Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Vol. 1, No. 1 (2022), pp.

35~46
DOI: https://doi.org/10.59029/int.v1i1.2

Kronologi Turunnya Al-Qur’an Perspektif Sir William Muir dan


Gustav Weil
Dena Agustina,1* Devya,2 Dewi Sinta Setiawati Arafah3
1 Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung, Indonesia
2 Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung, Indonesia
3 Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung, Indonesia

* Corresponding Author, Email: denaagustina3008@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRACT


The purpose of this study is to discuss the chronology of the revelation of the
Keywords:
Qur’an, which was studied by orientalist figures, namely Sir William Muir
wahyu al-Qur'an; and Weil Gustave. This research method uses qualitative research through
orientalisme; literature study and content analysis. The results and discussion of this study
kajian tekstual; are that according to Weil Gustav, the Qur’an was revealed in 4 periods: First,
sebab turun ayat. the early Mecca period, namely from the first revelation to the time of the
migration to Abisina (615 AD). Second, the middle Meccan period, which is
from the end of the first period until the return of the Prophet Muhammad.
Article history:
From Taif (620 AD), Third, the late Mecca period, namely from the end of the
Received 2021-10-18 second period until the hijrah event (September 622 AD), and fourth, the
Revised 2022-11-17 Medina period. Meanwhile, Sir William Muir categorizes the revelation of the
Accepted 2022-11-19 Qur’an in six periods, including the revelation of rhapsodic letters. Second,
the revelation of four letters in the holy book of the Qur’an which according to
his analysis are the opening letters or the beginning of the prophethood of the
Prophet Muhammad. Third, the revelation of the letter containing the values
of resurrection. Fourth, the revelation of the letters in the holy book of the
Qur’an has led to stories of Jews, priests, rabbis, and stories of Arabs. Fifth,
the issuance of letters containing the abolition of prohibitions. Sixth, the
revelation of the letters after the revelation of the Prophet Muhammad
amounted to twenty-one letters.

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah membahas mengenai kronologi turunnya
Al-Qur’an yang dikaji oleh tokoh orientalis yakni Sir William Muir dan
Weil Gustave. Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kualitatif melalui studi pustaka dan analisis isi. Hasil dan pembahasan
penelitian ini adalah Menurut Weil Gustav Al-Qur’an diturunkan
dalam 4 periode, yakni: Pertama periode Mekah awal, yaitu dari
turunnya wahyu pertama hingga masa hijrah ke Abisinia (tahun 615
M). Kedua, periode Mekah pertengahan, yaitu dari akhir periode
pertama hingga saat kembalinya Nabi Muhammad Saw. Dari Thaif
(tahun 620 M), Ketiga, periode Mekah akhir, yaitu dari akhir periode
kedua hingga peristiwa hijrah (September 622 M), dan keempat,
periode Madinah. Sedangkan menurut Sir William Muir
mengkategorikan turunnya Al-Qur’an dalam enam periode,
diantaranya: Pertama, diturunkannya surat rapsodi. Kedua,
diturunkannya empat surat di dalam kitab suci Al-Qur’an yang
menurut analisisnya sebagai surat-surat pembukaan atau awal masa
kenabian dari Nabi Muhammad Saw. Ketiga, diturunkannya surat
berisi nilai–nilai kebangkitan. Keempat, diturunkannya surat-surat
yang ada di dalam kitab suci Al-Qur’an sudah mengarah kepada cerita
Yahudi, pendeta, rabi dan kisah orang–orang Arab. Kelima,

EISSN: 2985-301X https://www.journal.integritasterbuka.id/index.php/integritas


Integritas Terbuka, Vol. 1, No. 1 (2022): 35-46 36 of 46

diturunkannya surat-surat yang berisi tentang penghapusan larangan.


Keenam, turunnya surat-surat setelah turunnya nabi Muhammad
yang berjumlah dua puluh satu surat.

This is an open access article under the CC BY-SA license.

1. PENDAHULUAN
Al-Qur’an merupakan mukjizat yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi akhir zaman,
yakni nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an begitu menarik perhatian umat manusia di muka bumi ini.
Bukan saja orang-orang Timur yang menjadikan Al-Qur’an sebagai objek studi, namun universitas-
universitas di Barat pun mulai menyadari urgensi pengembangan kajian tersebut. Sebagai kalam
Allah, Al-Qur’an tidak hanya dipelajari oleh sarjana-sarjana muslim namun juga dipelajari oleh
sejarawan Barat, tidak terkecuali tokoh orientalis (Hanaf, 2013).
Ketika membahas mengenai tokoh orientalis dengan studi Islam tidak ada hentinya, akan selalu
menarik karena begitu erat hubungan diantaranya. Hampir setiap bidang studi Islam tidak jauh dari
pengkajian orientalis baik itu dari ilmu hadis, filsafat, fikih, sufisme, tafsir, dan sejarah sekalipun
(Setia, 2021). Dari kajian-kajian tokoh orientalis mengenai studi Islam selalu memunculkan karya-
karya yang sangat bermutu yang tidak akan bisa dilakukan oleh sebagian dari orang-orang Islam itu
sendiri. Hal ini terjadi karena tokoh Barat menganggap bahwa Islam merupakan lawan terberat bagi
mereka. Untuk itu para tokoh orientalis mencoba untuk mengkaji Islam dan memahami ajaran Islam
agar mudah dihancurkan dan mencoba untuk menghalangi perkembangan Islam di dunia (Said,
2018).
Salah satu studi Islam yang dikaji oleh tokoh orientalis yakni kajian mengenai Al-Qur’an.
Adapun kajian-kajian yang dikaji oleh para orientalis biasa tidak terlepas dari tiga pembahasan, yakni:
Pertama, kajian mengenai kronologi turunnya Al-Qur’an dan penerjemahan Al-Qur’an dikalangan
tokoh Barat. Kedua, mengkaji mengenai dinamika kajian Al-Qur’an di Barat. Ketiga, menyampaikan
kritikan terhadap pemikiran pemikir Barat terhadap teks Al-Qur’an (Purnama & Mutaqin, 2021).
Adapun nama tokoh-tokoh yang mengkaji Al-Qur’an yaitu Harald Motzki, Andew Rifin, Paul
Casanova, David S. Margoliouth, William Muir, Theodor Noldeke, Gustav Weil, Friedrich Schwally,
Hartwig Hirdsceld, Julius Welhausen, Charles Cutlery, Arthur Jeffery, John Wansbrough, Louis
Cheikho, Edward Sell, dan masih banyak lainnya (Anshori, 2018).
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa banyak sekali tokoh-tokoh yang mengkaji mengenai
studi Islam, terutama terkait Al-Qur’an. Tujuan mereka mempelajari islam yakni untuk menjatuhkan,
seperti yang kita ketahui bahwa Al-Qur’an merupakan pedoman bagi umat Muslim. Al-Qur’an
merupakan sumber hukum yang dijadikan sebagai landasan hidup manusia (Wibisono et al., 2020).
Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan studi komparatif terhadap pemikiran Sir William
Muir dan Weil Gustav mengenai turunnya Al-Qur’an.
Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh para peneliti yang membahas mengenai
perbedaan turunnya Al-Qur’an dalam perspektif orientalis sudah dilakukan, diantaranya penelitian
Ali Fitriana Rahmat pada tahun 2020, dengan judul “Menimbang Teori Kronologi Al-Qur’an Sir
William Muir dan Hubert Grimme” pada jurnal al-Fanar. Penelitian ini membahas mengenai analisis
kembali mengenai teori yang terkait dengan kronologi turunnya Al-Qur’an yang dibahas oleh tokoh
orientalis yang eksis pada abad ke-19, yaitu Sir William Muir dan Hubert Grimme. Periode Al-Qur’an
yang disampaikan oleh dua tokoh orientalis keduanya terpaku kedalam pendekatan sejarah dan
teologis. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode deskriptif dengan sumber data utama yang
diambil dari dua karya ilmiah kedua tokoh orientalis ini. Hasil penelitian ini menyimpulkan pertama,

