Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Fitokimia, Kadar Fenolik Total, dan Flavonoid Total serta Aktivitas Antioksidan

Ekstrak n-Heksana Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb)

Ika Resmeiliana1, Ishika Jauza Nasywa1, Fadia Fahira1, Nafisa Muthia Wafa1, M. Raffi Rayandhika1,
Andi Thaariq Muhammad1, Arini Septianti1, Hafizah Fatunisa1, Auliya Ilmiawati2,3*
1Program Studi Analisis Kimia, Sekolah Vokasi IPB, Kota Bogor, Indonesia

2Departemen Kimia FMIPA IPB, Bogor, Indonesia

3Pusat Studi Biofarmaka IPB, Bogor, Indonesia

Corresponding Author:
Abstract
Auliya Ilmiawati
aulia.ilmiawati@apps.ipb.ac.id The rhizome of black turmeric (Curcuma aeruginosa) is a plant rich in
benefits and has been used as a herbal medicine to treat various health
problems. This study aims to obtain the n-hexane extract of black turmeric
Received: March 2023 rhizome and perform phytochemical tests, determine total phenolic and
Accepted: May 2023
Published: Sept 2023
total flavonoid levels, as well antioxidant tests using the DPPH method.
Extraction of n-hexane from black turmeric rhizome obtained yield of
4.88%, total phenolic content of 3.01 mg QE/g extract and total flavonoids of
©Auliya Ilmiawati et al. This is 6.31 mg QE/g extract. The phytochemical test obtained positive results for
an open-access article the presence of alkaloids and flavonoids; negative tannins,
distributed under the terms of
the Creative Commons
steroids/triterpenoids and saponins. Antioxidant tests using the DPPH
Attribution License, which method obtained the percentage of DPPH capture ranging from 76-78%,
permits unrestricted use,
with the largest percentage value obtained when the extract concentration
distribution, and reproduction
in any medium, provided the was 125 ppm, which was 78.02%. This shows that black turmeric n-hexane
original author and source are extract has weak antioxidant activity.
credited.

Keywords: antioxidant, black turmeric, curcuma aeruginosa, flavonoids, phenol.

Pendahuluan banyak digunakan sebagai campuran jamu atau


obat. Temu lotong atau temu ireng merupakan
Indonesia identik dengan keragaman sumber nama lain dari temu hitam. Terdapat berbagai
daya alam terutama tumbuhan yang digunakan khasiat dari tanaman temu hitam yang telah
sebagai obat tradisional dan telah dilaporkan, diantaranya adalah sebagai
dimanfaatkan sejak lama. Bahan baku tersebut antibakteri[1], anti-androgenik[2],
mudah ditanam sendiri dan diperoleh. Salah antinosiseptiv[3], antikanker[4], antihelmintik[5],
satu tanaman tradisional yang banyak antipiretik dan anti-inflamasi[6], serta
dimanfaatkan di Indonesia adalah jenis temu- antioksidan[7]. Berbagai khasiat tersebut berasal
temuan. Tanaman dari suku Zingiberaceae jenis dari kandungan metabolit sekunder dalam
temu-temuan selain digunakan sebagai rempah tanaman temu hitam. Kandungan kimia dari
untuk memasak, juga biasa sebagai obat herbal. rimpang temu hitam yang telah dilaporkan,
Salah satu tanaman jenis tersebut, yaitu temu yaitu saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak
hitam. atsiri[8].

Temu hitam (Curcuma aeruginosa Roxb) Dari semua aktivitas yang dimiliki tanaman
merupakan tumbuhan dengan rimpang yang temu hitam, salah satu yang paling berpotensi

