Sejarah Pendidikan Islam Materi 13

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol XX, No XX (20XX) P-ISSN: 2086-6186

http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh e-ISSN: 2580-2453

PENDIDIKAN ISLAM DINASTI TURKI USMANI MASA


PEMERINTAHAN SULAIMAN

Lia Ifadatul Husna¹, Litazyda Awla Putri², dan Niken Chintianing Putri³
¹²³PAI FTIK UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
Jl. Mayor Sujadi Timur No. 46 Tulungagung
¹liaifadatulhusna08@gmail.com, ²litazyda123@gmail.com, ³niken.putri2325@gmail.com

Article History:
Received: 20xx-xx-xx, Accepted: 20xx-xx-xx , Published: 20xx-xx-xx

Abstract

The purpose of this discussion is to find out the history of Islamic education during the Ottoman
Turkey period. The founders of the Ottoman Empire were the Turkish people and the Oghuz tribe who
inhabited the Mongol region and the northern regions of China. In a period of about three centuries
they moved to Turkey then Persia and Iraq. Turkish culture is a blend of Persian, Byzantine and
Arabic cultures. The education system played an important role in the development and expansion of
the Ottoman Empire. Education during the Ottoman Turkish period was driven by the advanced
educational institutions of the Ottoman Empire, the madrassas. In this case it is not only the number
of buildings, but the quality of education offered by producing successors who are experts in their
fields. The method in this research uses the Library Research method, by reviewing some literature in
the form of books, e-books, journals and other sources related to the proposed research so that it can
be used as a reference and insight in developing Islamic education.

Keywords: History; Islamic education; Turki Usmani

Abstrak

Tujuan dari pembahasan ini untuk mengetahui sejarah pendidikan Islam pada masa Turki Usmani.
Pendiri kerajaan utsmani adalah bangsa turki dan kabilah Oghuz yang mendiami daerah mongol dan
daerah utara negeri Cina. Dalam jangka waktu sekitar tiga abad mereka pindah ke Turki kemudian
Persia dan Irak. Kebudayaan turki merupakan perpaduan antara kebudayaan Persia, Byzantine dan
Arab. Sistem pendidikan memainkan peran penting dalam pengembangan dan perluasan Kekaisaran
Ottoman. Pendidikan pada masa Turki Usmani didorong oleh lembaga pendidikan yang maju pada
Pendidikan Islam Dinasti Turki Usmani Masa Pemerintahan Sulaiman
Lia Ifadatul Husna, Litazyda Awla Putri, Niken Chintianing Putri

masa kerajaan Utsmani, yaitu madrasah. Dalam hal ini bukan hanya jumlah bangunan, melainkan
kualitas pendidikan yang ditawarkan dengan menghasilkan para penerus yang ahli di bidangnya.
Metode pada penelitian ini menggunakan metode Library Research, dengan mengkaji beberapa
literatur berupa buku, e-book, jurnal dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian yang
diajukan agar bisa dijadikan sebagai acuan serta wawasan dalam mengembangkan pendidikan Islam.

Kata Kunci: Sejarah; Pendidikan Agama Islam; Turki Usmani

PENDAHULUAN
Sejarah merupakan perjalanan hidup manusia untuk mengisi perkembangannya dari
masa ke masa. Setiap sejarah mempunyai makna dan nilai tersendiri sehingga manusia dapat
membuat sejarahnya sendiri dan sejarah pun membentuk manusia. Sejarah ditulis dan
dijadikan sebagai pedoman yang memberikan teladan dalam menjelaskan kisah-kisah teladan
(uswatun hasanah) sebagai dasar pertimbangan bagi umat manusia dalam segala tindakan dan
sikap. Dengan mempelajari sejarah, seseorang dapat mengapresiasi dan mempelajari sejarah
perkembangan di masa lalu, dan dengan mempelajari sejarah seseorang dapat mengambil
pelajaran yang sangat berharga untuk mengetahui apa yang terbaik untuk diterapkan pada
masa kini.
Pendidikan penting bagi kehidupan manusia dan diakui sebagai kekuatan yang dapat
membantu masyarakat mencapai kemajuan yang beradab. Tidak ada suatu peradaban di dunia
ini tanpa peran pendidikan. Pendidikan Islam secara sederhana dipahami sebagai suatu proses
yang membimbing pendidik menuju perkembangan fisik, mental, dan intelektual peserta didik
guna membentuk kepribadian Islami yang baik. Berfungsi untuk mengarahkan pertumbuhan
dan perkembangan hidup manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial
agar dapat mengoptimalkan kemampuannya untuk memperoleh kesejahteraan kehidupan di
dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. Hal yang menjadi dasar dan tujuan adanya
pendidikan Islam dengan senantiasa mempertahankan sesuai dengan ajaran Islam yang
terkandung dalam kitab suci Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dari pengertian sejarah dan
pendidikan Islam tersebut, Zuhairini menyatakan bahwa pengertian tentang sejarah
pendidikan Islam adalah keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan pendidikan
Islam, baik dari segi ide dan konsepsi maupun segi institusi dan operasionalisasi sejak zaman
Nabi Muhammad saw. sampai sekarang.

Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol. XX No. X, Juni/Desember 20XX | 2


Pendidikan Islam Dinasti Turki Usmani Masa Pemerintahan Sulaiman
Lia Ifadatul Husna, Litazyda Awla Putri, Niken Chintianing Putri

Perkembangan pendidikan Islam berlanjut hingga Abad Pertengahan, sehingga kita


dapat mengenal cabang baru seperti kaidah bahasa, ilmu geografi, ilmu sejarah, ilmu
pengetahuan alam, dan lain-lain yang sebelumnya tidak pernah diajarkan dan dapat kita
temukan pada sistem pendidikan Arab dinasti Bani Umayyah. Bani Umayyah memberikan
kontribusi yang besar terhadap perkembangan budaya Arab, khususnya di bidang pendidikan,
ilmu agama Islam, sastra dan filsafat.
Kekaisaran Ottoman (Turki Usmani) selalu menjadi kekuatan politik Islam terbesar
klasik Islami. Kerajaan Turki Usmani ini tidaklah bisa disamakan dengan kedua dinasti yang
sebelumnya yaitu Bani Umayah dan Abbasiyah, tetapi melihat peranannya sebagai benteng
kekuatan umat Islam dalam menangkal bangsa Eropa ke Timur. Turki Usmani telah
menunjukkan kehebatannya dalam menghadapi serangan musuh, serangan-serangan perluasan
yang dilakukannya langsung masuk wilayah penting termasuk penaklukan Konstantinopel,
selain dari itu, Turki Usmani dianggap sebagai dinasti yang mampu menghimpun kembali
umat Islam setelah mengelami kemunduran ilmu pengetahuan dan politik. Munculnya
kerajaan Turki Usmani, kembali menjadikan umat Islam sebagai kekuatan yang solid.
Perjalanan panjang sejarah dinasti Turki Usmani yang dipimpin oleh beberapa pemimpin
sehingga menghasilkan corak kepemimpinannya yang berbeda-beda, termasuk perbedaan
dalam pengambilan kebijakan-kebijakan yang terjadi pada waktu itu. Baik dalam bidang
sosial, politik, pendidikan dan lain sebagainya.

METODE PENELITIAN
Metode pada penelitian ini menggunakan metode Library Research, dengan mengkaji
beberapa literatur berupa buku, e-book, jurnal dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan
penelitian yang diajukan. Penelitian ini dilakukan baik secara online maupun offline.
Selanjutnya peneliti mengkaji secara mendalam dengan cara meneliti membaca, memahami
dan mencatat berbagai sumber kemudian memaparkan pokok-pokok pembahasan yang
dibahas selalu menyimpulkan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode Library Research dapat diperoleh
hasil sebagai berikut.
A. Sejarah Berdirinya Turki Usmani
Sejarah mencatat, setelah penyerangan bangsa Mongol yang dipimpin oleh
Hulagu Khan pada tahun 1258 M, kekuatan umat Islam yang berpusat di Baghdad
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol. XX No. X, Juni/Desember 20XX | 3
Pendidikan Islam Dinasti Turki Usmani Masa Pemerintahan Sulaiman
Lia Ifadatul Husna, Litazyda Awla Putri, Niken Chintianing Putri

mengalami kehancuran yang sangat signifikan. Kekuatan politik Islam mengalami


kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya terbagi menjadi banyak kerajaan
kecil yang bahkan saling berperang. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban
Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol. Situasi ini semakin
diperburuk oleh serangan dari Timur Lenk (sekarang Shahrisabz, Uzbekistan) yang
datang menghancurkan pusat-pusat kekuasaan Islam yang lain. Namun demikian,
kehancuran dunia Islam tidak merata. Di seluruh dunia Islam, masih terdapat pilar-
pilar penyangga yang melanjutkan kejayaan dunia Islam. Pilar-pilar tersebut adalah
kekhalifahan Turki Usmani di Turki, kekhalifahan Mughal di India, dan kekhalifahan
Safawi di Persia.
Di antara tiga kekhalifahan Islam yang muncul pada abad pertengahan ini,
kekhalifahan Turki Usmani termasuk yang pertama berdiri, terbesar dan paling lama
bertahan dibandingkan dua kerajaan lainnya. Secara historis, bangsa Turki Usmani
berasal dari keluarga Qabey, salah satu suku al-Ghaz al-Turky, yang tinggal di
wilayah daerah Turkistan (sekarang Kazakhstan). Mereka masuk Islam sekitar abad
ke-9 atau ke-10, ketika mereka menetap di Asia Tengah. Akibat ada tekanan tentara
Mongol yang terus menyerang dan memburu suku tersebut, akhirnya mereka pindah
ke arah barat hingga mereka bergabung dengan saudara seketurunan, yakni orang
Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia Kecil atau Anatolia (Anadolu).
Kekhalifahan Usmani didirikan oleh bangsa Turki dari Suku Oghuz yang
menguasai daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Selama kurang lebih 3 abad
mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia (sekarang Iran) dan Irak (dahulu
Mesopotamia, sekarang menjadi ibu kota Baghdad). Mereka masuk Islam sekitar abad
ke-9 atau ke-10, ketika mereka menetap di Asia Tengah. Di bawah tekanan serangan
Mongol pada abad ke-13, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mereka mencari
tempat pengungsian di tengah-tengah saudara-saudara mereka, orang-orang Turki
Seljuk, di dataran tinggi Asia Kecil.
Di bawah kepimpinan Ertoghul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan
Alauddin II, raja Seljuk yang kebetulan sedang berperang dengan Bizantium. Dengan
bantuan mereka, Sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas jasa baik itu, Alauddin
menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium.
Ertoghul meninggal dunia pada tahun 1289 M, dan kepemimpinan selanjutnya
dipegang oleh putranya, yang bernama Usman. Putra Ertoghul inilah yang selanjutnya
dianggap sebagai pendiri kekhalifahan Usmani yang memerintahkan antara tahun
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol. XX No. X, Juni/Desember 20XX | 4
Pendidikan Islam Dinasti Turki Usmani Masa Pemerintahan Sulaiman
Lia Ifadatul Husna, Litazyda Awla Putri, Niken Chintianing Putri

