Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

JOHC, Vol 1 No 1

Website: http:/johc.umla.ac.id/index.html

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU


BADUTA DALAM UPAYA PENCEGAHAN STUNTING DI KECAMATAN
MADURAN KABUPATEN LAMONGAN

Dwi Trisana Wardanis, S.KM


Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur
dwitwardanis@gmail.com

ABSTRAK

Stunting is one of the nutrition problems that occurs during pregnancy until 2 years old
baby. Characteristic of stunting determined by the child’s body posture that shorter than
his age, a kid that stunting always short but not all of the kid that have a short body is
stunting. Stunting have a huge impact in the future, a stunting kid will get problem with
them growth, intelligenceand also have a high risk of degenerative disease. Preventive
action that can be taken to solve stunting is optimalization 1000 HPK (golden age
periode). Parents should have a good khowledge about nutrition so can have a good
quality of pregnancy and the baby can growth normally. Stunting caused by a lot of
factor, on of them is individual factor like knowledge, attitude and behavior of mother
during 1000HPK periode. This research aims to know about the correlation of
knowledge, attitude and behavior of mother that have a 2 years old baby in prevention
of stunting in Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan. Results of this study shown
that almost all the respondents have a good knowledge, attitude and behavior to
prevent stunting, analisis bivariate shown that there is no significant correlation between
variable knowledge and attitude, it looks from p (sig) 0,100 > α (0,05). Correlations test
between variable knowledge and behavior shown that p (sig) 0,131> α (0,05), it means
there is no significant correlation between that variable.