DOI: https://doi.org/10.25077/jrk.v14i2.599 107


J. Ris. Kim. Vol. 14, No. 2, September 2023

adalah sebagai antioksidan. Flavonoid Peralatan


merupakan senyawa turunan fenolik yang Beberapa peralatan pada percobaan ini yaitu
paling banyak ditemukan pada jenis temu- gelas piala, sudip, neraca analitik, batang
temuan dan sangat aktif sebagai antioksidan[9]. pengaduk, aluminium foil, kertas saring, gelas
Selain itu dari beberapa spesies famili ukur, evaporator, tabung reaksi dan rak tabung
Zingiberaceae, kapasitas antioksidan tertinggi reaksi, spektrofotometer, vortex, labu takar,
dhasilkan pada minyak atsiri daun temu kaca arloji, botol vial, pipet mohr, pipet tetes.
hitam[10]. Berdasarkan penelusuran literatur,
penelitian terkait antioksidan tanaman temu Prosedur penelitian
hitam banyak dilakukan terhadap minyak atsiri
Ekstraksi Rimpang Temu Hitam
atau ekstrak etanol, sedangkan belum banyak
yang menguji ekstrak n-heksana temu hitam Sebanyak 25 g rimpang temu hitam ditimbang
sebagai antioksidan. Oleh karenanya pada menggunakan neraca analitik sebanyak 4
penelitian ini bertujuan melihat kemampuan ulangan. Selanjutnya sampel dilarutkan dengan
antioksidan dari ekstrak n-heksana temu hitam. n-heksana sebanyak 250 mL. Kemudian gelas
piala ditutup oleh alumunium foil dan selama
Terdapat beberapa metode pengujian aktivitas
30 menit dilakukan pengadukan manual
antioksidan, diantaranya yaitu metode
menggunakan batang pengaduk. Setelah itu
Thiobarbituric acid (TBA), Ferrous Ion Chelating
sampel disaring memakai kertas saring.
(FIC) (reaksi kelat atau melalui pembentukan
Perendaman tersebut dikerjakan sebanyak tiga
komplek), Ferric Reducing Antioxidant Power
kali dengan ulangan kedua digunakan volume
(FRAP) (reaksi reduksi-oksidasi), dan 2,2-
n-heksana sebanyak 150 mL dan ulangan ketiga
difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH) (reaksi dengan
volume n-heksana sebanyak 50 mL. Selanjutnya
radikal bebas)[10],[11]. Pada percobaan ini
maserat pada masing-masing perlakuan
digunakan metode DPPH. Sebelum diuji
dikumpulkan dan diuapkan pelarutnya
aktivitas antioksidan, dilakukan analisis
menggunakan evaporator pada suhu 50°C
fitokimia terlebih dahulu untuk skrining
hingga diperoleh ekstrak pekat. Tahap terakhir
keseluruhan metabolit sekunder yang ada pada
ekstrak yang diperoleh ditimbang dan dihitung
ekstrak n-heksana temu hitam. Pada percobaan
total rendemennya.
ini juga dikerjakan penentuan kadar fenolik
total dan flavonoid total karena aktivitas Pengujian Fitokimia [12]
antioksidan biasanya berasal dari senyawa
golongan fenolik dan flavonoid, sehingga akan Pengujian fitokimia dilakukan dengan berbagai
dilihat hubungan ketiganya. uji kualitatif yaitu uji flavonoid, alkaloid,
triterpenoid/steroid, saponin, dan tanin.
Metodologi Penelitian
Uji Kualitatif Flavonoid
Bahan kimia
Sebanyak 1 g ekstrak dilarutkan dalam 25 mL
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan
air panas, kemudian selama 5 menit didihkan
ini yaitu rimpang temu hitam asal Bogor, lalu disaring dan filtratnya digunakan untuk
pelarut n-heksana teknis, FeCl3, Serbuk Mg,
pengujian. Sejumlah 5 mL filtrat di dalam
HCl pekat, Amil alkohol, Kloroform, Amonia,
tabung reaksi ditambahkan 1 mL HCl pekat, 0.1
Pereaksi Mayer, Pereaksi Dragendorff, Pereaksi
mg serbuk Mg, dan 1 mL amil alkohol lalu
Liebermann-Burchard, metanol, larutan asam
dikocok kuat. Setelah itu, diamati warna yang
galat 100 ppm, Na2CO3, pereaksi Folin- terbentuk. Warna pada lapisan amil alkohol
Ciocalteau, vitamin C, K3Fe(CN)6 1%, buffer
merah, kuning, jingga menunjukkan adanya
fosfat pH 6.6 0.2 M, akuades, kuersetin, asam flavonoid.
asetat 5%, pereaksi AlCl3 10%, etanol, metanol,
DPPH.

108 DOI: https://doi.org/10.25077/jrk.v14i2.599


Vol. 14, No. 2, September 2023 J. Ris. Kim.

