam mendesain ruangan toko sesuai dengan barang yang

dijual dan memanfaatkan fasilitas yang ada melalui komunikasi visual,

pencahayaan, warna musik dan penciuman untuk merangsang persepsi dan

emosi pelanggan hingga akhirnya mempengaruhi perilaku pembelanjaan

mereka.

2.2.2 Faktor-faktor Penciptaan Store Atmosphere

Beberapa faktor yang berpengaruh dalam menciptakan suasana toko

menurut Lamb, Hair dan Mc Daniel (2001:108), yaitu :

1. Jenis karyawan, Karakteristik umum karyawan, sebagai contoh : rapi,

ramah, berwawasan luas, atau berorientasi pada pelayanan.

2. Jenis barang dagangan dan kepadatan, Jenis barang dagangan yang dijual

bagaimana barang tersebut dipajang menetukan suasana yang ingin

diciptakan oleh pengecer.

3. Jenis perlengkapan tetap (fixture) dan kepadatan, Perlengkapan tetap bisa

elegan (terbuat dari kayu jati), trendi (dari logam dan kaca tidak tembus

pandang). Perlengkapan tetap harus konsisten dengan suasana umum yang


13

ingin diciptakan.

4. Bunyi suara, Bunyi suara bisa menyenangkan atau menjengkelkan bagi

seorang pelanggan. Musik juga bisa membuat konsumen tinggal lebih lama

di toko. Musik dapat mengontrol lain lintas di toko, menciptakan suasana

citra, dan menarik atau mengarahkan perhatian pembelinya.

5. Aroma, Bau bisa merangsang maupun mengganggu penjualan. Penelitian

menyatakan bahwa orang-orang menilai barang dagangan secara lebih

positif, menghabiskan waktu yang lebih untuk berbelanja dan umumnya

bersuasana hati lebih baik bila ada aroma yang dapat disetujui. Para

pengecer menggunakan wangi antara lain sebagai perluasan dan strategi

eceran.

6. Faktor visual, Warna dapat menciptakan suasana hati atau memfokuskan

perhatian, warna merah kuning atau orange dianggap sebagai warna yang

hangat dan kedekatan yang diinginkan. Warna- warna yang menyejukkan

seperti hijau, dan violet digunakan untuk membuka tempat yang tertutup,

dan menciptakan suasana yang elegan dan bersih. Pencahayaan juga dapat

mempunyai pengaruh penting pada suasana toko. Konsumen taktut untuk

berbelanja pada malam hari di daerah tertentu dan lebih merasa senang

bila tempat itu memiliki pencahayaan yang kuat untuk alasan

keselamatan. Tampak luar suatu toko juga mempunyai pengaruh pada

suasana yang diinginkan dan hendaknya tidak menerbitkan kesan pertama

yang mengkhawatirkan bagi pembelanja.


14

2.2.3 Cakupan Store Atmosphere

Menurut Levi dan Weitz (2001:118), Store atmosphere terdiri dari

dua hal, yaitu Instore atmosphere dan Outstore atmosphere:

1. Instore Atmosphere

Instore Atmosphere adalah pengaturan- pengaturan di dalam ruangan yang

menyangkut:

a. Internal Layout merupakan pengaturan dari berbagai fasilitas dalam

ruangan yang terdiri dari tata letak meja kursi pengunjung, tata letak

meja kasir, dan tata letak lampu, pendingin ruangan, sound.

b. Suara merupakan keseluruhan alunan suara yang dihadirkan dalam

ruangan untuk menciptakan kesan rileks yang terdiri dari live music yang

disajikan restoran dan alunan suara musik dari sound system.

c. Bau merupakan aroma-aroma yang dihadirkan dalam ruangan untuk

menciptakan selera makan yang timbul dari aroma makanan dan

minuman dan aroma yang ditimbulkan oleh pewangi ruangan.

d. Tekstur merupakan tampilan fisik dari bahan- bahan yang digunakan untuk

meja dan kursi dalam ruangan dan dinding ruangan.

e. Desain interior bangunan adalah penataan ruang-ruang dalam restoran

kesesuaian meliputi kesesuaian luas ruangan pengunjung dengan ruas jalan

yang memberikan kenyamanan, desain bar counter, penataan meja,

penataan lukisan-lukisan, dan sistem pencahayaan dalam ruangan.