1290 M hingga 1326 M. Sebagaimana ayahnya, Usmani banyak berjasa kepada Sultan
Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium yang
berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang
kerajaan Seljuk dan Sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Seljuk Rum kemudian
terpecah menjadi banyak kerajaan kecil. Usman pun menyatakan kemerdekaan dan
berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak saat itu kerajaan Usmani
dinyatakan berdiri dengan pimpinan pertamanya Usman, yang kemudian dikenal
sebagai Usman I (1300-1326 M). Pimpinan kekhalifahan Turki ini selanjutnya
dipegang oleh Orkhan (1326-1359 M), Murad I (1359-1389 M), Bayazid I (1389-1403
M), Sultan Muhammad I (1403-1421 M), Murad II (1421-1451 M), Muhammad III
Al-Fatih (1451-1484 M), Sultan Salim I (1512-1520 M), Sultan Sulaiman al-Qanuni
(1520-1566 M).
B. Biografi Sultan Sulaiman
1. Kelahiran Sultan Sulaiman
Sultan Sulaiman Khan lahir di kota Trobzon (Metropolitan) pada tanggal 6
Shafar 900 H atau 27 April 1495 M. Ayahnya bernama Yavuz Sultan Selim Khan
atau yang lebih dikenal sebagai Sultan Salim dan ibunya bernama Valide Aishe
Hafsha Sultan. Sulaiman I bin Sultan Salim bin Sultan Bayazid II bin Sultan
Muhammad Al-Fatih. Dengan demikian, Sultan Sulaiman adalah cicit dari
Mehmed II, penakluk Konstantinopel. Ketika lahir, ayahnya sedang menjabat
sebagai gubernur di Trobzon, dan nama Sulaiman diberikan oleh ayahnya karena
ketika membuka Al-Qur’an, lembaran yang terbuka terdapat kisah nabi Sulaiman
A.S.
Sulaiman I anak dari Sultan Utsmaniyah ke-9 yakni Sultan Salim I ibunya
bernama Ayse Hafsah Valide Sultan yang sering disingkat dengan Hafsah Sultan,
beliau mempunyai 2 orang istri dan mempunyai 8 anak. Istri pertamanya bernama
Mahidevran Gulbahara Sultan. Sedangkan istri keduanya, bernama Anastasia
Lisoswka atau Roxelan. Pernikahannya dengan Mahidevran Gulbahara Sultan
dikaruniai 2 anak yaitu Sehzade Mustafa dan Raziye Sultan. Sedangkan
pernikahannya dengan Roxelana dikaruniai 6 anak, yaitu Putri Mihrimah, Salim II,
Beyazid, Abdullah, Cihangir, dan Mehmed. Dari keenam anaknya tersebut, Salim
II yang nantinya akan menggantikan posisi Sultan Sulaiman sebagai sultan
Utsmaniyah. Jadi keseluruhan anak dari Sulaiman Al-Qanuni berjumlah 8 anak
dari 2 istri.
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol. XX No. X, Juni/Desember 20XX | 5
Pendidikan Islam Dinasti Turki Usmani Masa Pemerintahan Sulaiman
Lia Ifadatul Husna, Litazyda Awla Putri, Niken Chintianing Putri