Keywords: Stunting, knowledge, attitude, behavior

PENDAHULUAN kekurangan gizi kronis yang terjadi pada


masa 1000HPK sehingga menyebabkan
Permasalahan gizi pada balita terjadinya gangguan tumbuh kembang
merupakan masalah kesehatan yang pada anak. Data dari SSGBI tahun 2019
masih tergolong tinggi, salah satu menyebutkan bahwa kasus balita
permasalahan gizi tersebut adalah stunting di Indonesia sebesar 27,7%
stunting. Stunting merupakan kondisi dengan target penurunan kasus menjadi
14% di tahun 2024, oleh karena itu Margawati,dkk (2018) menyebutkan
presiden menetapkan adanya Perpres bahwa ibu dengan anak yang menderita
Nomor 72 Tahun 2021 tentang stunting tidak terlalu mengkhawatirkan
Percepatan Penurunan Stunting. Kasus tentang kondisi anak dan stunting
balita stunting di Kabupaten Lamongan dianggap buka permasalahan dan perlu
menurut Riskesdas tahun 2018 masih penangananyang serius. Hal tersebut
cukup tinggi yaitu sebesar 35,5%, angka menunjukkan bahwa masih kurangnya
ini diharapkan senantiasa mengalami pengetahuan dari ibu mengenai dampak
penurunan sehingga target nasional dari stunting.
dapat tercapai. Kecamatan Maduran
merupakan salah satu kecamatan yang Upaya pencegahan stunting dapat
ada di Kabupaten Lamongan dengan dilakukan dengan menerapkan
jumlah balita stunting hingga bulan intervensi spesifik dan sensitive pada
februari 2021 sebanyak 121 balita. masa 1000 HPK. Intervensi gizi spesifik
adalah tindakan atau kegiatan yang
Gejala dari stunting yang paling ditujukan khusus dan memiliki dampak
nampak adalah postur tubuh anak yang langsung pada sasaran, umumnya
lebih pendek dari usianya yang intervensi ini merupakan intervensi
berdampak pada munculnya gangguan melalui sector kesehatan seperti
pertumbuhan fisik, metabolisme tubuh, pemberian suolementasi zat besi dan
perkembangan otak dan risiko tinggi asam folat, pemberian PMT pada ibu
munculnya penyakit degeneratif seperti hamil dan balita, pemeriksaan
diabetes, obesitas, penyakit jantung, kehamilan melalui ANC, pemberiasn
dsb. Dampak tersebut nantinya akan ASI ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan,
menggaggu produktivitas dari sumber pemberian iminunisasi dasar lengkap
daya manusia sehingga kualitas kepada balita, serta KIE perubahan
generasi masa depan akan menurun perilaku untuk perbaikan MP-ASI.
(BKKBN, 2017). Menurut Perpres Intervensi yang di luar sector kesehatan
Nomor 72 Tahun 2021 sasaran dengan sasaran yang tidak spesifik
intervensi pencegahan stunting adalah kepada kelompok 1000HPK dinamakan
remaja, calon pengantin, ibu hamil,ibu intervensi sensitive. Intervensi sensitif
menyusui dan anak berusia 0-59 bulan. meliputi penyediaan air bersih dan
Periode 1000HPK merupakan periode sanitasi, ketahanan pangan dan gizi,
emas yang terjadi semenjak janin program keluarga berencana serta
berada dalam kandungan ibu hingga pendidikan gizi masyarakat (BKKBN,
anak lahir dan berusia 2 tahun, periode 2017). Penelitian yang dilakukan oleh
ini merupakan periode penentuan Wati, dkk (2021) menyatakan bahwa
kualitas sumber daya manusia. Oleh masih terdapat kurangnya pengetahuan
karena itu, pada periode tersebut perlu ibu mengenai intervensi spesifik yang
adanya upaya peningkatan status gizi. dapat dilakukan untuk mencegah
Hasil penelitian yang dilakukan oleh kejadian stunting seperti faktor
pengetahuan ibu mengenai status gizi Teknik pengumpulan data
pada anak, pemberian ASI ekslusif dan menggunakan data primer berupa
pemberian MP-ASI. Pengetahuan kuesioner untuk mengetahui tingkat
merupakan pengetahuan, sikap dan perilaku
responden.Analisis univariate digunakan
Pengetahuan ibu merupakan faktor untuk melihat distribusi frekuensi dari
penting yang dapat mempengaruhi karakteristik responden yang diteliti
sikap dan perilaku dalam pengasuhan, sedangkan untuk melihat korelasi antara
khusunya dalam pencegahan stunting. variable pengetahuan, sikap dan
Pengetahuan yang didasarkan dengan perilaku dilakukan dengan analisis
pemahaman akan menumbuhkan sikap bivariate menggunakan Uji
positif dalam upaya pencegahan Spearmanpada SPSS.
stunting. Penelitian yang dilakukan oleh
.Olsa, dkk (2017)menyebutkan bahwa HASIL DAN PEMBAHASAN
terdapat hubungan yang bermakna
anatra sikap dan pengetahuan ibu Analisis karakteristik responden seperti
dengan kejadian stunting pada anak usia dan tingkat pendidikan dilakukan
baru masuk sekolah dasar di menggunakan analisis univariat. Adapun
Kecamatan Nanggalo Kota Padang. karakteristik usia responden tampak
Oleh karena itu, perlu dilakukan pada Tabel 1
pengkajian lebih lanjut mengenai
Usia
pengaruh tingkat pengetahuan ibu
baduta (bawah dua tahun) sikap dan Valid Cumulative

perilaku ibu dalam upaya pencegahan Frequency Percent Percent Percent

stunting khususnya di wilayah yang Valid 20-25 Th 10 15.9 15.9 15.9


memiliki angka stunting yang cukup
26-30 Th 19 30.2 30.2 46.0
tinggi sehingga dapat menjadi acuan
31-35 Th 15 23.8 23.8 69.8
dalam menentukan strategi intervensi
yang dilakukan dalam rangka 36-40 Th 13 20.6 20.6 90.5

percepatan penurunan angka stunting. 41-45 Th 3 4.8 4.8 95.2

>45 Th 3 4.8 4.8 100.0


METODEPENELITIAN
Total 63 100.0 100.0

Penelitian ini merupakan penelitian Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan


Usia
analitik kuantitatif dengan pendekatan
cross sectional. Populasi penelitian ini Analisis karakteristik responen dilakukan
adalah ibu yang memiliki anak berusia pada data tingkat pendidikan. Adapun
dibawah dua tahun (baduta)yang ada di hasil analisis univariat tingkat
wilayah Kecamatan Maduran Kabupaten pendidikan responden tampak pada
Lamongan dengan sampel penelitian tabel 2
berjumlah 63 orang yang dipilih
Pendidikan
menggunakan teknik random sampling.
Valid Cumulative SANGAT
5 7.9 7.9 100.0
Frequency Percent Percent Percent KURANG

Total 63 100.0 100.0


Valid SD 5 7.9 7.9 7.9
Tabel 3 Hasil Analisis Univariat Variabel
SMP 14 22.2 22.2 30.2 Pengetahuan Responden
SMA 24 38.1 38.1 68.3

