Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

JURNAL SUTASOMA | E-ISSN 2964-8114

Vol.01 No.01 – Desember 2022 | https://s.id/jurnalsutasoma


DOI : https://doi.org/00.00000
Publishing : Universitas Tabanan

Hakekat Filsafat Hukum dalam Pembangunan Hukum Nasional

I Wayan Suardana1, Ida Ayu Windhari Kusuma Pratiwi2, Putu Eka Pitriyantini3
1,2,3
Fakultas Hukum Universitas Tabanan, Tabanan, Bali

e-mail: wayansuardana05@gmail1,wiendh.26gal@gmail.com2,eka0504.putriarsana@gmail.com3

Received : December, 2022 Accepted : December, 2022 Published : December, 2022

Abstract
Law is a science, although law has its own characteristics because the object of study is quite broad.
Legal science as a science also undergoes a process. As a science that is Sui Generis, it can be said that
law has a fairly broad field of study consisting of three layers, namely; legal dogmatic layers, legal
theory, and legal philosophy, and the three layers of legal science have benefits for the development of
national law. This study has two problem formulations: What is the role of legal philosophy in the
development of the national legal system and how is the implementation of legal philosophy in solving
legal problems. The method used in this study is the normative legal methodology, which examines legal
issues from the perspective of norms.
The role of philosophy of law in the development of the national legal system is the basis for the level of
abstraction of theoretical reflection whose level of abstractness is at the highest level and therefore
permeates all forms of theoretical legal exploitation and practical legal exploitation. The implementation
of legal philosophy in solving legal problems is to provide a basis for every legal decision which is used as
a reference for decision makers to solve legal problems in order to achieve justice in society and legal
certainty. An example is the event of a norm conflict between Article 24 A of the 1945 Constitution and
Article 251 of Law Number 23 of 2014 concerning Regional Government
Keywords: Philosophy of law, Science of law, constitution law

Abstrak
Ilmu hukum merupakan ilmu pengetahuan, walaupun ilmu hukum memiliki karakteristik ilmu
jenis sendiri karena objek kajiannya yang cukup luas. Ilmu hukum sebagai suatu ilmu pengetahuan juga
mengalami suatu proses. Sebagai ilmu yang bersifat Sui Generis dapat dikatakan ilmu hukum memiliki
bidang kajian yang cukup luas yang terdiri tiga lapis yakni; lapisan dogmatic hukum, teori hukum, dan
filsafat hukum, dan ketiga lapisan ilmu hukum tersebut memiliki manfaat bagi pembangunan hukum
nasional. Penelitian ini memiliki dua rumusan masalah: Bagaimana peranan filsafat Hukum dalam
pembangunan sistem hukum nasional dan Bagaimana implementasi filsafat hukum dalam
menyelesaikan persoalaan hukum. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu metodelogi
hukum normatif, yang mengkaji persoalan hukum dari sisi norma.
Peranan filsafat Hukum dalam pembangunan sistem hukum nasional sebagai dasar tataran
abstraksi refleksi teoritikal yang peringkat keabstrakannya berada pada tataran tertinggi oleh karena itu
meresapi semua bentuk pengusahaan hukum teoritikal dan pengusahaan hukum praktikal.
Implementasi filsafat hukum dalam menyelesaikan persoalaan hukum, adalah memberi landasan
kepada setiap keputusan hukum yang dijadikan acuan bagi pembuat keputusan untuk memecahkan
masalah hukum agar tercapai keadilan di dalam masyarakat dan kepastian hukum. Contohnya adalah
peristiwa konflik norma antara Pasal 24 A UUD 1945 dengan Pasal 251 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Kata Kunci: Filsafat Hukum, Ilmu Hukum, Hukum Tata Negara

