Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 25

ZONA HUKUM: Jurnal Hukum

Vol. 14 No. 2, Agustus 2020, Pages 88-112


P-ISSN : 1978-1725
http://ejurnal.univbatam.ac.id/index.php/hukum

ANALISIS YURIDIS PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANAK


SEBAGAI PELAKU PENCABULAN
(STUDI PENELITIAN DI POLRESTA BARELANG KOTA BATAM)
Dwi Amelia Permata1, Lia Fadjriani1, Christiani Prasetiasari1, Idham 2
1
Department of Law, Faculty of Law, Batam University, Indonesia.
E-mail: dwiamelia740@gmail.com; lia.uniba@gmail.com;
christiani.prasetyasari@gmail.com
2
Department of Notary, Faculty of Law, Batam University, Indonesia.
E-mail: idhamnotppat@univbatam.ac.id

ARTICLE INFO ABSTRACT


Keywords: The juridical analysis of Law on Children as the
Children, Crime, Perpetrators of Molestation in Batam intended to get
Molestation. to know the regulation of legal enforcement also the
implementation and obstacle of the Law on Children
as the Perpetrators of Molestation study of Kepolisian
Coresspondent:
Resort Barelang Batam Kota. This study are juridical
Fakultas Hukum
empirical where the data collected from library
Universitas Batam, research and interview with the Wakasat Reskrim and
Jalan UNIBA No. 5, Kasubnit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA)
Batam Center, Telp: Polresta Barelang Kota Batam as the respondent. The
0778-7485055, Fax. data collected are analyze with qualitative analytical
0778-7485054 method where the results presented descriptively. The
Email: zonahukum@ results of the study and the analysis shows that the
univbatam.ac.id; crime of molestation done by children already
lppm@univbatam. regulated to give the protection the child needs when
ac.id they face the law based on the Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak. And the practice by
the law force itself had been done accordingly based
on the law and the law regulation of the enforcement
on the child perpetrators itself are included in the
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perlindungan Anak Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5606. The law enforcement for the
molestation done by children has been done
accordingly to the law but there is hope that the law
force used the diversion method instead. Therefore the
suggestion based on this study aimed to the Law
Force. Whereas the Judge on the verdict has to
reconsider the child’s condition as the perpetrators on
the ability to take responsibility of their wrongdoing.
Other than that Judge have to consider the future of
the Children as the perpetrators of the molestation
when enforcing the regulation.

Copyright©2020 ZONA HUKUM. All rights reserved

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University 88


Dwi Amelia Permata, Lia Fadjriani, Christiani Prasetiasari, Idham | analisis yuridis penegakan hukum
terhadap anak sebagai pelaku pencabulan (studi penelitian di polresta barelang kota batam) | Zona Hukum,
14 (2) Agustus 2020 | Pages88-112 | ISSN 1978-1725

ABSTRAK
Dalam penulisan skripsi ini berjudul analisis yuridis Penegakan Hukum Terhadap
Anak Sebagai Pelaku Pencabulan Studi Penelitian Di Polresta Barelang Kota
Batam terdapat rumusan masalah yang mencakup tentang pengaturan penegakan
hukum terhadap anak sebagai pelaku pencabulan serta implementasi, kendala dan
solusi yang mempengaruhi pelaksanaan penegakan hukum terhadap anak sebagai
pelaku pencabulan di Kepolisian Resort Kota Barelang Kota Batam. Penulisan
skripsi ini metode penelitian yuridis empiris dengan teknik pengumpulan data
berasal dari studi kepustakaan dan hasil wawancara dengan Wakasat Reskrim dan
Kasubnit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Barelang Kota Batam.
Selanjutnya, untuk menganalisis data yang dipeoleh meggunakan metode analisis
kualitatif yang kemudian dipaparkan secara deskriptif. Hasil penelitian dan
pembahasan menunjukan bahwa tindak pidana pencabulan yang dilakukan oleh
anak. Indonesia sudah memiliki dasar hukum untuk memberikan perlindungan
terhadap anak yang berhadapan dengan hukum yang dituangkan dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak dan pengaturan hukum untuk mengadili anak yang melakukan tindak
pidana pencabulan diatur dalam Pasal 82 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang Perlindungan Anak Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5606. Penegakan hukum untuk kasus pencabulan yang
dilakukan oleh anak sudah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku
namun diharapkan diversi untuk anak sebagai pelaku pencabulan. Adapun saran
dalam penelitian ini adalah aparat penegak hukum, Hakim dalam memberikan
putusannya harus mempertimbangkan kondisi anak sebagai pelaku kejahatan,
mengenai kesanggupan dalam mempertanggungjawabkan perbuatannya. Selain
itu hakim juga harus mempertimbangkan masa depan anak yang melakukan
tindak pidana pencabulan.

Kata Kunci: Anak, Tindak Pidana, Pencabulan.

PENDAHULUAN sehari-hari, warga negara yang


Negara Indonesia adalah Negara lalai/sengaja tidak melaksanakan
hukum sebagaimana diatur dalam kewajibannya sehingga merugikan
Undang-Undang Dasar Negara masyarakat, dikatakan bahwa warga
Republik Indonesia Tahun 1945 negara tersebut “melanggar hukum”
khususnya dalam Pasal 1 ayat (3). karena kewajiban tersebut telah
Hal ini mengandung arti bahwa ditentukan berdasarkan hukum.
didalam Negara Kesatuan Republik (Leden Marpaung, 2011:22)
Indonesia (NKRI) hukum merupakan
“Panglima” dan urat nadi pada segala Hukum tidak terlepas dari kehidup-
aspek kehidupan bernegara maupun an bermasyarakat segala sesuatu
ber-masyarakat. tingkah laku individu diatur oleh
Setiap warga negara wajib “men- hukum, baik hukum yang berlaku di
junjung hukum”. Dalam kenyataan suatu daerah atau hukum adat

89
Published by Research Institutions and Community Services in Batam University
Dwi Amelia Permata, Lia Fadjriani, Christiani Prasetiasari, Idham | analisis yuridis penegakan hukum
terhadap anak sebagai pelaku pencabulan (studi penelitian di polresta barelang kota batam) | Zona Hukum,
13 (3) Desember 2019 | Pages 1-25 | ISSN 1978-1725

maupun hukum yang berlaku di hakikatnya anak merupakan bagian


seluruh Indonesia. Hal ini berarti dari keberlangsungan hidup manusia
hukum tidak terlepas dari pengaruh serta keberlangsungan sebuah bangsa
timbal balik dari keseluruhan aspek dan Negara yang mana hal tersebut
yang ada dalam masyaraat. tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya.
Hukum berfungsi untuk mengatur
hubungan antara manusia yang satu Berdasarkan pada konstitusi
de-ngan manusia yang lainnya dan diIndonesia, anak memiliki peran
hubungan antara manusia dengan yang sangat penting dan strategis
negara agar segala sesuatunya dimana telah dinyatakan secara tegas
berjalan dengan tertib. Oleh karena bahwa Negara akan menjamin hak
itu, tujuan hukum adalah untuk dari setiap anak atas kelangsungan
mencapai kedamaian dengan hidup, tumbuh serta per-kembangan
mewujudkan kepastian hukum dan anak dan juga perlindungan terhadap
keadilan didalam masyarakat. Tapi adanya diskriminasi dan ke-kerasan.
pada kenyataannya masih banyak
masyarakat yang berusaha melanggar Karena itu kualitas anak tersebut
hukum. sangat ditentukan oleh proses dan
bentuk perlakuan terhadap mereka
Dalam perkembangan penerapan dimasa kini. Anak Indonesia adalah
hukum pidana di Indonesia manusia Indonesia yang dibesarkan
keberadaan anak yang melakukan dan dikembangkan sebagai manusia
kejahatan atau tindak pidana yang seutuhnya, sehingga mempunyai
biasa dikenal dengan sebutan “anak” kemampuan untuk me-laksanakan
ini tetap diproses secara hukum. Hal hak dan kewajiban sebagai warga
ini terjadi karena kejahatan anak negara yang rasional, bermanfaat dan
tersebut telah menimbulkan kerugian bertanggung jawab. Negara Kesatuan
kepada pihak lain (korban) baik Republik Indonesia menjamin
secara material maupun nyawa. kesejahtera-an tiap-tiap warga
Namun di sisi lain penegakan hukum Negaranya, termasuk perlindungan
terhadap kejahatan anak terhadap anak yang merupakan hak
menimbulkan masalah karena pelaku asasi manusia. Setiap anak berhak
kejahatan itu adalah anak yang atas kelangsungan hidup, tumbuh
secara hukum belum cakap hukum. dan berkembang, berpartisipasi, serta
Dengan demikian dapat dikatakan berhak perlindungan dari tindak
bahwa pe-negakan hukum kepada pidana dan diskriminasi serta hak
anak terkadang mengabaikan batas sipil atas kebebasan. Arti dari anak
usia anak. Anak merupakan aset dalam penjelasan atas Undang-
bangsa, sebagai bagian dari generasi Undang Nomor 35 Tahun 2014
muda anak berperan sangat strategis tentang Perubahan atas Undang-
sebagai successor suatu bangsa. Pada Undang Nomor 23 Tahun 2002