D3/S1 20 31.7 31.7 100.0


Hasil analisis menunjukkan bahwa
pengetahuan ibu baduta di Kecamatan
Total 63 100.0 100.0
Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan
Maduran mengenai stunting adalah
Tingkat Pendidikan sangat baik, namun sebanyak 9 orang
responden memiliki tingkat pengetahuan
Karakteristik responden menunjukkan yang rendah dan 5 orang yang
bahwa usia dan tingkat pendidikan mempunyai pengetahuan sangat
responden cukup beragam, dengan rendah. Hasil kuesioner menunjukkan
mayoritas memiliki tingkat pendidikan masih banyak responden yang belum
SMA.Penelitian yang dilakukan oleh mengetahui mengenai gejala stunting,
Mujiburahman, dkk (2020) menunjukkan dampak stunting serta periode
bahwa beberapa faktor seperti usia, 1000HPK. Stunting merupakan
tingkat pendidikan, media massa serta permasalahan gizi multifaktor baik faktor
faktor eksternal lainnya dapat internal dan faktor eksternal ditingkat
mempengaruhi tingkat pengetahuan individu, keluarga hingga masyarakat.
seseorang. Usia serta tingkat Sistem ekonomi, sistem pendidikan,
pendidikan seseorang mempengaruhi sistem kesehatan dan sistem sanitasi
pola pikir serta kemampuan seseorang merupakan faktor yang dapat
untuk menangkap informasi. mempengaruhi kejadian stunting di
Analisis univariat tiap variabel dilakukan masyarakat. Sistem pendidikan yakni
untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan mengenai stunting
variabel yang diteliti. Hasil analisis merupakan salah satu faktor penting
univariat pada variabel pengetahuan yang dapat mempengaruhi sikap dan
terlihat pada tabel 3. perilaku individu.
Pengetahuan Sikap

Valid Cumulativ
Valid Cumulative Frequency Percent Percent e Percent
Frequency Percent Percent Percent
Valid SANGAT BAIK 17 27.0 27.0 27.0
Valid SANGAT
20 31.7 31.7 31.7 BAIK 39 61.9 61.9 88.9
BAIK
KURANG 7 11.1 11.1 100.0
BAIK 29 46.0 46.0 77.8
Total 63 100.0 100.0
KURANG 9 14.3 14.3 92.1 Tabel 3 Hasil Analisis Univariat Variabel Sikap
Responden
Tests of Normality
Analisis variabel sikap pada Tabel 4
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
menunjukkan bahwa sikap responden Statisti
Statistic df Sig. c Df Sig.
dalam upaya pencegahan stunting Pengetahu
.271 63 .000 .828 63 .000
an
mayoritas sudah baik, terbukti dari hasil a. Lilliefors Significance Correction
analisis univariat bahwa sebanyak 39 Tabel 6 Hasil Uji Normalitas Data

responden memiliki sikap yang baik Hasil uji normalitas data menunjukkan
dalam melakukan upaya pencegahan bahwa data tidak berdistribusi normal
stunting. karena p (sig) < α (0,05). Oleh karena
itu, analisis bivariat untuk mengetahui
Perilaku
korelasi antar variabel dilakukan
Valid Cumulativ menggunakan uji non-parametrik
Frequency Percent Percent e Percent korelasi spearman karena skala data
Valid SANGAT BAIK 54 85.7 85.7 85.7 ordinal dan tidak berdistribusi normal.
BAIK 9 14.3 14.3 100.0 Uji Korelasi
Total 63 100.0 100.0
Tabel 3 Hasil Analisis Univariat Variabel Perilaku Analisis bivariat dilakukan untuk
Responden mengetahui hubungan antar variabel
yang diteliti. Analisis korelasi dilakukan
Analisis univariat variabel pada variabel pengetahuan dan sikap
perilakuresponden pada Tabel 5 ibu baduta serta variabel pengetahuan
menunjukkan hasil yang sangat baik. dan perilaku ibu baduta. Analisis
Sebanyak 54 responden memiliki hubungan antara pengetahuan dengan
perilaku pencegahan stunting yang sikap ibu baduta dalam upaya
sangat baik. Untuk mengetahui korelasi pencegahan stunting dilakukan
antar variabel akan dilakukan analisis menggukan Uji Spearman yang terdapat
bivariat antara variabel pengetahuan pada tabel 7.
dengan variabel sikap responden serta Correlations
variabel pengetahuan dengan variabel Pengetahuan Sikap
perilaku responden. Spearman' Pengetahu Correlation
1.000 .209
s rho an Coefficient

