Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

Malaria Elimination Program in Indonesia :

A Literature Review

A. Mahdalena1*, Rinda Purnama1*, Yumardi1*, Noriah1*


1
Magister of Public Health, Mulawarman University
*Email: andilena305@gmail.com

Objective: Malaria is still a health problem in the world, including in Indonesia. Malaria is a
parasitic disease, transmitted by Anopheles mosquitoes. Indonesia is a developing region with a
tropical and subtropical climate that is favored by Anopheles sp. Mosquitoesas their habitat.
Malaria has been targeted for elimination from Indonesia by 2030, with timeframes varying for
specific geographic areas based on disease endemicity. Method: The purpose of this study was to
determine malaria elimination strategies in Indonesia using literature studies. The method used
was literature review with literature search components, inclusion exclusion criteria, and study
selection and quality assessment. The number of samples of this study was 4 samples of research
articles. Results: The results showed that there were 4 malaria elimination program in various
regions, it is known that malaria control and elimination programs are carried out using the
parameters of the one health-based malaria case observation system (surveillance),
decentralization policy, monitoring of mosquito vectors, and the quality and quantity of
distribution of malaria control health workers. Conclusion: . Most of the region still need to
mobilize more resources and budget for malaria control and elimination. A change in perspective
and perception of malaria needs to be changed to leverage more effort and budget for malaria
control and elimination activities.

Keyword: malaria prevention; vector control; elimination; anopheles; malaria


PENDAHULUAN tersebar luas di seluruh kepulauan Indonesia,
baik daratan rendah maupun daratan tinggi.
Penyakit malaria yang merupakan salah satu
penyakit menular, ditemukan lebih dari 100 Malaria telah ditargetkan untuk dihilangkan dari
negara, terutama di daerah tropis seperti benua Indonesia pada tahun 2030, dengan jangka
Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Malaria masih waktu yang berbeda-beda untuk wilayah
menjadi masalah kesehatan di dunia, termasuk geografis tertentu berdasarkan endemisitas
di Indonesia. penyakit. Karena itu, eliminasi malaria telah
menjadi program nasional dan dilaksanakan
Malaria adalah penyakit yang mengancam jiwa
secara bertahap dimulai dari tahun 2010 hingga
yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke
tahun 2030 yang akan dilakukan per pulau. Di
manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles
Indonesia terdapat 424 kabupaten endemis
betina yang terinfeksi. Penyakit malaria dapat
malaria, dari 576 kabupaten yang ada,
dicegah dan disembuhkan. Indonesia
diperkirakan 45% penduduk Indonesia berisiko
merupakan wilayah berkembang dengan iklim
tertular malaria. Terdapat sekitar 15 juta
tropis dan subtropis yang disukai oleh
malaria dengan 38.000 kematian setiap
Anopheles sp. Nyamuk sebagai habitatnya.
tahunnya.
Malaria merupakan masalah kesehatan di
WHO mendefinisikan Eliminasi malaria adalah
negara yang sedang berkembang termasuk
pemutusan transmisi lokal (yaitu mengurangi
Indonesia (Hamzah 2008). Malaria pertama kali
tingkat kasus malaria menjadi nol) dari parasit
dilaporkan secara resmi di Indonesia pada tahun
malaria tertentu di wilayah geografis tertentu.
1854. Hampir seluruh penduduk Indonesia
Definisi dari eliminasi malaria, dan kriteria
berisiko sebelum Program Nasional
untuk sertifikasi eliminasi malaria, telah
Pengendalian Malaria didirikan pada tahun
memandu negara-negara dalam perjalanan
1950. Sejak Indonesia merdeka pada tahun
mereka menuju eliminasi. Global Malaria
1945, pengendalian malaria secara intensif
Eradication Program (GMEP) didirikan pertama
dilakukan melalui Program Pengendalian
kali oleh WHO pada tahun 1960-an. Setelah
Malaria (1945–1958) dan Program
jeda 20 tahun (1987-2007), di mana tidak ada
Pemberantasan Malaria (1959– 1968) yang
negara yang disertifikasi bebas malaria oleh
fokus pada penyemprotan DDT dan pengobatan
WHO, saat ini proses sertifikasi telah diaktifkan
kasus demam dengan klorokuin. Hal ini diikuti
kembali.
oleh Fase Pengendalian Malaria (1969–1999)
dan Kampanye Roll Back Malaria Indonesia Secara global, 40 negara dan wilayah telah
(2000 hingga sekarang) yang berfokus pada diberikan sertifikasi bebas malaria dari WHO –
deteksi dan surveilans kasus malaria serta termasuk, yang terbaru, El Salvador (2021),
kegiatan terpadu seperti yang Aljazair (2019), Argentina (2019), Paraguay
direkomendasikan oleh WHO. (2018) dan Uzbekistan (2018). Definisi dan
kriteria eliminasi malaria telah berkembang
Berdasarkan laporan World Health Organization
selama bertahun-tahun. Sehingga diperlukan
(WHO) tahun 2010, Indonesia menempati
pemahaman yang kontemporer tentang
urutan ke-26 dengan jumlah kasus 919,8 per
eliminasi malaria.