2. Outstore atmosphere

Outstore atmosphere adalah pengaturan- pengaturan diluar ruangan yang


15

menyangkut :

a. External Layout yaitu pengaturan tata letak berbagai fasilitas restoran

diluar ruangan yang meliputi tata letak parkir pengunjung, tata letak

papan nama, dan lokasi strategis.

b. Tekstur merupakan tampilan fisik dari bahan- bahan yang digunakan

bangunan maupun fasilitas diluar ruangan yang meliputi tekstur dinding

bangunan luar ruangan dan tekstur papan nama luar ruangan.

c. Desain eksterior bangunan merupakan penataan ruangan-ruangan luar

restoran meliputi desain papan nama luar ruangan, penempatan pintu

masuk, bentuk bangunan dilihat dari luar, dan sistem pencahayaan luar

ruangan.

2.2.4 Indikator Store Atmosphere

a. Store exterior yang merupakan bagian depan toko mencerminkan kemantapan

dan kekokohan spirit perusahaan dan sifat kegiatan yang ada di dalamnya,

serta dapat menciptakan kepercayaan dan goodwill bagi konsumen Store

exterior berfungsi sebagai identifikasi atau tanda pengenalan, sehingga sering

menyatakan lambang. Yang termasuk bagian bangunan luar, papan nama

toko, pintu masuk, luas bangunan, desain toko, fasilitas parkir, halaman toko,

dan keamanan kendaraan.

b. General interior yang merupakan desain yang dirancang untuk

memaksimalkan visual merchandising. Kesan general interior ini dapat

diciptakan melalui warna dinding toko yang menarik, cahaya ruangan, musik

yang diperdengarkan, pengaturan rak barang yang rapi, pegawai yang ramah,
16

kebersihan toko, serta aroma/bau dan udara di dalam toko.

c. Store layout atau tata letak toko yang merupakan rencana untuk menentukan

lokasi tertentu dan pengaturan dari jalan/gang di dalam toko yang cukup lebar

yang memudahkan para konsumen untuk berlalu-lalang di dalamnya .

d. Interior display yang merupakan tanda-tanda yang digunakan untuk

memberikan informasi kepada konsumen untuk mempengaruhi suasana

lingkungan toko, dengan tujuan utama untuk meningkatkan penjualan dan

laba toko tersebut.

2.2.3 . Brand Image (Citra Merek)

2.2.3.1 Pengertian Brand Image (Citra Merek)

Kotler dan Garry, (2008), Brand Image (Citra Merek) merupakan suatu

hasil dari pandangan atau penelitian konsumen terhadap suatu merek baik itu

buruk maupun baik. Hal ini berdasarkan perbandingan yang menimbulkan

perbedaan yang terdapat pada beberapa merek, sehingga merek yang

penawarannya sesuai dengan kebutuhan akan terpilih. Selain itu, citra yang kuat

dan positif akan menjadi salah satu hal penting, tanpa citra yang kuat dan positif,

sangatlah sulit bagi perusahaan untuk menarik pelanggan baru dan

mempertahankan yang sudah ada.

Menurut Kotler, (2010), citra merek adalah suatu asosiasi dengan nama

merek, iklan, kemasan, identitas perusahaan, hubungan dan informasi yang

diberikan untuk kegiatan promosi dalam bentuk tertentu. Menurut Freddy

Rangkuti (2006), citra merek adalah sekumpulan asosiasi merek yang berbentuk

dibenak konsumen. Sedangkan menurut Philip Kotler citra merek adalah


17

sejumlah keyakinan tentang suatu merek.