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University 90


Dwi Amelia Permata, Lia Fadjriani, Christiani Prasetiasari, Idham | analisis yuridis penegakan hukum
terhadap anak sebagai pelaku pencabulan (studi penelitian di polresta barelang kota batam) | Zona Hukum,
13 (3) Desember 2019 | Pages 1-25 | ISSN 1978-1725

tentang Perlindungan Anak yang orang dewasa demi perkembangan


menyebutkan bahwa anak adalah psikologis anak serta kepentingan
amanah sekaligus karunia Tuhan dan kesejahteraan masa depan anak.
Yang Maha Esa, yang senantiasa Dalam meminimalisir kasus yang
harus kita jaga karena dalam dirinya merugikan anak, Negara/Pemerintah
melekat harkat, martabat dan hak- telah berupaya memberi
hak sebagai manusia yang harus perhatiannya dalam wujud Undang-
dijunjung tinggi. Undang tentang perlindungan anak
yang sebelumnya pada Undang-
Sebelum anak-anak tumbuh dan Undang Nomor 23 Tahun 2002
berkembang menjadi dewasa, maka Tentang Perlindungan Anak yang
sebelumnya terlebih dahulu anak- pada tahun 2014 telah diubah
anak tersebut akan mengalami masa menjadi Undang-Undang Nomor 35
atau dunia anak-anak. Selanjutnya Tahun 2014 tentang Perubahan atas
dunia anaklah yang akan membentuk Undang-Undang Nomor 23 Tahun
dan mempersiapkan bagaimana 2002 tentang Perlindungan Anak.
proses pendewasaan nanti. Oleh Namun hal tersebut belum mampu
karena itu, setiap anak perlu menekan peningkatan kuantitas dan
mendapatkan kesempatan yang kualitas kasus yang melibatkan anak
seluas-luasnya untuk tumbuh dan baik sebagai korban maupun pelaku
berkembang secara optimal baik tindak pidana.
fisik, mental, sosial dan berakhlak
mulia. Upaya perlindungan dan Hakim merupakan sarana terakhir
pembinaan terhadap anak perlu masyarakat mencari keadilan, sangat
dilakukan dengan memberikan berpengaruh ketika seorang hakim
jaminan terhadap pemenuhan atas menjatuhkan putusannya tanpa
hak-haknya serta perlakuan tanpa melihat lebih jauh kasus yang
diskriminasi. dihadapinya dengan bersandarkan
bukti-bukti yang ada dan akan
Setiap anak memerlukan pembina-an bertambah lengkap apabila putusan
dan perlindungan dalam rangka men- tersebut dilihat berdasarkan unsur-
jamin pertumbuhan dan unsur kepastian hukum, kemanfaatan
perkembangan fisik, mental dan hukum dan terakhir keadilan sebagai
sosial secara utuh, serasi, selaras dan dasar menjatuhkan putusan terhadap
seimbang. Pembinaan dan seseorang pelaku kejahatan apalagi
perlindungan anak ini tak pelaku tindak pidana tersebut adalah
mengecualikan pelaku tindak pidana seorang anak. Maka seorang hakim
anak, yang kerap disebut sebagai yang sedang menyidangkan kasus
anak nakal. Dengan adanya anak haruslah hakim anak sebagai
perubahan tersebut, maka diharapkan wujud penegakan hukum.
penanganan perkara anak sudah Dengan semakin
dapat dibedakan dengan perkara meningkatnya tindak pidana anak

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University 91


Dwi Amelia Permata, Lia Fadjriani, Christiani Prasetiasari, Idham | analisis yuridis penegakan hukum
terhadap anak sebagai pelaku pencabulan (studi penelitian di polresta barelang kota batam) | Zona Hukum,
13 (3) Desember 2019 | Pages 1-25 | ISSN 1978-1725

yang terjadi, maka penanganan Pertanggungjawaban pidana anak


terhadap tindak pidana anak perlu tidaklah cukup kalau hanya
diatur secara khusus dan didasarkan pada hukum materil
dilaksanakan secara tegas, dimana seperti yang diatur dalam KUHP,
“payung hukum” yang telah karena KUHP tersebut ketentuan
disiapkan oleh Negara harus hukumnya bersifat konvensional
sungguh-sungguh dapat dilaksanakan yang mengacu kepada kepentingan
oleh para aparat penegak hukum hukum kolonial Belanda, tetapi juga
untuk melindungi dan menjamin hak karena perilaku dan perdaban
atau kepentingan anak, khususnya manusia sudah sedemikian kompleks
bagi anak yang melakukan tindak bahkan perkembangannya jauh lebih
pidana. cepat dari peraturan yang ada.
Salah satu prinsip yang digunakan (Bunadi Hidayat, 2010:49)
dalam perlindungan anak adalah
anak itu modal utama kelangsungan Oleh karena itu, melalui Pasal 103
hidup manusia, bangsa dan keluarga, KUHP, masih dibenarkan adanya
untuk itu hak-haknya harus perbuatan lain yang menurut undang-
dilindungi. Anak tidak dapat undang selain KUHP dapat dipidana
melindungi diri sendiri hak-haknya, sepanjang undang-undang itu
banyak pihak yang mempengaruhi bertalian dengan masalah anak dan
kehidupannya. Negara dan tidak bertentang-an dengan ketentuan
masyarakat berkepentingan untuk KUHP (lex specialis derogat legi
mengusahakan perlindungan hak-hak generali).
anak. (Maidin Gultom, 2010:39)
Melalui asas ini pula hukum pidana
Jika harus dilakukan proses hukum anak membenarkan undangundang
terhadap anak maka tentunya kurang lain, di luar KUHP yang bertalian
adil jika kepada terdakwa anak dengan masalah anak seperti
diberlakukan proses hukum yang Ketentuan hukum yang diatur dalam
sama dengan terdakwa dewasa. Undang-Undang Nomor 3 Tahun
Begitu juga dengan pidana yang 1997 Tentang Pengadilan Anak, di
nantinya akan dijatuhkan kepada dalam undang-undang ini mengatur
anak, tentunya sangat tidak adil jika pembedaan perlakuan di dalam
pidana yang harus dijalani sama hukum acara maupun ancaman
dengan pidana terdakwa dewasa. pemidanaannya.
Apalagi mengingat bahwa anak Pembedaan perlakuan dan ancaman
merupakan penerus cita-cita yang diatur dalam undang-undang ini
perjuangan bangsa, sehingga dalam dimaksudkan untuk lebih
menanangani tindak pidana yang memberikan perlindungan dan
dilakukan oleh anak, harus betul- pengayoman terhadap anak dalam
betul memperhatikan kepentingan menyongsong masa depannya yang
dan masa depan anak. masih panjang. Selain itu,

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University 92


Dwi Amelia Permata, Lia Fadjriani, Christiani Prasetiasari, Idham | analisis yuridis penegakan hukum
terhadap anak sebagai pelaku pencabulan (studi penelitian di polresta barelang kota batam) | Zona Hukum,
13 (3) Desember 2019 | Pages 1-25 | ISSN 1978-1725

pembedaan tersebut dimaksudkan sekunder. Data primer yang


untuk memberikan kesempatan bersumber dari hasil wawancara di
kepada anak agar setelah melalui wilayah hukum Polresta Barelang
Kota Batam. Pengumpulan data
pembinaan akan mem-peroleh jati
sekunder dilakukan melalui
dirinya untuk menjadi manusia yang penelitian kepustakaan dengan cara
lebih baik, yang berguna bagi diri, mengkaji buku-buku, jurnal, hasil
keluarga, masyarakat, bangsa dan penelitian, konvensi dan peraturan
negara. (Wigiati Soetedjo, 2010:29) perundang-undangan serta melalui
RUMUSAN MASALAH media internet berkenaan dengan hal
1. Bagaimana pengaturan yang berhubungan dengan
penegakan hukum terhadap anak permasalahan penelitian.
Data primer diperoleh dengan
sebagai pelaku pencabulan (studi
melakukan Penelitian lapangan
penelitian di Polresta Barelang dengan cara mewawancarai
Kota Batam)? narasumber yang berkaitan dengan
2. Bagaimana implementasi, faktor objek penelitian ini. Adapun yang
kendala dan solusi penegakan menjadi narasumber yaitu Wakil
hukum terhadap anak sebagai Kepala Satuan Reserse dan Kriminal
pelaku pencabulan (studi dan Kepala Sub-Unit Pelayanan
Perempuan dan Anak Polresta
penelitian di Polresta Barelang
Barelang Kota Batam.
Kota Batam)?
METODOLOGI Analisis Data
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif Data yang telah diperoleh tersebut,
analisis, yaitu penelitian yang baik data primer dari penelitian
mengusahakan untuk melukiskan lapangan, maupun data sekunder
fakta-fakta yang nyata dan situasi yang diperoleh dari penelitian
yang berkenaan dengan perlindungan kepustakaan digeneralisikan yang
hukum terhadap anak sebagai korban selanjutnya dianalisis secara
pelecehan seksual sebagaimana kualitatif. Analisis data ini sebagai
diharapkan. upaya mencari dan menata data
secara sistematis untuk
Metode pendekatan yang digunakan meningkatkan pemahaman peneliti
dalam penelitian ini adalah yuridis tentang masalah yang diteliti dan
normatif dan empiris, bahwa menyajikannya sebagai suatu temuan
pendekatan ini dilakukan dengan penelitian. (Idham, 2014).
mempelajari dan mengkaji kaedah-
kaedah hukum yang belaku, terutama HASIL DAN PEMBAHASAN
berkenaan dengan perlindungan 1. Pengaturan pengaturan
hukum terhadap anak sebagai korban penegakan hukum terhadap
pelecehan seksual.
anak sebagai pelaku
Sumber Data Dan Alat pencabulan (studi penelitian di
Pengumpulan Data Polresta Barelang Kota Batam)
Sumber data dalam penelitian ini Pengetahuan masyarakat
adalah data primer dan data terhadap peraturan masih sangatlah