2. Pendidikan Sultan Sulaiman


Ayah Sultan Sulaiman merupakan orang yang sangat memperhatikan masa
depan anaknya, sehingga diberikan pendidikan yang terbaik. Sultan Salim I
memilih Syaikh Khairuddin Afandy untuk mengajarkan tentang membaca, menulis
serta ilmu-ilmu diniyah mulai dari hal mendasar tentang akidah hingga pelajaran
Islam pada umumnya. Sejak kecil, Sultan Sulaiman tumbuh dalam lingkungan
pendidikan yang baik. Pada usia 7 tahun, dia dikirim ke madrasah Istana Topkapi
(terletak di wilayah Sultanahmet) di Konstantinopel. Pada masa inilah Sultan
Sulaiman memperdalam ilmu di bidang akidah, fiqh, sejarah, ilmu pengetahuan,
sastra, taktik militer, politik, seni berperang dan perdamaian. Oleh karena hal
tersebut, Sultan Sulaiman dikenal sangat dekat dengan para ulama. Sultan
Sulaiman, meskipun berdarah bangsawan dan menjadi putra mahkota sebuah
kesultanan yang sangat besar, ia dikenal sangat merakyat sejak muda.
Sahabat dekatnya adalah seorang budak bernama Ibrahim, yang kemudian
hari menjadi penasihatnya yang paling dipercaya. Ia dididik secara langsung oleh
ayahnya dalam bidang seni perang maupun damai. Ayahnya sangat peduli
terhadap anaknya, memberikan perhatian yang membuatnya tumbuh dalam
suasana keilmuan yang dalam, menyenangi sastra, dekat dengan para ulama,
sastrawan, dan ahli fikih. Sejak muda, ia dikenal sebagai sosok anak muda yang
serius dan tenang dalam menghadapi masalah. Sultan Sulaiman juga dikenal
sebagai seorang seniman karena menulis salinan Al-Qur’an dengan tangannya
sendiri, yang sekarang disimpan dengan baik di Masjid Agung Sulaimaniyah (kota
Istanbul). Selain itu, kecintaannya terhadap ulama-ulama terdahulu ia buktikan
dengan memperbaiki makam seorang mujtahid terkemuka, Abu Hanifah (Imam
Hanafi), pendiri Mazhab Hanafi di Baghdad atau Irak.
3. Pengangkatan Sultan
Sulaiman menjadi Sultan yang ke-10 Dinasti Turki Utsmani pada usia 26
tahun dan berkuasa selama kurang lebih 46 tahun dalam rentang tahun 928 – 974
H / 1520 – 1566 M. Sulaiman dikenal sebagai sosok yang hati-hati dan tidak
tergesa-gesa dalam setiap tindakannya. Beliau selalu memikirkan risiko-risikonya
dan kemudian baru mengambil keputusan. Jika keputusan sudah diambil, Sulaiman
akan tetap berpegang pada keputusan tersebut dan tidak mengubah keputusannya.
Masa kepemimpinannya dipandang sebagai puncak keemasan Dinasti Turki
Usmani. Masa kekuasaannya disebut sebagai abad kejayaan. Sultan Sulaiman
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol. XX No. X, Juni/Desember 20XX | 6
Pendidikan Islam Dinasti Turki Usmani Masa Pemerintahan Sulaiman
Lia Ifadatul Husna, Litazyda Awla Putri, Niken Chintianing Putri

dijuluki “Al-Qanuny”, artinya pembuat undang-undang untuk menyusun negara


Turki Usmani yang sudah sangat luas. Beliau berhasil menetapkan banyak
peraturan yang lebih sistematis berdasarkan hukum syariat Islam di seluruh
wilayah kekuasaannya. Sultan Sulaiman memperbaiki sistem administrasi dalam
menetapkan peraturan terhadap ulama (nizhamul ulama’) dan sistem
pendidikannya yang telah dirintis sebelumnya oleh Sultan Muhammad Al-Fatih.
Dalam bidang militer, Sultan Sulaiman memperbaiki sistem administrasi
tentara Inkisyariah (Jenissari). Semua keputusan yang diambilnya didasarkan pada
Al-Qur’an dan Sunnah. Padan tahun 1550 M baginda mendirikan sebuah masjid
yang besar untuk peringatan kemenangan-kemenangan yang telah diperolehnya di
tengah-tengah Kota Istanbul. Beliau berpikir, jika neneknya Muhammad Al-Fatih
baru memperindah “Aya Sophia” sebagai suatu pusaka kaisar- kaisar Byzantium
yang telah didapat, maka sudah seharusnya dia mendirikan masjid lagi, sebagai
bekas tangan yang harus diingat anak cucu di kemudian hari dan sebagai pusaka
dari raja-raja Bani Usmani. Masjid baru itu dihiasi dengan 4 menara yang tinggi,
lebih tinggi dari kubah Masjid Aya Sophia yang terletak di Ayasofya Camii.
Masjid itu diberi nama “Masjid Sulaiman”.
4. Wafatnya Sultan Sulaiman
Pada Januari tahun 1566 M. Sultan Sulaiman untuk terakhir kalinya pergi
berperang berjihad di jalan Allah SWT untuk terakhir kalinya. Beliau dan lebih
dari 100.000 tentara melakukan pengepungan ke wilayah Szigetvar (Perbatasan
antara Hungaria dan Kroasia). Dari 6 Agustus 1566 hingga 8 September 1566
terjadilah perang Szigetvar. Perang ini merupakan perang antara Dinasti Turki
Usmani melawan Kekaisaran Katolik Habsburg, kerajaan Katolik Hungaria, dan
Kerajaan Katolik Kroasia yang dipimpin oleh Nikola Subic Zrinski. Meskipun
kondisi kesehatan yang kurang baik, Sultan Sulaiman tetap melanjutkan jihadnya
hingga akhirnya umat Islam meraih kemenangan dan berhasil membebaskan
wilayah Szigetvar dan memasukkannya ke dalam wilayah Islam.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, karena kondisi kesehatan kurang baik
dan faktor umur yang sudah tua, Sultan Sulaiman akhirnya wafat di dalam
kemahnya disaat peperangan sedang berlangsung. Sultan Sulaiman meninggal
pada usia 71 tahun menurut kalender Masehi. Wafatnya Sultan Sulaiman tidak
seindah pencapaiannya selama berkuasa. Karena dalam kondisi perang, penasihat
Sultan Sulaiman memutuskan untuk merahasiakan kematian sang Sultan selama
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol. XX No. X, Juni/Desember 20XX | 7
Pendidikan Islam Dinasti Turki Usmani Masa Pemerintahan Sulaiman
Lia Ifadatul Husna, Litazyda Awla Putri, Niken Chintianing Putri