Uji Kualitatif Alkaloid ppm menjadi 0, 10, 15, 20, 25, 30 dan 35 ppm
dalam labu takar 25 mL, lalu labu takar ditutup
Sebanyak 0.3 g ekstrak dilarutkan dalam 10 mL dengan alumunium foil. Setelah itu, dibuat
kloroform-ammonia (3:1) lalu disaring. larutan stok 2000 ppm ekstrak temu hitam.
Kemudian, hasil filtratnya ditambahkan Sebanyak 100 mg ekstrak temu hitam
beberapa tetes H2SO4 2 M lalu dikocok sehingga ditimbang dan dilarutkan dengan metanol lalu
terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan organik dan ditera pada labu takar 50 mL. Kemudian,
lapisan asam yang tidak berwarna. Lapisan sebesar 2.5 mL larutan standar asam galat
asam dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi dimasukkan ke dalam masing-masing labu
berbeda kemudian pada tabung 1 ditambahkan takar 25 mL lalu ditutup dengan alumunium
pereaksi Mayer, tabung 2 pereaksi Dragendorf foil. Setelah itu ditambahkan 2 mL Na2CO3 dan
dan tabung 3 pereaksi Wagner. Selanjutnya dibiarkan selama 2 menit, kemudian
diamati adanya alkaloid dari adanya endapan ditambahkan 0.5 mL Folin-Ciocalteu dan ditera
yang berwarna putih pada tabung reaksi 1, dengan akuades. Lalu larutan didiamkan di
jingga pada tabung reaksi 2 dan coklat pada ruang gelap selama 30 menit. Kemudian diukur
tabung reaksi 3. absorbansinya pada panjang gelombang 750
nm (pada penelitian ini tidak menentukan
Uji Kualitatif Triterpenoid/Steroid panjang gelombang terlebih dahulu karena
sudah melakukan di penelitian-penelitian
Sebesar 0.3 g ekstrak ditambahkan 25 mL dietil
sebelumnya). Prosedur yang sama dilakukan
eter dan dihomogenkan. Terbentuk 2 fase yaitu
juga terhadap ekstrak.
lapisan dietil eter dipisahkan (disaring) untuk
uji steroid/triterpenoid dan residunya untuk uji
Penetapan Kadar Flavonoid Ekstrak Temu
saponin. Ke dalam lapisan dietil eter
Hitam[14]
ditambahkan pereaksi Liebermann-Burchard.
Dilakukan pengamatan pada lapisan dietil eter, Penetapan kadar Flavonoid total dalam
enunjukkan adanya steroid/triterpenoid jika simplisia tumbuhan dilakukan dengan metode
terbentuk warna hijau-biru. spektrofotometri. Pembuatan deret standar
dilakukan dengan cara menimbang standar
Uji Kualitatif Saponin kuersetin 0.5 g kemudian dilarutkan dengan
metanol 1 L. Lalu dibuat larutan kuersetin 100
Residu pada sampel uji triterpenoid/steroid
ppm dari stok awal yang dibuat, dan dibuat
dilarutkan dalam 5 mL air kemudian selama 5
deret standar dari kuersetin 100 ppm dengan
menit dipanaskan. Lalu larutan didinginkan
memipet 2.5; 5; 10; 20, dan 40 mL kemudian
dan dikocok kuat. Terbentuknya busa yang
masing-masing ditera dengan metanol sampai
bertahan selama 15 menit diartikan positif
50 mL. Pengukuran serapan dengan
terhadap saponin.
spektrofotometer dilakukan dengan cara
Uji Kualitatif Tanin sebanyak 10 mL standar/ekstrak dimasukkan
ke dalam labu takar 25 mL. Kemudian
Sebesar 0.1 g ekstrak dilarutkan dalam 1 mL ditambahkan 1 mL AlCl3 10% dan ditera
metanol lalu disaring dan diambil filtratnya. dengan asam asetat 5%, lalu selama 30 menit
Setelah itu filtrat ditambahkan beberapa tetes diinkubasi. Kemudian diukur serapannya
FeCl3 1% dan diamati. Warna hijau, biru atau dengan panjang gelombang 425 nm (pada
ungu ditunjukkan sebagai hasil positif dari penelitian ini tidak menentukan panjang
adanya tanin. gelombang terlebih dahulu karena sudah
melakukan di penelitian-penelitian
Penetapan Kadar Fenolik Total Ekstrak Temu sebelumnya).
Hitam[13]

Standar Asam Galat dibuat dengan cara


dilakukan pengenceran asam galat dari 100

DOI: https://doi.org/10.25077/jrk.v14i2.599 109


J. Ris. Kim. Vol. 14, No. 2, September 2023

Penetapan Aktivitas Antioksidan Metode distilasi yang menggunakan suhu tinggi


DPPH [15] sehingga kemungkinan banyak metabolit
sekunder yang menguap atau terdegradasi dan
Penetapan uji aktivitas antioksidan melalui membuat rendemen yang dihasilkan pada
metode spektrofotometri dilakukan dengan penelitian tersebut lebih rendah. Faktor lain
cara disiapkan larutan DPPH 0.02% dalam yang juga mempengaruhi rendemen yaitu
metanol dan larutan bahan uji 50-500 μg/mL, tempat tumbuh tanaman yang berbeda.
lalu dalam tabung reaksi dicampurkan 2 mL
larutan DPPH 0.02% dengan 6 mL larutan Fitokimia Ekstrak
sampel/standar. Kemudian campuran dikocok Pengujian kandungan senyawa kimia yang
kuat dengan vortex pada suhu kamar di ruang terkandung dalam sampel dilakukan dengan
gelap selama 30 menit. Kemudian serapan uji kualitatif fitokimia. Pada pengujiannya
larutan diukur dengan spektrofotometer pada dilakukan dengan penambahan pereaksi yang
panjang gelombang 517 nm. Sebagai control sesuai dengan senyawa yang akan
negative adalah DPPH tanpa sampel dan diidentifikasi. Hasil data uji kualitatif fitokimia
sebagai kontrol positif/standar digunakan dari ekstrak n-heksana rimpang temu hitam
vitamin C (pada penelitian ini tidak disajikan pada Tabel 1.
menentukan panjang gelombang terlebih
dahulu karena sudah melakukan di penelitian- Berdasarkan pengujian fitokimia pada ekstrak
penelitian sebelumnya). n-heksana temu hitam menunjukkan hasil yang
positif terhadap alkaloid dan flavonoid. Hasil
Hasil dan Diskusi ini sedikit berbeda dengan literatur yang
melaporkan ekstrak n-heksana rimpang temu
Rendemen Ekstrak hitam positif terhadap flavonoid, saponin, dan
Bagian rimpang merupakan bagian yang triterpenoid[17]. Perbedaan hasil tersebut
digunakan sebagai sampel. Rimpang temu dimungkinkan karna perbedaan lokasi tumbuh
hitam dikeringkan terlebih dahulu dengan dari tanaman. Kondisi agrobiofisik dari daerah
menggunakan oven sebelum dilakukan proses yang berbeda akan menentukan respon dan
ekstraksi, hal ini dengan tujuan untuk pertumbuhan yang berbeda sehingga
mengurangi kandungan air di dalam rimpang. memberikan perbedaan ekspresi genetik[18].
Proses selanjutnya adalah proses ekstraksi Adanya senyawa flavonoid pada ekstrak n-
metode maserasi. Proses maserasi adalah heksana yang bersifat nonpolar dimungkinkan
kegiatan pengambilan senyawa kimia secara karena flavonoid yang terekstrak merupakan
sederhana dengan merendam simplisia flavonoid yang kurang polar. Berdasarkan
rimpang menggunakan pelarut tertentu yang penelusuran literatur, pernah dilaporkan
sesuai sehingga bahan menjadi lunak dan larut senyawa isoflavon yang semua gugus
pada suhu kamar. Maserasi merupakan teknik hidroksinya termetilasi dan juga mengikat
ekstraksi untuk mengambil zat-zat berkhasiat gugus alkil pada cincin benzenanya[19]. Ini
pada simplisia yang tidak tahan terhadap membuat flvanoid yang biasanya bersifat polar
panas[16]. Rendemen ekstrak yang didapatkan menjadi kurang polar.
adalah sebesar 4.88%. Hasil percobaan lebih
Kadar Fenol
besar jika nilainya dibandingkan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh penelitian lain Pereaksi Folin Ciocalteu digunakan untuk
yang menghasilkan rendemen sebesar 1.46% analisis kandungan kadar fenolik total. Pereaksi
dengan penggunaan 100 g simplisia dan ini ialah larutan kompleks ion polimerik
volume pelarut yang sama pada penelitian ini yang terbentuk dari asam fosfotungstat
(250 mL n-heksana)[8]. Hal tersebut terjadi (H3PW12O40) dan asam fosfomolibdat
dikarenakan perbedaan metode ekstraksi yang (H3Pmo12O40) yang dapat mengukur senyawa
digunakan, dimana penelitian pada literatur fenolik dalam sampel.
tersebut menggunakan metode Soxhlet dan