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University 93


Dwi Amelia Permata, Lia Fadjriani, Christiani Prasetiasari, Idham | analisis yuridis penegakan hukum
terhadap anak sebagai pelaku pencabulan (studi penelitian di polresta barelang kota batam) | Zona Hukum,
13 (3) Desember 2019 | Pages 1-25 | ISSN 1978-1725

kurang, banyak masyarakat yang Pada pelaksanaannya Polisi


tidak peduli terhadap peraturan, hal dapat memaksakan berlakunya
ini merupakan penghambat aparat hukum apabila hukum tersebut
penegak hukum dalam menjalankan dilanggar terutama oleh perilaku
tugasnya, tanpa peran masyarakat menyimpang, maka peran Polisi di
Polisi akan sulit untuk menciptakan sini adalah memaksa agar pelanggar
keadaan hukum yang efektif, di sini hukum untuk menanggung akibat
diperlukan keseimbangan antara dari perbuatannya.
aparat penegak hukum, Undang-
Undang, maupun masyarakatnya. Kepolisian dalam menjalankan
Lembaga penegak hukum harus tugasnya harus sesuai peraturan yang
menjalankan tugasnya dengan baik sudah diatur dalam Undang-Undang
dan sesuai dengan perannya masing- Kepolisian, sebagai penegak hukum
masing yang diatur dalam peraturan haruslah melayani masyarakat dan
perundang-undangan. menegakkan hukum setegak-
tegaknya dengan cara melakukan
Dalam menjalankan tugasnya penyelidikan dan penyidikan guna
tersebut harus mengutamakan meminimalisir tindak pelanggaran
keadilan dan profesionalisme, yang mengacu pada tindak kejahatan
sehingga menjadi panutan di kalangan masyarakat.
masyarakat serta dipercaya oleh
semua pihak termasuk oleh anggota Dalam menjalankan fungsi dan
masyarakat. tugasnya polisi harus berpedoman
kepada asas-asas agar mengetahui
Fungsi Kepolisian seperti diatur atau melatarbelakangi apa yang
dalam Pasal 2 Undang-Undang harus dilakukan polisi untuk
Nomor 2 Tahun 2002 adalah melaksanakan peran dan kewajiban
menjalankan salah satu fungsi dalam menegakan hukum khususnya
pemerintahan negara dalam tugas proses penyidikan, penyelikan
penegakan hukum selain hingga perlindungan barang bukti
perlindungan, pengayoman dan sitaan kendaraan dilingkungan
pelayanan masyarakat. Hal tersebut masyarakat yang tidak memiliki
dipertegaskan dalam Pasal 14 Ayat surat ijin sesuai dengan aturan
(1) huruf g Undang-Undang kelengkapan berkendara di lalu
Kepolisian bahwa polisi berwenang lintas. Dengan memahami asas,
melakukan penyidikan terhadap Polisi akan menjalankan tugasnya
semua tindak pidana. Hal demikian sesuai peraturan dan tidak melangar
menyatakan bahwa polisi adalah kode etik kepolisian.
penyidik dan berwenang melakukan
penyidikan tindak pidana yang Hukum pidana berpokok pada dua
sebelumnya didahului oleh tindakan hal, yaitu perbuatan yang dapat di
penyelidikan oleh penyelidik. pidana (Verbrechen/crime atau

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University 94


Dwi Amelia Permata, Lia Fadjriani, Christiani Prasetiasari, Idham | analisis yuridis penegakan hukum
terhadap anak sebagai pelaku pencabulan (studi penelitian di polresta barelang kota batam) | Zona Hukum,
13 (3) Desember 2019 | Pages 1-25 | ISSN 1978-1725

perbuatan jahat) dan pidana. (vermijdbaarheid) perbuatan yang


Perbuatan pidana harus dibedakan melawan hukum.
menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Dalam arti kriminologi: disebut Sementara itu setiap rumusan tindak
juga sebagai perbuatan jahat, pidana yang terdapat di dalam KUHP
sebagai gejala masyarakat di pada umumnya dapat dijabarkan
pandang secara konkrit menjadi dua unsur, yakni unsur-
sebagaimana terwujud dalam unsur subjektif dan unsur-unsur
masyarakat, ialah perbuatan objektif. Unsur subjektif adalah
manusia yang semua unsur yang mengenai batin
memperkosa/menyalahi norma- atau melekat pada keadaan batin
norma dasar dari masyarakat orangnya (pelaku), sedangkan yang
dalam konkreto. dimaksud dengan unsure objektif
b. Dalam arti hukum pidana: ialah adalah semua unsur yang berada
perbuatan pidana dalam wujud diluar batin orangnya (si pelaku),
in abstracto dalam peraturan- yakni semua unsur mengenai
peraturan pidana. perbuatannya, akibat perbuatan dan
keadaan-keadaan tertentu yang
Dalam tindak pidana terdapat dua melekat pada perbuatan dan objek
unsur yaitu unsur subjektif dan unsur tindak pidana.
objektif. Unsur subjektif adalah
unsur-unsur yang melekat pada diri Unsur-unsur subjektif dari suatu
pelaku tindak pidana atau yang tindak pidana itu adalah:
berhubungan dengan diri pelaku a. Kesengajaan atau ketidak
serta termasuk didalamnya yaitu sengajaan (dolus atau culpa);
segala sesuatu yang terkandung di b. Maksud atau voornemen pada
dalam hatinya. Sedangkan unsur suatu percobaan atau pogging
objektif adalah unsur-unsur yang ada seperti yang dimaksud dalam
hubungannya dengan keadaan- pasal 53 ayat 1 KUHP;
keadaan yaitu di dalam c. Macam-macam maksud atau
keadaankeadaan mana tindakan- oogmerk seperti yang terdapat
tindakan dari si pelaku itu harus misalnya didalam kejahatan-
dilakukan. kejahatan pencurian, penipuan,
Sedangkan dalam pertanggung pemalsuan, dan lain-lain;
jawaban pidana terdapat dua unsur d. Merencanakan terlebih dahulu
yaitu adanya kesalahan atau voorbedachteroad seperti
(kesengajaan/kealpaan) dan yang terdapat didalam kejahatan
kemampuan bertanggungjawab. pembunuhan pasal 340 KUHP;
Definisi kesalahan bertalian dengan e. Perasaan takut yang antara lain
dua hal, yaitu sifat dapat dicelanya terdapat didalam rumusan tindak
(verwijtbaarheid) perbuatan dan sifat pidana menurut pasal 308
dapat dihindarkannya KUHP.

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University 95


Dwi Amelia Permata, Lia Fadjriani, Christiani Prasetiasari, Idham | analisis yuridis penegakan hukum
terhadap anak sebagai pelaku pencabulan (studi penelitian di polresta barelang kota batam) | Zona Hukum,
13 (3) Desember 2019 | Pages 1-25 | ISSN 1978-1725

Unsur-unsur objektif dari suatu orang/lembaga/Negara


tindak pidana itu adalah: terhadapnya; atau
a. Sifat melanggar hukum atau c. Telah melihat, mendengar,
wederrechtelicjkheid; merasakan atau mengetahui
b. Kwalitas dari si pelaku, suatu peristiwa pelanggaran
misalnya keadaan sebagai hukum. (Apong Herlina,
seorang pegawai negeri didalam 2014:17)
kejahatan jabatan menurut pasal Oleh karena itu menurut Apong
415 KUHP atau keadaan sebagai Herlina jika dilihat dari ruang
pengurus atau komisaris dari lingkupnya anak yang berhadapan
suatu Perseroan Terbatas dengan hukum dapat dibagi menjadi:
didalam kejahatan menurut pasal a. Pelaku atau tersangka tindak
398 KUHP; pidana
c. Kuasalitas yakni hubungan b. Korban tindak pidana
antara suatu tindak pidana c. Saksi suatau tindak pidana
sebagai penyebab dengan suatu Anak sebagai pelaku atau anak
kenyataan sebagai akibat. yang berkonflik dengan hukum
Pembicaraan anak yang berhadapan adalah anak yang disangka, didakwa,
dengan hukum mengacu tehadap atau dinyatakan terbukti bersalah
dengan anak yang berkonflik dengan melanggar hukum dan memerluikan
hukum dan anak korban tindak perlindungan. Kata konflik itu
pidana. Anak yang berhadapan sendiri berarti meneunjukan adanya
dengan hukum adalah anak yang suatu peristiwa yang tidak selaras
telah mencapai usia 12 (duabelas) atau bertentangan dengan suatu
tahun tetapi belum mencapai usia 18 peristiwa, sehingga dapat dikatakan
(delapan belas) tahun. Yang diduga, sebagai permasalahan. Oleh karena
disangka, didakwa atau dijatuhi itu pengertian anak yang berkonflik
pidana karena melakukan tindak dengan hukum adalah anak yang
pidana. mempunyai permasalahan karena
suatu perbuatan yang bertentangan
Menurut Apong Herlina anak yang dengan hukum.
berkonflik dengan hukum dapat juga
dikatakan sebagai anak yang Kenakalan anak sering disebut
terpaksa berkonflik dengan sistem dengan juvenile delinquency, yang
pengadilan pidana karena: diartikan sebagai anak yang cacat
a. Disangka, didakwa, atau sosial. Seperti diketahui berbagai
dinyatakan terbukti bersalah macam pendapat tentang juvenile
melanggar hukum; atau delinquency seperti diuraikan
b. Telah menjadi korban akibat dibawah ini.
perbuatan pelanggran hukum a. Menurut Romli Atmasasmita,
dilakukan orang/kelompok Delinquency adalah suatu
tindakan atau perbuatan yang