Agustina, et al./ Kronologi Turunnya Al-Qur’an Perspektif Sir William Muir dan Gustav Weil
Integritas Terbuka, Vol. 1, No. 1 (2022): 35-46 37 of 46

menurut Muir Suar Makkiyah sebanyak 93 surat dan Madaniyah 21 surat. Sedangkan menurut
Grimmer surat Makiyah 92 surat dan Madaniyah 22 surat (Rahmat, 2020).
Adapun persamaan serta perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang.
Persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah terdapat kesamaan dalam
membahas mengenai kronologi turunnya Al-Qur’an menurut para tokoh orientalis. Sedangkan
terdapat perbedaan dari objek penelitian yang dilakukan, objek dari penelitian terdahulu yakni tokoh
William Muir dan Hubert Grimme, sedangkan objek penelitian sekarang yakni William Muir dan Weil
Gustave.
Maka dari itu, pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan turunnya
Al-Qur’an dalam perspektif orientalis dalam pemikiran Sir William Muir dan Gustav Weil. Tujuan
dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana perbedaan turunnya Al-Qur’an dalam perspektif
orientalis dalam pemikiran Sir William Muir dan Gustav Weil. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat, baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis. Secara teoritis, penelitian yang
dilakukan dapat memberikan kontribusi dalam keluasan ilmu mengenai perbedaan turunnya Al-
Qur’an dalam perspektif orientalis dalam pemikiran Sir William Muir dan Gustav Weil. Sedangkan
secara praktis, penelitian yang dilakukan ini dapat menjadi salah satu rujukan dalam perbedaan
turunnya Al-Qur’an dalam perspektif orientalis dalam pemikiran Sir William Muir dan Gustav Weil.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif yang dilakukan dengan
studi pustaka, dengan melakukan analisis isi (Mustari & Rahman, 2012). Metode kualitatif merupakan
metode penelitian yang berlandaskan kepada filsafat postpositivisme dan memandang suatu realitas
secara kompleks, dan dinamis sehingga dapat melihat gejala yang bersifat interaktif. Menggunakan
metode penelitian kualitatif karena agar dapat mendeskripsikan memahami terkait kronologi
turunnya Al-Qur’an menurut tokoh-tokoh orientalis yakni Sir William Muir dan Weil Gustave.
Sumber data yang digunakan adalah literatur yang berkaitan dengan kedua tokoh, yakni Sir William
Muir dan Weil Gustave dari mulai biografi, karya, dan juga pemikirannya.

2. PEMBAHASAN
2.1. Biografi Sir William Muir

Sir William Muir atau biasa disebut dengan panggilan William Muir lahir di wilayah Glasgow,
Britania Raya Inggris, pada tanggal 27 bulan April tahun 1819 dan beliau meninggal dunia pada
tanggal 11 bulan Juli tahun 1905 di daerah Edinburgh Britania Raya Inggris. Sir William Muir
merupakan sosok yang sangat berpengaruh di Orientalis Barat atau lebih tepatnya Orientalis
Skotlandia. Beliau juga merupakan seorang administrator colonial dan menjadi Rektor di sebuah
Universitas Edinburgh serta Letnan Gubernur dari Provinsi Barat Laut di India Britania (Lyall, 1905).
Sir William Muir namanya menjadi naik daun atau terkenal karena sebab beliau menulis sebuah karya
yang menceritakan kehidupan dari Nabi Muhammad SAW, karena pada saat itu orang-orang barat
jarang atau bahkan masih sedikit yang membahas mengenai sejarah riwayat hidup tokoh dari orang
Islam yang dalam penulisannya menggunakan Bahasa Inggris beserta tulisannya berasal dari sumber
pertama. Namun, sebelum Sir William Muir menulis karyanya mengenai cerita Nabi Muhammad
SAW, beliau menerima pengaruh kuat dari seorang temannya yaitu Pfander, seorang pemeluk
Pietisme yakni sebuah gerakan dari gereja Lutherian. Gerakan dari Pietisme aliran Lutherian ini
tergolong gerakan yang cukup ekstrim dalam memandang serta memahami ajaran yang ada di dalam
agama Islam (Muir, 2020).
Sir William Muir termasuk seorang tokoh peneliti yang berasal dari Skotlandia, ia menulis kisah
tentang kehidupan dari Nabi Muhammad saw. Beranjak dari pikirannya yang mengganggu dirinya
ketika mempelajari, menganalisis dan mendalami kitab suci agama Islam yaitu Al-Qur’an, yang
menurut pendapat beliau tidak terdapat perkembangan urutan surat-surat yang ada di dalam Al-
Qur’an baik pada periode maupun inti topik dari pembahasan Al-Qur’an itu sendiri. Sir William Muir
berpikir bahwa periode dari turunnya wahyu kitab suci Al-Qur’an itu dapat dilihat dari jejak
kehidupan Nabi Muhammad SAW. Menurut pendapat Sir William Muir bahwa yang dapat

Agustina, et al./ Kronologi Turunnya Al-Qur’an Perspektif Sir William Muir dan Gustav Weil
Integritas Terbuka, Vol. 1, No. 1 (2022): 35-46 38 of 46

melukiskan riwayat Nabi Muhammad SAW hanyalah Nabi Muhammad SAW sendiri. Karena sebab
itu, menelaah, mengamati dan mendalami latar belakang dari kehidupan penulis sebuah buku yang
bisa membantu dalam menelateni buku itu secara komprehensif (Muir, 2020). Akan tetapi, pendapat
dari Sir William itu ditolak oleh Muhammad Abu Lailah yang menurut beliau kitab suci Al-Qur’an
bukan himpunan literatur atau tulisan yang melukiskan kisah kehidupan dari Nabi Muhammad SAW
(Lyall, 1905).