Jurnal SUTASOMA | 1
1. PENDAHULUAN di tengah-tengah masyarakat. oleh karena itu,
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan banyak pakar berpendapat bahwa di samping
ilmu pengetahuan (scientific knowledge) atau perkembangan dalam bidang keilmuwan itu
sains (science) sedemikian pesatnya pada sendiri, juga harus disertaidengan
jaman modern ini. Titik sentrum pengembangan landasan yang baik supaya ilmu
pengembangan ilmu pengetahuan ini berada di pengetahuan dapat berkembang ke arah yang
institusi perguruan tinggi, serta lembaga- baik.
lembaga riset milik Negara maupun swasta. Pengetahuan, secara etimologi berasal dari
Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat kata dasar tahu. Dalam bahasa inggris disebut
ini telah membawa dampak yang sangat besar knowledge, adalah segala sesuatu yang kita
pada kehidupan masyarakat, dalam bentuk ketahui. Setiap orang mempunyai pengetahuan
perkembangan teknologi, dan bagi meskipun dalam kuantitas dan kualitas yang
perkembangan ilmu itu sendiri. Telah terjadi berbeda-beda. Sedangkan Ilmu merupakan
percepatan perkembangan ilmu pengetahuan bagian dari pengetahun yang dimiliki oleh
yang sangat bermakna pada abad ke-20 dan manusia. Menurut Yuyun s Sumantri, untuk
abad ke-21 ini. Namun jika ditinjau secara dapat membedakan antara Ilmu dan
historis, sejak hadirnya manusia di dunia Pengetahuan, dapat ditinjau dari tiga aspek :
sebagai makhluk bumi, sebenarnya mereka a. Aspek Metafisika-ontologi :tentang
telah memiliki ilmu pengetahuan sebagai apa pengetahuan itu
penolong hidupnya untuk bertahan dan b. Aspek epistemology : tentang
melangsungkan keberlanjutan generasinya bagaimana pengetahuan itu
hingga saat ini. Pemahaman tentang c. Aspek aksiologik : tentang untuk apa
keilmuwan memang sangat terbatas hanya pengetahuan itu
sebatas berpikir mahusia. Dalam persepektif Tidak dapat dipungkuri bahwa ilmu
agama, ilmu bersumber dari sang Khalik. Ketika hukum merupakan ilmu pengetahuan,
Tuhan hendak menciptakan manusia, tentu saja walaupun ilmu hukum memiliki karakteristik
telah dibekali dengan seperangkat alat deteksi ilmu jenis sendiri karena objek kajiannya yang
dan pengembangan ilmu pengetahuan. Semua cukup luas. Ilmu hukum sebagai suatu ilmu
alat deteksi itu telah diciptakan pada diri pengetahuan juga mengalami suatu proses.
manusia, berupa akal pikiran untuk mengkaji, Dimana proses tersebut diawali dari
dan melakukan riset dunia; demikian juga mata kemampuan manusia berpikir (homo sapiens).
hati dan perasaan untuk merespon, Proses berpikir ilmiah agar tercipta Ilmu
menanggapi, menilai, memilih dan melahirkan Pengetahuan ditandai oleh berpikir secara :
keputusan yang tepat dan benar. Sejarah - Rasional
perjalanan ilmu pengetahuan mulai dari klasik - Kognitif
hingga kontenporer tercatat, banyak temuan - Teleologik
ilmuwan yang tidak dapat terjawab secara Berhubung karakternya yang khas itu,
tuntas karena keterbatasan ilmu pengetahuan, PM.Hadjon dan T.S.Djatmiati menyebutkan
metodologi, dan tentunya keterbatasan sebagai ilmu yang sui generis. Sebagai ilmu
manusia itu sendiri. Sehingga adagium “science yang bersifat Sui Generis dapat dikatakan ilmu
is power” dari Francis Bacon sudah semakin hukum memiliki bidang kajian yang cukup luas
jelas buktinya. yang terdiri tiga lapis yakni; lapisan dogmatic
Seiring dengan perkembangan kehidupan hukum, teori hukum, dan filsafat hukum. JJH
manusia, maka ilmu pengetahuan pun semakin Brugink menggambarkan lapisan itu bersifat
berkembang dan semakin membuat peradaban vertical, yang terendah adalah dogmatic
manusia menjadi semakin maju. Namun hukum, di atasnya teori hukum dan paling atas
demikian,dampak negative dari perkembangan adalah filsafat hukum. Meski dikatakan vertical
ilmu pengetahuan yang sedemikian pesat ini tidaklah berarti manfaat kajiannya
tidak dapat diabaikan. Permasalahan timbul (aksiologinya) lebih rendah atau lebih tinggi
dalam perkembangan batang tubuh ilmu satu sama lainnya. Artinya ketiga lapisan ilmu
pengetahuan itu sendiri, maupun dalam hukum tersebut, memiliki manfaat bagi
dampak negative penerapan ilmu pengetahuan pengembangan hukum nasional.