110 DOI: https://doi.org/10.25077/jrk.v14i2.599


Vol. 14, No. 2, September 2023 J. Ris. Kim.

Tabel 1. Hasil data uji fitokimia ekstrak n-heksana rimpang

Parameter Indikator Perubahan Hasil percobaan


Fitokimia

Alkaloid - Mayer - terdapat +


endapan putih
- Dragendorf - terdapat warna +
jingga
- Wagner - terdapat warna +
coklat

Flavonoid Amil alkohol Jingga +

Steroid / Lieberman-Buchard Jingga -


triterpenoid

Saponin - tidak terbentuk busa -

Tanin FeCl3 1% kuning -


Keterangan:
+ = Positif
- = Negatif

Gambar 1. Kurva Kalibrasi Standar Asam Galat pada Panjang Gelombang 750 nm

Tahap selanjutnya dengan penambahan Pembuatan kurva kalibrasi hubungan antara


Na2CO3 yang berfungsi sebagai pemberi konsentrasi standar asam galat dan serapannya
suasana basa sehingga terbentuk oksotungstat seperti pada Gambar 1 dengan melakukan
dan oksomolibdat di dalam campuran, dan pengukuran serapan larutan standar asam galat
terjadi proses disosiasi proton pada senyawa pada panjang gelombang 750 nm, sehingga
fenolik menjadi ion fenolat dengan persamaan regresi yang diperoleh adalah y =
dihasilkannya warna biru pada sampel. Warna 0.0366x + 0.0658 dan nilai koefisien determinasi
biru yang yang dihasilkan semakin pekat ketika (R2) = 0.9018. Nilai koefisien determinasi yang
semakin besar kadar fenolik total dalam suatu didapatkan merupakan nilai koefisien
ekstrak[20]. Metode Folin-Ciocalteu memiliki determinasi yang menggambarkan persamaan
beberapa kelebihan, yaitu cepat dan mudah yang baik, yaitu mendekati 1. Hal ini karena
pengerjaannya, serta tidak membutuhkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel
instrumentasi yang rumit maupun pereaksi terikat adalah besar[22].
yang mahal[21].
DOI: https://doi.org/10.25077/jrk.v14i2.599 111
J. Ris. Kim. Vol. 14, No. 2, September 2023

Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa Kadar Flavonoid Total


hubungan yang erat antara konsentrasi dan Penetapan kadar flavonoid total pada ekstrak
serapan. Nilai serapannya semakin besar jika rimpang temu hitam dikerjakan secara analisis
nilai konsentrasinya semakin besar. Persamaan kuantitatif menggunakan spektrofotometer UV-
regresi linear yang diperoleh pada Gambar 1 VIS. Penggunaan metode ini karena senyawa
digunakan untuk menentukan kadar fenolik flavonoid mengandung sebuah cincin aromatik
total ekstrak dengan cara memasukkan nilai yang terkonjugasi, sehingga menunjukkan pita
serapan dari ekstrak temu hitam ke dalam serapan kuat pada daerah spektrum sinar
persamaan regresi. Berdasarkan perhitungan, ultraviolet dan spektrum sinar tampak[27].
diperoleh kadar total fenol ekstrak n-heksana Penetapan kadar flavonoid total dengan
temu hitam pada percobaan sebesar 3.01 mg menggunakan metode kolorimetri dengan
GAE/g ekstrak. Menurut literatur, dilaporkan aluminium klorida. Sampel ekstrak akan
kadar fenol dari ekstrak etanol rimpang temu membentuk kompleks larutan yang berwarna
hitam sebesar 51.49 mg GAE/g ekstrak[23], ketika direaksikan dengan aluminium klorida.
sedangkan dari penelitian lainnya diketahui Pada percobaan ini, kuersetin digunakan
kadar fenol ekstrak etil asetat daun temu hitam sebagai larutan standar dengan konsentrasi 2,
sebesar 80.53 mg GAE/g ekstrak dan kadar 5, 10, 15, 20 dan 25 ppm. Kuersetin merupakan
fenol ekstrak metanol sebesar 91.71 mg GAE/g salah satu senyawa turunan flavonoid
ekstrak[24]. Hasil penelitian tersebut golongan flavonol dengan gugus hidroksil
menunjukkan bahwa kadar fenolik total pada pada atom C-5, C-7, C-3’, dan C-4’ sehingga
penelitian ini lebih kecil dibandingkan ekstrak dapat digunakan sebagai larutan standar[28].
lainnya. Berdasarkan penelusuran literatur Deret konsentrasi standar digunakan karena
belum ditemukan laporan mengenai metode penentuan kadar flavonoid ini
kandungan fenolik total ekstrak n-heksana merupakan metode yang menggunakan
rimpang temu hitam, sehingga untuk persamaan kurva standar kemudian diperoleh
membandingkan total fenolik pada ekstrak n- persamaan regresi linear dan selanjutnya
heksana dilakukan terhadap spesies lain yang digunakan untuk menghitung persen
berada dalam satu genus, yaitu Curcuma. kandungan flavonoid total.
Ekstrak n-heksana Curcuma aromatica Salisb
dilaporkan memiliki kandungan total fenolik Hasil pengukuran serapan larutan standar
yang paling kecil diantara ekstrak lainnya dari kuersetin dilakukan pada panjang gelombang
spesies yang sama (ekstrak metanol, etil asetat, 425 nm (Gambar 2). Berdasarkan nilai serapan
dan kloroform C. aromatica), yaitu dibawah 20 standar kuersetin, lalu dibuat kurva standar
GAE/g ekstrak[25]. Hal ini semakin menguatkan dan diperoleh persamaan garis linearnya ialah
bahwa n-heksana memang pelarut yang kurang y = 0.0683x – 0.0067, dengan nilai koefisien
baik dalam mengekstrak senyawa fenol, determinasi (R2 ) = 0.9978 dan koefisien korelasi
dikarenakan n-heksana merupakan pelarut (R) = 0.9989.
nonpolar, sedangkan senyawa fenol umumnya
merupakan senyawa polar sehingga hanya Persamaan regresi linier yang diperoleh
sedikit senyawa fenol yang terekstrak digunakan untuk menghitung kandungan
menggunakan pelarut n-heksana. Salah satu flavonoid total pada ekstrak rimpang temu
senyawa turunan fenol yang bisa terekstrak hitam dengan panjang gelombang 425 nm.
pada pelarut nonpolar yaitu golongan kumarin. Kandungan flavonoid total yang diperoleh
Hal ini seperti yang didapatkan dari literatur yaitu 4.4 mg QE/g ekstrak. Menurut literatur
bahwa ekstrak n-heksana juga memungkinkan kadar flavonoid ekstrak etanol rimpang temu
mengandung kumarin walau dengan hitam sebesar 33.36 mg QE/g ekstrak[23],
konsentrasi yang rendah[26]. sedangkan dari penelitian lainnya diketahui
kadar total flavonoid ekstrak etil asetat daun
temu hitam sebesar 18.5 mg GAE/g ekstrak[24].

112 DOI: https://doi.org/10.25077/jrk.v14i2.599


Vol. 14, No. 2, September 2023 J. Ris. Kim.

