Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

86 " Kerja Tahunan “, Pesta Tradisi Masyarakat Karo. Junita Setiana Ginting.

“ KERJA TAHUNAN “, PESTA TRADISI MASYARAKAT KARO

Junita Setiana Ginting


Staf Pengajar FIB Universitas Sumatera Utara

Abstrak: Karya Tulis ini berjudul “Kerja Tahun”,Pesta Tradisi Masyarakat Karo. Masyarakat Karo
adalah etnis yang tinggal di dataran tinggi Karo dan mengandalkan kehidupan ekonomi pada sektor
pertanian, khususnya tanaman padi. Begitu pentingnya tanaman padi sehingga dilakukan acara khusus
sebagai upacara syukur maupun kegembiraan atas hasil yang diperoleh. Kerja Tahun adalah tradisi yang
berhubungan dengan pertanian padi tersebut. Kerja Tahun bermakna Pesta Rakyat yang dilakukan secara
rutin setiap tahun. Pelaksanaannya tidak bersamaan di setiap desa. Ada yang merayakan pada masa awal
tanam, masa padi mulai berdaun, menguning maupun setelah panen. Nama yang diberikan pada Kerja
Tahun disesuaikan dengan waktu dilaksanakan. Kerja Tahun dilaksanakan dengan persiapan dan
anggaran dana cukup besar, dalam waktu tiga hari yaitu motong (persiapan), matana (hari puncak) dan
nimpa (penutup). Tradisi ini tetap bertahan di beberapa desa walaupun tanaman padi tidak ditemukan lagi.
Kerja Tahun berhubungan dengan aspek religi, sosial ekonomi dan kekerabatan. Akan tetapi sejalan
dengan perkembangan waktu terjadi perubahan. Pesta Tradisi ini juga menjadi sarana menunjukkan
prestise bagi perantau yang telah berhasil di perantauan.Acara ini juga mulai dimanfaatkan sebagai sarana
promosi atau kampanye untuk hal tertentu.

Kata Kunci: Kerja Tahun, Tradisi, Karo

PENDAHULUAN Proto Melayu yang terdesak ke pegunungan


Karo secara geografis adalah suatu akibat kedatangan Deutro Melayu. Semua
wilayah yang terletak di 2o50-3o19 Lintang utara pendapat tersebut didasarkan pada bukti-bukti
sampai 98o-38o Bujur Timur. Wilayah ini tertentu.
berbatasan dengan kabupaten Langkat, Deli Etnis karo merupakan etnis yang
Serdang, Dairi, Simalungun dan provinsi dinamis dan tersebar bahkan melewati batas
Nanggroe Aceh Darussalam. Ibu kota kabupaten geografisnya. Masyarakat Karo, selain
di Kabanjahe. Etnis mayoritas adalah Etnis Karo. bermukim di daerah geografis Karo, juga
Mengenai asal-usul Etnis karo ada bermukin di daerah Langkat dan Deli Serdang.
beberapa versi . Brahma Putro dalam KaroDari Mereka yang bermukim di daerah Karo di sebut
Zaman Ke Zaman menghubungkan dengan Karo Gugung dan yang di Langkat dan Deli
kerajaan Haru Delitua, (sekitar abad ke-16) dan Serdang di sebut Karo Jahe. Akan tetapi Etnis
agressi kesultanan Aceh. Nilakamsastri dalam Karo baik Karo gugung dan Karo jahe tetap
Sitepu, Dkk menghubungkan sejarahnya dengan memiliki konsep tentang adat dan budaya yang
pedagang India di Barus yang menetap dan sama. Hal ini sejalan dengan pemikiran Barth
berbaur dengan peduduk lokal. Akibat terjadinya ( 1988:13 ) bahwa walaupun suatu kelompok
huru-hara, mereka ikut berpindah dan sebagian etnik tinggal dan tersebar di lingkungan ekologi
menyebar sampai ke daerah Karo. Versi lainnya berbeda, namun tetapi akan mencerminkan
menyatakan Etnis Karo merupakan golongan orientasi budaya yang sama.
" Kerja Tahunan “, Pesta Tradisi Masyarakat Karo. Junita Setiana Ginting. 87