Jurnal SUTASOMA | 2
Dari hal tersebut terdapat beberapa masalah : 2. Bagaimana implementasi filsafat
1. Bagaimana peranan filsafat Hukum hukum dalam menyelesaikan
dalam pembangunan sistem hukum persoalaan hukum ?
nasional ?
2. METODE PENELITIAN Dengan penggolongan seperti itu tampak
Metode yang digunakan dalam penulisan ini bahwa ilmu hukum mempunyai karakteristik
adalah penelitian hukum normative yang tersendiri yang tidak dimiliki oleh ilmu
meletakan hukum sebagai norma dengan kealaman, Ilmu sosial atau Humanioria.
pendekatan peraturan perundang-undangan Kekhasan ilmu hukum terlihat pada keberadaan
serta doktrinal, bahan hukum yang norma hukum sebagai objek kajiannya
dipergunakan adalah sebagai hukum primer (normologic).Berdasarkan skema klasifikasi
terdiri dari UUD 1945, Undang-Undang Nomor ilmu-ilmu, ilmu hukum termasuk ke dalam ilmu
23 Tahun 2014 tentang Undang-Undang praktikal normologikal (ilmu normatif) yang
Pemerintahan Daerah, Putusan Mahkamah otoritatif.Berdasarkan sifat keilmuwan ilmu
Konstitusi Nomor 137/PUU-XII/2015, Instruksi hukum tersebut, dapat dipahami jika Jan
Mendagri Nomor:582/476/SJ tentang Gijjssels dan Mark van Hoecke dalam bukunya
Pencabutan/Perubahan Peraturan Kepala membagi ilmu hukum menjadi tiga lapisan ,
Daerah. Bahan hukum sekunder terdiri dari yaitu rechtsdogmatiek (dogmatic hukum),
buku, disertasi, jurnal terkait dengan rechtsteorie (teori Hukum) dan rechtsfilosie
penelitian. (filsafat hukum). Akan tetapi kedua penulis
3. HASIL DAN PEMBAHASAN tersebut kemudian menegaskan bahwa hanya
3.1 Peranan Filsafat Hukum bagi dua disiplin yang murni ilmu hukum, yaitu
Pengembangan Sistem Hukum Nasional dogmatic hukum dan teori hukum. Selanjutnya,
Ilmu Hukum merupakan bagian dari mereka menyatakan bahwa filsafat hukum
ilmu pengetahuan. Secara praktisnya sebagaimana sosiologi hukum, psikologi
penggolongan ilmu pengetahuan menurut hukum, sejarah hukum, logika hukum,
batang tubuh ilmu pengetahuan yaitu : termasuk ke dalam disiplin induknya, yaitu
a. Ilmu-ilmu kealaman (natural sciences), filsafat, sosiologi, psikologi, sejarah dan logika.
Tiap lapisan ilmu hukum memiliki karakteristik
yang meliputi :
- Fisika khusus mengenai konsep, eksplanasi, dan sifat
- Kimia atau hakikat keilmuannya.
Gambar 1 : Lapisan Ilmu Hukum Jan Gijjssels dan
- Biologi
Mark Van Hoecke
b. Ilmu-ilmu Sosial (social sciences)
c. Humanioria (Humanities) RECHTSFILOSIE
Wilhelm Dilthey membagi ilmu menjadi dua (FILSAFAT HUKUM)
bidang ilmu yaitu naturwissenschaften atau
natural sciences dan geiteswissenscaften atau
ilmu social humanioria atau social sciences dan RECHTSTHEORIE
humanity. (TEORI HUKUM)
Tabel 1 : Karakteristik Ilmu Hukum
Faktor Naturwissenschaften Geiteswissenscaften
Pembeda RECHTSDOGMATIC
Objek Benda-benda Manusia (DOGMATIK HUKUM)
fisik, termasuk
manusia Pada awalnya, filsafat dan ilmu berangkat dari
Hubungan Tidak saling Saling titik yang sama, yaitu pengetahuan rasional.
subjek- mempengaruhi Mempengaruhi Dari segi historis kita lihat pada jaman Yunani
objek
Kuno, filsuf Thales , Phytagoras, Socrates,
Contoh Fisika, Kimia, Ilmu-ilmu sosial,
Plato,Aristoteles, selain seorang filsuf juga
Ilmu Biologi dan budaya, politik,
turunanya ekonomi, seorang ilmuwan , ahli fisika, geometri an lain-
psikologi dan lain. Filsafat memberikan pemikiran yang
turunannya rasional,umum dan totalitas, sehingga
memberikan landasan untuk ilmu, oleh karena
itu filsafat disebut sebagai induk dari ilmu