Uji Normalitas Sig. (2-tailed) . .100


N 63 63
Sikap Correlation
Sebelum dilakukan analisis Coefficient
.209 1.000

bivariat, dilakukan uji normalitas untuk Sig. (2-tailed) .100 .


mengetahui distribusi data. Uji N 63 63
normalitas data pada SPSS terlihat Tabel 7 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap
pada tabel 6. Pencegahan Stunting pada Ibu Baduta
di Kecamatan Maduran
Hasil analisis uji korelasi dilakukan. Responden masih awam dan
nenunjukkan nilai p (sig) sebesar 0,100 belum banyak yang mengetahui dampak
> α (0,05) sehingga dapat ditarik ataupun istilah mengenai stunting
kesimpulan bahwa tidak ada hubungan seperti 1000 HPK namun sikap
antara pengetahuan dan sikap ibu responden sudah cukup baik dan
baduta dalam upaya pencegahan responden memahami bahwa upaya
stunting. Koefisien korelasi antara yang telah dilakukan merupakan upaya
variable pengetahuan dan sikap sebesar yang secara langsung dapat mencegah
0,209 yang menunjukkan bahwa hampir terjadinya stunting pada anak. Analisis
tidak ada korelasi antara pengetahuan hubungan variable pengetahuan dengan
dan sikap ibu baduta terhadap upaya perilaku ibu baduta dalam upaya
pencegahan stunting. pencegahan stunting terdapat dalam
tabel 8.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Correlations
penelitian yang dilakukan oleh Arnita Perilak
Pengetahuan u
(2020) tentang Hubungan Pengetahuan
Spearma Pengetahu Correlation
dan Sikap Ibu dengan Upaya n's rho an Coefficient
1.000 .131

Pencegahan Stunting pada Balita di Sig. (2-tailed) . .305


Wilayah Kerja Puskesmas Simpang N 63 63
Kawat Kota Jambi dimana hasil Perilaku Correlation
.131 1.000
Coefficient
penelitian menunjukkan bahwa tidak
Sig. (2-tailed) .305 .
ada hubungan antara pengetahuan
N 63 63
dengan upaya pencegahan stunting Tabel 8 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku
dikarenakan p-value dari uji statistik Pencegahan Stunting pada Ibu Baduta
sebesar 0,373 (p > 0,05). di Kecamatan Maduran