Etnis Karo, seperti juga etnis lain di Kerja Tahun dilaksanakan tidak
Nusantara memiliki berbagai tradisi yag bersamaan pada setiap desa di Tanah Karo. Ada
berhubungan dengan aspek kehidupan. Tradisi- desa yang merayakan pada masa awal tanam,
tradisi tersebut sebagai saluran pemenuhan ada pula yang menjalankan saat padi mulai
hasrat maupun kebutuhan hidup masyarakat berdaun, menguning, saat panen. Sehingga
pendukungnya . Salah satu tradisi yang rutin di Nama acara juga berbeda sesuai dengan kondisi
laksanakan oleh Etnis Karo (khususnya Karo tanaman padi. Nama yang di berikan untuk
Gugung) adalah Kerja Tahun. Hal ini Kerja Tahun yaitu:
berhubungan dengan kehidupan perekonomian 1. Merdang Merdem.
masyarakat yang mengandalkan pertanian. Kerja tahun ini di laksanakan di sekitar
Tradisi ini dilakukan pada fase-fase tertentu saat kecamatan Tigabinanga dan Munte
proses penanaman padi. Kerja Tahun awalnya Pelaksanaan dilakukan saat akan
berhubungan dengan aspek religi, sosial dimulai proses penanaman padi.
ekonomi dan kekerabatan (relasi sosial). Akan Merdang artinya masa awal tanam.
tetapi sejalan dengan perkembangan waktu 2. Nimpa Bunga Benih.
terjadi perubahan konteks dan fungsinya. Sering juga disebut Ngambur-ngamburi.
Pelaksanaan di sekitar daerah Kabanjahe,
PEMBAHASAN Berastagi dan Simpang empat dan
Kerja Tahun secara etimologi terdiridari dilakukan ketika tanaman padi mulai
dua kata yaitu kerja dan tahun. “kerja” dalam berdaun.
bahasa karo di artikan pesta. Tahun untuk 3. Mahpah.
menunjukkan jarak waktu satu tahun. Jadi kerja Pelaksanaan di sekitar Barus Jahe dan
tahun adalah pesta tradisi yang dilakukan Tiga Panah dan dilakukan ketika padi
masyarakat karo setiap tahun. Pesta tradisi mulai menguning. Mahpah berasal dari
tahunan ini berhubungan dengan kehidupan kata Pahpah yaitu padi yang di rendam,
pertanian, khususunya tanaman padi. dikeringkan dan ditumbuk pipih.
Padi adalah tanaman penting bagi Mahpah ini menjadi salah satu makanan
masyarakat desa,termasuk Etnis Karo. Selain pada saat acara.
sebagai bahan makanan pokok juga dianggap 4. Ngerires .
sebagai kekuatan ekonomi dan lambang prestise Pelaksanaan di daerah Batu Karang dan
sosial bagi masyarakat. Luasnya lahan pertanian dilakukan setelah panen. Gerires berarti
dan saratnya lumbung padi menjadi tolak ukur membuat lemang (Rires) beramai-ramai.
keberadaan seseorang beberapa waktu yang lalu.
Tanaman padi adalah primadona bagi Meskipun nama dan waktu yang
masyarakat Karo.Dahulu padi ditanam dengan berbeda sesuai dengan moment yang di rayakan,
masa 1 tahun. Begitu pentingnya tanaman ini namun Kerja Tahun adalah pengekspresian rasa
sehingga sejak awal penanaman sampai proses syukur kepada Tuhan. Di daerah lain mungkin
panen adalah saat-saat yang selalu dianggap terdapat juga tradisi yang hampir sama yaitu
penting.Inilah yang dirayakan pada kerja tahun penghormatan terhadap tanaman padi. Akan
tersebut.Penyebutan padi dengan nama BERU tetapi kerja tahun di daerah Karo memiliki
DAYANG menunjukkan penghargaan terhadap keunikan. Selain berhubungan dengan
tanaman tersebut. Hal ini juga dihubungkan kehidupan sosial ekonomi dan religi, acara ini
dengan kepercayaan masyarakat atas hal-hal juga berhubungan dengan kekerabatan
yang bersifat supra natural. ( silaturahmi ). Bahkan pelaksanaannya di
88 " Kerja Tahunan “, Pesta Tradisi Masyarakat Karo. Junita Setiana Ginting.