Jurnal SUTASOMA | 4
pengetahuan, atau “mater scientiarum”. Pada belakangan inilah yang kini digunakan. Begitu
perkembangan berikutnya, objek material dan pula Jerman,menggunakan istilah Filosofie des
formal filsafat bersifat umum, yaitu seluruh Rechts. Berkenaan penggunaan istilah Filsafat
kenyataan, Sedangkan objek khusus dan hukum dalam bahasa asing itu, Mochtar
spesifik, maka akhirnya dalam perjalanannya Kusumaatmadja, berpendapat lebih tepat
filsafat berpisah dengan ilmu pengetahuan. menerjemahkan filsafat hukum sebagai
Namun demikian, hubungan ini tidaklah sama padanan dari Philosophy of law atau
sekali terputus, karena filsafat tetap menjadi Rechtsfilosofie daripada Legal Philosophy sama
penghubung dari berbagai percabangan ilmu dengan undang-undang atau resmi, jadi kurang
yang terpisah. Di samping itu, filsafat menjadi tepat digunakan untuk peristilahan yang sama
alat untuk mengkaji persoalan-persoalan yang dengan filsafat hukum. Oleh karena hukum
paling mendasar dari ilmu pengetahuan. bukan hanya undang-undang saja, dan hukum
Filsafat adalah upaya untuk mempelajari dan bukan pula hal-hal yang sama dengan resmi
mengungkapkan penggambaran manusia di belaka. Filsafat hukum adalah filsafat, karena
dunianya menuju akhirat secara mendasar. itu ia merenungkan semua masalah
Filsafat mempunyai 2 (dua) unsur, yaitu (a) fundamental dan marginal berkaitan dengan
unsur internal yang meliputi struktur ilmu gejala hukum
pengetahuan dan metodologi; (b) unsur Roscou Pound memandang bahwa terdapat
eksternal yang terdiri atas ilmu dan nilai yang tiga kelompok ahli hukum dalam mempelajari
meliputi agama, etika, dan ideology. hukum sebagai objek studi, yaitu :
Kedudukan filsafat pengetahuan menyoroti 1. The Philosophical jurist, law is the
gejala pengetahuan manusia berdasarkan expression of an idea. It is an expression of
sudut sebab musabab pertama. Pokok right and justice, found rather made by
bahasannya antara lain apakah suatu legislator or judge or text-writter. Or, as
pengetahuan itu benar dan tetap terpercaya, the Neo-Hegelians put it, expression of the
tidak berubah atau berubah-ubah terus, culture of a people in the form of
bergerak dan berkembang; dan jika principles for the government of
berkembang, kemanakah tujuan mans’external relations to one another.
perkembangan ilmu tersebut. Filsuf Philip Frank (Terjemahan: para ahli filsafat hukum
menyatakan bahwa “philosophy of science is berpandangan, hukum merupakan
the bridge between philosophy and science”, ekspresi dari suatu gagasan. Gagasan
bahwa filsafat ilmu adalah jembatan antara adalah ekspresi hak dan keadilan yang
filsafat dengan ilmu. Bagaimana filsafat ilmu ditemukan oleh dalam aturan hukum yang
dapat menjembatani antara filsafat dan ilmu: dibentuk oleh legislator atau hakim.
caranya adalah dengan melakukan pemikiran Menurut Neo-Hegelians, ekspresi budaya
dan telaah kritis,radikal, komprehensif, suatu masyarakat dalam bentuk prinsip-
sistematik terhadap : prinsip untuk mengatur hubungan
1. Hakikat ilmu (ontology) eksternal antar manusia)
2. Cara yang benar untuk 2. The Historical jurist also law is found not
mendapatkan ilmu (epistimologi) made: but in his view something different
3. Cara memanfaatkan ilmu is found. To him a principles of human
(aksiologi) action has been found and is developed
Begitu pun halnya filsafat hukum, sebagai communities. (Terjemahan: Ahli sejarah
bagian dari ilmu hukum, bidang kajian filsafat hukum berpendapat, bahwa hukum tidak
hukum tidak jauh berbeda dengan filsafat ilmu dibuat tetapi ditemukan, bagi mereka
yaitu dilihat dari pendekatan secara tindakan manusia didapat dari kebiasaan
ontology,epistimologi dan aksiologi. dan menjadi aturan hukum)
Sesuai dengan pemakaian bahasa yang 3. The analytical jurist, on the other hand
berbeda, dikenal beberapa istilah Filsafat law, at least in its matured form and in
Hukum dalam bahasa asing dari negara-negara, developed communities, is the product of
seperti Inggris sering ditemukan menggunakan conscious and determinate human will.
dua istilah, yaitu legal Philosophy atau (Terjemahan: Ahli analisis hukum,
Philosophy of Law. Sedangkan Belanda, juga memiliki pendapat yang berbeda bahwa
manggunakan dua istilah, yaitu : Wijsbegeerte hukum merupakan hasil dari kehendak
van het Recht dan Rechtsfilosofie, istilah yang manusia yg sadar)