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University 96


Dwi Amelia Permata, Lia Fadjriani, Christiani Prasetiasari, Idham | analisis yuridis penegakan hukum
terhadap anak sebagai pelaku pencabulan (studi penelitian di polresta barelang kota batam) | Zona Hukum,
13 (3) Desember 2019 | Pages 1-25 | ISSN 1978-1725

dilakukan oleh seorang anak yang dilakukan oleh remaja tidak


yang dianggap bertentangan disukai oleh orang lain disebut
dengan ketentuan-ketentuan sebagai kenakalan remaja.
hukum yang berlaku disuatu Dikalangan masyarakat, suatu tindak
Negara dan oleh masyarakat itu pidana yang dilakukan oleh anak-
sendiri dirasakan serta anak, bisa disebut sebagai kenakalan
ditafsirkan sebagai perbuatan remaja.
yang tercela.
b. Menurut Wagiati Soetodjo dan Anak yang berhadapan dengan
Melani, Kenakalan anak ini hukum adalah seorang anak yang
diambil dari istilah juvenile sedang terlibat dengan masalah
delinquency tetapi kenakalan hukum atau sebagai pelaku tindak
anak ini bukan kenakalan yang pidana, sementara anak tersebut
sebagaimana dimaksud dalam belum dianggap mampu untuk
Pasal 489 KUHPidana Juvenile mempertanggung jawabkan
artinya Young, anak-anak, anak perbuatannya, menginggat usianya
muda, ciri karakteristik pada yang belum dewasa dan sedang
masa muda sifat-sifat khas pada bertumbuh berkembang, sehingga
periode remaja sedangkan berhak untuk dilindungi sesuai
delinquency artinya doing dengan undang-undang.
wrong, terabaikan/mengabaikan,
yang kemudian diperluas artinya Menurut hal ini adalah anak yang
menjadi jahat, a-sosial, criminal, telah mencapai umur 8 tahun dan
pelanggar aturan, pembuat rebut, belum mencapai 18 tahun atau belum
pengacau, penteror, tidak dapat menikah. Faktor penyebab anak
diperbaiki lagi, durjana, dursila, berhadapan dengan hukum di
dan lain-lain. kelompokan menjadi 2 faktor yaitu
c. Menurut Kartini Kartono, faktor internal dan faktor eksternal,
Delinquency itu selalu memiliki yang pertama faktor internal anak
konotasi serangan, pelanggaran, berhadapan dengan hukum
kejahatan, dan keganasan yang mencakup: keterbatasan ekonomi
dilakukan oleh anak-anak muda keluarga; keluarga tidak harmonis
dibawah usia 22 (dua puluh dua) (Broken Home); tidak ada perhatian
tahun. dari orang tua, baik karena orang tua
sibuk bekerja ataupun bekerja di luar
Dalam penggunaan yang popular negeri sebagai TKI; lemahnya iman
pengertian kenakalan remaja dan takwa pada anak maupun orang
digunakan untuk melukiskan tua. Sedangkan untuk faktor
sejumlah besar melukiskan tingkah eksternal ialah kemajuan globalisasi
laku anak –anak dan remaja yang dan kemajuan tekhnologi tanpa
tidak baik atau tidak disetujui. Dalam diimbangi kesiapan mental oleh
pengertian ini, hampir segala sesuatu anak; lingkungan pergaulan anak

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University 97


Dwi Amelia Permata, Lia Fadjriani, Christiani Prasetiasari, Idham | analisis yuridis penegakan hukum
terhadap anak sebagai pelaku pencabulan (studi penelitian di polresta barelang kota batam) | Zona Hukum,
13 (3) Desember 2019 | Pages 1-25 | ISSN 1978-1725

dengan teman-temanya yang kurang Pengaturan batasan umur anak untuk


baik; tidak adanya lembaga atau dapat dipertanggungjawabkan secara
forum curhat untuk konseling tempat pidana sebagaimana diatur dalam
anak menuangkan isi hatinya; UUSPPA adalah anak yang telah
kurangnya fasilitas bermain anak berumur 12 (dua belas) tahun tetapi
mengakibatkan anak tidak bisa belum berumur 18 (delapan belas)
menyalurkan kreativitasnya dan tahun. Dalam UUSPPA dikenal
kemudian mengarahkan kegiatannya istilah Anak yang berhadapan
untuk melanggar hukum. Undang- dengan hukum, yaitu anak yang
Undang Nomor 11 tahun 2012 Pasal berkonflik dengan hukum, anak yang
1 ayat 2 (dua) dan 3 (tiga) tentang menjadi korban tindak pidana dan
sistem peradilan pidana anak juga anak yang menjadi saksi dalam
terdapat pengertian mengenai Anak tindak pidana. Selanjutnya anak yang
yang berhadapan dengan Hukum diduga melakukan tindak pidana
yaitu anak yang berkonflik dengan disebut dengan anak yang berkonflik
Hukum, anak yang menjadi korban dengan hukum.
tindak pidana, dan anak yang
menjadi saksi tindak pidana. Anak Berdasarkan Undang-Undang No 11
yang berkonflik dengan hukum yang Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
selanjutnya disebut anak adalah anak Pidana Anak (SPPA), ada 3 (tiga)
yang telah berumur 12 (dua belas) golongan mengenai anak yang
tahun, tetapi belum berumur 18 berhadapan dengan hukum, yakni:
(delapan belas) tahun yang diduga a. Anak yang diduga telah
melakukan tindak pidana. melakukan tindak pidana dimana
anak tersebut berusia 12 tahun
Undang-Undang Nomor 11 tahun namun belum mencapai 18
2012 Pasal 1 ayat 2 (dua) dan 3 (tiga) tahun dapat dikatakan sebagai
tentang sistem peradilan pidana anak anak yang berkonflik dengan
juga terdapat pengertian mengenai hukum.
Anak yang berhadapan dengan b. Anak yang belum berusia 18
Hukum yaitu anak yang berkonflik tahun yang telah mengalami
dengan Hukum, anak yang menjadi penderitaan serta menyebabkan
korban tindak pidana, dan anak yang kerugian baik fisik maupun
menjadi saksi tindak pidana. Anak mental pada anak, dimana hal ini
yang berkonflik dengan hukum yang disebut juga dengan anak yang
selanjutnya disebut anak adalah anak menjadi korban tindak pidana.
yang telah berumur 12 (dua belas) c. Anak yang belum berusia 18
tahun, tetapi belum berumur 18 tahun dimana anak tersebut
(delapan belas) tahun yang diduga dapat mem-berikan keterangan
melakukan tindak pidana. untuk kepentingan penerapan
peradilan tentang suatu perkara
pidana yang didengar, dilihat

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University 98


Dwi Amelia Permata, Lia Fadjriani, Christiani Prasetiasari, Idham | analisis yuridis penegakan hukum
terhadap anak sebagai pelaku pencabulan (studi penelitian di polresta barelang kota batam) | Zona Hukum,
13 (3) Desember 2019 | Pages 1-25 | ISSN 1978-1725

dan dialaminya. Maka dari itu dalam arti bahwa perlindungan anak
anak tersebut dikatagorikan tidak hanya mengenai perlindungan
sebagai anak yang menjadi saksi atas jiwa dan raga anak, tetapi
tindak pidana. (R. Wiyono, mencakup pula perlindungan atas
2016: 14-15) semua hak serta kepentingannya
yang dapat menjamin pertumbuhan
Sistem Peradilan Pidana Anak secara wajar, baik secara rohani,
(SPPA) adalah keseluruhan proses jasmani maupun sosialnya sehingga
penyelesaian perkara anak yang ber- diharapkan dapat menjadi orang
hadapan hukum mulai tahap dewasa yang mampu berkarya.
penyidikan sampai dengan tahap
pembimbingan setelah menjalani Perlindungan hukum harus diberikan
proses pidana yang ber-dasarkan kepada anak yang sedang berkonflik
perlindungan, keadilan, non dengan hukum dikarenakan agar
diskriminasi, kepentingan terbaik tidak terjadi diskriminasi dalam
bagi anak, penghargaan terhadap sistem peradilan pidana anak.
anak, ke-langsungan hidup dan
tumbuh kembang anak, proporsional, Perlindungan hukum terhadap anak
perampasan ke-merdekaan dan yang berkonflik dengan hukum
pemidanaan sebagai upaya terakhir memiliki hak untuk mendapat
dan penghindaran balasan. perlindungan-perlindungan yang
meliputi:
Setiap anak memerlukan pembina-an a. Perlakuan secara manusiawi
dan perlidungan dalam rangka terhadap anak sesuai dengan
menjamin pertumbuhan dan martabat dan hak-hak anak.
perkembang-an fisik, mental dan b. Penyedian petugas
sosial secara utuh, serasi, selaras dan pendampingan khusus sejak
seimbang. dini.
c. Untuk kepentingan terbaik anak,
Sesungguhnya usaha perlindungan maka sanksi yang diberikan
anak telah diupayakan dalam bentuk harus sesuai dan tepat.
peraturan perundang-undangan d. Dalam melindungi anak dari
maupun dalam pelaksanaanya, baik labelisasi, maka harus diberikan
oleh pemerintah maupun organisasi perlindungan dari pemberitaan
sosial yang peduli dengan yang disiarkan di media massa.
permasalahan anak. (Angger Sigit Pramukti dan
Fuady Primaharsya, 2014:17)
Tujuan diberikannya perlindungan
hukum bagi pelaku kejahatan adalah Jenis pemidanaan anak tidak diatur
untuk menghormati hak asasi si secara tegas dalam KUHP. Sebelum
pelaku. Konsepsi perlindungan anak dihapuskannya Pasal 45 KUHP,
meliputi ruang lingkup yang luas,