beberapa daerah, khususnya di kecamatan  Motong ( mantem )


Tigabinaga dan Munte yang menyebut Kerja Sehari sebelum pelaksanaan kerja tahun,
Tahun dengan Merdang Merdem sangat meriah. telah disediakan beberapa ekor hewan
Acara ini sering menghabiskan dana puluhan (lembu) untuk dipotong. Seekor lembu
sampai ratusan juta rupiah. Kerja tahun biasanya akan berbagi beberapa
dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk keluarga. Para ibu dan gadis
berkumpul dengan keluarga yang berada di luar mempersiapkan makanan dirumah
daerah . Para perantau lebih menyukai pulang ke masing-masing. Keluargadari luar
kampung halaman pada saat Kerja Tahun daerah biasanya mulai datang pada hari
dibandingkan dengan hari besar motong tersebut. Pada malam hari akan
keagamaan,seperti saatNatal dan Lebaran. dimulai acara hiburan yang disebut Guro
Dengan kata lain, Tradisi ini menjadi sarana Guro Aron (muda mudi) menari diiringi
mudik. Selain sebagai sarana memperkuat musik dan lagu tradisional karo. Acara
silaturahmi dan melepas rindu.Kerja Tahun juga ini merupakan acara yang sangat
sebagai sarana mempertemukan jodoh. Adanya dinantikan. Kerja Tahun tanpa Guro-
acara Guro-Guro Aron (hiburan dengan tari,lagu Guro Aron dianggap kurang meriah. Hal
dan musik tradisional) sering mempertemukan ini ditentukan hasil panen. Pada tahun
pemuda pemudi dalam perjodohan. Begitu pula tersebut, para orang tua dan tamu
orang tua, saling memperkenalkan anak-anaknya undangan juga ikut menari.
sehingga kekerabatan semakin erat. Jika terdapat  Matana (wari man-man)
persoalan di tengah keluarga, saat Kerja Tahun Adalah puncak pelaksanaan kerja tahun.
juga dianggap waktu yang baik untuk Keluarga saling mengunjungi. Begitu
menyelesaikannya. juga mengantarkan makanan kepada
Prints dalam adat karo(1996) member keluarga tertentu (kalimbubu). Terdapat
gambaran bahwa Kerja Tahun sebagai moment tiga unsur dalam hubungan kekerabatan
kepentingan sosial ekonomi dan hubungan sosial. etnis karo yang disebut “Deliken Sitelu”
Sedangkan Sitepu dalam Tanah karosimalemras Dalam Sitepu, DKK (1996) menyatakan
pijer podi karo (1993) menghubungkan dengan Deliken Sitelu yaitu:
konsep religi. - Sukut (sembuyak dan senina) berarti
Kerja tahun sebagai pesta tradisi saudara dari garis ayah. Ataupun
tahunan dilakukan dalam beberapa hari. dari garis ibu yang disebut
Penentuan jadwal yang dilaksanakan sesuai sepemeren
peredaran bulan dan disepakati secara - Kalimbubu yaitu pihak keluarga
musyawarah antara masyarakat dan pemuka pemberi istri (perempuan yang
adat/pemuka desa.Setelah ditentuka jadwal dikawini)
pelaksanaan pesta tahunan ini di laksanakan - Anak beru yaitu keluarga yang
dengan berbagai persiapan. Acara pesta ini mengambil (mengawini) anak
dibagi atas : perempuan dari suatu keluarga.
 Motong (sering juga disebut mantem) Kalimbubu adalah pihak yang
yang merupakan hari persiapan . sangat dihormati sehingga diantar
 Matana (man-man) yang merupakan makanan ke rumahnya.
acara puncak.  Nimpa
 Nimpa yang merupakan acara Pada hari ketiga, dibuat semacam kue
penutup. yang disebut ( cimpa ) yang bahannya
" Kerja Tahunan “, Pesta Tradisi Masyarakat Karo. Junita Setiana Ginting. 89