100.000 orang pertahun (WHO 2010). Malaria
masih merupakan penyakit “rakyat” nomor satu
di Indonesia dengan parasite rute 4,25%
METODE PENELITIAN Judul/
No Penulis/ Metode Hasil
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif Tahun
observasional dengan menggunakan metode antara Dua dalam eliminasi
literature review, kriteria inklusi dan ekslusi, dan Wilayah malariaberbasis one
pemilihan dan penilaian kualitas artikel. Dimana yang Sudah health di Kota
ulasan, rangkuman, dan pemikiran dari Berstatus Sabangbaik (73,3%)
Eliminasi di Kabupaten Aceh
beberapa sumber pustaka dibahas sesuai topik
dan Belum Jaya terdistribusi
yang ditentukan. Sehingga pada akhirnya di
Eliminasi di rata baik dan kurang
dapatkan gambaran yang berkenaan dengan Propinsi baik(50,0%),
program eliminasi malaria di berbagai negara. Aceh/Marha penggerakkan dan
Artikel yang dipilih dalam studi ini berdasarkan ban,dkk/201 pemberdayakan
beberapa kriteria yang ditetapkan oleh peneliti 9 masyarakat dalam
yaitu merupakan jurnal dan artikel yang tersedia pengendalian
malaria di Kota
dalam bentuk full text (bukan hanya abstrak),
Sabang sudah baik
dan rentang waktunya 9 tahun terakhir. (90,0%) di
HASIL PENELITIAN Kabupaten Aceh jaya
juga baik (76,7%)
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 4 Strategi
program eliminasi malaria di berbagai daerah, pengendalian
diketahui bahwa program pengendalian dan malaria berbasis
konsep one health
eliminasi malaria dilakukan dengan
antara dua wilayah
menggunakan parameter sistem observasi kasus yang sudah
malaria (surveillance) berbasis kesehatan, berstatus eliminasi
kebijakan desentralisasi, pemantauan vektor dan belum eliminasi
nyamuk , serta kualitas dan kuantitas distribusi di provinsi Aceh
tenaga kesehatan pengendali malaria. Kata pada variabel
surveilans dan
kunci yang digunakan dalam pencarian sumber
pemberdayaan
yaitu “malaria prevention; vector control;
masyarakat (p<0,05).
elimination; anopheles; malaria”. Data kasus 2 Eliminasi Observ Dari artikel yang
dalam artikel penelitian yang diidentifikasi malasia di asional telah ditetapkan
antara tahun 2015 hingga 2023. berbagai dengan peneliti mengenai
negara: literatu eliminasi malaria di
Table 1 . Literatur Review Mengenai Eliminasi Literatur r berbagai negara
Malaria di Indonesia Review/May review diperoleh 25 artikel
asari,dkk/20 yang digunakan
Judul/
23 dalam studi ini.
No Penulis/ Metode Hasil
Diantara 25 artikel
Tahun
tersebut diperoleh
1 Eksplorasi Observ Sistem pengamatan
12 artikel
Penerapan asional kasus (surveilans)
membahas
Strategi dengan malaria di Kota
mengenai
Pengendalia desain Sabang sudah baik
pengendalian
n Malaria kuantit (80%) di Kabupaten
vektor, 9 artikel
Berbasis atif Aceh Jaya kurang
membahas
Konsep One baik (63,3%), upaya
surveilens malaria,
Heath promosi kesehatan
4 artikel membahas
Judul/ Judul/
No Penulis/ Metode Hasil No Penulis/ Metode Hasil
Tahun Tahun
tentang strategi historis spatiotemporal di
pengobatan diperlukan malaria Purworejo dan
malaria. untuk dari kabupaten
3 Study of kualita Kualitas dan jumlah eliminasi tahun sekitarnya
Successful tif. distribusi pekerja malaria: 2007- menunjukkan
Malaria Kesehatan dalam studi kasus 2011 kejadian malaria
Elimination pengendalian di dikump terkonsentrasi
Program at malaria telah Kabupaten ulkan berulang di wilayah
Teluk dilaksanakan Purworejo, melalui tertentu dari tahun
Bintuni dengan baik Provinsi data 2007 hingga 2011.