Menurut Notoadmodjo dalam Analisis korelasi antara variable


Damayanti (2017), sikap merupakan pengetahuan dan perilaku menunjukkan
respon tertutup seseorang terhadap nilai p (sig) sebesar 0,131> α (0,05)
stimulus atau objek tertentu yang sehingga dapat ditarik kesimpulan
melibatkan pendapat dan emosi yang bahwa tidak ada hubungan antara
bersangkutan (senang-tidak senang, pengetahuan dan perilaku ibu baduta
setuju-tidak setuju, baik-tidak baik). dalam upaya pencegahan stunting.
Responden penelitian mayoritas Koefisien korelasi antara variable
memiliki sikap yang baik dan setuju pengetahuan dan perilaku sebesar
bahwa upaya pencegahan stunting 0,131 yang menunjukkan bahwa hampir
seperti perencanaan kehamilan, tidak ada korelasi antara pengetahuan
pemeriksaan rutin selama kehamilan, dan perilaku ibu baduta terhadap upaya
diet sehat saat kehamilan, pemberian pencegahan stunting.
ASI ekslusif, serta pemberian stimulasi
Lawrence Green dalam
pada anak merupakan hal yang penting
Notoatmojo (2014) menyebutkan bahwa
perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 memiliki dampak yang panjang bagi
faktor yaitu factor predisposisi seperti generasi selanjutnya. Stunting
pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai, merupakan kondisi kekurangan gizi
keyakinan, dan sebagainya. Factor yang kronis pada masa 1000 HPK, dimana
kedua adalah factor pendukung yakni pada periode emas inilah diharapkan ibu
lingkungan, fasilitas serta memiliki pengetahuan, sikap dan
saranaprasarana kesehatan serta factor perilaku yang baik sehingga kebutuhan
yang terakhir adalah factor pendorong gizi selama kehamilan hingga anak
yang terwujud dalam sikap dan perilaku berusia 2 tahun dapat terpenuhi. Hasil
petugas kesehatan atau lainnya yang penelitian menunjukkan bahwa
merupakan kelompok referensi dari pengetahuan, sikap dan perilaku ibu
perilaku masyarakat. Perilaku baduta yang ada di Kecamatan
responden dalam mencegah stunting Maduran sudah baik. Hasil analisis
sangat baik, responden telah melakukan korelasi antar variable yaitu variable
upaya seperti memeriksakan pengetahuan dan sikap menunjukkan
kehamilannya secara rutin, selama bahwa tidak ada hubungan yang
kehamilan mengonsumsi asam folat dan signifikan antara pengetahuan dan sikap
suplemen zat besi secara rutin, ibu baduta dalam upaya pencegahan
memberikan ASI secara ekslusif, stunting. Sedangkan hasil analisis
mengonsumsi makanan beragam yang korelasi anatra variable pengetahuan
mengandung karbohidrat, vitamin dan dan perilaku menunjukkan bahwa tidak
protein, memberikan imunisasi dasar adanya hubungan yang signifikan antara
kepada anak, serta menjaga kebersihan kedua variable yang diteliti. Terdapat
dan menerapkan PHBS dalam factor lain yang dapat mendorong sikap
pengasuhan anak. Dalam hal ini dapat dan perilaku ibu baduta dalam
disimpulkan bahwa perilaku responden melakukan upaya pencegahan yang
bukan hanya dipengaruhi oleh dilakukan seperti factor lingkungan,
pengetahuan, namun bias dikarenakan adanya fasilitas dan sarana kegiatan
sikap responen yang sudah baik serta seperti posyandu yang dilaksanakan
didukung adanya lingkungan serta secara rutin baik di tingkat dusun hingga
akses pelayanan kesehatan serta desa.
kegiatan posyandu yang berjalan
dengan baik dan rutin di wilayah DAFTAR PUSTAKA
Kecamatan Maduran. Arrnita, Sri, dkk. 2020. Hubungan
KESIMPULAN Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan
Upaya Pencegahan Stunting pada Balita
Stunting merupakan salah satu di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang
permasalahan gizi yang menjadi Kawat Kota Jambi. Jurmal Akademika
prioritas dalam penanganan dan perlu Baiturrahim Jambi Vol.9 No.1 Maret
adanya upaya pencegahan dikarenakan 2020 halaman 6-14
Damayanti, Ayu. (2017). Analisis Jurnal of Health Science Community
Faktor Predisposisi yang Berhubungan Vol.2 No. 1 Mei 2021 halaman 1-13.
dengan Perilaku Masyarakat dalam
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
di RW 004 Kelurahan nambangan Kidul
Kecamatan Manguharjo Kota Madiun.
Skripsi. Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun.

Margawati, Ani, Astuti Astri Mei.


2018. Pengetahuan Ibu, Pola Makan
dan Status Gizi pada Anak Stunting
Usia 1-5 Tahun di Kelurahan Bangetatu
Kecamatan Genuk Semarang. Jurnal
Gizi Indonesia (The Indonesian Journal
of Nutrition), 6 (2), 2018 e-ISSN: 2338-
3119, p-ISSN: 1858-4942 halaman 82-
89

Mujiburrahman, Riyadi, M., & dkk.


2020. Pengetahuan Berhubungan
dengan Peningkatan Perilaku
Pencegahan Covid-19 di Masyarakat.
Jurnal Keperawatan Terpadu, Vol. 2,
hal. 130– 140

Notoatmojo, Soekidjo. 2014.


Promosi Kesehatan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Olsa, Edwin Danis, dkk. 2017.


Hubungan Sikap dan Pengetahuan Ibu
Terhadap Kejadian Stunting pada Anak
Baru Masuk Sekolah Dasar di
Kecamatan Naggalo. Jurnal Kesehatan
Andalas 6(3) halaman 523-528

Wati, Siska Kusuma, dkk (2021).


Pengaruh Faktor Ibu (Pengetahuan Ibu,
Pemberian ASI-Ekslusif dan MP-ASI)
Terhadap Kejadian Stunting pada Anak.

You might also like