2.2. Biografi Gustav Weil

Gustav Weil adalah orientalis Jerman penganut agama Yahudi yang lahir pada 24 April 1808 di
Salzburg, sebuah kota kecil dekat Freiburg, Jerman Selatan. Weil mempelajari bahasa Ibrani dan
Perancis kepada guru privat yang diundang ke rumahnya (Muir, 1894). Ketika usianya menginjak 12
tahun, ia meninggalkan Salzburg menuju Metz bersama kakeknya, sebagai tokoh besar perkumpulan
Yahudi. Weil kemudian dimasukkan oleh kakeknya ke Sekolah Talmud di kota ini juga. Ketika
berumur 17 tahun, Weil kembali ke Jerman untuk melanjutkan studinya dalam kependetaan Yahudi.
Untuk itu, Weil kemudian masuk Universitas Heidelberg untuk mendalami teologi, namun ia tidak
menyukainya dan akhirnya berpaling mempelajari kajian historis dan filologi kepada Schlosser,
Creuzer dan Baer (Johnston-Bloom, 2017).
Sedangkan dasar-dasar bahasa Arab dipelajari dari Umbreit, salah satu guru besar teologi saat
itu. Untuk melanjutkan kajian ketimuran, Weil kemudian pergi ke Paris pada tahun 1830, tempat Weil
mendalami kajian bahasa Arab kepada seorang dokter bernama Perron, awalnya Perron diminta
mengajar bahasa Jerman. Setelah itu, Weil belajar bahasa Suryani kepada Karl Mayer. Tetapi dia
terpaksa meninggalkan Paris, kemudian menuju negeri-negeri Arab. Setibanya di negeri Arab, Weil
menetap beberapa bulan di Aljazair, lalu meneruskan perjalanannya ke Kairo dan menetap di sana
selama 4 tahun. Selama di Mesir, Weil banyak mengajar di sejumlah sekolah pemerintah Mesir, di
samping itu juga menulis terjemahan. Untuk mengisi waktu senggangnya di Mesir, dia belajar bahasa
Arab, Persia dan Turki. Dia belajar bahasa Arab kepada Syaikh Muhammad ‘Iyad dan Syaikh Ahmad
at-Tawanisi. Dari Mesir Weil melanjutkan perjalanannya ke Istanbul dan menetap di sana beberapa
bulan. Setelah itu ia kembali ke Heidelberg. Pada tahun 1837, Weil ditunjuk sebagai pegawai di
Perpustakaan Universitas Heidelberg dan pada tahun berikutnya ia diangkat sebagai bibliotek. Pada
tahun 1845, Weil menjadi asisten guru besar bahasa-bahasa Timur di Universitas Heidelberg dan pada
tahun 1861 menjadi guru besar penuh kajian bahasa-bahasa Timur. Dia meninggal pada 30 Agustus
1889 di Freiburg (Heschel, 2018). Karya-karyanya antara lain: Menerjemahkan buku Atwar adz-Dzahab-
nya az Zamakhsyari ke dalam bahasa Jerman (terdiri dari 99 maqâmât, bagian dari maqâmât al Harirî
(Stuttgart, 1836); Sastra syair Arab (Stuttgart, 1837); menerjemahkan Alf Lailah wa Lailah dari naskah
Arab terbitan Bulaq dan manuskrip di Perpustakaan Goethe, Jerman (karya ini dicetak ulang dibawah
bimbingan Syaikh Abdurrahman ash-Shiftî asy-Syarqaî dalam dua jilid); Menerjemahkan kitab as-
Sîrah-nya Ibn Hisyâm dalam dua jilid (Stuttgart, 1864); Kritik Historis Al-Qur`an (Bielefeld, 1844), yang
membahas tentang sejarah kodifikasi Al-Qur`an dan urutan-urutan surat dan ayat-ayatnya);
Mohammed der Prophet: Sein Leben und seine Lehre sebanyak 450 halaman (Stuttgart, 1843).dan lain-
lainnya (Ulfah, 2009).

2.3. Turunnya Al-Qur’an Menurut Sir William Muir

Menurut pendapat dari Sir William Muir, di dalam menggambarkan sebuah kronologi
pembagian tahapan-tahapan turunnya wahyu kitab suci Al-Qur’an (firman Tuhan) bisa saja tidak jauh
dari taksiran dan hipotesis pada asifikasinya. Dalam sebuah karyanya yang berjudul “The Life of
Muhammad From Original Sources”, Sir William Muir mengusulkan gagasan mengenai tahapan
periodisasi turunnya wahyu dari kitab suci Al-Qur’an yang urutan surat-suratnya beda dengan yang
lain (Taufiq et al., 2020). Pembagian tahapan turunnya wahyu kitab suci Al-Qur’an versi Sir William
Muir ini sangat berbeda dengan Noldeke khususnya pada pencantuman nomor surat yang ada di
dalam kitab suci Al-Qur’an. Menurut perspektif Sir William Muir, bahwa pada bagian surat-surat

Agustina, et al./ Kronologi Turunnya Al-Qur’an Perspektif Sir William Muir dan Gustav Weil
Integritas Terbuka, Vol. 1, No. 1 (2022): 35-46 39 of 46

yang ada di dalam Al-Qur’an ini tidak terdapat identitas serta ciri khas yang khusus untuk
memastikan periode waktunya secara jelas. Oleh sebab itu, pembentukkan periodisasi bersandarkan
pada hipotesis atau anggapan saja (Muir, 2020, p. 42). Sir William Muir mengusulkan kembali tentang
periodisasi pewahyuan kitab suci Al-Qur’an dari awal yang jelas perbedaannya secara substansial
terkhusus pada surat yang masuk pada periode Mekah dengan teori dari sumber primer (tokoh yang
terdahulu) yang mengusulkan empat periodisasi maupun teori dari para intelektual Muslim
tradisional. Dengan demikian, secara reflex teori dari Sir William Muir ini mengalami rehabilitasi dari
teori perintis pertamanya dan mengomentarinya (Kamal, 2013).
Pada periode yang kesatu menurut Sir William Muir itu ada delapan belas surat dan Sir William
Muir menyebutnya dengan sebutan “surat rapsodi” yang memiliki arti yaitu “penggembira”. Surat di
dalam kitab suci Al-Qur’an yang berjumlah delapan belas itu disebut surat rapsodi, alasannya yaitu
karena surat tersebut turun dan diberikan kepada Nabi Muhammad SAW jauh sebelum Nabi
Muhammad SAW belum menerima wahyu serta risalah kenabian maupun kerasulan. Menurut Sir
William Muir, delapan belas surat tersebut tidak ada satupun isinya yang menggambarkan adanya
pesan (amanat) dari Tuhan Yang Maha Esa. Delapan belas surat tersebut antara lain sebagai berikut,
yaitu: Surat Al-‘Ashr, Al-‘Adiyat, Al-Zalzalah, Asy-Syam, Al-Quraish, Al-Baqarah, Al-Qari’ah, At-
Tin, At-Takasur, Al-Humazah, Al-Infithar, Al-Lail, Al-Fil, Al-Fajr, Al-Balad, Ad-Dhuha, Surat Al-
Insyirah, Al-Kautsar (Muir, 2020).
Lalu pada periode yang kedua, Sir William Muir mengusulkan empat surat di dalam kitab suci
Al-Qur’an yang menurut analisisnya sebagai surat-surat pembukaan atau awal masa kenabian dari
Nabi Muhammad SAW. Empat surat yang dimaksud adalah sebagai berikut: Surat Al-‘Alaq, Al-
Ikhlas, Al-Muddassir, Al-Lahab (Muir, 2020).
Selanjutnya, pada periode yang ketiga, menurut Sir William Muir surat-surat di dalam Al-Qur’an
pada periode ini berisi nilai-nilai kebangkitan, misalnya menjelaskan mengenai adanya kehidupan
akhir yakni surga dan neraka yang dijanjikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu juga terdapat
instruksi dari Tuhan agar bisa melawan musuh-musuh Islam seperti suku kafir Quraisy yang selalu
memerangi orang-orang yang masuk ke dalam agama Islam. Di dalam periode ini menurut usulan Sir
William Muir ada Sembilan belas surat, diantaranya adalah sebagai berikut: Surat Al-‘Ala, Al-Qadr,
Al-Ghasiyah, Abasa,At-Takwir, Al-Insyiqaq, At-Thariq, An-Nasr, Al-Buruj, Al-Muthaffifin, An-Naba,
Al-Mursalat, Al-Qiyamah, Al-Insan, Al-Kafirun, Al-Ma’arij, Al-Ma’un, Ar-Rahman, Al-Waqi’ah
(Muir, 2020).
Pada tahap memasuki periode yang keempat, Sir William Muir mengemukakan pendapat yakni
surat-surat yang masuk pada tahap periode ini jumlahnya ada dua puluh dua surat. Periode ini terjadi
pada tahun keenam sampai tahun kesepuluh kenabian Nabi Muhammad SAW. Di masa periode ini,
menurut Sir William Muir surat-surat yang ada di dalam kitab suci Al-Qur’an sudah mengarah
kepada cerita Yahudi, pendeta, rabbi dan kisah orang-orang Arab. Surat-surat yang dimaksud
diantaranya adalah sebagai berikut: Al-Mulk, As-Sajdah, An-Najm, Az-Zumar, Al-Muzammil, An-
Nazi’at, Al Qamar, Saba’, Al-Luqman, Al-Haqqah, Al-Qalam, Nuh, At-Tur, Fussilat, Al-Jatsiyah, Ad-
Dukhan, Ar-Ruh, Ash-Shaffa, Surat Asy-Syu’ara’, Al-Hijr, Adz-Dzariyat, Qaf (Muir, 2020).
Pada periode kelima di awali pada tahun kelima risalah kenabian dari Nabi Muhammad SAW
sampai kepada masa sebelum hijrah ke Kota Madinah. Pada periode ini, menurut Sir William Muir
dikenal dengan istilah masa penghapusan larangan. Surat-surat yang masuk dalam periode kelima
ini jumlahnya ada 30 surat, diantaranya adalah sebagai berikut: Surat Yasin, Fathir, Al-Jinn, Al-Ahqaf,
Al-Kahfi, Maryam, As-Syuro, An-Naml, Ghafir, Al-Furqan, Sad, Thaha, Yusuf, Az-Zukhruf, Hud,
Yunus, Ibrahim, Ar-Rad, An-Nahl, Yusuf, Al-An’am, Al-Ankabut, Al-‘Araf, At-Taghabun, Al-Falaq,
An-Nas, Al-Hajj, Al-Mu’minun, Al-Isra, Al-Anbiya (Muir, 2020).
Menurut William Muir ada dua surat di dalam Al-Qur’an yang masih menjadi pertikaian dan
perbedaan pendapat yaitu surat. Surat-surat ini menjelaskan mengenai ajaran dalam agama Islam
secara gamblang. Misalnya penjelasan mengenai pelaksanaan ritual ibadah haji, sikap melawan suku
Quraisy yang masih kafir, pengadilan Tuhan terhadap hari akhir (hari kiamat), penjelasan surga dan
neraka tempat kekal yang dijanjikan Tuhan kepada hamba-Nya, sampai kepada penjelasan mengenai