District/Mo dengan adanya Jawa sekund Permasalahan
bilala,dkk/2 sumber daya Tengah, er, sistem kesehatan
019 mikroskopis dan Indonesia/ wawan kabupaten, yaitu
energi. Murhandar cara koordinasi yang
Keberlanjutan wati,dkk/20 mendal kurang optimal
logistik malaria di 15 am dan antara sistem
Kabupaten Teluk diskusi pelayanan
Bintuni cukup kelomp kesehatan primer
memadai. ok dan sistem rujukan,
Koordinasi lintas- terfoku kolaborasi antar
sektor dalam s. kabupaten yang
identifikasi malaria kurang optimal
telah dilakukan untuk surveilans
dengan baik. malaria, kebijakan
Partisipasi desentralisasi dan
masyarakat dalam kurangnya sumber
pengendalian daya, terutama
malaria cukup baik. alokasi anggaran
Pengendalian daerah untuk
malaria telah program malaria,
dilaksanakan merupakan kendala
dengan baik utama bagi
melalui program keberlanjutan
EDAT dalam program.
pembentukan
interpreter malaria
desa dalam
pengambilan darah
PEMBAHASAN
dan pengobatan
malaria. Kebijakan Artikel terpilih dalam penelitian ini
yang konsisten dari menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang
pemerintah
berpengaruh terhadap eliminasi malaria di
Kabupaten Teluk
Bintuni sangat berbagai negara. Faktor-faktor ini
mendukung dalam dikelompokkan menjadi faktor pengendalian
upaya eliminasi vektor, surveilen malaria dan managemen kasus
malaria. malaria.
4 Perubahan Data Pola kasus malaria
Pada tahun 2019, Marhaban,dkk melakukan spatiotemporal di Purworejo dan kabupaten
penelitian menganai Eksplorasi Penerapan sekitarnya menunjukkan kejadian malaria
Strategi Pengendalian Malaria Berbasis Konsep terkonsentrasi berulang di wilayah tertentu dari
One Heath antara Dua Wilayah yang Sudah tahun 2007 hingga 2011. Permasalahan sistem
Berstatus Eliminasi dan Belum Eliminasi di kesehatan kabupaten, yaitu koordinasi yang
Propinsi Aceh dengan metode observasional kurang optimal antara sistem pelayanan
dengan melakukan wawancara menggunakan kesehatan primer dan sistem rujukan,
kuesioner kepada seluruh penanggung jawab kolaborasi antar kabupaten yang kurang
program malaria yaitu dokter dan perawat di optimal untuk surveilans malaria, kebijakan
Puskesmas dalam wilayah kota sabang dan desentralisasi dan kurangnya sumber daya,
Kabupaten Aceh Jaya yaitu masing-masing 30 terutama alokasi anggaran daerah untuk
orang dengan hasil menunjukkan bahwa sistem program malaria, merupakan kendala utama
pengamatan kasus (surveilans) malaria di Kota bagi keberlanjutan program.
Sabang sudah baik (80%) di Kabupaten Aceh
Pada akhir masa studi, Purworejo masih dalam
Jaya kurang baik (63,3%), upaya promosi
tahap pra-eliminasi karena API tetap rendah
kesehatan dalam eliminasi malariaberbasis one
namun tidak berkurang dalam beberapa tahun
health di Kota Sabangbaik (73,3%) di Kabupaten
terakhir. Kelemahan dalam pengawasan dan
Aceh Jaya terdistribusi rata baik dan kurang
investigasi kasus yang terfokus kemungkinan
baik(50,0%), penggerakkan dan pemberdayakan
besar merupakan penyebab utama tidak adanya
masyarakat dalam pengendalian malaria di Kota
kemajuan; Hal ini disebabkan oleh kurangnya
Sabang sudah baik (90,0%) di Kabupaten Aceh
komitmen politik pemerintah daerah, meskipun
jaya juga baik (76,7%), akses masyarakat
Dinas Kesehatan mempunyai antusiasme dan
terhadap pelayanan pengendalian baik di Kota
kompetensi. Berdasarkan penelitian ini,
sabang baik (86,7%) di Kabupaten Aceh Jaya
diusulkan beberapa strategi yang dapat
juga baik (60,0%), faktor risiko lingkungan di
diterapkan untuk mencapai tujuan eliminasi
Kota Sabang dan Kabupaten Aceh Jaya sudah
malaria di Pur-worejo. Hal ini mencakup: (1)
baik (90,0%); (56,7%), komitmen pemerintah
mendefinisikan kembali fokus malaria, yaitu
dalam pengendalian malaria di Kota Sabang
menggunakan 'jumlah penduduk yang tinggal di
sudah baik (80%) sementara di Kabupaten Aceh
wilayah perbukitan Menoreh' sebagai penyebut
Jaya terdistribusi rata baik dan kurang
dan bukan 'jumlah penduduk kabupaten' ketika
baik(50,0%),dan pembiayaan dalam
menghitung API; (2) mendorong kolaborasi
pengendalian malaria di Kota Sabang
antar pemerintah kabupaten untuk secara
tersedia(66,7%) dan diKabupaten Aceh Jaya juga
inovatif menggunakan potensi pendanaan
tersedia (63,3%). Terdapat perbedaan Strategi
untuk mendukung surveilans malaria; (3)
pengendalian malaria berbasis konsep one
merevisi kebijakan desentralisasi dengan
health antara dua wilayah yang sudah berstatus
memperkuat peran provinsi untuk
eliminasi dan belum eliminasi di provinsi Aceh
meningkatkan koordinasi antar kabupaten
pada variabel surveilans dan pemberdayaan
secara efektif; (4) mengembangkan sistem
masyarakat (p<0,05).