Gambar 2. Kurva kalibrasi larutan standar kuersetin

Hasil penelitian tersebut menggambarkan Pada umumnya pengukuran daya


bahwa kadar flavonoid total pada percobaan penangkapan radikal bebas menggunakan
ini lebih kecil dibandingkan ekstrak lainnya. metode 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH).
Jika dibandingkan dengan spesies lainnya DPPH adalah senyawa radikal bebas yang
dalam genus Curcuma, ekstrak n-heksana stabil, memiliki fungsi sebagai pereaksi dalam
Curcuma domestica valeton dilaporkan memiliki uji penangkapan radikal bebas. Reduksi dari
kandungan flavonoid sebesar 7.5 ppm, lebih larutan DPPH oleh zat antioksidan merupakan
kecil dari ekstrak kloroform, metanol, dan dasar metode cara penangkapan radikal bebas.
air[29]. Alasan yang sama seperti pada hasil Ketika zat yang bersifat antioksidan bertemu
penentuan kadar total fenol, dimana flavonoid dengan larutan DPPH yang berwarna ungu
merupakan salah satu golongan senyawa maka larutan DPPH akan tereduksi dan
fenolik dan sebagian besar bersifat polar, menyebabkan terpudarnya warna ungu
sehingga hanya sedikit yang terekstrak menjadi berwarna kuning yang berasal dari
menggunakan pelarut n-heksana yang gugus pikril[32].
merupakan pelarut nonpolar.
Untuk menentukan kadar antioksidan pada
Kadar Antioksidan sampel temu hitam dilakukan pengukuran
Antioksidan adalah senyawa yang bisa standar vitamin C serta larutan sampel
mencegah terjadinya reaksi oksidasi dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet –
cara pengikatan senyawa radikal bebas untuk sinar tampak. Serapan yang terukur digunakan
mengembalikan bentuk molekul normalnya untuk menghitung persen penangkapan DPPH
dan mencegah berbagai kerusakan yang oleh antioksidan. Antioksidan yang terhitung
diakibatkannya. Untuk mengetahui kandungan dalam sampel temu hitam dinyatakan dalam
antioksidan ekstrak temu hitam dikerjakan persen penangkapan DPPH dan mg/g ekivalen
analisis dengan metode DPPH. Pada metode vitamin C. Berikut data hasil pengukuran kadar
tersebut digunakan vitamin C sebagai antioksidan metode DPPH ( Tabel 2 dan 3).
pembanding atau standar. Hal ini karena
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak
Vitamin C mempunyai aktivitas antioksidan
temu hitam yang dianalisis mempunyai
terbesar dengan memiliki 2 gugus hidroksi (-
aktivitas antioksidan yang lemah. Tabel 3
OH) pada ikatan rangkapnya, sehigga
menunjukkan persentase penangkapan DPPH
mempermudah terjadinya oksidasi oleh radikal
pada ekstrak temu hitam yang berkisar antara
bebas. Selain itu vitamin C memiliki aktivitas
76-78%, dengan nilai persentase terbesar
antioksidan yang lebih tinggi karena tidak
didapatkan saat konsentrasi ekstrak 125 ppm,
mengalami proses ekstraksi dan fraksinasi[30],[31].
yaitu sebesar 78.02%.

DOI: https://doi.org/10.25077/jrk.v14i2.599 113


J. Ris. Kim. Vol. 14, No. 2, September 2023

Tabel 2. Data aktivitas antioksidan vitamin C metode DPPH

Konsentrasi Vitamin C Absorbansi Penangkapan DPPH (%)


(ppm)

Kontrol 1.511 -

1 0.308 79.62

2 0.275 81.80

3 0.152 89.94

4 0.166 89.01

5 0.125 91.73

6 0.113 92.52

Tabel 3. Data aktivitas antioksidan ekstrak n-heksana rimpang temu hitam metode DPPH

Konsentrai Absorbansi Penangkapan Kandungan mg/g ekivalen


Ekstrak (ppm) DPPH (%) Antioksidan (%) vitamin C

50 0.355 76.51 1.39 0.0083

75 0.342 77.37 4.44 0.0266

125 0.332 78.02 5.11 0.0307

Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan 70 ppm berturut-turut sebesar 77.48% dan
vitamin C sebagai kontrol positif. Pada vitamin 83.78%[33]. Persentase DPPH yang didapatkan
C digunakan rentang konsentrasi yang lebih pada analisis memiliki nilai yang lebih kecil jika
kecil dan didapatkan persentase penangkapan dibandingkan dengan persentase DPPH pada
DPPH lebih besar, yaitu 79-92%. Persentase literatur. Hal ini menunjukkan rendahnya
penangkapan DPPH terbesar diperoleh pada aktivitas antioksidan pada ekstrak n-heksana
konsentrasi 6 ppm, dengan nilai penangkapan temu hitam.
DPPH 92.52%. Kandungan antioksidan pada
ekstrak temu hitam kemudian dikonversi Kesimpulan
menjadi miligram/gram ekivalen vitamin C,
Rendemen ekstrak n-heksana rimpang temu
karena pada penelitian ini digunakan vitamin C
hitam diperoleh sebesar 4.88% dan dari hasil
sebagai standar atau kontrol. Jika
dikonversikan, ekstrak temu hitam memiliki kualitatif uji fitokimia menunjukkan positif
alkaloid dan flavonoid; serta negatif terhadap
kandungan antioksidan yang setara dengan
0.0083-0.0307 mg/g ekivalen vitamin C. Data uji kualitatif tanin, steroid/triterpenoid, dan
saponin. Kadar fenolik total yang didapatkan
hasil penelitian dibandingkan dengan literatur
yang menggunakan ekstrak jahe merah sebesar 3.01 mg QE/g ekstrak dan kadar
flavonoid total sebesar 4.4 mg QE/g ekstrak.
(Zingiber officinale var amarum.) didapatkan
Persentase penangkapan DPPH pada ekstrak
persentase DPPH pada konsentrasi 50 ppm dan
temu hitam berkisar antara 76-78%, dengan

114 DOI: https://doi.org/10.25077/jrk.v14i2.599


Vol. 14, No. 2, September 2023 J. Ris. Kim.