Agustina, et al./ Kronologi Turunnya Al-Qur’an Perspektif Sir William Muir dan Gustav Weil
Integritas Terbuka, Vol. 1, No. 1 (2022): 35-46 40 of 46

bukti-bukti kebesaran dan keberadaan Tuhan Yang Maha Esa seperti terjadinya siang dan malam,
makhluk hidup diciptakan berpasang-pasangan, dua air laut bertemu tapi tidak bisa bersatu,
astronomi, proses pembentukkan manusia dari dalam Rahim, dan lain sebagainya (Gerardette, 2020).
Pada periode yang keenam, dikenal dengan istilah periode Madinah, karena surat-surat yang
dalam periode keenam ini menurut Sir William Muir turun setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke
Kota Yastrib (Madinah). Di periode ini ada dua puluh satu surat, diantaranya adalah sebagai berikut:
Al-Anfal, Al-Maidah, Al-Imran, Muhammad, Al-Mumtahanah, At-Tahrim, Al-Hujurat, Al-
Munafiqun, Al-Jumu’ah, Al-Bayyinah, Al-Baqarah, Al-Mujadalah, At-Talaq, At-Taubah, Al-Ahzab,
Al-Hadid, Al-Fath , Al-Hasyr, An-Nur, An-Nisa, As-Saf (Muir, 2020).
Sir William Muir adalah seorang penulis dan pemikir yang berasal dari Skotlandia, ia merupakan
tokoh orientalisme dari Barat yang menulis dan menyusun buku tentang cerita kehidupan Nabi
Muhammad SAW. Dan berikut ini termasuk ke dalam karya-karya peninggalan yang dikeluarkan
oleh Sir William Muir yang terkenal selama ia masih hidup, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. The Life of Muhammad from Original Sources
Secara umum pada buku “Muhammad His Life Based on The Earliest Sources” ini ada delapan puluh
lima bagian yang semuanya saling berhubungan satu sama lain. Pada bagian-bagiannya itu,
kemudian disusun dengan rangkaian peristiwa-peristiwa yang berpengaruh terhadap kehidupan
Nabi Muhammad SAW. Buku “Muhammad His Life Based On The Earliest Sources” ini di permulaannya
membahas mengenai komitmen Allah SWT kepada Nabi Ibrahim as yang menyatakan bahwa beliau
akan segera diberikan keturunan oleh Allah lalu ditutup dengan kisah wafatnya Nabi Muhammad
SAW (Irham, 2020),
b. The Coran
Buku ini membahas mengenai usulan Sir William Muir terhadap kronologi turunnya wahyu Al-
Qur’an yang dikemukakan oleh beliau, yang menurutnya kronologi turunnya Al-Qur’an dibagi
menjadi enam periodisasi (Muir, 1878). Lima periode turun di Kota Mekah dan yang satu lagi turun
di Kota Madinah (Rahmat, 2020).
c. The Caliphate: Its Rise, Decline, and Fall
Buku karya dari Sir William Muir ini menjelaskan mengenai sejarah kekhalifahan
(kepemimpinan) di dalam agama Islam (Muir, 1924). Di buku ini diceritakan dari awal terbentuknya
khalifah yang pertama yaitu Khulafaur Rasyidin dari mulai Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin
Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib sampai kepada periode khalifah setelah Khulafaur
Rasyidin wafat seperti Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Umayyah, dan Dinasti lainnya. Buku ini
menjelaskan tentang bagaimana sejarah khalifah Islam itu berdiri serta menganalisis faktor-faktor
yang menyebabkan kekhalifahan itu mundur dan hancur (Muir, 2020).