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University 99


Dwi Amelia Permata, Lia Fadjriani, Christiani Prasetiasari, Idham | analisis yuridis penegakan hukum
terhadap anak sebagai pelaku pencabulan (studi penelitian di polresta barelang kota batam) | Zona Hukum,
13 (3) Desember 2019 | Pages 1-25 | ISSN 1978-1725

hakim dapat memberikan putusan Dalam menjatuhkan sanksi pidana


secara alternatif yaitu: terhadap anak yang berkonflik
a. Dikembalikan kepada orangtua dengan hukum, termasuk anak yang
atau walinya tanpa pidana. melakukan tindak pidana
b. Diserahkan kepada pemerintah pencabulan, hakim wajib untuk
atau lembaga social untuk memperhatikan kebutuhan-
dididik sebagai anak Negara kebutuhan si anak terutama hak-
tanpa dijatuhi pidana. haknya sebagai seorang anak.
c. Dipidana terhadap seseorang
yang belum dewasa, yang belum Konstitusi Indonesia, UUD 1945
berusia 16 tahun yang dituntut sebagai norma tertinggi
atas perbuatan yang telah menggariskan bahwa “setiap anak
dilakukan. berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh dan berkembang serta
Apabila tidak adanya upaya hukum berhak atas perlindung-an dari
lain yang memberikan keuntungan kekerasan dan diskriminasi”.
bagi anak, maka penjatuhan pidana
terhadap anak merupakan upaya Perkara anak yang tidak wajib
hukum terakhir yang diberikan diupayakan diversi adalah perkara
dimana upaya hukum tersebut anak yang tindak pidananya diancam
bersifat ultimum remedium. dengan pidana penjara diatas 7
Penjatuhan pidana bagi anak (tujuh) tahun atau merupakan
diberikan apabila kejahatan yang pengulangan tindak pidana. Diversi
dilakukan sudah sangat meresahkan memberikan jaminan perlindungan
keluarga dan masyarakat. hukum terhadap anak yang
Masyarakat mengganggap kejahatan berhadapan dengan hukum dalam
tersebut sudah tidak dapat ditolerir sistem peradilan pidana anak
dan merugikan banyak orang. Indonesia. Diversi dan pendekatan
keadilan restoratif dimaksudkan
Pada umumnya bagi anak yang untuk menghindari anak dari proses
berkonflik dengan hukum terutama peradilan sehingga dapat
anak sebagai pelaku tindak pidana menghindari stigmatisasi terhadap
pencabulan, pada persidangan anak yang berhadapan dengan
identitas dari anak tersebut haruslah hukum serta diharapkan anak dapat
dirahasiakan. kembali ke dalam lingkungan sosial
seperti sebelumnya.
Dirahasiakannya identitas anak baik
sebagai pelaku dikarenakan agar Diversi pada anak pelaku pelecehan
tidak terjadi labelisasi pada anak seksual tidak dapat diupayakan
tersebut. Labelisasi pada anak bisa dikarenakan dalam kasus pelecehan
saja merusak kondisi psikis pada seksual dikenakan pidana penjara
anak. paling lama 15 tahun dan denda

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University 100


Dwi Amelia Permata, Lia Fadjriani, Christiani Prasetiasari, Idham | analisis yuridis penegakan hukum
terhadap anak sebagai pelaku pencabulan (studi penelitian di polresta barelang kota batam) | Zona Hukum,
13 (3) Desember 2019 | Pages 1-25 | ISSN 1978-1725

paling banyak lima milyar rupiah, dari diskriminasi, tindak


dimana hal tersebut sesuai dalam kekerasan dan keterlantaran bagi
ketentuan Pasal 76 E Undang- anak yang tidak mempunyai
Undang Nomor 35 Tahun 2014 keluarga bagi anak-anak
tentang Perlindungan Anak. pengungsi.
Berdasarkan pada pasal yang c. Hak untuk tumbuh kembang
dilanggar oleh anak sebagai pelaku (Development Rights) yaitu hak-
pencabulan maka putusan berupa hak anak dalam Konvensi Hak-
diversi tidak dapat diupayakan oleh Hak Anak yang meliputi segala
hakim, dan sanksi yang diberikan bentuk pendidikan (formal dan
berupa sanksi tindakan yang terdapat nonformal) dan hak untuk
dalam ketentuan Pasal 82 ayat (1) mencapai standar hidup yang
Undang-Undang Nomor 11 Tahun layak bagi perkembangan fisik,
2012 Sistem Peradilan Pidana Anak. mental, spiritual, moral dan
sosial anak (the rights of
Pada kasus pencabulan, anak yang standart of living).
berkonflik dengan hukum telah d. Hak untuk berpartisipasi
mendapat perlindungan hukum (Participation Rights), yaitu
berupa pemenuhan hak-hak anak hak-hak anak yang meliputi hak
seperti mendapat bantuan hukum, untuk menyatakan pendapat
terhindar dari penangkapan dan dalam segala hal yang
penahanan, pemberian keadilan di mempengaruhi anak (the rights
muka pengadilan, identitas anak of a child to express her/his
dirahasiakan dari publik serta views freely in all matters
persidangan yang dilakukan tertutup. affecting the child).

Berdasarkan Konvensi Hak-Hak Anak merupakan pribadi yang sangat


Anak, hak-hak anak secara umum unik dan memiliki ciri yang khas.
dapat dikelompokkan dalam 4 Meski tidak dapat bertindak
(empat) kategori, antara lain: berdasarkan perasaan, pikiran, dan
a. Hak untuk kelangsungan hidup kehendak sendiri, ternyata
(The Right To Survival), yaitu lingkungan sekitar berpengaruh
hak-hak untuk melestarikan dan cukup besar dalam membentuk
mempertahankan hidup (The prilaku seorang anak. Dalam hukum
Right of Live) dan hak untuk positif Indonesia, perlindungan
memperoleh standar kesehatan hukum terhadap hak anak dapat
tertinggi dan perawatan yang dijumpai dalam berbagai peraturan
sebaik-baiknya. perundang-undangan.
b. Hak terhadap perlindungan
(Protections Rights) yaitu hak- Berdasarkan Undang-Undang Nomor
hak dalam konvensi hak anak 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan
yang meliputi hak perlindungan Anak dijelaskan bahwa anak

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University 101


Dwi Amelia Permata, Lia Fadjriani, Christiani Prasetiasari, Idham | analisis yuridis penegakan hukum
terhadap anak sebagai pelaku pencabulan (studi penelitian di polresta barelang kota batam) | Zona Hukum,
13 (3) Desember 2019 | Pages 1-25 | ISSN 1978-1725

merupakan seseorang yang belum h. Pemberian keadilan di muka


berusia 18 tahun termasuk anak yang pengadilan Anak yang objektif,
masih dalam kandungan. tidak memihak, dan dalam
Berdasarkan Undang-Undang Nomor sidang yang tertutup untuk
11 Tahun 2012 tentang Sistem umum;
Peradilan Pidana Anak, anak yang i. Penghindaran dari publikasi atas
berhadapan dengan hukum dibagi identitasnya.
menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu anak j. Pemberian pendampingan Orang
yang berkonflik dengan hukum, anak Tua/Wali dan orang yang
yang menjadi korban tindak pidana, dipercaya oleh Anak;
dan anak yang menjadi saksi tindak k. Pemberian advokasi sosial dan
pidana. pemberian kehidupan pribadi;
l. Pemberian aksesibilitas,
Anak yang berhadapan dengan terutama bagi Anak Penyandang
hukum memilik hak-hak yang harus Disabilitas;
tetap dijaga. Hak-hak tersebut m. Pemberian pendidikan,
terdapat dalam Pasal 64 pemberian pelayanan kesehatan;
UndangUndang Nomor 35 Tahun dan pemberian hak lain sesuai
2014 tentang Perlindungan Anak, dengan ketentuan peraturan
yaitu: perundang-undangan.
a. Perlakuan secara manusiawi Hak anak yang terlibat suatu
dengan memperhatikan permasalahan yang diatur dalam UU
kebutuhan sesuai dengan No. 23 Tahun 2002 tentang
umurnya; Perlindungan Anak. Hak tersebut
b. Pemisahan dari orang dewasa; adalah :
c. Pemberian bantuan hukum dan a. Setiap anak berhak memperoleh
bantuan lain secara efektif; perlindungan dari sasaran
d. Pemberlakuan kegiatan penganiayaan, penyiksaan, atau
rekreasional; penjatuhan hukuman yang tidak
e. Pembebasan dari penyiksaan, manusiawi.
penghukuman, atau perlakuan b. Setiap anak yang menjadi
lain yang kejam, tidak korban atau pelaku tindak
manusiawi serta merendahkan pidana berhak mendapat bantuan
martabat dan derajatnya; hukum dan bantuan lainnya.
f. Penghindaran dari penjatuhan c. Pemerintah dan lembaga negara
pidana mati dan/atau pidana lainnya berkewajiban dan
seumur hidup; bertanggungjawab untuk
g. Penghindaran dari penangkapan, memberikan perlindungan
penahanan atau penjara, kecuali khusus kepada anak dalam
sebagai upaya terakhir dan situasi darurat, anak yang
dalam waktu yang paling berhadapan dengan hukum, anak
singkat; dari kelompok minoritas dan

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University 102


Dwi Amelia Permata, Lia Fadjriani, Christiani Prasetiasari, Idham | analisis yuridis penegakan hukum
terhadap anak sebagai pelaku pencabulan (studi penelitian di polresta barelang kota batam) | Zona Hukum,
13 (3) Desember 2019 | Pages 1-25 | ISSN 1978-1725