Jurnal SUTASOMA | 4
Berdasarkan pendapat Roscoue Pound 3.2 Implementasi Filsafat Hukum dalam
dapat diartikan bahwa filsafat hukum Penyelesaian Persoalaan Hukum Modern
merupakan ide dari dibentuknya hukum itu (Studi Kasus terhadap Implikasi
sendiri. Menurut Meuwissen dalam tulisannya Kewenangan Gubernur dalam Menyetujui
yang berjudul “Tentang Pengembangan
atau Membatalkan PERDA Kabupaten
Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum, dan Filsafat
Hukum” sebagaimana yang dikutip oleh I Dewa
atau Kota Pasca Putusan Mahkamah
Gede Atmadja dalam bukunya yang berjudul Konstitusi Nomor 137/PUU-XII/2015)
“Filsafat Hukum Dimensi dan Historis”, Pemanfaatan filsafat hukum dalam pratek ilmu
berdasarkan kriteria pengembangan hukum , ia hukum di masa kini, terdapat pada peristiwa
menyatakan bahwa filsafat hukum merupakan hukum pada pasca Putusan Mahkamah
tataran abstraksi refleksi teoritikal yang Konstitusi Nomor 137/PUU-XII/2015. Hal ini
peringkat keabstrakannya berada pada tataran dilatar belakangi oleh Keputusan Kementerian
tertinggi oleh karena itu meresapi semua Dalam Negeri memutuskan untuk
bentuk pengusahaan hukum teoritikal dan membatalkan 3.143 Peraturan Daerah
pengusahaan hukum praktikal. Argumentasinya bermasalah dilakukan sesuai aturan
bahwa pengembanan hukum teoritikal adalah perundang-undangan yang berlaku. Keputusan
kegiatan memahami, menguasai hukum secara ini diambil berdasarkan Undang-Undang
intelektual, dengan metode logic-sistematikal, Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
rasional kritikal, dan refleksi praktikal adalah Daerah, khususnya Pasal 251 ayat (1) ,(2),dan
kegiatan manusia berkenaan dengan (3) mengenai pembatalan Perda dan Perkada.
berlakunya hukum dalam realita kehidupan Keputusan ini pun segera di realisasikan oleh
sehari-hari. Kementerian Dalam Negeri dengan
Dari beberapa pemikiran yang telah mengeluarkan Instruksi Mendagri
dikemukakan diatas, kehadiran filsafat hukum Nomor:582/476/SJ tentang
memiliki arti dan peran besar bagi eksistensi Pencabutan/Perubahan Peraturan Kepala
dan pengembangan sistem hukum nasional. Daerah, Peraturan Kepala Daerah Dan
Pemikiran filsafat hukum dilakukan sampai Keputusan Yang Menghambat Birokrasi Dan