2.4. Turunnya Al-Qur’an Menurut Gustav Weil

Kronologi Al-Qur’an merupakan sebuah bab yang didalamnya membicarakan mengenai


runtutan ataupun urutan waktu diturunkannya Al-Qur’an. Berkaitan dengan kronologi turunnya Al-
Qur’an, beberapa ulama ada yang berbeda pendapat, baik mengenai waktu awal diturunkannya
maupun surat apa yang pertama kali turun. Mengapa? Karena Rasulullah Saw tidak mengatakan
dengan pasti kapan waktu turunnya Al-Qur’an dengan rinci, sehingga setiap ulama punya
argumentasinya masing-masing dengan dalil yang kuat pula. Kebanyakan para ulama memiliki
pendapat kalau yang mula diterima oleh Muhammad SAW adalah surah Al-Alaq ayat 1-5. Namun
beberapa yang lain mengatakan, yaitu surah Al-Muddatstsir ayat 1 yang mula diturunkan. Ada pula
ulama yang memiliki anggapan kalau yang pertama adalah surah Al-Fatihah. Tetapi anggapan yang
masyhur dan kuat dikalangan umat muslimin adalah anggapan Jumhur Ulama yang dengan tegas
kalau surah Al-Alaq ayat 1-5 merupakan yang mula diturunkan Allah SWT. Pada Nabi Muhammad
SAW lewat malaikat Jibril AS, di Gua Hipul. Hal itu berdasar pada hadits Aisyah RA berkata, “Surat
yang pertama kali turun adalah Iqra bismi rabbika (al-Alaq)”. Selain As-Suyuthi mengatakan di dalam
kitab fenomenal nya Al-Itqan fi Ulumil Qur’an kalau ini lah pendapat yang shahih dan benar. Para

Agustina, et al./ Kronologi Turunnya Al-Qur’an Perspektif Sir William Muir dan Gustav Weil
Integritas Terbuka, Vol. 1, No. 1 (2022): 35-46 41 of 46

ulama menyetujui kalau turunya Al-Qur’an yaitu surah Al-Alaq ayat 1-5 terjadi di bulan Ramadhan.
Namun, ada beberapa anggapan mengenai tanggal pastinya turun Kitab Suci tersebut. Tanggal 17
Ramadhan yang sampai saat ini diperingati sebagai Nuzulul Qur’an bukan lah satu anggapan saja
(Muir, 1894).
Timbul anggapan kedua yang mengatakan kalau Nuzulul Qur’an terjadi di tanggal 24 Ramadhan.
Anggapan tersebut didasarkan oleh anggapan Imam Ahmad bin Hanbal dari Al-Wasilah yang
mengatakan beberapa tanggal diturunkannya kitab suci, diawali oleh Suhuf Ibrahim, Injil, Taurat,
sampai Al-Qur’an. ”Suhuf Ibrahim diturunkan pertama kali pada malam bulan Ramadhan, Taurat
diturunkan di tanggal ke enam Ramadhan, Injil diturunkan di tanggal 23 Ramadhan, serta Al-Qur’an
diturunkan di tanggal 24 Ramadhan.” Anggapan tersebut dianggap sangat benar oleh beberapa ulama
sebab didalam sebagian ayat Al-Qur’an dikatakan kalau Al-Qur’an diturunkan di malam Lailatul
Qadar. Namun Nabi pun sudah memberi sekilas kisi pada para sahabatnya agar mencari malam
Lailatul Qadar di sepuluh hari menjelang akhir di bulan Ramadhan. Anggapan lain mengatakan kalau
Nuzulul Qur’an terjadi di tanggal 18, pun ada yang mengatakan di tanggal 19 Ramadhan. Hal tersebut
dikatakan oleh Ibnul Atsir didalam salah satu kitab nya yang “Al- Kāmil Fit Tārikh”. Lalu apa yang
menjadi kriteria penentuan kronologi al-Qur’an menurut para sarjana Barat? Di dalam perkembangan
nya, kajian Al-Qur’an di Barat tak lagi diarahkan kepada alih bahasa Al-Qur’an kedalam bahasa
mereka, tetapi juga pada aspek lain yang berkaitan dengan Al-Qur’an. Walaupun penerjemahan Al-
Qur’an kedalam Bahasa Barat adalah awal mula persentuhan Al-Qur’an dengan Barat, tetapi di dalam
perkembanganya, hal yang berkaitan dengan Al-Qur’an pula jadi peminatan yang sangat tak biasa
dikalangan Barat. Seperti pada pertama kali kajian Al-Qur’an diarahkan kepada penerjemahan Al-
Qur’an ke Bahasa Eropa serta Bahasa Latin lainnya (Gustav Weil, 1843).
Di dalam perkembangannya, sebagian kajian Al-Qur’an pula diawali lewat pintu masuk kajian
sejarah Nabi Muhammad. Hal tersebut sangat rasional karena Al-Qur’an diturunkan pada Nabi
Muhammad agar disampaikan pada kaumnya (Rosyad et al., 2022). Dengan begitu, kajian mengenai
sejarah Nabi Muhammad pula tak memunafikan penjelasan mengenai kitab suci yang diturunkan pada
Nabi Muhammad. Gustav Weil merupakan seorang orientalis yang asalnya dari Jerman. Lahir
Salzburg, Grand Duchy of Baden, tanggal 25 April 1808. Di tahun 1828 dia mulai memasuki Heidelberg
University, dia memperhatikan diri nya agar memahami sejarah dan filologi. Kemudian daripada itu,
dia pun tertarik kepada bidang bahasa Arab (Ziaulhaq, 2020). Didalam sebuah kesempatan dia
berangkat ke Kairo serta dipilih sebagai pengajar bahasa Prancis di sebuah sekolah kedokteran Mesir
Abu-Zabel. Dia menjadikan itu sebuah kesempatan agar dapat belajar pada seorang filolog Arab.
Semacam, Ahmad Al-Tantawi dan Muhammad Ayyad. Dia berada di Kairo hingga pada tahun 1835.
Didalam perjalanan akademis nya, dia banyak mendapat kritikan sebab dianggap menuliskan sejarah
Nabi Muhammad SAW. Tak didasarkan oleh sember terbaik. Kemudian, karya nya yang ada kaitannya
dengan kajian mengenai sejarah Nabi Muhammad adalah Mohammade der Prophet & sein Leben und seine
Lehre (1843). Gustav memiliki anggapan kalau sumber primer sejarah Nabi Muhammad SAW.
Merupakan Al-Qur’an. Selanjutnya, di tahun (1844) dia mengeluarkan karya nya mengenai Al-Qur’an
dengan judulnya Historische Kritische Einleitung in der Koran (1844). Karyanya tersebut membicarakan
tentang kajian mengenai struktur kronologis Al-Qur’an. Di dalam karya nya tersebut, dia membuat
susunan dari turunya surah Al-Qur’an. Dia membagi nya di dalam empat bagian, yakni periode Mekah
awal, Mekah tengah, Mekah akhir serta periode Madinah (Jalaluddin & Marsuki, 2021).
Gustav Weil, seorang orientalis dari Heidelberg, dianggap sebagai pengkaji mula Al-Qur’an
melalui pintu masuk sejarah Nabi Muhammad. Meskipun banyak dikritik lantaran menulis sejarah
Nabi tidak didasarkan pada sumber-sumber terbaik, namun Weil dalam karya monumentalnya,
Mohammade der Prophet, sein Leben und seine Lehre (1843), mengajukan tesis monumental terkait dengan
perlunya menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber sejarah Nabi. Selanjutnya, Weil mengusulkan
karyanya terkait Al-Qur’an, yaitu Historische-Kritische Einleitung in der Koran (1844), yang membahas
kajian tentang susunan kronologis Al-Qur’an. Di samping pembicaraan mengenai asal mula ataupun
sumber Al-Qur‟an, isu lainnya yang dikembangkan dalam kajian Al-Qur’an di Barat merupakan
tentang kronologi Al-Qur’an. Dengan berbekal metode kritik sastra dan kritik sejarah modern, mereka