tepung beras pulut, dan diisi gula merah PENUTUP


dan kelapa. Acara ini merupakan Kerja Tahun sebagai tradisi yang
penutup dari kerja tahun tersebut. Cimpa berhubungan dengan kehidupan sosial ekonomi
ini selain dimakan bersama juga menjadi (pertanian padi) masyarakat Karo. Tradisi ini
oleh-oleh buat keluarga yang akan sarat akan nilai yang mengandung aspek religi
pulang. Pada daerah lain seperti Batu dan sosial. Sejalan dengan perubahan konteks
Karang, cimpa diganti dengan lemang dan fungsi. Akan tetapi tradisi ini adalah hal
(rires). yang perlu dilestarikan dan dilakukan secara
rutin dengan penyesuaian terhadap
Pada saat ini Kerja Tahun pada sebagian situasi/kondisi dan kebutuhan masyarakat.
daerah sudah mulai menurun pelaksanaannya. Tradisi Kerja Tahun adalah tradisi kekayan
Akan tetapi pada beberapa daerah yang lain, budaya bangsa kita.
tetap berlangsung dengan meriah, hanya terdapat
perubahan konteks dan fungsi. Fungsi religius
sudah tidak lagi dominan bahkan hampir tidak
ada. Faktor berkembangnya agama ikut
mempengaruhi kondisi ini. Masyarakat sudah
tidak melakukan hal yang dianggap bertentangan
dengan ajaran agama seperti
“Ercibal”(meletakan sesajen). Selain fungsi
kekerabatan dan hiburan, mulai muncul aspek
prestise (para perantau ingin menunjukkan
keberhasilannya di perantauan kepada desanya).
Pada saat kampanye (PILKADA ataupun
lainnya), Kerja Tahun juga mulai dimanfaatkan
sebagai sarana mencari simpati, dukungan
ataupun promosi. Hal ini sejalan dengan kondisi
yang terdapat pada masyarakat saat ini. Bahkan
tanaman padi juga sudah jarang ditemukan di
Tanah Karo. Tanaman padi di geser oleh
tanaman lain yang di anggap lebih memiliki
pangsa pasar, seperti jagung, coklat, dan lainnya.
Akan tetapi walaupun Kerja Tahun mengalami
perubahan konteks dan fungsi, tapi
pelaksanaanya di beberapa daerah di Tanah
Karo tetap dipertahankan.
90 " Kerja Tahunan “, Pesta Tradisi Masyarakat Karo. Junita Setiana Ginting.

DAFTAR PUSTAKA Press, Dove ,Michael , R. (Ed), 1985. Peranan


Bangun, T, 1986, Manusia Batak Karo, Jakarta : Kebudayaan Tradisi , Jakarta: Yayasan
Inti Idaya Press. Ilmu-Ilmu Sosial dan FIS UI.

Barth, Frederich, 1988. Kelompok Etnik dan Prits , Darwan, 1996, Adat Karo , Medan :
Batasannya, Jakarta : Universitas Tanpa penerbit.
Indonesia,
Sitepu , Bujur, 1993 , Tanah Karo Simalem Ras
Pijer Podi Karo , Medan: tanpa penerbit
Sitepu , Sempa, dkk 1996. Pilar Budaya
Karo,Medan: Percetakan Bali. Ginting, Junita setiana, 2012, Perubahan Sosial
Budaya Merdang Merdem Sebagai
Tarigan, Henry Guntur, 1988. Percikan Budaya Tradisi Pada Masyarakat Karo, Medan :
Karo,Jakarta : Yayasan merga silima. Bartong Jaya

You might also like