mencapai batas marginal atau sampai pada Perizinan Investasi. Instruksi ini ditetapkan
batas kemampuan pemikiran manusia, yang pada 16 Februari 2016. Menurut Menteri
terletak pada batasan antara lingkungan Dalam Negeri, tujuan dari pembatalan
empiris dan lingkungan metafisika, oleh karena peraturan daerah ini adalah memperkuat daya
itu sifat dari kedalaman pengertian filsafat saing bangsa di era kompetisi. Peraturan
hukum adalah sampai pada tindakan yang daerah yang dibatalkan merupakan aturan yang
paling mendasar dan sekaligus bersifat kritis, dinilai menghambat pertumbuhan ekonomi
tidak dogmatis dan tidak skeptis. Hal yang perlu daerah dan memperpanjang jalur birokrasi,
diperhatikan kembali dalam perkembangan hambat investasi, dan kemudahan berusaha.
sistem hukum nasional adalah nilai-nilai moral Sebelumnya pada pertengahan April 2016,
yang dapat dijadikan arah dalam menuntun Kementerian Dalam Negeri telah membatalkan
perkembangan ilmu hukum selanjutnya, karena sejumlah 920 Peraturan Daerah yang dinilai
tanpa adanya bimbingan moral dikhawatirkan menghambat investasi. Hingga saat ini
perkembangan ilmu dan teknologi tidak persoalan pembatalan Peraturan Daerah kerap
semakin menyejahterakan manusia, tetapi mengisi pemberitaan di berbagai media.
justru merusak dan bahkan menghancurkan Hampir semua menyorot soal Peraturan
kehidupan mereka. Dengan demikian, Daerah yang dianggap bermasalah beserta
permasalahan hukum yang sangat kompleks di pembatalannya. Banyaknya Peraturan Daerah
negara kita seperti adanya peradilan massa bermasalah tidak hanya terungkap pada
(rakyat), disintegrasi bangsa, kekacauan dan pemerintahan Presiden Jokowi saat ini. Pada
huru hara, saling membantai, korupsi, kolusi, kurun waktu 2004-2009, pemerintah telah
nepotisme, dan perbuatan asusila serta membatalkan 1691 perda. Data dari laporan
perbuatan yang dapat merusak sendi-sendi penelitian yang dilakukan Pusat Studi Hukum
kehidupan bangsa dan negara berangsur- dan Kebijakan Indonesia (PSHK) pada 2011
angsur dapat dipecahkan. menunjukkan jumlah perda terbanyak yang
dibatalkan adalah perda retribusi yaitu 1066
perda. Selanjutnya, Peraturan Daerah pajak