Agustina, et al./ Kronologi Turunnya Al-Qur’an Perspektif Sir William Muir dan Gustav Weil
Integritas Terbuka, Vol. 1, No. 1 (2022): 35-46 42 of 46

memunculkan berbagai sistem penanggalan Al-Qur’an berdasar dari asumsi yang berbeda. Ada
sebagian penulis Barat yang tekun dalam mengkaji kronologis Al-Qur’an, seperti Noldeke-Schwally,
Gustav Weil, Blachere, dan John Burton (Fawaid, 2013).
Gustav Weil merupakan sosok perintis kajian kronologis Al-Qur’an di Barat serta peletak dasar
pokok dari sistem penanggalan empat periode. Sesudah karya nya tentang biografis Muhammad
(1843), Weil mengalihkan perhatian nya kepada kronologis Al-Qur’an yaitu pada karya monumental
nya History-Kritische Einleitung in der Koran di tahun 1844. Karyanya itu adalah asumsi dari beberapa
sejarawan Muslim yang menyebut kalau surah-surah Al-Qur’an adalah bagian-bagian terkecil dari
wahyu yang masuk akal serta sebab itu bisa disusun dalam sebuah sistem kronologis berdasar pada
bahan tradisional. Didalam hal tersebut, dia menjelaskan tiga ukuran agar dalam menyusun kronologi
Al-Qur’an; pertama, rujukan pada beberapa peristiwa bersejarah yang diketahui dari sumber lain nya.
Kedua, ukuran wahyu sebagai gerakan perubahan suasana peran peran Muhammad. Serta ketiga,
menampak kan wujud lahiriyah wahyu (G. Weil, 1895). Di samping daripada itu, Weil memberi
kontribusi dengan cara mengelompokkan surah-surah makkiyah kepada tiga macam; Pertama, Mekah
awal atau pertama. Kedua, Mekah tengah atau kedua. Ketiga, Mekah akhir atau ketiga serta Keempat,
Madinah. Demikian untuk seluruh surah didalam Al-Qur’an menjadikan empat periode periode
pewahyuan: (1) Mekah pertama, yakni dari turun nya wahyu awal sampai pada masa hijrah Abisinia
(di tahun 615 M); (2) Mekah kedua, yakni dari masa akhir keperiodikan pertama sampai pada kembali
nya Nabi Muhammad Saw. Dari Thaif (di tahun 620 M); (3) Mekah ketiga, yakni dari akhir keperiodikan
kedua sampai peristiwa hijrah (September 622 M); serta (4) keperiodikan Madinah (Hanaf, 2013).
Berdasar Gustav Weil, surah-surah kepriodikan Mekah pertama lebih pendek. Ayat nya pula
penuh perumpaman dan pendek. Surah-surah tersebut seringkali dimulai dengan ungkapan sumpah.
Di dalam kepriodikan awal, Weil memasuk kan surah-surah yang dipandang nya mempunyai model
seperti puisi agung dengan surah-surah lain yang mempunyai ataupun model umum yang sama.
Berdasar hal itu, kronologis surah dari kepriodikan ini ialah 96, 74, 83, 106, 111, 53, 81, 68, 87, 92, 89, 93,
94, 103, 100, 108, 102, 107, 109, 105, 113, 94, 112, 80, 97, 91, 85, 90, 95, 101, 75, 104, 77, 86, 70, 79, 82, 84, 56,
78, 52, 69, 83, 99. Kepriodikan Mekah kedua, ditemukan adanya pergantian dari kepriodikan awal yang
agung pada ketenangan kepriodikan akhir. Dengan cara penekanan khusus di letakkan kepada tanda
kemahakuasaan Tuhan baik oleh alam ataupun kejadian yang di alami para-Nabi terdahulu. Yakni
penggambaran dengan sebuah cara yang memperlihatkan relevansi nya mengenai hal yang terjadi
pada diri Nabi Muhammad sera para pengikut nya. Susunan kronologi surah-surah dari kepriodikan
ini diantaranya 1, 51, 36, 50, 54, 44, 44, 19, 20, 21, 23, 25, 26, 67, 37, 38, 43, 71, 55, 15, 76. Beda halnya
dengan kepriodikan Mekah ketiga yang sifatnya lebih berbentuk prosa dan panjang (G. Weil, 1895).
Pendapat Weil, kalau kekuatan seperti puisi yang ada di kepriodikan awal telah mulai sirna
dimasa akhir ini. Di kepriodikan ini surah-surah yang turun lebih pada khutbah, ceramah atau kisah-
kisah. Ada pun susunan kronologi surah dari kepriodikan ini yaitu; 7, 72, 35, 27, 28, 17, 10, 11, 12, 6, 31,
34, 39, 40, 32, 42, 45, 46, 18, 16, 14, 41, 30, 29, 13, 64. Di Madinah, tak lagi memperlihat kan model akan
tetapi lebih pada pokok pembahasan. Urutan kronologis nya di tentukan dari beberapa wahyu yang
merefleksi kan kekuasaan politik Muhammad yang makin berkembang dan kuat diMadinah sesudah
hijrah. Urutan kronologi surat nya diantaranya: 2, 98, 62, 65, 22, 4, 8, 47, 57, 3, 59, 24, 63, 33, 48, 110, 61,
60, 58, 49, 66, 9, 5. Demikian halnya, Weil menetapkan 45 suro di keperiodikan Mekah pertama, 20 surah
di keperiodikan Mekah kedua, 26 surah di periode Mekah ketiga serta 23 surah di keperiodikan
Madinah. Tawaran tersebut, mempunyai rancangan baru mengenai penafsiran Al-Qur’an. Weil
memberi penjelasan kalau teori tafsir nuzuli yang digagas oleh nya dibentuk dari berbagai fase yang
bisa dibedakan dengan teori tafsir nuzuli yang lain. Sebab penjelasan itu dilandaskan dari kebahasaan
oleh tiap keperiodikan turun nya Al-Qur’an dari di Mekah (Makkiyah) ataupun di Madinah (Madaniyah)
(G. Weil, 1846).
Berdasarkan uraian di atas, perbandingan pemikiran kedua tokoh tersebut sebagaimana
digambarkan dalam tabel berikut:

Tabel 1. Perbandingan kronologi turunnya Al-Quran menurut Sir William Muir dan Gustav Weil

Agustina, et al./ Kronologi Turunnya Al-Qur’an Perspektif Sir William Muir dan Gustav Weil
Integritas Terbuka, Vol. 1, No. 1 (2022): 35-46 43 of 46