terisolasi, anak tereksploitasi dan mampu bertanggungjawab (sehat


secara ekonomi dan/atau jasmani dan rohani).
seksual, anak yang Namun demikian, hakim
diperdagangkan, anak yang tetap harus mempertimbangkan
menjadi korban penyalahgunaan bahwa Anak yang Berkonflik dengan
narkotika, alkohol, psikotropika, Hukum masih lah seorang “anak-
dan zat adiktif lainnya (napza), anak” dengan mem-perhatikan latar
anak korban pen-culikan, belakang terjadinya tindak pidana
penjualan dan perdagangan, dan nilai-nilai keadilan, maka hakim
anak korban kekerasan baik fisik dapat memberikan sanksi berupa
dan/atau mental, anak yang tindakan kepada Anak yang
menyandang cacat, dan anak Berkonflik dengan Hukum.
korban perlakuan salah dan
penelantaran. Menurut AKP. Herie Pramono,
selaku Wakil Kepala Satuan Reserse
Pada umumnya bagi anak yang dan Kriminal (Wakasat Reskrim)
berkonflik dengan hukum terutama Polresta Barelang Kota Batam untuk
anak sebagai pelaku tindak pidana pengaturan dan penegakan hukum
pencabulan, pada persidangan terhadap tindak pidana pencabulan
identitas dari anak tersebut haruslah yang dilakukan oleh anak pada
dirahasiakan. Di-rahasiakannya Polresta Barelang Kota Batam secara
identitas anak baik sebagai pelaku umum sama prosedurnya sama
dikarenakan agar tidak terjadi dengan penanganan tindak pidana
labelisasi pada anak tersebut. umum lainnya. Usaha untuk
Labelisasi pada anak bisa saja mewujudkan keamanan dan
merusak kondisi psikis pada anak. ketentraman bagi masyarakat,
Sementara itu, dalam Kitab Undang- pemerintah telah melaksana-kan
Undang Hukum Pidana (KUHP) usaha penanggulangan terhadap
ditegaskan bahwa seseorang dapat setiap gangguan keamanan, baik
dipertanggungjawabkan yang pencegahan maupun secara
perbuatannya karena adanya preventif. Sejauh ini usaha preventif
kesadaran diri dari yang yang dilakukan Polresta Barelang
bersangkutan dan ia juga telah Kota Batam terhadap tindak pidana
mengerti bahwa perbuatan itu pencabulan tidak ada, berbeda
terlarang menurut hukum yang dengan tindak pidana lainnya. Upaya
berlaku. (M. Nasir Djamil, 2013:34) preventif Polresta Barelang Kota
Batam yaitu dengan melakukan
Dalam hal tindak pidana pencabulan penyuluhan, pembinaan masyarakat
yang dilakukan oleh anak, dan menyelesaikan problem
berdasarkan Pasal 82 ayat (1) UUPA, masyarakat.
tidak ada alasan untuk
menghapuskan pidana bagi si anak

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University 103


Dwi Amelia Permata, Lia Fadjriani, Christiani Prasetiasari, Idham | analisis yuridis penegakan hukum
terhadap anak sebagai pelaku pencabulan (studi penelitian di polresta barelang kota batam) | Zona Hukum,
13 (3) Desember 2019 | Pages 1-25 | ISSN 1978-1725

Ada beberapa tindakan yang 1) Seorang tersangka diduga


dilakukan kepolisian dalam melakukan tindak pidana,
menjalankan tugasnya, yaitu : 2) Dan dugaan yang kuat itu,
a. Melakukan Penyelidikan didasarkan pada permulaan
Penyelidikan diatur dalam Pasal bukti yang cukup.
102 sampai 105 KUHP. Penagkapan terhadap tersangka
Dilakukan penyelidikan berguna diatur dalam Pasal 16 sampai
untuk mencari informasi suatu Pasal 19 KUHAP, penangkapan
peristiwa atau barang bukti dilakukan untuk kepentingan
tindak pidana pencabulan. penyelidikan, penyelidik atas
Penyelidik yang mengetahui, perintah penyidik yang
menerima laporan atau berwenang melakukan
pengaduan tentang terjadinya penangkapan. Pelaksanaan tugas
suatu peristiwa yang patut penangkapan dilakukan oleh
diduga merupakan tindak pidana petugas serta tempat ia
pencabulan wajib segera diperiksa.
melakukan tindakan d. Penahanan
penyelidikan selama 14 hari, dan Penahanan tersangka
setelah itu melakukan gelar hasil diatur dalam dalam Pasal 20
lidik. sampai 31 KUHAP. Untuk
b. Melakukan Penyidikan kepentingan penyidikan,
Penyidikan diatur dalam Pasal penyidik, atau penyidik
106 sampai Pasal 136 KUHAP. pembantu atas perintah penyidik
Penyidik yang mengetahui, berwenang malakukan
menerima laporan atau penahanan. Untuk kepentingan
pengaduan tentang terjadinya penuntutan, Penuntut umum
suatu peristiwa yang patut berwenang me-lakukan
diduga merupakan tindak pidana penahanan atau penahanan
wajib segera melakukan lanjutan.
tindakan penyidikan yang Penahanan atau penahanan
diperlukan. Dalam hal tindak lanjutan dilakukan oleh penyidik
pidana pencabulan telah selesai atau penuntut umum terhadap
disidik oleh penyidik pejabat tersangka atau terdakwa dengan
Pegawai Negeri Sipil tertentu memberikan surat perintahan
yang diberi wewenang khusus penahanan atau penetapan hakim
oleh undnag-undang, ia segera yang mencantumkan
menyerahkan hasil penyidiannya identitasnya tersangka atau
kepada Penuntut Umum melalui terdakwa dan menyebutkan
penyidik Pejabat Polisi Negara alasan penahanan serta uraian
Republik Indonesia. singkat perkara kejahatan yang
c. Penangkapan dipersangkakan atau
Alasan penangkapan ; didakwakan serta tempat ia

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University 104


Dwi Amelia Permata, Lia Fadjriani, Christiani Prasetiasari, Idham | analisis yuridis penegakan hukum
terhadap anak sebagai pelaku pencabulan (studi penelitian di polresta barelang kota batam) | Zona Hukum,
13 (3) Desember 2019 | Pages 1-25 | ISSN 1978-1725

ditahan. Tembusan surat Setempat. Yang dapat dikenakan


perintah penahanan atau penyitaan adalah :
penahanan lanjutan atau 1) Benda atau tagihan tersangka
penetapan hakim harus diberikan atau terdakwa yang seluruh
kepada keluarganya. atau sebagian diduga
e. Penggeledahan diperoleh dari tindak pidana
Penggeledahan dilakukan untuk atau sebagai hasil dari
kepentingan penyelidikan dan tindak pidana.
atau penyidikan, agar dapat 2) Benda yang telah
dikumpulkan fakta dan bukti dipergunakan secara
yang menyangkut suatu tindak langsung untuk melakukan
pidana. Penggeledahan diatur tindak pidana atau untuk
dalam Pasal 32 sampai pasal 37 mempersiapkannya.
KUHP. Untuk kepentingan 3) Benda yang dipergunakan
penyidikan, penyidik dapat untuk menghalang-halangi
melakukan penggeledahan pentidikan tindak pidana.
rumah atau peng-geledahan 4) Benda yang khusus dibuat
pakaian atau peng-geledahan atau diperuntukkan
badan atau tempat tersangka melakukan tindak pidana.
melakukan tindak pidana 5) Benda lain yang mempunyai
pencabulan menurut tata-cara hubungan langsung dengan
yang ditentukan dalam undang- tindak pidana yang
undang ini. dilakukan.
6) Benda yang berada dalam
Didalam tindak pidana sitaan karena perkara
pencabulan yang dilakukan oleh perdata atau pailit dapat
anak terhadap anak selain juga disita untuk
melakukan penggeledahan kepentingan penyedikan,
terhadap badan sianak sebagai penuntutan dan mengadili
tersangka, penyidik juga perkara pidana.
melakukan penggeledahan g. Penyerahan Berkas Perkara
terhadap rumah atau tempat Tujuan pemeriksaan
dimana tersangka melakukan penyidikan tindak pidana
tindak pidana pencabulan menyiapkan hasil pemeriksaan
tersebut. penyidikan sebagai “berkas
f. Penyitaan perkara” yang akan diserahkan
Penyitaan diatur di dalam Pasal penyidik kepada penuntut umum
38 sampai Pasal 48 KUHAP. sebagai instansi yang bertindak
Penyitaan hanya dapat dilakukan dan berwenang melakukan
oleh penyidik dengan surat izin penuntutan terhadap tindak
Ketua Pengadilan Negeri pidana. Berkas hasil penyidikan
itu yang dilimpahkan penuntut

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University 105


Dwi Amelia Permata, Lia Fadjriani, Christiani Prasetiasari, Idham | analisis yuridis penegakan hukum
terhadap anak sebagai pelaku pencabulan (studi penelitian di polresta barelang kota batam) | Zona Hukum,
13 (3) Desember 2019 | Pages 1-25 | ISSN 1978-1725

umum kepada hakim di muka Kesatuan Republik Indonesia Tahun


persidangan pengadilan. 1945 khususnya dalam Pasal 1 ayat
(3) . Hal ini mengandung arti bahwa
Dalam berita acara penyidikan didalam Negara Kesatuan Republik
harus terlampir segala sesuatu Indonesia (NKRI) hukum merupakan
tindakan penyidik selama dalam “Panglima” dan urat nadi pada segala
pemeriksaan, sepanjang hal itu aspek kehidupan bernegara maupun
telah diterangkannya dalam bermasyarakat. Bagi Aristoteles,
berita acara pemeriksaan. yang memerintah dalam negara
bukanlah manusia sebenarnya,
Dalam melakukan pemeriksaan melainkan pikiran yang adil,
terhadap tindak pidana sedangkan penguasa sebenarnya
pencabulan yang dilakukan oleh hanya pemegang hukum dan
anak terhadap anak di keseimbangan saja.
Kepolisian Resor Kota Untuk mewujudkan konsep
Pekanbaru masih belum berjalan Negara hukum maka teori kebijakan
dengan maksimal. Karena pada kriminal harus dilaksanakan
saat sekarang anggota penyidik Berbicara mengenai kebijakan
di unit PPA Kepolisian Resor kriminal atau politik kriminal
Kota Pekanbaru masih sebagaimana yang dikemukakan oleh
kekurangan anggota. Sehingga Sudarto yang dikutip oleh Barda
Unit PPA masih menugaskan Nawawi Arief mengatakan, bahwa
penyidik kriminal umum yang upaya menanggulangi kejahatan
dimana masih tidak sempurna disebut politik kriminal (criminal
dalam hal mengenai tindak policy) yang berarti suatu usaha
pidana yang dilakukan oleh rasional dari masyarakat dalam
anak. Karena penugasan sebagai menanggulangi kejahatan atau tindak
penyidik PPA harus pidana. Adapun mengenai kebijakan
mendapatkan pelatihan khusus kriminal itu, Sudarto juga
terlebih dahulu sebelum mengemukakan 3 (tiga) arti
mendapat posisi sebagai mengenai kebijakan kriminal, yaitu:
penyidik PPA. a. Dalam arti sempit, ialah
2. Implementasi, Faktor keseluruhan asas dan metode
Kendala dan Solusi Terhadap yang menjadi dasar dari reaksi
Perlindung-an Anak Sebagai terhadap pelanggaran hukum
Korban Pele-cehan Seksual (Studi yang berupa pidana.
Penelitian di Polresta Barelang b. Dalam arti luas, ialah
Kota Batam) keseluruhan fungsi dari aparatur
penegak hukum, termasuk di
Negara Indonesia adalah Negara dalamnya cara kerja dari
hukum sebagaimana diatur dalam pengadilan dan polisi.
Undang-Undang Dasar Negara