Penempatan citra merek dibenak konsumen harus dilakukan secara terus-

menerus melalui media periklanan secara konsisten agar citra merek yang tercipta

tetap kuat dan dan diterima secara positif. Ketika sebuah merek memiliki citra

yang kuat dan positif dibenak konsumen maka merek tersebut akan selalu diingat

dan kemungkinan konsumen untuk membeli merek tersebut sangat besar.

Merek sebagai strategi pemasaran pada umumnya bertujuan untuk

membentuk citra atas suatu produk atau jasa yang dapat memberikan kesan yang

baik dibenak konsumen. Merek sebenarnya janji penjual untuk secara konsisten

memberikan keistimewaan, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek-

merek terbaik memberikan jaminan mutu, karena merek lebih baik dari sekedar

symbol.

2.2.3.2 Variabel Citra Merek

Menurut Darmawan (2004), variabel citra merek adalah:

a. Citra pembuat (corporate image), citra yang ada dalam perusahaan itu sendiri.

Perusahaan sebagai organisasi berusaha membangun citranya dengan

tujuannya yaitu agar nama perusahaan ini baik, sehingga mempengaruhi

segala hal mengenai apa yang akan dilakukan oleh perusahaan. Hal ini

dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu produk

atau jasa.

b. Citra pemakai (user image), dapat dibentuk langsung dari pemahaman dan

kontak dengan pengguna merek tersebut. Manfaatnya adalah nilai pribadi


18

konsumen yang diletakkan terhadap atribut dari produk atau layanan jasa

tersebut.

c. Citra produk (produk image), citra konsumen terhadap produk yang dapat

berdampak positif maupun negatif, yang berkaitan dengan kebutuhan,

keinginan, dan harapan dari konsumen.

2.2.3.3 Manfaat Citra Merek

Suatu citra akan membantu perusahaan untuk mengetahui strategi

pemasaran yang digunakan sudah tepat atau belum. Ada beberapa manfaat dari

citra merek yang positif, yaitu:

a. Citra merek menjadi strategi perusahaan

b. Citra merek digunakan untuk bersaing dengan merek lain yang mempunyai

produk yang sama.

c. Citra merek dipakai untuk mengevaluasi strategi dalam pemasaran dan juga

efek kualitas.

d. Citra merek digunakan untuk memperbaharui penjualan produk perusahaan.

Jadi, pada dasarnya citra merek adalah elemen yang sangat penting bagi

sebuah perusahaan untuk dapat menjalankan aktivitas pemasarannya. Citra merek

yang positif dan baik akan membuat konsumen lebih memilih produk tersebut

daripada produk pesaing yang sejenis dengan citra yang buruk, maka dari itu

suatu perusahaan harus selalu meningkatkan citra positif merek mereka dimata

konsumen.

2.2.3.4 Indikator Brand Image


19

Menurut Etta Mamang Sangadji dan Sopiah (2013: p.323), Brand Image

dikur dengan 4 indikator yaitu:

1.Atribut

Merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu. Contohnya Mercedes

menyiratkan mobil yang mahal, kokoh, direkayasa dengan baik, tahan lama,

bergengsi tinggi.

2.Manfaat

Atribut-atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan

emosional. Atribut “tahan lama” dapatditerjemahkan menjadi manfaat

fungsional.

3.Nilai

Merek juga mengatakan sesuatu tentang nilai produsennya. Contohnya

Mercedes berarti kinerja tinggi, keselamatan, dan gengsi

4.Kepribadian

Merek tersebut dapat mencerminkan kepribadian tertentu. Contohnya

Mercedes mungkin menyiratkan bos yang serius, singa yang berkuasa

(binatang), atau istana yang agung (objek).