nilai persentase terbesar didapatkan saat Jantasila, S. & Khamjun, A., Investigation
konsentrasi ekstrak 125 ppm, yaitu sebesar the antinociceptive, antipyretic and anti-
78.02%. Berdasarkan hasil tersebut, inflammatory activities of Curcuma
disimpulkan bahwa ekstrak n-heksana rimpang aeruginosa Roxb. extracts in experimental
temu hitam memiliki kemampuan antioksidan animals. Songklanakarin J. Sci. Technol.,
yang rendah. 28(5): 999–1008 (2006).
7. Simoh, S., Shin, S. Y., Rahim, F. A., Ahmad,
Ucapan terima kasih M. A. & Zainal, A., Comparative analysis of
metabolites and antioxidant potentials from
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada different plant parts of Curcuma
Program Studi Analisis Kimia Sekolah Vokasi aeruginosa Roxb. Sains Malaysiana, 47(12):
IPB yang sudah memberikan fasilitas 3031–3041 (2018).
pengukuran dalam penelitian ini. 8. Arsa, A. K. & Achmad, Z., Ekstraksi
minyak atsiri dari rimpang temu ireng
Daftar Pustaka (Curcuma aeruginosa Rox) Dengan Pelarut
etanol dan n-heksana. J. Teknol.
1. Marliani, L., Sukmawati, I. K., Juanda, D., Technoscientia, 13(1): 83–94 (2020).
Anjani, E. & Anggraeni, I., Penapisan 9. Maesaroh, K., Kurnia, D. & Al Anshori, J.,
Fitokimia, Kadar Kurkuminoid dan
Perbandingan Metode Uji Aktivitas
Aktivitas Antibakteri Temu Hitam Antioksidan DPPH, FRAP dan FIC
(Curcuma aeruginosa (Christm) Roscoe.), Terhadap Asam Askorbat, Asam Galat dan
Temu Putih (Curcuma zedoaria Roxb.) dan Kuersetin. Chim. Nat. Acta, 6(2): 93–100
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). (2018).
Herb-Medicine J., 4(1): 57–64 (2021).
10. Batubara, I., Zahra, U., Darusman, L. K. &
2. Suphrom, N., Pumthong, G., Khorana, N., Maddu, A., Minyak atsiri daun
Waranuch, N., Limpeanchob, N. &
Zingiberaceae sebagai antioksidan dan
Ingkaninan, K., Anti-androgenic effect of antiglikasi. Indones. J. Essent. Oil, 1(1): 44–52
sesquiterpenes isolated from the rhizomes (2016).
of Curcuma aeruginosa Roxb. Fitoterapia,
11. Sumazian, Y., Syahida, A., Hakiman, M. &
83(5): 864–871 (2012).
Maziah, M., Antioxidant activities,
3. Hossain, C. F., Al-Amin, M., Sayem, A. S.
flavonoids, ascorbic acid and phenolic
M., Siragee, I. H., Tunan, A. M., Hassan, F., contents of Malaysian vegetables. J. Med.
Kabir, M. M., et al., Antinociceptive Plants Res., 4(10): 881–890 (2010).
principle from Curcuma aeruginosa. BMC
12. Shaikh, J. R. & Patil, M., Qualitative tests
Complement. Altern. Med., 15(197): 1–7
for preliminary phytochemical screening:
(2015).
An overview. Int. J. Chem. Stud., 8(2): 603–
4. Fitria, R., Seno, D. S. H., Priosoeryanto, B. 608 (2020).
P., Hartanti. & Nurcholis, W., Volatile
13. Aghajani, Z. & Engashte-Vahed, A. A.,
compound profiles and cytotoxicity in
Composition of volatile oils and
essential oils from rhizome of Curcuma
antioxidant activity of water extracts of
aeruginosa and Curcuma zanthorrhiza.
leaves of Ziziphus jujuba mill. From central
Biodiversitas, 20(10): 2943–2948 (2019).
Iran. Malaysian Appl. Biol., 44(2): 93–98
5. Vanda, H., Parindra, R., Hambal, M. &
(2015).
Athaillah, F., Anthelmintic Activity of
14. Djeridane, A., Yousfi, M., Nadjemi, B.,
Curcuma Aeruginosa Roxb Extract on
Boutassouna, D., Stocker, P. & Vidal, N.,
Fasciola gigantica in Vitro. E3S Web Conf.,
Antioxidant activity of some algerian
151(01046): 1–3 (2020).
medicinal plants extracts containing
6. Reanmongkol, W., Subhadhirasakul, S., phenolic compounds. Food Chem., 97: 654–
Khaisombat, N., Fuengnawakit, P.,