Jurnal SUTASOMA | 5
sejumlah 224 Peraturan Daerah dan Peraturan suatu bangsa (The Way of life). Secara universal
Daerah perizinan sebanyak 179 Peraturan harus didasarkan pada peradaban, cita-cita
Daerah. Data lain dari laporan penelitian Pusat kemanusian dalam pergaulan hidup
Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK) masyarakat. Sesuai pula dengan cita-cita
tersebut dalam kurun waktu 2004-2009 kebenaran (idée der waarheid), cita-cita
pembatalan Peraturan Daerah terbanyak keadilan (idde der gerechtigheid) dan cita-cita
dilakukan pada 2009. Terdapat 830 Peraturan kesusilaan (idge der zedelijkheid). Hal ini sejalan
Daerah yang dibatalkan pada tahun tersebut. dengan pemikiran mazhab sejarah milik
Masalah pembatalan Peraturan Daerah oleh Friedrich Carl von Savigniy dan Puchta. Inti dari
Kementerian Dalam Negeri dipersoalkan pemikiran mazhab sejarah, pada prinsipnya
kembali. Pembatalan beberapa Peraturan aliran ini menolak hukum itu dibuat oleh
Daerah baik Peraturan Daerah Propinsi penguasa atau pemerintah. Lebih jauh Von
ataupun Peraturan daerah Kabupaten/Kota Savigny menyatakan, di dunia ini terdapat
oleh Kementerian Dalam Negeri bertujuan berbagai bangsa yang pada tiap-tiap bangsa
untuk membuka peluang investasi yang lebih tersebut mempunyai suatu volgeist (jiwa
luas, oleh sebab itu pemerintah menyisir rakyat). Jiwa ini berbeda-beda, baik menurut
kembali Peraturan Daerah bermasalah dan waktu maupun menurut tempat. Pencerminan
akan dibatalkan. Pada titik ini, seolah-olah dari adanya jiwa yang berbeda ini tampak pada
pemerintah daerah yang mutlak menjadi kebudayaan dari bangsa tadi yang berbeda-
penyebab banyaknya peraturan daerah beda. Ekspresi itu tampak pula pada hukum
bermasalah tersebut. Pemerintahan Daerah yang sudah tentu berbeda pula pada setiap
yang terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat waktu dan setiap tempat. Oleh karena itu, tidak
Daerah bersama Kepala Daerah yang masuk akal jika terdapat hukum yang berlaku
mempunyai kewenangan legislasi di daerah. universal pada semua waktu. Hukum sangat
Namun apabila mencermati desain normatif bergantung atau bersumber pada jiwa rakyat
otonomi daerah, terdapat kewenangan dan yang menjadi isi hukum itu ditentutakan
pemerintah pusat dalam mencegah maupun oleh pergaulan hidup manusia dari masa ke
mengatasi Peraturan Daerah bermasalah masa (sejarah).Serta peraturan perundang-
tersebut. Undang-Undang Pemerintahan undangan harus memenuhi unsur keadilan,
Daerah baik itu Undang-Undang Nomor 32 Tidak mudah untuk mengetahui apakah
Tahun 2004 maupun penggantinya yaitu keadilan itu, Socrates mempertanyakan
Undang-Undang Nomor. 23 Tahun 2014 kembali “….justice if only we knew what it was”
(Undang-Undang Pemerintahan Daerah) (keadilan seandainya saja kita ketahui apa
memberi kewenangan pemerintah dalam hal artinya). Tidak salah jika dikatakan bahwa
Kementerian Dalam Negeri mengawasi keadilan adalah kata yang “highly ambiguous
Pemerintah Daerah baik ketika masih and pregnant with various meanings” (bersifat
berbentuk rancangan Peraturan Daerah sangat ambigu dan penuh bermacam-macam
maupun sesudah disahkan. Jika berpedoman pengertian). Setiap orang bisa berbicara
kepada Undang-Undang Dasar 1945 sebagai keadilan, tetapi tidak mudah mencari kesatuan
hukum dasar tertinggi, pembatalan sebuah pengertian. Thomas Sowel dalam buku “ The
Peraturan Daerah sebagai produk yang berada quest For Cosmic Justice” menyatakan :
dibawah undang-undang seharusnya dilakukan “ One of the few subjects on which we all seem
Mahkamah Agung melalui mekanisme judicial to agree is the need for justice. But our
review. Dalam hal ini, Pasal 24A ayat (1) agreement is only seeming because we mean
Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan such different things by the same word.” (Salah
bahwa Mahkamah Agung berwenang mengadili satu dari beberapa subjek yang tampaknya kita
pada tingkat kasasi, menguji peraturan sepakati adalah kebutuhan akan keadilan.
perundang-undangan di bawah undang-undang Tetapi kesepakatan kita hanyalah karena kita
terhadap undang-undang, dan mempunyai mengartikan berbagai hal yang berbeda dari
wewenang lainnya yang diberikan oleh undang- kalimat yang sama itu)
undang. Tidak ada kesatuan arti dari keadilan, dimana
Meninjau dari sisi filsafat hukum, bahwa setiap orang dapat memberikan arti yang
peraturan yang dibentuk mempertimbangkan berbeda, tetapi pengertian yang berbeda itu
pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum bukanlah yang mendasar. Namun demikian,
yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah secara prinsip keadilan bersifat universal,