2.2.5 Keputusan Pembelian

2.2.5.1 Pengertian Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian adalah tindakan dari konsumen untuk mau membeli

atau tidak terhadap produk. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi konsumen

dalam melakukan pembelian suatu produk atau jasa, biasanya konsumen selalu
20

mempertimbangkan kualitas, harga dan produk yang sudah dikenal oleh

masyarakat (Boyd, 2007). Pengambilan keputusan sebagai proses penting yang

mempengaruhi perilaku konsumen sangat penting untuk dipahami pemasar.

Menurut Schiffman dan Kanuk pengambilan keputusan dapat dipandang

sebagai suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan output.

Pengambilan keputusan konsumen merupakan salah satu aspek yang

penting didalam pemasaran karena konsumen akan melakukan pembelian atau

tidak melakukan pembelian berdasarkan keputusan yang mereka tetapkan.

Keputusan konsumen terkait erat dengan informasi yang dimiliki oleh konsumen

dan berbagai faktor yang dipengaruhi oleh pengetahuan konsumen tentang produk

yang akan dibelinya.

Menurut suryani (2012), ada tiga aktivitas yang berlangsung dalam proses

pembelian oleh konsumen yaitu:

a. Rutinitas konsumen dalam melakukan pembelian

b. Kualitas yang diperoleh dari suatu keputusan pembelian

c. Konsumen atau loyalitas konsumen untuk tidak akan mengganti keputusan

yang sudah biasa dibeli dengan produk pesaing.

Dalam konteks perilaku konsumen, perilaku konsumen akan menentukan

proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka. Keputusan untuk

membeli yang diambil oleh pembeli itu sebenarnya merupakan kumpulan dari

sejumlah keputusan. Keputusan merupakan sebuah proses pendekatan

penyelesaian masalah yang terdiri dari pengenalan masala, mencari informasi,

beberapa penilaian alternative, membuat keputusan membeli dan perilaku setelah


21

membeli yang dilalui konsumen. Keputsan sebagai pemilihan suatu tindakan dari

dua pilihan alternative atau lebih.

2.2.5.2 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Menurut Assauri (2002), Faktor -faktor yang mempengaruhi keputusan

pembelian konsumen pada bauran pemasaran (marketing mix) adalah sebagai

berikut:

a. Produk (Product)

Produk adalah suatu sifat yang kompleks baik dapat diraba maupun tidak

dapat diraba, termasuk kemasan, warna, harga, prestise perusahaan dan

pengecer yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan dan

kebutuhannya. Produk dapat memberikan rangsangan pada

konsumensehingga dapat membangkitkan selera atau minat untuk membeli.

Jika suatu produk mempunyai kualitas yang bagus maka banyak konsumen

yang akan memutuskan untuk membeli produk tersebut. Oleh karena itu

jika perusahaan menginginkan produknya terjual dalam jumlah besar

sehingga mendapatkan keuntungan yang besar , maka harus meningkatkan

kualitas produknya.

b. Harga (price)

Harga diartikan sebagai ekspresi dari sebuah nilai, dimana nilai tersebut

menyangkut keinginan dan kualitas produk, citra yang dibentuk melalui

iklan dan promosi, ketersediaan produk melalui jaringan distribusi dan

layanan yang menyertainya. Dalam kebijakan harga, manajemen harus

menentukan harga dsar dari produknya, kemudian menentukan kebijakan


22

menyangkut potongan.

c. Promosi (promotion)

Promosi adalah arus informasi yang dibuat untuk mengarahkan seseorang

atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam

pemasaran. Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam promosi antara lain

periklanan, personal selling, promosi penjualan dan publikasi. Dengan

adanya promosi, konsumen mendapatkanbarang yang diinginkannya.

d. Tempat (place)

Adalah kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar fdan

mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada

konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan.