kurang lebih 48 hari agar semangat juang para tentara tidak melemah dan untuk
menghindari intrik politik di Istana selama perang. Adanya kejadian tersebut dan
disertai dengan cuaca panas dapat mempercepat pembusukan organ bagian dalam
Sultan Sulaiman seperti jantung dan paru-paru dipisahkan dengan jalan asad
bagian tubuh luarnya. Organ-organ tersebut dimasukkan ke dalam kotak emas dan
dikubur tidak jauh dari tendanya di Szigetvar.
C. Sejarah Pendidikan Islam masa Sultan Sulaiman Al-Qanuni
1. Pendidikan Islam Masa Pemerintahan Sultan Sulaiman Al-Qanuni
Era pemerintahan Sultan Sulaiman Al-Qanuni dalam Dinasti Turki Usmani
dipenuhi dengan perkembangan dan pembaharuan dalam berbagai bidang,
termasuk bidang pendidikan. Dalam konteks pendidikan Islam, kebijakan yang
diambil Sultan Sulaiman Al-Qanuni memegang peran penting dalam membentuk
dan memperkuat sistem pendidikan Islam pada masanya. Akan tetapi, sebelum
masa pemerintahan Sultan Sulaiman, pendidikan di Dinasti Turki Utsmani sudah
mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Sistem pendidikan telah
diorganisir dengan baik dan beberapa sekolah sudah ada, termasuk pendidikan
dalam keluarga dan madrasah yang mengajarkan ilmu-ilmu agama.
a. Pendidikan Dalam Keluarga Utsmani
Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi setiap keluarga. Dalam
keluarga Utsmani, pendidikan dimulai sejak usia dini dan terus berlanjut
sepanjang hidup. Orang tua memiliki peran penting dalam membantu anak-
anak dalam membangun dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk hidup. Pendidikan keluarga Usmani terfokus pada
pembentukan karakter dan akhlak yang baik, serta pengembangan kemampuan
intelektual dan fisik. Hal ini membantu mereka menjadi individu yang berguna
dan berkontribusi positif kepada masyarakat. Seorang anak akan memperoleh
pengalaman hidupnya dalam keluarga. Kehidupan seorang anak di kemudian
hari sangat dipengaruhi oleh hubungan dan ajaran keluarga yang baik.
Salah satu hal yang paling mendasar dalam tradisi keluarga Utsmani
adalah mengajari anaknya bahasa Turki dengan baik. Kemudian seorang anak
harus diajarkan perkataan yang baik, jelas, dan melarangnya untuk
menggunakan kata-kata yang buruk dan perilaku yang tidak sopan. Keluarga
merupakan sekolah utama dalam masyarakat Utsmani. Seorang anak laki-laki
ketika berusia di atas 10 tahun diharuskan untuk tidur di kamar yang berbeda
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol. XX No. X, Juni/Desember 20XX | 8
Pendidikan Islam Dinasti Turki Usmani Masa Pemerintahan Sulaiman
Lia Ifadatul Husna, Litazyda Awla Putri, Niken Chintianing Putri

dengan kedua orang tua dan saudara perempuannya dan anak laki-laki dilarang
berteman dengan orang yang pemarah. Selain daripada itu, seorang anak laki-
laki juga diajari kerajinan tangan dan diarahkan untuk mengikuti pekerjaan
ayahnya.
Hal yang paling mendasar dalam tradisi keluarga Usmani adalah
mengajari anaknya bahasa Turki dengan baik. Kemudian seorang anak harus
diajarkan perkataan yang baik dan melarangnya untuk menggunakan kata-kata
yang buruk dan perilaku yang tidak sopan. Keluarga merupakan sekolah utama
dalam masyarakat Utsmani. Ketika seorang anak laki-laki berusia di atas 10
tahun diharuskan untuk tidur di kamar yang berbeda dengan kedua orang tua
dan saudara perempuannya dan anak laki-laki dilarang berteman dengan orang
yang pemarah. Selain daripada itu, seorang anak laki-laki juga diajari kerajinan
tangan dan diarahkan untuk mengikuti pekerjaan ayahnya.
Sedangkan untuk anak perempuan, mereka harus lebih disayang oleh
orang tuanya. Tanpa memandang status sosial anak tersebut, seorang anak
perempuan dididik di rumah tentang agama dan akhlak. Seorang anak
perempuan diajarkan pekerjaan rumah oleh ibunya dan diberikan pengetahuan
tentang pernikahan.
b. Pendidikan di Istana
1) Topkapi Sarayi
Topkapi Sarayi atau yang lebih dikenal dengan Istana Topkapi
merupakan tempat kediaman penguasa-penguasa Usmani selama kurang
lebih 400 tahun dari abad ke-15 sampai akhir abad ke-19 sebelum akhirnya
pindah ke Dolmabache Palace. Istana Topkapi merupakan bangunan yang
didirikan oleh Sultan Mehmet II yang berlokasi di Istanbul. Bangunan ini
memiliki total luas sekitar 700.000 meter persegi dan dikelilingi benteng
sepanjang 5 kilometer. Selain daripada tempat tinggal bagi para penguasa,
Istana Topkapi juga berfungsi sebagai madrasah. Dalam area khusus di
dalam kompleks istana ini terdapat Madrasah Enderun Mektebi yang
terletak di kota Istanbul, sekolah ini berada di bawah pengawasan para
politik dan pejabat tinggi kesultanan yang juga bertugas mengatur urusan
administrasi kerajaan.
2) Fatih Cami’i

Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol. XX No. X, Juni/Desember 20XX | 9