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University 106


Dwi Amelia Permata, Lia Fadjriani, Christiani Prasetiasari, Idham | analisis yuridis penegakan hukum
terhadap anak sebagai pelaku pencabulan (studi penelitian di polresta barelang kota batam) | Zona Hukum,
13 (3) Desember 2019 | Pages 1-25 | ISSN 1978-1725

c. Dalam arti paling luas, yaitu tentang penegakan hukum untuk


keseluruhan kebijakan yang anak yang menajdi pelaku
dilakukan melalui perundang- pencabulan.
undangan dan badan-badan Atas hasil wawancara tersebut
resmi, yang bertujuan untuk dan relevan dengan Applied Theory
menegakkan norma-norma yang digunakan dalam penelitian
sentral masyarakat. skripsi ini yaitu Teori penegakan
Dalam menjalankan fungsi dan hukum yang dikemukakan Soerjono
tugasnya polisi harus berpedoman Soekanto, yang pada intinya Applied
kepada asas-asas agar mengetahui Theory ini menegaskan bahwa
atau melatarbelakangi apa yang faktor-faktor yang menghambat
harus dilakukan polisi untuk efektifitas penegakan hukum tidak
melaksanakan peran dan kewajiban hanya terletak pada sikap mental
dalam menegakan hukum khususnya aparatur penegak hukum (Hakim,
proses penyidikan, penyelikan Jaksa, Polisi dan Penasihat Hukum)
hingga perlindungan barang bukti akan tetapi juga terletak pada faktor
sitaan kendaraan dilingkungan sosialisasi hukum yang sering
masyarakat yang tidak memiliki diabaikan, dari jawaban responden
surat ijin sesuai dengan aturan tersebut penegakan hukum untuk
kelengkapan berkendara di lalu anak sebagai pelaku pencabulan
lintas. Dengan memahami asas, telah sesuai dengan perundang-
Polisi akan menjalankan tugasnya undangan yang berlaku namun masih
sesuai peraturan dan tidak melangar ada hambatan-hambatan dalam
kode etik kepolisian, agar dapat penegakan hukum tersebut
terlaksananya Konsep negara hukum diantaranya kasus pencabulan biasa
menurut Aristoteles yaitu negara nya beriringan dengan kasus
yang berdiri diatas hukum yang persetubuhan karena untuk
menjamin keadilan kepada warga pencabulan saja sangat sulit
negaranya. Keadilan menurutnya dibuktikan namun jika ada unsur
merupakan syarat bagi tercapainya persetubuhan pihak kepolisian dapat
kebahagiaan hidup untuk warga bagi melakukan visum untuk mencari
suatu negara. bukti adanya tindakan tersebut.

Subsansi dan atau materi yang Anak yang berkonflik dengan hukum
diajukan penulis kepada AKP. Herie memiliki hak-hak yang harus tetap
Pramono selaku Wakil Kepala dijaga yaitu penangkapan, penahanan
Satuan Reserse dan Kriminal serta penjatuhan pidana penjara
(Wakasat Reskrim) Polresta merupakan upaya terakhir,
Barelang Kota Batam, Bripka Toni penempatan anak yang dirampas
Isworo selaku Kasubnit PPA Polresta kemerdekaannya harus dipisahkan
Barelang Kota Batam, pertanyaan dari orang dewasa, pada kasus
yang diajukan satu diantara adalah pencabulan baik korban maupun

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University 107


Dwi Amelia Permata, Lia Fadjriani, Christiani Prasetiasari, Idham | analisis yuridis penegakan hukum
terhadap anak sebagai pelaku pencabulan (studi penelitian di polresta barelang kota batam) | Zona Hukum,
13 (3) Desember 2019 | Pages 1-25 | ISSN 1978-1725

pelaku harus dirahasiakan guna misalnya saksi tersebut adalah


mencegah terjadinya labelisasi, dan orangtua korban yang hanya
anak yang berkonflik dengan hukum mengetahui informasi
berhak mendapat bantuan hukum pencabulan tersebut dari cerita
untuk memenuhi seluruh hak- anaknya (korban) tanpa melihat
haknya. Namun masih ada hambatan langsung peristiwa tersebut. Jika
maupun kendala dalam penegakan hanya ada satu saksi yang
hukum untuk kasus pencabulan yang melihat atau mendengar atau
dilakukan oleh anak, kendalannya mengalami sendiri (korban)
yaitu: terhadap tindak pidana yang
1) Alat Bukti ditandatangani oleh Polresta
Sulitnya mencari saksi dan Barelang Kota Batam, maka
bukti petunjuk lainnya untuk tersangka mempunyai
menunjukan atau membuktikan kesempatan untuk memungkiri
adanya perbuatan tersebut, perbuatannya. Apalagi terhadap
karena perbuatan tersebut rata- ancaman hukuman diatas 5
rata tidak dilihat oleh orang lain, tahun, seorang terdakwa wajib
dilakukan ditempat tertutup. didampingi oleh Penasehat
Pembuktian merupakan hal Hukum. Sehingga pembebasan
yang penting dalam proses terhadap orang yang bersalah
pemeriksaan. Didalam Pasal 184 secara materil besar
KUHAP disebutkan bahwa ada kemungkinan akan terjadi.
5 (lima) macam alat bukti yang 2) Pihak korban maupun
sah, yaitu: keluarganya tidak mau
a. Keterangan Saksi melaporkan tindak pidana
b. Keterangan Ahli pencabulan terhadap anak.
c. Surat Faktor-faktor yang
d. Petunjuk menyebabkan korban tidak mau
e. Keterangan Terdakwa melaporkan tindak pidana
Biasanya yang menjadi saksi pencabulan adalah :
dalam tindak pidana pencabulan a. Pelapor diajak berdamai
yang dilakukan oleh anak ini b. Pelapor diancam sehingga
adalah korban sebagai saksi pelapor tidak berani
sekaligus korban. Selain saksi melaporkan tersangka kepada
korban ada juga saksi-saksi lain pihak yang berwenang.
seperti orangtua korban, c. Keluarga korban akan merasa
keluarga korban, teman korban, malu untuk melaporkan
dan lain sebagainya. Akan tetapi tersangka karena akan
ketentuan pembuktian dari saksi menjadi aib keluarga untuk
selain saksi korban harus selamanya.
dikesampingkan sesuai dengan 3) Pelaku masih dibawah umur
ketentuan Pasal 185 KUHAP,

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University 108


Dwi Amelia Permata, Lia Fadjriani, Christiani Prasetiasari, Idham | analisis yuridis penegakan hukum
terhadap anak sebagai pelaku pencabulan (studi penelitian di polresta barelang kota batam) | Zona Hukum,
13 (3) Desember 2019 | Pages 1-25 | ISSN 1978-1725

Pelaku tindak pidana pencabulan diberikan wewenang untuk


terhadap anak di Polresta mengalihkan proses peradilan kepada
Barelang Kota Batam yang bentuk-bentuk kegiatan, seperti
masih anak dibawah umur penyerahan pembinaan oleh orang
sangat banyak terjadi. Hal itu tua/walinya; peringatan; pembebanan
membuat Polisi sulit untuk denda/restitusi; pembinaan oleh
menangani perkara tersebut. departemen sosial atau lembaga
Karena Polisi akan sulit untuk sosial masyarakat maupun konseling.
melakukan pemeriksaan kepada Ide diversi secara konseptual
tersangka yang masih dibawah akan lebih sesuai dalam melakukan
umur. Kadang dalam upaya penindakan dan penjatuhan
memberikan keterangan tidak sanksi terhadap anak nakal dalam
jelas karena rasa takut akan kerangka perlindungan anak terhadap
tindak pidana yang stigma (cap jahat) ketika seorang
dilakukannya. anak melakukan perbuatan kejahatan
Terkait penegakan hukum terhadap atau pelanggaran hukum. Namun
anak sebagai pelaku tindak pidana demikian dalam sistem peradilan
pencabulan, haruslah dengan pidana anak di Indonesia, ide diversi
memenuhi cita-cita undang-undang tersebut tidak mudah untuk
Perlindungan Anak yang diimplementasikan untuk
menginginkan agar anak terhindar melaksanakan penegakan hukum
dari stigma (cap jahat) ketika anak untuk anak pelaku tindak pidana.
tersebut melakukan suatu tindak
pidana. Muncul suatu ide untuk Penegakan hukum untuk kasus
melakukan suatu upaya pengalihan pencabulan yang dilakukan oleh
(diversi) dalam menangani anak anak pihak penegak hukum telah
pelaku tindak pidana. Ide diversi melaksanakan sesuai dengan aturan
adalah pemikiran, gagasan tentang yang telah diatur dalam Undang-
pengalihan dipergunakan untuk Undang Nomor 35 Tahun 2014
menuntun dalam memecahkan Tentang Perubahan Atas Undang-
permasalahan-permasalahan yang Undang Nomor 23 Tahun 2002
muncul dalam masyarakat. Tentang Perlindungan Anak.
Tambahan Lembaran Negara
Ide diversi ini muncul dengan Republik Indonesia Nomor 5606.
pertimbangan yang layak untuk
menghindari stigma (cap jahat) pada Kasus pencabulan biasa nya
anak, maka setiap saat dalam beriringan dengan kasus
tahapan-tahapan sistem peradilan persetubuhan karena untuk
anak, penegak hukum sistem pencabulan saja sangat sulit
peradilan pidana anak (Kepolisian, dibuktikan namun jika ada unsur
Kejaksaan, Pengadilan, maupun persetubuhan pihak kepolisian dapat
pihak Lembaga Pemasyarakatan),