Tempat juga menjadi pertimbangan konsumen dalam pengambilan

keputusan untuk membeli suatu produk. Jika konsumen menilai tempat

suatu produk baik maka kemungkinan besar konsumen akan menjatuhkan

pilihannya pada produk tersebut dan membelinya.

Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2010), faktor - faktor yang

mempengaruhi keputusan pembelian meliputi:

a. Budaya

Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan

perilaku seseorang. Dimana terdapat dua variable didalamnya, yaitu

subbudaya dan kelas social. Sub budaya merupakan sekelompok orang

dengan sistem nilai bersama berdasarkan pengalaman dan situasi hidup

yang sama . adapun bagian-bagian dari sub budaya sendiri, yitu: faktor
23

kewaragnegaraan, agama, lokasi geografis, ras, usia, dan jenis

kelamin.Kelas social merupakan kelompok yang terdiri dari sejumlah orang

yang memiliki posisi yang tidak sama dalam masyarakat. Bagian-bagian

dari kelas social seperti: faktor keluarga, pekerjaan, kepemilikan dan

orientasi nilai.

b. Sosial

Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor social, seperti kelompok

refrensi, peran, status social, dan keluarga.

c. Pribadi

Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Faktor

pribadi meliputi usia dan taha[ dalam siklus hidup pembeli, pekerjaan dan

keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri serta gaya hidup dan nilai.

d. Psikologi

Psikologi adalah perilaku seseorang baik yang tampak maupun yang tidak

tampak. Yang merupakan perwujudan kejiwaan seseorang.

2.2.5.3 Indikator Keputusan pembelian

Menurut Doni dan Martoatmojo (2012), memaparkan indikator keputusan

pembelian adalah sebagaiberikut:

a. Minat membeli dikarenakan adanya kebutuhan atau keinginan

b. Keputusan mebeli atas dasar informasi dan sumber-sumber yang berkaitan

c. Keputusan membeli setelah melakukan penilaian dan seleksi terhadap berbagai

alternative.

2.2.5.4 Tahap -tahap dalam Proses Keputusan Pembelian


24

Menurut Thamrin dan Tantri (2014), Pengambilan tindakan merupakan

suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan

mempergunakan barang yang ditawarkan. Tahap- tahap proses keputusan

pembelian adalah:

Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

a. Pengenalan Masalah

Proses pembelian dimulai dengan pengenalan masalah atau kebutuhan.

Pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan sebenarnya dan keadaan

yang diinginkannya. Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari

dalam diri pembeli atau dari luar. Para pemasar perlu mengenal berbagai hal

yang dapat menggerakkan kebutuhan atau minat tertentu dalam konsumen.

Para pemasara perlu meneliti konsumen untuk memperoleh jawaban, apakah

kebutuhan yang dirasakan taua masalah yang timbul, apa yang menyebabkan

semua itu muncul dan bagaiamana kebutuhan atau masalah itu menyebabkan

seseorang mencari produk tertentu.

b. Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang mulai tergugah minatnya mungkin akan mencari

informasi ynag lebih banyak lagi tentang produk yang ia ingin beli. Jika
25

dorongan konsumen adalah kuat, dan objek yang dapat memuaskan kebuthan

itu tersedia, konsumen akan membeli objek itu. Jika tidak, kebutuhan

konsumen itu tinggal mengendap dlam ingatannya. Konsumen mungkin tidak

berusaha memperoleh informasi lebih lanjut atau sangat aktif mencari

informasi sehubungan dengan kebutuhan itu.

c. Penilaian Alternatif

Setelah melakukan pencarian in formasi sebanyak mungkin tentang banyak

hal, selanjutnya konsumen harus melakukan penilaian tentang beberapa

alternative yanga dad an menentukan langkah selanjutnya. Penilaian ini tidak

dapat dipisahkan dari pengaruh sumber-sumber yang dimiliki oleh konsumen

(waktu, uang dan informasi) maupun resiko keliru dalam penilaian.

d. Keputusan Pembelian

Setelah tahap-tahap awal tadi dilakukan, sekarang tiba saatnya bagi pembeli

untuk menentukan pengambilan keputusan apakah jadi membeli atau tidak.