Pendidikan Islam Dinasti Turki Usmani Masa Pemerintahan Sulaiman
Lia Ifadatul Husna, Litazyda Awla Putri, Niken Chintianing Putri

Selain Topkapi Sarayi juga terdapat sebuah kompleks pendidikan


yang dibangun oleh sultan Mehmet II. Di dalam kompleks ini, terdapat
Masjid, rumah sakit, penginapan, makam Sultan Al-Fatih, dan juga
Madrasah. Kompleks ini dibangun di atas puncak salah satu bukit di
Istanbul. Masjid dibangun di tengah-tengah kompleks dengan bentuk yang
simetris.
c. Madrasah
Di zaman Dinasti Turki Utsmani, Madrasah merupakan tulang
punggung sistem pendidikan kerajaan. Madrasah memegang peran penting
dalam pengembangan budaya dan peradaban. Pada masa ini, madrasahlah yang
memiliki tingkat perkembangan yang sangat baik. Madrasah merupakan
lembaga pendidikan yang proses pendidikannya disesuaikan dengan prinsip-
prinsip agama Islam dan mempunyai program tertentu dan terbuka untuk
umum dan juga untuk kalangan tertentu. Madrasah yang didirikan oleh sultan
dikenal dengan sebutan “Madrasah Sultani” dan yang didirikan oleh
negarawan dan ulama dikenal dengan “Madrasah Swasta”. Kebanyakan kota
besar dan kecil mempunyai madrasah. Setiap lembaga pendidikan di kerajaan
mempunyai dasar independen dengan para simpatisan, administrator, dan
perwaliannya masing-masing. Akan tetapi, pada awal abad ke-16, sebuah
hierarki lembaga pendidikan telah berkembang berdasarkan gaji yang
dibayarkan kepada para pengajarnya, dan buku-buku yang digunakan untuk
mengajar menentukan posisi madrasah tersebut. Madrasah pada masa ini
terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
1) Madrasah Haric yaitu, madrasah yang bertugas memberikan pendidikan
dasar, bahasa Arab, dan ilmu intelektual.
2) Madrasah Dahil yaitu, madrasah yang memberikan pengetahuan yang
lebih tinggi dalam bidang agama. Madrasah ini memiliki 4 tingkatan,
yaitu :
a) Ibtidaiyah Dahil, pada tingkatan ini para murid diajarkan tentang
ilmu yang berdasarkan kitab Hidaya.
b) Harekat Dahli, pada tingkatan ini para murid diajarkan tentang
prinsip-prinsip Fikih dari kitab Al-Taftazani Talwih dan tafsir Al-
Qur’an karya Zamakhshari Kashaf.

Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol. XX No. X, Juni/Desember 20XX | 10


Pendidikan Islam Dinasti Turki Usmani Masa Pemerintahan Sulaiman
Lia Ifadatul Husna, Litazyda Awla Putri, Niken Chintianing Putri

c) Madrasah Tatimme, pada tingkatan ini para murid diajarkan


pelajaran tentang ilmu rasional atau logika, filsafat dan matematika.
d) Madrasah Semaniye, pada tingkatan ini para murid mempelajari
ilmu hukum Islam dan tafsir Al-Qur’an.
2. Peran Sultan Sulaiman Al-Qanuni Dalam Pendidikan Islam
a. Membangun Kompleks Pendidikan
Pada tahun 1550 M, Sultan Sulaiman memulai pembangunan sebuah
kompleks yang mencakup banyak infrastruktur multifungsi untuk
berkontribusi pada pengembangan peradaban dan pendidikan Islam. Bangunan
ini selesai dibangun pada tahun 1557 M. Komplek Kulliye ini merupakan
sebuah kompleks sosial, ibadah, dan pendidikan yang terletak di istana lama
sekitar 200 meter menghadap Fyort Golder Horn. Dibangun oleh arsitek
Mi’mar Sinan. Ada 4 (empat) madrasah umum dibangun Sultan Sulaiman di
dalam kompleks ini, yaitu Ibtida’iyah al-mitsli, Harakat al-mitsli, Musileyi
Sulaimaniyah yang merupakan madrasah persiapan, dan terakhir adalah
Madrasah Sulaimaniye. Setelah menyelesaikan pendidikan di 4 (empat)
tingkatan tersebut. Sultan Sulaiman menyediakan 2 (dua) madrasah khusus
yang dapat mereka tempuh sesuai minat murid tersebut. Madrasah yang
pertama adalah Darul Hadis (sekarang terletak di Uskudar) yang diperuntukkan
bagi murid yang ingin mendalami ilmu agama dan ilmu hadis. Madrasah yang
kedua, Dar ath-Tibb yang diperuntukkan bagi murid yang ingin mempelajari
ilmu kedokteran.
Dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, Sultan Sulaiman
tidak hanya mementingkan peningkatan kualitas, tetapi juga menyediakan
fasilitas kepada para murid-muridnya. Tidak hanya dengan membebaskan
biaya pendidikan, para murid juga diberikan uang harian sebagai bentuk
dukungan finansial. Pendidikan pada masa Sulaiman ini menjadi contoh
bagaimana sebuah pemerintah yang peduli tentang adanya keringanan untuk
murid, mereka tidak perlu membayar biaya pendidikan. Namun, saat ini yang
terjadi perbandingan yang sangat berbeda, biaya pendidikan yang melambung
tinggi mendorong murid untuk cepat lulus dengan ilmu yang belum maksimal,
terutama di bidang ilmu agama dan ilmu-ilmu umum, serta di bidang teknologi
dan kesehatan. Biaya pendidikan yang sangat mahal menjadi hambatan besar
untuk seseorang mengakses pendidikan.
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol. XX No. X, Juni/Desember 20XX | 11
Pendidikan Islam Dinasti Turki Usmani Masa Pemerintahan Sulaiman
Lia Ifadatul Husna, Litazyda Awla Putri, Niken Chintianing Putri