Jurnal SUTASOMA | 6
bukan seperti rumah dengan banyak kamar Cornelis VI,(2016), Hukum Pemerintahan
atau seperti kerata api dengan banyak Daerah (pengaturan dan pembentukan
kompartemen. Keadilan berdasarkan norma daerah otonomi bari di wiliyah perbatasan
tertulis seringkali bukanlah keadilan yang dan pedalaman dalam perspektif
diinginkan oleh masyarakat. Dalam peristiwa kedaulatan bangsa),Aswaja
hukum ini bahwa pada hakekatnya sebuah Pressindo,Surabaya
peraturan di buat harus berdasarkan jiwa Diantha P, (2017), Metodologi Penelitian
rakyatnya disesuaikan dengan kebutuhan Hukum Normatif dalam Justifikasi Teori
rakyatnya serta harus memenuhi tujuan hukum Hukum, Kencana,Jakarta
itu sendiri yaitu keadilan. Hadjon dan Djatmiati, (2009), Argumentasi
4. KESIMPULAN Hukum, cetakan kelima, Gajah Mada
Berdasarkan seluruh uraian pembahasan kedua University Press, Surabaya,
permasalahan yang menjadi isu hukum dalam Ilmar,(2014), Hukum Tata Pemerintahan,
artikel ini, maka dapat ditarik kesimpulan Prenada Media Group,Jakarta
sebagai berikut : Kansil CST, (1977), Pengantar Ilmu Hukum dan
1. Peranan filsafat Hukum dalam Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka,
pembangunan sistem hukum nasional Jakarta
sebagai dasar tataran abstraksi refleksi Latif M, (2016), Orientasi ke Arah Pemahaman
teoritikal yang peringkat keabstrakannya Filsafat Ilmu, Kencana,Jakarta.
berada pada tataran tertinggi oleh karena Lapian G, (2012), Disiplin Hukum yang
itu meresapi semua bentuk pengusahaan mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan
hukum teoritikal dan pengusahaan hukum Gender, Pustaka Obor Indonesia,Jakarta.
praktikal Marzuki, (2008), Penelitian Hukum, Kencana,
2. Implementasi filsafat hukum dalam Jakarta
menyelesaikan persoalaan hukum, adalah Mustafa B, (2001),Sistem Administrasi Negara
memberi landasan kepada setiap keputusan Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung
hukum yang dijadikan acuan bagi pembuat Putra IBW, (2015), Filsafat Ilmu: Filsafat Ilmu
keputusan untuk memecahkan masalah Hukum, Udayana University Press,
hukum agar tercapai keadilan di dalam Denpasar
masyarakat dan kepastian hukum. Ridwan HR,(2014), Hukum Admisnistrasi
Contohnya adalah peristiwa konflik norma Negara, PT Rajagrafindo Persada,Jakarta
antara Pasal 24 A UUD 1945 dengan Pasal Sidharta BA, (2013), Ilmu Hukum Indonesia;
251 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Upaya Pengembangan Ilmu Hukum
tentang Pemerintahan Daerah Sistematik yang Responsif Terhadap
PERNYATAAN PENGHARGAAN Perubahan Masyarakat, cetakan pertama,
Ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi- Genta Publishing, Yogyakarta
tingginya kepada Dr. Ir. I Nengah Karnata, MSi Sidhartha AB, (2009), Meuwissen Tentang
sebagai Rektor dan Universitas Tabanan, yang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori
memberikan kesempatan kepada penulis Hukum, dan Filsafat Hukum, cetakan
sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. ketiga, Refika Aditama, Bandung,
DAFTAR PUSTAKA Sulaiman, (2017), Teori Perundang-undangan
Ali HZ, (2009), Filsafat Hukum, Sinar Grafika, dan Aspek Pengujianya, Thafa
Jakarta. Media,Yogyakarta
Atmadja,(2013), Filsafat Hukum Dimensi
Tematis dan Historis, Setara Press, Malang
Asshiddiqie, (2006),Teori Hans Kelsen Tentang
Hukum, Sekretariat Jenderal &
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi
RI,Jakarta
Bakta, (2018), Pengantar Filsafat Ilmu, Udayana
University Press, Denpasar.
Bruggink alih bahasa Sidharta A, (1999),
Refleksi Tentang Hukum, Citra Aditya
Bakti, Bandung.

Jurnal SUTASOMA | 7

You might also like