Jika keputusan menyangkut jenis produk, bentuk, produk, merek, penjual,

kualitas dan sebagainya. Untuk setiap pembelian, perusahaan atau pemasar

perlu mengetahui jawaban atas pertanyaan yang menyangkut perilaku

konsumen, misalnya: berapa banyak usaha yang harus dilakukan oleh

konsumen dalam pemilihan penjualan (motif langganan), faktor-faktor apakah

yang menentukan kesan terhadap sebuah toko, dan motif langganan yang

sering menjadi latar belakang pembelian konsumen.

e. Perilaku Setelah pembelian

Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkat


26

kepuasan atau tidak ada kepuasan. Ada kemungkinan bahwa pembeli memiliki

ketidakpuasan setelah melakukan pembelian, karena mungkin harga barang

dianggap teralalu mahal, atau mungkin karena tidak sesuai dengan keinginan

dan gambaran sebelum membeli. Untuk mencapai keharmonisan dan

meminimumkan ketidakpuasan pembeli harus mengurang keinginan-keinginan

lainseudah pembelian, atau juga pembeli harus mengeluarkan waktu lebih

banyak lagi untuk melakukan evaluasi sebelum membeli.

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan penelitian terdahulu serta pemahaman tentang kajian teori,

maka peneliti menarik dugaan sementara yang di jadikan hipotesis dalam

penelitian iniadalah sebagai berikut:

H1: Variabel Store Atmosfer Dan Brand Image berpengaruh secara simultan

terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Toko Basmalah Sampang.

H2: Variabel Store Atmosfer Dan Brand Image berpengaruh secara parsial

terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Toko Basmalah Sampang.

H3: Variabel Store Atmosfer yang berpengaruh dominan terhadap Keputusan

Pembelian Konsumen Di Toko Basmalah Sampang.


27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data-data yang

diperlukan dalam penelitian, maka lokasi penelitianya di Di Toko Basmalah

Sampang jln Amin Jakfar No 1.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksplanatori (explanatory research). Menurut Sugiyono (2010), explanatory

research merupakan metode penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan

variabel-variabel yang diteliti serta pengaruh antara variabel satu dengan variabel

lainnya. Alasan utama peneliti ini menggunakan metode penelitian explanatory

ialah untuk menguji hipotesis yang diajukan, maka diharapkan dari penelitian ini

dapat menjelaskan hubungan dan pengaruh antara variabel bebas dan terikat yang

ada di dalam hipotesis.

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kuantitatif di

mana menurut Arikunto (2013:27) penelitian kuantitatif merupakan suatu

penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan

data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Selain data

data yang berupa angka dalam penelitian kuantitatif juga ada data berupa
28

informasi kualitatif

3.3.2 sumber data

Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan.

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh di lokasi penelitian

dari responden melalui kuesioner yang diajukan oleh peneliti.

3.4 Populasi Dan Sampel

3.4.1 Populasi

Menurut sugiyono (2010) populasi diartikan sebagai wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.

Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah konsumen yang sedang

membeli atau yang pernah membeli produk di Konsumen Di Toko Basmalah

Sampang dengan jumlah populasi yang tidak diketahui secara pasti, karena

karakteristik populasi yang menyebar dan tidak terdata.

3.4.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2010) berpendapat bahwa “ sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik dimiliki oleh populasi tersebut”. Dalam sampel disini

menggunakan sampel incidental.

Menurut Sugiyono (2010) berpendapat bahwa “sampling incidental teknik

penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat degunakan sebagai sampel,


29

bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data”.

Pengambilan sampel (sampling) merupakan tindakan mencari beberapa

komponen seadanya dari populasi, akhirnya riset mengenai sampel dan

memahami karakteristik akan membuat penyamarataan sifat komponen populasi.