investigasi kasus yang baik dan deteksi kasus
Penelitian lain yang dilakukan oleh yang reaktif; dan, (5) memperkuat keterlibatan
Murhandarwati,dkk tentang Perubahan strategi sektor swasta dalam surveilans malaria,
diperlukan untuk eliminasi malaria: studi kasus khususnya dalam pelaporan kasus.
di Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah, Sedangkan Penelitian tentang Study of
Indonesia menunjukkan hasil Pola kasus malaria Successful Malaria Elimination Program at Teluk
Bintuni District oleh Mobilala,dkk pada tahun sistemik, dan penggunaan data tersebut dalam
2019 menyebutkan bahwa Kualitas dan jumlah perencanaan, implementasi, dan evaluasi
distribusi pekerja Kesehatan dalam praktik kesehatan masyarakat. Dalam
pengendalian malaria telah dilaksanakan pengaturan di mana penularannya tinggi,
dengan baik dengan adanya sumber daya pengawasan sering diintegrasikan ke dalam
mikroskopis dan energi. Keberlanjutan logistik sistem informasi kesehatan rutin yang lebih
malaria di Kabupaten Teluk Bintuni cukup luas. Sedangkan untuk wilayah di mana
memadai. Koordinasi lintas-sektor dalam penularan rendah dan malaria sedang
identifikasi malaria telah dilakukan dengan baik. dieliminasi, surveilans digunakan untuk
Partisipasi masyarakat dalam pengendalian mengidentifikasi, menyelidiki, dan
malaria cukup baik. Pengendalian malaria telah menghilangkan fokus penularan yang
dilaksanakan dengan baik melalui program berkelanjutan, mencegah dan menyembuhkan
EDAT dalam pembentukan interpreter malaria infeksi, dan memastikan eliminasi., dan
desa dalam pengambilan darah dan pengobatan penggunaan Obat-obatan untuk mencegah dan
malaria. Kebijakan yang konsisten dari mengobati malaria terus mengalami
pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni sangat perkembangan. Hingga kini Obat antimalaria
mendukung dalam upaya eliminasi malaria. chloroquine (CQ) dan turunannya
hydroxychloroquine (HCQ) terbukti efektif
Penelitian lain oleh Mayasari,dkk tentang
untuk malaria dan membantu program
Eliminasi malasia di berbagai negara dengan
pengendalian dan eliminasi malaria. Karena
metode penelitian deskriptif observasional
penggunaan CQ yang ekstensif, resistensi
dengan memakai desain literature review dari
klorokuin muncul pertama kali di perbatasan
25 artikel tentang eliminasi malaria
Kamboja-Thailand pada 1950–1960-an, setelah
menunjukkan hasil bahwa Dari 25 artikel
itu, resistensi klorokuin dilaporkan di seluruh
tersebut diperoleh diantaranya 12 artikel
dunia. Terlepas dari masalah ini, kedua obat
membahas mengenai pengendalian vektor, 9
tersebut masih digunakan sebagai pengobatan
artikel membahas surveilens malaria, 4 artikel
dan agen profilaksis di Sebagian besar daerah
membahas tentang pengobatan malaria. Jenis
endemik P. vivax. WHO telah menganjurkan
penelitian yang digunakan dalam artikel ini
kebijakan terapi kombinasi berbasis artemisinin
yaitu metode survei, metode eksperimen,
(ACTs) untuk mengobati P.falciparum. Sejak
surveilans retrospektif, literature review, dan
saat itu, terapi ACT telah diterapkan di 67
deskriptif. Data kasus dalam artikel penelitian
negara endemis malaria dan 41 di antaranya
yang diidentifikasi antara tahun 2013 hingga
ada di Afrika. Sebagai terapi lini pertama untuk
2022.