b. Memperkuat Fungsi Madrasah


Madrasah menjadi lembaga penting dan tempat belajar yang baik yang
juga sebagai bentuk kontrol sultan dalam pendidikan. Sultan Sulaiman
mengatakan bahwa madrasah-madrasah yang dibangun bertujuan untuk
mengisi rumah dengan pengetahuan dan mengubah ibu kota kesultanan
menjadi dunia pembelajaran. Untuk menguatkan fungsi madrasah pada masa
itu juga dilakukan dalam hal pemilihan pemimpin madrasah. Sultan Sulaiman
membuat kebijakan bahwa suatu madrasah dalam kompleks Sulaimaniyah ini
dipimpin oleh seorang ulama yang dipilih langsung olehnya dan memiliki
kewajiban untuk berkoordinasi serta berkonsultasi dengan Wazir Agung atau
Menteri Sultan. Kebijakan Sultan Sulaiman dalam memilih pimpinan
madrasah secara langsung dan memastikan koordinasi dengan pemerintah
merupakan langkah yang sangat penting dalam memperkuat pendidikan Islam
pada masa itu. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah memperhatikan
pentingnya pendidikan Islam dan memastikan bahwa madrasah-madrasah yang
ada memiliki pimpinan yang berkualitas dan mampu memberikan pengajaran
yang tepat. Dengan adanya kebijakan ini, diharapkan madrasah-madrasah
tersebut dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam memperkuat
keilmuan dan keagamaan di kalangan masyarakat.
Sultan Sulaiman juga membuat suatu perubahan dalam hierarki
lembaga pendidikan dengan menjadikan Sulaimaniyah menjadi lembaga
pendidikan dengan peringkat tertinggi di kesultanan, dan kemudian
menetapkan hierarki madrasah yang berlanjut hingga keruntuhan Utsmani.
Kebijakan ini menjadi penting untuk mewujudkan Istanbul masjid menjadi
kota pendidikan. Dengan menjadikan Sulaimaniyah sebagai lembaga dengan
peringkat tertinggi, secara langsung memberikan dampak dan pengakuan
bahwa Sulaimaniyah merupakan kiblat pendidikan yang harus dicontoh
madrasah lainnya baik dalam hal pengelolaan maupun kualitasnya. Sultan
Sulaiman bisa dikatakan berhasil, karena hierarki tersebut berlanjut hingga
akhir masa kesultanan.
c. Menentukan Jenjang Karier Pengajar
Dalam hal karier dijelaskan bahwa setelah lulus, seorang murid dapat
menjadi calon untuk satu jabatan di sekolah, kemudian menerima jabatan
dengan sebagai pengajar dengan pendapatan 20 akche per hari. Selanjutnya, ia
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol. XX No. X, Juni/Desember 20XX | 12
Pendidikan Islam Dinasti Turki Usmani Masa Pemerintahan Sulaiman
Lia Ifadatul Husna, Litazyda Awla Putri, Niken Chintianing Putri

dapat berkarier dengan sistem perguruan tinggi dengan kenaikan gaji sebesar 5
akche (mata uang Turki Utsmani yang berbahan dasar perak). Lalu, seorang
pengajar mendapat gaji 25 akche per hari yang kemudian pindah ke sekolah
lain dan mendapatkan gaji 30 akche per hari dan seterusnya sampai pengajar
tersebut mencapai salah satu dari perguruan tinggi utama. Pada tahap
pelaksanaan pembelajaran, guru yang telah lulus dari suatu madrasah dapat
mengajar disekolah dasar. Pertama, para guru ini mengajarkan dasar-dasar
pengetahuan Islam kepada murid-muridnya. Baru pada tingkat berikutnya
mereka diajarkan membaca Al-Qur’an, menghafal surat-surat tertentu dari
Al-Qur’an dan beralih ke ilmu-ilmu lain seperti berhitung dan dasar-dasar
puisi Arab dan Persia. Mengenai metode pendidikan Islam pada masa awal
Turki Utsmani, harus diingat Matan-matan seperti Matan Ajrumiyah, Matan
Tagrib, Matan Alfiyah, Matan Sulla dan lain-lain.
Dari penjelasan tersebut, setidaknya ada beberapa tahap yang harus
dilalui untuk seorang yang memilih karier sebagai seorang pengajar. Pertama,
murid yang sudah lulus dapat ditempatkan pada satu jabatan disekolah. Jabatan
ini bukan berarti dia langsung diberikan posisi untuk mengajar, melainkan
dapat memberikan berupa pelayanan seperti menjadi asisten pengajar.
Kemudian, setelah dinyatakan layak dan mendapat dukungan dari para
pengajar lain ia menerima jabatan sebagai pengajar dengan pendapatan 20
akche per hari. Setelah itu, ia berkarier sebagai seorang pengajar dalam sistem
perguruan tinggi dan mendapatkan kenaikan gaji 5 akche sesuai dengan
kemampuannya dalam menaikkan kapasitas keilmuannya sampai dia dapat
mengajar pada salah satu dari perguruan tinggi utama.
Tahapan ini merupakan langkah seseorang untuk dapat ditunjuk
sebagai seorang hakim di sebuah kota besar dengan pendapatan 500 akche per
hari. Kemudian, dari posisi ini ia bisa menjadi hakim militer yang duduk dalam
dewan kerajaan. Artinya, pada masa ini menjadi pengajar merupakan posisi
yang sangat strategis, seorang hakim haruslah diangkat dari seorang pengajar
yang menjadikan hakim tersebut dapat duduk di kursi dewan kerajaan. Selain
daripada itu, posisi ulama juga diangkat dari mereka yang berprofesi sebagai
pelajar dengan Syaikhul Islam sebagai pemimpinnya. Syaikhul Islam adalah
kepala ulama yang diangkat dengan surat perintah kerajaan. Tugasnya adalah

Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol. XX No. X, Juni/Desember 20XX | 13


Pendidikan Islam Dinasti Turki Usmani Masa Pemerintahan Sulaiman
Lia Ifadatul Husna, Litazyda Awla Putri, Niken Chintianing Putri

mengeluarkan fatwa, yaitu memberikan jawaban tertulis berdasarkan agama


untuk setiap masalah yang masuk dalam lingkup syariat.
Proses pengangkatan seorang pengajar dari tingkat yang paling rendah
hingga menjadi seorang hakim di kursi dewan kerajaan memerlukan
perjuangan dan tahapan yang panjang. Hal ini menunjukkan bahwa para
pengajar pada masa itu bukan hanya dianggap sebagai pekerjaan yang
sederhana, namun juga menjadi faktor penting dalam kemajuan ilmu
pengetahuan dan juga perkembangan kesultanan secara keseluruhan.

KESIMPULAN
1. Kekhalifahan Usmani didirikan oleh bangsa Turki dari Qabilah Oghuz yang
menguasai daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Selama kurang lebih 3 abad
mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar
abad ke-9 atau ke-10, ketika mereka menetap di Asia Tengah.
2. Sultan Sulaiman Khan lahir di kota Trobzon pada tanggal 6 Shafar 900 H atau 27
April 1495 M. Ayahnya bernama Yavuz Sultan Selim Khan atau yang lebih dikenal
sebagai Sultan Salim dan ibunya bernama Valide Aishe Hafsha Sultan. Sulaiman I bin
Sultan Salim bin Sultan Bayazid II bin Sultan Muhammad Al-Fatih. Pada usia 7 tahun,
dia dikirim ke madrasah Istana Topkapi di Konstantinopel. Pada masa inilah Sultan
Sulaiman memperdalam ilmu dalam bidang akidah, fiqh, sejarah, ilmu pengetahuan,
sastra, taktik militer, politik, seni berperang dan perdamaian. Sulaiman menjadi Sultan
yang ke-10 Dinasti Turki Utsmani pada usia 26 tahun. Sultan Sulaiman meninggal
pada usia 71 tahun menurut kalender Masehi. Wafatnya Sultan Sulaiman tidak seindah
pencapaiannya selama berkuasa.
3. Era pemerintahan Sultan Sulaiman Al-Qanuni dalam Dinasti Turki Usmani dipenuhi
dengan perkembangan dan pembaharuan dalam berbagai bidang, termasuk bidang
pendidikan. Pada masa itu pendidikan terbagi dalam tiga bagian, yaitu: pendidikan
dalam keluarga, pendidikan di Istana dan madrasah. Peran sultan Sulaiman Al-Qanuni
dalam mengembangkan pendidikan Islam pada masa pemerintahannya antara lain :
membangun kompleks pendidikan, memperkuat fungsi Madrasah dan menentukan
jenjang karier pengajar.

Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol. XX No. X, Juni/Desember 20XX | 14


Pendidikan Islam Dinasti Turki Usmani Masa Pemerintahan Sulaiman
Lia Ifadatul Husna, Litazyda Awla Putri, Niken Chintianing Putri

SARAN
Dengan penulisan makalah yang berjudul “ Pendidikan Islam Dinasti Turki Usmani
Masa Pemerintahan Sulaiman ” ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami manusia
yang masih jauh dari kesempurnaan, kami sadar akan masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan
demi perbaikan makalah ini. Kemudian ucapan terima kasih kami ucapkan untuk dosen
pengampu mata kuliah filsafat umum dan teman-teman semua yang telah mendukung dalam
penyelesaian tugas mata kuliah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Kencana (Divisi dari PRENADAMEDIA),
Jakarta.
Fadhilah, Mahmul. 2023. Sejarah Pendidikan Islam Masa Pemerintah Sultan Sulaiman 1
Dinasti Turki Usmani. Skripsi Tidak Diterbitkan, Jakarta.
Mukarom. 2015. Pendidikan Islam Pada Masa Turki Usmani. Jurnal Tarbiya. Volume 1, No.
1, Bandung.
Lazim, Ahmad. 2020. Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Kejayaan. Tabyin Jurnal
Pendidikan Islam. Volume 02, No. 2, Lamongan.
Yatim, Badri. 2017. Sejarah Peradaban Islam Dinasti Islami 11. Rajawali Press, Jakarta.

Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol. XX No. X, Juni/Desember 20XX | 15

You might also like