Penelitian ini dilakukan selama 2 minggu di Di Toko Basmalah Sampang

3.5 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati yang memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena. (Nurdin dan Hartati, 2019:122).

Adapun variabel yang didefiniskan secara operasional adalah sebagai

berikut:

1. Variabel Store Atmosfer (X1)

Store Atmosfer adalah keseluruhan efek emosional yang diciptakan oleh

atribut fisik toko dimana diharapkan mampu memuaskan kedua belah pihak

yang terkait, retailer dan para konsumennya.. Store Atmosfer diukur dengan

indikator sebagai berikut:

a. Store exterior

b. General interior

c. Store layout

d. Interior display.

2. Variabel Brand Image (X2)


30

Brand Image adalah Persepsi mengenai sebuah merek yang melekat dalam

benak konsumen Di Toko Basmalah Sampang. Brand Image diukur dengan

indikator sebagai berikut:

a. Atribut

b. Manfaat

c. Nilai

d. Kepribadian.

3. Variabel Keputusan Pembelian (Y)

Keputusan pembelian adalah tindakan dari konsumen untuk mau membeli

atau tidak terhadap produk Di Toko Basmalah Sampang. Variabel

Keputusan pembelian diukur dengan indikator:

a. Minat membeli dikarenakan adanya kebutuhan atau keinginan

b. Keputusan mebeli atas dasar informasi dan sumber-sumber yang

berkaitan

c. Keputusan membeli setelah melakukan penilaian dan seleksi terhadap

berbagai alternative

3.6 Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah

survey lapangan, survey lapangan dilakukan dengan cara melihat secara langsung

bagaimana pengaruh Variabel Store atmosphere dan Brand Image Terhadap

Keputusan Pembelian Konsumen Di Toko Basmalah Sampang dengan

menyebarkan kuesioner.

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:102) angket merupakan teknik


31

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan

atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Angket yang digunakan

peneliti adalah angket tertutup, karena jawabannya telah disediakan dan

responden tinggal memilih pada jawaban yang di anggap sesuai. Adapaun skala

penelitiannya yaitu :

a. Pilihan A (sangat baik) dengan nilai skor 5

b. Pilihan B (baik) dengan nilai skor 4

c. Pilihan C (cukup baik) dengan nilai skor 3

d. Pilihan D (tidak baik) dengan nilai skor 2

e. Pilihan E (sangat tidak baik) dengan nilai skor 1

3.7 Pengujian Instrument Data

Adapun dari uji coba ini adalah untuk menguji apakah pertanyaan yang

telah disusun dapat dipahami oleh subyek dan tidak menimbulkan interprestasi

ganda, selain itu juga untuk mengetahui validitas dan reabilitas alat ukur, untuk itu

sebelum pada tahap pengumpulan data perlu dilaksanakan suatu pengujian

terhadap kuesioner yang meliputi :

1. Uji Validitas

Uji validitas data bertujuan untuk mengetahui sejauh mana data yang

diperoleh dari penyebaran kuesioner. Uji validitas data dengaan menggunakan

rumus korelasi person (person correlation) Suharsimi Arikunto (2010:171)

dengan rumus berikut :

=
32

Dimana : = korelasi product moment

∑x = jumlah skor butir

∑y = jumlah skor total

∑xy = jumlah hasil kali skor butir dengan skor total

N = jumlah responden

Agar memperoleh nilai yang signifikan, maka dilakukan uji korelasi dengan

membandingkan dengan . Keputusan pengujian validitas item

responden adalah sebagai berikut :

a. Nilai dibandingkan dengan nilai dengan dk = n-2

taraf signifikan sebesar 5% (0,05)

b. Item pertanyaan yang diteliti dikatan valid jika >

c. Item pertanyaan yang diteliti dikatan tidak valid jika <

2. Uji reliabilitas

Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara eksternal maupun internal.