DOI: https://doi.org/10.25077/jrk.v14i2.599 115


J. Ris. Kim. Vol. 14, No. 2, September 2023

660 (2006). Indonesian rhizomes as an antioxidant


15. Shimada, K., Fujikawa, K., Yahara, K. & based on phenolic compound and
Nakamura, T., Antioxidative Properties of antioxidant activity. IOP Conf. Ser. Earth
Xanthan on the Autoxidation of Soybean Environ. Sci., 383(012017): (2019).
Oil in Cyclodextrin Emulsion. J. Agric Food
chem, 40: 945–948 (1992). 24. Zahra, u., Kartika, y., Batubara, i.,
16. Zulfiah, Z., Megawati, M., Herman, H., H. Darusman, l. K. & Maddu, A., Short
Ambo Lau, S., Hasyim, M. F., Murniati, M., Communication: Screening the potency of
Roosevelt, A., et al., Uji Toksisitas Ekstrak Zingiberaceae leaves as antioxidant and
Rimpang Temu Hitam (Curcuma antiaging agent. Nusant. Biosci., 8(2): 221–
aeruginosa Roxb.) Terhadap Larva Udang 225 (2016).
(Artemia salina Leach) dengan Metode 25. Al-reza, S. M., Rahman, A., Sattar, M. A.,
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). J. Farm. Rahman, M. O. & Fida, H. M., Essential oil
Sandi Karsa, 6(1): 44–49 (2020). composition and antioxidant activities of
17. Mustariani, B. A. A., Izuddin, A., Hasyim, Curcuma aromatica Salisb . Food Chem.
D. M. & Batubara, I., Uji Toksisitas dan Toxicol., 48(6): 1757–1760 (2010).
Aktivitas Antimakan Ekstrak Rimpang 26. Febriani, A. K. & Anam, K., Identifikasi
Temu Hitam (curcuma aeruginosa roxb). J. Kumarin dan Pengaruh Jenis Pelarut
Farmasetis, 6(1): 1–8 (2017). terhadap Total Kumarin pada Ekstrak Buah
18. Nurcholis, W., Khumaida, N., Syukur, M. & Api-Api Putih (A . marina). Med. Sains, 7(4):
Bintang, M., Analisis Kemiripan 20 Aksesi 735–742 (2022).
Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.) 27. Aris, M. & Adriana, A., Penentuan Kadar
Berdasarkan Warna Rimpang, Hasil Total Flavonoid Dan Nilai SPF (Sun
Ekstrak, dan Kandungan Fitokimia. J. Protection Factor) Ekstrak Etanol Rimpang
Agron. Indones. (Indonesian J. Agron., 44(3): Temu Ireng (Curcuma Aeruginosa Roxb.)
315–321 (2016). Secara Spektrofotometri Uv-Vis. J. Pharm.
19. Nugrahaningtyas, K. D., Matsjeh, S. & Sci., 12(2): 85–93 (2022).
Wahyuni, T. D., Isolasi dan Identifikasi 28. Azizah, D. N., Kumolowati, E. &
Senyawa Flavonoid dalam Rimpang Temu Faramayuda, F., Penetapan Kadar
Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.). Flavonoid Metode AlCl3 pada Ekstrak
Biofarmasi, 3(1): 32–38 (2005). Metanol Kulit Buah Kakao (Theobroma
20. Ahmad, A. R., Juwita, J., Ratulangi, S. A. D. cacao L.) Dyah Nur Azizah, Endang
& Malik, A., Penetapan Kadar Fenolik dan Kumolowati, Fahrauk Faramayuda.
Flavonoid Total Ekstrak Metanol Buah dan KARTIKA J. Ilm. Farm., 2(2): 45–49 (2014).
Daun Patikala (Etlingera elatior (Jack) 29. Lee, J. H., Cho, S., Paik, H. D., Choi, C. W.,
R.M.SM). Pharm. Sci. Res., 2(1): 1–10 (2015). Nam, K. T., Hwang, S. G. & Kim, S. K.,
21. Ford, L., Theodoridou, K., Sheldrake, G. N. Investigation on Antibacterial and
& Walsh, P. J., A critical review of Antioxidant Activities , Phenolic and
analytical methods used for the chemical Flavonoid Contents of Some Thai Edible
characterisation and quantification of Plants as an Alternative for Antibiotics.
phlorotannin compounds in brown Asian Australas. J. Anim. Sci, 27(10): 1461–
seaweeds. Phytochem. Anal., 30(6): 587–599 1468 (2014).
(2019). 30. Wibawa, J. C., Arifin, M. Z. & Herawati, L.,
22. Zuhri., Analisis Regresi Linier dan Korelasi Mekanisme Vitamin C Menurunkan Stres
menggunakan Pemrograman Visual Basic. Oksidatif Setelah Aktivitas Fisik. J. Sport
J. Ilman J. Ilmu Manaj., 8(2): 42–50 (2020). Sci. Educ., 5(1): 57–63 (2020).
23. Sandrasari, D. A., Sabariman, M. & Azni, I. 31. Zuliani, N. E. & Kusuma, I. W., Uji
N., Determination of potential level of Aktivitas Antioksidan (Metode DPPH)

116 DOI: https://doi.org/10.25077/jrk.v14i2.599


Vol. 14, No. 2, September 2023 J. Ris. Kim.

Ekstrak Metanol dan Fraksi - Fraksinya dari 33. Kaban, A. N., Daniel. & Saleh, C., Uji
Daun Rumput Knop (Hyptis capitata Jacq.). Fitokimia, Toksisitas dan Aktivitas
J. At., 04(1): 36–40 (2019). Antioksidan Fraksi n-Heksana dan Etil
32. Rahmawati, R., Muflihunna, A. & Sarif, L. Asetat Terhadap Ekstrak Jahe Merah
M., Analisis Aktivitas Antioksidan Produk (Zingiber officinale var. amarum.). J. Kim.
Sirup Buah Mengkudu (morinda citrifolia Mulawarman, 14(1): 24–28 (2016).
l.) dengan metode dpph. J. Fitofarmaka
Indones., 2(2): 97–101 (2016).

DOI: https://doi.org/10.25077/jrk.v14i2.599 117

You might also like