Pemikiran Sir William Muir Pemikiran Gustav Weil


Menurut pendapat dari Sir William Muir, Menurut Gustav Weil ia dan beberapa
di dalam menggambarkan sebuah sejarawan Muslim menyebutkan kalau
kronologi pembagian tahapan-tahapan surah-surah Al-Qur’an adalah bagian-bagian
turunnya wahyu kitab suci Al-Qur’an terkecil dari wahyu yang masuk akal serta
(firman Tuhan) bisa saja tidak jauh dari sebab itu bisa disusun dalam sebuah sistem
taksiran dan hipotesis pada asifikasinya. kronologis berdasar pada bahan tradisional.
Sir William Muir membagi periode Weil Gustav membagi periode pewahyuan
pewahyuan turunnya Al-Qur’an menjadi 6 turunnya Al-Qur’an menjadi 4 bagian, yakni:
bagian, yakni: 1-5 periode Mekah & 1 1-3 periode Mekah & 1 periode Madinah.
periode Madinah.
Pada periode yang kesatu menurut Sir Berdasar Gustav Weil, surah-surah
William Muir itu ada delapan belas surat keperiodikan Mekah pertama lebih pendek,
dan Sir William Muir menyebutnya kronologis surah dari keperiodikan ini
dengan sebutan “surat rapsodi” yang adalah 96, 74, 83, 106, 111, 53, 81, 68, 87, 92,
memiliki arti yaitu “penggembira”. Delapan 89, 93, 94, 103, 100, 108, 102, 107, 109, 105, 113,
belas surat tersebut antara lain sebagai 94, 112, 80, 97, 91, 85, 90, 95, 101, 75, 104, 77,
berikut, yaitu: Surat Al–‘Ashr, Al–‘Adiyat, 86, 70, 79, 82, 84, 56, 78, 52, 69, 83, 99.
Al–Zalzalah, Asy–Syam, Al–Quraish, Al–
Baqarah, Al–Qari’ah, At–Tin, At–Takatsur,
Al–Humazah, Al–Infithar, Al–Lail, Al–Fil,
Al–Fajr, Al–Balad, Ad–Dhuha, Surat Al–
Insyirah, Al–Kautsar.
Pada periode yang kedua, Sir William Muir Mekah kedua, ditemukan adanya pergantian
mengusulkan empat surat di dalam kitab dari keperiodikan awal yang agung pada
suci Al-Qur’an yang menurut analisisnya ketenangan keperiodikan akhir, Susunan
sebagai surat-surat pembukaan atau awal kronologi surah-surah dari keperiodikan ini
masa kenabian dari Nabi Muhammad diantaranya 1, 51, 36, 50, 54, 44, 44, 19, 20, 21,
SAW. Empat surat yang dimaksud adalah 23, 25, 26, 67, 37, 38, 43, 71, 55, 15, 76.
sebagai berikut: Surat Al–‘Alaq, Al–Ikhlas,
Al–Muddassir, Al–Lahab.
Periode yang ketiga, menurut Sir William Keperiodikan Mekah ketiga yang sifatnya
Muir surat–surat di dalam Al-Qur’an pada lebih berbentuk prosa dan panjang.
periode ini berisi nilai-nilai kebangkitan, di Pendapat Weil, kalau kekuatan seperti puisi
dalam periode ini menurut usulan Sir yang ada di keperiodikan awal telah mulai
William Muir ada Sembilan belas surat, sirna di masa akhir ini. Di keperiodikan ini
diantaranya adalah sebagai berikut: Surat surah-surah yang turun lebih pada khutbah,
Al–‘Ala, Al-Qadr, Al–Ghasiyah, Abasa, ceramah atau kisah-kisah. Adapun susunan
At–Takwir, Al–Insyiqaq, At–Thariq, An– kronologi surat dari keperiodikan ini yaitu;
Nasr, Al–Buruj, Al–Muthaffifin, An–Naba, 7, 72, 35, 27, 28, 17, 10, 11, 12, 6, 31, 34, 39, 40,
Al–Mursalat, Al–Qiyamah, Al–Insan, Al– 32, 42, 45, 46, 18, 16, 14, 41, 30, 29, 13, 64.
Kafirun, Al–Ma’arij, Al–Ma’un, Ar–
Rahman, Al–Waqi’ah.
Periode yang keempat, Sir William Muir Di Madinah, tak lagi memperlihat kan model
mengemukakan pendapat yakni surat– akan tetapi lebih pada pokok pembahasan.
surat yang masuk pada tahap periode ini Urutan kronologis nya di tentukan dari
jumlahnya ada dua puluh dua surat, beberapa wahyu yang merefleksikan
diantaranya adalah sebagai berikut: Al– kekuasaan politik Muhammad yang makin
Mulk, As–Sajdah, An–Najm, Az–Zumar, berkembang dan kuat di Madinah sesudah

Agustina, et al./ Kronologi Turunnya Al-Qur’an Perspektif Sir William Muir dan Gustav Weil
Integritas Terbuka, Vol. 1, No. 1 (2022): 35-46 44 of 46

Al–Muzammil, An–Nazi’at, Al-Qamar, hijrah. Urutan kronologi surat nya


Saba’, Al–Luqman, Al–Haqqah, Al–Qalam, diantaranya: 2, 98, 62, 65, 22, 4, 8, 47, 57, 3, 59,
Nuh, At–Tur, Fussilat, Al–Jatsiyah, Ad– 24, 63, 33, 48, 110, 61, 60, 58, 49, 66, 9, 5.
Dukhan, Ar–Ruh, Ash–Shaffa, Surat Asy–
Syu’ara’, Al–Hijr, Adz–Dzariyat, Qaf.
Periode kelima di awali pada tahun kelima
risalah kenabian dari Nabi Muhammad
SAW sampai kepada masa sebelum hijrah
ke Kota Madinah, diantaranya adalah
sebagai berikut: Surat Yasin, Fathir, Al–
Jinn, Al–Ahqaf, Al–Kahfi, Maryam, As–
Syuro, An–Naml, Ghafir, Al–Furqan, Sad,
Thaha, Yusuf, Az–Zukhruf, Hud, Yunus,
Ibrahim, Ar–Rad, An–Nahl, Yusuf, Al–
An’am, Al–Ankabut, Al–‘Araf, At–
Taghabun, Al–Falaq, An–Nas, Al–Hajj, Al–
Mu’minun, Al–Isra, Al–Anbiya.
Pada periode yang keenam, dikenal
dengan istilah periode Madinah, karena
surat–surat yang dalam periode keenam
ini menurut Sir William Muir turun setelah
Nabi Muhammad SAW hijrah ke Kota
Yastrib (Madinah). Di periode ini ada dua
puluh satu surat, diantaranya adalah
sebagai berikut: Al–Anfal, Al–Maidah, Al–
Imran, Muhammad, Al–Mumtahanah, At–
Tahrim, Al–Hujurat, Al–Munafiqun, Al–
Jumu’ah, Al–Bayyinah, Al–Baqarah, Al–
Mujadalah, At–Talaq, At–Taubah, Al–
Ahzab, Al–Hadid, Al–Fath, Al–Hasyr, An–
Nur, An–Nisa, As–Saf.
Sumber: diolah dari hasil penelitian (2022).

3. KESIMPULAN
Setiap pemikir tentu memiliki perspektif kajiannya masing-masing dalam mengkaji sebuah ilmu.
Adapun hasil kajian dari tokoh orientalis yakni Sir William Muir dan Gustav Weil yang menyukai
mengenai kronologi turunnya Al-Qur’an. Dari kedua tokoh ini mereka mengemukakan hal yang
berbeda dalam pengkajian kronologi turunnya Al-Qur’an. Menurut Gustav Weil Al-Qur’an
diturunkan dalam 4 periode, yaitu: Pertama, periode Mekah awal, yaitu dari turunnya wahyu pertama
hingga masa hijrah ke Abisinia (tahun 615 M). Kedua, periode Mekah pertengahan, yaitu dari akhir
periode pertama hingga saat kembalinya Nabi Muhammad Saw. dari Thaif (tahun 620 M), Ketiga,
periode Mekah akhir, yaitu dari akhir periode kedua hingga peristiwa hijrah (September 622 M), dan
keempat, periode Madinah. Sedangkan menurut Sir William Muir mengkategorikan turunnya Al-
Qur’an dalam enam periode, diantaranya: Pertama, diturunkannya surat rhapsody. Kedua,
diturunkannya empat surat di dalam kitab suci Al-Qur’an yang menurut analisisnya sebagai surat-
surat pembukaan atau awal masa kenabian dari Nabi Muhammad SAW. Ketiga, diturunkannya surat
berisi nilai-nilai kebangkitan. Keempat, diturunkannya surat-surat yang ada di dalam kitab suci Al-
Qur’an sudah mengarah kepada cerita Yahudi, pendeta, rabbi dan kisah orang-orang Arab. Kelima,
diturunkannya surat-surat yang berisi tentang penghapusan larangan. Keenam, turunnya surat-surat
setelah turunnya nabi Muhammad yang berjumlah dua puluh satu surat (Philips, 2020).