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University 109


Dwi Amelia Permata, Lia Fadjriani, Christiani Prasetiasari, Idham | analisis yuridis penegakan hukum
terhadap anak sebagai pelaku pencabulan (studi penelitian di polresta barelang kota batam) | Zona Hukum,
13 (3) Desember 2019 | Pages 1-25 | ISSN 1978-1725

melakukan visum untuk mencari dalam Undang-Undang Republik


bukti adanya tindakan tersebut . Indonesia Nomor 11 Tahun 2012
Tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak. Dari latar belakang
Anak yang berkonflik dengan hukum
penelitian bahwa dalam hal
memiliki hak-hak yang harus tetap pelaksanaan penegakan hukum
dijaga yaitu penangkapan, penahanan tindak pidana anak sebagai
serta penjatuhan pidana penjara pelaku, hal-hal yang harus
merupakan upaya terakhir, diperhatikan dalam proses
penempatan anak yang dirampas penanganan anak yang
kemerdekaannya harus dipisahkan berhadapan dengan hukum adalah
proses penyidikan, proses
dari orang dewasa, pada kasus
penuntutan, dan proses
pencabulan baik korban maupun persidangan dimana ketiganya
pelaku harus dirahasiakan guna terhadap penegakan hukum
mencegah terjadinya labelisasi, dan terhadap anak harus diutamakan
anak yang berkonflik dengan hukum untuk dilaksanakan pada proses
berhak mendapat bantuan hukum diluar peradilan pidana anak yaitu
untuk memenuhi seluruh hak- Diversi.
b. Implementasi, faktor kendala dan
haknya.
solusi penegakan hukum terhadap
anak sebagai pelaku pencabulan
KESIMPULAN Penegakan hukum untuk kasus
Berdasarkan hasil penelitian yang pencabulan yang dilakukan oleh
dilakukan penulis seperti yang telah anak pihak penegak hukum telah
dijelaskan diatas, maka Penulis melaksanakan sesuai dengan
menyimpulkan beberapa hal sebagai aturan yang telah diatur dalam
berikut: Undang-Undang Nomor 35 Tahun
a. Pengaturan hukum terhadap anak 2014 Tentang Perubahan Atas
sebagai pelaku pencabulan di Undang-Undang Nomor 23 Tahun
Kepolisian Resor Kota Batam 2002 Tentang Perlindungan Anak.
sudah berjalan dengan lancar Tambahan Lembaran Negara
sebagaimana mestinya, dan sudah Republik Indonesia Nomor 5606.
sesuai dengan peraturan Adapun yang menjadi faktor
perundang-undangan yang penghambat Kepolisian Resor
berlaku. Pengaturan hukum Kota Batam dalam menangani
terhadap anak sebagai pelaku perkara tindak pidana pencabulan
pencabulan diatur dalam Pasal 82 yang dilakukan oleh anak meliputi
Undang-Undang Republik alat bukti, pihak korban tidak mau
Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 melaporkan tindak pidana
Tentang Perubahan Atas Undang- pencabulan dan pelaku tindak
Undang Nomor 23 Tahun 2002 pidana pencabulan yang masih
Tentang Perlindungan Anak dibawah umur hal itu membuat
Tambahan Lembaran Negara Polisi sulit untuk menangani
Republik Indonesia Nomor 5606 perkara tersebut. Upaya yang
dan pengaturan hukum untuk dilakukan dalam mengatasi
mengadili anak yang melakukan hambatan dalam menangani
tindak pidana pencabulan diatur perkara tindak pidana pencabulan

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University 110


Dwi Amelia Permata, Lia Fadjriani, Christiani Prasetiasari, Idham | analisis yuridis penegakan hukum
terhadap anak sebagai pelaku pencabulan (studi penelitian di polresta barelang kota batam) | Zona Hukum,
13 (3) Desember 2019 | Pages 1-25 | ISSN 1978-1725

terhadap anak meliputi anak sebagai pelaku kejahatan,


Melakukan visum terhadap mengenai kesanggupan dalam
korban, Memanggil atau mempertanggungjawabkan
Mendatangi Korban dan perbuatannya. Selain itu hakim
Melakukan diversi kepada juga harus mempertimbangkan
tersangka dibawah umur. masa depan anak yang melakukan
tindak pidana pencabulan.
SARAN b. Kepada orangtua disarankan
Dari kesimpulan diatas, Penulis untuk lebih mengawasi gerak-
dapat memberikan beberapa gerik anak apabila dilihat
saran sebagai berikut : mencurigakan. Orangtua juga
harus lebih memahami kondisi
a. Setiap unsur dalam sistem psikis anak dan juga lebih
peradilan pidana anak ini memperhatikan perkembangan
diharapkan dapat memberikan anak. Penggunaan gadget pada
upaya atau penanganan terbaik anak harus dalam pengawasan
ketika menangani perkara anak orangtua. Hendaknya semua pihak
sehingga diharapkan dapat termasuk keluarga, pemerintah,
menjamin perlindungan hukum swasta dan pihak lain yang terkait
bagi anak yang bermasalah menaruh perhatian serius dalam
dengan hukum. Agar suatu menghadapi penanganan anak
peraturan perundangundangan yang berhadapan dengan hukum.
dapat berfungsi dengan baik, Dan untuk mengadili anak yang
diperlukan adanya keserasian 4 melakukan tindak pidana
(empat) unsur, yaitu peraturan itu pencabulan dapat dilakukan
sendiri dimana terdapat diversi merupakan pengalihan
kemungkinan adanya penyelesaian perkara anak dari
ketidakcocokan peraturan proses peradilan pidana ke proses
perundangundangan mengenai diluar peradilan pidana. Jika si
bidang-bidang hukum tertentu tersangka merupakan anak maka
dimana kemungkinan lainnya Polisi akan mengedepankan jalur
yang dapat terjadi adalah perdamaian karena menyangkut
ketidakcocokan antara peraturan masa depan si anak walaupun dia
perundang-undangan dengan sebagai pelaku kejahatan.
hukum yang tidak tertulis atau
kebiasaan-kebiasaan yang berlaku DAFTAR PUSTAKA
dalam masyarakat, serta Buku
mentalitas petugas yang Gultom, Maidin, 2010, perlindungan
menerapkan hukum. Para petugas Hukum Terhadap Anak Dalam
hukum (secara formal) yang Sistem Peradilan Anak Di
mencakup polisi, jaksa, hakim, Indonesia, P.T.Refika
penasihat, pembela hukum harus Aditama, Bandung.
memiliki mentalitas yang baik
dalam melaksanakan suatu Herlina, Apong dkk, 2014,
peraturan perundang-undangan. Perlindungan Terhadap Anak
Kepada Penegak Hukum, Hakim Yang Berhadapan Dengan
dalam memberikan putusannya Hukum, Buku Saku Untuk
harus mempertimbangkan kondisi Polisi, Unicef, Jakarta.

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University 111


Dwi Amelia Permata, Lia Fadjriani, Christiani Prasetiasari, Idham | analisis yuridis penegakan hukum
terhadap anak sebagai pelaku pencabulan (studi penelitian di polresta barelang kota batam) | Zona Hukum,
13 (3) Desember 2019 | Pages 1-25 | ISSN 1978-1725

Hidayat, Bunadi, 2010, Pemidanaan Negara Republik Indonesia


Anak Di Bawah Umur, sebagaimana diumumkan
P.T.Alumni, Bandung. dalam Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Idham, 2014, Konsolidasi Tanah Nomor 4168
Perkotaan Otonomi Daerah
Guna Meneguhkan Kedaulatan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
Rakyat dan Negara 2012 tentang Sistem Peradilan
Berkesejahteraan, Alumni Anak sebagaimana diumumkan
Bandung, Bandung. dalam Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Marpaung, Leden, 2011, Proses Nomor 5332
Penanganan Perkara Pidana
(Penyidikan dan Penyelidikan), Undang-Undang Nomor 35 Tahun
Sinar Grafika, Jakarta. 2014 tentang Perlindungan
Anak sebagiamana diumumkan
Pramukti, Angger Sigit dan Fuady dalam Tambahan Lembaran
Primaharsya, 2014, Sistem Negara Republik Indonesia
Peradilan Pidana Anak, Nomor 5606
Medpress Digital, Yogyakarta.
Internet dan Website
Soetedjo, Wigiati, 2010, Hukum
Pidana Anak, Refika Aditama, https://kbbi.kemdikbud.go.id/
Bandung.
https://parenting.co.id/
Wiyono, R, 2016, Sistem Peradilan
Pidana Anak di Indonesia, http://www.pn-
Sinar Grafika, Jakarta. Raharjo palopo.go.id/index.php/berita/a
Agus, 2002, Cybercrime rtikel/363-sekilas-tentang-
Pemahaman Dan Upaya sistem-peradilan-pidana-anak
Pencegahan Berteknologi,
Bandung, PT. Citra Aditya
Bakti, hlm 59.

Sofyan Andi. 2013. Hukum Acara


Pidana. Yogyakarta.
Rangkang Education.

Sitompul Arsil, 2001, Hukum


Internet, Bandung, PT Citra
Aditya Bakti , hlm 1.

Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun
1945.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun


2002 tentang Kepolisian

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University 112

You might also like