infeksi penyakit malaria. P. falciparum. Namun,
Studi lebih lanjut dibutuhkan guna memperoleh implementasi ACTs yang meluas selama
metode yang paling tepat dan efektif dalam bertahun-tahun juga menyebabkan rendahnya
mencapai eliminasi malaria di seluruh dunia. pengawasan terhadap malaria dan munculnya
Dari hasil studi literatur ditemukan beberapa resistensi obat terhadap ACTs, termasuk
metoda yang telah diaplikasikan di beberapa turunan artemisinin dan obat pasangannya.
negara dalam usahanya untuk mengeliminasi Tujuan keseluruhan dari obat-obatan baru ada
malaria di wilayahnya diantaranya melalui dua. Pertama, penting untuk menyediakan obat
pengendalian vektor, surveilans yaitu
KESIMPULAN
pengumpulan, analisis, dan interpretasi data
spesifik penyakit secara terus menerus dan
Sebagian besar wilayah masih perlu of Science and Healthcare Research,
mengerahkan lebih banyak sumber daya dan Vol. 4, no.1, Jan-March 2019.
anggaran untuk pengendalian dan eliminasi 7. Hamzah P., Factor Of Which Deal With
Efficacy Of Malaria Medication In
malaria. Perubahan cara pandang dan persepsi
Puskesmas Tarailu Of Sampaga
terhadap malaria perlu diubah agar dapat Subdistrict, Mamuju Regency, Jurnal 10
meningkatkan upaya dan anggaran untuk | J. Kes. Cehadum | VOL. 1 | NO. 2 |
kegiatan pengendalian dan eliminasi malaria. Juni 2019 | Penelitian Malaria.
2008;5(1);324-332
SARAN 8. H. Organization, Indoor residual
Diharapkan pada masa yang akan datang dapat spraying: an operational manual for
indoor residual spraying (IRS) for
menghasilkan Penelitian terbaik dan lebih luas
malaria transmission control and
tentang eliminasi malaria di Indonesia elimination. World Health Organization,
selanjutnya. 2015.
9. H. Organization. (2023, 20 Februari
DAFTAR PUSTAKA
2023). Malaria Overview. Available:
1. Hasyim .dkk , "Does livestock protect https://www.who.int/health-topics/mal
from malaria or facilitate malaria aria#tab=tab_1
prevalence? A cross-sectional study in 10. H. Organization, "Malaria surveillance,
endemic rural areas of Indonesia," (in monitoring and evaluation: a reference
eng), Malar J, vol. 17, no. 1, p. 302, Aug manual," 2018.
20 2018. 11. World Health, "Eliminating malaria,"
2. Herawati.dkk, Ketersediaan layanan dan World Health Organization, Geneva2016
kesiapan implementasi sistem informasi 2016, Available:
surveilans malaria di puskesmas di https://apps.who.int/iris/handle/10665
Indonesia. PLoS SATU Vol.18, /20 5565S. T. Kheang et al., "Cambodia
No.4,2023 : e0284162. malaria indicator survey 2020:
https://doi.org/10.1371/journal. Implications for malaria elimination," (in
pone.0284162 eng), Malariaworld J, vol. 12, p. 5, 2021.
3. Mayasari.dkk, “Eliminasi malasia di 12. World Health. (2021, 20 Februari 2023).
berbagai negara: Literatur Review”, From 30 million cases to zero: China is
JNPH, Vol. 11, no.1, Apr 2023. certified malaria-free by WHO.
4. Marhaban.dkk, “Eksplorasi Penerapan Available:
Strategi Pengendalian Malaria Berbasis https://www.who.int/news/item/30-06-
Konsep One Heath antara Dua Wilayah 2021-from-30-million-cases-to-
yang Sudah Berstatus Eliminasi dan zerochina-is-certified-malaria-free-by-
Belum Eliminasi di Propinsi Aceh”, who.
Jurnal Kesehatan Cehadum, Vol. 1, no.2, 13.
June 2019.
5. Murhandarwaty.dkk, “Perubahan
strategi diperlukan untuk eliminasi
malaria: studi kasus di Kabupaten
Purworejo, Provinsi Jawa Tengah,
Indonesia”, Malaria Journal, Vol. 14, no.
318, 2015.
6. Mobilala.dkk, “Study of Successful
Malaria Elimination Program at Teluk
Bintuni District”, International Journal

You might also like