Secara internal reliabilitas instrumen dapat di uji dengan menganalisa konsistensi

butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu Arikunto (2010:171).

Yang digunakan untuk menguji reabilitas kuesioner dalam penelitian ini

yaitu untuk mengukur reabilitas dengan menggunakan uji statistik cronbaach


33

alpha. Untuk mendapatkan hasil kuesioner yang reable dapat dilakukan pengujian

reabilitas kuesioner dengan menggunakan SPSS. Kriteria yang digunakan dalam

pengujian uji reabilitas adalah :

a. Apabila hasil koefisien alpha lebih besar dari taraf signifikan 60% atau 0,6

maka kuesioner tersebut reliabel.

b. Apabila hasil koefisien alpha lebih kecil dari taraf signifikan 60% atau 0,6

maka kuesioner tersebut tidak reliabel.

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah kegiatan yang dilakukan setelah

mengumpulkan semua sumber data. Analisis data diperlukan untuk menguji

model dan hubungan yang dikembangkan dalam penelitian. Pada penelitian ini

analisis data yang digunakan yaitu sebagai berikut :

3.8.1 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis kuantitatif adalah analisis yang menggunakan perhitungan

berdasarkan angka-angka yang berasal dari data yang diolah, dan tujuannya

untuk memberikan gambaran tentang status objek penelitian berdasarkan

perhitungan statistik. Analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linier

berganda, analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh

positif variabel bebas terhadap variabel terikat dengan persamaan regresi

sebagai berikut :

Y = a + bI XI + b2 X2 + e

Dimana : Y = variabel terikat, yaitu Keputusan Pembelian Konsumen

Di Toko Basmalah Sampang


34

X1 = variabel bebas yaitu Store atmosphere

X2 = variabel bebas yaitu Brand Image

b = koefisien regresi persial

a = konstanta intercept

e = faktor kesalahan/eror

3.9 Uji Hipotesis

Hipotesis yang akan di uji dalam penelitian ini adalah ada atau tidak

adanya pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel X yaitu Variabel Store

atmosphere dan Brand Image, sedangkan variabel Y adalah Keputusan Pembelian

Konsumen Di Toko Basmalah Sampang. Untuk menguji hipotesis tersebut maka

data yang diperoleh selanjutnya di analisis dengan rumus uji f dan uji t.

a. Uji F

Uji F digunakan untuk membuktikan hipotesis pertama yang merupakan

pengujian secara simultan.

Untuk menguji hipotesis komperatif lebih dari dua rata-rata sampel

digunakan teknik statistik yang disebut analisis varian dengan rumus (sugiyono,

2010).

F=

Dimana :

F = F dihitung yang akan dibandingkan dengan F tabel


35

R = koefisien korelasi ganda

k = jumlah variabel independen

n = jumlah anggota sampel

dengan demikian f hitung dengan F tabel pada α 0,05 dengan hasil

perhitungan :

1. Apabila F hitung ˃ F tabel maka Hi diterima dan Ho ditolak.

2. Apabila F hitung ˂ F tabel maka Ho diterima dan Hi ditolak.

b. Uji t

Uji t digunakan untuk membuktikan hipotesis yang merupakan pengujian

secara persial dar masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dan

untuk mencari nilai t yang paling tinggi atau dominan dengan menggunakan

rumus menurut sugiyono (2010).

t=

r = korelasi product moment

n = jumlah sampel

t = t hitung yang selanjutnya di konsultasikan dengan t tabel.

Dengan membandingkan t hitung dan t tabel α 0,05 maka :

1. t hitung ˂ t tabel Ho diterima dan Hi ditolak, artinya variabel bebas

kurang menjelaskan variabel terikatnya.

2. t hitung ˃ t tabel Ho ditolak dan Hi diterima, artinya variabel bebas

dapat menjelaskan variabel terikatnya.

You might also like