Agustina, et al./ Kronologi Turunnya Al-Qur’an Perspektif Sir William Muir dan Gustav Weil
Integritas Terbuka, Vol. 1, No. 1 (2022): 35-46 45 of 46

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, bagi bagi pemerintahan, masyarakat, dan
akademik. Adapun manfaat bagi pemerintahan adalah dapat membantu pemerintahan dalam
menjelaskan bagaimana proses turunnya Al-Qur’an menurut beberapa tokoh, terlebih Indonesia ini
adalah negara yang majemuk tentu akan banyak perbedaan pada masyarakat dalam hal ini. manfaat
bagi masyarakat yaitu penelitian yang dilakukan ini dapat menjadi salah satu rujukan dalam
perbedaan turunnya Al-Qur’an dalam perspektif orientalis dalam pemikiran Sir William Muir dan
Gustav Weil. Dan manfaat bagi akademisi yaitu penelitian yang dilakukan dapat memberikan
kontribusi dalam keluasan ilmu mengenai perbedaan turunnya Al-Qur’an dalam perspektif orientalis
dalam pemikiran Sir William Muir dan Gustav Weil, salah satunya dalam keilmuan studi agama-
agama dan bidan studi tafsir Al-Qur’an.

References
Anshori, M. (2018). Tren-Tren Wacana Studi al-Quran dalam Pandangan Orientalis Barat. NUn, 4(1),
16.
Fawaid. (2013). Dinamika Kajian Al-Qur’an Di Barat Dan Dampaknya Pada Kajian Al-Qur’an
Kontemporer. Nuansa, 10(2), 238–239.
Gerardette, P. (2020). Integritas Terbuka: Perubahan Positif Antariman dalam Dunia Majemuk. Unpar Press.
Hanaf, Y. (2013). Qur’anic Studies Dalam Lintasan Sejarah Orientalisme Dan Islamologi Barat.
Heurmenetik, 7(2), 249–250.
Heschel, S. (2018). Orientalist triangulations: Jewish scholarship on Islam as a response to Christian
Europe. The Muslim Reception of European Orientalism: Reversing the Gaze, 147–167.
https://doi.org/10.4324/9781315313771-8
Irham, M. (2020). Buku Muhammad His Life Based On The Earliest Sources Karya Martin Lings; Sebuah Kajian
Historiografi. Jurnal Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
Johnston-Bloom, R. (2017). Analogising Judaism and Islam: nineteenth- and twentieth-century
German–Jewish scholarship on Islam. Journal of Beliefs and Values, 38(3), 267–275.
https://doi.org/10.1080/13617672.2017.1317521
Kamal, T. A. (2013). Rekonstruksi Sejarah Al-Quran. Ciputat: Alvabet.
Lyall, C. J. (1905). Sir William Muir. Journal of the Royal Asiatic Society, 37(4), 875–879.
Muir, W. (1878). The Coran. Society for Promoting Christian Knowledge.
Muir, W. (1894). The life of Mahomet: from original sources. Smith, Elder.
Muir, W. (1924). “The” Caliphate, Its Rise, Decline, and Fall: From Original Sources. J. Grant.
Muir, W. (2020). The Coran; Its Composition and Theacing; and The Testimony it Bears to the Holy
Scriptures. Jurnal Ilmu Al - Qur’an Dan Tafsir, 8.
Mustari, M., & Rahman, M. T. (2012). Pengantar Metode Penelitian. Laksbang Pressindo.
Philips, G. (2020). Terbuka: Perubahan Positif Antariman dalam Dunia Majemuk. Unpar Press.
Purnama, R. F., & Mutaqin, R. S. (2021). Membaca Wacana Kajian al-Quran dan TAfsir di KAlangan
Sarjana Barat. Diya’Al-Afkar, 9(1), 146.
Rahmat, A. F. (2020). Menimbang Teori Kronologi al-Quran Sir William Muir dan Hubbert Grimme.
Al-Fanar: Jurnal Ilmu Al-Quran Dan Tafsir, 3(1), 57.
Rosyad, R., Rahman, M. T., Setia, P., Haq, M. Z., & Pr, R. F. B. V. (2022). Toleransi dan Perdamaian di
Masyarakat Multikultural. Prodi S2 Studi Agama-Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Said, H. A. (2018). Potet Studi Al-Quran di Mata Orientalis. At-Tibyan, 31, 22–23.
Setia, P. (2021). Atas Nama Islam: Kajian Penolakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Terhadap
Pluralisme. Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, 21(2), 115–136.
Taufiq, W., Suryana, A., & Rahman, T. (2020). Penafsiran Ayat-Ayat Israiliyyat Dalam Al-Qur‟ an Dan
Tafsirnya, ed. by Eni Zulaiha. Prodi P2 Studi Agama-Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Ulfah, M. (2009). Kronologi Al-Qur `an I (Gustav Weil, Noldeke-Schwally dan Blachère). Academia
Accelerating the World’s Research, 3.

Agustina, et al./ Kronologi Turunnya Al-Qur’an Perspektif Sir William Muir dan Gustav Weil
Integritas Terbuka, Vol. 1, No. 1 (2022): 35-46 46 of 46

Weil, G. (1846). The Bible, the Koran, and the Talmud: Or, Biblical Legends of the Mussulmans. Comp. from
Arabic Sources, and Compared with Jewish Traditions (Vol. 37). Brown, Green, and Longmans.
Weil, G. (1895). An Introduction to the Quran III. The Biblical World, 5(5), 343–359.
Weil, Gustav. (1844). Historisch-kritische Einleitung in den Koran. Velhagen & Klasing.
Weil, Gustav. (1843). Mohammed der Prophet. “sein Leben und seine Lehre.” Aus hand-schriftlichen Quellen
und dem Koran geschöpft und dargestellet von G. Weil (1843). Metzler.
Wibisono, M. Y., Truna, D. S., & Ziaulhaq, M. (2020). Modul Sosialisasi Toleransi Beragama. Prodi S2 Studi
Agama-Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Ziaulhaq, M. (2020). Pendekatan Sayyed Hossein Nasr dalam Kerangka Studi Agama-Agama. In A.
Muhyidin & M. T. Rahman (Eds.), Modul Sosialisasi Toleransi Beragama (1st ed., pp. 1–97). Prodi S2
Studi Agama-Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Agustina, et al./ Kronologi Turunnya Al-Qur’an Perspektif Sir William Muir dan Gustav Weil

You might also like